penerapan health belief model sebagai upaya pencegahan infeksi

advertisement
175
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
PENERAPAN HEALTH BELIEF MODEL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI
MENULAR SEKSUAL PADA IBU RUMAH TANGGA
3
Silvia Ari Agustina¹, Bhisma Murti², Argyo Demartoto
¹Program Studi Kebidanan, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Jl. Ringroad Barat Ambarketawang
Gamping Sleman, Telp. (0274) 4342000 Email: [email protected]
2
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, 57126,
Jawa Tengah, Indonesia
³Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan,
Surakarta, 57126, Jawa Tengah, Indonesia
ABSTRACT
Background: Sexual and reproductive health issues are increasingly of concern world wide among other
circumstances related to genital hygiene. Poor genital hygiene will increase the risk of Sexually Transmitted
Infections (STIs). Health Belief Model (HBM) is a set of self-perceptions that determines the health behavior
of an individual.
Objective: This study aimed to analyze the application of the health belief model with genital hygiene
practice of housewives in Cangkringan.
Method: This study employed mixed-methods with sequential explanatories strategy and cross sectional
design. A total of 101 housewives, including 2 housewives, 2 husbands, officers of clinics that serve STIs
screening and 1 non-governmental organization were recruited using quota sampling. Data were collected
with a questionnaire, interviews and were analyzed using linear regression. Triangulation was conducted to
achieve validity and reliability.
Results: Genital hygiene had a positive relationship with the perception of vulnerability (b:0.97; 95% CI: 0.87
to 1.06; p < 0.01), self-efficacy (b: 0.02; CI 95%: 0.00 to 0.05; p 0.05), and cues to genital hygiene action
(b:0,16; 95% CI: 0.08 up to 0.23; p < 0.01). There was a negative relationship between genital hygiene with
the perception of hygiene barriers (b:-0.13; 95% CI:-0.18 to 0.09-; p < 0.01). The linear regression model
showed that independent variables altogether contribute to 84.5% of genital hygiene. Housewives stated that
genital hygiene was important, but maintained inappropriate practices, such as frequently use of femininity
cleanser, wearing tight underwears, and using pentyliner.
Conclusion: There are four components of Health Belief Model associated with genital hygiene.
Keywords: health belief model, genital hygiene
PENDAHULUAN
kurangnya
Alat reproduksi perempuan merupakan
higiene
trikomoniasis,
genital
vaginosis
seperti
bakterial,
salah satu organ tubuh yang memerlukan
kandidiasis, vulvovaginitis, gonore, klamidia,
perawatan
dan
khusus.
Kebersihan
daerah
sifilis.(3)
Salah
satu
upaya
untuk
genital sangat penting untuk membantu
mencegah IMS adalah berusaha untuk tetap
menangkal infeksi dan bau. Daerah genital
membersihkan organ intim dan menjaga
yang lembab, hangat, dan letaknya sangat
kesehatan genital.(4)
dekat dengan uretra dan anus, sehingga
bakteri dapat tumbuh dengan mudah.
Higiene
genital
setiap harinya. Setiap tahun sekitar 500 juta
orang mengalami salah satu dari beberapa
meningkatkan risiko mengalami IMS. Ada
jenis IMS. IMS memiliki dampak besar pada
beberapa
kesehatan seksual dan reproduksi. IMS juga
yang
buruk
Lebih dari 1 juta orang terjangkit IMS
dapat
IMS
yang
(1,2)
disebabkan
oleh
176
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
dapat meningkatkan risiko penularan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) tiga kali lipat
atau lebih.
(5)
Persepsi
keparahan
mempunyai
hubungan yang positif dengan perilaku sehat.
