studi fen pengalaman ibu m oleh dukun bay

advertisement
STUDI FENOMENOLOGI
PENGALAMAN IBU MELAHIRKAN DITOLONG
OLEH DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN PARUNG KABUPATEN
BOGOR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep)
OLEH:
ALHIKMA
1111104000047
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Alhikma
Tempat, Tanggal Lahir
: Palembang, 13 Januari 1993
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jln. Kapten Anwar Arsyat No. 06 RT. 38 RW.11
Pakjo Palembang, Sumatera Selatan
Telepon
: 085269468656
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TK Pertiwi 1 – Palembang
TK Islam Al Itihad – Palembang
SD Negeri 29 – Palembang
SMP Negeri 3 – Palembang
MA Negeri 3 – Palembang
UIN Syarif Hidayatullah – Jakarta
Pengalaman Organisasi
1.
2.
3.
4.
5.
1997 – 1998
1998 – 1999
1999 – 2005
2005 – 2008
2008 – 2011
2011 – 2015
:
Ketua English Club SMP Negeri 3 Palembang
Ketua Geografi Club MA Negeri 3 Palembang
Anggota Marching Band MA Negeri 3 Palembang
Wakil Ketua PMR MA Negeri 3 Palembang
Biro Event Organizer BEMJ UIN Syarif Hidayatullah
vi
2005 – 2006
2008 – 2009
2009 – 2010
2009 – 2010
2013 – 2014
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Alhikma, NIM : 1111104000047
Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong oleh Dukun Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
ABSTRAK
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam
kehidupan wanita. Salah satu faktor yang berperan penting dalam proses
persalinan adalah penolong persalinan. Persalinan dengan ditolong oleh dukun
bayi masih menjadi pilihan sebagian masyarakat Indonesia. Penelitan ini
bertujuan untuk mengekplorasi pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun
bayi di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Parung Kabupeten Bogor. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui
wawancara mendalam. Partisipan meliputi ibu yang telah melahirkan dengan
ditolong oleh dukun bayi pada periode Januari sampai dengan Desember 2014
yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil
rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan metode
Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi enam tema yaaitu: 1) Makna persalinan
bagi ibu yang ditolong oleh dukun bayi; 2) Aspek psikologis ibu dalam persalinan
oleh dukun bayi; 3) Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi; 4)
Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi; 5) Tindakan dukun bayi
dalam proses persalinan; dan 6) Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang
ditolong oleh dukun bayi. Hasil penelitian ini dapat membeikan gambaran pada
petugas kesehatan bahwa keberadaan dukun bayi tidak bisa dipungkiri dari
kehidupan msyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan dan pentingnya
memahami aspek psikologis dan sosiokultural pada ibu yang akan bersalin.
Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi secara mendalam aspek
psikologis dan sosiokultural pada ibu bersalin.
Kata kunci : Pengalaman, Persalinan, Dukun Bayi
Daftar Bacaan : 95 (1994-2014)
vii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate thesis, Juli 2015
Alhikma, NIM : 1111104000047
Phenomenology Studies the Experience of Mothers Giving Birth Rescued by
Traditional Birth Attendant at Working Area of Public Health Center in
Parung District Bogor Regency
ABSTRACT
Childbirth is one of the key events and always keep in mind in a woman's life.
One factor that plays an important role in the birth process is a birth
attendant.Deliveries assisted by traditional birth attendants is still the choice of
most people in Indonesia. This research aims to explore the experience of mothers
giving birth assisted by traditional birth attendant in working area of public health
center in Parung district, Bogor regency. This study is a qualitative research
design of descriptive phenomenology through in-depth interviews. Participants
include mothers who have given birth to assisted by traditional birth attendant in
the period January to December 2014 were obtained through purposive sampling.
The data collected in the form of interviewrecordings and field notes were
analyzed by Colaizzi method. This study identified six themes, namely: 1) The
meaning of labor for the mother attended by traditional birth attendant; 2)
Psychological Aspects of mothers in childbirth by traditional birth attendants; 3)
Myth in births attended by traditional birth attendant; 4) The reasons mothers
choose to give birth assisted by traditional birth attendants; 5) Measures of
traditional birth attendant in labor; and 6) Discomfort mother in births attended by
traditional birth attendant. The results could provide an overview on health
workers that the presence of traditional birth attendant can not be denied of
people’s lives far from health facilities and the importance of understanding the
psychological and sociocultural aspects of the mother to be maternity. Further
research is needed on deep exploration of psychological and sociocultural aspects
of the maternal.
Keywords: Experience, Childbirth, Traditional Birth Attendant
Reference’s: 96 (1994-2014)
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi. Shalawat
serta salam tidak lupa dihanturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya.
Proposal ini disusun untuk memenuhi satuan kredit semester (SKS) pada
semester VIII, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran
untuk tujuan perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.
2. Ayah, Ibu, dan Nenek yang selalu memberikan semangat dan mendo’akan
dalam menjalani semua proses perkuliahan.
3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes. selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
5. Ibu Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep., Sp.Kep.Mat., Ph.D selaku Pembimbing I
yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
ix
6. Ibu Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Matselaku Pembimbing II
yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
7. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep., M.Sc selaku Pembimbing
Akademik yang telah membimbing.
8. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan
motivasi.
9. Segenap Staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu
Keperawatan.
10. Teman-teman keperawatan 2011 , dan sahabat yang yang telah berjuang
bersama-sama dalam perkuliahan di Keperawatan.
11. Kepada Kader Puskesmas Parung yang telah membantu selama proses
pengambilan data.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu.
Penulis berdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT Aamiin. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasanpembaca pada umumnya.
Jakarta, 06 Juli 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Pernyataan Keaslian ........................................................................................ ii
Pernyataan Persetujuan Pembimbing .............................................................. iii
Pengesahan Ujian ............................................................................................ iv
Pengesahan Skripsi .......................................................................................... v
Data Diri .......................................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................ vii
Abstract ........................................................................................................... viii
Kata Pengantar ................................................................................................ ix
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Bagan ................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman ........................................................................................ 8
B. Persalinan ........................................................................................... 9
xi
1. Definisi Persalinan ....................................................................... 9
2. Jenis Persalinan ........................................................................... 10
3. Faktor - Faktor Persalinan ........................................................... 11
4. Tanda Persalinan ......................................................................... 12
5. Asuhan Persalinan Normal .......................................................... 13
6. Tahap Persalinan .......................................................................... 13
C. Dukun Bayi ........................................................................................ 15
1. Definisi Dukun Bayi .................................................................... 15
2. Faktor - Faktor Persalinan oleh Dukun Bayi
.............................. 16
3. Resiko Persalinan ditolong oleh Dukun Bayi
............................. 17
4. Kerangka Teori ............................................................................. 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Istilah .............................................................................. 19
B. Jenis Penelitian ............................................................................. 19
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 21
D. Pemilihan Partisipan .................................................................... 22
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 22
F. Analisa Data ................................................................................ 27
G. Keabsahan Data ........................................................................... 28
H. Etika Penulisan ............................................................................ 32
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Partisipan ..................................................................... 34
B. Hasil Analisa Tematik ....................................................................... 35
xii
BAB V PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi .............................................. 49
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 76
C. Implikasi Untuk Keperawatan .............................................................. 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR BAGAN
2.1
Kerangka Teori .................................................................................. 18
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat pengambilan data
Lampiran 2
Surat izin Dinas Kesehatan
Lampiran 3
Lembar persetujuan partisipan
Lampiran 4
Pedoman wawancara
Lampiran 5
Matriks Analisa Tematik
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa
diingat dalam kehidupan wanita. Setiap wanita akan memiliki pengalaman
melahirkan tersendiri yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori
melahirkan, peristiwa dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif
ataupun positif, yang akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan
reaksi psikososial jangka pendek maupun jangka panjang (Henderson,
2006).
Salah satu faktor yang berperan penting dalam proses persalinan
adalah penolong persalinan (Yanti, 2010). Penolong persalinan berperan
dalam memberikan bantuan dan dukungan agar seluruh rangkaian proses
persalinan berlangsung dengan aman(Sumarah, dkk, 2009). Idealnya,
setiap ibu yang bersalin ditolong oleh tim atau tenaga kesehatan terlatih
(Varney, 2008). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
sangat penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu saat persalinan
(Depkes RI, 2009).
Jaminan Persalinan (Jampersal)merupakan program pemerintah
dalam rangka memfasilitasi ibu hamil agar mendapat akses dan
penanganan dari tenaga kesehatan terlatih.Sebelumnya, semua ibu hamil
yang membutuhkan layanan itu bisa memperoleh Jampersal di bidan desa
atau bidan Puskesmas setempat. Oleh para bidan, biaya persalinannya
diklaim ke Jampersal. Namun kini Jampersalditangani oleh
1
JKN dan
2
hanya dapat diakses melalui layanan di Puskesmas, Rumah Sakit,
Poliklinik dan fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama dengan JKN
(PDPERSI, 2014). Bagi ibu bersalin yang tinggal di perkotaan yang dekat
dengan fasilitas kesehatan mungkin perubahan sistem ini tidak menjadi
masalah yang serius namun, bagi ibu bersalin yang tinggal jauh dari
fasilitas kesehatan perubahan ini tentu menjadi hambatan bagi mereka.
Tempat pelayanan kesehatan yang lokasinya sulit dicapai oleh para ibu
menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil dan bersalin terhadap
pelayanan kesehatan dan keterjangkauan terhadap informasi (WHO, 2008)
Angka persalinan dengan bantuan tenaga non
kesehatan
diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan perubahan
program Jampersal tersebut (Kemenko Kesra, 2012). Salah satu yang
menjadi pilihan untuk pertolongan pesalinan oleh tenaga non kesehatan
adalah dukun bayi (Amirudin, 2007). Hal ini disebabkan tidak sedikit ibu
bersalin
merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh
dukun bayi(Meilani dkk, 2009). Padahal ibu yang ditolong oleh dukun
berisiko
lebih
besar
untuk
mengalami
kematian
dan
kesakitan
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan,
serta tempat persalinan ibu yang melahirkan ditolong oleh dukun bayi
biasanya dilakukan di rumah, sehingga akan menghambat akses untuk
mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan (WHO, 2008).
3
Hasil survei Riskesdas (2010) dari 43,2% ibu yang melahirkan
dirumah, 40,2% melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Kabupaten
Bogor merupakan salah satu wilayah dengan angka persalinan oleh dukun
bayi tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan laporan puskesmas di
wilayah Kabupaten Bogor jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh dukun
bayi adalah 10.592 kasus (8,6%) (Dinkes Kab Bogor, 2013).Persalinan
dengan ditolong oleh dukun bayi seringkali menimbulkan dampak yang
akan menyebabkan angka kesakitan, komplikasi persalinan, dan bahkan
kematian pada ibu bersalin(Sufiawati, 2012).
Berdasarkan data SDKI (2012) jumlah Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia adalah 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
denganresiko kematian ibu paling banyak terjadi pada periode persalinan.
Dari laporan puskesmas (SP3) pada tahun 2013 di Kabupaten Bogor kasus
kematian ibu terjadi sebanyak 60 kasus kematian, yang 40 diantaranya
terjadi pada ibu bersalin (Dinkes Kab Bogor, 2013). Ini menujukan
periode persalinan berkontribusi besar terhadappeningkatan AKI di
Indonesia(Lancet, 2006 dalam Nurrahmiati, 2012).
Puskesmas Kecematan Parung merupakan salah satu Puskesmas di
Kabupaten Bogor. Puskesmas Parung memberikan pelayanan kesehatan
untuk 6 desa yakni Desa Parung, Desa Pemagarsari, Desa Waru, Desa
Waru Jaya, Desa Jabon, dan Desa Iwul. Puskesmas ini dilengkapi dengan
PONED yang buka 24 jam untuk melayani ibu yang akan bersalin.
Namun, jumlah persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Parung masih
cukup tinggi. Pada tahun 2014 dari data Puskesmas Parung terdapat 11
4
ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi yang tersebar di 6
desa di Kecamatan Parung. Desa Iwul merupakan desa dengan jumlah
persalinan yang ditolong oleh dukun bayi terbanyak di Kecamatan
Parung.Dari hasil studi pendahuluan ada banyak faktor yang menyebabkan
ibu bersalin di lebih memilih melahirkan dengan ditolong oleh didukun
bayi,
salah
satunya
jarak
tempat
tinggal
mereka
ke
fasilitas
kesehatan.Dilihat dari jarak Puskemas dan klinik bidan desa ke
permukiman masyarakat memang cukup jauh sehingga, tidak semua ibu
yang akan bersalin memanfaatkan PONED atau bidan untuk menolong
persalinan. Hal inilah yang seringkali mengakibatkan berbagai masalah
atau komplikasi pada proses persalinan dan bahkan resiko kematian pada
ibu bersalinkarena keterlambatan untuk merujuk pada kasus kedaruratan
persalinan.
Pengalaman melahirkan ditolong dukun bayi menarik untuk diteliti
karena masih sedikit penelitian yang secara khusus meneliti tentang
fenomena ini. Melahirkan merupakan suatu kejadian yang selalu akan
terjadi dalam kehidupan manusia dan merupakan salah satu harapan bagi
setiap orang tua untuk memiliki keturunan, serta dianggap sebagai salah
satu kejadian istimewa dalam hidup setiap pasang makhluk hidup
(Nurrahmaton, 2011). Pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun
bayi menjadi penting untuk diketahui karena dapat mempengaruhi ibu
dalam persiapan menghadapi persalinan selanjutnya dan mempengaruhi
orang lain dalam pengambilan keputusan untuk memilih dukun bayi
sebagai penolong persalinan (Nurfadillah, 2013). Semakin tinggi angka
5
persalinan yang ditolong oleh dukun bayi, maka semakin tinggi resiko
suatu persalinan yang tidak aman yang dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian ibu di Indonesia (Manuaba, 2004). Pengalaman
ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi juga dapat dijadikan
pembelajaran dan evaluasi untuk perbaikan program kesehatan terutama
untuk ibu melahirkan.
B. Rumusan Masalah
Perubahan sistem jaminan persalinan berdampak pada penurunan
akses ibu bersalin terhadap fasilitas kesehatan (Kemenko Kesra, 2012).
Ibu bersalin yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan lebih memilih untuk
melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi (Amirudin, 2007). Disisi lain
tidak sedikit ibu bersalin merasa nyaman dan tenang bila persalinannya
ditolong oleh dukun bayi(Meilani dkk, 2009). Pengalaman bersalin dengan
ditolong oleh dukun bayi menjadi menarik untuk diketahui karena berdeda
dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan baik dari segi alat,
tempat dan teknik yang digunakan. Pengalaman melahirkan ditolong
dukun bayi juga dapat menjadi pengaruh besar bagi orang lain dalam
memilih penolong persalinan nantinya (Nurfadillah, 2013). Berdasarkan
latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi
di wilayah kerja Puskesmas Parung Kabupaten Bogor ?”
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna dan arti
pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya
mengenai pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi.
b. Menjadi landasan,
evidance based, dan evaluasi program
keperawatan terutama keperawatan maternitas mengenai pengalaman
ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur ilmu
pengetahuan bagi pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan
wawasan serta data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan
dalam
hal
mengkaji,
mengidentifikasi
dan
mengeksplorasi
pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi .
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan khususnya kepada ibu yang akan melahirkan.
7
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi
kepada masyarakat tentang pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh
dukun bayi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai
pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Penelitian akan
dilakukan dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2015, dan
bertempat di wilayah kerja Puskesmas Parung Kabupaten Bogor. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
mendalam yang dibantu dengan pedoman wawancara, alat pencatat dan
perekam. Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu yang telah melahirkan
dengan ditolong oleh dukun bayi pada periode bulan Januari sampai bulan
Desember 2014 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskemas
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
(dijalani, ditanggung, dan sebagainya) (KBBI, 2013). Notoatmodjo
(2007) mengungkapkan pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan
faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang
diperoleh. Sedangkan menurut Endarmoko (2006) pengalaman tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya dan pengalaman
juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi
pedoman serta pembelajaran manusia.
Pengalaman terdiri dari immediacy of experience dan subjective
experience. Immediacy of experience diartikan sebagai pengalaman baru
yang dialami seseorang. Pengalaman baru ini akan membentuk persepsi
seseorang terhadap suatu kejadian. Sedangkan subjective experience
merupakan persepsi yang terbentuk dari hasil interaksi yang lama dengan
kejadian atau situasi kejadian (Emerson, 2009). Untuk membuat persepsi
tentang makna dan perasaan pengalaman seseorang secara sadar,
dibutuhkan kemampuan untuk mengkaji apa yang mereka pikir, lihat,
dengar, dan rasakan selama berinterksi dengan kejadian atau situasi
tersebut (Polit & Hungler, 2004).
Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa
berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap
pertahanan diri dari dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi
8
9
gambaran lengkap kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam
putih, baik buruk, yang dapat diungkapkan kembali melalui upaya
penelusuran pengalaman hidup tersebut (Bungin, 2008).
Hasil riset tentang ingatan jangka panjang dari para wanita
menunjukan bahwa pengalaman selama melahirkan akan menjadi
memori yang terasa sangat jelas dan mendalam. Pengalaman inilah yang
nantinya dapat berpengaruh pada kesiapan wanita menghadapi persalinan
berikutnya. Sebagian wanita memiliki pengalaman melahirkan yang
positif, menyenangkan, dan bahkan membangkitkan semangat dan rasa
senang saat membicarakannya, sementara yang lain mengingatnya
dengan malu, marah, menyesal, atau menarik diri (Simkin, 2005).
B. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2005) persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR,
2007).Persalinan normal dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi,
dan kelahiran plasenta (Rohani, 2011).
10
2. Jenis Persalinan
Menurut Yanti (2010) berdasarkan proses berlangsungnya
persalinan dibedakan sebagai berikut yaitu (1) persalinan spontan
adalah bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir ibu tersebut; (2) persalinan buatan adalah bila
persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps,
atau dilakukan operasi sectio caesaria; (3) persalinan anjuran yaitu
persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin.
Sedangkan berdasarkan tuanya umur kehamilan persalinan
dibedakan atas (1) abortus yaitu pengeluaran buah kehamilan sebelum
kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500
gram; (2) partus immaturus yaitu pengeluaran buah kehamilan antara
22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500
gram dan 999 gram; (3) partus prematurus yaitu pengeluaran buah
kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat
badan antara 1000 gram dan 2499 gram; (4) partus maturus atau
aterm yaitu pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih; (5)
partus postmaturus atau serotinus yaitu pengeluaran buah kehamilan
setelah kehamilan 42 minggu (Depkes RI, 2008).
11
3. Faktok–Faktor Persalinan
Menurut Yanti (2010) ada lima faktor yang mempengaruhi
persalinan yang biasa disingkat dengan 5P yaitu :
a. Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot
volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu
ibu mengejan atau meneran.
b. Pasagge
Bagian tulang panggul, serviks, vagian dan dasar panggul
(displacement).
c. Passenger
Terutama janin (secara khusus, bagian kepala janin), plasenta,
selaput dan cairan ketuban/amnion (Helen, 2001).
d. Psikis Ibu
Tidak kalah pentingnya untuk lancarnya sebuah proses
persalinan. Ibu yang dalam kondisi stress, otot–otot tubuhnya
termasuk
otot
rahimnya
mengalami
spasme
yang
dapat
meningkatkan rasa nyeri persalinan, sehingga menghambat proses
persalinan (menjadi lama atau macet).
e. Penolong persalinan
Memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu,
keberhasilan persalinan yang menghasilkan ibu dan bayi yang sehat
dan selamat ditentukan oleh penolong yang terampil dan kompeten.
12
Hasil penelitian yang dilakukan di 97 negara menunjukan ada
kolerasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan
kematian ibu. Semakin tiggi cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah akan diikuti penurunan kematian
diwilayah tersebut (Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun
Depkes RI, 2008).
4. Tanda Persalinan
a. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau
harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru
masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundusuteri menurun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah dari uterus (false labor pains).
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Davild,
2010).
13
b. Tanda in-partu
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Dapat disertai ketuban pecah dini.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi
pembukaan serviks(Prawirohardjo, 2007).
5. Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
yang dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan atau optimal (Depkes
RI, 2007).
6. Tahap Persalinan
a. Kala I
Secara klinis dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show).
Lendir yang bercampur darah ini berasal dari berasal dari canalis
servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan
darahnya berasal dari pembuluh–pembuluh kapiler yang ada di sekitar
canalis servikalis itu pecah karena pergeseran–pergeseran ketika
14
serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his
dibagi dalam dua fase yaitu (1) fase laten: berlangsung selama 8 jam.
Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3
cm; (2) fase aktif : dibagi menjadi tiga fase, yakni, fase akselerasi
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm, fase dilatasi
maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 cm menjadi 9 cm, fase deselerasi pembukaan menjadi lambat
kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
(10 cm). Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
Pada primigravida kala satu berlangsung kira–kira 13 jam, sedangkan
pada multipara kira–kira 7 jam (Prawirohardjo, 2009).
b. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaa serviks sudah
lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan
adalah (1) ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi; (2) ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan vagina; (3) perineum menonjol; (4) vulva dan sfingter ani
membuka; (5) meningkatan pengeluaran lendir bercampur darah.
Sedangkan tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam
(informasi objektif) yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina(Oxorn, 2010).
15
c.
Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Manajemen aktif kala
III terdiri dari tiga langkah utama yaitu (1) pemberian suntikan
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir; (2) melakukan
penegangan tali pusat terkendali; (3) massase fundus uteri(Manuaba,
2009).
d. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah itu dengan melakukam pemantauan pada kala
IV yaitu (1) lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat; (2) evaluasi tinggi
fundus uteri; (3) memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan;
(4) periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum; (5) evaluasi keadaan ibu; (6) dokumentasikan
semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian
belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan (Cunnningham, 2006).
C. Dukun Bayi
1. Definisi Dukun Bayi
Dukun adalah seorang wanita yang telah berumur ± 40 tahun ke
atas, pekerjaan ini bersifat turun temurun dalam keluarga atau karena ia
merasa mendapat panggilan tugas ini (Wiknjosastro, 2007).Dukun bayi
16
adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya wanita yang
mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan
secara tradisional. Dukun bayi merupakan sosok yang sangat dipercaya
dikalangan masyarakat, memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil
sampai dengan nifas secara sabar (Meilani dkk, 2009).
Menurut Syafrudin (2009), jenis dukun terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Dukun terlatih yaitu, dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh
tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus.
b. Dukun tidak terlatih, yaitu dukun yang belum pernah dilatih oleh
tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
2. Faktor - Faktor Persalinan oleh Dukun Bayi
a. Faktor geografis, di daerah dengan kondisi geografis dan transportasi
yang sulit meski telah terdapat bidan atau fasilitas kesehatan, namun
dalam kondisi darurat maka dukun bayi tetap menjadi pilihan dalam
menolong persalinan karena lebih mudah untuk dijangkau keberadaannya
(Nurhayati, 2008).
b. Masih langkahnya tenaga medis didaerah-daerah pedalaman, meski
keberadaan dukun dikota semakin berkurang namun masih saja terdapat
persalinan yang ditolong oleh dukun bayi, bahkan di sebagian besar
kabupaten dukun bayi masih berperan dominan dalam menolong
persalinan (Dian, 2009).
17
c. Kultur budaya masyarakat kita terutama di pedesaan masih lebih
percaya kepada dukun bayidibandingkan bidan atau doktersebagai
penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi (Dian, 2009).
d. Faktor ekonomi, bahwa sekitar 65% dari seluruh masyarakat yang
menggunakan dukun bayikarena alasan biaya walaupun ada yang merasa
lebih nyaman terhadap pelayanan yang diberikan oleh dukun bayi.
e. Dukungan keluarga, keluarga memegang pengaruh besar dalam
pengambilan keputusan untuk melahirkan ditolong oleh dukun bayi
(Nurfadillah, 2013).
3. Resiko Persalinan ditolong oleh Dukun Bayi
Pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi masih
menggunakan
cara-cara
tradisional
yang
dapat
merugikan
dan
membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008).
Dukun sebagai penolong persalinan memiliki pengetahuan tentang
fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas yang
sangat terbatas oleh karena atau apabila timbul komplikasi ia tidak
mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun
tersebut
menolong
hanya
berdasarkan
pengalaman
dan
kurang
profesional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayi
sampai pada kematian ibu saat bersalin (Wiknjosastro, 2005).
18
D. Kerangka Teori
Persepsi tentang persalinan
Immediacy of experience : Pengalaman ibu
melahirkan ditolong oleh dukun bayi
Proses persalinan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi persalinan :
1. Power
2. Passage
3. Passanger
4. Psikis
5. Penolong Persalinan
- Nakes
- Dukun bayi
Ket : _____Diteliti
--------Tidak diteliti
Bagan 2.1Kerangka Teori
Modifikasi teori Emerson (2009); Simkin (2005); Yanti (2010); dan
Musbikin (2007)
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Istilah
1. Pengalaman adalah suatu yang pernah dialami dan dirasakan ibu ketika
menghadapi proses melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi.
2. Ibu adalah seorang wanita yang pernah melahirkan seorang anak.
3. Melahirkan atau persalinan adalah proses pengeluaran janin, plasenta dan
selaput ketuban dari rahim ibu dengan cara-cara tertentu.
4. Dukun bayi adalah seorang wanita yang dipercaya masyarakat untuk
membantu melahirkan bayi karena keterampilan yang didapat secara
turun-temurun.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
desain penelitian fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif didefinisikan
sebagai penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah
dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau
kelompok bersamaan dengan kondisi yang relevan (Kuswarno, 2009). Alasan
menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik,
kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada
situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif dengan
instrumen seperti quisioner, selain itu metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam dan suatu data yang mengandung makna.
Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di
balik data yang tampak. Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa metode
19
20
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
objek pada kondisi yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisi
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.
Obyek alamiah yang dimaksud oleh Sugiyono (2013) adalah obyek
yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat
peneliti memasuki obyek, saat berada di obyek dan setelah keluar dari obyek
relatif tidak berubah. Jadi selama melakukan penelitian tentang bagaimana
pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi, peneliti sama sekali
tidak mengatur kondisi maupun melakukan manipulsasi terhadap variabel.
Desain penelitian ini adalah fenomenologi deskriptif. Fenomenologi
merupakan proses pembelajaran dan pembuatan makna dari pengalaman
melalui dialog intensif dengan orang-orang yang memiliki pengalaman
terhadap sesuatu Moleong, 2010). Pada penelitian ini peneliti ingin
meneksplorasi, menganalisis, dan mendeskripsikan fenomena tentang
pengalaman melahirkan ditolong oleh dukun bayi secara khusus. Menurut
Streubert & Carpenter (2003) ada tiga tahapan untuk menelaah suatu
fenomena yaitu : intuiting, analyzing, dan describing.
Intuiting merupakan langkah awal peneliti untuk memulai berinteraksi
dan memahami fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2003). Peneliti
mencoba menggali fenomena yang ingin diketahui dari partisipan mengenai
pengalamannya melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Pada tahap ini peneliti
menghindari kritik, opini atau evaluasi tentang hal-hal yang disampaikan
21
informan dan mengarahkan pada fenomena yang diteliti, sehingga didapatkan
gambaran yang sebenarnya dari responden.
Langkah
kedua
adalah
analyzing,
pada
tahap
ini
peneliti
mengidentifikasi arti dari fenomena yang telah digali dan mengeksplorasi
keterkaitan antara data yang disampaikan dengan fenomena yang ada
(Streubert & Carpenter, 2003). Data yang penting dianalisis secara seksama
dengan mengutip pertanyaan yag signifikan, mengkategorikan lalu menggali
intisari dari data, sehingga peneliti memperoleh pemahaman terhadap
fenomena yang diteliti.
Langkah
terakhir
adalah
describing,
pada
tahap
ini
peneliti
mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal
yang didasarkan pada pengklasifikasian dan pengelompokan fenomena.
Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau
mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari
upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya. Melalui
pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam
tentang pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi di wilayah
Parung Kabupaten Bogor.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun
2015. Penelitiandilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Parung
Kabupaten Bogor.Jumlah perempuan yang melahirkan ditolong oleh dukun
tahun 2014 adalah 11 orang (Data Puskesmas Parung, 2014).
22
D. Pemilihan Partisipan
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan
kecukupan
(adequancy).
Teknik
purposive
sampling
adalah
teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2010). Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik Snowball, yaitu dengan
cara menghubungi partisipan pertama dan meminta rekomendasi satu orang
untuk dijadikan partisipan selanjutnya dan seterusnya sesuai kriteria yang
ditentukan.
Partisipan dalam penelitian ini adalahibu yang telah melahirkan dengan
ditolong oleh dukun bayi pada periode bulan Januari sampai bulan Desember
tahun 2014 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Parung
Kabupaten Bogor. Kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Ibu yang telah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada periode
bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2014 dan bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Parung Kabupaten Bogor.
2. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua
pertanyaan peneliti.
3. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian.
Informan dikategorikan sebagai kriteria eksklusi apabila pindah tempat
tinggal dan tidak dapat dijangkau oleh peneliti.
E. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam (indepth interview)
terhadap partisipan berdasarkan pedoman wawancara mendalam yang telah
23
disusun. Dalam wawancara peneliti juga mengunakan alat bantu tulis dan
tape recorder.Tahap pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari :
1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data
a. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin
penelitian kepada pihak-pihak terkait seperti : Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor, Kepala Puskemas Parung, dan RT/RW dan
melakukan kode etik penelitian.
b. Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman
wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki kriteria
sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam penelitian ini,
tanpa dibuatkan transkrip hasil wawancara. Uji coba pedoman
wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti agar lancar saat
pengumpulan data pada partisipan sebenarnya.
c. Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan kriteria,
lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk melakukan
inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian
ini.
d. Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada partisipan
lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data.
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan
dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu cara mengumpulkan data
dengan
wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara
mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
24
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan partisipan, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara (Bungin, 2008).Peneliti menggunakan jenis
wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara mengajukan beberapa
pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan
pertanyaan
yang
telah
dipersiapkan
sebelumnya
namun
tetap
bedasarkan pada pedoman wawancara yang telah disiapkan peneliti
agar wawancara tidak menyimpang jauh. Biasanya pertanyaan muncul
secara spontan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika
melakukan wawancara (Maleong, 2007). Teknik ini akan menciptakan
komunikasi langsung, luwes, fleksibel serta terbuka, sehingga informasi
yang didapatkan lebih banyak dan luas mengenai pengalaman ibu
melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi.
Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010)
mengungkapkan bahwa wawancara mendalam dapat dilakukan dalam
waktu satu jam. Pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi
sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus
melakukan wawancara agar memperoleh data yang valid dan akurat
(Sugiyono, 2010).
Peneliti melakukan kontrak waktu dengan partisipan, sehingga
partisipan dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa
terganggu oleh wawancara. Beberapa kali wawancara singkat akan
lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang.
Selama melakukan wawancara mendalam penelti juga membuat catatan
25
lapangan (field note) yang mendeskripsikan tanggal, waktu, kondisi
dilingkungan rumah informan, kondisi saat wawancara dan reaksi yang
dimunculkan
informan
ketika
wawancara
mendalam.
Tehnik
wawancara dimulai dari hal yang bersifat umum ke khusus, karena
peneliti ingin menjalin hubungan saling percaya terlebih dahulu kepada
partisipan agar partisipan bisa terbuka dan menerima kehadiran peneliti
sehingga dapat memperoleh hasil yang benar- benar akurat dan sesuai
yang diharapkan peneliti.
Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif
mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat,
lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban partisipan serta
wawancara dilakukan dengan face to face. Wawancara akan
berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan
partisipan. Stainback dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa
rapport adalah suatu hubungan yang saling menguntungkan, merasa
saling percaya dan terjalin emosi diantara kedua orang (peneliti dan
partsipan).
Prosedur yang harus dipenuhi dalam wawancara fenomenologi
menurut Ibid dalam Kuswarno (2009) sebagai berikut:
a.
Menyatakan dengan jelas identitas, dan tujuan peneliti.
b.
Mampu membuat catatan-catatan kecil yang lengkap dan cepat
selama wawancara berlangsung.
c.
Usahakan untuk mengingat pertanyaan untuk meminimalkan
kehilangan kontak mata dengan partisipan.
26
d.
Usahakan untuk tidak banyak bicara (menimpali partisipan) ketika
wawancara berlangsung.
e.
Merekam proses wawancara dalam bentuk video atau kaset untuk
keakuratan data.
f.
Membuat jadwal wawancara untuk masing-masing partisipan.
g.
Mencocokan tingkat pertanyaan dengan kemampuan pasrtisipan.
h.
Memperhitungkan waktu untuk pembuatan transkrip wawancara.
i.
Menciptakan suasana nyaman selama proses wawancara.
j.
Mempersiapkan cara-cara interupsi yang tidak akan mengganggu
proses wawancara.
k.
