BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kompetensi Pedagogik Masalah kompetensi merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembinaan guru sebagai suatu jabatan profesi. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1 tentang guru dan dosen ditetapkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (Rahman, 2009: 29). Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang harapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditujukan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam mencapai tujuan. (Wina dalam Rahman, 2009: 29). Mulyasa (2004: 37) mendefinisikan kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, kertrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang di kuasai oleh seseorang yang menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru. Sedangkan pedagogik adalah suatu usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain menjadi dewasa atau tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi. Bagi pendidik, istilah ini pasti sudah tidak asing lagi, dan ilmunya menjadi sebuah acuan dalam praktek mendidik anak. Agar kepribadian guru memiliki keseimbangan dalam dunia dirinya sebagai individu dengan dunia profesinya sebagai sosok yang perlu “digugu dan ditiru”, maka harus memiliki prinsip dan nilai-nilai yang menjadi pusat kehidupan aktivitasnya. Guru sebagai jabatan professional diharapkan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang ditetapkan dalam Undang-undang. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. (Wina dalam Rahman, 2009: 32). Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidikan Anak. Hoogveld, dalam http://adityairawansport.wordpress.com/2011/03/01/pengertian-dan-perlunyapedagogik/). Jadi kompotensi Pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing dan memimpin peserta didik. Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak. Sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pendidik, maka guru harus memiliki sejumlah kompetensi. Diantaranya yaitu kompotensi pedagogik (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007: Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompotensi Guru, 2009: 65). Dalam proses kegiatan belajar mengajar, kompetensi pedagogik sangat memiliki peran yang besar. Hampir dapat dipastikan keberhasilan seorang guru dalam menjalankan proses pembelajaran banyak dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik mereka. Jika diuraikan lebih rinci, beberapa hal yang termasuk dalam kompetensi ini adalah sebagai berikut: (1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan intelektual, (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, (4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik, (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dia miliki, (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 2.2 Perkembangan Kognitif Perkembangan menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju. (Abu dan Munawar, 2005: 1 ). Menurut Jamaris (dalam Yuliani, 2009: 5)Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan. Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Yuliani (2009: 54) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitive (sensitive periods), selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Gagne (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/perkembangankognitif/) mengemukakan bahwa kognitif merupakan proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget. Piaget (dalam Yuliani, 2009: 120) mengemukakan bahwa perkembangan kognisi adalah interaksi dari hasil kematangan mansia dan pengaruh lingkungan. Manusia aktif mengadakan hubungan dengan lingkungan, menyesuaikan diri terhadap objek-objek yang ada di sekitarnya yang merupakan proses interaksi untuk mengembangkan aspek kognitif. Kognitif adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya. (Abu dan Munawar, 2005: 50). Catron dan Allen (dalam Yuliani, 2009: 63) Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak demi mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak. 2.2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Piaget (dalam Yuliani, 2009: 120-121) mengemukakan bahwa Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila teriadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selaniutnya akan memperoleh hambatan. Tahap-tahap praoperasional (usia 2 - 7 tahun) merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak belum stabil dan belum terorganisir secara baik. Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase berpikir, antara lain yaitu : (a) Berpikir simbolis, yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak, (b) Berpikir Egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. (c) Berpikir lntuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. 2.2.2 Karakteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Adapun karakteristik kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun yaitu antara lain : (1) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran, (2) tertarik dengan huruf dan angka, ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya serta menghitungnya, (3) telah mengenal sebagian besar warna, (4) mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu, (5) mengenal bidang dan bergerali sesuai dengan bidang yang dimilikinya (teritorinnya), (6) pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis, dan berhitung. 2.3 Kompetensi Pedagogik Dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 56 Tahun. Guru adalah desainer masa depan anak. Melalui sentuhannya, masa depan anak akan banyak ditentukan. Kesalahan perlakuan bisa berdampak fatal terhadap perkembangan anak, yang tidak hanya terjadi pada hari ini tapi justru nanti di kemudian hari. Untuk itu guru harus menguasai berbagai kompetensi yang dimiliki oleh seorang pendidik. Dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak, seorang guru/pendidik TK harus memiliki kompetensi yang mendukung perkembangannya. Dimana, ketika seorang guru menguasai kompetensi tersebut, yaitu dengan menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar, memiliki komunikasi yang baik dengan peserta didik, mengembangkan kurikulum yang ada, mengevaluasi hasil belajar, menjalin hubungan yang baik dengan orang tua murid akan sangat membantu perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun. Kompetensi pedagogik merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas yang akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya, khususnya pada perkembangan kognitif anak. 2.4 Kerangka Berpikir Kompetensi pedagogik pada dasarnya berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Dengan adanya kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh pendidik TK akan turut mempengaruhi perkembangan peserta didik terutama untuk kecerdasan-kecerdasan atau perkembangan kognitif peserta didik. Untuk lebih jelasnya akan digambarkan melalui kerangka berpikir sebagai berikut Kompetensi pedagogik pendidik PAUD : Perkembangan kognitif 1. Memahami karakteristik peserta didik. anak usia 5-6 tahun : 2. Menguasai teori belajar dan prinsip1. Sudah dapat memahami prinsip pembelajaran yang mendidik. 3. Pengembangan kurikulum. jumlah dan ukuran. 4. Menyelenggarakan kegiatan 2. Tertarik dengan huruf dan angka. pengembangan yang mendidik. 3. Telah 5. Memanfaatkan TIK mengenal sebagian besar warna. 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik 4. Mulai mengerti tentang waktu. 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, 5. Mengenal bidang dan bergerali sesuai dengan dan santun dengan peserta didik. bidang yang dimilikinya 8. Penilaian dan evaluasi proses dan hasil (teritorinnya). 6. Pada akhir usia 6 tahun, belajar. anak 9. Memanfaatkan evaluasi hasil penilaian untuk dan kepentingan mampu sudah mulai membaca, menulis, dan berhitung. pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Gambar 1: Kerangka Berpikir 2.5 Hipotesis Berdasarkan masalah dan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti membuat sebuah hipotesis bahwa” terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dengan perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Utara Kota Gorontalo”.