STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN IBU MELAHIRKAN DITOLONG OLEH DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: ALHIKMA 1111104000047 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M RIWAYAT HIDUP Nama : Alhikma Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 13 Januari 1993 Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jln. Kapten Anwar Arsyat No. 06 RT. 38 RW.11 Pakjo Palembang, Sumatera Selatan Telepon : 085269468656 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. TK Pertiwi 1 – Palembang TK Islam Al Itihad – Palembang SD Negeri 29 – Palembang SMP Negeri 3 – Palembang MA Negeri 3 – Palembang UIN Syarif Hidayatullah – Jakarta Pengalaman Organisasi 1. 2. 3. 4. 5. 1997 – 1998 1998 – 1999 1999 – 2005 2005 – 2008 2008 – 2011 2011 – 2015 : Ketua English Club SMP Negeri 3 Palembang Ketua Geografi Club MA Negeri 3 Palembang Anggota Marching Band MA Negeri 3 Palembang Wakil Ketua PMR MA Negeri 3 Palembang Biro Event Organizer BEMJ UIN Syarif Hidayatullah vi 2005 – 2006 2008 – 2009 2009 – 2010 2009 – 2010 2013 – 2014 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015 Alhikma, NIM : 1111104000047 Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong oleh Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor ABSTRAK Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Salah satu faktor yang berperan penting dalam proses persalinan adalah penolong persalinan. Persalinan dengan ditolong oleh dukun bayi masih menjadi pilihan sebagian masyarakat Indonesia. Penelitan ini bertujuan untuk mengekplorasi pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Parung Kabupeten Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancara mendalam. Partisipan meliputi ibu yang telah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada periode Januari sampai dengan Desember 2014 yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan metode Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi enam tema yaaitu: 1) Makna persalinan bagi ibu yang ditolong oleh dukun bayi; 2) Aspek psikologis ibu dalam persalinan oleh dukun bayi; 3) Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi; 4) Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi; 5) Tindakan dukun bayi dalam proses persalinan; dan 6) Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Hasil penelitian ini dapat membeikan gambaran pada petugas kesehatan bahwa keberadaan dukun bayi tidak bisa dipungkiri dari kehidupan msyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan dan pentingnya memahami aspek psikologis dan sosiokultural pada ibu yang akan bersalin. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi secara mendalam aspek psikologis dan sosiokultural pada ibu bersalin. Kata kunci : Pengalaman, Persalinan, Dukun Bayi Daftar Bacaan : 95 (1994-2014) vii SCHOOL OF NURSING FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate thesis, Juli 2015 Alhikma, NIM : 1111104000047 Phenomenology Studies the Experience of Mothers Giving Birth Rescued by Traditional Birth Attendant at Working Area of Public Health Center in Parung District Bogor Regency ABSTRACT Childbirth is one of the key events and always keep in mind in a woman's life. One factor that plays an important role in the birth process is a birth attendant.Deliveries assisted by traditional birth attendants is still the choice of most people in Indonesia. This research aims to explore the experience of mothers giving birth assisted by traditional birth attendant in working area of public health center in Parung district, Bogor regency. This study is a qualitative research design of descriptive phenomenology through in-depth interviews. Participants include mothers who have given birth to assisted by traditional birth attendant in the period January to December 2014 were obtained through purposive sampling. The data collected in the form of interviewrecordings and field notes were analyzed by Colaizzi method. This study identified six themes, namely: 1) The meaning of labor for the mother attended by traditional birth attendant; 2) Psychological Aspects of mothers in childbirth by traditional birth attendants; 3) Myth in births attended by traditional birth attendant; 4) The reasons mothers choose to give birth assisted by traditional birth attendants; 5) Measures of traditional birth attendant in labor; and 6) Discomfort mother in births attended by traditional birth attendant. The results could provide an overview on health workers that the presence of traditional birth attendant can not be denied of people’s lives far from health facilities and the importance of understanding the psychological and sociocultural aspects of the mother to be maternity. Further research is needed on deep exploration of psychological and sociocultural aspects of the maternal. Keywords: Experience, Childbirth, Traditional Birth Attendant Reference’s: 96 (1994-2014) viii KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi. Shalawat serta salam tidak lupa dihanturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya. Proposal ini disusun untuk memenuhi satuan kredit semester (SKS) pada semester VIII, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran untuk tujuan perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. 2. Ayah, Ibu, dan Nenek yang selalu memberikan semangat dan mendo’akan dalam menjalani semua proses perkuliahan. 3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 5. Ibu Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep., Sp.Kep.Mat., Ph.D selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi. ix 6. Ibu Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Matselaku Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan motivasi. 7. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep., M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing. 8. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi. 9. Segenap Staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan. 10. Teman-teman keperawatan 2011 , dan sahabat yang yang telah berjuang bersama-sama dalam perkuliahan di Keperawatan. 11. Kepada Kader Puskesmas Parung yang telah membantu selama proses pengambilan data. 12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu. Penulis berdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT Aamiin. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasanpembaca pada umumnya. Jakarta, 06 Juli 2015 Penulis x DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ................................................................................................. i Pernyataan Keaslian ........................................................................................ ii Pernyataan Persetujuan Pembimbing .............................................................. iii Pengesahan Ujian ............................................................................................ iv Pengesahan Skripsi .......................................................................................... v Data Diri .......................................................................................................... vi Abstrak ............................................................................................................ vii Abstract ........................................................................................................... viii Kata Pengantar ................................................................................................ ix Daftar Isi .......................................................................................................... xi Daftar Bagan ................................................................................................... xiv Daftar Lampiran ................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6 E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ........................................................................................ 8 B. Persalinan ........................................................................................... 9 xi 1. Definisi Persalinan ....................................................................... 9 2. Jenis Persalinan ........................................................................... 10 3. Faktor - Faktor Persalinan ........................................................... 11 4. Tanda Persalinan ......................................................................... 12 5. Asuhan Persalinan Normal .......................................................... 13 6. Tahap Persalinan .......................................................................... 13 C. Dukun Bayi ........................................................................................ 15 1. Definisi Dukun Bayi .................................................................... 15 2. Faktor - Faktor Persalinan oleh Dukun Bayi .............................. 16 3. Resiko Persalinan ditolong oleh Dukun Bayi ............................. 17 4. Kerangka Teori ............................................................................. 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Istilah .............................................................................. 19 B. Jenis Penelitian ............................................................................. 19 C. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 21 D. Pemilihan Partisipan .................................................................... 22 E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 22 F. Analisa Data ................................................................................ 27 G. Keabsahan Data ........................................................................... 28 H. Etika Penulisan ............................................................................ 32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Partisipan ..................................................................... 34 B. Hasil Analisa Tematik ....................................................................... 35 xii BAB V PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi .............................................. 49 B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 76 C. Implikasi Untuk Keperawatan .............................................................. 77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ............................................................................................... 78 B. Saran ..................................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii DAFTAR BAGAN 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 18 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat pengambilan data Lampiran 2 Surat izin Dinas Kesehatan Lampiran 3 Lembar persetujuan partisipan Lampiran 4 Pedoman wawancara Lampiran 5 Matriks Analisa Tematik xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Setiap wanita akan memiliki pengalaman melahirkan tersendiri yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif ataupun positif, yang akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial jangka pendek maupun jangka panjang (Henderson, 2006). Salah satu faktor yang berperan penting dalam proses persalinan adalah penolong persalinan (Yanti, 2010). Penolong persalinan berperan dalam memberikan bantuan dan dukungan agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman(Sumarah, dkk, 2009). Idealnya, setiap ibu yang bersalin ditolong oleh tim atau tenaga kesehatan terlatih (Varney, 2008). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih sangat penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu saat persalinan (Depkes RI, 2009). Jaminan Persalinan (Jampersal)merupakan program pemerintah dalam rangka memfasilitasi ibu hamil agar mendapat akses dan penanganan dari tenaga kesehatan terlatih.Sebelumnya, semua ibu hamil yang membutuhkan layanan itu bisa memperoleh Jampersal di bidan desa atau bidan Puskesmas setempat. Oleh para bidan, biaya persalinannya diklaim ke Jampersal. Namun kini Jampersalditangani oleh 1 JKN dan 2 hanya dapat diakses melalui layanan di Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik dan fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama dengan JKN (PDPERSI, 2014). Bagi ibu bersalin yang tinggal di perkotaan yang dekat dengan fasilitas kesehatan mungkin perubahan sistem ini tidak menjadi masalah yang serius namun, bagi ibu bersalin yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan perubahan ini tentu menjadi hambatan bagi mereka. Tempat pelayanan kesehatan yang lokasinya sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil dan bersalin terhadap pelayanan kesehatan dan keterjangkauan terhadap informasi (WHO, 2008) Angka persalinan dengan bantuan tenaga non kesehatan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan perubahan program Jampersal tersebut (Kemenko Kesra, 2012). Salah satu yang menjadi pilihan untuk pertolongan pesalinan oleh tenaga non kesehatan adalah dukun bayi (Amirudin, 2007). Hal ini disebabkan tidak sedikit ibu bersalin merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun bayi(Meilani dkk, 2009). Padahal ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dan kesakitan dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan, serta tempat persalinan ibu yang melahirkan ditolong oleh dukun bayi biasanya dilakukan di rumah, sehingga akan menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat apabila sewaktu-waktu dibutuhkan (WHO, 2008). 3 Hasil survei Riskesdas (2010) dari 43,2% ibu yang melahirkan dirumah, 40,2% melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah dengan angka persalinan oleh dukun bayi tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan laporan puskesmas di wilayah Kabupaten Bogor jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh dukun bayi adalah 10.592 kasus (8,6%) (Dinkes Kab Bogor, 2013).Persalinan dengan ditolong oleh dukun bayi seringkali menimbulkan dampak yang akan menyebabkan angka kesakitan, komplikasi persalinan, dan bahkan kematian pada ibu bersalin(Sufiawati, 2012). Berdasarkan data SDKI (2012) jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup denganresiko kematian ibu paling banyak terjadi pada periode persalinan. Dari laporan puskesmas (SP3) pada tahun 2013 di Kabupaten Bogor kasus kematian ibu terjadi sebanyak 60 kasus kematian, yang 40 diantaranya terjadi pada ibu bersalin (Dinkes Kab Bogor, 2013). Ini menujukan periode persalinan berkontribusi besar terhadappeningkatan AKI di Indonesia(Lancet, 2006 dalam Nurrahmiati, 2012). Puskesmas Kecematan Parung merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Bogor. Puskesmas Parung memberikan pelayanan kesehatan untuk 6 desa yakni Desa Parung, Desa Pemagarsari, Desa Waru, Desa Waru Jaya, Desa Jabon, dan Desa Iwul. Puskesmas ini dilengkapi dengan PONED yang buka 24 jam untuk melayani ibu yang akan bersalin. Namun, jumlah persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Parung masih cukup tinggi. Pada tahun 2014 dari data Puskesmas Parung terdapat 11 4 ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi yang tersebar di 6 desa di Kecamatan Parung. Desa Iwul merupakan desa dengan jumlah persalinan yang ditolong oleh dukun bayi terbanyak di Kecamatan Parung.Dari hasil studi pendahuluan ada banyak faktor yang menyebabkan ibu bersalin di lebih memilih melahirkan dengan ditolong oleh didukun bayi, salah satunya jarak tempat tinggal mereka ke fasilitas kesehatan.Dilihat dari jarak Puskemas dan klinik bidan desa ke permukiman masyarakat memang cukup jauh sehingga, tidak semua ibu yang akan bersalin memanfaatkan PONED atau bidan untuk menolong persalinan. Hal inilah yang seringkali mengakibatkan berbagai masalah atau komplikasi pada proses persalinan dan bahkan resiko kematian pada ibu bersalinkarena keterlambatan untuk merujuk pada kasus kedaruratan persalinan. Pengalaman melahirkan ditolong dukun bayi menarik untuk diteliti karena masih sedikit penelitian yang secara khusus meneliti tentang fenomena ini. Melahirkan merupakan suatu kejadian yang selalu akan terjadi dalam kehidupan manusia dan merupakan salah satu harapan bagi setiap orang tua untuk memiliki keturunan, serta dianggap sebagai salah satu kejadian istimewa dalam hidup setiap pasang makhluk hidup (Nurrahmaton, 2011). Pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi menjadi penting untuk diketahui karena dapat mempengaruhi ibu dalam persiapan menghadapi persalinan selanjutnya dan mempengaruhi orang lain dalam pengambilan keputusan untuk memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan (Nurfadillah, 2013). Semakin tinggi angka 5 persalinan yang ditolong oleh dukun bayi, maka semakin tinggi resiko suatu persalinan yang tidak aman yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu di Indonesia (Manuaba, 2004). Pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi juga dapat dijadikan pembelajaran dan evaluasi untuk perbaikan program kesehatan terutama untuk ibu melahirkan. B. Rumusan Masalah Perubahan sistem jaminan persalinan berdampak pada penurunan akses ibu bersalin terhadap fasilitas kesehatan (Kemenko Kesra, 2012). Ibu bersalin yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan lebih memilih untuk melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi (Amirudin, 2007). Disisi lain tidak sedikit ibu bersalin merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun bayi(Meilani dkk, 2009). Pengalaman bersalin dengan ditolong oleh dukun bayi menjadi menarik untuk diketahui karena berdeda dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan baik dari segi alat, tempat dan teknik yang digunakan. Pengalaman melahirkan ditolong dukun bayi juga dapat menjadi pengaruh besar bagi orang lain dalam memilih penolong persalinan nantinya (Nurfadillah, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas Parung Kabupaten Bogor ?” 