Percaya dengan kemampuan mewawancarai.
l.
Mempersiapkan cara atau metode yang akan digunakan ketika
wawancara.
m. Tidak melenceng jauh dari daftar pertanyaan yang telah dibuat
(pedoman wawancara), namun bisa berkembang seiring situasi saat
wawancara.
n.
Belajar untuk mendengarkan
o.
Mampu
mengendalikan
ledakan/
pancaran
emosi
selama
wawancara berlangsung.
p.
Antisipasi bila jawaban partisipan melenceng dari pertanyaan
peneliti.
q.
Mengucapkan terima kasih kepada partisipan, diakhir wawancara
sekaligus
meminta
dipublikasikan.
persetujuannya
bila
hasil
wawancara
27
r.
Meminta kesediaan partisipan untuk wawancara tambahan bila
diperlukan.
s.
Menanyakan dengan pertanyaan yang tepat dan bergantung kepada
partisipan ketika mendiskusikan makna peristiwa yang mereka
alami, sesungguhnya membutuhkan kesabaran dan keterampilan
khusus dari peneliti.
F. Analisa Data
Penganalisaan data dilakukan dengan analisa kualitatif melalui
wawancara yang mendalam (indepth interview) terhadap informan. Penelitian
ini mengunakan teori analisa data menurut tehnik Colaizzi (1978). Langkahlangkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert (2003),
meliputi:
a. Peneliti dapat memberikan gambaran fenomena yang diteliti, yaitu
tentang pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi.
b. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan
membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang
diteliti.
c. Peneliti membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang
sesuai fenomena yang diteliti.
d. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pertanyaan-pertanyaan
penting dari setiap pernyataan partisipan.
e. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua
partisipan.
28
f. Peneliti
mengorganisasikan
data
yang
terkumpul
dan
mengelompokannya kedalam suatu kelompok tema.
g. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan kedalam bentuk deskriptif
secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan
partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema.
h. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk
validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat.
i. Jika ada data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga
menjadi gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).
G. Keabsahan Data
Data yang peneliti peroleh dalam penelitian kualitatifnya perlu diuji
validitas dan reliabilitas untuk mengukur keabsahan data. Hal ini dikarenakan
hal yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah
datanya (Sugiyono, 2010). Data yang valid yaitu data apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan
kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal
yang dominan dalam penelitian kualitatif, sumber data kualitatif yang kurang
credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin, 2003;
Sugiyono, 2010 & Streubert, 2003). Oleh karena itu penelitian kualitatif perlu
dilakukan uji keabsahannya, adapun uji keabsahan tersebut meliputi: uji
credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Maleong, 2007;
Sugiyono, 2010).
29
1. Kredibilitas (Credibility)
Kredibilitas menguraikan fokus penelitian dan menunjukkan
kepercayaan diri terhadap kebenaran data dan bagaimana data di proses
dan di analisis dengan baik sesuai dengan fokus yang dimaksudkan (Polit
& Hunger, 1999 dalam Granehim & Lundman, 2003). Uji kredibilitas atau
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan
perpanjangan
pengamatan,
peningkatan
ketekunan
dalam
penelitian, triangulasi, diskusi, dengan teman sejawat, analisis kasus
negative, dan member check (Sugiyono, 2010 & Bungin, 2008). Cara
memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu (Bungin, 2007) :
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari
kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden dan untuk
membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga
kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam
30
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli
dalam bidang kualitatif.
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujianpengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada
data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas Peer debriefing.
Dimana setelah peneliti mengumpulkan data, peneliti akan membuat
transkrip data. Transkip data yang di buat peneliti akan dibicarakan kepada
pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang dialami
partisipan, tujuannya untuk menghindari penilaian subjektif dari peneliti.
2. Transferabilitas (Transferability)
Uji transferabilitas mengandung arti bahwa data yang dilaporkan
dapat diterapkan atau diberlakukan di tempat lain pula. Tempat lain
tersebut juga harus memiliki karakter yang hampir sama dengan obyek
penelitian sebelumnya (Lapau, 2012). Hasil penelitian kualitatif memiliki
standar transferabilitas tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian
memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan
fokus penelitian (Bungin, 2008).
Peneliti dalam melakukan uji tranferabilitas harus membuat laporan
atau hasil penelitian secara jelas, rinci, sitematis, dan dapat dipercaya
sehingga orang lain atau pembaca menjadi jelas dan mengerti terhadap
hasil dari penelitian yang dilakukan dan agar orang lain dapat memutuskan
untuk dapat mengaplikasikan atau tidak hasil penelitian tersebut di tempat
31
lain. Karekteristik objek tersebut meliputi objek tinggal jauh dari fasilitas
kesehatan, objek dengan tingkat pendidikan rendah, objek yang belum
banyak terpapar dengan informasi persalinan, dan objek dengan
penghasilan rendah.
3. Dependabilitas
Polit & Hunger, (1999) dalam Granehim & Lundman, (2003)
menyatakan bahwa salah satu teknis untuk mencapai reliabilitas adalah
dengan melibatkan seorang auditor eksternal untuk melakukan audit dan
menelaah hasil penelitian secara keseluruhan. Dependabilitas yaitu apakah
hasil
penelitian
mengacu
pada
kekonsistenan
peneliti
dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat
digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau
tidak (Bungin, 2003).
Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat
maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi. Peneliti akan menjelaskan
secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian. Peneliti
juga akan menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan
bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing
(auditor) untuk membuat suatu kesepakatan, dalam hal ini auditor
eksternal yang dapat dilibatkan adalah pembimbing dari peneliti baik
pembimbing I dan II untuk mereview seluruh hasil penelitian.
32
4. Konfirmabilitas (confirmability)
Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Dalam penelitian
kualitatif uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependability sehingga
pengujiannya bisa dilakukan secara bersama (Sugiyono, 2010). Pada
penelitian ini hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk
memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri
data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan
menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.
H. Etika Penulisan
Setiap penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian. Notoatmojdo
(2010) mengemukakan prinsip dasar etika penelitian, meliputi :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu harus menjelaskan
maksud, tujuan dan manfaat penelitian ini kepada partisipan dan
melakukan inform consent, Jika partisipan bersedia maka partisipan harus
menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesediaan menjadi
partisipan. Namun, jika partisipan menolak untuk di teliti maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak partisipan.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality). Untuk menjaga kerahasiaan identitas
partisipan, peneliti tidak akan mencantumkan nama partisipan pada
33
lembar pedoman wawancara atau hasil penelitian yang akan disajikan.
Peneliti hanya akan menggunakan kode pada lembar pedoman wawancara
dan mengunakan inisial dalam penyajian hasil penelitian serta akan
membuat password ketika data dimasukan ke dalam file tersendiri dan
yang boleh mengetahui password tersebut hanya peneliti dan para
pembimbing.
3. Keadilan dan inklusivitas
(respect for justice/inclusiveness). Peneliti
menjaga prinsip keadilan dengan memberikan perlakuan yang sama pada
setiap partisipan dan tidak membeda-bedakan ras, agama, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
masyarakat maupun partisipan sendiri. Peneliti juga perlu berusaha untuk
meminimalkan dampak yang merugikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada empat
partisipan. Melalui proses analisa data secara induktif dari hasil wawancara
mendalam dan catatan lapangan, ditemukan tema-tema esensial yang selanjutnya
dideskripsikan dalam bentuk naratif pada penyajian hasil penelitian berikut.
Penyajian hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
menguraikan gambaran karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam
penelitian ini. Bagian kedua berisi pemaparan hasil analisis tematik pengalaman
ibu melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Karakteristik partisipan yang diuraikan
meliputi umur, agama, suku bangsa, jumlah anak, pekerjaan suami, pekerjaan ibu,
dan anggota keluarga yang tinggal serumah. Paparan hasil penelitian meliputi
deskripsi hasil wawancara mendalam yang disusun berdasarkan tema yang
ditemukan.
A.
Karakteristik Partisipan
Sebanyak empat partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini. Mereka
adalah ibu yang pernah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada tahun
2014 yang bertempat tinggal di diwilayah kerja Puskesmas Parung, Kabupaten
Bogor. Karakteristik partisipan sebagai berikut :
Partisipan pertama (P1) 43 tahun, Islam, Sunda, SD, ibu rumah tangga, suami
pedagang, jumlah anak tiga orang, anggota keluarga yang tinggal serumah tiga
orang.
34
35
Partisipan kedua (P2) 27 tahun, Islam, Jawa, SD, ibu rumah tangga, suami
buruh, jumlah anak dua orang, anggota keluarga yang tinggal serumah dua orang.
Partisipan ketiga (P3) 38 tahun, Islam, Sunda, SD, ibu rumah tangga, suami
petani, jumlah anak dua orang, anggota keluarga yang tinggal serumah tiga orang.
Partisipan keempat (P4) 32 tahun, Islam, Sunda, SD, ibu rumah tangga, suami
kuli bangunan, jumlah anak dua orang, anggota keluarga yang tinggal serumah
tidak ada.
B.
Hasil Analisa Tematik
Hasil analisa tematik ini menjelaskan enam tema yang ditemukan dalam
penelitian ini. Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman ibu
melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi sebagai berikut : 1) Makna
persalinan bagi ibu yang ditolong dukun bayi; 2) Aspek psikologis ibu dalam
persalinan oleh dukun bayi; 3) Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun
bayi; 4) Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi; 5) Tindakan
dukun bayi dalam proses persalinan; 6) Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan
yang ditolong oleh dukun bayi.
1.
Makna persalinan bagi ibu yang ditolong dukun bayi
Makna persalinan mencangkup semua makna yang berkaitan dengan salah
satu fungsi fisiologis reproduksi perempuan yaitu melahirkan. Pada studi ini
ditemukan beberapa makna yang terkandung dalam proses persalinan yang
ditolong oleh dukun bayi yang meliputi: 1)Proses alamiah ;
nyawa ; 3)Akhir proses kehamilan; 4) Pengalaman berharga.
2) Pertaruhan
36
a.
Proses alamiah
Keempat partisipan menyatakan bahwa makna persalinan merupakan
suatu proses yang alamiah bagi seorang perempuan. Salah satu partisipan
yang pernah dua kali menggalami proses melahirkan dengan ditolong oleh
dukun bayi menyampaikan ceritanya bahwa saat ini dirinya memaknai
proses melahirkan sebagai suatu hal yang alamiah bagi setiap perempuan,
berikut ungkapannya :
“.....melahirkan itukan suatu hal yang alamiah, bakalan dirasain semua
perempuan....melahirkan itu sudah menjadi kemampuan alamiah seorang
perempuan....” (P1).
Satu partisipan lainnya mengekspresikan makna persalinan sebagai
suatu hal yang akan dialami oleh setiap perempuan untuk memiliki
keturunan, seperti ungkapan pernyataan berikut ini:
“....suatu proses yang akan dialami oleh setiap perempuan, proses
awal untuk menjadi seorang ibu dan punya keturunan....kalau kita
sebagai perempuan ga pernah melahirkan kita tidak akan punya anak
kandung teh....“ (P3)
b.
Pertaruhan nyawa
Dua dari empat partisipan mengungkapkan bahwa persalinan
dipandang sebagai suatu proses yang mempertaruhkan nyawa bagi seorang
perempuan. Berikut salah satu ungkapan partisipan tersebut:
“... Lahiran itu proses yang mempertaruhkan nyawa bagi wanita, nyawa
kita ada diujung tanduk saat harus ngelahirin bayi.... ga sedikit orang
yang meninggal pas lahiran, makanya sering dibilang jihadnya wanitalah
lahiran itu...” (P4).
37
c.
Akhir proses kehamilan
Tiga dari empat partisipan mengungkapkan bahwa persalinan
merupakan akhir dari kehamilan dan lahirnya seorang anak kedunia seperti
ungkapan salah satu partisipan berikut ini:
“....melahirkan itu menjadi akhir dari kehamilan selama sembilan
bulan....bayi yang kita kandung akan lahir kedunia dan kita akan menjadi
orang tua....” (P2).
d.
Pengalaman berharga
Keempat partisipan mengungkapkan bahwa melahirkan merupakan
suatu pengalaman berharga dan bersejarah yang dialami selama
kehidupan. Berikut ini adalah ungkapan pertisipan tersebut:
“....pengalaman yang sangat berharga banget teh buat saya, ga akan
dilupain pengalaman lahiran mah...buat pelajaran kalau lahiran lagi
mesti gimana ngelakuinnya....” (P4).
“....melahirkan itu peristiwa bersejarah dalam hidup saya jadi
pengalaman berharga pokoknya...saya benar-benar bersyukur bisa
merasakan melahirkan seorang anak, jadi bisa saya ceritakan keanak
cucu pengalaman saya selama melahirkan dulu....” (P1).
2.
Aspek psikologis ibu dalam persalinan oleh dukun bayi
Aspek psikologis meliputi bagaimana seorang perempuan yang melahirkan
dengan ditolong oleh dukun bayi bisa memberikan gambaran nyata dan mampu
menilai dirinya, khususnya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan persalinan,
termasuk didalamnya adalah perasaan yang dirasakan selama proses persalinan
di dukun bayi. Dalam studi ini, aspek psikologis persalinan meliputi konsep diri
dan perasaan yang dirasakan selama proses persalinan.
38
a.
Konsep diri
Dua dari empat partisipan mengungkapkan gambaran diri terkait
dengan persalinan sebagai tahapan untuk menjadi wanita seutuhnya kerena
dirinya menganggap bahwa seorang perempuan akan menjadi wanita
seutuhnya apabila telah melalui tahapan hamil dan melahirkan seorang
anak. Berikut ini adalah ungkapan pertisipan tersebut :
“.... saya merasa benar-benar menjadi seorang wanita seutuhnya ketika
bisa melahirkan seorang anak dari rahim saya sendiri, bisa kasih
keturunan buat suami saya merasa bangga...” (P4).
“....Saya kalau lihat diri saya sekarang sudah jadi perempuan bangetlah...
udah hamil, melahirkan, dan punya anak udah lengkap...alhamdulillah
saya sudah jadi wanita seutuhnya...” (P3).
Bagian lainnya yang berkaitan dengan konsep diri yaitu peran dan
harga diri. Dua partisipan mengungkapkan bagaimana perannya setelah
persalinan sertapandangan terhadap diri yang merasa sangat berarti bagi
suami dan anak seperti yang diungkapkan salah satu partisipan berikut:
“.....saya sekarang menjadi istri untuk suami saya dan menjadi ibu untuk
anak kami....”(P3.
“.....suami saya bilang sayang banget sama saya....selama lahiran dulu
dia selalu ada disamping saya....walaupun sekarang perhatiannya lebih
keanak tapi saya tetap merasa berarti karena saya sudah bisa jadi istri
dan ibu yang baik buat laki dan anak saya....” (P2).
Satu partisipan mengungkapkan bahwa dirinya merasa percaya diri
walau melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Rasa percaya diri ini
didorong oleh adanya sikap positif terhadap diri dan lingkungan meskipun
menyadari adanya perbedaan pada dirinya berkaitan dengan persalinan
yang ditolong oleh dukun bayi. Berikut ungkapan partisipan tersebut:
“....Saya mah pede aja teh walau lahirannya di emak paraji, kenapa mesti
malu. Walau saya pengen bisa lahiran di RS tapi kan saya harus ngertiin
39
keadaan suami saya...orang-orang sini juga udah pada paham gimana
keaadaan saya jadi ga ada yang ngomong macem-macem...”(P1).
Satu dari partisipan lainnya mengungkapkan merasa kurang percaya
diri karena melahirkan ditolong oleh dukun bayi.Perasaan ini terkait
dengan persepsi tentang pandangan orang lain yang memandang
persalinan di dukun bayi sebagai suatu hal yang tabu untuk kehidupan saat
ini. Seperti ungkapan salah satu partisipan berikut:
“..... kadang saya suka malu teh kalau ditanya lahirannya dimana sama
orang-orang, suka ga percaya diri karena orang lain lahirnya di dokter
atau bidan saya cuma bisa lahiran di dukun...kata orang udah ketinggalan
jaman lahiran di dukun mah....”(P4).
Bagian lain dalam konsep diri adalah harapan diri atau ideal diri.
Harapan diri perempuan yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi
sangat beragam. Kebanyakan diantara mereka sangat menginginkan dapat
melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan, tenaga
kesehatan yang lebih menyesuaikan dengan kondisi tempat dimana mereka
tinggal, dan persalinan yang dilakukan dirumah mereka sendiri.
