Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kecamatan Bantul Catur Adhy Purna Prodi PPKn FKIP Universitas Ahmad Dahlan Jl. Pramuka No. 42 Sidikan Umbulharjo Yogyakarta ABSTRAK Sesuai dengan kriteria, guru harus memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan bidang tugas yang pada akhirnya dapat menghasilkan lulusan yang bermutu, terampil, dan sanggup berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakatnya, seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat (3) yang memuat tentang kualifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi guru pendidikan kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kecamatan Bantul. Populasi yang diambil adalah guru pendidikan kewarganegaraan di SMA Negeri se-Kecamatan Bantul yang berjumlah 9 orang, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Metode analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri se-Kecamatan Bantul masuk dalam kategori tinggi, dengan hasil 79,90%. Kemudian tingkat kompetensi kepribadian guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri se-Kecamatan Bantul juga masuk dalam kategori tinggi, dengan hasil 89,07%. Untuk kompetensi profesional guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri se-Kecamatan Bantul masuk dalam kategori tinggi tinggi dengan persentase rata-rata 81,07%. Sedangkan tingkat kompetensi sosial guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri se-Kecamatan Bantul yaitu 71,89% sehingga masuk dalam kategori cukup. Kata kunci : kompetensi, guru, pendidikan kewarganegaraan, pedagogik, keribadian, profesional, sosial PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru memegang peranan strategis terutama dalam membentuk watak siswa melalui perkembangan kepribadian. Dengan peranan seperti itu, maka guru, khususnya guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dituntut memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terdapat empat macam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 | 19 Catur Adhy Purna didik memenuhi standar kompetensi yang ditempatkan dalam Standar Pendidikan Nasional. Serta kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Dalam penelitian ini dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah tingkat kompetensi pedagogik, kompetensi keribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru PKn SMA Negeri se-Kecamatan Bantul? Keempat kompetensi tersebut harus terus dikembangkan oleh para guru agar pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat berhasil dengan baik. Di dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, inisiator, dan motivator sehingga tugas guru yang tidak ringan ini perlu diimbangi dengan pengembangan kompetensi yang terus-menerus dilakukan. Guru harus mampu mengakomodasikan dinamika perubahan yang terjadi dalam lingkup nasional, regional dan global, dengan tetap berpegang pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Tentu saja guru yang mampu mengemban tugas tersebut adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyarakatkan. 1. Kompetensi Guru Permasalahan muncul ketika di lapangan masih banyak ditemukan guru yang tidak kompeten, baik dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun kompetensi sosial. Sekaitan dengan kompetensi guru PKn, karena subtansi kajian dan konteks pembelajaran PKn selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya. Untuk itu guru perlu memiliki kemampuan untuk menggali informasi dari berbagai sumber termasuk dari sumber elektronik dan melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang mendidik. KAJIAN PUSTAKA Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti kemampuan atau kecakapan. Pusat Kurikulum Balitbang memberikan pengertian bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak bagi peserta didik secara konsisten dan terus menerus sampai menjadi kompeten dalam melakukan pekerjaan tertentu. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2004: 3738). Pada sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan konseptualisasi pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan pengertian lain, kompetensi mengajar adalah kemampuan, kecakapan seseorang yang merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat diterapkan serta ditampilkan secara baik dan berguna untuk melaksanakan tugas mengajar sesuai dengan jabatannya dalam mencapai suatu tujuan. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman lain sesuai dengan tingkat kompetensinya. 20 | Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan .... Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab, yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melakukan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu (Kus Eddy, dkk, 2002:1). Kompetensi meliputi persyaratan apa yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu, untuk mengatur tugas yang berbeda dalam pekerjaan, untuk mengatasi kendala yang ada, untuk menghadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan pekerjaan, termasuk bekerjasama dengan orang lain. Senada dengan hal tersebut di atas, Samana (1994) juga mengungkapkan bahwa seseorang yang dinyatakan kompeten dalam bidangnya adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. Dengan demikian, ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakat. Kecakapan kerja tersebut diwujudkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai, sosial, dan memenuhi standar tertentu yang diakui oleh kelompok profesinya atau warga negara yang dilayaninya. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru dalam mengajar merupakan hal yang sangat penting karena guru merupakan komponen yang sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Mulyasa (2004: 38-39) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkan- dung dalam konsep kompetensi, yaitu: 1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran di bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melaksanakan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap anak didik sesuai dengan kebutuhannya; 2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik secara efektif dan efisien; 3) Kemampuan (Skills), adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada anak didik; 4) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran yang meliputi kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain; 5) Sikap (attitude), yaitu perasaan (senangtidak senang, suka-tidak suka) atau suatu reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap naiknya upah/ gaji dan sebagainya; dan 6) Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu perbuatan. Dalam rumusan Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK) pengertian kompetensi adalah kemampuan profesional yang berhubungan dengan suatu jabatan tertentu, atau dalam hal ini kompetensi profesional guru atau tenaga Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 | 21 Catur Adhy Purna kependidikan lainnya (Depdikbud, 1982). Secara luas, dalam konsep kompetensi tercakup pula keterampilan-keterampilan dalam melaksanakan tugas, memiliki keterampilan mengatur pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah pekerjaannya dan memiliki tanggung jawab pada lingkungan sekitarnya. Menurut Mulyasa (2004: 37) kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Sedangkan menurut Roestiyah (1982 : 12) kompetensi diartikan sebagai suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan pengetahuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Dari sisi yang lain C. Lynn (1985:33) mengatakan bahwa “Competencies may range from recall and understanding of facts and concepts, to advanced motor skill, to teaching behaviors and professional values”. Kompetensi dapat meliputi pengulangan kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai pada keterampilan motor lain, hingga pada perilaku-perilaku pembelajaran dan nilai-nilai profesional. Dalam kaitannya dengan kompetensi guru, kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah, tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun kompetensi guru adalah kemampuan melakukan tugas mengajar dan mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan (Sahertian, 1994: 73). Kompetensi guru (teacher competency) menurut Barlow (1985: 132) adalah “the ability of teacher to responsibly perform his or her duties apopriately”. Artinya kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab Laurence (1979: 8) mengatakan bahwa: In the competencies for teaching system, competency is used to describe profsesional ability, including both the ability to perform spesific teaching functions and the ability to \demonstrate acquired knowledge and higher-level conceptualizations. Pendapat di atas berarti kompetensi mengacu kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk pada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati, tetapi meliputi perilaku yang lebih jauh dari yang tidak tampak. Nana Sudjana (2002: 17) menyatakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru. Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah (www.dikdasmen. depdikdas.go.id). Kompetensi guru dalam mengajar merupakan hal yang sangat penting, karena guru merupakan komponen yang sangat mementukan keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Neno Utami mengatakan “meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas maka mustahil akan menimbulkan proses belajar mengajar yang maksimal” (www. pikiranrakyat.com). 22 | Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan .... Dari uraian tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa kompetensi merupakan suatu kemampuan atau kecakapan rasional yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Guru adalah yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individu atau klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Ini berarti seorang guru harus memiliki minimal dasardasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Oleh karena itu, kompetensi mutlak harus dimiliki seorang guru sebagai kemampuan, kecakapan, dan keterampilan dalam mengelola kegiatan pendidikan. Dengan demikian, kompetensi guru berarti pemilikan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Dengan demikian, kompetensi guru adalah kemampuan dan kecakapan seseorang dalam mengajar dan mendidik, mampu mendemonstrasikan pengetahuan yang diperoleh serta memiliki sikap dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam melaksanakan tugas mengajar sesuai bidangnya dalam mencapai suatu tujuan. Kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan, latihan, penataran dan pengalaman lain sesuai dengan tingkat kualifikasi yang ingin dicapai sebagai tujuannya. 2. Komponen Kompetensi Guru Kompetensi guru dapat dirangkum ke dalam empat bidang kompetensi, yaitu 1) penguasaan bidang studi, 2) pemahaman tentang peserta didik, 3) penguasaan cara pembelajaran yang mendidik, dan 4) pengembangan kepribadian dan keprofe- sionalan (Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenaga Perguruan Tinggi, 2004:3). Sedangkan menurut PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru mencakup: a) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Adapun kompetensi pedagogik mencakup kemampuan pembelajaran yang meliputi: 1) memahami peserta didik; 2) merancang dan melaksanakan pembelajaran; 3) mengevaluasi hasil pembelajaran; 4) mengembangkan diri secara profesional. b) Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian mencakup aspek-aspek sebagai berikut: 1) memiliki kepribadian yang terintegrasi dengan penampilan kedewasaan sebagai pendidikan yang layak diteladani; 2) memiliki sikap dan kemampuan kepemimpinan dalam interaksi yang bersifat demokratis dan mengayomi peserta didik. c) Kompetensi profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pem- Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 | 23 Catur Adhy Purna belajaran dan teknologi secara luas dan mendalam mengenai bidang studi atau mata pelajaran yang akan ditransformasikan kepada peserta didik dengan menggunakan system intruksional dan strategi pembelajaran yang tepat. Kompetensi profesional antara lain mencakup: 1) penguasaan materi pelajaran atau bidang studi yang mencakup ilmu pengetahuan, teknologi dan seni secara teoritis dan praktis; 2) penguasaan pengetahuan cara mengajar dan kemampuan melaksanakannya secara efektif; 3) pengetahuan tentang cara dan proses belajar dan mampu membimbing peserta didik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara berkualitas; 4) memiliki pengetahuan dan pemahaman profesional mengenai perilaku individu dan kelompok dalam masa perkembangan dan mampu melaksanakannya dalam proses pembelajaran untuk kepentingan peserta didik termasuk kegiatan bimbingan. 5) menguasai pengetahuan kemasyarakatan dan pengetahuan umum yang memadai; 6) menguasai kemampuan mengevaluasi hasil atau prestasi belajar peserta didik secara obyektif. d) Kompetensi sosial, yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut: 1) memiliki perilaku yang terpuji dengan sikap dan kepribadian yang menyenangkan dalam pergaulan di sekolah dan masyarakat; 2) memiliki kemampuan menghormati dan menghargai orang lain khususnya peserta didik dengan kekurangan dan kelebihan masingmasing; 3) memiliki akhlak yang mulia sesuai dengan agama yang dianut. Keempat kompetensi tersebut secara praktis saling menjalin secara terpadu dalam diri guru. Seorang guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu pada melakukan social adjustment dalam masyarakat. Keempat kompetensi tersebut terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di wilayah Kecamatan Bantul yang berjumlah 3 SMA Negeri. Populasi yang diambil adalah guru pendidikan kewarganegaraan di SMA Negeri se-Kecamatan Bantul yang berjumlah 9 orang, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Metode analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian kompetensi guru pendidikan kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kecamatan Bantul ini dalam bentuk angket. Dipakainya angket dalam penelitian karena angket merupakan penggali data yang cukup fleksibel 24 | Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan .... dan dilihat dari segi memperoleh data, biaya, waktu dan hasilnya akan lebih efektif dan efisien apabila menggunakan angket. Angket dibuat dalam Skala Likert dengan lima alternatif jawaban yaitu: jawaban dari pertanyaan yang bersifat positif diberi skor sebagai berikut: SL (selalu) skor 5, S (sering) skor 4, KK (kadang-kadang) skor 3, JS (jarang sekali) skor 2 dan TP (tidak pernah) skor 1. Jawaban untuk angket dari pertanyaan negatif diberi skor sebagai berikut: SL (selalu) skor 1, S (sering) skor 2, KK (kadang-kadang) skor 3, JS (jarang sekali) skor 4 dan TP (tidak pernah) skor 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik di sekolah. Di sini guru dituntut untuk memahami karakteristik siswa dari berbagai aspek, menguasai teori dan prinsip belajar, mengembangkan kurikulum, merancang dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik, serta mengadakan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri se-Kecamatan Bantul masuk dalam kategori tinggi dengan persentase rata-rata 79,90%. 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian terdiri atas menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menampikan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan Bantul masuk dalam kategori tinggi dengan persentase rata-rata 89,07%. 3. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional terdiri atas penguasaan substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, penguasaan struktur dan materi kurikulum bidang studi, penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, pengorganisasian materi kurikulum bidang studi, dan peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi profesional guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri se-Kecamatan Bantul sudah masuk dalam kategori tinggi yaitu 81.07%. 4. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial terdiri atas berkomunikasi secara aktif dan empartik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat, berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,regional, nasional, dan global, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi sosial guru Pendidikan Kewar- Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 | 25 Catur Adhy Purna ganegaraan di SMA Negeri se-Kecamatan Bantul masuk dalam kategori cukup, dengan persentase rata-rata 71,89 % guru sudah meningkatkan kompetensi sosialnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan data bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kecamatan Bantul yaitu 79,90% sehingga masuk dalam kategori tinggi. 2) Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kecamatan Bantul yaitu 89,07% sehingga masuk dalam kategori tinggi. 3) Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kecamatan Bantul yaitu 81,07% sehingga masuk dalam kategori tinggi. 4) Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kecamatan Bantul yaitu 71,89% sehingga masuk dalam kategori cukup. DAFTAR PUSTAKA Barlow. (1985). Supervision and Teacher: A Private Coldwar. Berkeley; Mc Cutchan. N.Y. Consuelo, G. Sevilla, dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI – Press. Depdikbud. (1982). Materi dasar Pendidikan Program Akta Mengajar Vb Pendidikan Tenaga Kependidikan Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Ditjen Dikti. Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta: Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas. Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Guru Pemula Sekolah Lanjutan Pertama/Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas. Hadari Nawawi. (1999). Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara Kus Eddy Sartono, E., dkk. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UPT-MKU UNY. Laureance J. Peter. (1979). Competencies for Teaching: Teacher Education. Belmont: Wadsworth Publhishing Company, Inc. Lexy, J. Moleong. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya. Nana Sudjana. (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Piet A. Sahertian. (1994). Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset. Roestiyah. (1982). Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara. Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius. Sanapiah, Haisal. (2002). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Soehartono, Irawan. (1995). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja 26 | Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan .... Rosdakarya. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. (1990). Manajemen Penelitian Cet I. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: Rineka Cipta. Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta : Gramedia. Uzer Usman, Moh. (1992). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Vendien. C. Lynn. (1985). Phisycal Education Teacher Education. New York : Chicester Brisbone toronto Singapore. Wiersma, Williem. (1996). Research Methods in Education. Massachusetts : Allyn and Bacon. Inc. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal Citizenship, Vol. 1 No. 1, Juli 2011 | 27