6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna dan arti pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi. b. Menjadi landasan, evidance based, dan evaluasi program keperawatan terutama keperawatan maternitas mengenai pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur ilmu pengetahuan bagi pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan wawasan serta data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji, mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi . b. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya kepada ibu yang akan melahirkan. 7 c. Bagi masyarakat Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi kepada masyarakat tentang pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Penelitian akan dilakukan dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2015, dan bertempat di wilayah kerja Puskesmas Parung Kabupaten Bogor. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang dibantu dengan pedoman wawancara, alat pencatat dan perekam. Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu yang telah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada periode bulan Januari sampai bulan Desember 2014 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskemas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, ditanggung, dan sebagainya) (KBBI, 2013). Notoatmodjo (2007) mengungkapkan pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Sedangkan menurut Endarmoko (2006) pengalaman tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. Pengalaman terdiri dari immediacy of experience dan subjective experience. Immediacy of experience diartikan sebagai pengalaman baru yang dialami seseorang. Pengalaman baru ini akan membentuk persepsi seseorang terhadap suatu kejadian. Sedangkan subjective experience merupakan persepsi yang terbentuk dari hasil interaksi yang lama dengan kejadian atau situasi kejadian (Emerson, 2009). Untuk membuat persepsi tentang makna dan perasaan pengalaman seseorang secara sadar, dibutuhkan kemampuan untuk mengkaji apa yang mereka pikir, lihat, dengar, dan rasakan selama berinterksi dengan kejadian atau situasi tersebut (Polit & Hungler, 2004). Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan diri dari dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi 8 9 gambaran lengkap kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam putih, baik buruk, yang dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup tersebut (Bungin, 2008). Hasil riset tentang ingatan jangka panjang dari para wanita menunjukan bahwa pengalaman selama melahirkan akan menjadi memori yang terasa sangat jelas dan mendalam. Pengalaman inilah yang nantinya dapat berpengaruh pada kesiapan wanita menghadapi persalinan berikutnya. Sebagian wanita memiliki pengalaman melahirkan yang positif, menyenangkan, dan bahkan membangkitkan semangat dan rasa senang saat membicarakannya, sementara yang lain mengingatnya dengan malu, marah, menyesal, atau menarik diri (Simkin, 2005). B. Persalinan 1. Definisi Persalinan Menurut Prawirohardjo (2005) persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2007).Persalinan normal dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta (Rohani, 2011). 10 2. Jenis Persalinan Menurut Yanti (2010) berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut yaitu (1) persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut; (2) persalinan buatan adalah bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi sectio caesaria; (3) persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. Sedangkan berdasarkan tuanya umur kehamilan persalinan dibedakan atas (1) abortus yaitu pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram; (2) partus immaturus yaitu pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram; (3) partus prematurus yaitu pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram; (4) partus maturus atau aterm yaitu pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih; (5) partus postmaturus atau serotinus yaitu pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu (Depkes RI, 2008). 11 3. Faktok–Faktor Persalinan Menurut Yanti (2010) ada lima faktor yang mempengaruhi persalinan yang biasa disingkat dengan 5P yaitu : a. Power Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan atau meneran. b. Pasagge Bagian tulang panggul, serviks, vagian dan dasar panggul (displacement). c. Passenger Terutama janin (secara khusus, bagian kepala janin), plasenta, selaput dan cairan ketuban/amnion (Helen, 2001). d. Psikis Ibu Tidak kalah pentingnya untuk lancarnya sebuah proses persalinan. Ibu yang dalam kondisi stress, otot–otot tubuhnya termasuk otot rahimnya mengalami spasme yang dapat meningkatkan rasa nyeri persalinan, sehingga menghambat proses persalinan (menjadi lama atau macet). e. Penolong persalinan Memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, keberhasilan persalinan yang menghasilkan ibu dan bayi yang sehat dan selamat ditentukan oleh penolong yang terampil dan kompeten. 12 Hasil penelitian yang dilakukan di 97 negara menunjukan ada kolerasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu. Semakin tiggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah akan diikuti penurunan kematian diwilayah tersebut (Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun Depkes RI, 2008). 4. Tanda Persalinan a. Tanda Permulaan Persalinan Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan. 2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundusuteri menurun. 3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. 4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah dari uterus (false labor pains). 5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Davild, 2010). 13 b. Tanda in-partu 1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. 2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. 3) Dapat disertai ketuban pecah dini. 4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks(Prawirohardjo, 2007). 5. Asuhan Persalinan Normal Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan yang dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan atau optimal (Depkes RI, 2007). 6. Tahap Persalinan a. Kala I Secara klinis dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show). Lendir yang bercampur darah ini berasal dari berasal dari canalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh–pembuluh kapiler yang ada di sekitar canalis servikalis itu pecah karena pergeseran–pergeseran ketika 14 serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam dua fase yaitu (1) fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm; (2) fase aktif : dibagi menjadi tiga fase, yakni, fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm). Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala satu berlangsung kira–kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira–kira 7 jam (Prawirohardjo, 2009). b. Kala II Kala II persalinan dimulai ketika pembukaa serviks sudah lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan adalah (1) ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi; (2) ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina; (3) perineum menonjol; (4) vulva dan sfingter ani membuka; (5) meningkatan pengeluaran lendir bercampur darah. Sedangkan tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina(Oxorn, 2010). 15 c. Kala III Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu (1) pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir; (2) melakukan penegangan tali pusat terkendali; (3) massase fundus uteri(Manuaba, 2009). d. Kala IV Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu dengan melakukam pemantauan pada kala IV yaitu (1) lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat; (2) evaluasi tinggi fundus uteri; (3) memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan; (4) periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum; (5) evaluasi keadaan ibu; (6) dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan (Cunnningham, 2006). C. Dukun Bayi 1. Definisi Dukun Bayi Dukun adalah seorang wanita yang telah berumur ± 40 tahun ke atas, pekerjaan ini bersifat turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini (Wiknjosastro, 2007).Dukun bayi 16 adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional. Dukun bayi merupakan sosok yang sangat dipercaya dikalangan masyarakat, memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar (Meilani dkk, 2009). Menurut Syafrudin (2009), jenis dukun terbagi menjadi dua, yaitu: a. Dukun terlatih yaitu, dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus. b. Dukun tidak terlatih, yaitu dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. 2. Faktor - Faktor Persalinan oleh Dukun Bayi a. Faktor geografis, di daerah dengan kondisi geografis dan transportasi yang sulit meski telah terdapat bidan atau fasilitas kesehatan, namun dalam kondisi darurat maka dukun bayi tetap menjadi pilihan dalam menolong persalinan karena lebih mudah untuk dijangkau keberadaannya (Nurhayati, 2008). b. Masih langkahnya tenaga medis didaerah-daerah pedalaman, meski keberadaan dukun dikota semakin berkurang namun masih saja terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun bayi, bahkan di sebagian besar kabupaten dukun bayi masih berperan dominan dalam menolong persalinan (Dian, 2009). 17 c. Kultur budaya masyarakat kita terutama di pedesaan masih lebih percaya kepada dukun bayidibandingkan bidan atau doktersebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi (Dian, 2009). d. Faktor ekonomi, bahwa sekitar 65% dari seluruh masyarakat yang menggunakan dukun bayikarena alasan biaya walaupun ada yang merasa lebih nyaman terhadap pelayanan yang diberikan oleh dukun bayi. e. Dukungan keluarga, keluarga memegang pengaruh besar dalam pengambilan keputusan untuk melahirkan ditolong oleh dukun bayi (Nurfadillah, 2013). 3. Resiko Persalinan ditolong oleh Dukun Bayi Pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi masih menggunakan cara-cara tradisional yang dapat merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). Dukun sebagai penolong persalinan memiliki pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas yang sangat terbatas oleh karena atau apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang profesional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayi sampai pada kematian ibu saat bersalin (Wiknjosastro, 2005). 18 D. Kerangka Teori Persepsi tentang persalinan Immediacy of experience : Pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi Proses persalinan Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan : 1. Power 2. Passage 3. Passanger 4. Psikis 5. Penolong Persalinan - Nakes - Dukun bayi Ket : _____Diteliti --------Tidak diteliti Bagan 2.1Kerangka Teori Modifikasi teori Emerson (2009); Simkin (2005); Yanti (2010); dan Musbikin (2007) 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Istilah 1. Pengalaman adalah suatu yang pernah dialami dan dirasakan ibu ketika menghadapi proses melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. 2. Ibu adalah seorang wanita yang pernah melahirkan seorang anak. 3. Melahirkan atau persalinan adalah proses pengeluaran janin, plasenta dan selaput ketuban dari rahim ibu dengan cara-cara tertentu. 4. Dukun bayi adalah seorang wanita yang dipercaya masyarakat untuk membantu melahirkan bayi karena keterampilan yang didapat secara turun-temurun. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau kelompok bersamaan dengan kondisi yang relevan (Kuswarno, 2009). Alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti quisioner, selain itu metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa metode 19 20 penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek pada kondisi yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Obyek alamiah yang dimaksud oleh Sugiyono (2013) adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, saat berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah. Jadi selama melakukan penelitian tentang bagaimana pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi, peneliti sama sekali tidak mengatur kondisi maupun melakukan manipulsasi terhadap variabel. Desain penelitian ini adalah fenomenologi deskriptif. Fenomenologi merupakan proses pembelajaran dan pembuatan makna dari pengalaman melalui dialog intensif dengan orang-orang yang memiliki pengalaman terhadap sesuatu Moleong, 2010). Pada penelitian ini peneliti ingin meneksplorasi, menganalisis, dan mendeskripsikan fenomena tentang pengalaman melahirkan ditolong oleh dukun bayi secara khusus. Menurut Streubert & Carpenter (2003) ada tiga tahapan untuk menelaah suatu fenomena yaitu : intuiting, analyzing, dan describing. Intuiting merupakan langkah awal peneliti untuk memulai berinteraksi dan memahami fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2003). Peneliti mencoba menggali fenomena yang ingin diketahui dari partisipan mengenai pengalamannya melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Pada tahap ini peneliti menghindari kritik, opini atau evaluasi tentang hal-hal yang disampaikan 21 informan dan mengarahkan pada fenomena yang diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang sebenarnya dari responden. Langkah kedua adalah analyzing, pada tahap ini peneliti mengidentifikasi arti dari fenomena yang telah digali dan mengeksplorasi keterkaitan antara data yang disampaikan dengan fenomena yang ada (Streubert & Carpenter, 2003). Data yang penting dianalisis secara seksama dengan mengutip pertanyaan yag signifikan, mengkategorikan lalu menggali intisari dari data, sehingga peneliti memperoleh pemahaman terhadap fenomena yang diteliti. Langkah terakhir adalah describing, pada tahap ini peneliti mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang didasarkan pada pengklasifikasian dan pengelompokan fenomena. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah Parung Kabupaten Bogor. C. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2015. Penelitiandilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.Jumlah perempuan yang melahirkan ditolong oleh dukun tahun 2014 adalah 11 orang (Data Puskesmas Parung, 2014). 22 D. Pemilihan Partisipan Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik Snowball, yaitu dengan cara menghubungi partisipan pertama dan meminta rekomendasi satu orang untuk dijadikan partisipan selanjutnya dan seterusnya sesuai kriteria yang ditentukan. Partisipan dalam penelitian ini adalahibu yang telah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada periode bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2014 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Parung Kabupaten Bogor. Kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Ibu yang telah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada periode bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2014 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Parung Kabupaten Bogor. 2. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua pertanyaan peneliti. 3. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian. Informan dikategorikan sebagai kriteria eksklusi apabila pindah tempat tinggal dan tidak dapat dijangkau oleh peneliti. E. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap partisipan berdasarkan pedoman wawancara mendalam yang telah 23 disusun. Dalam wawancara peneliti juga mengunakan alat bantu tulis dan tape recorder.Tahap pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari : 1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data a. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin penelitian kepada pihak-pihak terkait seperti : Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Kepala Puskemas Parung, dan RT/RW dan melakukan kode etik penelitian. b. Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, tanpa dibuatkan transkrip hasil wawancara. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada partisipan sebenarnya. c. Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian ini. d. Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada partisipan lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data. 2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu cara mengumpulkan data dengan wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan 24 penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan partisipan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2008).Peneliti menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya namun tetap bedasarkan pada pedoman wawancara yang telah disiapkan peneliti agar wawancara tidak menyimpang jauh. Biasanya pertanyaan muncul secara spontan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan wawancara (Maleong, 2007). Teknik ini akan menciptakan komunikasi langsung, luwes, fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapatkan lebih banyak dan luas mengenai pengalaman ibu melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010) mengungkapkan bahwa wawancara mendalam dapat dilakukan dalam waktu satu jam. Pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara agar memperoleh data yang valid dan akurat (Sugiyono, 2010). Peneliti melakukan kontrak waktu dengan partisipan, sehingga partisipan dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa terganggu oleh wawancara. Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang. Selama melakukan wawancara mendalam penelti juga membuat catatan 25 lapangan (field note) yang mendeskripsikan tanggal, waktu, kondisi dilingkungan rumah informan, kondisi saat wawancara dan reaksi yang dimunculkan informan ketika wawancara mendalam. Tehnik wawancara dimulai dari hal yang bersifat umum ke khusus, karena peneliti ingin menjalin hubungan saling percaya terlebih dahulu kepada partisipan agar partisipan bisa terbuka dan menerima kehadiran peneliti sehingga dapat memperoleh hasil yang benar- benar akurat dan sesuai yang diharapkan peneliti. Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat, lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban partisipan serta wawancara dilakukan dengan face to face. Wawancara akan berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan partisipan. Stainback dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa rapport adalah suatu hubungan yang saling menguntungkan, merasa saling percaya dan terjalin emosi diantara kedua orang (peneliti dan partsipan). Prosedur yang harus dipenuhi dalam wawancara fenomenologi menurut Ibid dalam Kuswarno (2009) sebagai berikut: a. Menyatakan dengan jelas identitas, dan tujuan peneliti. b. Mampu membuat catatan-catatan kecil yang lengkap dan cepat selama wawancara berlangsung. c. Usahakan untuk mengingat pertanyaan untuk meminimalkan kehilangan kontak mata dengan partisipan. 26 d. Usahakan untuk tidak banyak bicara (menimpali partisipan) ketika wawancara berlangsung. e. Merekam proses wawancara dalam bentuk video atau kaset untuk keakuratan data. f. Membuat jadwal wawancara untuk masing-masing partisipan. g. Mencocokan tingkat pertanyaan dengan kemampuan pasrtisipan. h. Memperhitungkan waktu untuk pembuatan transkrip wawancara. i. Menciptakan suasana nyaman selama proses wawancara. j. Mempersiapkan cara-cara interupsi yang tidak akan mengganggu proses wawancara. k. Percaya dengan kemampuan mewawancarai. l. Mempersiapkan cara atau metode yang akan digunakan ketika wawancara. m. Tidak melenceng jauh dari daftar pertanyaan yang telah dibuat (pedoman wawancara), namun bisa berkembang seiring situasi saat wawancara. n. Belajar untuk mendengarkan o. Mampu mengendalikan ledakan/ pancaran emosi selama wawancara berlangsung. p. Antisipasi bila jawaban partisipan melenceng dari pertanyaan peneliti. q. Mengucapkan terima kasih kepada partisipan, diakhir wawancara sekaligus meminta dipublikasikan. persetujuannya bila hasil wawancara 27 r. Meminta kesediaan partisipan untuk wawancara tambahan bila diperlukan. s. Menanyakan dengan pertanyaan yang tepat dan bergantung kepada partisipan ketika mendiskusikan makna peristiwa yang mereka alami, sesungguhnya membutuhkan kesabaran dan keterampilan khusus dari peneliti. F. Analisa Data Penganalisaan data dilakukan dengan analisa kualitatif melalui wawancara yang mendalam (indepth interview) terhadap informan. Penelitian ini mengunakan teori analisa data menurut tehnik Colaizzi (1978). Langkahlangkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert (2003), meliputi: a. Peneliti dapat memberikan gambaran fenomena yang diteliti, yaitu tentang pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi. b. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang diteliti. c. Peneliti membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang sesuai fenomena yang diteliti. d. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pertanyaan-pertanyaan penting dari setiap pernyataan partisipan. e. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan. 28 f. Peneliti mengorganisasikan data yang terkumpul dan mengelompokannya kedalam suatu kelompok tema. g. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan kedalam bentuk deskriptif secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema. h. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat. i. Jika ada data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003). G. Keabsahan Data Data yang peneliti peroleh dalam penelitian kualitatifnya perlu diuji validitas dan reliabilitas untuk mengukur keabsahan data. Hal ini dikarenakan hal yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya (Sugiyono, 2010). Data yang valid yaitu data apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin, 2003; Sugiyono, 2010 & Streubert, 2003). Oleh karena itu penelitian kualitatif perlu dilakukan uji keabsahannya, adapun uji keabsahan tersebut meliputi: uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Maleong, 2007; Sugiyono, 2010). 29 1. Kredibilitas (Credibility) Kredibilitas menguraikan fokus penelitian dan menunjukkan kepercayaan diri terhadap kebenaran data dan bagaimana data di proses dan di analisis dengan baik sesuai dengan fokus yang dimaksudkan (Polit & Hunger, 1999 dalam Granehim & Lundman, 2003). Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi, dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check (Sugiyono, 2010 & Bungin, 2008). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu (Bungin, 2007) : a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam 30 bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli dalam bidang kualitatif. e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujianpengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data. Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas Peer debriefing. Dimana setelah peneliti mengumpulkan data, peneliti akan membuat transkrip data. Transkip data yang di buat peneliti akan dibicarakan kepada pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang dialami partisipan, tujuannya untuk menghindari penilaian subjektif dari peneliti. 2. Transferabilitas (Transferability) Uji transferabilitas mengandung arti bahwa data yang dilaporkan dapat diterapkan atau diberlakukan di tempat lain pula. Tempat lain tersebut juga harus memiliki karakter yang hampir sama dengan obyek penelitian sebelumnya (Lapau, 2012). Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin, 2008). Peneliti dalam melakukan uji tranferabilitas harus membuat laporan atau hasil penelitian secara jelas, rinci, sitematis, dan dapat dipercaya sehingga orang lain atau pembaca menjadi jelas dan mengerti terhadap hasil dari penelitian yang dilakukan dan agar orang lain dapat memutuskan untuk dapat mengaplikasikan atau tidak hasil penelitian tersebut di tempat 31 lain. Karekteristik objek tersebut meliputi objek tinggal jauh dari fasilitas kesehatan, objek dengan tingkat pendidikan rendah, objek yang belum banyak terpapar dengan informasi persalinan, dan objek dengan penghasilan rendah. 3. Dependabilitas Polit & Hunger, (1999) dalam Granehim & Lundman, (2003) menyatakan bahwa salah satu teknis untuk mencapai reliabilitas adalah dengan melibatkan seorang auditor eksternal untuk melakukan audit dan menelaah hasil penelitian secara keseluruhan. Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak (Bungin, 2003). Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi. Peneliti akan menjelaskan secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian. Peneliti juga akan menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing (auditor) untuk membuat suatu kesepakatan, dalam hal ini auditor eksternal yang dapat dilibatkan adalah pembimbing dari peneliti baik pembimbing I dan II untuk mereview seluruh hasil penelitian. 32 4. Konfirmabilitas (confirmability) Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Dalam penelitian kualitatif uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependability sehingga pengujiannya bisa dilakukan secara bersama (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data. H. Etika Penulisan Setiap penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian. Notoatmojdo (2010) mengemukakan prinsip dasar etika penelitian, meliputi : 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu harus menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat penelitian ini kepada partisipan dan melakukan inform consent, Jika partisipan bersedia maka partisipan harus menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesediaan menjadi partisipan. Namun, jika partisipan menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak partisipan. 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality). Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, peneliti tidak akan mencantumkan nama partisipan pada 33 lembar pedoman wawancara atau hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti hanya akan menggunakan kode pada lembar pedoman wawancara dan mengunakan inisial dalam penyajian hasil penelitian serta akan membuat password ketika data dimasukan ke dalam file tersendiri dan yang boleh mengetahui password tersebut hanya peneliti dan para pembimbing. 3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice/inclusiveness). Peneliti menjaga prinsip keadilan dengan memberikan perlakuan yang sama pada setiap partisipan dan tidak membeda-bedakan ras, agama, dan sebagainya. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat maupun partisipan sendiri. Peneliti juga perlu berusaha untuk meminimalkan dampak yang merugikan. BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada empat partisipan. Melalui proses analisa data secara induktif dari hasil wawancara mendalam dan catatan lapangan, ditemukan tema-tema esensial yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif pada penyajian hasil penelitian berikut. Penyajian hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan gambaran karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Bagian kedua berisi pemaparan hasil analisis tematik pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Karakteristik partisipan yang diuraikan meliputi umur, agama, suku bangsa, jumlah anak, pekerjaan suami, pekerjaan ibu, dan anggota keluarga yang tinggal serumah. Paparan hasil penelitian meliputi deskripsi hasil wawancara mendalam yang disusun berdasarkan tema yang ditemukan. A. Karakteristik Partisipan Sebanyak empat partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini. Mereka adalah ibu yang pernah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada tahun 2014 yang bertempat tinggal di diwilayah kerja Puskesmas Parung, Kabupaten Bogor. Karakteristik partisipan sebagai berikut : Partisipan pertama (P1) 43 tahun, Islam, Sunda, SD, ibu rumah tangga, suami pedagang, jumlah anak tiga orang, anggota keluarga yang tinggal serumah tiga orang. 34 35 Partisipan kedua (P2) 27 tahun, Islam, Jawa, SD, ibu rumah tangga, suami buruh, jumlah anak dua orang, anggota keluarga yang tinggal serumah dua orang. Partisipan ketiga (P3) 38 tahun, Islam, Sunda, SD, ibu rumah tangga, suami petani, jumlah anak dua orang, anggota keluarga yang tinggal serumah tiga orang. Partisipan keempat (P4) 32 tahun, Islam, Sunda, SD, ibu rumah tangga, suami kuli bangunan, jumlah anak dua orang, anggota keluarga yang tinggal serumah tidak ada. B. Hasil Analisa Tematik Hasil analisa tematik ini menjelaskan enam tema yang ditemukan dalam penelitian ini. Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman ibu melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi sebagai berikut : 1) Makna persalinan bagi ibu yang ditolong dukun bayi; 2) Aspek psikologis ibu dalam persalinan oleh dukun bayi; 3) Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi; 4) Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi; 5) Tindakan dukun bayi dalam proses persalinan; 6) Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. 1. Makna persalinan bagi ibu yang ditolong dukun bayi Makna persalinan mencangkup semua makna yang berkaitan dengan salah satu fungsi fisiologis reproduksi perempuan yaitu melahirkan. Pada studi ini ditemukan beberapa makna yang terkandung dalam proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi yang meliputi: 1)Proses alamiah ; nyawa ; 3)Akhir proses kehamilan; 4) Pengalaman berharga. 2) Pertaruhan 36 a. Proses alamiah Keempat partisipan menyatakan bahwa makna persalinan merupakan suatu proses yang alamiah bagi seorang perempuan. Salah satu partisipan yang pernah dua kali menggalami proses melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi menyampaikan ceritanya bahwa saat ini dirinya memaknai proses melahirkan sebagai suatu hal yang alamiah bagi setiap perempuan, berikut ungkapannya : “.....melahirkan itukan suatu hal yang alamiah, bakalan dirasain semua perempuan....melahirkan itu sudah menjadi kemampuan alamiah seorang perempuan....” (P1). Satu partisipan lainnya mengekspresikan makna persalinan sebagai suatu hal yang akan dialami oleh setiap perempuan untuk memiliki keturunan, seperti ungkapan pernyataan berikut ini: “....suatu proses yang akan dialami oleh setiap perempuan, proses awal untuk menjadi seorang ibu dan punya keturunan....kalau kita sebagai perempuan ga pernah melahirkan kita tidak akan punya anak kandung teh....“ (P3) b. Pertaruhan nyawa Dua dari empat partisipan mengungkapkan bahwa persalinan dipandang sebagai suatu proses yang mempertaruhkan nyawa bagi seorang perempuan. Berikut salah satu ungkapan partisipan tersebut: “... Lahiran itu proses yang mempertaruhkan nyawa bagi wanita, nyawa kita ada diujung tanduk saat harus ngelahirin bayi.... ga sedikit orang yang meninggal pas lahiran, makanya sering dibilang jihadnya wanitalah lahiran itu...” (P4). 37 c. Akhir proses kehamilan Tiga dari empat partisipan mengungkapkan bahwa persalinan merupakan akhir dari kehamilan dan lahirnya seorang anak kedunia seperti ungkapan salah satu partisipan berikut ini: “....melahirkan itu menjadi akhir dari kehamilan selama sembilan bulan....bayi yang kita kandung akan lahir kedunia dan kita akan menjadi orang tua....” (P2). d. Pengalaman berharga Keempat partisipan mengungkapkan bahwa melahirkan merupakan suatu pengalaman berharga dan bersejarah yang dialami selama kehidupan. Berikut ini adalah ungkapan pertisipan tersebut: “....pengalaman yang sangat berharga banget teh buat saya, ga akan dilupain pengalaman lahiran mah...buat pelajaran kalau lahiran lagi mesti gimana ngelakuinnya....” (P4). “....melahirkan itu peristiwa bersejarah dalam hidup saya jadi pengalaman berharga pokoknya...saya benar-benar bersyukur bisa merasakan melahirkan seorang anak, jadi bisa saya ceritakan keanak cucu pengalaman saya selama melahirkan dulu....” (P1). 