Keempat partisipan menginginkan dapat melakukan persalinan di
tenaga kesehatan dengan berbagai pertimbangan, diantaranya faktor usia
yang sudah beresiko tinggi untuk melahirkan, faktor kesehatan, fasilitas
kesehatan di rumah sakit atau bidan yang lebih lengkap, dan keilmuan
bidan yang lebih berkembang dibandingkan dengan dukun bayi. Berikut
ungkapan partisipan tersebut:
“.....saya berharap bisa lahiran di bidan, namanya buat jaga-jaga
kesehatan... Bidan di posgandu juga bilang kalau nanti hamil lagi,
lahirannya harus dibidan ga boleh di emak paraji karena usia saya udah
40 lebih, udah beresiko untuk melahirkan...” (P1).
40
“.....saya pengennya kalau nanti lahiran lagi bisa lahiran di RS teh...
kalau di emak dukun ga ada alatnya jadi cuma di raba-raba pakek
perasaan aja, kalau di RS alatnya lengkap, ilmu bidannya juga
berkembang, jadi lebih terjamin keselamatan saya sama bayinya....” (P2)
Tiga dari empat partisipan juga menginginkan tenaga kesehatan dapat
membantu persalinan di rumah bukan hanya di klinik atau puskesmas.
Mereka mengangap persalinan dirumah lebih nyaman dan tenang karena
dapat didampingi oleh suami dan keluarga. Berikut salah satu ungkapan
partisipan:
“.... yaa harapan saya kalau lahiran lagi bidannya bisa dateng kerumah
saya kayak mak dukun, karena kalau mau lahiran kadang kita susahlah
nyari kendaraan, ga keburuhlah ke bidannya, apalagi kalau malam teh.
Jadi alangka baiknya kalau bidannya saja yang datang kerumah.... saya
juga merasa lebih nyaman teh kalau lahirannya dirumah bisa ditemani
suami sama anak juga jadi lebih tenang pas lahirannya...” (P4)
Tiga dari empat partisipan juga berharap bisa mendapatkan informasi
terkait kehamilan dan persalinan. Informasi tentang tanda-tanda persalinan
yang kurang sering kali menyebabkan keterlambatan untuk membawa ibu
yang akan melahirkan ke fasilitas kesehatan. Berikut salah satu pernyataan
partisipan tersebut:
“....saya kira awalnya mules mau BAB teh, pas saya keempang ternyata
kepala bayinya udah mau nonggol...kalau bisa kita dikasih penyuluhan
tentang tanda-tanda mau lahiran itu gimana, namanya orang kampung
kan kurang ilmunya....” (P2).
b.
Dominasi perasaan
Aspek psikologis bagi seorang perempuan yang melahirkan dengan
ditolong oleh dukun bayi dipengaruhi oleh dominasi perasaan yang
dirasakan selama proses persalinan. Ada berbagai macam perasaan yang
dirasakan partisipan ketika akan memulai proses persalinan mulai dari
41
perasaan biasa saja sampai dengan perasaan takut. Berikut ini adalah
ungkapan partisipan tersebut:
“.....pas mau lahiran didukun saya perasaannya takut teh karena dari
awal saya udah diwanti-wanti sama bidan kalau lahiran nanti jangan
didukun harus di RS tapikan udah ga keburuh kesananya jadi saya takut
teh kalau nanti terjadi apa-apa sama saya atau bayinya....” (P3).
“.....saya merasa deg-degan gitu didada, ga nyaman rasanya walaupun ini
lahiran anak kedua saya tetep takut juga... saya pernah denger cerita
tetangga ada yang meninggal pas ngelahirin didukun saya jadi cemas
teh....” (P2).
Dua dari empat partisipan ada pula yang merasa lebih tenang ketika
dibacakan jampei-jampei oleh dukun yang membantu proses persalinan
dimana jampei-jampei ini dianggap dapat memberikan perlindungan
selama proses persalinan. Berikut adalah ungkapan partisipan tersebut:
“.....ada perasaan khawatir juga teh awalnya, namanya lahiran saya
khawatir sama kondisi bayinya lemah atau ga normal pas lahirnya tapi
setelah dibacain jampei-jampei oleh dukun saya merasa lebih tenang teh,
kayak kejaga jadinya...kejaganya itu kita kayak dilindungi, kan jampeijampei itu sama kayak doa....”(P1).
3.
Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi
Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi meliputi nilai-nilai
budaya masyarakat yang mempengaruhi proses persalinan yang ditolong oleh
dukun bayi.
Mitos atau anggapan budaya yang berkaitan dengan perempuan yang
melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam studi ini meliputi: 1)
Larangan memakan ikan; 2) Pantangan berisik saat proses persalinan; 3) Ritual
ngapas dan ngambui; 4) Ngucap amit-amit; 5) Ritual kerik.
42
a.
Larangan makan ikan
Dua partisipan mengungkapkan bahwa selama hamil sampai setelah
persalinan mereka dilarang untuk memakan ikan agar peranakan tidak bau
amis seperti ikan, seperti ungapan salah satu partisipan berikut:
“.....selama hamil sampai habis lahiran ga boleh makan ikan teh, ikan apa
aja ga boleh teh... kata orang sini ikan kan bau amis ya, nanti
peranakannya bau teh, terus gatel-gatel... jadi selama hamil sampe abis
lahiran saya ga makan ikan, makanya tempe, tahu, ayam kalo lagi ada....”
(P2).
b.
Larangan berisik saat proses persalinan
Dua partisipan lain menungkapkan bahwa tidak boleh berisik selama
persalinan dengan alasan dapat mengundang datangnya mahluk halus
seperti ungkapan partisipan berikut ini:
“.....pas lahiran kita ga boleh berisik teh, kata mak dukun kalau berisik
nanti manggil mahluk halus... mahluk halus kan seneng kalau banyak
darah-darah....” (P1).
c.
Ritual ngapas dan ngambui
Tiga partisipan juga mengungkapkan pantangan
untuk memakan
makananan yang tidak dimakan ketika masa ngapas karena dapat
menyebabkan ngambui yaitu luka bekas persalinan yang tidak sembuhsembuh . Seperti ungkapan salah satu partisipan berikut:
“.....kalau belum puput pusernya, saya kan ngapas. Jadi ngapas itu saya
boleh makan semua makanan. Nah nanti kalau udah copot tali pusatnya
saya ga boleh makan makanan yang saya ga makan pas ngapas... nanti
ngambui teh, ngambui maksudnya itu peranakan yang luka waktu lahiran
nanti bisa basa lagi jadi ga sembuh-sembuh lukannya, jadi koreng gitu....”
(P3).
43
d.
Ngucap amit-amit
Keempat partisipan juga menggungkapan bahwa ibu hamil harus
mengucap
amit-amit
saat
melihat
hal-hal
buruk
yang
tidak
diharapkanseperti ungkapan partisipan berikut:
“....kalau ngeliat orang cacat atau buta gitu kita ngucap amit-amit teh
biar bayinya ga kayak gitu....”(P3).
e.
Ritual kerik
Keempat partisipan mengungkapakan setelah 40 hari pasca persalinan
harus dilakukan ritual kerik untuk bersih-bersih setelah persalinan dan
syukuran karena telah dibantu dalam persalinan oleh dukun bayi, seperti
ungkapan salah satu partisipan berikut:
“.....pas 40 hari abis lahiran dikerik teh, dikerik itu kata orang mah
bersih-bersih sehabis lahiran....kan pas lahiran itu kita banyak ngeluarin
darah, jadi bau darah. Nah biar bersih kita harus dikerik, tangan kita
digosok pakek koin terus dimandiin pakek air bunga yang sudah disediain
sama dukunnya... nanti bayinya juga dibaca-bacain doa sama dukunnya
biar selamet hidupnya... kerik juga sebagai ucapan terima kasih sama
dukunnya karena udah ditolong lahiran, biasanya kita kasih uang lagi
kedukunnya....” (P4).
4.
Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi
Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh didukun bayi adalah segala
faktor-faktor yang mendorong ibu melakukan persalinan dengan ditolong oleh
dukun bayi yang tidak didapat ketika melakukan persalinan ditenaga penolong
persalinan lain. Dalam studi ini didapatkan beberapa alasan ibu memilih
melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi yang meliputi:
44
a.
Dukun sangat sabar
Keempat partisipan menyatakan bahwa dukun sangat sabar selama
menolong persalinan seperti yang diungkapkan salah satu partisipan yang
pernah dua kali melakukan persalinan didukun berikut ini:
“.....dukun itu sabar banget waktu nolongin lahirannya, kan bayinya
lumayan lama keluarnya sama mak dukun bener-bener ditungguin
teh....walaupun uangnya ga seberapa dukunya tetep sabar dan iklas
nolong saya lahiran....saya pernah dulu waktu hamil periksa dibidan,
bidannya agak judes gitu teh, beda sama mak dukun....” (P2).
b.
Dukun siap kapanpun dibutuhkan
Tiga dari empat partisipan mengungkapkan dukun siap kapanpun
dibutuhkan, tidak kenal waktu baik siang maupun malam seperti ungkapan
salah satu partisipan berikut:
“.....sayakan lahirannya tengah malem ya teh, tapi mak paraji tetep dateng
bantuin lahiran... pokoknya kalau sama mak paraji kapanpun kita lahiran
dia siap bantuin....”(P3).
c.
Biaya persalinan didukun lebih murah
Satu pertisipan mengungkapkan persalinan didukun lebih murah
dibandingkan persalinan ditenaga kesehatan seperti ungkapan salah satu
partisipan berikut:
“....lahiran didukun murah teh, masih bisa dijangkau sama orang kayak
saya.... kalau lahiran di bidan mahal teh sejutaan kata tetangga saya...
kalau dimak dukun kurang lebih lima ratus ribu, itu juga sudah sama
mandiin,urut, godokan, sama kerik...”(P1).
d.
Tempat tinggal dukun mudah dijangkau
Keempat partisipan sepakat mengatakan bahwa lokasi tempat tinggal
dukun lebih mudah dijangkau dari tempat mereka tinggal dibandingkan
dengan rumah sakit atau klinik bersalin seperti ungkapan salah satu
partisipan berikut:
45
“....rumah dukunkan dideket sini teh, bisa manggil mak dukun sambil
jalan kaki juga... kalau RS atau bidan jauh teh jadi kalau udah ga keburuh
biasanya manggil mak dukun orang sini buat bantu lahiran kan mak
dukunnya masih tetangga juga....”(P3).
e.
Persalinan dilakukan di rumah
Keempat partisipan mengugkapkan merasa lebih nyaman melakukan
persalinan dirumah sendiri, dukun satu-satunya tenaga kesehatan yang
dapat membantu persalinan dirumah seperti yang diungkapkan salah satu
pertisipan berikut:
“ .....kalau lahiran sama mak paraji bisa dirumah sendiri, jadi lebih
nyaman pas lahirannya karena bisa ditemani keluarga...kalau dibidan kita
harus keklinik bidannya teh, bidan ga mau bantu lahiran
dirumah...padahalkan kalau udah ga tahan mau lahiran orang sini sering
susah nyari kendaraan buat kekliniknya.”(P2).
5.
Tindakan dukun bayi dalam proses persalinan
Tindakan yang dilakukan oleh dukun dalam menolong persalinan dalam
studi ini meliputi cara untuk melahirkan plasenta, cara untuk mengeluarkan air
ketuban yang tertelan, dan pemberian jamu pasca persalinan.
a.
Membacakan jampei-jampei
Dua partisipan mengungkapkan dukun membacakan jampei-jampei
sebelum membantu proses persalinan, seperti yang diungkapkan salah satu
partisipan berikut:
“ ...sebelum bantu lahiran dibacain jampei-jampe dulu sama mak
dukunnya biar selama lahiran saya sama bayinya dilindungi...” (P4).
46
b.
Memotong dan merawat tali pusar
Keempat partisipan mengatakan dukun memotong tali pusar dengan
menggunakan gunting khusus yang didapat dari puskesmas seperti
ungkapan salah satu pertisipan berikut:
“....Dukun waktu motong tali pusatnya pakek guting yang dikasih
puskesmas teh, kalau dulu memang masih pakek bambu tapi sekarang
udah ga boleh lagi... terus tali pusatnya sekarang cuma boleh di pakein
betadin sama kassa teya, ga boleh dikasih jamu-jamu karena dukunnya
dimarahin bidan kalau dimacem-macemin...”(P3).
c.
Menguburkan ari-ari
Keempat partisipan mengungkakan setelah membantu persalinan,
dukun bayi juga membantu untuk menguburkan ari-ari atau plasenta
seperti ungkapan salah satu pertisipan berikut:
“... pas abis lahiran tuh, setelah bayi sama sayanya dibersiin parajinya
ngurus ari-arinya teh... dibersiin terus dikubur dibelakang rumah ariarinya sambil didoain...” (P3).
d.
Godokan dan urut
Tiga partisipan juga mengungkapkan dukun memberikan godokan dan
mengurut ibu sebagai bentuk perawatan pasca melahirkan seperti salah
satu ungkapan partisipan berikut:
“....sama mak paraji dikasih godokan teh, godokan itu dari daun-daunan
yang dibikin sama mak parajinya. Dikasih selama 7 hari katanya biar
cepet sembuh luka dalem pas lahirannya dan biar ASI lancar .... terus pas
7 hari, 15 hari sama 40 hari abis lahiran saya diurut sama mak paraji,
kata mak paraji diurut biar naikin peranakannya. Kan pas ngelahirin itu
peranakan kita turun, diurut itu biar naek lagi.... Kalau di bidan kan kita
dikasih obat suntik nah kalau didukun kita diurut sama dikasih godokan
aja teh....”(P1).
47
6.
Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang ditolong oleh dukun
bayi.
Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan adanya ketidaknyamanan
yang dialami saat melakukan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Adapun
ketidaknyamanan yang dirasakan terkait dengan kondisi fisik dukun, fasilitas
yang tersedia, dan privasi yang kurang saat persalinan yang ditolong oleh dukun
bayi.
a.
Perasaan takut karena keterbatasan fisik dukun
Tiga dari empat partisipan mengungkapkan adanya ketidaknyamanan
yang dirasakan karena dukun yang menolong persalinan sudah tua dan
mengalami penurunan pengelihatan seperti yang diungkapkan oleh salah
satu partisipan berikut:
“.....ga nyamannya itu karena emak dukunnya udah tua teh, jadi matanya
udah agak rabun....kitakan jadi takut ya nanti dia salah-salah motong atau
apa gitu gara-gara ga jelas ngeliatnya....”(P1).
b.
Kekhawatiran karena peralatan yang dimiliki dukun terbatas
Keempat partisipan mengungkapkan ketidaknyamanan terkait alat-alat
yang disediakan oleh dukun sangat terbatas seperti ungkapan salah satu
partisipan berikut:
“.....khawatir karena di paraji alatnya itu seadaannya jadi kurang nyaman
teh lahirannya...kepikiran kalau semisalnya bayinya kenapa-kenapa pas
lahir kan susah buat tindakan segeranya ....” (P2).
c.
Privasi kurang terjaga selama persalinan
Dua partisipan mmengungkapkan ketidaknyamanan yang dirasakan
karena saat persalinan hanya di tutupi kain dan orang-orang yang datang
48
dapat melihat proses persalinan seperti yang diungkapkan salah satu
partisipan berikut:
“.....kan pas lahiran banyak tetangga yang dateng, saya ngerasa agak ga
nyaman teh soalnya kan cuma pakek kain emak paraji nutupin saya jadi
orang-orang ngeliatain pas lahirannya... ngerasa malu aja gitu teh diliatin
sama orang-orang.....”(P3).
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian
yang telah diperoleh. Bagian pertama menguraikan pembahasan hasil penelitian
yaitu membandingan dengan konsep teori, dan berbagai penelitian sebelumnya
yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan
interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua akan menguraikan berbagai
keterbatasan selama proes penelitian dengan membandingkan pengalaman selama
proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya dilakukan
sesuai dengan aturan. Bagian ketiga menguraikan tentang implikasi penelitian
sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan bagi ilmu keperawatan baik dalam
pelayanan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pendidikankeperawatan.
A.
Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi
Penelitian ini menghasilkan enam tema dimana diantaranya memiiki
subtema dengan beberapa kategori tertentu. Tema-tema tersebut teridentifikasi
berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci masing-masing
tema yang dihasilkan dari penelitian ini.