Jika persepsi keparahan individu tinggi maka
Kasus baru HIV di Provinsi Yogyakarta
individu tersebut akan beperilaku sehat.(11)
setiap tahun mengalami peningkatan seperti
Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian
kasus HIV pada tahun 2012 terdapat 272
bahwa semakin tinggi persepsi keparahan
kasus, kemudian meningkat di tahun 2013
terhadap IMS, semakin baik praktiknya dalam
yaitu 489 kasus, dan meningkat lagi di tahun
pencegahan penyakit IMS. Jika persepsi
2014, 614 kasus. Jumlah kasus kumulatif
keparahan IMS tinggi akan menurunkan
(6)
risiko
Puskesmas Cangkringan merupakan salah
Hubungan
satu Puskesmas di Kabupaten Sleman yang
perilaku sehat adalah negatif, jika persepsi
melayani skreening IMS dan HIV/AIDS.
hambatan terhadap perilaku sehat tinggi
Health Belief Model merupakan sebuah
sehat.
(7,8,9)
sebab
munculnya
perilaku
Health Belief Model ini dapat
mengalami
perceived
barriers
Menurut Bandura bahwa self efficacy
dapat
memengaruhi
setiap
tingkat
mempertimbangkan
perubahan
perilaku kesehatan jangka panjang dan
yang
dengan
jangka pendek, termasuk higiene genital dan
Seseorang
penularan IMS.
Menurut
berkaitan
akan
merasa
kemampuannya
konsep
kebiasaan
kesehatan.
yakin
karena
atas
kehadiran
HBM
pengalaman yang berkaitan dengan sebuah
meliputi persepsi ancaman yang terdiri dari
perilaku atau merasa yakin berdasarkan
persepsi
observasi yang dilakukan pada orang lain.(12)
kerentanan
dan
persepsi
Persepsi
harapan
meliputi
keparahan.
persepsi
Rosenstock
dari
perubahan pribadi, baik saat individu tersebut
diadaptasi untuk mengeksplorasi berbagai
(10)
dengan
maka perilaku sehat tidak akan dilakukan.(7)
model psikologi yang dapat digunakan untuk
memprediksi
seseorang
IMS.(15)
AIDS dari tahun 1987-2013 ada 916 kasus.
manfaat,
persepsi
hambatan,
Persepsi individu dari cues to action
diharapkan
mampu
kesehatan
mendorong
jika
individu
adopsi
efikasi diri, dan stimulus tindakan (cues to
perilaku
sudah
action).(11,12,13)
memegang keyakinan kunci lainnya yang
pada
mendukung tindakan.(13) Hasil penelitian yang
sejauh mana seseorang berpikir tentang
terdahulu, menunjukkan bahwa WPS cukup
penyakit
kepada
aktif mencari informasi IMS melalui teman,
dirinya. Asumsinya bahwa, apabila ancaman
petugas kesehatan, penyuluhan, media cetak
yang dirasakan tersebut meningkat, maka
dan
Persepsi
ancaman
merupakan
mengacu
ancaman
perilaku pencegahan juga akan meningkat.
(14)
elektronik,
mucikari.
(16)
tetapi
tidak
melalui
177
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Perilaku
menjaga
kurang
kebersihan
meningkatkan
HIV.(17,18,3,19)
yang
risiko
baik
dalam
dilakukan kajian validitas dan reliabilitas
dapat
instrumen/kuesioner yang akan digunakan
genitalia
terkena
Berdasarkan
latar
IMS
dan
untuk
mengukur
variabel-variabel
yang
belakang
diteliti. Sehingga kueisoner yang dihasilkan
tersebut, sangat perlu dilakukan penelitian
memenuhi syarat minimal konsistensi internal
tentang hubungan penerapan Health Belief
dan selanjutnya digunakan dalam penelitian.
Model dengan higiene genitalIbu Rumah
Sedangkan untuk data kualitatif dengan
Tangga di Puskesmas Cangkringan Sleman
menggunakan wawancara mendalam dengan
Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah
responden terpilih sesuai dengan kriteria
untuk menganalisis penerapan Health Belief
yang
Model dengan higiene genital Ibu Rumah
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
Tangga.
linier ganda. Sebelum dilakukan uji regresi
ditentukan.
Analisis
data
yang
linier, sebelumnya telah dilakukan uji asumsi
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
klasik sebagai prasyarat uji regresi linier.