2. Aspek psikologis ibu dalam persalinan oleh dukun bayi Aspek psikologis meliputi bagaimana seorang perempuan yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi bisa memberikan gambaran nyata dan mampu menilai dirinya, khususnya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan persalinan, termasuk didalamnya adalah perasaan yang dirasakan selama proses persalinan di dukun bayi. Dalam studi ini, aspek psikologis persalinan meliputi konsep diri dan perasaan yang dirasakan selama proses persalinan. 38 a. Konsep diri Dua dari empat partisipan mengungkapkan gambaran diri terkait dengan persalinan sebagai tahapan untuk menjadi wanita seutuhnya kerena dirinya menganggap bahwa seorang perempuan akan menjadi wanita seutuhnya apabila telah melalui tahapan hamil dan melahirkan seorang anak. Berikut ini adalah ungkapan pertisipan tersebut : “.... saya merasa benar-benar menjadi seorang wanita seutuhnya ketika bisa melahirkan seorang anak dari rahim saya sendiri, bisa kasih keturunan buat suami saya merasa bangga...” (P4). “....Saya kalau lihat diri saya sekarang sudah jadi perempuan bangetlah... udah hamil, melahirkan, dan punya anak udah lengkap...alhamdulillah saya sudah jadi wanita seutuhnya...” (P3). Bagian lainnya yang berkaitan dengan konsep diri yaitu peran dan harga diri. Dua partisipan mengungkapkan bagaimana perannya setelah persalinan sertapandangan terhadap diri yang merasa sangat berarti bagi suami dan anak seperti yang diungkapkan salah satu partisipan berikut: “.....saya sekarang menjadi istri untuk suami saya dan menjadi ibu untuk anak kami....”(P3. “.....suami saya bilang sayang banget sama saya....selama lahiran dulu dia selalu ada disamping saya....walaupun sekarang perhatiannya lebih keanak tapi saya tetap merasa berarti karena saya sudah bisa jadi istri dan ibu yang baik buat laki dan anak saya....” (P2). Satu partisipan mengungkapkan bahwa dirinya merasa percaya diri walau melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Rasa percaya diri ini didorong oleh adanya sikap positif terhadap diri dan lingkungan meskipun menyadari adanya perbedaan pada dirinya berkaitan dengan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Berikut ungkapan partisipan tersebut: “....Saya mah pede aja teh walau lahirannya di emak paraji, kenapa mesti malu. Walau saya pengen bisa lahiran di RS tapi kan saya harus ngertiin 39 keadaan suami saya...orang-orang sini juga udah pada paham gimana keaadaan saya jadi ga ada yang ngomong macem-macem...”(P1). Satu dari partisipan lainnya mengungkapkan merasa kurang percaya diri karena melahirkan ditolong oleh dukun bayi.Perasaan ini terkait dengan persepsi tentang pandangan orang lain yang memandang persalinan di dukun bayi sebagai suatu hal yang tabu untuk kehidupan saat ini. Seperti ungkapan salah satu partisipan berikut: “..... kadang saya suka malu teh kalau ditanya lahirannya dimana sama orang-orang, suka ga percaya diri karena orang lain lahirnya di dokter atau bidan saya cuma bisa lahiran di dukun...kata orang udah ketinggalan jaman lahiran di dukun mah....”(P4). Bagian lain dalam konsep diri adalah harapan diri atau ideal diri. Harapan diri perempuan yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi sangat beragam. Kebanyakan diantara mereka sangat menginginkan dapat melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan, tenaga kesehatan yang lebih menyesuaikan dengan kondisi tempat dimana mereka tinggal, dan persalinan yang dilakukan dirumah mereka sendiri. Keempat partisipan menginginkan dapat melakukan persalinan di tenaga kesehatan dengan berbagai pertimbangan, diantaranya faktor usia yang sudah beresiko tinggi untuk melahirkan, faktor kesehatan, fasilitas kesehatan di rumah sakit atau bidan yang lebih lengkap, dan keilmuan bidan yang lebih berkembang dibandingkan dengan dukun bayi. Berikut ungkapan partisipan tersebut: “.....saya berharap bisa lahiran di bidan, namanya buat jaga-jaga kesehatan... Bidan di posgandu juga bilang kalau nanti hamil lagi, lahirannya harus dibidan ga boleh di emak paraji karena usia saya udah 40 lebih, udah beresiko untuk melahirkan...” (P1). 40 “.....saya pengennya kalau nanti lahiran lagi bisa lahiran di RS teh... kalau di emak dukun ga ada alatnya jadi cuma di raba-raba pakek perasaan aja, kalau di RS alatnya lengkap, ilmu bidannya juga berkembang, jadi lebih terjamin keselamatan saya sama bayinya....” (P2) Tiga dari empat partisipan juga menginginkan tenaga kesehatan dapat membantu persalinan di rumah bukan hanya di klinik atau puskesmas. Mereka mengangap persalinan dirumah lebih nyaman dan tenang karena dapat didampingi oleh suami dan keluarga. Berikut salah satu ungkapan partisipan: “.... yaa harapan saya kalau lahiran lagi bidannya bisa dateng kerumah saya kayak mak dukun, karena kalau mau lahiran kadang kita susahlah nyari kendaraan, ga keburuhlah ke bidannya, apalagi kalau malam teh. Jadi alangka baiknya kalau bidannya saja yang datang kerumah.... saya juga merasa lebih nyaman teh kalau lahirannya dirumah bisa ditemani suami sama anak juga jadi lebih tenang pas lahirannya...” (P4) Tiga dari empat partisipan juga berharap bisa mendapatkan informasi terkait kehamilan dan persalinan. Informasi tentang tanda-tanda persalinan yang kurang sering kali menyebabkan keterlambatan untuk membawa ibu yang akan melahirkan ke fasilitas kesehatan. Berikut salah satu pernyataan partisipan tersebut: “....saya kira awalnya mules mau BAB teh, pas saya keempang ternyata kepala bayinya udah mau nonggol...kalau bisa kita dikasih penyuluhan tentang tanda-tanda mau lahiran itu gimana, namanya orang kampung kan kurang ilmunya....” (P2). b. Dominasi perasaan Aspek psikologis bagi seorang perempuan yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dipengaruhi oleh dominasi perasaan yang dirasakan selama proses persalinan. Ada berbagai macam perasaan yang dirasakan partisipan ketika akan memulai proses persalinan mulai dari 41 perasaan biasa saja sampai dengan perasaan takut. Berikut ini adalah ungkapan partisipan tersebut: “.....pas mau lahiran didukun saya perasaannya takut teh karena dari awal saya udah diwanti-wanti sama bidan kalau lahiran nanti jangan didukun harus di RS tapikan udah ga keburuh kesananya jadi saya takut teh kalau nanti terjadi apa-apa sama saya atau bayinya....” (P3). “.....saya merasa deg-degan gitu didada, ga nyaman rasanya walaupun ini lahiran anak kedua saya tetep takut juga... saya pernah denger cerita tetangga ada yang meninggal pas ngelahirin didukun saya jadi cemas teh....” (P2). Dua dari empat partisipan ada pula yang merasa lebih tenang ketika dibacakan jampei-jampei oleh dukun yang membantu proses persalinan dimana jampei-jampei ini dianggap dapat memberikan perlindungan selama proses persalinan. Berikut adalah ungkapan partisipan tersebut: “.....ada perasaan khawatir juga teh awalnya, namanya lahiran saya khawatir sama kondisi bayinya lemah atau ga normal pas lahirnya tapi setelah dibacain jampei-jampei oleh dukun saya merasa lebih tenang teh, kayak kejaga jadinya...kejaganya itu kita kayak dilindungi, kan jampeijampei itu sama kayak doa....”(P1). 3. Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi meliputi nilai-nilai budaya masyarakat yang mempengaruhi proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Mitos atau anggapan budaya yang berkaitan dengan perempuan yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam studi ini meliputi: 1) Larangan memakan ikan; 2) Pantangan berisik saat proses persalinan; 3) Ritual ngapas dan ngambui; 4) Ngucap amit-amit; 5) Ritual kerik. 42 a. Larangan makan ikan Dua partisipan mengungkapkan bahwa selama hamil sampai setelah persalinan mereka dilarang untuk memakan ikan agar peranakan tidak bau amis seperti ikan, seperti ungapan salah satu partisipan berikut: “.....selama hamil sampai habis lahiran ga boleh makan ikan teh, ikan apa aja ga boleh teh... kata orang sini ikan kan bau amis ya, nanti peranakannya bau teh, terus gatel-gatel... jadi selama hamil sampe abis lahiran saya ga makan ikan, makanya tempe, tahu, ayam kalo lagi ada....” (P2). b. Larangan berisik saat proses persalinan Dua partisipan lain menungkapkan bahwa tidak boleh berisik selama persalinan dengan alasan dapat mengundang datangnya mahluk halus seperti ungkapan partisipan berikut ini: “.....pas lahiran kita ga boleh berisik teh, kata mak dukun kalau berisik nanti manggil mahluk halus... mahluk halus kan seneng kalau banyak darah-darah....” (P1). c. Ritual ngapas dan ngambui Tiga partisipan juga mengungkapkan pantangan untuk memakan makananan yang tidak dimakan ketika masa ngapas karena dapat menyebabkan ngambui yaitu luka bekas persalinan yang tidak sembuhsembuh . Seperti ungkapan salah satu partisipan berikut: “.....kalau belum puput pusernya, saya kan ngapas. Jadi ngapas itu saya boleh makan semua makanan. Nah nanti kalau udah copot tali pusatnya saya ga boleh makan makanan yang saya ga makan pas ngapas... nanti ngambui teh, ngambui maksudnya itu peranakan yang luka waktu lahiran nanti bisa basa lagi jadi ga sembuh-sembuh lukannya, jadi koreng gitu....” (P3). 43 d. Ngucap amit-amit Keempat partisipan juga menggungkapan bahwa ibu hamil harus mengucap amit-amit saat melihat hal-hal buruk yang tidak diharapkanseperti ungkapan partisipan berikut: “....kalau ngeliat orang cacat atau buta gitu kita ngucap amit-amit teh biar bayinya ga kayak gitu....”(P3). e. Ritual kerik Keempat partisipan mengungkapakan setelah 40 hari pasca persalinan harus dilakukan ritual kerik untuk bersih-bersih setelah persalinan dan syukuran karena telah dibantu dalam persalinan oleh dukun bayi, seperti ungkapan salah satu partisipan berikut: “.....pas 40 hari abis lahiran dikerik teh, dikerik itu kata orang mah bersih-bersih sehabis lahiran....kan pas lahiran itu kita banyak ngeluarin darah, jadi bau darah. Nah biar bersih kita harus dikerik, tangan kita digosok pakek koin terus dimandiin pakek air bunga yang sudah disediain sama dukunnya... nanti bayinya juga dibaca-bacain doa sama dukunnya biar selamet hidupnya... kerik juga sebagai ucapan terima kasih sama dukunnya karena udah ditolong lahiran, biasanya kita kasih uang lagi kedukunnya....” (P4). 4. Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh didukun bayi adalah segala faktor-faktor yang mendorong ibu melakukan persalinan dengan ditolong oleh dukun bayi yang tidak didapat ketika melakukan persalinan ditenaga penolong persalinan lain. Dalam studi ini didapatkan beberapa alasan ibu memilih melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi yang meliputi: 44 a. Dukun sangat sabar Keempat partisipan menyatakan bahwa dukun sangat sabar selama menolong persalinan seperti yang diungkapkan salah satu partisipan yang pernah dua kali melakukan persalinan didukun berikut ini: “.....dukun itu sabar banget waktu nolongin lahirannya, kan bayinya lumayan lama keluarnya sama mak dukun bener-bener ditungguin teh....walaupun uangnya ga seberapa dukunya tetep sabar dan iklas nolong saya lahiran....saya pernah dulu waktu hamil periksa dibidan, bidannya agak judes gitu teh, beda sama mak dukun....” (P2). b. Dukun siap kapanpun dibutuhkan Tiga dari empat partisipan mengungkapkan dukun siap kapanpun dibutuhkan, tidak kenal waktu baik siang maupun malam seperti ungkapan salah satu partisipan berikut: “.....sayakan lahirannya tengah malem ya teh, tapi mak paraji tetep dateng bantuin lahiran... pokoknya kalau sama mak paraji kapanpun kita lahiran dia siap bantuin....”(P3). c. Biaya persalinan didukun lebih murah Satu pertisipan mengungkapkan persalinan didukun lebih murah dibandingkan persalinan ditenaga kesehatan seperti ungkapan salah satu partisipan berikut: “....lahiran didukun murah teh, masih bisa dijangkau sama orang kayak saya.... kalau lahiran di bidan mahal teh sejutaan kata tetangga saya... kalau dimak dukun kurang lebih lima ratus ribu, itu juga sudah sama mandiin,urut, godokan, sama kerik...”(P1). d. Tempat tinggal dukun mudah dijangkau Keempat partisipan sepakat mengatakan bahwa lokasi tempat tinggal dukun lebih mudah dijangkau dari tempat mereka tinggal dibandingkan dengan rumah sakit atau klinik bersalin seperti ungkapan salah satu partisipan berikut: 45 “....rumah dukunkan dideket sini teh, bisa manggil mak dukun sambil jalan kaki juga... kalau RS atau bidan jauh teh jadi kalau udah ga keburuh biasanya manggil mak dukun orang sini buat bantu lahiran kan mak dukunnya masih tetangga juga....”(P3). e. Persalinan dilakukan di rumah Keempat partisipan mengugkapkan merasa lebih nyaman melakukan persalinan dirumah sendiri, dukun satu-satunya tenaga kesehatan yang dapat membantu persalinan dirumah seperti yang diungkapkan salah satu pertisipan berikut: “ .....kalau lahiran sama mak paraji bisa dirumah sendiri, jadi lebih nyaman pas lahirannya karena bisa ditemani keluarga...kalau dibidan kita harus keklinik bidannya teh, bidan ga mau bantu lahiran dirumah...padahalkan kalau udah ga tahan mau lahiran orang sini sering susah nyari kendaraan buat kekliniknya.”(P2). 5. Tindakan dukun bayi dalam proses persalinan Tindakan yang dilakukan oleh dukun dalam menolong persalinan dalam studi ini meliputi cara untuk melahirkan plasenta, cara untuk mengeluarkan air ketuban yang tertelan, dan pemberian jamu pasca persalinan. a. Membacakan jampei-jampei Dua partisipan mengungkapkan dukun membacakan jampei-jampei sebelum membantu proses persalinan, seperti yang diungkapkan salah satu partisipan berikut: “ ...sebelum bantu lahiran dibacain jampei-jampe dulu sama mak dukunnya biar selama lahiran saya sama bayinya dilindungi...” (P4). 46 b. Memotong dan merawat tali pusar Keempat partisipan mengatakan dukun memotong tali pusar dengan menggunakan gunting khusus yang didapat dari puskesmas seperti ungkapan salah satu pertisipan berikut: “....Dukun waktu motong tali pusatnya pakek guting yang dikasih puskesmas teh, kalau dulu memang masih pakek bambu tapi sekarang udah ga boleh lagi... terus tali pusatnya sekarang cuma boleh di pakein betadin sama kassa teya, ga boleh dikasih jamu-jamu karena dukunnya dimarahin bidan kalau dimacem-macemin...”(P3). c. Menguburkan ari-ari Keempat partisipan mengungkakan setelah membantu persalinan, dukun bayi juga membantu untuk menguburkan ari-ari atau plasenta seperti ungkapan salah satu pertisipan berikut: “... pas abis lahiran tuh, setelah bayi sama sayanya dibersiin parajinya ngurus ari-arinya teh... dibersiin terus dikubur dibelakang rumah ariarinya sambil didoain...” (P3). d. Godokan dan urut Tiga partisipan juga mengungkapkan dukun memberikan godokan dan mengurut ibu sebagai bentuk perawatan pasca melahirkan seperti salah satu ungkapan partisipan berikut: “....sama mak paraji dikasih godokan teh, godokan itu dari daun-daunan yang dibikin sama mak parajinya. Dikasih selama 7 hari katanya biar cepet sembuh luka dalem pas lahirannya dan biar ASI lancar .... terus pas 7 hari, 15 hari sama 40 hari abis lahiran saya diurut sama mak paraji, kata mak paraji diurut biar naikin peranakannya. Kan pas ngelahirin itu peranakan kita turun, diurut itu biar naek lagi.... Kalau di bidan kan kita dikasih obat suntik nah kalau didukun kita diurut sama dikasih godokan aja teh....”(P1). 47 6. Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan adanya ketidaknyamanan yang dialami saat melakukan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Adapun ketidaknyamanan yang dirasakan terkait dengan kondisi fisik dukun, fasilitas yang tersedia, dan privasi yang kurang saat persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. a. Perasaan takut karena keterbatasan fisik dukun Tiga dari empat partisipan mengungkapkan adanya ketidaknyamanan yang dirasakan karena dukun yang menolong persalinan sudah tua dan mengalami penurunan pengelihatan seperti yang diungkapkan oleh salah satu partisipan berikut: “.....ga nyamannya itu karena emak dukunnya udah tua teh, jadi matanya udah agak rabun....kitakan jadi takut ya nanti dia salah-salah motong atau apa gitu gara-gara ga jelas ngeliatnya....”