Makna Persalinan Bagi Ibu Yang Ditolong Dukun Bayi
Persalinan memiliki makna tersendiri bagi ibu yang melahirkan dengan
ditolong oleh dukun bayi. Pada penelitian ini, persalinan diartikan dengan makna
yang beragam sesuai dengan apa yang dipersepsikan partisipan. Makna
persalinan bagi ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam
49
50
penelitian ini meliputi persalinan sebagai proses alamiah, pertaruhan nyawa,
akhir proses kehamilan, dan pengalaman berharga bagi seorang ibu.
Proses Alamiah
Makna persalinan bagi ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh
dukunbayi adalah suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap
perempuan. Persalinan dianggap sebagai kemampuan alamiah seorang
perempuan yakni melahirkan seorang anak untuk meneruskan keturunan.Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lothian (2000) melaporkan bahwa
persalinan merupakan proses alamiah yang tergantung pada kepercayaan wanita
terhadap kemampuan dirinya. Hasil penelitan ini juga diperkuat oleh penelitian
Ohm (2009) yang mengungkapkan bahwa persalinan adalah proses normal dan
alamiah yang secara langsung diatur oleh kemampuan tubuh menjalankan
fungsinya.Meskipun persalinan adalah suatu proses yang alami dan normal,
namun bila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi proses yang
abnormal yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian. Oleh sebab itu
setiap individu yang akan melahirkan berhak mendapatkan pelayanan persalinan
yang berkualitas (Purwandari, 2008).
Pertaruhan nyawa
Ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada penelitian ini
juga memaknai persalinan sebagai proses pertaruhan nyawa. Perjuangan seorang
ibu saat melahirkan bayi yang dikandungnya diibaratkan seperti meletakan
nyawa mereka di ujung tanduk, artinya ibu bisa saja meninggal karena proses
51
persalinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2014)yang
melaporkan tidak sedikit ibu harus meregang nyawa untuk menyelamatkan
bayinya saat proses persalinan, sehingga persalinan disebut juga sebagai proses
pertaruhan nyawa bagi seorang wanita. Disisi lain pada penelitian yang
dilakukan oleh Mulyadin (2008) melaporkan hasil bahwa sebagian masyarakat
masih menganut pandangan bahwa kematian pada saat persalinan adalah hal
normal dan tidak dapat dihindari, bahkan kematiannya dikatakan sebagai mati
syahid dimana ibu yang meninggal saat melahirkan dianggap akan masuk surga.
Kematian ibu saat melahirkan dipercayai sebagai “kodrat” yang sudah
seharusnya ditanggung oleh perempuan itu sendiri yang akhirnya menyebabkan
kurangnya penanganan untuk mencegahnya terjadi.
Akhir proses kehamilan
Persalinan juga dimaknai sebagai ibu yang melahirkan dengan ditolong
oleh dukun bayi sebagai akhir dari proses kehamilan selama sembilan bulan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kaneshiro (2013) yang
melaporkan bahwa persalinan adalah proses ketika kehamilan berakhir setelah
batas waktu yang normal (sekitar 40 minggu), dimana jika bayi lahir sebelum 37
minggu usia kehamilan maka kelahiran itu dianggap prematur sedangkan jika
lebih dari usia kehamilan 42 minggu disebut dengan istilah kehamilan lambat.
Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwaibu menganggap persalinan hanya
akan terjadi pada akhir dari usia kehamilan cukup bulan sehingga tidak
memikirankan kemungkinan persalinan yang bisa terjadi lebih cepat atau lebih
lama dari perkiraan awal sehingga persiapan yang dilakukan sering kali
52
terlambat, akibatnya tidak sedikit ibu yang akhirnya harus melahirkan dengan
ditolong oleh dukun bayi karena keterlambatan dalam mengenali tanda-tanda
persalinan dan penentuan tempat bersalin.
Pengalaman berharga
Ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun juga memaknai
persalinan sebagai suatu pengalaman berharga yang tidak terlupakan,
pengalaman ini nantinya akan mereka bagikan dengan anggota keluarga yang
lain sebagai sebuah pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Reeder et al (2011) yang melaporkan bahwa persalinan merupakan
peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita, persalinan
menjadi tahapan transisi dalam fase kehidupan. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Salma (2007) yang menyatakan proses persalinan
sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi seorang wanita, apalagi bagi ibu
yang baru pertama kali bersalin. Bagi wanita primigravida merupakan hal yang
pertama dialami, sedangkan pada ibu multigravida mereka telah mempunyai
riwayat dan pengalaman tentang proses melahirkan yang mempengaruhi proses
persalinannya. Pengalaman berharga yang didapatkan selama proses persalinan
tidak hanya akan berdampak pada ibu yang menjalaninya namun kepada orang
lain disekitarnya, karena pengalaman melahirkan adalah suatu peristiwa penting
yang akan selalu diingat dan diceritakan kepada orang lain.
53
Aspek psikologis ibu dalam persalinan oleh dukun bayi
Aspek psikologis yang berkaitan dengan persalinan meliputi konsep diri
dan dominasi perasaan yang dirasakan selama proses persalinan yang ditolong
oleh dukun bayi. William H. Fitts dalam Agustiani (2009) menyatakan bahwa
konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri
seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Konsep diri juga berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
seseorang, dengan mengetahui konsep diri seseorang kita akan lebih mudah
meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut.
Menjadi wanita seutuhnya
Partisipan dalam penelitian ini memberikan gambaran terhadap diri
mereka tentang wanita yang telah mengalami proses persalinan sebagai wanita
seutuhnya karena dirinya telah melalui tahapan hamil dan melahirkan seorang
anak sehingga mampu memberikan keturunan untuk keluargannya. Hal ini
sesuai dengan salah satu teori tentang fungsi biologis keluarga yang pertama
yakni untuk meneruskan keturunan (Pujosuwarno, 1994). Hasil penelitian dan
teori ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Yuniar (2013) yang melaporkan ibu
mengambarkan diri mereka sebagai wanita yang sempurna setelah mampu
melewati proses persalinan normal. Gambaran diri ibu bersalin dalam penelitian
ini sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga terhadap ibu sehingga tercermin
sebagai gambaran diri yang positif.
54
Menjadi istri dan ibu
Konsep diri mencangkup juga peran dan harga diri didalamnya.
Pengalaman melahirkan memberikan kontribusi besar dalam pembentukan peran
sebagai seorang ibu. Seorang ibu mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan suatu keluarga, baik peranannya bagi suami maupun anaknya
(Pujosuwarno, 1994). Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa
dirinya merasa sangat berarti untuk anak dan suami karena telah mampu
menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu dari anaknya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori Bee dan Oetting dalam Bryar (2008) yang
mengatakan asumsi yang mendasari teori Mercer tentang pencapaian peran ibu
adalah ibu mempunyai konsep diri yang relatif stabil, diperoleh melalui
sosialisasi seumur hidup yang menentukan bagaimana ibu menjelaskan dan
merasakan peristiwa serta persepsinya tentang respon bayi dan orang lain
terhadap perannya sebagai ibu, sepanjang situasi kehidupannya.
Percaya diri
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh semua individu termasuk ibu
yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi (Nuraeni, 2010). Hasil
penelitian ini menunjukan adanya kepercayaan diri positif partisipan tentang
persalinan yang ditolong oleh dukun bayi karena adanya pandangan positif
tentang penilaian orang sekitar terhadap dirinya. Hal ini sejalan dengan teori
Hurlock (1974) tentang tidak adanya prasangka buruk dari anggota keluarga
akan membangun kepercayaan diri seseorang dan ketika seorang ibu memiliki
kepercayaan diri itu maka akan membuat seseorang dapat menerima keadaan
55
dirinya. Dilain sisiadapula partisipan lainnya memandang bahwa persalinan yang
ditolong oleh dukun bayi adalah suatu hal yang memalukan untuk diketahui oleh
orang lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmadani (2008) yang
menunjukan jika kita mengangap penilaian orang lain terhadap kita negatif,
maka kita pun menilai diri kita negatif dan kemudian kita mengembangkan
konsep diri yang negatif.
Dapat melahirkan di Nakes
Konsep diri mencangkup juga ideal diri yaitu harapan seseorang terhadap
dirinya dalam hal ini khususnya bagaimana ideal diri partisipan pada proses
persalinan. Mereka menginginkan dapat melakukan persalinan dengan ditolong
oleh tenaga kesehatan, persalinan yang dilakukan di rumah sendiri, dan
pemberian informasi terkait kehamilan dan persalinan dari tenaga kesehatan.
Pada persalinan yang akan datang
partisipan pada penelitian ini sudah
berencana untuk bersalin difasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga
kesehatan. Hal ini bisa disebabkanoleh banyak faktor seperti pengaruh dari
orang terdekat maupun pihak profesionalkesehatan, serta perasaan tentang nilai
risiko kehamilan. Menurut Reeder (2010) saat ini pemilihan layanan maternal
semakin sering dibuat berdasarkan saran daripihak profesional. Selain itu, output
dari pengalaman seseorang dapat berbeda-beda sehingga ibu akan memiliki
kecenderungan
yang
persalinan tersebut.
berbeda
pulaterhadap
pengalamannya
pertolongan
56
Dapat bersalin di rumah
Dari penelitian yang dilakukan WHO (2008) persalinan yang dilakukan
di rumah akan menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara
cepat apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Walaupun demikian, dalam penelitian
ini ibu bersalin yang tetap mengharapkan dapat melakukan persalinan di rumah
mereka sendiri karena persalinan dirumah dirasa lebih nyaman dan tenang. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Echahulu (2007) dimana
suasana di rumah yang akrab membuat ibu hamil merasa mendapatkan
dukungan lebih dari keluarga maupun tetangga. Kamar juga selalu tersedia dan
tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit dan dengan persalinan di rumah
ibu hamil dapat terhindar dari infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit. Hal
terpenting, biaya bersalin di rumah jauh lebih murah jika dibandingkan di RS.
Persalinan di rumah dapat dibenarkan bagi wanita dengan kehamilan risiko
rendah. Namun persalinan ini perlu didukung fasilitas yang memadai. Jika
diperlukan, rujukan dapat diberikan dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, para
penolong persalinan di rumah juga perlu ditingkatkan kemampuannya, dan
mampu menjalin kerja sama dengan jaringan pelayanan yang lebih tinggi (Lesti,
2005).
Kebutuhan informasi
Informasi dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan sebagai cara
untuk mengumpulkan data dan untuk menganalisis fakta sehingga ibu lebih
percaya diri dalam menghadapi masalah (Hadi, 2006). Mendapatkan informasi
tentang kehamilan dan persalinan yang benar merupakan salah satu ideal diri
57
setiap ibu, termasuk ibu yang melahiran dengan ditolong oleh dukun bayi pada
penelitian ini. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Juariah
(2009) yang melaporkan bahwa informasi tentang kehamilan, persalinan, dan
nifas memiliki pengaruh penting terhadap perempuan dalam memilih penolong.
Dari informasi yang diterima, mereka dapat memahami komplikasi yang dapat
muncul selama periode tersebut. Sehingga mereka akan lebih berhati-hati untuk
memilih penolong. Perempuan yang tidak memiliki informasi kesehatan lebih
cenderung untuk memilih dukun bayi dibandingkan dengan perempuan yang
memiliki akses terhadap informasi kesehatan. Akses tersebut dapat diperoleh
melalui pendidikan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, bukubuku atau
majalah kesehatan, dan lain-lain. Partisipasi tenaga kesehatan dalam
memberikan pendidikan kesehatan terutama terkait dengan persalinan sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu bersalin baik terkait dengan
tanda-tanda persalinan dan persalinan yang aman.
Dominasi Perasaan
Aspek psikologis lainnya dalam penelitian ini berkaitan dengan dominasi
perasaan yang dirasakan selama proses persalinan. Hasil penelitian menunjukan
adanya perasaan takut dan khawatir yang dominan selama proses persalinan
yang ditolong oleh dukun bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nisman (2011) dimana dalam proses persalinan wanita mengalami
gangguan-gangguan seperti rasa cemas dan takut akan kelahiran anak atau peran
menjadi ibu. Hal tersebut didorong pula dengan kondisi hormonal yang
cenderung menciptakan ketidakstabilan tubuh dan pikiran, sehingga wanita yang
58
akan bersalin menjadi lebih mudah panik-cemas, mudah tersinggung, jauh lebih
sensitif, mudah terpengaruh, cepat marah, menjadi tidak rasional, dan
sebagainya (Andriana, 2011).
Ketika ibu kecemasan dan stres, maka secara tidak langsung otak akan
bekerja dan mengeluarkan corticotrophinreleasing hormone (CHR). CHR
merupakan master hormon stres yang akan memicu pelepasan hormon stres
glukokortikoid. Dengan dirangsang oleh glukokortikoid dan hormon stres
lainnya, seperti adrenalin, maka otak dan tubuh akan mengalami ketegangan dan
krisis. Pola normal dari hormon CHR dalam 109 masa kehamilan yaitu, dimulai
pada trimester kedua kehamilan, tingkat corticotrophin-releasing hormone
(CHR) meningkat. Kemudian dalam tiga bulan terakhir kehamilan, atau
trimester ketiga, kadar corticotrophin-releasing hormone (CHR) meningkat lebih
tinggi, hal ini akan merangsang produksi glukokortikoid berlebih dari ibu, dan
hasilnya terjadi ketegangan dan kekakuan otot tubuh terutama menjelang
persalinan (Aprilia & Ritchmond, 2011).
Perasaan takut, khawatir dan deg-degan yang dirasakan menjadi tertutupi
setelah ibu mendapatkan “jampei-jampei” oleh dukun bayi yang membantu
persalinan dimana hal ini juga disampaikan pada penelitian yang dilakukan oleh
Anggorodi (2009) yang melaporkan bahwadukun dilihat mempunyai ’jampejampe’ yang kuat sehingga ibu yang akan bersalin lebih tenang bila ditolong
oleh dukun.Jampei-jampei ini membuat ibu merasa lebih nyaman dan aman
dalam menghadapi proses persalinan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam
penelitian ini.
59
Mitos dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi
Mitos merupakan sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arahan
tertentu kepada sekelompok orang. Mitos memberikan arah kepada kelakuan
manusia dan merupakan semacam pedoman untuk kebijaksanaan manusia
(Peuersen, 1988). Salah satu mitos yang berkaitan dengan perempuan adalah
mitos terkait persalinan. Beberapa mitos seputar persalinan dalam penelitian ini,
yaitu larangan ibu untuk makan ikan, pantangan berisik saat proses persalinan,
ritual ngapas dan ngambui, Ngucap amit-amit, dan ritual kerik.
Kepercayaan terhadap mitos merupakan bentuk pemahaman masyarakat
tentang kewaspadaan menghindari resiko selama masa kehamilan, persalinan
dan nifas merupakan bentuk keberagaman budaya suatu masyarakat. Budaya
tersebut nantinya akan berpengaruh pada pola pikir, sikap, dan prilaku setiap
individu. Ketidaktahuan akan kesehatan reproduksi serta status perempuan
dalam keluarga dan lingkungan menjadi faktor penting dalam hal kepercayaan
terhadap mitos seputar kehamilan, persalinan, dan nifas (Fauziah, 2012).
Makanan dalam pandangan sosial-budaya, memiliki makna yang lebih
luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise,
kesetiakawanan dan ketentraman (SDKI, 2009). Nutrisi selama kehamilan
adalah
salah
satu
faktor
penting
dalam
menentukan
pertumbuhan
janin.Dampaknya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang
hamil juga mempengaruhi angka kematian perinatal (Sulistyoningsih, 2012).
60
Pantangan makan ikan
Pantangan
makanan
merupakan
suatu
perilaku
individu
dalam
masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau menghindari bahan makanan tertentu
karena terdapat larangan yang bersifat budaya dan diperoleh secara turuntemurun pada kondisi tertentu (Foster & Anderson, 2006).Penelitian ini
menemukan bahwa ibu di Parung mempercayai mitos tentang larangan makan
ikan pada ibu hamil karena dapat menimbulkan bau amis ketika persalinan.
Pantangan untuk makan ikan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Afiyah (2006) yang melaporkan bahwa masyarakat Pekalongan juga masih
mempercayai ikan adalah makanan yang dilarang untuk ibu hamil. Alasan
pantangan tersebut cenderung irasional, sebagai contoh tidak dimakannya ikan
karena ikan berbau amis, sehingga dapat menyebabkan bayi dan peranakan
bau.Faktanya bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang
sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu
hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
Muarifah (2013) yang melaporkan bahwa ibu hamil di Toraja justru dianjurkan
untuk makan ikan segar. Ikan segar adalah salah satu jenis makanan yang
banyak mengandung protein. Protein untuk sang ibu memiliki fungsi sama yaitu
sebagai zat pembangun (Khomsan, 2010). Artinya protein yang terdapat dalam
ikan justru sangat baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil untuk proses
pembentukan sel selama ibu tersebut tidak memiliki alergi terhadap jenis ikan
tertentu.
61
Ritual ngapas dan ngambui
Selain pantangan makan ikan, ada ritual ngapas yang dilakukan ibu pasca
melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi, dimana sampai 40 hari pasca
melahirkan ibu hanya boleh memakan makanan yang dimakan ketika masa
“ngapas” dan apabila melanggar akan menyebabkan “ngambui” yaitu luka
peranakan pasca melahirkan menjadi tidak sembuh dan menimbulkan
koreng.Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Iskandar (2010) yang
melaporkan masih banyak masyarakat yang mempercayai adanya pantangan
makanan pada masa nifas, mereka menerima dan menolak jenis makanan
tertentu dengan alasan makananan tersebut dapat memperlambat proses
penyembuhan luka setelah proses persalinan terjadi. Nyatanya saat ritual ngapas
dijalani banyak jenis makanan yang tidak dikonsumsi ibu karena lupa, sehingga
sampai 40 hari setelah melahirkan ibu tidak memakan makanan tersebut karena
takut menjadi “ngambui”.
berpantangan
makanan
Dampak yang terjadi pada ibu nifas yang
adalah
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
yang
berkurang.Padahal kecukupan gizi sangat berperan dalam proses penyembuhan
luka (Manuaba, 2008). Artinya pantangan ini justru akan mempengaruhi proses
penyembuhan luka setelah persalinan, berpantangan makan dalam waktu lama
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan angka kesakitan ibu.
Pantangan berisik saat melahirkan
Adapula mitos tentang pantangan berisik saat proses persalinan pada ibu
yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada penelitian ini karena
anggapan bahwa suara berisik dapat memanggil mahluk halus. Hal ini didasari
62
oleh anggapan masyarakat bahwa ibu yang melahirkan mengeluarkan banyak
darah dan mengalami keadaan tubuh yang semakin lemah sehingga mudah
dipengaruhi oleh mahluk dengan maksud yang jahat.Sejalan dengan penelitian
ini Fauziah (2012) dalam penelitiannya menemukanbahwa ibu hamil yang akan
melahirkan biasanya mengalami gangguan emosional seperti ketakutan yang
berlebihan dan lebih sensitif sehingga ibu mempercayai dengan tidak berisik
saat melahirkan ibu akan merasa lebih tentram dan aman. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ron Hubbard (1951)
yang menemukan Silent Birth, dimana persalinan dengan metode ini
mengutamakan lingkungan yang tenang sehingga tidak ada suara baik dari
penolong persalinan ataupun ibu yang bersalin selama persalinan berlangsung.
Hal ini dikarenakan ibu seringkali mengutarakan kecemasan dalam bentuk
ungkapan-ungkapan negatif selama persalinan sehingga berdampak buruk pada
psikologis ibu ketika melahirkan. Mitos tentang larangan berisik selama proses
persalinan dalam penelitian memiliki tujuan yang baik bagi psikologis ibu
bersalin namun alasan yang melatarbelakanginya tidak bisa dibuktikan
kebenarannya, sehingga ibu yang akan bersalin hendaknya lebih cermat dalam
menyikapi mitos-mitos yang terkait persalinan tersebut.
Ngucap amit-amit
“Amit-amit jabang bayi” adalah ungkapan yang diucapkan ibu hamil
dengan harapan janin terhindar dari kejadian yang tidak diiharapkan, ibu yang
melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi dalam penelitian ini mempercayai
apabila ibu ketika hamil melihat orang cacat atau hal buruk dan tidak mengucap
63
amit-amit maka bayi yang mereka kandung nantinya akan mengalami nasib yang
sama dengan orang tersebut. Faktanya secara psikologis, perilaku tersebut justru
dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat bagi ibu hamil. Adanya
ketakutan dari perempuan bila tidak mempercayai pantangan dan anjuran yang
dikatakan orang tua, dukun, kerabat atau tetangga karena mereka takut
disalahkan apabila terjadi sesuatu pada bayi yang dikandungnya. Apalagi pada
keluarga dengan ekonomi rendah, kepercayaan terhadap pantangan dan anjuran
selama kehamilan menjadi suatu upaya penting dalam menghindari resiko
terhadap kehamilan (Fauziah, 2012).
Ritual Kerik
Ritual kerik yang dilakukan 40 hari setelah persalinan dalam penelitian
ini adalah bentuk bersih-bersih pasca persalinan dan wujud syukur serta terima
kasih kepada dukun karena telah dibantu selama persalinan. Hal serupa juga
dilakukan masyarakat di Kecamatan Susukan yang disebut dengan wisuh atau
kobok. Kobok adalah ritual yang dilakukan di hari ke-40 pasca persalinan.
Kobokdilakukan antara dukun bayi dengan si ibu secara bergantian yang diawali
dengan dukun bayi mencuci tangan si ibu kemudian ibu tersebut mencucikan
tangan dukun bayi, lalu dilanjutkan dengan mengurut perut ibu dengan tujuan
memulihkan tenaga setelah melahirkan (Maryatun, 2012). Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Setyawati (2010) bahwa dukun
dipercaya sebagai aktor lokal yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tokoh
kunci terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Dukun
tidak hanya berperan saat proses persalinan berlangsung, namun juga pada saat
64
upacara-upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan bagi ibu dan
anaknya seperti upacara tujuh bulanan kehamilan sampai dengan 40 hari setelah
kelahiran bayi. Aktivitas ini tentunya tidak sama dengan apa yang dilakukan
bidan sebagai tenaga paramedis dan hal ini juga lah yang membuat dukun
memiliki tempat terhormat dan kepercayaan yang tinggi di masyarakat.
Hasil penelitian dan teori ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh penelitian Anggorodi (2009) yang menyatakan bahwa hampir
diseluruh Indonesia (Sulawesi tenggara dan Jawa barat), masih banyak
persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Karena peranan dukun bayi tidak
hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja tetapi juga melakukan upacara
sedekah kepada alam supra alamiah dan dapat memberikan ketenangan pada
pasien karena segala tindakan-tindakannya dihubungkan dengan alam supra
alamiah yang menurut kepercayaan orang akan mempengaruhi kehidupan
manusia.
Alasan ibu memilih melahirkan ditolong oleh dukun bayi
Pemilihan penolong persalinan merupakan salah satu upaya yang
dilakukan untuk mencari pertolongan dalam menghadapi proses persalinan.
Setiap ibu yang akan melahirkan memiliki alasan-alasan tersendiri dalam
memilih penolong persalinan, termasuk ibu yang melahirkan dengan ditolong
oleh dukun bayi. Alasan –alasan tersebut dipengaruhi pula oleh faktor-faktor
seperti keyakinan dan kepatuhan mengikuti adat, akses terhadap informasi
kesehatan, persepsi terhadap jarak dan dukungan keluarga (Juariah, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Yenita (2012) melaporkan bahwa di
65
Sumatera Barat kepercayaan terhadap tradisi yang masih berlaku dimasyarakat
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan dukun bayi sebagai
tenaga penolong persalinan.Pada penelitian ini ditemukan beberapa alasan yang
melatarbelakangi ibu dalam memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan.
Dukun sangat sabar
Alasan ibu memilih melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi pada
penelitian ini salah satunya kerena dukun dinilai sangat sabar dalam menolong
persalinan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meilani
dkk (2009) bahwa dukun bayi memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil
sampai dengan nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka lakukan,
sangat diakui oleh masyarakat bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh
lebih murah dibandingkan dengan bidan dimana untuk sekali membantu proses
persalinan dukun tidak mematok harga khusus, artinya uang yang diberikan bisa
seiklasnya atau bahkan berupa beras atau hasil pertanian lainnya.
Di parung biaya persalinan untuk ibu yang melahirkan ditolong oleh
dukun berkisar antara Rp.200.000,00 sampai dengan Rp.300.000,00 dan uang
perawatan sekitar Rp.200.000,00 yang telah termasuk didalamnya jasa urut,
godokan, memandikan bayi selama tujuh hari dan ritual kerik pada hari ke-40.
Biaya yang dikeluarkan ketika bersalin dengan ditolong oleh dukun bayi ini
dianggap ibu lebih murah jika dibandingkan dengan biaya persalinan di bidan
atau rumah sakit, terlebih lagi bidan tidak memberikan perawatan pasca
persalinan seperti yang dilakukan oleh dukun bayi. Hal ini juga menyebabkan
66
ibu yang bersalin dengan ditolong oleh bidan ketika kembali kerumah
memanggil dukun untuk membantu merawat ibu dan bayi setelah persalinan.
Umumnya partisipan dalam penelitian ini juga merasa nyaman dan
tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun dibandingkan bidan karena bidan
dianggap kurang perhatian dan tidak sesabar dukun. Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori Cristian et al(2009) tentang kualitas pelayanan kesehatan yang
merupakan halangan untuk mencari jasa pelayanan kesehatan. Sikap yang buruk
dari petugas kesehatan adalah isu yang dapat menciptakan anggapan negatife
dari pasien. Di Nepal, sebuah studi dilakukan untuk menunjukkan pengaruh
sikap staf terhadap pemanfaatan asuhan kebidanan professional dan tercatat
bahwa sikap staf yang baik terhadap klien memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pemanfaatan jasa pelayanan dan begitu pula sebaliknya.
Dukun siap kapan saja dan tempat tinggalnya mudah di jangkau
Dukun siap kapanpun dibutuhkan, dukun dapat dihubungi dengan telepon
atau dijemput dirumah saat dibutuhkan untuk menolong persalinan. Lokasi
tempat tinggal dukun dalam penelitian ini juga dekat dengan pemukiman
masyarakat, bahkan dukun biasanya adalah tetangga dari partisipan itu sendiri.
Hal ini juga di sejalan dengan penelitian Lestari (2014) bahwajarak rumah
masyarakat dan dukun yang berada di desa berdekatan serta dukun selalu ada 24
jam, sehingga kapanpun masyarakat butuhkan dukun selalu ada dan selalu siap
membantu. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Titaley et al.
(2010) bahwa jarak ke fasilitas kesehatan merupakan kendala yang mencegah
masyarakat menggunakan tenaga terampil. Jarak dari pemukiman masyarakat
67
dalam penelitian ini yang cukup jauh untuk sampai ke fasilitas kesehatan
menyebabkan tidak sedikit dari mereka lebih memilih dukun bayi. Tanpa perlu
menyiapkan alat transportasi dan menunggu waktu yang lama menyebabkan
dukun bayi tetap menjadi pilihan alternatif untuk menolong persalinan di
wilayah Parung.
Biaya persalinan murah
Alasan lain yang melatarbelakangi partisipan dalam penelitian ini
memilih melahirkan ditolong oleh dukun karena biaya persalinan yang ditolong
oleh dukun bayi dianggap lebih murah jika dibandingkan dengan persalinan di
tenaga kesehatan. Flessa steffen (2011) yang melakukan penelitian di Kenya,
mengemukakan bahwa tidak tercapainya cakupan dalam pelayanan sesuai target
adalah karena biaya perawatan dan pengobatan oleh tenaga kesehatan maupun
dirumah sakit cukup tinggi. Hasil penelitian sejalan dengan teori Manuaba, dkk
(2009) bahwa ekonomi lemah membuat masyarakat berorientasi memilih
bersalin menggunakan dukun.Hasil penelitian yang dilakukan Sidney Kristi
et.al(2012) juga melaporkan bahwa di India keadaan social ekonomi keluarga
mempengaruhi akses dan kualitas layanan, cakupan dan dampak terhadap
pelayanan kesehatan yang pada intinya mempengaruhi pemilihan tenaga
penolong persalinan.
Sejalan pula dengan hasil penelitian Bungsu (2001) bahwa faktor sosial
ekonomi cenderung berpengaruh terhadap keputusan untuk memilih pelayanan
kesehatan yang dalam hal ini keputusan memilih penolong persalinan, faktor
tersebut diantaranya adalah rendahnya pendapatan keluarga, dimana masyarakat
68
yang tidak memiliki uang yang cukup untuk medapatkan pelayanan yang aman
dan berkualitas. Biaya bersalin yang relatif murah merupakan salah satu alasan
masyarakat memilih bersalin menggunakan dukun. Status ekonomi warga di
wilayah kerja Puskesmas Parung tergolong ekonomi rendah, dimana sebagian
besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan buruh dengan penghasilan paspasan dan tidak menentu. Dukun tidak menetapkan biaya yang tetap atau yang
tinggi terhadap masyarakat yang memilih bersalin dengannya, biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat adalah sukarela.
Pemerintah sebenarnya mempunyai kebijakan jaminan persalinan gratis
yang bertujuan untuk meningkatkan akes persalinan di fasilitas kesehatan
melalui program Jampersal yang kini dikelolah oleh JKN. Kebijakan tersebut
merupakan usaha agar pelayanan kesehatan lebih merata bagi seluruh lapisan
masyarakat. Namun, keberadaan Jampersal untuk beberapa ibu dianggap tidak
telalu membantu, selain pengurusan untuk memperolehnya yang merepotkan
ibu tetap akan membayar biaya tambahan (out of pocket) seperti biaya obatobatan dan perawatan yang diberikan bidan. Jampersal juga tidak berlaku jika
ibu memilih bersalin di rumah dan memanggil bidan ke rumah. Sama halnya jika
bersalin pada bidan praktek swasta, Jampersal tidak berlaku.Sebagian besar ibu
di Wilayah kerja Puskemas Parung justru lebih tertarik dengan jaminan
persalinan yang diberikan oleh pihak swasta. Jaminan persalinan ini dianggap
lebih membantu karena tidak ada biaya tambahan yang dikeluarkan.
69
Persalinan dilakukan dirumah
Dukun dalam membantu persalinan bersedia untuk datang kerumah
pasiennya. Ini artinya persalinan dapat dilakukan dirumah partisipan sendiri.
Partisipan mengungkapkan bahwa dirinya merasa lebih nyaman saat melakukan
persalinan dirumah sendiri karena dapat didampingi oleh keluarga dan kerabat,
selain itu dalam beberapa kasus ibu sering sudah dalam keadaan akan segera
melahirkan sehingga tidak memungkinkan untuk dibawa ke fasilitas kesehatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Eryando (2006)
yang
mengungkapkan bahwa sebagian subyek dalam penelitiannya lebih nyaman
untuk bersalin dirumah karena dapat dihadiri seluruh keluarga untuk
memberikan dukungan pada saat persalinan. Selain itu menurut Sapoerrna
(1997) keuntungan lain persalinan dirumah yaitu ibu yang akan melahirkan
berada pada suasana yang sudah dikenal sehingga menimbulkan kenyamanan.
Hal lain yang berpengaruh pada pemilihan persalinan dirumah dengan ditolong
oleh dukun bayi adalah adanya sikap acuh ibu untuk menentukan lebih awal
penolong persalinannya. Sehingga ketika tanda-tanda persalinan telah muncul
baru kemudian ibu memilih penolong persalinannya tanpa pertimbangan yang
matang (Afdal dkk, 2012).
Tindakan dukun bayi dalam proses persalinan
Langkah-langkah pertolongan persalinan oleh dukun bayi sebenarnya
sama halnya dengan proses persalinan pada umumnya, sehingga tidak ada teknik
tertentu atau syarat-syarat khusus untuk pasien ketika akan bersalin. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Setiyawati (2014) yang
70
melaporkan dukun bayi di desa Jatirejo Kabupaten Semarang hanya akan
menunggu calon ibu sampai waktunya tiba untuk melahirkan. Dalam hal ini
yang menjadi pusat perhatian dalam serangkaian persalinan adalah pemotongan
tali pusar atau placenta pada bayi. Menurut kepercayaan setempat, placenta ini
adalah saudara atau teman bayi selama berada didalam rahim sehingga harus
diperlakukan dengan baik dan memiliki kekuatan magic sehingga didalam
pemotongan dan penguburannya harus dilakukan oleh dukun bayi tersebut, hal
ini juga ditemukan pada penelitian ini dimana plasenta yang telah dibersihkan
dan dibacai mantra jampei-jampei akan dikuburkan oleh dukun bayi
dipekarangan rumah ibu yang bersalin dengan ditolong oleh dukun bayi.
Membacakan jampei-jampei
Membacakan jampei-jampei untuk memberikan perlindungan kepada ibu
dan bayi merupakan salah satu tindakan yang dilakukan dukun bayi dalam
penelitian ini. Jampei-jampei ini dipercayai ibu yang melahirkan dengan
ditolong oleh dukun bayi dalam penelitian ini merasa lebih tenang dan nyaman
selama proses persalinan.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurfadillah(2013) yang melaporkan bahwa
melahirkan
ibu yang akan
meyakini bahwa dukun bayi mempunyaijampe-jampeï
yang
memberikan efek menenangkan pada saat proses persalinan. Jampei-jampei
inilah salah satu tindakan yang membedakan dukun bayi dengan bidan atau
tenaga kesehatan lain, dimana pada proses persalinan yang ditolong oleh bidan
tidak ada jampei-jampei yang dibacakan oleh bidan padahal secara psikologis
ibu bersalin pada penelitian ini sangat mempercayai adanya manfaat dari jampei-
71
jampei yang dibacakan oleh dukun bayi untuk kemudahan dan kenyamanan
selama persalinan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juariah
(2009) yang menyatakan bahwa masyarakat berasumsi jika bidan hanya memilik
keahlian memeriksa kehamilan, persalinan daan nifas tetapi tidak memiliki
pengetahuan tentang adat istiadat yang berlaku dimasyarakat.
Memotong tali pusat dan mengubukan ari-ari
Pemotongan tali pusat menjadi pusat perlakuan khusus bagi bayi yang
dilahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi. Pemotongan yang salah terhadap
tali pusatakan berakibat fatal bagi bayi sehingga dalam hal ini dukun bayi
menggunakan cara dan alat khusus untuk memotongtali pusat tersebut. Cara
pemotongan tali pusat dilakukan dengan memegang erat ujung yang menjadi
batas ari-ari menurut perhitungan dukun bayi, kemudian mulai melakukan
pemotongan dengan gunting khusus,kemudian bekas luka dibalut dengan kassa
dan diberi betadin.Hasil penelitian berlawanan dengan hasil penelitian
Koentjaranigrat
(1980)
yang
menyatakan
bahwa
dukun
bayi
masih
menggunakan bambu untuk memotong tali pusat dan mengunakan ramuan yang
terbuat dari garam, kunyit dan njet untuk membalut luka tali pusat, dimana
ramuan ini oleh dukun bayi dipercaya dapat menyembuhkan bekas luka dan
meredam kesakitan pada bayi pasca pemotngan plasenta.
Alat yang digunakan dalam pemotongan tali pusatmemang telah
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Awal karirnya dukun bayi menurut
partisipan dalam penelitian ini menggunakan welat yaitu sebuah pisau yang
terbuat dari bambu, kemudian berganti menjadi gunting biasa, dan terakhir
72
adalah gunting khusus yang diberikan oleh Puskesmas. Hal ini sejalan penelitian
yang dilakukan UNFPA yang mengungkapkan bahwa dukun untuk pemotongan
tali pusat telah menggunakan dukun kit yang mereka dapatkan dari puskesmas
atau pelatihan dukun. Walaupun demikian dukun bayi saat ini sudah tidak
diperbolehkan lagi untuk melakukan pertolongan persalinan, hal ini dikarenakan
tingginya resiko kematian ibu ataupun bayi yang mungkin terjadi apabila dukun
terlambat mengenali tanda-tanda kegawatan dan komplikasi dari persalinan.
Selanjutnya adalah penguburan placenta atau ari-ari yaitu ari-ari
dimasukkan kedalam wadah yang terbuat dari tanah liat dan dibawah wadah
tersebut terdapat secarik kertas bertuliskan lafal basmalah terbalik, daun sirih,
dan
kapur
kemudian
dikuburkan
dalam
satu
tempat
dan
diberikan
penerangan.Masyarakat mempercayai plasenta ini memiliki kekuatan mistis
yang akan selalu berkaitan dengan kondisi bayi nantinya.
Godokan dan urut
Pasca melahirkan, seorang ibu mendapatkan perhatian dan perawatan
khusus dari dukun yang membantu persalinannya. Diantaranya adalah perawatan
dengan memberikan ramuan tradisional. Bahan-bahan ramuan itu digunakan
untuk berbagai tujuan, antara lain untuk mengembalikan tenaga, untuk
memperkuat tubuh sang ibu, mengembalikan fungsi-fungsi tubuh menjadi
seperti sebelum ia hamil, membersihkan tubuh dari nifas dan zat-zat yang
dianggap kotor lainnya, serta mengembalikan bentuk tubuh dalam konteks
keindahan tubuh. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Maryatun (2013) yang mengungkapkan tentang perawatan pasca persalinan yang
73
dilakukan oleh dukun di Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara dimana
selama tujuh hari dukun bayi memberikan jamu bagi pasien yang bermanfaat
untuk meperlancar ASI dan proses penyembuhan. Adapula dukun yang
melakukan perawatan pasca persalinan dengan mengurut perut ibu yang disebut
sisengkak. Tujuannya untuk membetulkan atau mengembalikan posisi walun
atau rahim yang kendor setelah melahirkan. Hal ini bertentangan dengan hasil
penelitian Heri (2008)mengatakan bahwa komplikasi yang dapat ditimbulkan
dari persalinan oleh dukun yang masih mengunakan cara-cara tradisional adalah
biasa terjadi kerusakan organ, tidak sterilnya alat maupun lingkungan. Mengurut
dibagian perut pada ibu nifas sangat tidak dianjurkan karena didalam perut
terdapat organ-organ vital manusia yang dapat mengalami kerusakan karena
tindakan mengurut.
Ketidaknyamanan ibu dalam persalinan yang ditolong oleh dukun bayi.
Ketidaknyamanan yang dirasakan saat menjalani proses persalinan yang
ditolong oleh dukun bayi banyak dialami partisipan. Hasil penelitian yang telah
dilakukan peneliti menunjukan bahwa secara umum semua partisipan merasakan
ketidaknyamanan baik yang terkait keterbatasan fisik dan peralatan yang
dimiliki oleh dukun bayi dan privasi yang kurang terjaga selama proses
persalinan.
Keterbatasan fisik dukun
Perasaan takut yang muncul karena keterbatasan fisik dukun bayi terjadi
karena dukun yang membantu proses persalinan kebanyakan sudah berusia tua
74
yakni sekitar 50-60 tahun sehingga banyak diantara mereka yang telah
mengalami penurunan kemampuan fisik salah satunya pada indra pengelihatan
yang menjadi lebih rabun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wiknjosastro
(2007) yang menyatakan dukun adalah seorang wanita yang telah berumur ± 40
tahun ke atas, pekerjaan ini bersifat turun temurun dalam keluarga atau karena ia
merasa mendapat panggilan tugas ini.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
teori Sulindro (Pasadena anti-aging, USA) yang menyakatan bahwa pada usia
35-45 tahun produksii hormon sudah menurun sebanyak 25% dan tubuh pun
mulai mengalami penuaan. Pada masa ini, mata muali mengalami rabun dekat.
Alasan inilah yang menimbulkan ketakutan pada ibu yang melahirkan dengan
ditolong
oleh
dukun
bayi
dimana
karena
penurunan
kemampuan
pengelihatannya dukun bisa saja membuat kesalahan ketika memotong tali pusat
atau ketika memijat.
Keterbatasan alat
Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman
dan bersih (Syafrudin, 2009). Dukun bayi dalam memberikan pertolongan
persalinan mengunakan alat-alat yang sangat terbatas. Peralatan yang digunakan
dukun bayi untuk menolong persalinan dalam penelitian ini sangat seadanya,
misalnya hanya menggunakan tangan telanjang, minyak kelapa, beberapa kain
bersih dan dukun kit yang pernah mereka dapat dari proyek dukun terlatih.. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Falle et al (2009) yang
melaporkan bahwa dukun bayi di Nepal telah menggunakan dukun kit dalam
75
menolong persalinan namun penggunaannya masih belum tepat dan sesuai
standar sehingga meskipun telah menggunakan dukun kit, peralatan yang
digunakan dukun bayi masih belum cukup untuk menolong persalinan terutama
untuk kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera
Privasi yang kurang terjaga
Privasi
yang
kurang
selama
persalinan
juga
menjadi
alasan
ketidaknyamanan proses persalinan didukun. Dukun dalam menolong persalinan
sering kali melakukannya diruang tamu atau kamar dengan ibu yang melahirkan
hanya ditutupi kain, dan tidak ada larangan khusus untuk orang yang datang
untuk melihat proses persalinan tersebut. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan
ketidaknyamanan pada ibu yang melahirkan ditolong oleh dukun. Hasil ini
sesuai dengan teori Cristian et al (2009) dimana kurang menjaga privasi dan
kerahasiaan dapat berdampak pada penilaian tentang kualitas pelayanan yang
diberikan.
Ketidaknyamanan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi ini juga
dapat terjadi pada persalinan yang dilakukan di tenaga kesehatan apabila tenaga
kesehatan kurang peduli dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Sejalan
dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Diane et al (2012) di Afrika selatan,
mengemukakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan agar masyarakat
percaya terhadap pelayanan kesehatan dan pemilihan tenaga medis dalam
persalinannya adalah perlunya peningkatan mutu layanan, merubah sikap dan
tindakan serta pola pendekatan oleh tenaga kesehatan perlu dilakukan dengan
76
pertimbangan bahwa sebahagian besar ibu-ibu berada di pedesaan dengan
tingkat pendidikan yang rendah dan social ekonomi yang kurang.
B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan
pengalaman
proses
penelitian
didapatkan
beberapa
keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Penentuan subyek penelitian yang sesuai kriteria inklusi merupakan suatu
tantangan tersendiri. Peneliti harus medapatkan data partisipan melalui
petugas
puskesmas
Kecamatan
Parung
Kabupaten
Bogor
yang
merekomendasikan untuk menanyakan langsung ke kader di masing-masing
desa di Parung. Kebanyakan partisipan yang melahirkan ditolong oleh dukun
bayi telah lebih dari satu tahun, sehingga selama penelitian peneliti harus
mencari partisipan dari beberapa desa di wilayah kerja puskesmas Kecamatan
Parung.
2. Pemahaman setiap partisipan berbeda-beda terhadap pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti sehingga peneliti harus menyesuaikan pertanyaan yang
diajukan dengan tingkat pengetahuan dari partisipan.
3. Pengalaman seputar persalinan yang ditolong oleh dukun bayi merupakan hal
yang cukup sensitif untuk dibicarakan sehingga sebagian dari partisipan
merasa malu untuk mengungkapkan pengalamannya melahirkan ditolong
oleh dukun bayi.
77
C. Implikasi untuk Keperawatan
Hasil penelitian ini berimplikasi pada pelayanan keperawatan yaitu dapat
memberikan gambaran mengenai proses persalinan yang ditolong oleh dukun bayi
yang ditinjau dari persepsi ibu selama proses persalinan, aspek psikologis dan
sosiokultural persalinan ditolong dukun bayi. Gambaran ini dijadikan antisipasi
bagi perawat terhadap kemungkinan kebutuhan pelayanan dan informasi terkait
persalinan yang aman bagi para ibu bersalin yang tinggal jauh dari fasilitas
kesehatan dan bahan evaluasi untuk peningkatan pelayanan dan fasilitas yang
lebih peduli terhadap kebutuhan masyarakat.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran makna dan
arti pengalaman ibu melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi.
Teridentifikasi enam tema yang memperlihatkan bahwa proses persalinan
yang ditolong oleh dukun bayi dipengaruhi oleh banyak aspek termasuk
didalamnya aspek psikologis dan sosiokultural. Enam tema yang telah
teridentifkasi memaknai pengalaman melahirkan ditolong oleh dukun bayi.
A. Simpulan
Makna persalinan bagi ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh
dukun bayi dimaknai sebagai suatu proses alamiah yang akan dialami oleh
setiap perempuan, proses yang pertaruhan nyawa, akhir proses kehamilan
dan pengalaman berharga yang tidak terlupakan seumur hidup. Setiap ibu
memiliki makna persalinan tersendiri dalam kehidupan mereka. Hal ini
dikarenakan pengalaman melahirkan setiap orang berbeda, perbedaan ini
yang didasari bagaimana persepsi masing-masing ibu dalam memaknai
proses persalinan tersebut. Makna persalinan yang positif atau negatif
nantinya akan berpengaruh pada ibu atau orang lain dalam persiapan
persalinan selanjutnya.
Pengalaman melahirkan memberikan kontribusi besar dalam
pembentukan konsep diri seorang ibu. Konsep diri ini nantinya akan
berpengaruh kuat pada tingkah laku ibu. Konsep diri yang positif, akan
membuat seorang ibu memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri
78
79
sendiri. Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi positif
terhadap diri sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan
kemampuan dan keberhasilan dirinya, sehingga segala perilakunya akan
selalu tertuju pada keberhasilan sebaliknya konsep diri yang negatif akan
membawa pada kegagalan.
Setiap ibu yang melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi juga
memiliki respon yang berbeda-beda dalam menghadapi proses persalinan
dan dalam penelitian ini didominasi dengan perasaan takut, khawatir dan
deg-degan terhadap kondisi bayi dan dirinya selama persalinan. Dukun
dalam penelitian ini mempunyai cara khusus untuk membantu mengurangi
perasan tersebut dengan membacakan jampei-jampei khusus yang
dipercayai dapat melindungi ibu selama proses persalinan berlangsung.
Jampei-jampei yang dibacakan oleh dukun memang tidak didapatkan saat
persalinan ditenaga kesehatan, oleh karena itu tenaga kesehatan perlu
kreatif dan inovatif untuk mencari cara dalam mengatasi ketakutan dalam
menghadapi hal tersebut seperti membaca doa sebelum memulai
persalinan atau teknik relaksasi lainnya yang dapat membantu mengurangi
ketakutan dan kecemasan menjelang persalinan.
Ibu yang pernah melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi
dalam penelitian ini, umumnya juga mengetahui mitos-mitos seputar
persalinan yang berlaku ditempat tinggal mereka. Mitos-mitos seputar
persalinan yang didapat secara umum berupa pantangan-pantangan saat
hamil, melahirkan, dan nifas. Sebagian dari mitos bahkan sangat
berlawanan dengan fakta yang ada sehingga penting bagi ibu untuk
80
menelaah mitos-mitos terkait persalinan agar tidak mudah terpengaruh
kepercayaan di masyarakat yang belum teruji kebenarannya.
Alasan yang melatarbelakangi ibu memilih melahirkan ditolong
oleh dukun dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut meliputi
kesabaran dukun, kesiapan dukun saat dibutuhkan, biaya yang murah,
tempat tinggal yang mudah dijangkau dan persalinan yang dapat dilakukan
dirumah. Faktor-faktor ini menyebabkan persalinan didukun lebih menjadi
pilihan dibandingkan persalinan yang diditolong oleh tenaga kesehatan. Ini
menjadi pekerjaan rumah bagi tenaga kesehatan untuk mengevalusi
program dan pelayanan yang diberikan kepada ibu bersalin terutama ibu
yang tinggal didaerah yang jauh dari fasilitas kesehatan. Petugas kesehatan
juga harus lebih peduli dan memperhatikan aspek psikologis dan
sosiokultural terkait persalinan yang ada dismasyarakat.
Tindakan yang dilakukan oleh dukun dalam menolong persalinan
telah mengalami kemajuan. Penelitian ini menunjukan saat ini dukun
sudah menggunakan dukun kit yang diberikan oleh puskesmas untuk
menolong persalinan. Dukun tidak hanya membantu dalam pertolongan
persalinan melainkan juga dalam perawatan pasca persalinan yang terdiri
dari memandikan bayi, pijat untuk ibu dan bayi, memberikan jamu, dan
ritual-ritual terkait persalinan. Tenaga kesehatan bisa melihat peluang dari
kebutuhan ibu pasca persalinan ini dimana tenaga kesehatan dapat
membantu memberikan perawatan selama nifas, selain sebagai upaya
meningkatkan pelayanan yang diberikan cara ini juga akan meningkatkan
minat ibu untuk memilih melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
81
Ketidaknyamanan saat melahirkan ditolong oleh dukun bayi dalam
penelitian ini meliputi ketakutan karena keterbatasan kondisi fisik dukun
yang berusia tua dan mengalami penurunan kemampuan pengelihatan,
alat-alat yang tersedia untuk tindakan kegawatan dan privasi yang kurang
terjaga
selama
proses
persalinan
berlangsung.
Ketidaknyamanan
persalinan ditolong dukun bayi ini juga menjadi bahan evaluasi bagi
tenaga kesehatan untuk tidak melakukan hal yang sama yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan bagi ibu yang akan bersalin.
B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan
Perawat
dan
tenaga
kesehatan
lainnya
mendapatkan
gambaran tentang kebutuhan persalinan khususnya bagi ibu hamil
yang tinggal diwilayah yang jauh dari jangkauan fasilitas
kesehatan. Perawat
dan tenaga kesehatan dapat meningkatkan
pemahamannya dan kepedulian tentang proses persalinan tidak
hanya pada aspek fisiologis melainkan aspek psikologis dan
sosiokultural.
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi perawat sebagai
landasan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu khususnya
perkembangan program-program health promotion mengenai
kesehatan ibu bersalin di kalangan masyarakat yang tinggal
diperdesaan.
82
2. Pendidikan Keperawatan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat
menjadi landasan dalam mengembangkan program kurikulum
keperawatan terkait dengan persalinan khususnya pada persalinan
yang ditolong oleh dukun bayi dan mengembangkan kompetensi
pembelajaran pada mahasiswa mengenai persalinan yang aman.
Hasil penelitian ini bagi perkembangan ilmu keperawatan dapat
memperkaya khasana perkembangan ilmu keperawatan terkait
persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Perlu adanya penelitian
lanjutan dari hasil penelitian ini mengenai eksplorasi secara
mendalam tentang aspek psikologis dan sosiokultural persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, Muh dkk. 2012. Faktor Risiko Perencanaan Persalinan Terhadap
Kejadian Komplikasi Persalinan di Kabupaten Pinrang. UNHAS
Afiyah.
2006.
Tabu
Makanan
Pada
Ibu
Hamil.
http://www.magi.undip.ac.id Diakses pada 10 juni 2015.
UNDIP.
Agustiani, H. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rafika Aditama
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Amirudin, Jakir. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan
Tenaga Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kerja
Puskesmas Borong Kompleks Kabupaten Sinjai Tahun 2006. USU
Andriana, E. 2011. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dengan Metode Relaksasi
HypnoBrirthing. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Anggorodi, Rina. 2009. Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat
Indonesia. Makara Kesehatan. Vol 13. No 1:9-10.
Aprilia, Y & Ritchmond, B. 2011. Gentle Birth: Melahirkan Nyaman Tanpa Rasa
Sakit. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: BKKBN.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. 2008. Survei Demografi &
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. USA: Macro Calverton.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Batubara, N.S. 2011.Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong Oleh Bidan Di Klinik
Ananda Medan. USU
Bryar, R. 2008. Teori Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Bungsu, T. 2001. Dukun Bayi sebagai Pilihan Utama Penolong Persalinan.
Jurnal Penelitian UNIB Volume VII No. 2
Cunningham, F G, dkk. 2006. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
. 2008. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
. 2013. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2012. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan Kabupaten Bogor. 2013. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Diane, at al. 2012. Exploring inequalities in access to and use of maternal health
servicesinSouthAfrica.
Diakses
dari:
http://www.biomedcentral.com/147.2-0903/12/120
Endarmoko, E. 2006. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC
Eryando, T. 2006. Aksesibilitas Kesehatan Maternal di Kabupaten Tangerang.
Makara Kesehatan
Fauziah. 2012. Mitos Tentang Kehamilan. Nanggroe Aceh Darussalam: Aceh
Research
Falle, Tina et al. 2009. Potential Role of Traditional Birth Attendants in Neonatal
Healthcare
in
Rural
Southern
Nepal.
Diakses
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2650835/
Flessa, S dkk. 2011. Basing care reforms on evidence: the Kenya health sector
Costing Model. Diakses dari http://www.biomedcentral.com/14726963/11/128
Foster, G. M., & Anderson, B. G. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press
Gurusinga, Anita Loren Br. 2011.Pengalaman Ibu Dalam Perawatan Luka
Episiotomi di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit. USU
Holloway I, Wheeler, Stephanie. 2010. Qualitative Research For Nurses. British:
Black Well Science.
Hurlock, E. B. 1974. Personality Development. New Delhi: Mc Graw Hill
Iskandar. 2010. Mitos Keliru Seputar Makanan. Diakses tanggal 10 Juni 2015.
JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Essensial Persalinan.
Jakarta.
Juariah. 2009. Antara Bidan dan Dukun. Jakarta: Majalah Bidan Volume XIII.
Kaneshiro, N. K. 2013. Gestational Age. MedlinePlus. Diakses dari:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002367.htm
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.ProfilKesehatan Indonesia.
Jakarta: DirektoratJenderal Bina KesehatanMasyarakat.
Khomsan, Ali. 2010. Pangan an Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Kristi, Sidney dkk. 2012. An Evaluationof Two Lange Scale Demand Side
Financing Programs for Mathernal Health in India. Diakses dari:
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/12/699
Kuswarno,
Engkus.
MetodelogiPenelitianKomunikasiFenomenologikonsepsi,
danContohPenelitiannya. Bandung: WidyaPadjajaran.
2009.
Pedoman,
Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan (Edisi I). Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Lesti. 2005. Persalinan di Rumah. Diakses tanggal 10 Juni 2015.
Lestari, Restu D. 2014. Analisis Persalinan dengan Tenaga Non Kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Kubu Raya. Pontianak :
Universitas Tanjungpura
Lothian, J. A & Romano, A. M. 2008. Promoting, Protecting, and Supporting
Normal Birth: a Look at the Evidence. Journal of Obstetri, Gynekologic,
and Neonatal Nursing.
Manuaba, I. B. G. 2004. Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
_____________.2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
_____________. 2009. Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Maryatun, Anggit. 2013. Implementasi Program Pembinaan Dukun Bayi dalam
Upaya Pertolongan Persalinan Sehat di Kecamatan Susukan Kabupaten
Banjarnegara. UNS
Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.
Metti, D., & Rosmadewi. 2012. Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun dengan
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai. Vol V. No. 1
Moleong,
L.J.
2007.MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung:
RemajaRodakarya Offset.
PT
.
2010.
MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung:
RemajaRodakarya Offset.
PT
___________.2013.
MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung:
RemajaRodakarya Offset.
PT
Muarifah, dkk. 2013. Gambaran Prilaku Ibu Hamil terhadap Pantangan Makan
Suku Toraja di Kota Makassar Tahun 2013. UNHAS
Mulyadin. 2008. Menghargai tubuh perempuan. http://ccde.or.id.pdf=1&id;125.
Diperoleh tanggal 15 Juni 2015.
Musbikin. 2007. PersiapanMenghadapaiPersalinan. Yogyakarta: MitraPustaka
Nisman, W. A. 2011. Melahirkan Mudah dan Menyenangkan. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu dan Seni kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta
Nurrahmaton. 2011. Pengalaman Ibu Melahirkan Tanpa Didampingi Suami. USU
Nurfadillah, Siti. 2013. Pengalaman Ibu Melahirkan di Paraji/ Dukun Bayi di
Desa Neglasari Kecamatan Kadungora Garut. UNPAD.
Nurrahmiati. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan di Provinsi Banten. UI
Nuraeni, S.,& Dewi, P. 2012. Prilaku Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi di
Kabupaten Karawang 2011. Jurnal Kesehatan FKIK UNSOED.
Ohm, Jeanne. 2009. Trusting the Process for Natural Birthing. Philadelphia:
Ohm Chiropraric
Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta:
Menara Mas Offset.
Pusat Data dan Informasi PERSI. Diakses pada tanggal 24 Februari 2015
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=24&mid=5&nid=1479
Peursen, V. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Polit, D.F., & Hungler, B.P. 2005. Nursing research : Principles & Methods (Ed
6). Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins.
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme. EGC:
Jakarta
Ramadhani, Savitri. 2008. The Art of Positif Communicating. Yogyakarta:
Bookmarks.
Reeder, dkk. 2011. Volume 2 Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi
dan Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika
Ron, Hubbard. 1951. Silent Birth. Scientologi Newsroom.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Setiyawati, Rima. 2014. Peranan Dukun Bayi Dalam Perspektif Masyarakat Jawa
Terhadap Proses Persalinan Di Dusun Noloprayan Desa Jatirejo
Kabupaten Semarang Jawa Tengah. UIN Jakarta
Setyawati, dkk. 2010. Modal Sosial dan Pemeilihan Dukun dalam Proses
Persalinan: Apakah Relevan ?. Jurnal Makara Kesehatan Vol. 14, No. 1
Simkin, P. 2005. Reducing Pain and Enhancing Progress In Labour : A Guide
Nonpharmacologic Methods for Maternity Caregiver.
Sufiawati, Wati. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan
Penolong Persalinan. UI
Sugiono. 2013.MemahamiPenelitianKualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulistyoningsih, Haryani. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Graha Ilmu.
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Jakarta : Fitramaya.
Sunarsih, T, dkk. 2010. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Susilawati, Maemunah, Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan II (persalinan).
Jakata: CV.Trans Info Media.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia. 2007. Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2007.
______________________________. 2009. Angka Kematian Ibu Melahirkan.
Straubert, Helen J & Carpenter, Dona R. 2003.Qualititative Research In Nursing
Advancing the Humanistic Imperative. Philadelphia: Walnut Street
Syafrudin dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Titaley, Christina dkk. 2010. Why do Some Women Still Prefer Traditional Birth
Attendants and Home Delivery ? a Qualitative Study on Delivery Care
Services
in
West
Java
Province,
Indonesia.Diakses
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2928756/
UNFPA. 1996. Issue 7- Desember 1996. Support ti Traditional Birth Attendants.
New York: UNFPA
Varney. 2008. Buku Saku Kebidanan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wikjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
Wood, G.L.B., & Haber, J. 2006. Nursing research: methods and critical
appraisal for evidence-based practice, volume 1. Elsevier Health Sciences.
Yanti. 2010. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Yenita, Agus., &Shigeko, Horiuchi. 2012.Factors Influencing the use of
Antenatal Care in Rural West Sumatera, Indonesia. Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3298506/
Yuliarti, E. 2009. Determinan ibu memilih dukun bayi sebagai penolong
persalinan di wilayah kerja puskesmas Bangko Pusako, kabupaten Rokan
Hilir, Riau. USU.
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN IBU MELAHIRKAN
DITOLONG OLEH DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam sejatera saya sampaikan, semoga Saudari senantiasa dalam
lindungan dan rahmat dari Yang Maha Kuasa. Saya yang bernama Alhikma
selaku mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan
melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten
Bogor dengan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong
oleh Dukun Bayi”.
Saya bermaksud untuk mendapatkan penjelasan tentang pengalaman
Saudari bersalin dengan ditolong oleh dukun bayi melalui wawancara. Selama
proses wawancara, saya akan mencatat dan merekam apa yang Saudari
sampaikan. Saudari pun dapat dengan bebas menyampaikan segala
pengalamannya dan diharapkan dapat terbuka dalam memberikan pernyataan
karena informasi yang saudari berikan sangat bernilai dalam penelitian ini dan
Saudari berhak untuk mengundurkan diri apabila merasa tidak nyaman selama
proses wawancara berlangsung. Jika Saudari bersedia, Saudari yang bertanda
tangan di bawah ini :
nama
:
alamat
:
no. telp/ HP
:
bersedia menjadi partisipan pada penelitian ini yang bertujuan untuk mengali
pengalaman melahirkan ditolong oleh dukun bayi.
Parung, .........................................2015
Partsipan
Peneliti
..............................
Alhikma
(Nama Jelas)
NIM. 1111104000047
Lampiran 3
LAMPIRAN 4
Pedoman Wawancara Mendalam Bagi PartisipanPengalaman Ibu
Melahirkan Ditolong Oleh Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Tahun 2015
A. Petunjuk Umum
1. Tahap perkenalan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Membuat kontrak waktu
B. Petunjuk Wawancara Mendalam
1. Wawancara mendalam akan dilakukan oleh peneliti
2. Informan/partisipan bebas menyampaikan segala pendapat, pengalaman,
kritik, maupun saran
3. Pernyataan partisipan tidak bernilai benar atau salah tetapi bersifat
pendapat apa yang diketahui partisipan
4. Semua hasil wawancara akan dijamin kerahasiaannya
5. Peneliti akan merekam hasil wawancara dengan tape recorder untuk
membantu pencatatan hasil wawancara dan menggunakan sebuah buku
sebagai field note untuk membantu pencatatan agar tidak ada pernyataan
yang terlewatkan akan dimintakan dari setiap partisipan.
C. Identitas Partisipan
1. Nama Partisipan
:
2. Umur/ tanggal lahir
:
3. Pendidikan
:
4. Pekerjaan
:
5. Jumlah anak
:
6. Usia kehamilan
:
LAMPIRAN 4
7. persalinan
:
D. Pertanyaan Wawancara
1. Bisakah ibu ceritakan bagaimana pandangan ibu tentang persalinan yang
ditolong oleh dukun bayi ?
2. Bagaimana perasaan yang ibu rasakan ketika melahirkan ditolong oleh
dukun bayi ?
3. Dari pengalaman ibu tindakan seperti apa yang dukun bayi lakukan ketika
menolong persalinan?
4. Mitos yang ibu dengar ketika hamil sampai melahirkan, bisakah ibu
ceritakan ?
5. Bisakah ibu ceritakan kelebihan dan kekurangan yang ibu rasakan ketika
melahirkan di dukun bayi ?
Lampiran 5
Pernyataan Signifikan
Melahirkan merupakan suatu hal yang
alamiah
Kategori
Subtema
Tema
P1
P2
√
√
Makna persalinan
ditolong dukun bayi
Proses alamiah
P3
√
Dialami setiap perempuan untuk
memiliki keturunan
√
Proses yang mempertaruhkan nyawa
Pertaruhan nyawa
Akhir dari kehamilan selama 9 bulan
Akhir kehamilan
Pengalaman yang sangat berharga
Merasa menjadi wanita seutuhnya
Saya menjadi istri untuk suami dan ibu
dari anak saya
Merasa berarti untuk anak dan suami
Merasa percaya diri walau
melahirkannya ditolong oleh dukun
Kurang percaya diri karena melahirkan
didukun bayi
P4
√
Pengalaman berharga
Gambaran diri
Peran
Konsep diri
√
√
√
√
√
√
Aspek psikologis ibu
dalam persalinan oleh
dukun bayi
√
Harga diri
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Lampiran 5
Berharap bisa melahirkan di tenaga
kesehatan
Ideal diri
√
Saya ingin bidan bisa bantu lahiran di
rumah seperti dukun
Bisa mendapatkan jaminan persalinan
gratis
√
√
√
√
√
√
√
Perasaan saya takut
Perasaan takut
Khawatir dengan keadaan bayi
Perasaan khawatir
Ada perasaan deg-degan
Perasaan deg-degan
Pas dibacain jampei-jampei saya
merasa lebih tenang
Perasaan tenang
Ga boleh makan ikan
Larangan makan ikan
Selama lahiran ga boleh berisik
Larangan berisik saat
persalinan
Sebelum tali pusat puput saya harus
Ritual ngapas dan
ngapas dan Ngambui sampai hari ke-40 ngambui
setelah lahiran
Kalau ngeliat orang cacat kita harus
Ngucap “amit-amit”
ngucap amit-amit
Dominasi perasaan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Mitos dalam persalinan
yang ditolong oleh
dukun bayi
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Lampiran 5
Pada hari ke-40 setelah persalinan,
dilakukan ritual kerik
Ritual kerik
Dukunya bacain jampei-jampei
Memberikan “jampeijampei”
Dukun motong tali pusetnya pakek
gunting yang dikasih dari puskesmas
Memotong dan
merawat tali pusat
√
√
√
√
Ari-arinya dikuburin oleh paraji
Menguburkan “ariari”
√
√
√
√
Sama mak dukun dikasih godokan dan
diurut
Godokan dan urut
Dukun sudah tua dan mengalami
penurunna kemampuan pengelihatan
Perasaan takut karena
keterbatasan fisik
dukun
Khawatir karena alat-alat yang dukun
punya terbatas
Kekhawatiran karena
alat yang dimiliki
dukun terbatas
Privasi kurang terjaga
selama persalinan
Malu karena hanya pakai kain waktu
melahirkan
Dukun sabar selama menolong
persalinan
Dukun sangat sabar
√
Tindakan dukun bayi
dalam proses persalinan
Ketidaknyamanan ibu
dalam persalinan yang
ditolong oleh dukun
bayi.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Alasan ibu memilih
melahirkan ditolong oleh
dukun bayi
√
√
√
√
√
√
√
Lampiran 5
Dukun siap kapan saja dibutuhkan
Dukun siap kapanpun
dibutuhkan
√
Biaya persalinan di dukun murah
Biaya persalinan
didukun lebih murah
√
Dukun mudah dijangkau rumahnya
Tempat tinggal dukun
mudah dijangkau
Persalinan di lakukan dirumah sendiri
Persalinan dilakukan
dirumah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Download