Desain penelitian ini menggunakan
teknik lapangan (field research) dengan jenis
penelitian campuran (mixed methodology)
dan
menggunakan
sectional
Lokasi
cross
dalam rentang usia 21-35 tahun (73,3%).
Tingkat pendidikan sebagian besar tingkat
objek
menengah/SMA (59,3%) dan pendapatan
penelitian 101 IRT. Teknik sampling yang
keluarga perbulan mayoritas > UMR Sleman
digunakan yaitu quota sampling.
(57,4%).
Cangkringan
penelitian
Karakteristik objek penelitian mayoritas
di
Puskesmas
study.
pendekatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan
Alat pengumpul data kuantitatif adalah
kuesioner. Sebelum pengumpulan data, telah
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Ganda
Variabel Dependen
Konstanta
Persepsi Kerentanan
Persepsi Keparahan
Persepsi Manfaat Higiene Genital
Persepsi Hambatan Higiene Genital
Efikasi Diri Higiene Genital
Cues to Action Higiene Genital
N Observasi = 101
Adjusted R² = 84,5%
p < 0,001
(Sumber : data primer 2015)
Koefisien
Regresi
B
1,70
0,97
-0,01
-0,01
-0,13
0,02
0,16
CI 95%
Lower
Upper
Bound
Bound
1,54
1,85
0,87
1,06
-0,02
0,01
-0,04
0,03
-0,18
-0,09
0,00
0,05
0,08
0,23
P
< 0,001
< 0,001
0,349
0,763
< 0,001
0,023
< 0,001
178
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Sebagai
prasyarat
menggunakan
Efikasi diri mempunyai hubungan yang
regresi linier ganda dengan program SPSS
positif dengan perilaku seksual. Jika terjadi
22
peningkatan efikasi diri perilaku seksual
dilakukan
beberapa
jenis
diagnosa
regresi, antara lain: uji normalitas residu,
sebesar
Multikolinieritas,
dan
peningkatan 0,02 kali higiene genital yang
Autokorelasi. Di mana kesemua uji asumsi
baik (b= 0,02, CI 95%=0,00 hingga 0,05,
klasik telah memenuhi syarat sehingga uji
p<0,05).
Heteroskesdatisitas,
regresi linier ganda dapat digunakan.
linier
pada
1
maka
cues
to
akan
action
terjadi
perilaku
seksual sebesar 0,16, berarti variabel cues to
dijelaskan
action perilaku seksual berpengaruh positif
variabel
terhadap higiene genital dengan nilai p < 0,01
independen dengan dependen. Pada variabel
jadi dapat disimpulkan bahwa, perubahan
persepsi kerentanan, mempunyai hubungan
cues
yang positif dengan higiene genital dan
memengaruhi perilaku higiene genital (b=
secara statistik terdapat hubungan yang
0,16, CI 95%=-0,08 hingga 0,23, p<0,01).
hubungan
Tabel
poin,
Koefisien
Berdasarkan hasil analisis multivariat
regresi
1
masing-masing
sangat signifikan (b:0,97; CI 95%: 0,87
hingga 1,06; p<0,01).
Secara
keparahan
variabel
mempunyai
persepsi
hubungan
action
higiene
geital
akan
Adjusted R²= 84,5% mengandung arti,
secara
statistik
tidak
to
bersama-sama
seluruh
variabel
independen di dalam regresi linier ini mampu
menjelaskan
atau
memprediksi
variasi
dengan higiene genital (b= -0,01, CI 95%= -
higiene genital sebesar 84,5%, artinya hanya
0,02 hingga 0,01, p=0,349). Untuk variabel
15,5% saja yang dipengaruhi oleh variabel
persepsi manfaat higiene genital secara
lain yang tidak ada dalam model regresi
statistik juga tidak ada hubungan yang
linier. Nilai p<0,001 untuk keseluruhan model
signifikan karena nilai p > 0,05 (b= -0,01, CI
mengandung arti, hubungan keseluruhan
95%= -0,04 hingga 0,03, p=0,763)
variabel independen dengan perilaku seksual
Persepsi
mempunyai
hambatan
pengaruh
higiene
sangat
genital
signifikan
secara statistik signifikan.