(P1). b. Kekhawatiran karena peralatan yang dimiliki dukun terbatas Keempat partisipan mengungkapkan ketidaknyamanan terkait alat-alat yang disediakan oleh dukun sangat terbatas seperti ungkapan salah satu partisipan berikut: “.....khawatir karena di paraji alatnya itu seadaannya jadi kurang nyaman teh lahirannya...kepikiran kalau semisalnya bayinya kenapa-kenapa pas lahir kan susah buat tindakan segeranya ....” (P2). c. Privasi kurang terjaga selama persalinan Dua partisipan mmengungkapkan ketidaknyamanan yang dirasakan karena saat persalinan hanya di tutupi kain dan orang-orang yang datang 48 dapat melihat proses persalinan seperti yang diungkapkan salah satu partisipan berikut: “.....kan pas lahiran banyak tetangga yang dateng, saya ngerasa agak ga nyaman teh soalnya kan cuma pakek kain emak paraji nutupin saya jadi orang-orang ngeliatain pas lahirannya... ngerasa malu aja gitu teh diliatin sama orang-orang.....”(P3). BAB V PEMBAHASAN Bab ini menguraikan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian yang telah diperoleh. Bagian pertama menguraikan pembahasan hasil penelitian yaitu membandingan dengan konsep teori, dan berbagai penelitian sebelumnya yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua akan menguraikan berbagai keterbatasan selama proes penelitian dengan membandingkan pengalaman selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya dilakukan sesuai dengan aturan. Bagian ketiga menguraikan tentang implikasi penelitian sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan bagi ilmu keperawatan baik dalam pelayanan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pendidikankeperawatan. A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi Penelitian ini menghasilkan enam tema dimana diantaranya memiiki subtema dengan beberapa kategori tertentu. Tema-tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini. Makna Persalinan Bagi Ibu Yang Ditolong Dukun Bayi Persalinan memiliki makna tersendiri bagi ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Pada penelitian ini, persalinan diartikan dengan makna yang beragam sesuai dengan apa yang dipersepsikan partisipan. Makna persalinan bagi ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam 49 50 penelitian ini meliputi persalinan sebagai proses alamiah, pertaruhan nyawa, akhir proses kehamilan, dan pengalaman berharga bagi seorang ibu. Proses Alamiah Makna persalinan bagi ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukunbayi adalah suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap perempuan. Persalinan dianggap sebagai kemampuan alamiah seorang perempuan yakni melahirkan seorang anak untuk meneruskan keturunan.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lothian (2000) melaporkan bahwa persalinan merupakan proses alamiah yang tergantung pada kepercayaan wanita terhadap kemampuan dirinya. Hasil penelitan ini juga diperkuat oleh penelitian Ohm (2009) yang mengungkapkan bahwa persalinan adalah proses normal dan alamiah yang secara langsung diatur oleh kemampuan tubuh menjalankan fungsinya.Meskipun persalinan adalah suatu proses yang alami dan normal, namun bila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi proses yang abnormal yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian. Oleh sebab itu setiap individu yang akan melahirkan berhak mendapatkan pelayanan persalinan yang berkualitas (Purwandari, 2008). Pertaruhan nyawa Ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada penelitian ini juga memaknai persalinan sebagai proses pertaruhan nyawa. Perjuangan seorang ibu saat melahirkan bayi yang dikandungnya diibaratkan seperti meletakan nyawa mereka di ujung tanduk, artinya ibu bisa saja meninggal karena proses 51 persalinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2014)yang melaporkan tidak sedikit ibu harus meregang nyawa untuk menyelamatkan bayinya saat proses persalinan, sehingga persalinan disebut juga sebagai proses pertaruhan nyawa bagi seorang wanita. Disisi lain pada penelitian yang dilakukan oleh Mulyadin (2008) melaporkan hasil bahwa sebagian masyarakat masih menganut pandangan bahwa kematian pada saat persalinan adalah hal normal dan tidak dapat dihindari, bahkan kematiannya dikatakan sebagai mati syahid dimana ibu yang meninggal saat melahirkan dianggap akan masuk surga. Kematian ibu saat melahirkan dipercayai sebagai “kodrat” yang sudah seharusnya ditanggung oleh perempuan itu sendiri yang akhirnya menyebabkan kurangnya penanganan untuk mencegahnya terjadi. Akhir proses kehamilan Persalinan juga dimaknai sebagai ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi sebagai akhir dari proses kehamilan selama sembilan bulan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kaneshiro (2013) yang melaporkan bahwa persalinan adalah proses ketika kehamilan berakhir setelah batas waktu yang normal (sekitar 40 minggu), dimana jika bayi lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan maka kelahiran itu dianggap prematur sedangkan jika lebih dari usia kehamilan 42 minggu disebut dengan istilah kehamilan lambat. Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwaibu menganggap persalinan hanya akan terjadi pada akhir dari usia kehamilan cukup bulan sehingga tidak memikirankan kemungkinan persalinan yang bisa terjadi lebih cepat atau lebih lama dari perkiraan awal sehingga persiapan yang dilakukan sering kali 52 terlambat, akibatnya tidak sedikit ibu yang akhirnya harus melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi karena keterlambatan dalam mengenali tanda-tanda persalinan dan penentuan tempat bersalin. Pengalaman berharga Ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun juga memaknai persalinan sebagai suatu pengalaman berharga yang tidak terlupakan, pengalaman ini nantinya akan mereka bagikan dengan anggota keluarga yang lain sebagai sebuah pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Reeder et al (2011) yang melaporkan bahwa persalinan merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita, persalinan menjadi tahapan transisi dalam fase kehidupan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Salma (2007) yang menyatakan proses persalinan sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi seorang wanita, apalagi bagi ibu yang baru pertama kali bersalin. Bagi wanita primigravida merupakan hal yang pertama dialami, sedangkan pada ibu multigravida mereka telah mempunyai riwayat dan pengalaman tentang proses melahirkan yang mempengaruhi proses persalinannya. Pengalaman berharga yang didapatkan selama proses persalinan tidak hanya akan berdampak pada ibu yang menjalaninya namun kepada orang lain disekitarnya, karena pengalaman melahirkan adalah suatu peristiwa penting yang akan selalu diingat dan diceritakan kepada orang lain. 53 Aspek psikologis ibu dalam persalinan oleh dukun bayi Aspek psikologis yang berkaitan dengan persalinan meliputi konsep diri dan dominasi perasaan yang dirasakan selama proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. William H. Fitts dalam Agustiani (2009) menyatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri juga berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang, dengan mengetahui konsep diri seseorang kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Menjadi wanita seutuhnya Partisipan dalam penelitian ini memberikan gambaran terhadap diri mereka tentang wanita yang telah mengalami proses persalinan sebagai wanita seutuhnya karena dirinya telah melalui tahapan hamil dan melahirkan seorang anak sehingga mampu memberikan keturunan untuk keluargannya. Hal ini sesuai dengan salah satu teori tentang fungsi biologis keluarga yang pertama yakni untuk meneruskan keturunan (Pujosuwarno, 1994). Hasil penelitian dan teori ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Yuniar (2013) yang melaporkan ibu mengambarkan diri mereka sebagai wanita yang sempurna setelah mampu melewati proses persalinan normal. Gambaran diri ibu bersalin dalam penelitian ini sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga terhadap ibu sehingga tercermin sebagai gambaran diri yang positif. 54 Menjadi istri dan ibu Konsep diri mencangkup juga peran dan harga diri didalamnya. Pengalaman melahirkan memberikan kontribusi besar dalam pembentukan peran sebagai seorang ibu. Seorang ibu mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu keluarga, baik peranannya bagi suami maupun anaknya (Pujosuwarno, 1994). Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa dirinya merasa sangat berarti untuk anak dan suami karena telah mampu menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu dari anaknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Bee dan Oetting dalam Bryar (2008) yang mengatakan asumsi yang mendasari teori Mercer tentang pencapaian peran ibu adalah ibu mempunyai konsep diri yang relatif stabil, diperoleh melalui sosialisasi seumur hidup yang menentukan bagaimana ibu menjelaskan dan merasakan peristiwa serta persepsinya tentang respon bayi dan orang lain terhadap perannya sebagai ibu, sepanjang situasi kehidupannya. Percaya diri Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh semua individu termasuk ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi (Nuraeni, 2010). Hasil penelitian ini menunjukan adanya kepercayaan diri positif partisipan tentang persalinan yang ditolong oleh dukun bayi karena adanya pandangan positif tentang penilaian orang sekitar terhadap dirinya. Hal ini sejalan dengan teori Hurlock (1974) tentang tidak adanya prasangka buruk dari anggota keluarga akan membangun kepercayaan diri seseorang dan ketika seorang ibu memiliki kepercayaan diri itu maka akan membuat seseorang dapat menerima keadaan 55 dirinya. Dilain sisiadapula partisipan lainnya memandang bahwa persalinan yang ditolong oleh dukun bayi adalah suatu hal yang memalukan untuk diketahui oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmadani (2008) yang menunjukan jika kita mengangap penilaian orang lain terhadap kita negatif, maka kita pun menilai diri kita negatif dan kemudian kita mengembangkan konsep diri yang negatif. Dapat melahirkan di Nakes Konsep diri mencangkup juga ideal diri yaitu harapan seseorang terhadap dirinya dalam hal ini khususnya bagaimana ideal diri partisipan pada proses persalinan. Mereka menginginkan dapat melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan, persalinan yang dilakukan di rumah sendiri, dan pemberian informasi terkait kehamilan dan persalinan dari tenaga kesehatan. Pada persalinan yang akan datang partisipan pada penelitian ini sudah berencana untuk bersalin difasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan. Hal ini bisa disebabkanoleh banyak faktor seperti pengaruh dari orang terdekat maupun pihak profesionalkesehatan, serta perasaan tentang nilai risiko kehamilan. Menurut Reeder (2010) saat ini pemilihan layanan maternal semakin sering dibuat berdasarkan saran daripihak profesional. Selain itu, output dari pengalaman seseorang dapat berbeda-beda sehingga ibu akan memiliki kecenderungan yang persalinan tersebut. berbeda pulaterhadap pengalamannya pertolongan 56 Dapat bersalin di rumah Dari penelitian yang dilakukan WHO (2008) persalinan yang dilakukan di rumah akan menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Walaupun demikian, dalam penelitian ini ibu bersalin yang tetap mengharapkan dapat melakukan persalinan di rumah mereka sendiri karena persalinan dirumah dirasa lebih nyaman dan tenang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Echahulu (2007) dimana suasana di rumah yang akrab membuat ibu hamil merasa mendapatkan dukungan lebih dari keluarga maupun tetangga. Kamar juga selalu tersedia dan tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit dan dengan persalinan di rumah ibu hamil dapat terhindar dari infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit. Hal terpenting, biaya bersalin di rumah jauh lebih murah jika dibandingkan di RS. Persalinan di rumah dapat dibenarkan bagi wanita dengan kehamilan risiko rendah. Namun persalinan ini perlu didukung fasilitas yang memadai. Jika diperlukan, rujukan dapat diberikan dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, para penolong persalinan di rumah juga perlu ditingkatkan kemampuannya, dan mampu menjalin kerja sama dengan jaringan pelayanan yang lebih tinggi (Lesti, 2005). Kebutuhan informasi Informasi dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan sebagai cara untuk mengumpulkan data dan untuk menganalisis fakta sehingga ibu lebih percaya diri dalam menghadapi masalah (Hadi, 2006). Mendapatkan informasi tentang kehamilan dan persalinan yang benar merupakan salah satu ideal diri 57 setiap ibu, termasuk ibu yang melahiran dengan ditolong oleh dukun bayi pada penelitian ini. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Juariah (2009) yang melaporkan bahwa informasi tentang kehamilan, persalinan, dan nifas memiliki pengaruh penting terhadap perempuan dalam memilih penolong. Dari informasi yang diterima, mereka dapat memahami komplikasi yang dapat muncul selama periode tersebut. Sehingga mereka akan lebih berhati-hati untuk memilih penolong. Perempuan yang tidak memiliki informasi kesehatan lebih cenderung untuk memilih dukun bayi dibandingkan dengan perempuan yang memiliki akses terhadap informasi kesehatan. Akses tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, bukubuku atau majalah kesehatan, dan lain-lain. Partisipasi tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan terutama terkait dengan persalinan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu bersalin baik terkait dengan tanda-tanda persalinan dan persalinan yang aman. Dominasi Perasaan Aspek psikologis lainnya dalam penelitian ini berkaitan dengan dominasi perasaan yang dirasakan selama proses persalinan. Hasil penelitian menunjukan adanya perasaan takut dan khawatir yang dominan selama proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisman (2011) dimana dalam proses persalinan wanita mengalami gangguan-gangguan seperti rasa cemas dan takut akan kelahiran anak atau peran menjadi ibu. Hal tersebut didorong pula dengan kondisi hormonal yang cenderung menciptakan ketidakstabilan tubuh dan pikiran, sehingga wanita yang 58 akan bersalin menjadi lebih mudah panik-cemas, mudah tersinggung, jauh lebih sensitif, mudah terpengaruh, cepat marah, menjadi tidak rasional, dan sebagainya (Andriana, 2011). Ketika ibu kecemasan dan stres, maka secara tidak langsung otak akan bekerja dan mengeluarkan corticotrophinreleasing hormone (CHR). CHR merupakan master hormon stres yang akan memicu pelepasan hormon stres glukokortikoid. Dengan dirangsang oleh glukokortikoid dan hormon stres lainnya, seperti adrenalin, maka otak dan tubuh akan mengalami ketegangan dan krisis. Pola normal dari hormon CHR dalam 109 masa kehamilan yaitu, dimulai pada trimester kedua kehamilan, tingkat corticotrophin-releasing hormone (CHR) meningkat. Kemudian dalam tiga bulan terakhir kehamilan, atau trimester ketiga, kadar corticotrophin-releasing hormone (CHR) meningkat lebih tinggi, hal ini akan merangsang produksi glukokortikoid berlebih dari ibu, dan hasilnya terjadi ketegangan dan kekakuan otot tubuh terutama menjelang persalinan (Aprilia & Ritchmond, 2011). Perasaan takut, khawatir dan deg-degan yang dirasakan menjadi tertutupi setelah ibu mendapatkan “jampei-jampei” oleh dukun bayi yang membantu persalinan dimana hal ini juga disampaikan pada penelitian yang dilakukan oleh Anggorodi (2009) yang melaporkan bahwadukun dilihat mempunyai ’jampejampe’ yang kuat sehingga ibu yang akan bersalin lebih tenang bila ditolong oleh dukun.Jampei-jampei ini membuat ibu merasa lebih nyaman dan aman dalam menghadapi proses persalinan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam penelitian ini. 59 Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi Mitos merupakan sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arahan tertentu kepada sekelompok orang. Mitos memberikan arah kepada kelakuan manusia dan merupakan semacam pedoman untuk kebijaksanaan manusia (Peuersen, 1988). Salah satu mitos yang berkaitan dengan perempuan adalah mitos terkait persalinan. Beberapa mitos seputar persalinan dalam penelitian ini, yaitu larangan ibu untuk makan ikan, pantangan berisik saat proses persalinan, ritual ngapas dan ngambui, Ngucap amit-amit, dan ritual kerik. Kepercayaan terhadap mitos merupakan bentuk pemahaman masyarakat tentang kewaspadaan menghindari resiko selama masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan bentuk keberagaman budaya suatu masyarakat. Budaya tersebut nantinya akan berpengaruh pada pola pikir, sikap, dan prilaku setiap individu. Ketidaktahuan akan kesehatan reproduksi serta status perempuan dalam keluarga dan lingkungan menjadi faktor penting dalam hal kepercayaan terhadap mitos seputar kehamilan, persalinan, dan nifas (Fauziah, 2012). Makanan dalam pandangan sosial-budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan dan ketentraman (SDKI, 2009). Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan janin.Dampaknya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang hamil juga mempengaruhi angka kematian perinatal (Sulistyoningsih, 2012). 60 Pantangan makan ikan Pantangan makanan merupakan suatu perilaku individu dalam masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau menghindari bahan makanan tertentu karena terdapat larangan yang bersifat budaya dan diperoleh secara turuntemurun pada kondisi tertentu (Foster & Anderson, 2006).Penelitian ini menemukan bahwa ibu di Parung mempercayai mitos tentang larangan makan ikan pada ibu hamil karena dapat menimbulkan bau amis ketika persalinan. Pantangan untuk makan ikan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Afiyah (2006) yang melaporkan bahwa masyarakat Pekalongan juga masih mempercayai ikan adalah makanan yang dilarang untuk ibu hamil. Alasan pantangan tersebut cenderung irasional, sebagai contoh tidak dimakannya ikan karena ikan berbau amis, sehingga dapat menyebabkan bayi dan peranakan bau.Faktanya bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Muarifah (2013) yang melaporkan bahwa ibu hamil di Toraja justru dianjurkan untuk makan ikan segar. Ikan segar adalah salah satu jenis makanan yang banyak mengandung protein. Protein untuk sang ibu memiliki fungsi sama yaitu sebagai zat pembangun (Khomsan, 2010). Artinya protein yang terdapat dalam ikan justru sangat baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil untuk proses pembentukan sel selama ibu tersebut tidak memiliki alergi terhadap jenis ikan tertentu. 61 Ritual ngapas dan ngambui Selain pantangan makan ikan, ada ritual ngapas yang dilakukan ibu pasca melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi, dimana sampai 40 hari pasca melahirkan ibu hanya boleh memakan makanan yang dimakan ketika masa “ngapas” dan apabila melanggar akan menyebabkan “ngambui” yaitu luka peranakan pasca melahirkan menjadi tidak sembuh dan menimbulkan koreng.Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Iskandar (2010) yang melaporkan masih banyak masyarakat yang mempercayai adanya pantangan makanan pada masa nifas, mereka menerima dan menolak jenis makanan tertentu dengan alasan makananan tersebut dapat memperlambat proses penyembuhan luka setelah proses persalinan terjadi. Nyatanya saat ritual ngapas dijalani banyak jenis makanan yang tidak dikonsumsi ibu karena lupa, sehingga sampai 40 hari setelah melahirkan ibu tidak memakan makanan tersebut karena takut menjadi “ngambui”. berpantangan makanan Dampak yang terjadi pada ibu nifas yang adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berkurang.Padahal kecukupan gizi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka (Manuaba, 2008). Artinya pantangan ini justru akan mempengaruhi proses penyembuhan luka setelah persalinan, berpantangan makan dalam waktu lama dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan angka kesakitan ibu. Pantangan berisik saat melahirkan Adapula mitos tentang pantangan berisik saat proses persalinan pada ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada penelitian ini karena anggapan bahwa suara berisik dapat memanggil mahluk halus. Hal ini didasari 62 oleh anggapan masyarakat bahwa ibu yang melahirkan mengeluarkan banyak darah dan mengalami keadaan tubuh yang semakin lemah sehingga mudah dipengaruhi oleh mahluk dengan maksud yang jahat.Sejalan dengan penelitian ini Fauziah (2012) dalam penelitiannya menemukanbahwa ibu hamil yang akan melahirkan biasanya mengalami gangguan emosional seperti ketakutan yang berlebihan dan lebih sensitif sehingga ibu mempercayai dengan tidak berisik saat melahirkan ibu akan merasa lebih tentram dan aman. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ron Hubbard (1951) yang menemukan Silent Birth, dimana persalinan dengan metode ini mengutamakan lingkungan yang tenang sehingga tidak ada suara baik dari penolong persalinan ataupun ibu yang bersalin selama persalinan berlangsung. Hal ini dikarenakan ibu seringkali mengutarakan kecemasan dalam bentuk ungkapan-ungkapan negatif selama persalinan sehingga berdampak buruk pada psikologis ibu ketika melahirkan. Mitos tentang larangan berisik selama proses persalinan dalam penelitian memiliki tujuan yang baik bagi psikologis ibu bersalin namun alasan yang melatarbelakanginya tidak bisa dibuktikan kebenarannya, sehingga ibu yang akan bersalin hendaknya lebih cermat dalam menyikapi mitos-mitos yang terkait persalinan tersebut. Ngucap amit-amit “Amit-amit jabang bayi” adalah ungkapan yang diucapkan ibu hamil dengan harapan janin terhindar dari kejadian yang tidak diiharapkan, ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam penelitian ini mempercayai apabila ibu ketika hamil melihat orang cacat atau hal buruk dan tidak mengucap 63 amit-amit maka bayi yang mereka kandung nantinya akan mengalami nasib yang sama dengan orang tersebut. Faktanya secara psikologis, perilaku tersebut justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat bagi ibu hamil. Adanya ketakutan dari perempuan bila tidak mempercayai pantangan dan anjuran yang dikatakan orang tua, dukun, kerabat atau tetangga karena mereka takut disalahkan apabila terjadi sesuatu pada bayi yang dikandungnya. Apalagi pada keluarga dengan ekonomi rendah, kepercayaan terhadap pantangan dan anjuran selama kehamilan menjadi suatu upaya penting dalam menghindari resiko terhadap kehamilan (Fauziah, 2012). Ritual Kerik Ritual kerik yang dilakukan 40 hari setelah persalinan dalam penelitian ini adalah bentuk bersih-bersih pasca persalinan dan wujud syukur serta terima kasih kepada dukun karena telah dibantu selama persalinan. Hal serupa juga dilakukan masyarakat di Kecamatan Susukan yang disebut dengan wisuh atau kobok. Kobok adalah ritual yang dilakukan di hari ke-40 pasca persalinan. Kobokdilakukan antara dukun bayi dengan si ibu secara bergantian yang diawali dengan dukun bayi mencuci tangan si ibu kemudian ibu tersebut mencucikan tangan dukun bayi, lalu dilanjutkan dengan mengurut perut ibu dengan tujuan memulihkan tenaga setelah melahirkan (Maryatun, 2012). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Setyawati (2010) bahwa dukun dipercaya sebagai aktor lokal yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tokoh kunci terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Dukun tidak hanya berperan saat proses persalinan berlangsung, namun juga pada saat 64 upacara-upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan bagi ibu dan anaknya seperti upacara tujuh bulanan kehamilan sampai dengan 40 hari setelah kelahiran bayi. Aktivitas ini tentunya tidak sama dengan apa yang dilakukan bidan sebagai tenaga paramedis dan hal ini juga lah yang membuat dukun memiliki tempat terhormat dan kepercayaan yang tinggi di masyarakat. Hasil penelitian dan teori ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh penelitian Anggorodi (2009) yang menyatakan bahwa hampir diseluruh Indonesia (Sulawesi tenggara dan Jawa barat), masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Karena peranan dukun bayi tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja tetapi juga melakukan upacara sedekah kepada alam supra alamiah dan dapat memberikan ketenangan pada pasien karena segala tindakan-tindakannya dihubungkan dengan alam supra alamiah yang menurut kepercayaan orang akan mempengaruhi kehidupan manusia. Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi Pemilihan penolong persalinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencari pertolongan dalam menghadapi proses persalinan. Setiap ibu yang akan melahirkan memiliki alasan-alasan tersendiri dalam memilih penolong persalinan, termasuk ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Alasan –alasan tersebut dipengaruhi pula oleh faktor-faktor seperti keyakinan dan kepatuhan mengikuti adat, akses terhadap informasi kesehatan, persepsi terhadap jarak dan dukungan keluarga (Juariah, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Agus Yenita (2012) melaporkan bahwa di 65 Sumatera Barat kepercayaan terhadap tradisi yang masih berlaku dimasyarakat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan dukun bayi sebagai tenaga penolong persalinan.Pada penelitian ini ditemukan beberapa alasan yang melatarbelakangi ibu dalam memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan. Dukun sangat sabar Alasan ibu memilih melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada penelitian ini salah satunya kerena dukun dinilai sangat sabar dalam menolong persalinan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meilani dkk (2009) bahwa dukun bayi memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka lakukan, sangat diakui oleh masyarakat bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan dimana untuk sekali membantu proses persalinan dukun tidak mematok harga khusus, artinya uang yang diberikan bisa seiklasnya atau bahkan berupa beras atau hasil pertanian lainnya. Di parung biaya persalinan untuk ibu yang melahirkan ditolong oleh dukun berkisar antara Rp.200.000,00 sampai dengan Rp.300.000,00 dan uang perawatan sekitar Rp.200.000,00 yang telah termasuk didalamnya jasa urut, godokan, memandikan bayi selama tujuh hari dan ritual kerik pada hari ke-40. Biaya yang dikeluarkan ketika bersalin dengan ditolong oleh dukun bayi ini dianggap ibu lebih murah jika dibandingkan dengan biaya persalinan di bidan atau rumah sakit, terlebih lagi bidan tidak memberikan perawatan pasca persalinan seperti yang dilakukan oleh dukun bayi. Hal ini juga menyebabkan 66 ibu yang bersalin dengan ditolong oleh bidan ketika kembali kerumah memanggil dukun untuk membantu merawat ibu dan bayi setelah persalinan. Umumnya partisipan dalam penelitian ini juga merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun dibandingkan bidan karena bidan dianggap kurang perhatian dan tidak sesabar dukun. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Cristian et al(2009) tentang kualitas pelayanan kesehatan yang merupakan halangan untuk mencari jasa pelayanan kesehatan. Sikap yang buruk dari petugas kesehatan adalah isu yang dapat menciptakan anggapan negatife dari pasien. Di Nepal, sebuah studi dilakukan untuk menunjukkan pengaruh sikap staf terhadap pemanfaatan asuhan kebidanan professional dan tercatat bahwa sikap staf yang baik terhadap klien memberikan kontribusi terhadap peningkatan pemanfaatan jasa pelayanan dan begitu pula sebaliknya. Dukun siap kapan saja dan tempat tinggalnya mudah di jangkau Dukun siap kapanpun dibutuhkan, dukun dapat dihubungi dengan telepon atau dijemput dirumah saat dibutuhkan untuk menolong persalinan. Lokasi tempat tinggal dukun dalam penelitian ini juga dekat dengan pemukiman masyarakat, bahkan dukun biasanya adalah tetangga dari partisipan itu sendiri. Hal ini juga di sejalan dengan penelitian Lestari (2014) bahwajarak rumah masyarakat dan dukun yang berada di desa berdekatan serta dukun selalu ada 24 jam, sehingga kapanpun masyarakat butuhkan dukun selalu ada dan selalu siap membantu. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Titaley et al. (2010) bahwa jarak ke fasilitas kesehatan merupakan kendala yang mencegah masyarakat menggunakan tenaga terampil. Jarak dari pemukiman masyarakat 67 dalam penelitian ini yang cukup jauh untuk sampai ke fasilitas kesehatan menyebabkan tidak sedikit dari mereka lebih memilih dukun bayi. Tanpa perlu menyiapkan alat transportasi dan menunggu waktu yang lama menyebabkan dukun bayi tetap menjadi pilihan alternatif untuk menolong persalinan di wilayah Parung. Biaya persalinan murah Alasan lain yang melatarbelakangi partisipan dalam penelitian ini memilih melahirkan ditolong oleh dukun karena biaya persalinan yang ditolong oleh dukun bayi dianggap lebih murah jika dibandingkan dengan persalinan di tenaga kesehatan. Flessa steffen (2011) yang melakukan penelitian di Kenya, mengemukakan bahwa tidak tercapainya cakupan dalam pelayanan sesuai target adalah karena biaya perawatan dan pengobatan oleh tenaga kesehatan maupun dirumah sakit cukup tinggi. Hasil penelitian sejalan dengan teori Manuaba, dkk (2009) bahwa ekonomi lemah membuat masyarakat berorientasi memilih bersalin menggunakan dukun.Hasil penelitian yang dilakukan Sidney Kristi et.al(2012) juga melaporkan bahwa di India keadaan social ekonomi keluarga mempengaruhi akses dan kualitas layanan, cakupan dan dampak terhadap pelayanan kesehatan yang pada intinya mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan. Sejalan pula dengan hasil penelitian Bungsu (2001) bahwa faktor sosial ekonomi cenderung berpengaruh terhadap keputusan untuk memilih pelayanan kesehatan yang dalam hal ini keputusan memilih penolong persalinan, faktor tersebut diantaranya adalah rendahnya pendapatan keluarga, dimana masyarakat 68 yang tidak memiliki uang yang cukup untuk medapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas. Biaya bersalin yang relatif murah merupakan salah satu alasan masyarakat memilih bersalin menggunakan dukun. Status ekonomi warga di wilayah kerja Puskesmas Parung tergolong ekonomi rendah, dimana sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan buruh dengan penghasilan paspasan dan tidak menentu. Dukun tidak menetapkan biaya yang tetap atau yang tinggi terhadap masyarakat yang memilih bersalin dengannya, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat adalah sukarela. Pemerintah sebenarnya mempunyai kebijakan jaminan persalinan gratis yang bertujuan untuk meningkatkan akes persalinan di fasilitas kesehatan melalui program Jampersal yang kini dikelolah oleh JKN. Kebijakan tersebut merupakan usaha agar pelayanan kesehatan lebih merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Namun, keberadaan Jampersal untuk beberapa ibu dianggap tidak telalu membantu, selain pengurusan untuk memperolehnya yang merepotkan ibu tetap akan membayar biaya tambahan (out of pocket) seperti biaya obatobatan dan perawatan yang diberikan bidan. Jampersal juga tidak berlaku jika ibu memilih bersalin di rumah dan memanggil bidan ke rumah. Sama halnya jika bersalin pada bidan praktek swasta, Jampersal tidak berlaku.Sebagian besar ibu di Wilayah kerja Puskemas Parung justru lebih tertarik dengan jaminan persalinan yang diberikan oleh pihak swasta. Jaminan persalinan ini dianggap lebih membantu karena tidak ada biaya tambahan yang dikeluarkan. 69 Persalinan dilakukan dirumah Dukun dalam membantu persalinan bersedia untuk datang kerumah pasiennya. Ini artinya persalinan dapat dilakukan dirumah partisipan sendiri. Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya merasa lebih nyaman saat melakukan persalinan dirumah sendiri karena dapat didampingi oleh keluarga dan kerabat, selain itu dalam beberapa kasus ibu sering sudah dalam keadaan akan segera melahirkan sehingga tidak memungkinkan untuk dibawa ke fasilitas kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Eryando (2006) yang mengungkapkan bahwa sebagian subyek dalam penelitiannya lebih nyaman untuk bersalin dirumah karena dapat dihadiri seluruh keluarga untuk memberikan dukungan pada saat persalinan. Selain itu menurut Sapoerrna (1997) keuntungan lain persalinan dirumah yaitu ibu yang akan melahirkan berada pada suasana yang sudah dikenal sehingga menimbulkan kenyamanan. Hal lain yang berpengaruh pada pemilihan persalinan dirumah dengan ditolong oleh dukun bayi adalah adanya sikap acuh ibu untuk menentukan lebih awal penolong persalinannya. Sehingga ketika tanda-tanda persalinan telah muncul baru kemudian ibu memilih penolong persalinannya tanpa pertimbangan yang matang (Afdal dkk, 2012). Tindakan dukun bayi dalam proses persalinan Langkah-langkah pertolongan persalinan oleh dukun bayi sebenarnya sama halnya dengan proses persalinan pada umumnya, sehingga tidak ada teknik tertentu atau syarat-syarat khusus untuk pasien ketika akan bersalin. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Setiyawati (2014) yang 70 melaporkan dukun bayi di desa Jatirejo Kabupaten Semarang hanya akan menunggu calon ibu sampai waktunya tiba untuk melahirkan. Dalam hal ini yang menjadi pusat perhatian dalam serangkaian persalinan adalah pemotongan tali pusar atau placenta pada bayi. Menurut kepercayaan setempat, placenta ini adalah saudara atau teman bayi selama berada didalam rahim sehingga harus diperlakukan dengan baik dan memiliki kekuatan magic sehingga didalam pemotongan dan penguburannya harus dilakukan oleh dukun bayi tersebut, hal ini juga ditemukan pada penelitian ini dimana plasenta yang telah dibersihkan dan dibacai mantra jampei-jampei akan dikuburkan oleh dukun bayi dipekarangan rumah ibu yang bersalin dengan ditolong oleh dukun bayi. Membacakan jampei-jampei Membacakan jampei-jampei untuk memberikan perlindungan kepada ibu dan bayi merupakan salah satu tindakan yang dilakukan dukun bayi dalam penelitian ini. Jampei-jampei ini dipercayai ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam penelitian ini merasa lebih tenang dan nyaman selama proses persalinan.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfadillah(2013) yang melaporkan bahwa melahirkan ibu yang akan meyakini bahwa dukun bayi mempunyaijampe-jampeï yang memberikan efek menenangkan pada saat proses persalinan. Jampei-jampei inilah salah satu tindakan yang membedakan dukun bayi dengan bidan atau tenaga kesehatan lain, dimana pada proses persalinan yang ditolong oleh bidan tidak ada jampei-jampei yang dibacakan oleh bidan padahal secara psikologis ibu bersalin pada penelitian ini sangat mempercayai adanya manfaat dari jampei- 71 jampei yang dibacakan oleh dukun bayi untuk kemudahan dan kenyamanan selama persalinan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juariah (2009) yang menyatakan bahwa masyarakat berasumsi jika bidan hanya memilik keahlian memeriksa kehamilan, persalinan daan nifas tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang adat istiadat yang berlaku dimasyarakat. Memotong tali pusat dan mengubukan ari-ari Pemotongan tali pusat menjadi pusat perlakuan khusus bagi bayi yang dilahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Pemotongan yang salah terhadap tali pusatakan berakibat fatal bagi bayi sehingga dalam hal ini dukun bayi menggunakan cara dan alat khusus untuk memotongtali pusat tersebut. Cara pemotongan tali pusat dilakukan dengan memegang erat ujung yang menjadi batas ari-ari menurut perhitungan dukun bayi, kemudian mulai melakukan pemotongan dengan gunting khusus,kemudian bekas luka dibalut dengan kassa dan diberi betadin.Hasil penelitian berlawanan dengan hasil penelitian Koentjaranigrat (1980) yang menyatakan bahwa dukun bayi masih menggunakan bambu untuk memotong tali pusat dan mengunakan ramuan yang terbuat dari garam, kunyit dan njet untuk membalut luka tali pusat, dimana ramuan ini oleh dukun bayi dipercaya dapat menyembuhkan bekas luka dan meredam kesakitan pada bayi pasca pemotngan plasenta. Alat yang digunakan dalam pemotongan tali pusatmemang telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Awal karirnya dukun bayi menurut partisipan dalam penelitian ini menggunakan welat yaitu sebuah pisau yang terbuat dari bambu, kemudian berganti menjadi gunting biasa, dan terakhir 72 adalah gunting khusus yang diberikan oleh Puskesmas. Hal ini sejalan penelitian yang dilakukan UNFPA yang mengungkapkan bahwa dukun untuk pemotongan tali pusat telah menggunakan dukun kit yang mereka dapatkan dari puskesmas atau pelatihan dukun. Walaupun demikian dukun bayi saat ini sudah tidak diperbolehkan lagi untuk melakukan pertolongan persalinan, hal ini dikarenakan tingginya resiko kematian ibu ataupun bayi yang mungkin terjadi apabila dukun terlambat mengenali tanda-tanda kegawatan dan komplikasi dari persalinan. Selanjutnya adalah penguburan placenta atau ari-ari yaitu ari-ari dimasukkan kedalam wadah yang terbuat dari tanah liat dan dibawah wadah tersebut terdapat secarik kertas bertuliskan lafal basmalah terbalik, daun sirih, dan kapur kemudian dikuburkan dalam satu tempat dan diberikan penerangan.Masyarakat mempercayai plasenta ini memiliki kekuatan mistis yang akan selalu berkaitan dengan kondisi bayi nantinya. Godokan dan urut Pasca melahirkan, seorang ibu mendapatkan perhatian dan perawatan khusus dari dukun yang membantu persalinannya. Diantaranya adalah perawatan dengan memberikan ramuan tradisional. Bahan-bahan ramuan itu digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk mengembalikan tenaga, untuk memperkuat tubuh sang ibu, mengembalikan fungsi-fungsi tubuh menjadi seperti sebelum ia hamil, membersihkan tubuh dari nifas dan zat-zat yang dianggap kotor lainnya, serta mengembalikan bentuk tubuh dalam konteks keindahan tubuh. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maryatun (2013) yang mengungkapkan tentang perawatan pasca persalinan yang 73 dilakukan oleh dukun di Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara dimana selama tujuh hari dukun bayi memberikan jamu bagi pasien yang bermanfaat untuk meperlancar ASI dan proses penyembuhan. Adapula dukun yang melakukan perawatan pasca persalinan dengan mengurut perut ibu yang disebut sisengkak. Tujuannya untuk membetulkan atau mengembalikan posisi walun atau rahim yang kendor setelah melahirkan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Heri (2008)mengatakan bahwa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari persalinan oleh dukun yang masih mengunakan cara-cara tradisional adalah biasa terjadi kerusakan organ, tidak sterilnya alat maupun lingkungan. Mengurut dibagian perut pada ibu nifas sangat tidak dianjurkan karena didalam perut terdapat organ-organ vital manusia yang dapat mengalami kerusakan karena tindakan mengurut. Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Ketidaknyamanan yang dirasakan saat menjalani proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi banyak dialami partisipan. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukan bahwa secara umum semua partisipan merasakan ketidaknyamanan baik yang terkait keterbatasan fisik dan peralatan yang dimiliki oleh dukun bayi dan privasi yang kurang terjaga selama proses persalinan. Keterbatasan fisik dukun Perasaan takut yang muncul karena keterbatasan fisik dukun bayi terjadi karena dukun yang membantu proses persalinan kebanyakan sudah berusia tua 74 yakni sekitar 50-60 tahun sehingga banyak diantara mereka yang telah mengalami penurunan kemampuan fisik salah satunya pada indra pengelihatan yang menjadi lebih rabun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wiknjosastro (2007) yang menyatakan dukun adalah seorang wanita yang telah berumur ± 40 tahun ke atas, pekerjaan ini bersifat turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Sulindro (Pasadena anti-aging, USA) yang menyakatan bahwa pada usia 35-45 tahun produksii hormon sudah menurun sebanyak 25% dan tubuh pun mulai mengalami penuaan. Pada masa ini, mata muali mengalami rabun dekat. Alasan inilah yang menimbulkan ketakutan pada ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dimana karena penurunan kemampuan pengelihatannya dukun bisa saja membuat kesalahan ketika memotong tali pusat atau ketika memijat. Keterbatasan alat Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009). Dukun bayi dalam memberikan pertolongan persalinan mengunakan alat-alat yang sangat terbatas. Peralatan yang digunakan dukun bayi untuk menolong persalinan dalam penelitian ini sangat seadanya, misalnya hanya menggunakan tangan telanjang, minyak kelapa, beberapa kain bersih dan dukun kit yang pernah mereka dapat dari proyek dukun terlatih.. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Falle et al (2009) yang melaporkan bahwa dukun bayi di Nepal telah menggunakan dukun kit dalam 75 menolong persalinan namun penggunaannya masih belum tepat dan sesuai standar sehingga meskipun telah menggunakan dukun kit, peralatan yang digunakan dukun bayi masih belum cukup untuk menolong persalinan terutama untuk kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera Privasi yang kurang terjaga Privasi yang kurang selama persalinan juga menjadi alasan ketidaknyamanan proses persalinan didukun. Dukun dalam menolong persalinan sering kali melakukannya diruang tamu atau kamar dengan ibu yang melahirkan hanya ditutupi kain, dan tidak ada larangan khusus untuk orang yang datang untuk melihat proses persalinan tersebut. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu yang melahirkan ditolong oleh dukun. Hasil ini sesuai dengan teori Cristian et al (2009) dimana kurang menjaga privasi dan kerahasiaan dapat berdampak pada penilaian tentang kualitas pelayanan yang diberikan. Ketidaknyamanan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi ini juga dapat terjadi pada persalinan yang dilakukan di tenaga kesehatan apabila tenaga kesehatan kurang peduli dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Diane et al (2012) di Afrika selatan, mengemukakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan agar masyarakat percaya terhadap pelayanan kesehatan dan pemilihan tenaga medis dalam persalinannya adalah perlunya peningkatan mutu layanan, merubah sikap dan tindakan serta pola pendekatan oleh tenaga kesehatan perlu dilakukan dengan 76 pertimbangan bahwa sebahagian besar ibu-ibu berada di pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan social ekonomi yang kurang. B. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain: 1. Penentuan subyek penelitian yang sesuai kriteria inklusi merupakan suatu tantangan tersendiri. Peneliti harus medapatkan data partisipan melalui petugas puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor yang merekomendasikan untuk menanyakan langsung ke kader di masing-masing desa di Parung. Kebanyakan partisipan yang melahirkan ditolong oleh dukun bayi telah lebih dari satu tahun, sehingga selama penelitian peneliti harus mencari partisipan dari beberapa desa di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Parung. 2. Pemahaman setiap partisipan berbeda-beda terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sehingga peneliti harus menyesuaikan pertanyaan yang diajukan dengan tingkat pengetahuan dari partisipan. 3. Pengalaman seputar persalinan yang ditolong oleh dukun bayi merupakan hal yang cukup sensitif untuk dibicarakan sehingga sebagian dari partisipan merasa malu untuk mengungkapkan pengalamannya melahirkan ditolong oleh dukun bayi. 77 C. Implikasi untuk Keperawatan Hasil penelitian ini berimplikasi pada pelayanan keperawatan yaitu dapat memberikan gambaran mengenai proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi yang ditinjau dari persepsi ibu selama proses persalinan, aspek psikologis dan sosiokultural persalinan ditolong dukun bayi. Gambaran ini dijadikan antisipasi bagi perawat terhadap kemungkinan kebutuhan pelayanan dan informasi terkait persalinan yang aman bagi para ibu bersalin yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan dan bahan evaluasi untuk peningkatan pelayanan dan fasilitas yang lebih peduli terhadap kebutuhan masyarakat. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran makna dan arti pengalaman ibu melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Teridentifikasi enam tema yang memperlihatkan bahwa proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi dipengaruhi oleh banyak aspek termasuk didalamnya aspek psikologis dan sosiokultural. Enam tema yang telah teridentifkasi memaknai pengalaman melahirkan ditolong oleh dukun bayi. A. Simpulan Makna persalinan bagi ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dimaknai sebagai suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap perempuan, proses yang pertaruhan nyawa, akhir proses kehamilan dan pengalaman berharga yang tidak terlupakan seumur hidup. Setiap ibu memiliki makna persalinan tersendiri dalam kehidupan mereka. Hal ini dikarenakan pengalaman melahirkan setiap orang berbeda, perbedaan ini yang didasari bagaimana persepsi masing-masing ibu dalam memaknai proses persalinan tersebut. Makna persalinan yang positif atau negatif nantinya akan berpengaruh pada ibu atau orang lain dalam persiapan persalinan selanjutnya. Pengalaman melahirkan memberikan kontribusi besar dalam pembentukan konsep diri seorang ibu. Konsep diri ini nantinya akan berpengaruh kuat pada tingkah laku ibu. Konsep diri yang positif, akan membuat seorang ibu memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri 78 79 sendiri. Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi positif terhadap diri sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya, sehingga segala perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan sebaliknya konsep diri yang negatif akan membawa pada kegagalan. Setiap ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi juga memiliki respon yang berbeda-beda dalam menghadapi proses persalinan dan dalam penelitian ini didominasi dengan perasaan takut, khawatir dan deg-degan terhadap kondisi bayi dan dirinya selama persalinan. Dukun dalam penelitian ini mempunyai cara khusus untuk membantu mengurangi perasan tersebut dengan membacakan jampei-jampei khusus yang dipercayai dapat melindungi ibu selama proses persalinan berlangsung. Jampei-jampei yang dibacakan oleh dukun memang tidak didapatkan saat persalinan ditenaga kesehatan, oleh karena itu tenaga kesehatan perlu kreatif dan inovatif untuk mencari cara dalam mengatasi ketakutan dalam menghadapi hal tersebut seperti membaca doa sebelum memulai persalinan atau teknik relaksasi lainnya yang dapat membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan menjelang persalinan. Ibu yang pernah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam penelitian ini, umumnya juga mengetahui mitos-mitos seputar persalinan yang berlaku ditempat tinggal mereka. Mitos-mitos seputar persalinan yang didapat secara umum berupa pantangan-pantangan saat hamil, melahirkan, dan nifas. Sebagian dari mitos bahkan sangat berlawanan dengan fakta yang ada sehingga penting bagi ibu untuk 80 menelaah mitos-mitos terkait persalinan agar tidak mudah terpengaruh kepercayaan di masyarakat yang belum teruji kebenarannya. Alasan yang melatarbelakangi ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut meliputi kesabaran dukun, kesiapan dukun saat dibutuhkan, biaya yang murah, tempat tinggal yang mudah dijangkau dan persalinan yang dapat dilakukan dirumah. Faktor-faktor ini menyebabkan persalinan didukun lebih menjadi pilihan dibandingkan persalinan yang diditolong oleh tenaga kesehatan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi tenaga kesehatan untuk mengevalusi program dan pelayanan yang diberikan kepada ibu bersalin terutama ibu yang tinggal didaerah yang jauh dari fasilitas kesehatan. Petugas kesehatan juga harus lebih peduli dan memperhatikan aspek psikologis dan sosiokultural terkait persalinan yang ada dismasyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh dukun dalam menolong persalinan telah mengalami kemajuan. Penelitian ini menunjukan saat ini dukun sudah menggunakan dukun kit yang diberikan oleh puskesmas untuk menolong persalinan. Dukun tidak hanya membantu dalam pertolongan persalinan melainkan juga dalam perawatan pasca persalinan yang terdiri dari memandikan bayi, pijat untuk ibu dan bayi, memberikan jamu, dan ritual-ritual terkait persalinan. Tenaga kesehatan bisa melihat peluang dari kebutuhan ibu pasca persalinan ini dimana tenaga kesehatan dapat membantu memberikan perawatan selama nifas, selain sebagai upaya meningkatkan pelayanan yang diberikan cara ini juga akan meningkatkan minat ibu untuk memilih melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. 