HBM
dioperasionalkan
ke
dalam
terhadap perilaku seksual dilihat dari nilai p <
konstruk-konstruk yang kemudian disusun
0,01 dan mempunyai hubungan yang negatif
menjadi kuesioner dengan pilihan jawaban
dengan
menggunakan skala likert.
higiene
genital.
Jika
terjadi
peningkatan hambatan higiene genital, maka
Hubungan Persepsi Kerentanan dengan
akan terjadi penurunan perilaku higiene
Higiene Genital
genital (b= -0,13, CI 95%=-0,18 hingga -0,09,
p<0,01).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi kerentanan mempunyai hubungan
yang signifikan dan sangat erat dengan
179
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
higiene genital (p:0,000). Sedangkan untuk
Persepsi keparahan tidak memengaruhi
nilai koefisien persepsi kerentanan sebesar
higiene
0,97,
bertentangan
berarti variabel persepsi kerentanan
berpengaruh
positif
terhadap
perilaku
genital
dalam
IRT.
dengan
teori
Hasil
tersebut
pendapat
Rogers
proteksi
yang
keparahan
yang
seksual. Jika terjadi penurunan persepsi
menyatakan
kerentanan
dirasakan akan memengaruhi niat seseorang
maka
akan
terjadi
pula
penurunan higiene genital sebesar 0,97.
dalam
Hasil
berperilaku,
ini
diperkuat
dengan
teori
yang
bahwa
motivasi
melakukan
suatu
karena
tindakan
tindakan
atau
seseorang
dikemukakan oleh Rosenstock dalam Taylor
untuk mencari pengobatan dan pencegahan
(2007), bahwa dalam HBM yang menyatakan
penyakit didorong oleh ancaman penyakit
bahwa semakin merasa berisiko seseorang
tersebut.(20) Hasil ini juga diperkuat oleh
terhadap suatu penyakit maka tindakan
pendapat Ny. P yang menganggap IMS
pencegahan yang dilakukan akan semakin
merupakan
baik pula. Hasil ini sesuai dengan hasil
menganggap IMS tidak berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009)
kebersihan alat kelamin. Menurutnya IMS
di
disebabkan karena perilaku seksual yang
Lokalisasi
semakin
Koplak
rendah
Grobogan,
persepsi
bahwa
penyakit
kerentanan
tidak aman.
seseorang, semakin rendah pula upaya
Hubungan
pencegahan
Perilaku Seksual
penyakit.
Rosenstock
yang
Persepsi
parah,
Manfaat
tetapi
dengan
berpendapat bahwa semakin merasa berisiko
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
seseorang terhadap suatu penyakit maka
pengaruh yang signifikan antara persepsi
tindakan pencegahan yang dilakukan akan
manfaat higiene genital dengan higiene
semakin baik pula.(11) Jika upaya pencegahan
genital. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil
rendah, akan meningkatkan risiko seseorang
penelitian Widodo (2009), bahwa semakin
terkena IMS.
(15)
Ny. S meskipun mengaku
tinggi
persepsi
manfaat
pencegahan
merasa rentan terkena IMS dan menganggap
terhadap IMS dan HIV&AIDS semakin baik
bahwa menjaga alat kelamin tetap bersih
praktiknya dalam pencegahan penyakit IMS
adalah
dan
penting,
tetapi
dalam
menjaga
HIV&AIDS.
Perceived
kesehatan alat kelaminnya masih kurang
merupakan
tepat, yaitu seperti sering menggunakan
memiliki hubungan positif dengan perilaku
pembersih
sehat.(11)
kewanitaan
dan
kadang
persepsi
benefits
Hasil
ini
keuntungan
juga
yang
diperkuat
oleh
menggunakan pasta gigi.
pendapat Ny. P yang menganggap bahwa
Hubungan Persepsi Keparahan dengan
menjaga
Perilaku Seksual
penting, tetapi menurutnya kebersihan alat
kebersihan
memang
sangat
kelamin tidak berhubungan dengan IMS.
180
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Hubungan Persepsi Hambatan dengan
yang
Perilaku Seksual
Seseorang
Persepsi
hambatan
higiene
genital
berkaitan
akan
kemampuannya
dengan
merasa
karena
kesehatan.
yakin
atas
kehadiran
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pengalaman yang berkaitan dengan sebuah
higiene genital dilihat dari nilai p < 0,05 dan
perilaku atau ia merasa yakin berdasarkan
diketahui nilai koefisien -0,13, hal ini berarti
observasi yang dilakukan pada orang lain.12
variabel
manfaat
berpengaruh
negatif
perilaku
seksual
Ny. S mengatakan bahwa mampu menjaga
terhadap
perilaku
alat kelaminnya tetap bersih.
seksual. Jika terjadi peningkatan persepsi
Hubungan Cues to Action dengan Perilaku
manfaat higiene genital, maka akan terjadi
Seksual
penurunan higiene genital sebesar 0,13.
Menurut
(2003),
berpengaruh positif terhadap higiene genital.
dengan
Jika terjadi peningkatan cues to action
perilaku sehat adalah negatif, jika persepsi
higiene genital sebesar 1 poin, maka akan
hambatan terhadap perilaku sehat tinggi
terjadi peningkatan 0,16 higiene genital. Hasil
maka perilaku sehat tidak akan dilakukan.
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Hasil wawancara mendalam terhadap Ny. S,
Aryani (2015), bahwa keaktifan mencari
mengatakan bahwa tidak ada hal yang
informasi melalui teman, petugas kesehatan,
menghambat usahanya untuk menjaga alat
penyuluhan, media cetak dan elektronik
kelamin,
memengaruhi
hubungan
Conner
dan
persepsi
bahkan
Norman
Variabel cues to action higiene genital
hambatan
suaminya
tidak
mau
cara
menjaga
kebersihan
berhubungan seksual jika alat kelaminnya
higiene. Faktor pencetus untuk bertindak
dalam keadaan kotor. Sehingga selama ini
berasal dari faktor internal maupun faktor
Ny. S senantiasa menjaga alat kelaminnya
eksternal antara lain dari sekolah, majalah,
untuk tetap bersih.
koran, televisi, internet, seminar, pelatihan,
Hubungan Efikasi Diri dengan Perilaku
pengalaman orang lain, pertemuan teman
Seksual
sebaya, petugas kesehatan, dan rumah
Variabel efikasi diri perilaku seksual
sakit.(21) Ny. P pernah mencari tahu tentang
berpengaruh positif terhadap higiene genital.
cara membersihkan alat kelamin dari internet
Jika terjadi peningkatan efikasi diri higiene
dan merasa malu jika bertanya dengan
genital sebesar 1 poin, maka akan terjadi
tenaga medis atau dengan tetangga, karena
peningkatan 0,02 kali perilaku higiene genital.
Ny P menganggap kebersihan alat kelamin
Menurut Bandura bahwa self efficacy dapat
menyangkut hal yang intim. Hasil ini sesuai
memengaruhi setiap tingkat dari perubahan
dengan
pribadi,
tersebut
perawatan genital sangat jarang dilakukan
kebiasaan
dan dibicarakan khususnya oleh masyarakat
baik
saat
mempertimbangkan
individu
perubahan
pendapat
Prawirohardjo
(2009),
181
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Indonesia karena terkesan tabu dan jorok.
Perawatan
kebersihan
yang
dibicarakan
Menurut
dalam
Conner
HBM diyakini
(2010),
persepsi
dapat menentukan
hanya menyangkut hal umum, sedangkan
kemungkinan individu melakukan perilaku
untuk kesehatan alat reproduksi sangat
kesehatan. Tindakan khusus yang diambil
jarang,
ditentukan
karena
kurang
nyaman
untuk
dibicarakan.
oleh
evaluasi
alternatif
yang
tersedia, fokus tentang manfa
Hasil penelitian multivariat regresi linier
at dari perilaku kesehatan,` dan biaya
ganda, menunjukkan bahwa nilai p:0,000,
yang dirasakan atau hambatan melakukan
Adjusted R² = 84,5%, CI 95% 1,54-1,85.
perilaku. Oleh karena itu individu yang paling
Artinya persamaan yang diperoleh hanya
mungkin untuk mengikuti tindakan kesehatan
mampu
menjelaskan
tertentu jika mereka percaya diri mereka
sebesar
84,5%,
rentan terhadap kondisi tertentu dan mereka
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti
juga mempertimbangkan bahwa keadaan
dalam penelitian ini. Hal ini menjelaskan
yang dialami dapat menjadi serius dan
bahwa persepsi manfaat higiene genital,
percaya bahwa manfaat lebih besar daripada
persepsi hambatan higiene genital, efikasi diri
biaya dari tindakan yang diambil untuk
higiene genital, dan cues to action higiene
melawan ancaman kesehatan.
terhadap
sepenuhnya
15,5%
seksual
yang
genital
dan
perilaku
higiene
mengubah
saja
genital
hampir
perilaku
higiene
Menurut
individu
Teori
akan
HBM,
kemungkinan
melakukan
tindakan
genital ibu rumah tangga karena hanya sisa
pencegahan tergantung secara langsung
sebesar 15,5% yang dijelaskan oleh variabel
pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian
lain di luar variabel yang disebutkan. Hasil
kesehatan (health beliefs) yaitu ancaman
wawancara dengan IRT mengatakan bahwa,
yang
IRT masih sering menggunakan pembersih
(perceived threat of injury or illness) dan
kewanitaan, menggunakan celana dalam
pertimbangan
yang
ketat,
dan
saat
keputihan
sering
dirasakan
dari
tentang
sakit
atau
keuntungan
kerugian (benefits and costs).
luka
dan
(12)
menggunakan pentyliner. Padahal perilaku
tersebut
dapat meningkatkan tumbuhnya
KESIMPULAN
mikroorganisme dan jamur pada alat kelamin,
Terdapat hubungan yang positif dan
sehingga dapat menyebabkan IMS yang
secara statistik signifikan antara Higiene
diakibatkan oleh jamur. Persepsi yang kurang
genital dengan 4 variabel independen yang
tepat, efikasi diri yang kurang, dan cues to
diteliti meliputi persepsi kerentanan, persepsi
action yang rendah tentang higiene genital
hambatan, efikasi diri dan cues to action
dapat
higene
memengaruhi
seseorang.
higiene
genital
genital.
Secara
bersama-sama
seluruh variabel independen di dalam model
182
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
regresi linier ganda ini mampu menjelaskan
http://www.who.int/mediacentre/factsheet
higiene genital sebesar 84,5%. Ibu Rumah
s/fs110/en/. Diakses: 9 Desember 2015
Tangga menyatakan bahwa higiene genital
6. Kemenkes RI. Data dan Informasi Tahun
penting, dan tidak berkaitan langsung dengan
2014
Infeksi Menular Seksual, karena penyakit
Jakarta: Kemenkes RI, 2015.
kelamin disebabkan oleh hubungan seks
yang tidak aman.
(Profil
Kesehatan
Indonesia).
7. Conner M, Norman P. Predicting Health
Behaviour, Research and Practice with
Komponen HBM dihubungkan dengan
perilaku kesehatan suami IRT sebagai objek
Social Cognition Model. Buckingham:
Open Univeristy Press, 2003.
penelitian. Secara metodologis kemungkinan
8. Carpenter D, Christopher J. A Meta-
ada variabel lain yaitu modal sosial, yang
Analysis of the Effectiveness of Health
memengaruhi perilaku kesehatan, sehingga
Belief Model Variables in Predicting
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang
Behavior. Health
variabel
2010. 25 (8):
tersebut
yang
kemudian
dapat
Communication,
661–
dirumuskan model promosi kesehatan tetang
669. doi:10.1080/10410236.2010.521906
pencegahan Infeksi Menular Seksual.
. Diakses: 29 Oktober 2015
9. Glanz K, Bishop, Donald B. The role of
KEPUSTAKAAN
1. Sharma
P.
Problem
Related
to
behavioral
science
development
and
in
implementation
of
Menstruation Amongst Adolescent Girl,
public
Indian
review of public health. 2010. Volume:
Journal
of
Pediatrics,
2008.
health
theory
Volume: 75 (2): 125-129. 2008. Diakses:
31:
1 Desember 2015
publhealth.012809.103604. Diakses: 17
2. Johnson J. Maintaining Genital Hygiene,
399–418.
interventions. Annual
doi:10.1146/annurev.
November 2015
2015. http://www.hygieneexpert. co.uk/
10. Glanz K, Rimer BK, Lewis FM. Health
maintaininggenitalhygiene.html. Diakses:
Behavior and Health Education. Theory,
6 Desember 2015
Research
and
Diakses:
1
3. Kliegman
RM.
Essentials
of
pediatrics.5th Ed.New York: Elsevier,
2007.
4. Irianto
Desember
UI,
2002.
2015
San
Fransisco: Wiley & Sons
11. Taylor D, Bury M, Campling N, Carter S,
K.
(Reproductive
Kesehatan
Reproduksi
Health).
Bandung:
Alfabeta, 2015.
WHO
Garfied S, Newbould J, Rennie T. A
Review
of
BeliefModel
5. WHO. Sexually Transmitted Infections
(STIs).
Practice.
Media
Centre,
2014.
the
use
(HBM),
of
the
the
Health
Theory
of
Reasoned Action (TRA), the Theory of
Planned Behaviour (TPB) and the Trans-
183
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Theoretical Model (TTM) to study and
of sexually transmitted infections. BMJ
predict health related behaviour change.
publishing group ltd, 2005. 7: 25-28.
Department of Health: National institute
Diakses: 17 November 2015
for Clinical Excellence, 2007.
19. Reed BD, Ford K, Wirawan DN. The Bali
12. Smet, B. Psikologi Kesehatan. Grasindo.
Jakarta, 1994.
13. Conner
M.
Vaginal Hygiene Practices and STDs
Chapter
Determinants
of
2:
Cognitive
Among Sex Workers, 2001. Sex Transm
Health
Behavior.
Inf
Handbook of Behavioral Medicine, 2010.
Springer Science+Business Media, LLC.
DOI
10.1007/978-0-387-09488-5_2.
Diakses: 1 Desember 2015
Press
Buckingham
Philadelphia,1996.
15. Widodo
E.
http://sti.bmj.com.
Diakses: 6 Desember 2015
20. Wallis, LC. Health Behavior. Theoretical
Perspectives. Fall, 1997.
Rumah
Tangga
Tentang
Voluntarry
Councelling And Testing (VCT) Terhadap
Perilaku Pencegahan HIV-AIDS. Jurnal
Pekerja
Ilmiah Kebidanan, 2014. Volume: 5 (2):
Seksual dalam Pencegahan Penyakit
67-78. Edisi Desember 2014. Diakses: 1
Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS di
Desember 2015
Lokalisasi
Praktik
BMJ;77:46–52.
21. Khosidah A, Purwanti S. Persepsi Ibu
14. Ogden J. Health Psychology. Open
University
STD/AIDS Study: Association Between
Koplak
Wanita
Grobogan,
2009.
22. Prawirohardjo
S.
Ilmu
Kebidanan.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Volume: 4 (2). Agustus 2009. Diakses:
Prawirohardjo, 2009.
29 Oktober 2015
16. Aryani D, Mardiana, Ningrum DNA.
Perilaku Pencegahan Infeksi Menular
Seksual pada Wanita Pekerja Seksual
Kabupaten
Tegal.
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat, 2015. KEMAS Volume: 10
(2)
(2015):
160-168.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/k
emas. Diakses: 1 Desember 2015
17. Kemenkes.
B-13
Modul
Pelatihan
Intervensi Perubahan Perilaku: Mitos dan
Fakta. Jakarta: Kemenkes RI, 2009a.
18. Michale W, Cowan F. Vaginal discharge
causes diagnosis and treatment. In ABC
Download