81 Ketidaknyamanan saat melahirkan ditolong oleh dukun bayi dalam penelitian ini meliputi ketakutan karena keterbatasan kondisi fisik dukun yang berusia tua dan mengalami penurunan kemampuan pengelihatan, alat-alat yang tersedia untuk tindakan kegawatan dan privasi yang kurang terjaga selama proses persalinan berlangsung. Ketidaknyamanan persalinan ditolong dukun bayi ini juga menjadi bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan untuk tidak melakukan hal yang sama yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi ibu yang akan bersalin. B. Saran 1. Pelayanan Kesehatan Perawat dan tenaga kesehatan lainnya mendapatkan gambaran tentang kebutuhan persalinan khususnya bagi ibu hamil yang tinggal diwilayah yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan. Perawat dan tenaga kesehatan dapat meningkatkan pemahamannya dan kepedulian tentang proses persalinan tidak hanya pada aspek fisiologis melainkan aspek psikologis dan sosiokultural. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi perawat sebagai landasan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu khususnya perkembangan program-program health promotion mengenai kesehatan ibu bersalin di kalangan masyarakat yang tinggal diperdesaan. 82 2. Pendidikan Keperawatan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi landasan dalam mengembangkan program kurikulum keperawatan terkait dengan persalinan khususnya pada persalinan yang ditolong oleh dukun bayi dan mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai persalinan yang aman. Hasil penelitian ini bagi perkembangan ilmu keperawatan dapat memperkaya khasana perkembangan ilmu keperawatan terkait persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Perlu adanya penelitian lanjutan dari hasil penelitian ini mengenai eksplorasi secara mendalam tentang aspek psikologis dan sosiokultural persalinan. DAFTAR PUSTAKA Afdal, Muh dkk. 2012. Faktor Risiko Perencanaan Persalinan Terhadap Kejadian Komplikasi Persalinan di Kabupaten Pinrang. UNHAS Afiyah. 2006. Tabu Makanan Pada Ibu Hamil. http://www.magi.undip.ac.id Diakses pada 10 juni 2015. UNDIP. Agustiani, H. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rafika Aditama Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Amirudin, Jakir. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Borong Kompleks Kabupaten Sinjai Tahun 2006. USU Andriana, E. 2011. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dengan Metode Relaksasi HypnoBrirthing. Jakarta: Buana Ilmu Populer. Anggorodi, Rina. 2009. Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Makara Kesehatan. Vol 13. No 1:9-10. Aprilia, Y & Ritchmond, B. 2011. Gentle Birth: Melahirkan Nyaman Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: BKKBN. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. 2008. Survei Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. USA: Macro Calverton. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Batubara, N.S. 2011.Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong Oleh Bidan Di Klinik Ananda Medan. USU Bryar, R. 2008. Teori Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Bungsu, T. 2001. Dukun Bayi sebagai Pilihan Utama Penolong Persalinan. Jurnal Penelitian UNIB Volume VII No. 2 Cunningham, F G, dkk. 2006. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. . 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. . 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan Kabupaten Bogor. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Diane, at al. 2012. Exploring inequalities in access to and use of maternal health servicesinSouthAfrica. Diakses dari: http://www.biomedcentral.com/147.2-0903/12/120 Endarmoko, E. 2006. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Eryando, T. 2006. Aksesibilitas Kesehatan Maternal di Kabupaten Tangerang. Makara Kesehatan Fauziah. 2012. Mitos Tentang Kehamilan. Nanggroe Aceh Darussalam: Aceh Research Falle, Tina et al. 2009. Potential Role of Traditional Birth Attendants in Neonatal Healthcare in Rural Southern Nepal. Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2650835/ Flessa, S dkk. 2011. Basing care reforms on evidence: the Kenya health sector Costing Model. Diakses dari http://www.biomedcentral.com/14726963/11/128 Foster, G. M., & Anderson, B. G. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press Gurusinga, Anita Loren Br. 2011.Pengalaman Ibu Dalam Perawatan Luka Episiotomi di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit. USU Holloway I, Wheeler, Stephanie. 2010. Qualitative Research For Nurses. British: Black Well Science. Hurlock, E. B. 1974. Personality Development. New Delhi: Mc Graw Hill Iskandar. 2010. Mitos Keliru Seputar Makanan. Diakses tanggal 10 Juni 2015. JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Essensial Persalinan. Jakarta. Juariah. 2009. Antara Bidan dan Dukun. Jakarta: Majalah Bidan Volume XIII. Kaneshiro, N. K. 2013. Gestational Age. MedlinePlus. Diakses dari: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002367.htm Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.ProfilKesehatan Indonesia. Jakarta: DirektoratJenderal Bina KesehatanMasyarakat. Khomsan, Ali. 2010. Pangan an Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kristi, Sidney dkk. 2012. An Evaluationof Two Lange Scale Demand Side Financing Programs for Mathernal Health in India. Diakses dari: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/12/699 Kuswarno, Engkus. MetodelogiPenelitianKomunikasiFenomenologikonsepsi, danContohPenelitiannya. Bandung: WidyaPadjajaran. 2009. Pedoman, Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan (Edisi I). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Lesti. 2005. Persalinan di Rumah. Diakses tanggal 10 Juni 2015. Lestari, Restu D. 2014. Analisis Persalinan dengan Tenaga Non Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Kubu Raya. Pontianak : Universitas Tanjungpura Lothian, J. A & Romano, A. M. 2008. Promoting, Protecting, and Supporting Normal Birth: a Look at the Evidence. Journal of Obstetri, Gynekologic, and Neonatal Nursing. Manuaba, I. B. G. 2004. Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC _____________.2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. _____________. 2009. Keluarga Berencana. Jakarta: EGC Maryatun, Anggit. 2013. Implementasi Program Pembinaan Dukun Bayi dalam Upaya Pertolongan Persalinan Sehat di Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara. UNS Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya. Metti, D., & Rosmadewi. 2012. Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun dengan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai. Vol V. No. 1 Moleong, L.J. 2007.MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung: RemajaRodakarya Offset. PT . 2010. MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung: RemajaRodakarya Offset. PT ___________.2013. MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung: RemajaRodakarya Offset. PT Muarifah, dkk. 2013. Gambaran Prilaku Ibu Hamil terhadap Pantangan Makan Suku Toraja di Kota Makassar Tahun 2013. UNHAS Mulyadin. 2008. Menghargai tubuh perempuan. http://ccde.or.id.pdf=1&id;125. Diperoleh tanggal 15 Juni 2015. Musbikin. 2007. PersiapanMenghadapaiPersalinan. Yogyakarta: MitraPustaka Nisman, W. A. 2011. Melahirkan Mudah dan Menyenangkan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu dan Seni kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Nurrahmaton. 2011. Pengalaman Ibu Melahirkan Tanpa Didampingi Suami. USU Nurfadillah, Siti. 2013. Pengalaman Ibu Melahirkan di Paraji/ Dukun Bayi di Desa Neglasari Kecamatan Kadungora Garut. UNPAD. Nurrahmiati. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Banten. UI Nuraeni, S.,& Dewi, P. 2012. Prilaku Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi di Kabupaten Karawang 2011. Jurnal Kesehatan FKIK UNSOED. Ohm, Jeanne. 2009. Trusting the Process for Natural Birthing. Philadelphia: Ohm Chiropraric Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta: Menara Mas Offset. Pusat Data dan Informasi PERSI. Diakses pada tanggal 24 Februari 2015 http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=24&mid=5&nid=1479 Peursen, V. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Polit, D.F., & Hungler, B.P. 2005. Nursing research : Principles & Methods (Ed 6). Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins. Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme. EGC: Jakarta Ramadhani, Savitri. 2008. The Art of Positif Communicating. Yogyakarta: Bookmarks. Reeder, dkk. 2011. Volume 2 Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC. Rohani, dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika Ron, Hubbard. 1951. Silent Birth. Scientologi Newsroom. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Setiyawati, Rima. 2014. Peranan Dukun Bayi Dalam Perspektif Masyarakat Jawa Terhadap Proses Persalinan Di Dusun Noloprayan Desa Jatirejo Kabupaten Semarang Jawa Tengah. UIN Jakarta Setyawati, dkk. 2010. Modal Sosial dan Pemeilihan Dukun dalam Proses Persalinan: Apakah Relevan ?. Jurnal Makara Kesehatan Vol. 14, No. 1 Simkin, P. 2005. Reducing Pain and Enhancing Progress In Labour : A Guide Nonpharmacologic Methods for Maternity Caregiver. Sufiawati, Wati. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan. UI Sugiono. 2013.MemahamiPenelitianKualitatif. Bandung: Alfabeta. Sulistyoningsih, Haryani. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Graha Ilmu. Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Jakarta : Fitramaya. Sunarsih, T, dkk. 2010. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Susilawati, Maemunah, Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan II (persalinan). Jakata: CV.Trans Info Media. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. 2007. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007. ______________________________. 2009. Angka Kematian Ibu Melahirkan. Straubert, Helen J & Carpenter, Dona R. 2003.Qualititative Research In Nursing Advancing the Humanistic Imperative. Philadelphia: Walnut Street Syafrudin dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC. Titaley, Christina dkk. 2010. Why do Some Women Still Prefer Traditional Birth Attendants and Home Delivery ? a Qualitative Study on Delivery Care Services in West Java Province, Indonesia.Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2928756/ UNFPA. 1996. Issue 7- Desember 1996. Support ti Traditional Birth Attendants. New York: UNFPA Varney. 2008. Buku Saku Kebidanan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wikjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP Wood, G.L.B., & Haber, J. 2006. Nursing research: methods and critical appraisal for evidence-based practice, volume 1. Elsevier Health Sciences. Yanti. 2010. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Yenita, Agus., &Shigeko, Horiuchi. 2012.Factors Influencing the use of Antenatal Care in Rural West Sumatera, Indonesia. Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3298506/ Yuliarti, E. 2009. Determinan ibu memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas Bangko Pusako, kabupaten Rokan Hilir, Riau. USU. Lampiran 3 INFORMED CONSENT STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN IBU MELAHIRKAN DITOLONG OLEH DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR Assalamu’alaikum wr. wb. Salam sejatera saya sampaikan, semoga Saudari senantiasa dalam lindungan dan rahmat dari Yang Maha Kuasa. Saya yang bernama Alhikma selaku mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dengan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong oleh Dukun Bayi”. Saya bermaksud untuk mendapatkan penjelasan tentang pengalaman Saudari bersalin dengan ditolong oleh dukun bayi melalui wawancara. Selama proses wawancara, saya akan mencatat dan merekam apa yang Saudari sampaikan. Saudari pun dapat dengan bebas menyampaikan segala pengalamannya dan diharapkan dapat terbuka dalam memberikan pernyataan karena informasi yang saudari berikan sangat bernilai dalam penelitian ini dan Saudari berhak untuk mengundurkan diri apabila merasa tidak nyaman selama proses wawancara berlangsung. Jika Saudari bersedia, Saudari yang bertanda tangan di bawah ini : nama : alamat : no. telp/ HP : bersedia menjadi partisipan pada penelitian ini yang bertujuan untuk mengali pengalaman melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Parung, .........................................2015 Partsipan Peneliti .............................. Alhikma (Nama Jelas) NIM. 1111104000047 Lampiran 3 LAMPIRAN 4 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi PartisipanPengalaman Ibu Melahirkan Ditolong Oleh Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Tahun 2015 A. Petunjuk Umum 1. Tahap perkenalan 2. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Membuat kontrak waktu B. Petunjuk Wawancara Mendalam 1. Wawancara mendalam akan dilakukan oleh peneliti 2. Informan/partisipan bebas menyampaikan segala pendapat, pengalaman, kritik, maupun saran 3. Pernyataan partisipan tidak bernilai benar atau salah tetapi bersifat pendapat apa yang diketahui partisipan 4. Semua hasil wawancara akan dijamin kerahasiaannya 5. Peneliti akan merekam hasil wawancara dengan tape recorder untuk membantu pencatatan hasil wawancara dan menggunakan sebuah buku sebagai field note untuk membantu pencatatan agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan akan dimintakan dari setiap partisipan. C. Identitas Partisipan 1. Nama Partisipan : 2. Umur/ tanggal lahir : 3. Pendidikan : 4. Pekerjaan : 5. Jumlah anak : 6. Usia kehamilan : LAMPIRAN 4 7. persalinan : D. Pertanyaan Wawancara 1. Bisakah ibu ceritakan bagaimana pandangan ibu tentang persalinan yang ditolong oleh dukun bayi ? 2. Bagaimana perasaan yang ibu rasakan ketika melahirkan ditolong oleh dukun bayi ? 3. Dari pengalaman ibu tindakan seperti apa yang dukun bayi lakukan ketika menolong persalinan? 4. Mitos yang ibu dengar ketika hamil sampai melahirkan, bisakah ibu ceritakan ? 5. Bisakah ibu ceritakan kelebihan dan kekurangan yang ibu rasakan ketika melahirkan di dukun bayi ? Lampiran 5 Pernyataan Signifikan Melahirkan merupakan suatu hal yang alamiah Kategori Subtema Tema P1 P2 √ √ Makna persalinan ditolong dukun bayi Proses alamiah P3 √ Dialami setiap perempuan untuk memiliki keturunan √ Proses yang mempertaruhkan nyawa Pertaruhan nyawa Akhir dari kehamilan selama 9 bulan Akhir kehamilan Pengalaman yang sangat berharga Merasa menjadi wanita seutuhnya Saya menjadi istri untuk suami dan ibu dari anak saya Merasa berarti untuk anak dan suami Merasa percaya diri walau melahirkannya ditolong oleh dukun Kurang percaya diri karena melahirkan didukun bayi P4 √ Pengalaman berharga Gambaran diri Peran Konsep diri √ √ √ √ √ √ Aspek psikologis ibu dalam persalinan oleh dukun bayi √ Harga diri √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lampiran 5 Berharap bisa melahirkan di tenaga kesehatan Ideal diri √ Saya ingin bidan bisa bantu lahiran di rumah seperti dukun Bisa mendapatkan jaminan persalinan gratis √ √ √ √ √ √ √ Perasaan saya takut Perasaan takut Khawatir dengan keadaan bayi Perasaan khawatir Ada perasaan deg-degan Perasaan deg-degan Pas dibacain jampei-jampei saya merasa lebih tenang Perasaan tenang Ga boleh makan ikan Larangan makan ikan Selama lahiran ga boleh berisik Larangan berisik saat persalinan Sebelum tali pusat puput saya harus Ritual ngapas dan ngapas dan Ngambui sampai hari ke-40 ngambui setelah lahiran Kalau ngeliat orang cacat kita harus Ngucap “amit-amit” ngucap amit-amit Dominasi perasaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lampiran 5 Pada hari ke-40 setelah persalinan, dilakukan ritual kerik Ritual kerik Dukunya bacain jampei-jampei Memberikan “jampeijampei” Dukun motong tali pusetnya pakek gunting yang dikasih dari puskesmas Memotong dan merawat tali pusat √ √ √ √ Ari-arinya dikuburin oleh paraji Menguburkan “ariari” √ √ √ √ Sama mak dukun dikasih godokan dan diurut Godokan dan urut Dukun sudah tua dan mengalami penurunna kemampuan pengelihatan Perasaan takut karena keterbatasan fisik dukun Khawatir karena alat-alat yang dukun punya terbatas Kekhawatiran karena alat yang dimiliki dukun terbatas Privasi kurang terjaga selama persalinan Malu karena hanya pakai kain waktu melahirkan Dukun sabar selama menolong persalinan Dukun sangat sabar √ Tindakan dukun bayi dalam proses persalinan Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi √ √ √ √ √ √ √ Lampiran 5 Dukun siap kapan saja dibutuhkan Dukun siap kapanpun dibutuhkan √ Biaya persalinan di dukun murah Biaya persalinan didukun lebih murah √ Dukun mudah dijangkau rumahnya Tempat tinggal dukun mudah dijangkau Persalinan di lakukan dirumah sendiri Persalinan dilakukan dirumah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √