ANALISIS PERSEPSI SISWA TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL GURU-SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA DI KOTA TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh DESSY MAULIDINA NIM. 1111016200038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 ii iii KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal FORM (FR) Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia : : : : FITK-FR-AKD-089 1 Maret 2010 01 1/1 SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Dessy Maulidina Tempat/Tgl.Lahir : Pontianak, 03 Desember 1991 NIM : 1111016200038 Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia Judul Skripsi : Analisis Persepsi Siswa Terhadap Hubungan Interpersonal Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan Dosen Pembimbing : 1. Salamah Agung, S.Si, Apt, M.A, Ph.D. 2. Luki Yunita, M.Pd. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Munaqasah. Jakarta, 23 November 2016 Mahasiswa Ybs. Dessy Maulidina 1111016200038 iv ABSTRAK Dessy Maulidina (NIM: 1111016200038). Analisis Persepsi Siswa Terhadap Hubungan Interpersonal Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan interpersonal antara guru kimia dan siswa, mengetahui perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), serta mengidentifikasi profil perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan persepsi siswa. Data penelitian diambil dari 10 Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang Selatan yang terdiri atas 472 siswa kelas XI IPA dari 5 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta pada kelas kimia secara random sampling menggunakan angket hubungan interpersonal guru-siswa hasil adaptasi Questionnaire on Teacher Interaction (QTI) versi Indonesia yang dikonstruk oleh Maulana, dkk. (2011). Data dianalisis menggunakan pemodelan Rasch dengan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru kimia dan siswa SMA di Kota Tangerang Selatan terkategori cukup baik. Guru kimia dianggap cukup mendominasi dan sangat bekerja sama dengan siswa di dalam kelas. Sementara itu, pada level skala perilaku interpersonal, guru kimia dipersepsi siswa memiliki skor perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, dan pengertian lebih tinggi dibandingkan perilaku yang berlawanan. Selanjutnya, penyelidikan terhadap profil perilaku interpersonal guru menunjukkan bahwa guru kimia di Kota Tangerang Selatan teridentifikasi sebagai guru yang otoritatif. Kata kunci: hubungan interpersonal guru-siswa, pembelajaran kimia, SMA. v ABSTRACT Dessy Maulidina (NIM: 1111016200038). The Analysis of Students Perception on Teacher-Student Interpersonal Relationships in Learning Chemistry on Senior High School of South Tangerang City. The aims of this study are to analyze the interpersonal relationships between chemistry teachers and their students, investigate chemistry teacher intepersonal behaviour using Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), and also identify profile of chemistry teacher interpersonal behaviour according to students perception. The data were collected from 472 students of science class in 5 Public Senior High School and 5 Private Senior High School who were randomly sampled using teacher-student interpersonal relationships questionnaire adapted from Questionnaire on Teacher Interaction (QTI) constructed by Maulana, et al. (2011). Data were analyzed using Rasch model in Winsteps version 3.73. Results showed that in general, it was indicated that the interpersonal relationships of chemistry teachers and their students is categorized as realtively good. The teachers were considered to have adequately dominant and very cooperative behaviour with students in classroom. Meanwhile, in term of interpersonal behaviour scale, students perceived their teachers as having higher rate on leadership, helping/friendly, and understanding behaviour than the hostility behaviour. Yet, according to interpersonal behaviour profile, it showed that chemistry teachers in South Tangerang City were identified as authoritative. Keyword: the teacher-student interpersonal relationships, learning chemistry, Senior High School. vi LEMBAR PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada: Keluarga tersayang Ibuku Ermi Suswati Semoga setiap air mata yang jatuh dari matamu atas segala kepentinganku, menjadi sungai untukmu di Surga nanti. Abangku Arief Setiawan Semoga segala kebaikanmu menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di hari dimana tiada lagi pertolongan selain darinya. Para Dosen dan Guru-guruku Rekan-rekan Pendidikan Kimia Angkatan 2011 UIN Jakarta Almamaterku: Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta vii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh. Alhamdulillah puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan dengan judul “Analisis Persepsi Siswa Terhadap Hubungan Interpersonal Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah berjuang untuk membawa kebenaran dan menyempurnakan akhlak manusia, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Pada dasarnya, banyak kesulitan yang penulis alami selama penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih atas bimbingan dan dukungan serta bantuan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa bagaimana pun usaha yang ditempuh tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Salamah Agung, S.Si, Apt, M.A, Ph. D., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ilmu, masukan, bimbingan, dan perhatiannya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. viii 5. Luki Yunita, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, saran, bimbingan dan perhatiannya selama penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 6. Kepala sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di sepuluh SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian di sekolah tersebut. 7. Ibunda tercinta Ermi Suswati dan Abangku Arief Setiawan, terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua kasih sayang, pengorbanan, perhatian, pengertian, dan dorongan baik moriil serta materiil, semangat, dan do’a yang diberikan setiap saat. 8. Nely Rahmawati, S.Kom.I. yang selalu menyemangati dan mengingatkan penulis untuk tak menyerah dalam proses penyusunan skripsi ini. Jazaakillahu khayran katsiran. 9. Sella Marselyana Abadi, S.Pd. dan Amrina Alhumaira yang telah sedianya memberikan waktu untuk menyemangati dan memberi masukan serta saransaran yang bermanfaat dalam proses pengerjaan penelitian ini. Jazaakunallahu khayran katsiran. 10. Teman-teman bimbingan Ibu Salamah Agung dan Ibu Luki Yunita dan seluruh keluarga besar kimia 2011 yang juga sedang berjuang meraih kesuksesannya, dimanapun kalian berada, terima kasih telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga kepada penulis, Semoga Allah SWT mengumpulkan kita dalam kebaikan. 11. Adik-adik Pendidikan Kimia 2012 di sekolah-sekolah tempat peneliti mengambil data penelitian, yang sedang berjuang dalam pengerjaan skripsi, namun tetap bersedia memberi semangat serta bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini. Jazaakumullahu khayran katsiran. 12. Teman-teman rumah binaan Tasqif dan Nahdhoh yang telah memberi semangat dan bantuan kepada peneliti dari awal penelitian ini dimulai hingga selesai. Jazaakunnallahu khayran katsiran. ix 13. Teman-teman Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus Ciputat atas dorongan semangat dan bantuan selama peneliti menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Jazaakunnallahu khayran katsiran. 14. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu hingga tersusunnya karya ini. Mudah-mudahan segala bentuk partisipasi dari berbagai pihak terkait dapat menjadi berkah dan semua kebaikan di balas oleh Allah SWT. Masih banyak cacat dan cela pada skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi perbaikan. Semoga karya ini dapat bermanfaat, Aamiin. Wassalamua’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh. Jakarta, November 2016 Penulis x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ iv ABSTRAK ........................................................................................................... v ABSTRACT ....................................................................................................... vi LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 9 A. Kajian Teori .................................................................................. 9 1. Persepsi Siswa .......................................................................... 9 a. Pengertian Persepsi .............................................................. 9 b. Proses Pembentukan Persepsi ........................................... 10 c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .................................. 11 2. Hakikat Kimia dan Pembelajarannya ....................................... 13 3. Konsep Hubungan Interpersonal .............................................. 14 a. Pengertian Hubungan Interpersonal .................................... 14 b. Tahap-tahap Hubungan Intepersonal ................................... 15 xi c. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal 18 4. Hubungan Interpersonal Guru dan Siswa ................................ 20 a. Model Hubungan Interpersonal Guru-Siswa ....................... 20 b. Profil Perilaku Interpersonal Guru ...................................... 27 B. Penelitian yang Relevan................................................................. 30 C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 34 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 34 B. Metode Penelitian ......................................................................... 34 C. Desain Penelitian .......................................................................... 34 D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 36 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37 F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 38 G. Uji Coba Instrumen ....................................................................... 41 H. Teknik Analisis Data .................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 49 A. Hasil Penelitian ............................................................................. 49 B. Pembahasan .................................................................................. 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 86 A. Kesimpulan ..................................................................................... 86 B. Saran ............................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88 LAMPIRAN ........................................................................................................ 92 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................ 12 Gambar 2.2 Dua Sumbu Dimensi Proximity dan Influence dalam Model Perilaku Interpersonal Guru ........................................................ 22 Gambar 2.3 Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB) ................................ 24 Gambar 2.4 Profil Perilaku Interpersonal Guru ............................................... 29 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................. 33 Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian ............................................................... 35 Gambar 4.1 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan ....................................................................... 51 Gambar 4.2 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di Sepuluh SMA di Kota Tangerang Selatan ............................................................... 52 Gambar 4.3 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Sumbu Dimensi ....................... 55 Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA Negeri dan Swasta Berdasarkan Sumbu Dimensi ........................ 56 Gambar 4.5 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Level Skala Perilaku ................. 61 Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA Negeri dan SMA Swasta Berdasarkan Level Skala Perilaku ...... 62 Gambar 4.7 Ilustrasi Peta Konstruk Pengukuran “X” ...................................... 63 Gambar 4.8 Peta Konstruk Hubungan Interpersonal Guru-Siswa ................... 64 Gambar 4.9 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan ............................. 78 Gambar 4.10 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan ................. 78 Gambar 4.11 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan ................ 78 xiii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Sampel Penelitian Hubungan Interpersonal Guru-Siswa ................. 37 Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ................................. 39 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa .............. 39 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Hubungan Interpersonal Guru-Siswa . 42 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Setelah Divalidasi ........................................................................................ 43 Tabel 3.6 Kategori Kecenderungan Variabel Hubungan Interpersonal GuruSiswa ............................................................................................... 47 Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa ............................................................................................... 49 Tabel 4.2 Klasifikasi Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan ............................................................. 49 Tabel 4.3 Rata-rata Skor dan Persentase Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan .............................. 51 Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Rata-rata Perilaku Interpersonal Guru Kimia Ditinjau dari Dimensi Pengaruh dan Dimensi Kedekatan .............. 53 Tabel 4.5 Rata-rata dan Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan ............................................................. 56 Tabel 4.6 Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia ............................... 77 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Penelitian Sebelum Diuji Coba ................................... 92 Lampiran 2 Tabulasi Data Untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .... 97 Lampiran 3 Instrumen Penelitian Setelah Diuji Coba ..................................... 99 Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ................................................ 103 Lampiran 5 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 ................... 104 Lampiran 6 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 ................... 105 Lampiran 7 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 ................... 107 Lampiran 8 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 8 ................... 108 Lampiran 9 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 10 ................. 109 Lampiran 10 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Darussalam .............. 112 Lampiran 11 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Dua Mei ................... 113 Lampiran 12 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 8 ..... 114 Lampiran 13 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 25 ... 115 Lampiran 14 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Triguna Utama ......... 116 Lampiran 15 Tabulasi Data Untuk Analisis Deskriptif dengan Perangkat Lunak Winsteps 3.73 for Windows............................................ 117 Lampiran 16 Data Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal GuruSiswa Pada Mata Pelajaran Kimia ............................................ 124 Lampiran 17 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia .......................................................................... 125 Lampiran 18 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia ......................................................................................... 126 Lampiran 19 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Dominasi Guru Kimia ......................... 127 Lampiran 20 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia ......................................................................................... 128 Lampiran 21 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Kepatuhan Guru Kimia ....................... 129 xv Lampiran 22 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia ......................................................................................... 130 Lampiran 23 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Kerjasama Guru Kimia ....................... 131 Lampiran 24 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia ......................................................................................... 132 Lampiran 25 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Perlawanan Guru Kimia ...................... 133 Lampiran 26 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia ......................................................................................... 134 Lampiran 27 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia ................ 135 Lampiran 28 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/ Bersahabat Guru Kimia ............................................................. 136 Lampiran 29 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia .... 137 Lampiran 30 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru Kimia ......................................................................................... 138 Lampiran 31 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Pengertian Guru Kimia ....................... 139 Lampiran 32 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/ Tanggung Jawab pada Siswa oleh Guru Kimia ........................ 140 Lampiran 33 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Memberi Kebebasan/ Tanggung Jawab pada Siswa oleh Guru Kimia...................................................... 141 Lampiran 34 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia ......................................................................................... 142 Lampiran 35 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia ........................ 143 Lampiran 36 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia ......................................................................................... 144 xvi Lampiran 37 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Tidak Puas Guru Kimia....................... 145 Lampiran 38 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia ......................................................................................... 146 Lampiran 39 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Menegur Guru Kimia .......................... 147 Lampiran 40 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia ......................................................................................... 148 Lampiran 41 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Disiplin Guru Kimia............................ 149 Lampiran 42 Peta Konstruk Perilaku Kepemimpinan (DC) ........................... 150 Lampiran 43 Peta Konstruk Perilaku Membantu/Bersahabat (CD) ................ 151 Lampiran 44 Peta Konstruk Perilaku Pengertian (CS) ................................... 152 Lampiran 45 Peta Konstruk Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa (SC) ................................................................................. 153 Lampiran 46 Peta Konstruk Perilaku Ragu-ragu (SO) ................................... 154 Lampiran 47 Peta Konstruk Perilaku Tidak Puas (OS) .................................. 155 Lampiran 48 Peta Konstruk Perilaku Menegur (OD) ..................................... 156 Lampiran 49 Peta Konstruk Perilaku Disiplin (DO) ....................................... 157 Lampiran 50 Representasi Grafis Profil Guru Tiap Sekolah .......................... 158 Lampiran 51 Lembar Uji Referensi ................................................................ 159 Lampiran 52 Surat Ijin Penelitian ................................................................... 160 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Purwanto, “belajar adalah proses yang menimbulkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai di mana perubahan itu dapat tercapai, berhasil atau tidaknya belajar, tergantung kepada bermacammacam faktor, di antaranya yaitu guru dan cara mengajarnya” (2011, hlm. 102). Dalam belajar di sekolah, guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan kepada siswa turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai (Purwanto, 2011, hlm. 104-105). Bagi guru, mengajar tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran tapi juga merupakan proses mengatur lingkungan yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya (Sanjaya, 2008, hlm.102). Hal ini senada dengan pandangan Van Petergem, dkk. (2005, hlm. 34) yang mengemukakan bahwa pada beberapa kasus terdapat guru yang lebih menyukai lingkungan disiplin untuk belajar, sedangkan beberapa yang lain ingin menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, dimana siswa dapat merasa aman untuk mengambil risiko dan menjadi kreatif. Di dalam kelas, proses belajar mengajar terdiri atas serangkaian perbuatan guru dan siswa berdasarkan hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif. Interaksi timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar (Usman, 2005, hlm. 4). Rencana interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu pada umumnya didefinisikan sebagai strategi pembelajaran. Salah satu cara untuk dapat memahami strategi pembelajaran tersebut yaitu melalui pemahaman pada pola hubungan guru dan siswa (Mulyasa, 2014, hlm. 132). 2 Hubungan guru dan siswa dipahami sebagai interaksi interpersonal yang terjadi antara guru dengan siswa yang mengikat mereka satu sama lain. Hubungan ini diasumsikan berasal dari bentuk interaksi tersebut. Pendekatan terhadap hubungan interpersonal guru dan siswa dikonseptualisasikan melalui pengaturan kelas berdasarkan level perilaku interpersonal guru (Wubbels, dkk. 2015, hlm. 364-365). Hubungan guru dan siswa dapat dipelajari melalui dua kerangka teori yaitu teori interpersonal (Wubbels dkk. 1985) dan kerangka berbasis teori pelengkap (Pianta, 2001). Teori interpersonal mendeskripsikan persepsi dari perilaku guru dengan siswa yang berhubungan dan berinteraksi dalam sebuah sistem. Dalam teori ini, hubungan guru dan siswa dikarakterisasi berdasarkan kombinasi dari dua dimensi, yaitu dimensi pengaruh (influence) dan kedekatan (proximity) dalam Model Perilaku Interpersonal Guru atau Model of Interpersonal Teacher Behaviour (MITB). Sedangkan, pada kerangka berbasis teori pelengkap yang dipopulerkan oleh Pianta (2001), hubungan guru dan siswa dapat diketahui dengan menggunakan tiga dimensi, yaitu kedekatan (closeness), konflik (conflict), dan kepercayaan (dependency) (Wubbels, dkk. 2015, hlm. 366-367). Dalam MITB yang dikembangkan oleh Wubbels, dkk (1985), yang merupakan hasil adaptasi dari model Interpersonal Diagnosis of Personality di dalam kelas yang dikembangkan oleh Leary (1957), perilaku guru dipetakan menjadi dua dimensi yaitu dimensi pengaruh (influence) dan dimensi kedekatan (proximity) (Maulana, dkk. 2012, hlm. 254). Dimensi pengaruh (influence) memiliki dua sumbu yaitu dominance (D) dan submission (S). Dimensi kedekatan (proximity) memiliki dua sumbu yaitu cooperation (C) dan opposition (O). Dimensi pengaruh (influence) menggambarkan orang yang mengontrol atau mengarahkan proses komunikasi dan seberapa sering hal itu terjadi di kelas. Sedangkan, dimensi kedekatan (proximity) menunjukkan tingkat kerja sama atau kedekatan di antara guru-siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas (Goh, 2004, hlm. 32). 3 Kedua sistem dimensi koordinat tersebut kemudian dibagi menjadi delapan skala perilaku interpersonal guru, yaitu perilaku kepemimpinan (leadership behaviour) (DC), perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly behaviour) (CD), perilaku pengertian (understanding behaviour) (CS), perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (student responsibility/freedom behaviour) (SC), perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) (SO), perilaku tidak puas (dissatisfied behaviour) (OS), perilaku menegur (admonishing behaviour) (OD) dan perilaku disiplin (strict behaviour) (DO) (Maulana, dkk. 2012, hlm. 254). Setelah menyempurnakan formulasi dari MITB, Wubbels dan rekanrekannya merintis alat yang digunakan untuk memetakan hubungan interpersonal guru dan siswa yang dikenal dengan nama Questionnaire on Teacher Interaction (QTI). Para peneliti menggunakan QTI untuk memahami saling keberpengaruhan antara cara guru mengajar dan hasil belajar siswa di kelas. Instrument ini kemudian digunakan untuk memetakan gaya perilaku interpersonal guru pada budaya yang berbeda di berbagai negara (Maulana, dkk. 2011, hlm. 34). Perbedaan terhadap gaya perilaku interpersonal guru ini kemudian menghasilkan pemetaan lanjutan terhadap profil perilaku guru yang menjelaskan lingkungan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Guru dapat dikategorikan ke dalam delapan tipe profil, yaitu direktif (directive), otoritatif (authoritative), toleran/otoritatif (tolerant/authoritative), toleran (tolerant), ragu-ragu/toleran (uncertain/tolerant), ragu-ragu/agresif (uncertain/aggressive), menekan (repressive), dan membosankan (drudging) (Maulana, dkk. 2011, hlm. 35). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh den Brok, Fisher, dan Koul (2005), menunjukkan bahwa guru sains yang baik dalam mengontrol (tinggi pada dimensi pengaruh) dan bekerja sama dengan siswa (tinggi pada dimensi kedekatan) mampu menciptakan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Pada level skala perilaku interpersonal, penelitian yang dilakukan oleh Reid dan Fisher (2008) menunjukkan bahwa guru sains yang memiliki perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian serta 4 memberikan tanggung jawab dan kebebasan pada siswa berpengaruh secara positif terhadap motivasi siswa dalam pencapaian hasil belajar pada mata pelajaran sains. Pelajaran sains, salah satunya kimia, merupakan pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa, sehingga menuntut guru berusaha lebih keras untuk memotivasi siswa mempelajari konsep-konsep kimia. Tanpa minat dan motivasi belajar yang tinggi, maka konsep-konsep kimia sulit untuk dipahami oleh siswa dengan baik (Suyanti, 2010, 175-176). Oleh karenanya, guru kimia harus berupaya mendesain pembelajaran kimia yang menarik melalui berbagai strategi pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu menganalisis konsep materi kimia sehingga dalam proses pembelajaran, guru mengerti dan paham bagaimana menyampaikan materi yang sulit dipahami dan dimengerti oleh siswa. Guru juga harus mampu memvisualisasikan konsep yang abstrak agar bisa dipahami siswa secara menyeluruh dan tidak sepotong-sepotong sekaligus juga memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih mendalam. Dalam The National Science Teachers Association (NSTA) Standards for Science Teacher Preparation (2003) dijelaskan bahwa guru mata pelajaran, khususnya guru IPA (sains), dituntut untuk tidak hanya mampu dalam penguasaan konsep dan materi atau memvariasikan metode dan strategi yang digunakan dalam mengajar, namun juga diharapkan mampu menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pembelajaran yang nyaman dan mendukung secara psikologis maupun sosial bagi siswa (National Science Teachers Association, 2003, hlm. 21). Hal ini senada dengan indikator proses pembelajaran dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menyatakan: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan 5 proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan” (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 1). Dengan demikian, penting bagi guru IPA, termasuk guru kimia tidak hanya mampu dalam penguasaan konsep dan materi, namun juga menjaga kondisi lingkungan pembelajaran yang nyaman dan memotivasi siswa lewat hubungan interpersonal guru kimia dan siswa yang terbentuk melalui perilaku interpersonal guru. Hal ini dikarenakan perilaku interpersonal guru memberikan pengaruh yang besar, baik dalam sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan, hasil belajar, maupun motivasi belajar siswa yang timbul dari perilaku tersebut. Namun, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fisher dan Rickards (1998), den Brok, Fisher, dan Koul (2005), Reid dan Fisher (2008), Maulana, dkk. (2012), menunjukkan bahwa studi mengenai hubungan interpersonal guru dan siswa sering kali hanya dilakukan di dalam kelas Matematika, Bahasa Inggris, dan Sains pada Pendidikan Menengah Pertama (SMP). Tidak ada temuan yang menunjukkan penelitian mengenai hubungan interpersonal guru dan siswa pernah dilakukan pada kelas Kimia di Sekolah Menengah Atas di Kota Tangerang Selatan. Padahal, memahami hubungan interpersonal guru dan siswa ketika pembelajaran berlangsung dapat menjadi pertimbangan penting untuk menunjang kesuksesan siswa di sekolah dan dapat menjadi alat refleksi, baik bagi guru, siswa, maupun praktisi pendidikan untuk memahami atmosfer lingkungan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas melalui perilaku dan profil interpersonal guru yang terukur. Uraian yang telah dipaparkan tentang pentingnya hubungan interpersonal guru-siswa terhadap pembelajaran kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan menjadi dasar pijakan perlunya pengkajian lebih lanjut mengenai hal ini. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Persepsi Siswa Terhadap Hubungan Interpersonal Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan”. 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Perilaku interpersonal guru di dalam kelas mempengaruhi sikap dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. 2. Hubungan interpersonal guru-siswa memiliki peran penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa, namun penelitian pada pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang Selatan belum pernah dilakukan. 3. Penting bagi guru kimia untuk mengetahui hubungan interpersonal gurusiswa yang terbentuk melalui perilaku interpersonal guru dan mengetahui lingkungan pembelajaran yang teridentifikasi lewat profil interpersonal guru demi menjaga lingkungan pembelajaran yang nyaman dan mendukung kondisi psikologis dan sosial bagi siswa. C. Pembatasan Masalah Guna memberi ruang lingkup yang jelas dan terarah, mengingat begitu luas dan kompleksnya permasalahan, maka perlu dibuat suatu pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Hubungan interpersonal guru-siswa yang diukur hanya pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang Selatan pada pembelajaran kimia berdasarkan persepsi siswa SMA Negeri dan SMA Swasta kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Hubungan interpersonal guru-siswa diukur berdasarkan Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB) pada level dimensi influence (pengaruh) dan proximity (kedekatan) dan level skala perilaku interpersonal guru menggunakan angket persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru-siswa, hasil adaptasi dari QTI versi Indonesia yang dikembangkan oleh Maulana, dkk. (2011). 3. Perilaku interpersonal guru dipetakan menggunakan prinsip pemodelan Rasch untuk menjelaskan profil perilaku interpersonal yang teridentifikasi pada pembelajaran kimia di Kota Tangerang Selatan. 7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat penulis rumuskan item masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan? 2. Bagaimana perilaku interpersonal guru kimia di dalam kelas berdasarkan berdasarkan level dimensi influence (pengaruh) dan proximity (kedekatan) dan level skala perilaku interpersonal guru dalam Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB)? 3. Apakah tipe profil perilaku interpersonal guru kimia yang teridentifikasi berdasarkan persepsi siswa kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan dengan pemetaan perilaku interpersonal guru berdasarkan prinsip pemodelan Rasch? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan interpersonal guru kimia dan siswa, mengetahui perilaku interpersonal guru kimia di dalam kelas berdasarkan level dimensi influence (pengaruh) dan proximity (kedekatan) dan level skala perilaku interpersonal guru dalam Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), serta mengidentifikasi profil perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan persepsi siswa kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang Selatan. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada sekolah sehingga dapat dijadikan masukan dan pertimbangan bagi sekolah dalam mengambil kebijakan-kebijakan terhadap pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan. 8 2. Bagi guru Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru agar lebih memberikan perhatian terhadap hubungan interpersonal yang terbentuk dengan siswanya di dalam kelas. Selain itu, angket persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru-siswa yang telah dibuat dapat menjadi alat refleksi diri guru terhadap kinerja pengajaran yang telah dilakukan sehingga guru dapat merancang lingkungan pengajaran dan pembelajaran yang lebih tepat untuk siswa. 3. Bagi siswa Siswa sebagai peserta didik diharapkan dapat memahami persepsinya terhadap proses pembelajaran di sekolah dan menjadi salah satu pendorong bagi siswa untuk lebih tekun dalam mengoptimalkan kualitas prestasi belajarnya. 4. Bagi peneliti Manfaat bagi peneliti sendiri adalah sebagai gambaran tentang hubungan interpersonal yang terbentuk di antara guru dan siswa dalam pengajaran kimia. Selain itu, penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis dalam berkarya dalam khasanah ilmu pengetahuan dan dapat menambah pengalaman yang dapat berguna di masa mendatang. BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Persepsi Siswa a. Pengertian Persepsi Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin “perceptio”, yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Leavitt (1978), perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Desmita, 2010, hlm. 117). Branca (1964), Woodworth dan Marquis (1957) dalam Walgito (2003, hlm. 53) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. “Penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu indera. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak lepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadari apa yang diinderanya itu”. Pada tataran yang lebih kompleks, persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa persepsi dapat datang dari luar diri individu tetapi 10 juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan (Robbins, 2001, hlm. 88). Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah diterima oleh sistem indera manusia. Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu mengindera objek di lingkungannya, kemudian ia memproses hasil pengindraan itu sehingga timbullah makna tentang objek tersebut. Persepsi individu terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya. Artinya, persepsi seseorang akan memungkinkannya untuk memberi penilaian terhadap suatu kondisi stimulus. Sebagai contoh, persepsi siswa terhadap perilaku guru di dalam kelas akan mempengaruhi pikirannya dan menjadikan siswa memberikan penilaian kepada perilaku guru tersebut. b. Proses Pembentukan Persepsi Persepsi mengikuti suatu interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga komponen utama (Desmita, 2010, hlm. 120), yaitu: 1) Seleksi Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap stimulus. Dalam proses ini, struktur kognitif yang telah ada dalam kepala akan menyeleksi, membedakan data yang masuk dan memilih data mana yang relevan sesuai dengan kepentingan dirinya. Jadi, seleksi perseptual ini tidak hanya bergantung pada determinandeterminan utama dari perhatianβseperti: intensitas (intensity), kualitas (quality), kesegeraan (suddenness), kebaruan (novelty), gerakan (movement), dan kesesuaian (congruity) dengan muatan kesadaran yang telah adaβmelainkan juga bergantung pada minat, kebutuhan-kebutuhan dan nilai yang dianut. 11 2) Penyusunan Penyusunan adalah proses reduksi, mengorganisasikan, menata atau menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu pola yang bermakna. Sesuai dengan teori Gestalt, manusia secara alamiah memiliki kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam mengorganisasikan objek-objek perseptual. Sejumlah stimulus dari lingkungan cenderung diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu dengan cara yang sama. Berdasarkan pemikiran ini, Gestalt mengajukan beberapa pinsip tentang kecenderungan-kecenderungan manusia dalam penyusunan onformasi ini, di antaranya prinsip kemiripan (similarity), prinsip kedekatan (proximity), prinsip ketertutupan atau kelengkapan (closure), prinsip searah (direction), dan lain-lain. 3) Penafsiran Penafsiran adalah proses menerjemahkan atau menginterpretasikan informasi atau stimulus ke dalam bentuk tingkah laku sebagai respon. Dalam proses ini, individu membangun kaitan-kaitan antara stimulus yang datang dengan struktur kognitif yang lama, dan membedakan stimulus yang datang untuk memberi makna berdasarkan hasil interpretasi yang dikaitkan dengan pengalaman sebelumnya, dan kemudian bertindak atau bereaksi. Tindakan ini dapat berupa tindakan bersembunyi (seperti: pembentukan pendapat dan sikap) dan dapat pula berupa tindakan terbuka atau perilaku nyata. c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang mengubah persepsi. Faktor-faktor ini bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Ketika seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk mengintepretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi 12 dari pembuat persepsi individual tersebut. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang. Karakteristik target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang diartikan. Individu yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam sebuah kelompok dibanding individu yang diam. Begitu pula dengan guru yang berpenampilan menarik, cenderung mendapatkan perhatian dari para siswanya di kelas. Faktor yang mempengaruhi persepsi digambarkan sebagai berikut. Faktor pada pemersepi - Sikap - Motif - Kepentingan - Pengalaman - Pengharapan Faktor-faktor dalam situasi Waktu Keadaan/Tempat kerja Keadaan sosial Persepsi Faktor-faktor dalam diri target Hal yang baru Gerakan Bunyi Ukuran Latar belakang Kedekatan Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sumber: (Robbins, 2001, hlm. 92) David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) dalam Rakhmat (2011, hlm. 54-57) menyebutkan bahwa persepsi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain, termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor- 13 faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus tersebut. Dalam hal ini, persepsi dipengaruhi oleh karakteristik siswa yang menilai guru. 2) Faktor Struktural Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Kohler, Wartheimer dan Koffka merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural, yang kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai suatu keseluruhan, melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya. Jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah. Kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini, persepsi dipengaruhi oleh perilaku guru dan lingkungan dimana dia berada. 2. Hakikat Kimia dan Pembelajarannya Susiwi (2007, hlm. 5) mengemukakan bahwa hakikat ilmu kimia mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk yang meliputi sekumpulan pengetahuan atas fakta, konsep dan prinsip kimia dan kimia sebagai proses yang meliputi keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kimia. Kimia pada awalnya merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan 14 penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, hlm. 177). Kimia sebagai ilmu termasuk ke dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki karakteristik yang sama dengan IPA dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, hlm. 177). Pengalaman menunjukkan bahwa mempelajari ilmu kimia cukup sulit, karena yang dibahas adalah hukum dan teori tentang atom dan molekul yang tidak dapat dilihat. Yang dapat ditangkap hanyalah gejala yang ditimbulkan oleh atom dan molekul tersebut melalui percobaan (eksperimen) di laboratorium. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam mempelajari kimia dapat dilakukan dengan menunjukkan kaitan antara hukum dan teori dengan percobaan yang mendasarinya (Syukri, 1999, hlm. 7a). Dalam hal ini, siswa membutuhkan peran guru melalui interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dalam strategi pembelajaran yang terencana. 3. Konsep Hubungan Interpersonal a. Pengertian Hubungan Interpersonal Menurut Miller & Steinberg (1975) dalam Budyatna & Ganiem (2012, hlm. 44), hubungan antarpribadi (interpersonal) adalah hubungan komunikasi timbal balik berdasarkan data psikologis. Pengembangan hubungan antarpribadi mengacu kepada proses di mana manusia mengadakan kontak terhadap satu sama lain dan mendasarkan prediksi tentang perilaku komunikasi satu sama lain terutama pada data psikologis. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya. Makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, semakin efektif 15 komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi (Hidayat, 2012, hlm. 56). Komunikasi penting dalam mengembangkan dan memelihara hubungan-hubungan antarpribadi. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai oleh keseimbangan pengungkapan diri atau self-disclosure yang tepat, yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi, dan perasaan-perasaan yang tidak diketahui orang lain, serta umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada orang atau pesan-pesan mereka di dalam suatu hubungan (Budyatna & Ganiem, 2011, hlm. 44). Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Setiap kali melakukan komunikasi, manusia tidak hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal (Rohim, 2009, hlm. 70). b. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal Menurut Rakhmat (2011, hlm. 122-127), hubungan interpersonal berlangsung melewati tiga tahap, yaitu pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan. 1) Pembentukan Hubungan Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (aquaintance process). Menurut Steve Duck (1976), perkenalan adalah proses komunikasi di mana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya dengan menggunakan caracara agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan. Dalam hubungan interpersonal, kesan pertama dibentuk dari petunjuk proksemik, kinesik, paralinguistik, dan artifaktual, yaitu dengan mempertahankan jarak, gerak tangan dan lirikan matanya, intonasi suara, dan pakaian yang dikenakannya. Kesan pertama amat menentukan apakah hubungan interpersonal harus diakhiri atau 16 diperteguh. Para psikolog sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa yang diucapkan pertama, apa yang dilakukan pertama menjadi penentu yang penting terhadap pembentukan citra pertama tentang orang itu. 2) Peneguhan Hubungan Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Menurut Rakhmat (2011, hlm. 124-127), ada empat faktor yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini: keakraban, kontrol, respons yang tepat, dan nada emosional yang tepat. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respons. Dalam percakapan, misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan serius dijawab dengan main-main, ungkapan bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, hubungan interpersonal mengalami keretakan Faktor keempat yang memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak 17 akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi. 3) Pemutusan Hubungan R.D. Nye (1973) dalam bukunya Conflict among Humans menyebutkan lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu: a) Kompetisi; adalah di mana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain. b) Dominasi; adalah di mana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasakan hakhaknya dilanggar. c) Kegagalan; adalah di mana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai. d) Provokasi; adalah di mana salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain. e) Perbedaan nilai; adalah di mana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut. Untuk mempertahankan hubungan dalam jangka waktu lama, diperlukan kemampuan (kompetensi) untuk menjalin hubungan interpersonal. Menurut Buhrmeister (1988) terdapat lima domain kompetensi interpersonal (Dayakisni & Hudaniah, 2009, hlm. 120), yaitu: 1) Initiative, yakni usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif selalu diarahkan baik pada penciptaan suatu hubungan antarpribadi yang baru dengan seseorang yang belum atau baru dikenal maupun 18 tindakan-tindakan yang dapat membantu mempertahankan hubungan yang telah dibina. 2) Negative Assertion, yakni kemampuan untuk mempertahankan diri dari tuduhan yang tidak benar atau tidak adil, kemampuan untuk mengatakan “tidak” terhadap permintaan yang tidak masuk akal, dan kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan saat diperlukan. 3) Disclosure, yakni pengungkapan bagian dalam diri (innerself) antara lain berupa pengungkapan ide-ide, pendapat, permintaan, pengalaman dan perasaan-perasaannya kepada orang lain. Self disclosure dapat mengubah suatu perkenalan yang tidak mendalam menjadi suatu hubungan yang lebih serius. 4) Emotional Support, yakni ekspresi perasaan yang memperlihatkan adanya perhatian, simpati dan penghargaan terhadap orang lain. Emotional support juga mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberikan perasaan nyaman kepada orang lain yang sedang dalam kondisi tertekan dan bermasalah. 5) Conflict Management, yakni cara atau strategi untuk menyelesaikan adanya pertentangan dengan orang lain yang mungkin terjadi saat melakukan hubungan interpersonal. Konflik dapat disalurkan dan dibangun secara konstruktif sehingga meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi. Teknik pengendalian dan kemampuan verbal individu dapat digunakan sebagai media untuk menangani konflik dan mengarahkannya menuju akhir yang konstruktif. c. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Akan tetapi, bagaimana komunikasi itu dilakukan. Jika di antara dua orang yang berkomunikasi berkembang sikap curiga, makin sering mereka berkomunikasi, makin jauh jarak di antara keduanya. 19 Maka perlu dipahami, faktor-faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik (Rakhmat, 2011, hlm. 127-134), yaitu: 1) Percaya (Trust) Percaya mempengaruhi adalah faktor komunikasi yang paling interpersonal. penting Dengan yang percaya, seseorang akan lebih banyak membuka diri kepada orang yang dipercaya. Hal ini terjadi ketika seseorang yakin bahwa orang yang dipercaya tidak akan mengkhianati atau merugikannya. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), percaya menentukan efektivitas komunikasi. Terdapat empat faktor yang berhubungan dengan sikap percaya (Rakhmat, 2011, hlm. 129-130), yaitu: a) Karakteristik dan maksud orang lain. Orang akan menaruh kepercayaan kepada seorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang tertentu. Kita akan percaya pada guru kimia dalam urusan mereaksikan zat-zat tetapi tidak akan percaya padanya dalam urusan sastra dan sebagainya. b) Hubungan kekuasaan Percaya tumbuh apabila orang-orang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain. Bila seseorang mengetahui bahwa orang lain akan tunduk dan patuh kepadanya, ia akan mempercayainya. c) Sifat dan kualitas komunikasi Sikap percaya akan tumbuh ketika komunikasi bersifat terbuka, maksud dan tujuan jelas, dan ekspektasi sudah dinyatakan. d) Pengalaman Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan lainnya berlaku jujur. Sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman seseorang dengan komunikan lainnya. 20 2) Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Dengan sikap defensif, komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan juga faktor situasional seperti perilaku komunikasi orang lain. 3) Sikap Terbuka Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Brooks dan Emmert (1977) menjelaskan karakteristik orang yang terbuka, yaitu menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika; membedakan dengan mudah, melihat nuansa; berorientasi pada isi; mencari informasi dari berbagai sumber; lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya; dan mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaaannya. 4. Hubungan Interpersonal Guru dan Siswa a. Model Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Wubbels & Levy (1993) dalam Van Petergem, dkk. (2005, hlm. 34) mengemukakan bahwa mengajar adalah aktivitas yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh materi pelajaran, waktu yang tersedia, karakter guru, karakter peserta didik, sumber daya, khususnya kompetensi pedagogik, perspektif metodologi pengajaran, dan perspektif antar pribadi yang berfokus pada hubungan interpersonal guru-siswa. Hubungan interpersonal guru-siswa merupakan aspek penting dalam komunikasi yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan pada pengajaran yang sukses pasti bergantung pada interaksi yang baik 21 dengan komunikasi yang efektif (Goh, 1994, hlm. 30). Efektifitas mengajar secara informal didefinisikan sebagai tingkat keterampilan pedagogik seorang guru. Misalnya, guru yang baik tahu bagaimana mengkomunikasikan informasi, memimpin diskusi, memberi pertanyaan, menunggu jawaban, mempersiapkan rencana pembelajaran, menulis bahan pelajaran, dan sebagainya. Guru yang baik tahu kemampuan dirinya. Misalnya, guru bahasa inggris harus ahli dalam grammar, writing, dan literature; guru matematika harus ahli dalam bidangnya; guru sains yang baik harus memiliki pola pikir sains (Tuckman, 1995, hlm. 177). Mengajar merupakan sebuah bentuk komunikasi yang serius. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk keberlangsungan proses pembelajaran, siswa harus memahami guru mereka. Selain menjadi ahli dalam materi pelajaran, setidaknya terdapat tiga karakteristik yang perlu dikenal siswa untuk guru mereka miliki, yaitu ketegasan, keramahan, dan keadilan, di samping perhatian dan pengertian. Hal ini dapat menjadi umpan balik bagi siswa dan pengakuan dari kemungkinan adanya pengaruh terhadap hubungan interpersonal guru-siswa dalam proses pembelajaran, sehingga adalah langkah yang tepat untuk memperkenalkan model perilaku interpersonal guru (Goh, 1994, hlm. 30). Secara konseptual, model perilaku interpersonal guru terinspirasi oleh: pertama, teori sistem komunikasi Watzlawick, Beavin, & Jackson (1967) dan kedua, model perilaku interpersonal Leary (1957). Teori sistem komunikasi dan model Leary kemudian diadaptasi oleh sekelompok tim peneliti di Belanda untuk digunakan dalam bidang pendidikan sejak tahun 1980-an. Model Perilaku Interpersonal Guru (Model for Interpersonal Teacher Behaviour) (MITB) dan kuesioner tentang interaksi guru (Questionnaire on Teacher Interaction) (QTI) merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa 22 terhadap perilaku guru yang menjadi hasil penelitian jangka panjang di Universitas Utrecht, Belanda (Goh, 1994, hlm. 30-31). Model Perilaku Interpersonal Guru didasarkan pada penelitian Timothy Leary tentang diagnosa kepribadian interpersonal dan aplikasinya terhadap pengajaran. Dalam model ini, perilaku guru dipetakan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi Influence (Pengaruh) dan dimensi Proximity (Kedekatan). Dimensi Influence (Pengaruh) memiliki dua sumbu, yaitu Dominance (D) dan Submission (S). Dimensi Proximity (Kedekatan) memiliki dua sumbu, yaitu Opposition (O) dan Cooperation (C) (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 8). Dua dimensi pada model perilaku interpersonal guru digambarkan sebagai berikut. Dominance (D) Influence Proximity Opposition (O) Cooperation (C) Submission (S) Gambar 2.2 Dua Sumbu Dimensi Proximity dan Influence dalam Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB) Sumber: (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 8) Dimensi Influence (Pengaruh) menggambarkan siapa yang mengintrol atau mengarahkan proses komunikasi dan seberapa sering hal itu terjadi. Sedangkan dimensi Proximity (Kedekatan) menunjukkan tingkat kerjasama atau kedekatan di antara mereka yang terlibat dalam proses komunikasi. Kedua dimensi Influence (Pengaruh) dan Proximity (Kedekatan) secara bebas mengingatkan pada perilaku guru yang efektif 23 yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Masingmasing dari dua sumbu dimensi DS dan CO mewakili perilaku yang berlawanan, sumbu DS untuk dominasi (dominance) dan kepatuhan (submission) dan sumbu CO untuk kerjasama (cooperation) dan oposisi (opposition) (Goh, 1994, hlm. 32) Setiap kuadran dari struktur koordinat yang dihasilkan berdasarkan dua dimensi menampilkan dua segmen dari perilaku guru. Sektor yang ada didefinisikan bergantung pada derajat dari perilaku yang ditentukan. Sebagai contoh, kuadran pertama terdiri atas dua karakter yang berbeda yang disebut Dominance-Cooperation (DC) dan Cooperation-Dominance (CD). DC menunjukkan perilaku guru yang terkarakterisasi dengan tingginya tingkat dominasi dan sedikit kerjasama. Sedangkan CD menampilkan perilaku guru dengan tingginya tingkat kerjasama dan tingkat dominasi yang lebih sedikit. Selanjutnya, tiap kuadran dari model ini terdiri atas dua sektor perilaku yang digambarkan pertama kali dari perilaku yang paling umum dan kemudian diikuti oleh perilaku kedua dari dimensi yang sama (Maulana, dkk. 2012, hlm. 254). Kedua sistem dimensi koordinat tersebut kemudian dibagi menjadi delapan skala perilaku interpersonal guru-siswa, yaitu perilaku kepemimpinan (leadership behaviour) (DC), perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly behaviour) (CD), perilaku pengertian (understanding behaviour) (CS), perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (student responsibility/freedom behaviour) (SC), perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) (SO), perilaku tidak puas (dissatisfied behaviour) (OS), perilaku menegur (admonishing behaviour) (OD) dan perilaku disiplin (strict behaviour) (DO) (Maulana, dkk. 2012, hlm. 254). Untuk menjelaskan deskripsi dari perilaku guru yang dimiliki masing-masing sektor, ditampilkan dalam gambar berikut. 24 Gambar 2.3 Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB) Sumber: (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 9) Berdasarkan gambar di atas, pada masing-masing pola perilaku guru dideskripsikan sebagai berikut. 1) Leadership (Kepemimpinan) “Notice what’s happening, lead, organize, give orders, set tasks, determine, procedure, structure the classroom situation, explain, hold the attention” Perilaku memperhatikan kepemimpinan apa mengorganisasikan, yang memberi ditunjukkan terjadi di perintah, kelas, dengan: memimpin, menetapkan tugas, menentukan prosedur, menyusun situasi kelas, menjelaskan, dan memegang perhatian. 2) Helping/Friendly (Membantu/Bersahabat) “Assist, show interest, join, behave in a friendly or considerate manner, be able to make a joke, inspire confidence and trust”. 25 Perilaku membantu/bersahabat ditunjukkan dengan: membantu, menunjukkan minat, bergabung, berperilaku ramah atau perhatian, bisa membuat lelucon, menginspirasi keyakinan dan kepercayaan. 3) Understanding (Pengertian) “Listen with interest, emphatize, show confidence and understanding, accept apologies, look for ways to settle differences, be patient, be open”. Perilaku pengertian ditunjukkan dengan: mendengarkan siswa dengan penuh minat, berempati, menunjukkan kepercayaan dan pengertian, menerima permintaan maaf, mencari cara untuk menyelesaikan perbedaan, bersabar, bersikap terbuka terhadap siswa. 4) Student Responsibility/Freedom (Memberi Tanggung jawab/Kebebasan siswa) “Give opportunity for independent work, wait for class to let off steam, give freedom and responsibility, approve of something”. Perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa ditunjukkan dengan: memberikan kesempatan untuk bekerja mandiri, menunggu kelas diam, memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada siswa, menyetujui sesuatu. 5) Uncertain (Ragu-ragu) “Keep a low profile, apologize, wait and see how the wind blows, admit one is in the wrong”. Perilaku ragu-ragu ditunjukkan dengan: bersikap merendah, meminta maaf, menunggu dan melihat bagaimana arah proses pembelajaran, dan mengakui kesalahan. 6) Dissatified (Tidak puas) “Wait for the silence, consider pros and cons, keep quiet, show dissatisfaction, look glum, question, criticize”. 26 Perilaku tidak puas ditunjukkan dengan: menunggu siswa diam, mempertimbangkan pendapat pro dan kontra, diam, menunjukkan ketidakpuasan, terlihat murung, bertanya-tanya/ragu, dan mencela. 7) Admonishing (Menegur) “Get angry, take pupils to task, express irritation and anger, forbid, correct, punish”. Perilaku menegur ditunjukkan dengan: gampang marah, memberikan siswa tugas, menampilkan ekspresi terganggu dan kemarahan, melarang siswa, selalu ingin benar, dan suka menghukum. 8) Strict (Disiplin) “Keep reins tight, check, judge, get class silent, maintain silence, be strict, exact norms and set rules”. Perilaku disiplin ditunjukkan dengan: menjaga kendali yang ketat, memeriksa, menghakimi, menjaga kelas tetap diam, mempertahankan keheningan, bersikap tegas/disiplin, menetapkan aturan dan norma-norma yang tepat. Untuk mengukur delapan skala perilaku interpersonal guru dalam Model Perilaku Interpersonal Guru (Model for Interpersonal Teacher Behaviour/MITB), Questionnaire on Teacher Interaction (QTI) secara khusus dikembangkan untuk tujuan tersebut. QTI pertama kali dikembangkan di Belanda di antara tahun 1978 dan 1984, yang terdiri atas 77 item pertanyaan dengan lima point skala Likert dari “Tidak pernah/Tidak sama sekali” hingga “Selalu/Sangat”. Tidak berapa lama sejak konstruksi QTI di Belanda, versi Amerika dikembangkan pada tahun 1988 dan diujikan sebanyak tiga kali dengan melibatkan guru dan siswa dan menghasilkan 64 item dengan tingkat validitas dan reliabilitas baik, yang setara dengan QTI versi Belanda. Kemudian, versi QTI yang lebih singkat dengan 48 item dikembangkan di Australia. Selanjutnya, QTI versi Amerika dan Australia menjadi titik permulaan bagi para 27 peneliti di negara-negara lainnya untuk mengembangkan QTI versi negara mereka. Secara umum, versi QTI yang berbeda-beda menampilkan hasil yang baik dan sebanding dengan versi asli Belanda dan Amerika. Pada lintas budaya, den Brok (2006) menemukan perbedaan kedudukan skala empiris terhadap hipotesis, yang kemudian mempengaruhi perbedaan pengartian dari sektor dan skala di antara negara-negara. Alhasil, hasil penelitian dari penggunaan QTI tidak sebanding di antara beberapa negara pada level skala, namun sebanding pada level dimensi (Maulana, dkk. 2012, hlm. 254). Di Indonesia, penggunaan QTI pertama kali dilakukan oleh Fraser (2010) untuk mengukur persepsi mahasiswa perguruan tinggi dalam 12 kelas ilmu komputer. Validasi QTI menunjukkan hasil yang memuaskan dan beberapa skala QTI memiliki korelasi yang cukup signifikan terhadap sikap belajar mahasiswa. Meskipun penelitian ini tidak menyediakan informasi persepsi mahasiswa terhadap perilaku interpersonal guru berdasarkan level dimensi, yang mana membuatnya sulit untuk dibandingkan dengan hasil penelitian dari negara lain. Namun, penelitian ini memberikan informasi awal yang menunjukkan pentingnya hubungan interpersonal guru-siswa di Indonesia (Maulana, dkk. 2012, hlm. 255). b. Profil Perilaku Interpersonal Guru Untuk mendeskripsikan profil perilaku interpersonal guru, pertama kali yang harus dilakukan adalah beralih ke profil yang telah ditemukan dengan bantuan Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB) dan Questionnaire on Teacher Interaction (QTI). Profil perilaku interpersonal guru adalah kombinasi khusus dari delapan skala yang dihasilkan dari QTI (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 11-12). Berdasarkan Brekelmans, Levy, dan Rodriguez (1993), profil perilaku interpersonal guru dapat dikategorikan menjadi delapan tipe, yaitu direktif (directive), otoritatif (authoritative), toleran/otoritatif (tolerant/authoritative), toleran (tolerant), tak menentu/toleran 28 (uncertain/tolerant), tak menentu/agresif (uncertain/aggressive), menekan (repressive) dan membosankan (drudging) (Maulana, dkk. 2011, hlm. 35). Pada level dimensi, profil perilaku guru yang otoritatif, toleran/otoritatif, dan toleran dipersepsi siswa dengan pola dimensi kedekatan yang relatif tinggi, dengan tipe profil toleran memiliki dimensi pengaruh paling rendah. Sedangkan pada tipe profil guru yang direktif, tak menentu/toleran, dan membosankan memiliki dimensi kerjasama lebih sedikit daripada tiga tipe sebelumnya, dengan tipe profil tak menentu/toleran memiliki dimensi dominasi yang lebih rendah. Guru dengan dimensi kerjasama paling sedikit diindikasikan memiliki tipe profil guru yang menekan dan tak menentu/agresif. Pada tipe profil represif, guru memiliki dimensi dominasi paling tinggi dibandingkan delapan jenis skala lainnya (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 12). Profil guru direktif, otoritatif, dan toleran/otoritatif menampilkan jumlah yang sama pada dimensi pengaruh. Ketiga tipe ini dikarakterisasikan dengan perilaku cukup mendominasi, namun berbeda pada jumlah dimensi kedekatan. Guru direktif memiliki sedikit perilaku kerja sama yang diindikasikan dengan tingkat yang cukup rendah pada dimensi kerjasama tapi tinggi pada perilaku disiplin. Sedangkan guru toleran/otoritatif tinggi pada perilaku kerjasama. Guru toleran sama bekerjasamanya dengan guru otoritatif, namun berbeda pada tingkat dominasi, sedangkan tipe guru lainnya menunjukkan tingkat kerjasama yang lebih rendah dengan tingkat dominasi yang beragam (Maulana, dkk. 2011, hlm. 35). 29 Gambaran profil perilaku interpersonal guru dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.4 Profil Perilaku Interpersonal Guru Sumber: Brekelmans (1989) dalam (Maulana, dkk. 2012, hlm. 36) 30 B. Penelitian yang Relevan Penelitian relevan terkait dengan hubungan interpersonal guru-siswa adalah sebagai berikut. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Darrell Fisher dan Tony Rickards, berjudul “Associations between Teacher-Student Interpersonal Behaviour and Student Attitude to Mathematics”, yang dimuat dalam Mathematics Education Research Journal Vol. 10, No. 1, hal. 3-15, tahun 1998. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam kelas di mana siswa merasakan perilaku guru yang lebih membantu/bersahabat dan memiliki kepemimpinan lebih besar, siswa menunjukkan sikap yang lebih baik terhadap kelas matematika. Hal sebaliknya terjadi ketika guru dirasa menunjukkan perilaku disiplin atau tidak puas. Pada level dimensi, perilaku guru yang bekerja sama dan mendominasi tampak berkontribusi pada sikap siswa yang menyenangkan terhadap mata pelajaran, sedangkan perilaku perlawanan dan kepatuhan guru yang memiliki efek sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku guru terhadap siswa memiliki dampak yang besar dalam sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Perry den Brok, Darrell Fisher, dan Rekha Koul, berjudul “The Importance of Techer Interpersonal Behaviour for Secondary Science Students’ attitudes in Kashmir”, yang dimuat dalam Journal of Clasroom Interaction, 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa yang positif, di mana guru dianggap baik dalam mengontrol (tinggi pada dimensi pengaruh) dan bekerja sama dengan siswa (tinggi pada dimensi kedekatan) menjadi faktor penting yang menciptakan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Perry den Brok, Sibel Telli, dan Jale Cakiroglu, berjudul “Science Teachers’ Interpersonal Behaviour in Turkey and the Netherlands: Comparison For the Subjects of Biology, Chemistry and Physics”, yang dimuat dalam Asian Journal of Educational Research and Synergy 1(1), hal. 82-98, Mei 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan 31 bahwa guru biologi di Turki dipersepsi lebih tinggi pada dimensi pengaruh daripada guru di Belanda. Guru kimia di Turki dipersepsi lebih mendominasi ketika di dalam kelas, sedangkan guru Fisika di Turki dipersepsi memiliki efek pengaruh terhadap siswa meski tidak sebesar guru biologi dan guru kimia. Sedangkan untuk profil guru yang teridentifikasi, guru kimia di Turki dipersepsi dengan dengan tiga urutan persentase terbesar yaitu profil toleran/otoriatif sebesar 41,8%, otoritatif sebesar 38% dan direktif sebesar 17%. Sedangkan guru kimia di Belanda dipersepsi dengan profil toleran sebesar 30%, ragu-ragu/toleran sebesar 21%, dan toleran/otoritatif sebesar 19%. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Maulana, Marie-Christine Opdenakker, Perry den Brok, dan Roel Bosker, berjudul “Teacher-Student Interpersonal Relationship in Indonesia: Profiles and Importance to Student Motivation”, yang dimuat dalam Asia Pasific Journal of Education Vol. 31, No. 1, hal. 33-49, Maret 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa memersepsi guru memiliki perilaku yang kooperatif (kepemimpinan, membantu/ramah, dan memahami) daripada perilaku memusuhi (ragu-ragu, tidak puas, menegur). Namun para siswa juga menilai guru mereka memiliki perilaku yang ketat. Pada level dimensi, siswa memersepsi guru mereka memiliki perilaku yang cukup tinggi pada dimensi dominasi dan kerjasama. Terkait motivasi siswa dalam pembelajaran di kelas, perilaku guru yang tinggi pada dimensi kedekatan berhubungan positif dengan motivasi intrinsik, sedangkan pada dimensi pengaruh berhubungan positif dengan motivasi ekstrinsik siswa. Penelitian ini juga mengidentifikasi profil guru Indonesia yang merupakan kombinasi dari guru direktif dan guru otoritatif. 5. Penelitian yang dilakukan oleh R. Maulana, M. C. J. L. Opdenakker, P. Den Brok dan R. J. Bosker, berjudul “Teacher-Student Interpersonal Relationship in Indonesian Lower Secondary Education: Teacher and Student Perceptions”, yang dimuat dalam Jurnal Learning Environment Research yang diterbitkan oleh Springer Science+Business Media B.V., 32 Vol. 15, hal. 251-271, tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru di Indonesia dipersepsi memiliki perilaku pada level dimensi pengaruh yang sama dengan guru di Amerika Serikat, Australia dan Singapore. Di sisi lain, hasil pada dimensi kedekatan sama dengan guru di Belanda dan Amerika Serikat. Sedangkan pada dimensi dominasi yang lebih rendah dibandingkan guru di Brunei dan lebih rendah pada dimensi kerja sama dibandingkan guru di Australia, Singapore, Brunei dan Turki. 6. Penelitian yang dilakukan oleh C. Reid dan D. Fisher, berjudul “Teacher Interpersonal Behaviour: Its Influence on Student Motivation in Science”, yang dimuat dalam Proceedings of the Fifth International Conference on Science, Mathematics and Technology Education Udon Thani, Thailand (pp. 437-445), tahun 2008. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru sains yang memiliki perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian dan memberikan tanggung jawab dan kebebasan pada siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi siswa dalam pencapaian hasil belajar pada mata pelajaran sains. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Susanti, berjudul “Hubungan Interaksi Interpersonal Guru Biologi dan Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMAN 1 Purwareja Klampok Banjarnegara”, yang disusun sebagai skripsi di Prodi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Semarang, tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara interaksi interpersonal guru Biologi dan siswa dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menyarankan agar guru mengetahui bagaimana cara pandang siswa terhadap interaksinya dengan guru dan mengevaluasi serta mengambil sikap supaya dapat memberi motivasi dengan baik. 33 C. Kerangka Berpikir Kimia merupakan mata pelajaran yang sulit karena mempelajari materi yang abstrak. Tanpa motivasi belajar yang tinggi, materi kimia akan sulit untuk dipahami oleh siswa. Masalah Dalam The National Science Teachers Association (NSTA) Standards for Science Teacher Preparation (2003) dijelaskan bahwa guru IPA (sains), dituntut untuk tidak hanya mampu dalam penguasaan konsep dan variasi metode mengajar, namun diharapkan mampu menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pembelajaran yang nyaman dan mendukung secara psikologis maupun sosial bagi siswa, sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sains. Penelitian terdahulu tentang lingkungan pembelajaran menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru dan siswa berpengaruh secara positif terhadap hasil belajar, sikap, dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sains. Tidak ditemukan penelitian mengenai persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru dan siswa pada pembelajaran kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan Solusi Perlu adanya pengkajian tentang persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru dan siswa pada pembelajaran kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lima SMA Negeri dan lima SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan. Tahap pengambilan data terhadap sampel dilakukan pada pertengahan bulan April hingga pertengahan bulan Mei 2016. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Metode penelitian survei adalah metode penelitian kuantitatif dimana peneliti mengelola survei kepada sebuah sampel atau populasi manusia untuk mendeskripsikan sikap, pendapat, tingkah laku, atau karakteristik dari populasi tersebut. Pada metode ini, peneliti mengumpulkan data secara kuantitatif berupa angka dengan menggunakan kuesioner atau wawancara dan secara statistik menganalisis data untuk mendeskripsikan kecenderungan respon terhadap pertanyaan dan untuk menguji pertanyaan penelitian atau hipotesis (Creswell, 2012, hlm. 376). Metode penelitian survei yang paling terkenal dalam dunia pendidikan adalah metode cross-sectional survey. Metode ini memiliki keuntungan dalam mengukur sikap atau praktik yang sedang berlangsung dengan menyediakan informasi dalam waktu yang cukup singkat. Metode cross-sectional survey juga digunakan untuk membandingkan dua atau lebih grup pendidikan, dapat mengukur kebutuhan dari suatu komunitas, dan digunakan pula untuk mengevaluasi sebuah program (Creswell, 2012, hlm. 377-379). Dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah hubungan interpersonal guru-siswa yang terjadi di kelas XI IPA SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan melalui perilaku interpersonal guru yang diukur berdasarkan persepsi siswa. C. Desain Penelitian Untuk memberikan pengetahuan mengenai alur penelitian ini, penulis memberikan gambaran sebuah desain penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini. 35 Dalam desain penelitian ini terdapat beberapa tahapan, yaitu seperti yang ditampilkan pada bagan di bawah ini. Melakukan Studi Literatur Mengidentifikasi dalam penelitian pertanyaan atau hipotesis Mengidentifikasi populasi dan sampel yang akan diteliti. Tahap Perencanaan Menentukan jenis metode penelitian pengumpulan data yang digunakan. dan Mengembangkan dan menguji coba instrumen penelitian. Memperbanyak instrumen untuk digunakan pada penelitian. Meminta izin kepada pihak sekolah terkait untuk melaksanakan penelitian. Menyebarkan instrumen penelitian kepada siswa/i kelas XI IPA di tiap sekolah yang menjadi target sampling dalam penelitian ini. Tahap Pelaksanaan Mengumpulkan instrumen penelitian yang telah diisi oleh siswa. Mengolah data hasil penelitian. Tahap Penyelesaian Menganalisis data untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian. Menarik kesimpulan. Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian 36 D. Populasi dan Sampel Dalam melakukan penelitian seorang peneliti memerlukan sumber data untuk subjek yang akan diteliti, subjek tersebut berupa populasi dan sampel. 1. Populasi Menurut Sugiyono, “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (2006, hlm. 89). Sedangkan, menurut Arikunto, “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (2002, hlm. 108). Sejalan dengan kutipan tersebut, maka yang disebut populasi adalah keseluruhan objek/subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA/MA di Kota Tangerang Selatan. 2. Sampel Menurut Sugiyono, “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)” (2006, hlm. 90). Pada penelitian ini, penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling karena anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2006, hlm. 91). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA di 5 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta. Sampel terdiri atas 472 siswa dari 17 kelas dengan 176 responden laki-laki dan 296 responden perempuan dari 10 Sekolah Menengah Atas Negeri maupun Sekolah Menengah Atas Swasta. Adapun jumlah sampel pada tiap sekolah disajikan dalam tabel di bawah ini. 37 Tabel 3.1 Sampel Penelitian Hubungan Interpersonal Guru-Siswa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Sekolah SMAN 1 Kota Tangerang Selatan SMAN 3 Kota Tangerang Selatan SMAN 4 Kota Tangerang Selatan SMAN 8 Kota Tangerang Selatan SMAN 10 Kota Tangerang Selatan SMA Muhammadiyah 25 Pamulang SMA Muhammadiyah 8 Ciputat SMA Triguna Utama Banyaknya Siswa Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan : 9 siswa : 25 siswa : 38 siswa : 69 siswa : 21 siswa : 44 siswa : 26 siswa : 18 siswa : 33 siswa : 68 siswa 32 siswa Laki-laki Perempuan : 11 siswa : 21 siswa 17 siswa Laki-laki Perempuan : 4 siswa : 13 siswa Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan : 8 siswa : 16 siswa : 16 siswa : 9 siswa : 10 siswa : 13 siswa : 176 siswa : 296 siswa 34 siswa 107 siswa 65 siswa 44 siswa 101 siswa 24 siswa 9 SMA Darussalam 25 siswa 10 SMA Dua Mei 23 siswa Jumlah Keterangan 472 siswa E. Teknik Pengumpulan Data Metode survei berbeda dengan penelitian eksperimen, dimana pada metode ini peneliti tidak memberikan perlakuan khusus kepada responden (Creswell, 2012, hlm. 376). Pada umumnya peneliti mengumpulkan data menggunakan dua bentuk dasar, yaitu kuesioner (questionnaire) dan wawancara (interview). Beberapa tipe kuesioner dan wawancara yang dilakukan, yaitu kuesioner terkirim (mailed questionnaire), kuesioner berbasis web (web-based questionnaire), wawancara satu-satu/individual (one-on-one interviews), wawancara grup (focus-group interviews), dan wawancara telepon (telephone interviews) (Creswell, 2012, hlm. 382-384). 38 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penyebaran angket (kuesioner) persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru-siswa yang telah dikonstruk ulang dengan mengadaptasi QTI versi Bahasa Indonesia yang terdiri atas 36 item pertanyaan dengan lima point skala Likert dari “Tidak pernah/Tidak sama sekali” hingga “Selalu/Sangat”. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru-siswa hasil adaptasi QTI yang telah dikembangkan oleh Maulana, dkk. (2011) untuk Pendidikan Menengah (Secondary Education). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket tertutup sebagai alat pengumpul data. Pada angket tertutup sudah disediakan alternatif jawabannya. Responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Jawaban yang dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu hal yang dialaminya. Mengenai alternatif jawaban yang disediakan dalam angket ini, penulis menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena (Sugiyono, 2006, hlm. 104). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Widoyoko, 2014, hlm. 104). Berdasarkan uraian di atas, penulis menggunakan pilihan respon skala lima untuk alternaif jawaban responden dengan kategori untuk setiap item pernyataan sebagai berikut. 39 Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Skor Alternatif Jawaban 5 4 3 2 1 Pada penelitian ini, penulis mengembangkan 53 item pernyataan mengenai hubungan interpersonal guru-siswa dari delapan skala perilaku guru yang dipersepsi oleh siswa. Adapun kisi-kisi instrumen hubungan interpersonal guru-siswa adalah sebagai berikut. Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa No. Skala Perilaku 1. DC Leadership (Kepemimpinan) “... lead, organize, determine procedure, structure the classroom situation”. CD Helpful/Friendly (Membantu/Bers ahabat) “... assist, be able to make a joke, behave in a friendly manner”. CS Understanding (Pengertian) “... listen with interest, emphatize, show 2. 3. Deskripsi Item soal Jumlah soal Sejauh mana guru memimpin kelas. 1, 2 2 3, 4 2 5, 6 2 7, 8, 9 3 10, 11 2 12, 13 2 14, 15 2 16, 17 2 18, 19 2 20, 21 2 ... mengorganisasikan kelas. ... menentukan prosedur. ... menyusun situasi kelas Sejauh mana guru membantu siswa. ... bisa membuat lelucon. ... berperilaku ramah terhadap siswa. Sejauh mana guru mendengarkan siswa dengan penuh perhatian. ... berempati. ... menunjukkan keyakinan dan pengertian. 40 No. 4. 5. 6. 7. 8. Skala Perilaku confidence and understanding”. SC Student Freedom (Memberi Tanggung jawab/Kebebasa n siswa) “... give opportunity for independent work, give freedom and responsibility”. SO Uncertain (Ragu-ragu) “...Behave in an uncertain manner, admit one is in the wrong”. OS Dissatisfied (Tidak puas) “... express dissatisfaction, looks dissappointed, criticize”. OD Admonishing (Menegur) “... get angry, express irritation and anger, correct, punish”. Deskripsi Item soal Jumlah soal Sejauh mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja mandiri. 22, 23, 24 3 25, 26, 27 3 28*, 29*, 30* 3 31*, 32* 2 33*, 34* 2 ... memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada siswa. Sejauh mana guru berperilaku ragu-ragu. ... mengakui sebagai orang yang bersalah. Sejauh mana guru menunjukkan ketidakpuasan. ... tampak kecewa terhadap siswa. ... mencela/mengkritik Sejauh mana guru gampang marah. ... menunjukkan ekspresi terganggu dan kemarahan. ... selalu mengkoreksi siswa. ... suka menghukum/menyiksa siswa. Sejauh mana guru menjaga keheningan. DO Strict (Disiplin) “...maintain silence, check, ... memeriksa siswa. judge, exact 35*, 36* 37*, 38* 39*, 40* 2 2 2 41*, 42* 2 43*, 44* 2 45* 1 46*, 47*, 48* 49*, 50* 3 2 41 No. Skala Perilaku Deskripsi norms and set ... menilai siswa. rules”. ... menerapkan norma dan aturan yang tepat. * Pernyataan negatif Item soal 51*, 52* Jumlah soal 53* 1 2 G. Uji Coba Instrumen Angket yang telah disusun harus diujicobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap item pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh hasil angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Menurut Arikunto, “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti mempunyai kevalidan yang rendah” (2002, hlm. 144). Uji coba angket ini dilakukan pada 70 orang siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment yaitu dengan mengkorelasikan skor item (X) dengan skor item (Y) dengan bantuan perangkat lunak komputer SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi 20. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas di atas adalah sebagai berikut. πππ = π΅ πΊππ − (πΊπ)(πΊπ) √{π΅πΊππ − (πΊπ)π }{π΅πΊππ − (πΊπ)π } Keterangan: rxy : Korelasi produk momen (Product Moment) N : Jumlah sampel ΣX : Jumlah skor item ΣY : Jumlah skor total ΣXY : Jumlah perkalian skor item dengan skor total 42 ΣX2 : Jumlah kuadrat skor item ΣY2 : Jumlah kuadrat skor total (Arikunto, 2002, hlm. 146) Hasil analisis validitas instrumen hubungan interpersonal guru-siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Hubungan Interpersonal GuruSiswa No. Soal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Tingkat validitas 0,206 0,115 0,297 0,266 0,039 0,242 0,372 0,292 0,347 0,339 0,216 0,398 0,397 0,268 0,233 0,160 0,064 0,182 0,353 0,343 0,595 0,268 0,514 0,427 0,301 0,236 0,399 Keterangan Tidak valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid No. Soal 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. Tingkat validitas 0,323 0,260 0,259 0,130 0,575 0,394 0,414 0,405 0,458 0,309 0,348 0,234 0,182 0,155 0,145 0,137 0,258 0,387 0,399 0,336 0,484 0,417 0,236 0,004 0,085 0,233 Keterangan Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Berdasarkan tabel di atas, instrumen yang berjumlah 53 item pernyataan setelah diuji validitas dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 20 diketahui 43 terdapat 17 item pernyataan yang tidak valid. Item pernyataan yang tidak valid adalah yang memiliki r hitung lebih kecil dari r tabel untuk jumlah responden sebanyak 70 dengan taraf signifikasi 5% (r tabel = 0,235). Item-item pernyataan yang tidak valid digugurkan dan item pernyataan yang valid masih cukup mewakili masing-masing indikator yang ingin diungkapkan, sehingga instrumen penelitian ini masih layak digunakan. Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Setelah Divalidasi No. Skala Perilaku 1. DC Leadership (Kepemimpinan) “...organize, determine procedure, structure the classroom situation”. CD Helpful/Friendly (Membantu/Bersah abat) “... assist, be able to make a joke, behave in a friendly manner”. CS Understanding (Pengertian) “...emphatize, show confidence and understanding”. SC Student Freedom (Memberi Tanggung jawab/Kebebasan siswa) 2. 3. 4. Deskripsi Sejauh mana guru mengorganisasikan kelas. ... menentukan prosedur. ... menyusun situasi kelas Sejauh mana guru membantu siswa. ... bisa membuat lelucon. ... berperilaku ramah terhadap siswa. Sejauh mana guru berempati. ... menunjukkan keyakinan dan pengertian. Sejauh mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja mandiri. Item soal Jumlah soal 3, 4 2 6 1 7, 8, 9 3 10 1 12, 13 2 14 1 19 1 20, 21 2 22, 23, 24 3 44 No. Skala Perilaku ... memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada siswa. 5. “... give opportunity for independent work, give freedom and responsibility”. SO Uncertain (Ragu-ragu) “...Behave in an uncertain manner, admit one is in the wrong”. OS Dissatisfied (Tidak puas) “... express dissatisfaction, looks dissappointed, criticize”. Sejauh mana guru menunjukkan ketidakpuasan. ... tampak kecewa terhadap siswa. OD Admonishing (Menegur) “...correct, punish”. Sejauh mana guru selalu mengkoreksi siswa. ... suka menghukum/menyiksa siswa. Sejauh mana guru menjaga keheningan. 6. 7. 8. DO Strict (Disiplin) “...maintain silence, check.’. Deskripsi Sejauh mana guru berperilaku ragu-ragu. ... mengakui sebagai orang yang bersalah. ... mencela/mengkritik ... memeriksa siswa. Item soal Jumlah soal 25, 26, 27 3 28*, 29*, 30* 3 32* 1 33*, 34* 2 35*, 36* 37*, 38* 2 2 44* 1 45* 1 46*, 47*, 48* 49*, 50* 3 2 * Pernyataan negatif Setelah dilakukan uji validitas, pada item pernyataan yang telah valid dilakukan uji reliabilitas. Instrumen dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali (Widoyoko, 2014, hlm. 157). Untuk menguji reliabilitas dalam instrumen penelitian ini digunakan rumus koefisien Alpha (Cronbach’s) dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 20 for windows. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen di atas adalah sebagai berikut. 45 π πΊπΊπ πππ = ( ) (π − ) π−π πΊπ Keterangan: r11 = Nilai Reliabilitas ΣS1 = Jumlah varians skor tiap-tiap item S1 = Varians total k = Jumlah item (Riduwan, 2013, hlm. 115) Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak adalah dengan mengkonsultasikannya dengan harga kritik atau standar reliabilitas. Harga kritik indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Menurut Kaplan (1982) suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2014, hlm. 165). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumus koefisien Alpha (Cronbach’s) dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 20 for windows yang telah dikurangi dengan item pernyataan yang tidak valid, diperoleh nilai Alpha (Cronbach’s) sebesar r11 = 0,822. Dengan demikian diketahui bahwa instrumen tersebut reliabel. H. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami yang dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2006, hlm. 274). Penelitian ini bermaksud mencari tingkat hubungan interpersonal gurusiswa pada mata pelajaran kimia di kelas XI IPA di SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2015/2016, menganalisis perilaku dan profil interpersonal guru kimia yang teridentifikasi berdasarkan 46 dimensi dan skala perilaku menggunakan QTI dengan menggunakan prinsip pemodelan Rasch. Untuk mengetahui tingkat hubungan interpersonal guru-siswa, dilakukan tabulasi terhadap data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows untuk dideskripsikan dengan perhitungan statistik deskriptif. Dalam mendeskripsikan data disajikan mengenai skor tertinggi dan skor terendah dari masing-masing variabel, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standar deviasi) untuk setiap variabel berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Untuk mengetahui ratarata (mean) data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2007, hlm. 49): π΄π = ∑ ππ π Keterangan: Me : Mean (rata-rata) Σ : Epsilon (baca jumlah) xi : Nilai x ke i sampai ke n n : Jumlah individu Selanjutnya menghitung standar deviasi. Standar deviasi atau simpangan baku merupakan akar dari varians, dimana varians merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap rata-rata kelompok. Data ini digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Standar deviasi pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus (Sugiyono, 2007, hlm. 56-57): π=√ ∑(ππ − π Μ ) π π Keterangan: s : Standar deviasi (simpangan baku) Σ : Epsilon (baca jumlah) xi : Nilai x ke i sampai ke n π₯Μ : Rata-rata 47 n : Jumlah sampel Untuk mengetahui kecenderungan variabel hubungan interpersonal guru-siswa digunakan skor rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi). Untuk menghitung skor rata-rata ideal (Mi) digunakan rumus 1 2 (skor tertinggi + skor terendah) dan simpangan baku ideal (SDi) digunakan rumus 1 6 (skor tertinggi – skor terendah) (Sya’ban, 2005, hlm. 15). Kecenderungan skor tiap variabel dibagi menjadi empat kelompok (Sudijono, 2006, hlm. 174-175) yaitu: Tabel 3.6 Kategori Kecenderungan Variabel Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Interval Skor > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Selanjutnya, perilaku interpersonal guru pada penelitian ini dianalisis dengan pemodelan Rasch menggunakan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows untuk mengetahui keterkaitan antara responden dengan item pernyataan. Deskripsi data ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang terjadi antara responden dan perilaku guru yang terukur. Pemodelan Rasch menggunakan data skor per responden (person) dan data skor per item soal (item) secara bersama-sama. Kedua skor ini menjadi basis yang menunjukkan tingkat kemampuan individu dalam menjawab soal (pernyataan) yang diberikan dan tingkat kesulitan item soal. Dalam pemodelan Rasch, hasil data diinterpretasikan melalui peta konstruk. Peta konstruk adalah representasi visual yang memberikan konteks secara menyeluruh dan substantif pada isi konstruk-konstruk yang diukur, yang di dalamnya terkandung gambaran kontinum yang didapat dari pengukuran yang terdiri dari dua hal (Sumintono & Widhiarso, 2015, hlm. 21-22), yaitu: 1. Peta konstruk responden, dalam hal ini siswa yang menampilkan skor hubungan interpersonal dari peringkat terendah ke peringkat tertinggi. 48 2. Peta konstruk item soal, dalam hal ini berupa item pernyataan yang menunjukkan pola jawaban yang diberikan siswa terhadap masing-masing skala perilaku interpersonal guru yang terukur dari kategorisasi item pernyataan yang mudah ke item pernyataan yang sulit untuk dijawab (dipersepsi) oleh siswa. Selain menampilkan peta konstruk perilaku interpersonal guru, penelitian ini juga menyajikan analisis deskriptif perilaku interpersonal guru berupa data rata-rata (mean) dari tiap variabel yang terukur. Selanjutnya data yang diperoleh dicari presentasenya dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2013, hlm. 89): π·πππππππππ = ππππ πππππ × πππ% ππππ ππππππππ Adapun untuk mendapatkan profil interpersonal guru, dilakukan pemetaan persentase tiap variabel perilaku ke dalam representasi grafis dengan menggunakan radar chart dan bantuan perangkat lunak AutoCad 2016. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan delapan profil perilaku interpersonal guru menurut Wubbels, dkk. (2006). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian berupa analisis deskriptif tentang perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan persepsi siswa dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian 1. Kecenderungan Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang Selatan Data hasil survei 36 item pernyataan hubungan interpersonal guru kimia dan siswa kepada 472 siswa kelas XI IPA di 5 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan 5 SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan dianalisis menggunakan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows. Hasil analisis data hubungan interpersonal guru-siswa menurut persepsi siswa dirangkum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa Sampel Penelitian SMA Negeri dan Swasta SMA Negeri SMA Swasta Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa Rata-rata (Mean) Persentase (%) 106 58,9 104,9 58,3 109 60,6 Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan (lihat pada Lampiran 16 dan 17) disajikan klasifikasi hubungan interpersonal guru kimia dan siswa dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Klasifikasi Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan No. Interval Skor Ideal SMA Negeri dan Swasta Frekuensi Frekuensi Relatif (%) SMA Negeri SMA Swasta Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kategori 1 > 144 1 0,21 0 0 1 0,83 Sangat Baik 2 108 s.d. 144 220 46,61 155 44,16 65 53,72 Baik 50 3 72 s.d. < 108 251 53,18 196 55,84 55 45,45 4 < 72 0 0 0 0 0 0 Data yang tertera pada Tabel 4.2 menunjukkan Cukup Baik Tidak Baik bahwa kecenderungan hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan terdapat 1 siswa berada dalam kategori sangat baik, 220 siswa berada dalam kategori baik, 251 siswa berada pada kondisi cukup baik dan tidak ada siswa yang berada pada kategori tidak baik. Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan pada 472 responden menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa diperoleh rata-rata sebesar 106 terletak pada kelas interval skor (72 s.d. < 108) dengan kategori cukup baik, sehingga disimpulkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang Selatan berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui pula bahwa kecenderungan hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di SMA Negeri tidak terdapat siswa berada dalam kategori sangat baik, 155 siswa berada dalam kategori baik, 196 siswa berada pada kondisi cukup baik dan tidak ada siswa yang berada pada kategori tidak baik. Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan pada 351 responden menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa diperoleh rata-rata sebesar 104,9 terletak pada kelas interval skor (108 s.d. 144) dengan kategori cukup baik, sehingga disimpulkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan berada pada kategori cukup baik. Sedangkan pada hasil perhitungan statistik hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di SMA Swasta diketahui kecenderungan hubungan interpersonal guru-siswa terdapat 1 siswa berada dalam kategori sangat baik, 65 siswa berada dalam kategori baik, 55 siswa berada pada kondisi cukup baik dan tidak ada siswa yang berada pada 51 kategori tidak baik. Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan pada 121 responden menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa diperoleh rata-rata sebesar 109 terletak pada kelas interval skor (108 s.d. 144) dengan kategori baik, sehingga disimpulkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan berada pada kategori baik. Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan disajikan dalam diagram grafik di bawah ini. Persentase Skor Hubungan Interpersonal di SMA Negeri dan Swasta Kota Tangerang Selatan 65 58.9 60.6 58.3 60 55 50 Persentase (%) SMA Negeri dan Swasta SMA Negeri SMA Swasta Gambar 4.1 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan Selanjutnya, hasil perhitungan hubungan interpersonal guru kimia dan siswa berdasarkan analisis dengan pemodelan Rasch terhadap sepuluh SMA di Kota Tangerang Selatan ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Rata-rata Skor dan Persentase Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan No. Nama Sekolah 1 2 3 4 5 6 7 8 SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan SMA Darussalam Ciputat SMA Dua Mei SMA Muhammadiyah 8 Ciputat Rata-rata (mean) 107,2 99,8 113,6 98,8 106,8 115,9 107,3 113,6 Persentase (%) 59.6 55.4 63.1 54.9 59.3 64.4 59.6 63.1 52 9 10 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang SMA Triguna Utama 107,7 102,2 59.8 56.8 Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di sepuluh SMA di Kota Tangerang Selatan disajikan dalam diagram grafik di bawah ini. Persentase Hubungan Interpersonal di SMA Negeri dan Swasta Kota Tangerang Selatan 64.4 63.1 65 59.6 60 59.6 59.3 55.4 63.1 59.8 56.8 54.9 55 50 Persentase (%) SMA N 1 SMA N 3 SMA N 4 SMA N 8 SMA N 10 SMA Darussalam SMA Dua Mei SMA Muhammadiyah 8 SMA Muhammadiyah 25 SMA Triguna Utama Gambar 4.2 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di Sepuluh SMA di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan data dalam tabel dan grafik hubungan interpersonal guru-siswa pada mata pelajaran kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa persentase tertinggi dimiliki oleh SMA Darussalam Ciputat sebesar 63,92% dan SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan memiliki persentase terendah sebesar 56,04%. 2. Perilaku Interpersonal Guru Berdasarkan Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB) Mengenai perilaku interpersonal guru ditinjau dari dimensi pengaruh (influence) dan kedekatan (proximity) berdasarkan Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), hasil analisis dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows ditampilkan pada tabel di bawah ini. 53 Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Rata-rata Perilaku Interpersonal Guru Kimia Ditinjau dari Dimensi Pengaruh dan Dimensi Kedekatan Rata-rata (Mean) Persentase (%) SMA Negeri dan Swasta SMA Negeri SMA Swasta SMA Negeri dan Swasta SMA Negeri SMA Swasta Dominasi Guru 36,9 36,3 38,6 67,1 66,0 70,1 Kepatuhan Guru 24,8 24,9 24,7 49,6 49,8 49,4 Kerjasama Guru 26,3 25,7 27,9 75,1 73,4 79,7 Perlawanan Guru 18,0 18,0 17,8 45,0 45,0 44,5 Perilaku Interpersonal Guru Kimia Dimensi Pengaruh Dimensi Kedekatan a. Dimensi Pengaruh (Influence) Dimensi pengaruh (influence) menggambarkan siapa yang mengontrol atau mengarahkan proses komunikasi dan seberapa sering hal itu terjadi. Dimensi pengaruh (influence) terdiri atas dua sumbu dimensi yang berlawanan, yaitu dominasi (dominance) dan kepatuhan (submission). Masing-masing hasil temuan pada sumbu dimensi pengaruh dijelaskan sebagai berikut. 1) Sumbu Dimensi Dominasi (Dominance) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 11 item pernyataan dimensi dominasi guru kimia (lihat pada Lampiran 18 dan 19) diketahui bahwa skor tingkat dominasi guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 36,9 terletak pada kelas interval skor (33 s.d. 43.95) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 67,1%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 36,3 terletak pada kelas interval skor (33 s.d. 43.95) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 66,0%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 38,3 terletak pada kelas interval skor (33 s.d. 43.95) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 70,1%. 54 2) Sumbu Dimensi Kepatuhan (Submission) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 10 item pernyataan dimensi kepatuhan guru kimia kimia (lihat pada Lampiran 20 dan 21) diketahui bahwa skor tingkat kepatuhan guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 24,8 terletak pada kelas interval skor (20,75 s.d. < 30,5) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 49,6%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 24,9 terletak pada kelas interval skor (20,75 s.d. < 30,5) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 49,8%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 24,7 terletak pada kelas interval skor (20,75 s.d. < 30,5) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 49,4%. b. Dimensi Kedekatan (Proximity) Dimensi kedekatan (proximity) menunjukkan tingkat kerjasama atau kedekatan di antara guru dan siswa yang terlibat dalam proses komunikasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dimensi kedekatan (proximity) terdiri atas dua sumbu dimensi yang berlawanan, yaitu kerjasama (cooperation) dan oposisi/pertentangan (opposition). Masing-masing sumbu dimensi dijelaskan sebagai berikut. 1) Sumbu Dimensi Kerjasama (Cooperation) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 7 item pernyataan dimensi kerjasama guru kimia kimia (lihat pada Lampiran 22 dan 23) diketahui bahwa skor tingkat kerjasama guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 26,3 terletak pada kelas interval skor (21 s.d. 28,05) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 75,1%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 25,7 terletak pada kelas interval skor (21 s.d. 28,05) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 73,4%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 27,9 terletak pada kelas 55 interval skor (21 s.d. 28,05) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 79,7%. 2) Sumbu Dimensi Perlawanan (Opposition) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 8 item pernyataan dimensi perlawanan guru kimia kimia (lihat pada Lampiran 24 dan 25) diketahui bahwa skor tingkat kerjasama guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 18 terletak pada kelas interval skor (16,05 s.d. < 24) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 45,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 18 terletak pada kelas interval skor (16,05 s.d. < 24) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 45,0%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 17,8 terletak pada kelas interval skor (16,05 s.d. < 24) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 44,5%. Secara umum, hasil analisis menunjukkan bahwa guru kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan dipersepsi siswa cukup mendominasi (67,1%) dan sangat bekerja sama (75,1%) dengan siswa di dalam kelas, sebagaimana yang ditunjukkan pada diagram grafik di bawah ini. Perilaku Interpersonal Guru Kimia di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Sumbu Dimensi 80.0 75.1 67.1 49.6 60.0 45.0 40.0 20.0 0.0 Dominasi Kepatuhan Kerjasama Perlawanan Persentase (%) Gambar 4.3 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Sumbu Dimensi 56 Pada SMA Swasta, perilaku interpersonal guru kimia memiliki persentase lebih tinggi pada sumbu dimensi dominasi dan kerjasama dan lebih rendah pada sumbu dimensi kepatuhan dan perlawanan dibandingkan guru kimia di SMA Negeri. Persentase dimensi dominasi dan kerjasama serta kepatuhan dan perlawanan disajikan pada diagram grafik di bawah ini. Perilaku Interpersonal Guru Kimia Berdasarkan Sumbu Dimensi 80.0 73.4 66.0 70.2 79.7 49.8 49.4 60.0 45.0 44.5 40.0 20.0 0.0 Dominasi Kepatuhan Kerjasama Perlawanan Persentase (%) SMA Negeri SMA Swasta Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA Negeri dan SMA Swasta Berdasarkan Sumbu Dimensi Selanjutnya, mengenai hasil analisis terhadap perilaku interpersonal guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan ditinjau dari segi skala perilaku interpersonal guru disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Rata-rata dan Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan Rata-rata (Mean) 22,9 24,8 SMA Negeri dan Swasta 78,0 7,63 82,7 Membantu/Bersahabat 15,5 15,2 16,2 77,5 76,0 81,0 Pengertian 10,8 10,5 11,7 72,0 70,0 78,0 Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan pada Siswa 17,9 18,0 17,7 59,7 60,0 59,0 Ragu-ragu 6,9 6,9 6,9 34,5 34,5 34,5 Tidak Puas 14,1 14,0 14,3 47,0 46,7 47,7 Menegur Disiplin 3,9 13,5 4,1 13,4 3,6 13,8 39,0 54,0 41,0 53,6 36,0 55,2 Perilaku Interpersonal Guru Kimia Kepemimpinan SMA Negeri dan Swasta 23,4 Persentase (%) SMA Negeri SMA Swasta SMA Negeri SMA Swasta 57 a. Perilaku Kepemimpinan (DC) Perilaku kepemimpinan (leadership behaviour) dideskripsikan dengan memperhatikan apa yang terjadi di kelas, memimpin, mengorganisasikan, memberi perintah, menetapkan tugas, menentukan prosedur, menyusun situasi kelas, menjelaskan dan memegang perhatian siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 6 item pernyataan perilaku kepemimpinan (lihat pada Lampiran 26 dan 27) diketahui bahwa skor perilaku kepemimpinan guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 23,4 terletak pada kelas interval skor (18 s.d. 24) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 78,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 22,9 terletak pada kelas interval skor (18 s.d. 24) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 76,3%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 24,8 terletak pada kelas interval skor (> 24) dengan kategori sangat tinggi dan perolehan persentase sebesar 82,7%. b. Perilaku Membantu/Bersahabat (CD) Perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly behaviour) dideskripsikan dengan membantu, menunjukkan minat, bergabung, berperilaku ramah atau perhatian, bisa membuat lelucon, menginspirasi keyakinan dan kepercayaan. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 4 item pernyataan perilaku membantu/bersahabat (lihat pada Lampiran 28 dan 29) diketahui bahwa skor perilaku membantu/bersahabat guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 15,5 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. 16,05) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 77,5%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 15,2 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. 16,05) dengan kategori tinggi dan perolehan 58 persentase sebesar 76,0%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 16,2 terletak pada kelas interval skor (> 16,05) dengan kategori sangat tinggi dan perolehan persentase sebesar 81,0%. c. Perilaku Pengertian (CS) Perilaku pengertian (understanding behaviour) dideskripsikan dengan mendengarkan siswa dengan penuh minat, berempati, menunjukkan kepercayaan dan pengertian, menerima permintaan maaf, mencari cara untuk menyelesaikan perbedaan, bersabar, bersikap terbuka terhadap siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 3 item pernyataan perilaku pengertian (lihat pada Lampiran 30 dan 31) diketahui bahwa skor perilaku pengertian guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 10,8 terletak pada kelas interval skor (9 s.d. 12) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 72,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 10,5 terletak pada kelas interval skor (9 s.d. 12) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 70,0%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 11,7 terletak pada kelas interval skor (9 s.d. 12) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 78,0%. d. Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa (SC) Perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (student responsibility/freedom behaviour) dideskripsikan dengan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja mandiri, menunggu kelas diam, memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada siswa, dan menyetujui sesuatu yang dilakukan siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 6 item pernyataan perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (lihat pada Lampiran 32 dan 33) diketahui bahwa skor perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 17,9 terletak pada kelas 59 interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 59,7%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 18 terletak pada kelas interval skor (18 s.d. 24) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 60,0%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 17,7 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 59,0%. e. Perilaku Ragu-Ragu (SO) Perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) dideskripsikan dengan bersikap merendah, meminta maaf, menunggu dan melihat bagaimana arah proses pembelajaran dan mengakui kesalahan. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 4 item pernyataan perilaku ragu-ragu (lihat pada Lampiran 34 dan 35) diketahui bahwa skor perilaku ragu-ragu guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 6,9 terletak pada kelas interval skor (< 7,95) dengan kategori rendah dan perolehan persentase sebesar 34,5%. f. Perilaku Tidak Puas (OS) Perilaku tidak puas (dissatisfied behaviour) dideskripsikan dengan menunggu siswa diam, mempertimbangkan pendapat pro dan kontra, diam, menunjukkan ketidakpuasan, terlihat murung, bertanyatanya/ragu, dan mencela. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 6 item pernyataan perilaku tidak puas (lihat pada Lampiran 36 dan 37) diketahui bahwa skor perilaku tidak puas guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 14,1 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 47,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 14 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 46,7%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata 60 sebesar 14,3 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 47,7%. g. Perilaku Menegur (OD) Perilaku menegur (admonishing behaviour) dideskripsikan dengan gampang marah, memberikan siswa tugas, menampilkan ekspresi terganggu dan kemarahan, melarang siswa, selalu ingin benar, dan suka menghukum. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 2 item pernyataan perilaku menegur (lihat pada Lampiran 38 dan 39) diketahui bahwa skor perilaku menegur guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 3,9 terletak pada kelas interval skor (< 4,05) dengan kategori rendah dan perolehan persentase sebesar 39,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 4,1 terletak pada kelas interval skor (4,05 s.d. < 6) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 41,0%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 3,6 terletak pada kelas interval skor (< 4,05) dengan kategori rendah dan perolehan persentase sebesar 36,0%. h. Perilaku Disiplin (DO) Perilaku disiplin (strict behaviour) dideskripsikan dengan menjaga kendali yang ketat, memeriksa, menghakimi, menjaga kelas tetap diam, mempertahankan keheningan, bersikap tegas/disiplin, menetapkan aturan dan norma-norma yang tepat. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 5 item pernyataan perilaku disiplin (lihat pada Lampiran 40 dan 41) diketahui bahwa skor perilaku disiplin guru kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 13,5 terletak pada kelas interval skor (10,05 s.d. < 15) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 54,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 13,4 terletak pada kelas interval skor (10,05 s.d. < 15) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase 61 sebesar 53,6%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 13,8 terletak pada kelas interval skor (10,05 s.d. < 15) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 55,2%. Secara umum, hasil analisis terhadap perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan skala perilaku menunjukkan bahwa guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan dipersepsi siswa memiliki perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian dan memberi tanggung jawab/kebebasan kepada siswa lebih besar dibanding perilaku ragu-ragu, tidak puas, dan menegur. Namun, walaupun demikian, guru kimia SMA di Kota Tangerang tampak memiliki perilaku disiplin yang cukup tinggi. Persentase masingmasing perilaku interpersonal disajikan pada diagram grafik di bawah ini. Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan 78 77.5 80 72 59.7 47 60 34.5 54 39 40 20 0 Persentase (%) Kepemimpinan Membantu/Bersahabat Pengertian Memberi tanggung jawab Ragu-ragu Tidak Puas Menegur Disiplin Gambar 4.5 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Level Skala Perilaku Perbandingan terhadap hasil temuan pada guru kimia di SMA Negeri dan SMA Swasta menunjukkan bahwa guru kimia di SMA Swasta memiliki persentase perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian, dan disiplin lebih besar dibandingkan guru kimia di SMA Negeri. Guru kimia SMA Swasta juga dipersepsi siswa lebih tinggi pada perilaku tidak puas dan lebih rendah pada perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa dan perilaku menegur daripada guru kimia di 62 SMA Negeri. Sedangkan pada perilaku ragu-ragu, baik guru kimia di SMA Negeri dan guru kimia SMA Swasta memiliki persentase sama besar, meskipun masih terkategori rendah. Perbandingan persentase perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan level skala perilaku untuk SMA Negeri dan SMA Swasta disajikan dalam diagram grafik di bawah ini. Perbandingan Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA Negeri dan SMA Swasta 100 82.7 76.3 80 76 81 78 70 60 59 60 46.747.7 34.534.5 40 53.655.2 41 36 20 0 Persentase (%) SMA Negeri SMA Swasta Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA Negeri dan SMA Swasta Berdasarkan Level Skala Perilaku Selain perhitungan statistik, analisis pemodelan Rasch dengan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows juga menampilkan peta konstruk berupa interaksi item pernyataan di dalam angket yang diberikan dengan responden, dalam hal ini siswa/i kelas XI IPA SMA di Kota Tangerang Selatan. Peta konstruk diilustrasikan sebagai berikut. 63 Arah Peningkatan “X” Responden (Siswa) Respons terhadap Item Siswa dengan nilai “X” yang tinggi Respons pada item yang menunjukkan tingkatan “X” paling mudah Siswa dengan nilai “X” yang sedang Respons pada item yang menunjukkan tingkatan “X” sedang Siswa dengan nilai “X” yang rendah Respons pada item yang menunjukkan tingkatan “X” paling sulit Arah Penurunan “X” Gambar 4.7 Ilustrasi Peta Konstruk Pengukuran “X” Pada Gambar 4.7 tentang ilustrasi peta konstruk pengukuran “X” terlihat dua bagian besar, bagian kiri menjelaskan tingkatan yang terdapat pada responden, dalam hal ini konstruk yang tampak adalah tingkat skor hubungan interpersonal guru-siswa yang terukur pada tiap responden. Siswa dengan skor hubungan interpersonal guru-siswa yang tinggi terletak di bagian atas, sedangkan siswa dengan skor rendah terdapat di bagian bawah. Di sisi lain, bagian kanan berisi informasi respons siswa terhadap item pernyataan hubungan interpersonal guru-siswa. Semakin atas keberadaan item menunjukkan semakin mudah item dipersepsikan oleh siswa, sedangkan semakin bawah keberadaaan item menunjukkan semakin sulit item dipersepsikan oleh siswa. Berdasarkan hasil pengukuran dari angket hubungan interpersonal guru-siswa menggunakan analisis pemodelan Rasch, diperoleh peta konstruk item pernyataan hubungan interpersonal guru-siswa sebagai berikut. 64 Person - MAP - Item <more>||<frequ> 2 ++T DC2 || || . || CD4 || || 1 . || DC3 SC1 . ++S CD1 DC5 SC4 . || CS1 . T|| .# || .### || DC4 DC6 CD2 CD3 .##### S|| .###### 0 .########### DO3 CS3 OS6 CS2 DC1 SC3 || ++M OS2 .######## M|| .####### DO2 DO4 || .##### S|| ### || .## || SO4 SC2 SC5 OD1 .# T|| -1 . ++S . || DO5 OD2 || DO1 OS1 SC6 OS3 OS4 OS5 || || SO1 SO2 || || -2 SO3 ++T <less>||<rare> EACH "#" IS 8. EACH "." IS 1 TO 7 Gambar 4.8 Peta Konstruk Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan analisis pemodelan Rasch, delapan indikator (skala perilaku guru) yang dujikan dalam lembar angket hubungan interpersonal guru-siswa, yaitu skala perilaku kepemimpinan dengan kode “DC”, skala perilaku membantu/bersahabat dengan kode “CD”, skala perilaku pengertian dengan kode “CS”, skala perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa 65 dengan kode “SC”, skala perilaku ragu-ragu dengan kode “SO”, skala perilaku tidak puas dengan kode “OS”, skala perilaku menegur dengan kode “OD”, dan skala perilaku disiplin dengan kode “DO”. Kedelapan indikator tersebut terdapat di sebelah kanan pada peta konstruk, sedangkan pada sebelah kiri peta konstruk menjelaskan tingkat abilitas skor hubungan interpersonal guru-siswa yang diurutkan berdasarkan skala logit. Semakin tinggi posisi siswa yang telah diurutkan berdasarkan nilai logit, maka semakin besar pula skor hubungan interpersonal yang dipersepsikan. Sedangkan pada bagian kanan peta konstruk, semakin tinggi posisi item pernyataan, semakin rendah tingkat kesukaran responden (siswa) untuk menjawab item pernyataan tersebut, begitupula sebaliknya. Pada Gambar 4.8, hasil peta konstruk hubungan interpersonal gurusiswa menunjukkan terdapat beberapa perilaku interpersonal guru kimia yang mudah dipersepsi oleh siswa SMA di Kota Tangerang Selatan, di antaranya yaitu perilaku membantu/bersahabat (CD), perilaku pengertian (CS), dan perilaku kepemimpinan (DC). Hal ini dikarenakan posisi item pernyataan berada di atas logit 0, yang menandakan bahwa perilaku guru tersebut memiliki skor yang lebih banyak dibanding perilaku lainnya. Peta konstruk di atas juga menunjukkan perilaku interpersonal guru yang agak sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka dan memiliki nilai logit di bawah 0, yaitu perilaku menegur (OD) dan perilaku ragu-ragu (SO). Pada sisi bagian kiri dari peta konstruk menunjukkan posisi responden (siswa) yang disimbolkan dengan tanda ‘#’ dan ‘.’. Posisi siswa berada di antara logit -2 sampai 2. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa memiliki skor yang bervariasi dari paling rendah hingga paling tinggi. Pemaparan tiap skala perilaku interpersonal guru akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut. a. Perilaku Kepemimpinan (DC) Perilaku kepemimpinan (leadership behaviour) dideskripsikan dengan memperhatikan apa yang terjadi di kelas, memimpin, mengorganisasikan, memberi perintah, menetapkan tugas, menentukan 66 prosedur, menyusun situasi kelas, menjelaskan dan memegang perhatian siswa. Pada skala perilaku ini terdapat 6 item pernyataan yang dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. Secara umum, item pernyataan perilaku kepemimpinan guru berada pada posisi yang secara keseluruhan berada di atas logit 0. Hal ini menandakan perilaku kepemimpinan guru memiliki skor yang cukup tinggi dan dipersepsi dengan mudah oleh siswa (Gambaran peta konstruk perilaku kepemimpinan dapat dilihat pada lampiran 42). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru tahu semua hal yang terjadi di dalam kelas (DC1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia kadang-kadang mengetahui semua hal yang terjadi di dalam kelas. 2) Ketika guru masuk kelas, siswa harus memberi salam (DC2) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit 2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sangat mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia selalu mengharuskan siswa memberi salam ketika ia masuk kelas. 3) Guru memberikan langkah-langkah mengerjakan tugas kepada siswa (DC3) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di atas logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering memberikan langkah-langkah mengerjakan tugas kepada siswa. 67 4) Guru dapat menarik perhatian siswa dalam mengajar (DC4) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering dapat menarik perhatian siswa dalam mengajar. 5) Guru mengajar dengan bersemangat (DC5) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering mengajar dengan bersemangat. 6) Guru mampu memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran (DC6) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering untuk mampu memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. b. Perilaku Membantu/Bersahabat (CD) Perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly behaviour) dideskripsikan dengan membantu, menunjukkan minat, bergabung, berperilaku ramah atau perhatian, bisa membuat lelucon, menginspirasi keyakinan dan kepercayaan. Pada skala perilaku ini terdapat 4 item pernyataan yang dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. Secara umum, item pernyataan perilaku membantu/bersahabat guru berada pada posisi yang secara keseluruhan berada di atas logit 0. Hal ini menandakan perilaku membantu/bersahabat guru memiliki skor yang cukup tinggi dan dipersepsi dengan mudah oleh siswa (Gambaran peta konstruk perilaku membantu/bersahabat dapat dilihat pada 68 lampiran 43). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru memberikan perhatian ketika siswa tidak mengerti penjelasannya dengan baik (CD1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering memberikan perhatian ketika siswa tidak mengerti penjelasannya dengan baik. 2) Guru memiliki selera humor ketika sedang mengajar (CD2) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering memiliki selera humor ketika sedang mengajar. 3) Guru dapat diajak bercanda ketika pembelajaran berlangsung (CD3) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering mengajak siswa bercanda ketika pembelajaran berlangsung. 4) Guru bersikap ramah kepada siswa (CD4) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 1 dan 2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering bersikap ramah terhadap siswa. c. Perilaku Pengertian (CS) Perilaku pengertian (understanding behaviour) dideskripsikan dengan mendengarkan siswa dengan penuh minat, berempati, menunjukkan kepercayaan dan pengertian, menerima permintaan maaf, 69 mencari cara untuk menyelesaikan perbedaan, bersabar, bersikap terbuka terhadap siswa. Pada skala perilaku ini terdapat 3 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. Secara umum, item pernyataan perilaku pengertian guru berada pada posisi yang secara keseluruhan berada di atas logit 0. Hal ini menandakan perilaku pengertian guru memiliki skor yang cukup tinggi dan dipersepsi dengan cukup mudah oleh siswa (Gambaran peta konstruk perilaku pengertian dapat dilihat pada lampiran 44). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru mau membantu jika siswa membutuhkan sesuatu (CS1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi mendekati logit 1, yang menunjukkan perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering membantu jika siswa membutuhkan sesuatu saat pembelajaran berlangsung. 2) Guru tahu jika siswa tidak mengerti apa yang dia jelaskan (CS2) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di atas logit 0, yang menandakan perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering mengetahui jika siswa tidak mengerti apa yang dia jelaskan. 3) Guru memahami kemampuan siswa dalam pelajaran kimia (CS3) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menandakan perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering memunculkan perilaku memahami kemampuan siswa dalam pelajaran kimia saat pembelajaran berlangsung. 70 d. Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa (SC) Perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (student responsibility/freedom behaviour) dideskripsikan dengan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja mandiri, menunggu kelas diam, memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada siswa, dan menyetujui sesuatu yang dilakukan siswa. Pada skala perilaku ini terdapat 6 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. Secara umum, perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru dipersepsi siswa dengan cukup bervariasi dari tingkatan mudah hingga sulit. Hal ini tampak pada posisi item pernyataan yang secara keseluruhan berada di antara logit -1 dan logit 2 (Gambaran peta konstruk perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa dapat dilihat pada lampiran 45). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (SC1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di atas logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. 2) Guru memperbolehkan siswa memilih sendiri tugas-tugas yang menarik baginya (SC2) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang memperbolehkan siswa memilih sendiri tugas-tugas yang menarik baginya saat proses belajar mengajar berlangsung. 71 3) Guru mempercayai siswa dalam pengerjaan tugas di luar kelas (SC3) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering mempercayai siswa dalam pengerjaan tugas di luar kelas. 4) Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman dalam mengerjakan tugas (SC4) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit 1, yang menunjukkan perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering memberikan kebebasan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman dalam mengerjakan tugas. 5) Guru tidak memberikan tugas kepada siswa ketika ia tidak hadir di kelas (SC5) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan -1, senada dengan kode perilaku SC2, yang menunjukkan perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang tidak memberikan tugas ketika ia tidak hadir di kelas (guru kimia relatif sering memberi tugas kepada siswa ketika ia tidak hadir di kelas). 6) Guru memberi siswa banyak kebebasan dalam memilih materi belajar (SC6) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi mendekati logit -1, yang menunjukkan perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru jarang memberi siswa kebebasan dalam memilih materi belajar. 72 e. Perilaku Ragu-ragu (SO) Perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) dideskripsikan dengan bersikap merendah, meminta maaf, menunggu dan melihat bagaimana arah proses pembelajaran dan mengakui kesalahan. Pada skala perilaku ini terdapat 4 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan pemodelan Rasch, tampak bahwa perilaku ragu-ragu guru merupakan perilaku yang memiliki skor paling rendah dibanding perilaku lainnya. Peta konstruk menunjukkan posisi item pernyataan perilaku ini berada di bawah logit 0 hingga mendekati logit -2 (Gambaran peta konstruk perilaku ragu-ragu dapat dilihat pada lampiran 46). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru ragu-ragu dalam menyampaikan materi pelajaran (SO1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit -1 dan -2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang ragu-ragu dalam menyampaikan materi pelajaran. 2) Guru terlihat tidak yakin ketika ditanya siswa (SO2) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit -1 dan -2, senada dengan kode perilaku SO1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang terlihat tidak yakin ketika ditanya siswa. 3) Guru terlihat bingung dan kurang siap akan materi yang akan diajarkan (SO3) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi sangat mendekati logit -2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sangat sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini 73 menandakan guru kimia hampir tidak pernah terlihat bingung dan kurang siap akan materi yang akan diajarkan di dalam kelas. 4) Guru merasa khawatir jika siswa tidak mengerjakan tugas/PR (SO4) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang khawatir saat siswa tidak mengerjakan tugas atau PR. f. Perilaku Tidak Puas (OS) Perilaku tidak puas (dissatisfied behaviour) dideskripsikan dengan menunggu siswa diam, mempertimbangkan pendapat pro dan kontra, diam, menunjukkan ketidakpuasan, terlihat murung, bertanyatanya/ragu, dan mencela. Pada skala perilaku ini terdapat 6 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. Secara umum, perilaku tidak puas guru dipersepsi siswa dengan cukup bervariasi dari tingkatan mudah hingga sulit. Hal ini tampak pada posisi item pernyataan yang berada di antara logit 1 dan logit -2 (Gambaran peta konstruk perilaku tidak puas dapat dilihat pada lampiran 47). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru menunjukkan sikap tidak puas terhadap pekerjaan siswa (OS1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi mendekati logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang menunjukkan sikap tidak puas terhadap pekerjaan siswa. 74 2) Guru sering merasa curiga bahwa siswa mencontek (OS2) Dari hasil pengukuran item perilaku ini berada pada posisi logit 0, yang menunjukkan bahwa perilaku ini agak mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia kadang-kadang merasa curiga bahwa siswa mencontek. 3) Menurut guru, siswa tidak tahu apa-apa tentang materi yang diajarkan (OS3) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi mendekati logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang merasa siswa tidak tahu apa-apa tentang materi yang diajarkan. 4) Guru menganggap siswa tidak mampu mengerjakan tugas dengan benar (OS4) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di bawah logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang menganggap siswa tidak mampu mengerjakan tugas dengan benar. 5) Guru sering mengancam siswa dengan hukuman (OS5) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di bawah logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang mengancam siswa dengan hukuman. 6) Guru sering menegur siswa yang melanggar aturan (OS6) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menandakan perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering menegur siswa yang melanggar aturan. 75 g. Perilaku Menegur (OD) Perilaku menegur (admonishing behaviour) dideskripsikan dengan gampang marah, memberikan siswa tugas, menampilkan ekspresi terganggu dan kemarahan, melarang siswa, selalu ingin benar, dan suka menghukum. Pada skala perilaku ini terdapat 2 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan pemodelan Rasch, peta konstruk perilaku menegur guru menunjukkan posisi item pernyataan berada di bawah logit -1 dan di atas logit -1 (Gambaran peta konstruk perilaku menegur dapat dilihat pada lampiran 48). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut 1) Guru terlalu cepat menegur siswa ketika siswa berbuat salah (OD1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di bawah logit 0 mendekati logit -1, yang menunjukkan perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang menegur siswa dengan cepat ketika mereka berbuat salah. 2) Guru mudah berkomentar sinis terhadap siswa (OD2) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di bawah logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia hampir tidak pernah dengan mudah berkomentar sinis terhadap siswa. h. Perilaku Disiplin (DO) Perilaku disiplin (strict behaviour) dideskripsikan dengan menjaga kendali yang ketat, memeriksa, menghakimi, menjaga kelas tetap diam, mempertahankan keheningan, bersikap tegas/disiplin, menetapkan aturan dan norma-norma yang tepat. Pada skala perilaku ini terdapat 5 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows. 76 Secara umum, perilaku disiplin guru dipersepsi siswa dengan cukup bervariasi dari tingkatan mudah hingga sulit. Hal ini tampak pada posisi item pernyataan yang secara keseluruhan berada di antara logit 2 dan logit 1 (Gambaran peta konstruk perilaku kepemimpinan dapat dilihat pada lampiran 49). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru membuat siswa merasa takut selama kegiatan pembelajaran berlangsung (DO1) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit -1 dan -2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia hampir tidak pernah membuat siswa merasa takut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2) Guru suka mengawasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan serius (DO2) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia cukup sering mengawasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan serius. 3) Guru tampak serius dalam mengajar (DO3) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi mendekati logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering tampak serius ketika sedang mengajar. 4) Guru sangat keras menuntut siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas (DO4) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi mendekati logit 0, yang menunjukkan perilaku ini agak mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini 77 menandakan guru kimia kadang-kadang sangat keras menuntut siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas. 5) Guru membuat siswa takut masuk kelas jika belum menyelesaikan PR (DO5) Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di bawah logit 0 mendekati logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang membuat siswa takut masuk kelas jika belum menyelesaikan PR. 3. Profil Guru Kimia SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan Dalam data hasil penyebaran angket hubungan interpersonal gurusiswa, terdapat delapan perilaku guru yang dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows menggunakan prinsip pemodelan Rasch. Persentase masing-masing perilaku interpersonal guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia Perilaku Interpersonal Guru SMA Negeri dan Swasta SMA Negeri SMA Swasta DC Kepemimpinan 78,0 76,3 82,7 CD Membantu/ Bersahabat 77,5 72,0 76,0 70,0 81,0 78,0 59,7 60,0 59,0 34,5 47,0 39,0 54,0 34,5 46,7 41,0 53,6 34,5 47,7 36,0 55,2 CS Pengertian SC Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa SO Ragu-ragu OS Tidak Puas OD Menegur DO Disiplin Berdasarkan data yang tertera dalam Tabel 4.6, masing-masing skala perilaku interpersonal guru dapat digambarkan representasi grafis profil interpersonal guru dalam radar chart dan representasi grafis menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCad 2016 sebagai berikut. 78 D 100 78 80 O-D 60 54 40 20 O 0 39 47 34.5 77.5 D-C 72 C 59.67 S-O C-S S Gambar 4.9 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan D 100.0 80.076.3 O-D 60.0 54 40.0 20.0 O 41 0.0 47 34.5 D-C 76.0 70 C 60.00 S-O C-S S Gambar 4.10 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan O-D O D 100.0 82.7 80.0 60.0 55 40.0 20.0 36 0.0 48 34.5 S-O D-C 81.0 78 C 59.00 C-S S Gambar 4.11 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan 79 Pada grafik radar chart berturut-turut masing-masing sumbu menerangkan persentase perilaku guru yang teridentifikasi. Sumbu D menerangkan perilaku kepemimpinan, sumbu D-C menerangkan perilaku membantu/bersahabat, sumbu C menerangkan perilaku pengertian, sumbu C-S menerangkan perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa, sumbu S menerangkan perilaku ragu-ragu, sumbu S-O menerangkan perilaku tidak puas, sumbu O menerangkan perilaku menegur dan sumbu O-D menerangkan perilaku disiplin. Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCAD, masing-masing sumbu ditarik ke arah sumbu lain hingga membentuk daerah arsir seperti yang tampak pada Gambar 4.9, Gambar 4.10, dan Gambar 4.11. Sumbu D ditarik ke arah sumbu D-C membentuk daerah arsir perilaku kepemimpinan (DC), sumbu D-C ditarik ke arah sumbu C membentuk daerah arsir perilaku membantu/bersahabat (CD), sumbu C ditarik ke arah sumbu C-S membentuk daerah arsir perilaku pengertian (CS), sumbu C-S ditarik ke arah sumbu S membentuk daerah arsir perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa (SC), sumbu S ditarik ke arah sumbu S-O membentuk daerah arsir perilaku ragu-ragu (SO), sumbu S-O ditarik ke arah sumbu O membentuk daerah arsir perilaku tidak puas (OS), sumbu O ditarik ke arah sumbu O-D membentuk daerah arsir perilaku menegur (OD), dan sumbu O-D ditarik ke arah sumbu D membentuk daerah arsir perilaku disiplin (DO). Profil perilaku interpersonal guru dalam kelas kimia di SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan dari hasil representasi grafis menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCad 2016 diinterpretasikan ke dalam profil perilaku interpersonal guru menurut Wubbels, dkk. (2006) termasuk ke dalam profil guru otoritatif. Pada hasil representasi grafis yang tampak di SMA Negeri dan Swasta, guru kimia di maing-masing sekolah ini juga teridentifikasi ke dalam profil guru otoritatif. Adapun mengenai profil masing-masing guru (lihat pada Lampiran 38), hasil representasi grafis dengan menggunakan perangkat lunak AutoCAD 2016 menampilkan bahwa delapan dari sepuluh guru kimia 80 memiliki profil guru otoritatif, sedangkan guru kimia lainnya memiliki profil guru direktif dan profil guru membosankan. B. Pembahasan Komunikasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi hubungan interpersonal guru dan siswa. Komunikasi yang efektif membentuk interaksi yang baik antara guru dan siswa, yang pada akhirnya akan menyebabkan suksesnya pengajaran yang terjadi di dalam kelas (Goh, 1994, hlm. 30). Sebagai bentuk komunikasi yang serius, mengajar menuntut guru untuk tahu bagaimana mengkomunikasikan informasi, memimpin diskusi, memberi pertanyaan, menunggu jawaban, mempersiapkan rencana pembelajaran, menulis bahan pengajaran, dan lain sebagainya (Tuckman, 1995, hlm.177). Hasil temuan dari berbagai penelitian mengindikasikan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa telah menjadi kekuatan yang cukup potensial dan berpengaruh dalam proses pembelajaran siswa sehingga penting sekali bagi guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal guru-siswa yang positif dan menciptakan hubungan dekat dengan siswa untuk memfasilitasi proses pembelajaran (Goh, 1994, hlm. 39). Dalam penelitian ini, hubungan interpersonal dianalisis berdasarkan persepsi siswa tentang delapan perilaku guru, yaitu perilaku kepemimpinan, perilaku membantu/bersahabat, perilaku pengertian, perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa, perilaku ragu-ragu, perilaku tidak puas, perilaku menegur, dan perilaku disiplin. Dari persepsi siswa terhadap delapan perilaku ini akan diketahui bagaimana hubungan interpersonal guru-siswa yang terjadi di SMA di Kota Tangerang Selatan, perilaku interpersonal guru yang teridentifikasi selama proses belajar mengajar berlangsung berdasarkan persepsi siswa dan profil guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan berdasarkan representasi grafis perilaku interpersonal guru yang terukur dengan menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCAD 2016 yang akan dijelaskan sebagai berikut. 81 1. Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang Secara umum, hasil analisis terhadap data variabel hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di kelas XI IPA SMA di Kota Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2015/2016 diperoleh rata-rata (mean) sebesar 106 yang terletak pada kelas interval skor (72 s.d. < 108) dengan persentase sebesar 58,89%. Pada SMA Negeri hasil yang ditemukan menunjukkan hubungan interpersonal memiliki mean sebesar 104,9 terletak pada kelas interval skor (108 s.d. 144) dengan persentase sebesar 58,28%. Sedangkan pada SMA Swasta hubungan interpersonal guru kimia dan siswa memiliki mean sebesar 109 terletak pada kelas interval skor (108 s.d. 144) dengan persentase sebesar 60,56%. Berdasarkan kriteria interpretasi skor, hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Negeri terkategori cukup baik, sedangkan guru kimia di SMA Swasta terkategori baik. Persentase hubungan interpersonal guru kimia di SMA Swasta lebih tinggi daripada hubungan interpersonal guru kimia di SMA Negeri. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Swasta lebih baik dibandingkan guru kimia di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan. Hubungan interpersonal yang positif ditunjukkan dengan persepsi siswa terhadap guru yang memiliki dimensi dominasi (pengaruh) tinggi dan dimensi kerjasama (kedekatan) tinggi, yang menjadi faktor penting dalam menciptakan sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran yang diajarkan (den Brok, Fisher, & Koul, 2005, hlm. 15). Pada SMA Swasta hubungan interpersonal guru kimia dan siswa terkategori baik, sedangkan guru kimia di SMA Negeri yang hanya terkategori cukup baik. Hal ini tampaknya disebabkan lebih tingginya tingkat kerjasama dan dominasi pada guru kimia di SMA Swasta daripada guru kimia di SMA Negeri (lihat pada Gambar 4.4), sehingga hubungan interpersonal guru-siswa pada mata pelajaran kimia di SMA Swasta lebih baik dibandingkan guru kimia di SMA Negeri. 82 Adapun berdasarkan hasil skor rata-rata hubungan interpersonal guru-siswa di sepuluh sekolah yang menjadi sampel penelitian diketahui bahwa SMA Darussalam Ciputat memiliki persentase tertinggi di antara sekolah lain yaitu sebesar 63,92% dan SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan menempati posisi terendah sebesar 56,04%. Namun, secara umum, masing-masing sekolah memiliki hubungan interpersonal cukup baik dibuktikan dengan persentase yang berada di atas 50%. 2. Perilaku Interpersonal Guru Kimia Berdasarkan Persepsi Siswa Kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang Analisis terhadap perilaku interpersonal guru menunjukkan bahwa guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan cukup berpengaruh dan cukup dekat dengan siswa yang diajarnya. Lebih jelasnya, guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan dipersepsi siswa cukup mendominasi dan sangat bekerja sama (dominasi = 67,09%, kerjasama = 75,14%). Meskipun sangat bekerja sama, guru dipersepsi siswa berperilaku cukup disiplin dengan persentase sebesar 54% (lihat pada Gambar 4.5). Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun memiliki tingkat kerja sama yang cukup besar, guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan masih mempertahankan perilaku dominasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Hal ini senada dengan temuan Maulana, dkk. (2011) pada guru SMP di kelas Matematika dan Bahasa Inggris. Ukuran kelas yang cukup besar yang ada di Sekolah Menengah di Indonesia kemungkinan menjadi faktor penyebab terjadinya hal ini (Maulana, dkk. 2011, hlm. 45). Pada level dimensi perilaku, guru yang bekerja sama dan mendominasi tampak berkontribusi pada sikap siswa yang menyenangkan terhadap mata pelajaran, sedangkan perilaku perlawanan dan kepatuhan guru yang memiliki efek sebaliknya (Fisher & Rickards, 1995, hlm. 11). Berdasarkan grafik perilaku interpersonal guru kimia yang ditampilkan pada Gambar 4.3 dan 4.4 diketahui bahwa baik di SMA Negeri dan SMA Swasta, guru kimia memiliki dimensi kerjasama dan dominasi yang cukup tinggi dan sebaliknya rendah pada dimensi perlawanan dan kepatuhan. Hal 83 ini menandakan bahwa guru kimia memiliki kecenderungan cukup besar untuk mampu membuat siswa senang terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Hasil analisis pada level skala perilaku interpersonal guru menunjukkan bahwa guru kimia SMA Negeri dan Swasta di Kota Tangerang Selatan memiliki perilaku interpersonal positif (perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian, memberi tanggung jawab dan kebebasan pada siswa) yang lebih besar dibandingkan perilaku interpersonal negatif (perilaku ragu-ragu, tidak puas, menegur, dan disiplin). Hal ini mengindikasikan bahwa guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk membantu siswa termotivasi dalam belajar dan mendapatkan pencapaian hasil belajar yang baik di sekolah karena guru memiliki perilaku interpersonal yang mendukung sebagaimana yang dijelaskan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Reid & Fisher (2008). Reid & Fisher mengemukakan bahwa perilaku guru yang menunjukkan kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian dan memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada siswa memberi pengaruh yang positif kepada siswa untuk termotivasi dan berhasil dalam pelajaran sains serta memberi pengaruh positif terhadap proses pembelajaran sains di kelas (Reid & Fisher, 2008, hlm. 442-443). Analisis yang dilakukan terhadap perilaku interpersonal guru kimia pada masing-masing jenis sekolah menunjukkan bahwa guru kimia di SMA Swasta memiliki perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, dan pengertian (DC = 82,7%, CD = 81%, CS = 78%) lebih tinggi dibandingkan guru kimia di SMA Negeri (DC = 76,3%, CD = 76%, CS = 70%). Hal ini dapat menjadi sebuah indikasi bahwa guru kimia di SMA Swasta memiliki kecenderungan lebih besar untuk dapat memotivasi siswa berhasil dalam pelajaran kimia. Meskipun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini. 84 Secara lebih detail, peta konstruk hasil analisis pemodelan Rasch menunjukkan bahwa item-item pernyataan perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, dan pengertian guru teridentifikasi berada di atas logit 0 hingga logit 2, menandakan bahwa perilaku-perilaku tersebut memiliki skor cukup tinggi dan dipersepsi siswa cukup sering atau selalu tampak pada guru kimia di SMA Negeri dan Swasta di Kota Tangerang Selatan. Sedangkan pada item-item pernyataan perilaku guru ragu-ragu dan menegur teridentifikasi berada di bawah logit 0 hingga mendekati logit -2, menandakan bahwa perilaku-perilaku tersebut memiliki skor rendah dan dipersepsi siswa jarang atau hampir tidak pernah tampak pada perilaku guru kimia di SMA Negeri dan Swasta di Kota Tangerang Selatan. 3. Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan persepsi siswa kelas XI IPA SMA di Kota Tangerang Selatan, guru kimia teridentifikasi memiliki profil guru otoritatif. Profil guru otoritatif dikarakterisasikan dengan perilaku guru yang cukup mendominasi (Maulana, dkk. 2011, hlm. 35) dan memiliki pola dimensi kerjasama (kedekatan) yang relatif tinggi (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 12). Dari hasil pemetaan peta konstruk item pernyataan mengenai perilaku interpersonal guru kimia dengan menggunakan prinsip pemodelan Rasch diketahui bahwa guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan yang teridentifikasi sebagai guru otoritatif dideskripsikan sebagai guru yang cukup mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran serta memiliki selera humor ketika ia sedang mengajar. Guru tampak cukup mengetahui kemampuan siswa dalam pemahaman terhadap konsep kimia dan mau membantu siswa ketika mereka menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran. Siswa dalam lingkungan belajar dengan guru kimia yang otoritatif jarang diberikan kesempatan untuk memilih tugas-tugas yang mereka inginkan. Guru cukup sering memberikan tugas ketika ia tidak hadir di dalam kelas dan memperbolehkan siswa untuk saling berdiskusi dalam 85 mengerjakannya. Ketika guru masuk ke dalam kelas, siswa diharuskan untuk mengucapkan salam. Lingkungan pembelajaran di kelas dengan guru otoritatif sering kali tampak serius karena adanya pengawasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa ketika pembelajaran berlangsung. Guru cukup sering menegur siswa yang melanggar aturan, namun tidak dengan perkataan yang sinis ataupun mengancam siswa dengan hukuman. Guru kimia jarang tampak ragu-ragu dan tidak yakin dalam menyampaikan materi pelajaran ataupun ketika ditanya oleh siswa. Guru selalu penuh persiapan dalam mengajarkan materi pelajaran. Guru kimia menganggap siswa mampu untuk mengerjakan tugas dengan benar sehingga seringkali tidak merasa khawatir apabila siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Meskipun demikian, guru kadang-kadang merasa curiga terdapat siswa yang mencontek ketika mengerjakan tugas. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan interpersonal guru kimia dan siswa, mengetahui perilaku interpersonal guru kimia di dalam kelas berdasarkan level dimensi influence (pengaruh) dan proximity (kedekatan) dan level skala perilaku interpersonal guru dalam Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), serta mengidentifikasi profil perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan persepsi siswa kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang Selatan.. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di Kelas XI IPA di SMA di Kota Tangerang Selatan terkategori cukup baik dengan persentase sebesar 58,89%. Hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Negeri terkategori cukup baik dengan persentase sebesar 58,28%, sedangkan hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Swasta terkategori baik dengan persentase sebesar 60,56%. 2. Berdasarkan Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan pada level dimensi pengaruh dan kedekatan diketahui cukup mendominasi dan sangat bekerja sama ketika mengajar di dalam kelas. Sedangkan pada level skala perilaku, guru kimia memiliki perilaku interpersonal positif (kepemimpinan, membantu/bersahabat, dan pengertian) lebih tinggi dibanding perilaku yang berlawanan. 3. Berdasarkan pemetaan perilaku ke dalam diagram segi delapan MITB, guru kimia di Kota Tangerang Selatan teridentifikasi ke dalam profil perilaku interpersonal guru otoritatif. 87 B. Saran Sebagai bahan tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1. Persepsi siswa kadang tidak menampakan kondisi lingkungan kelas yang sebenarnya karena faktor-faktor pada diri pemersepsi. Penelitian lanjutan yang disertai dengan observasi kelas, wawancara atau analisis berdasarkan persepsi guru perlu dilakukan untuk memvalidasi hasil temuan pada penelitian ini. 2. Tingginya perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, dan pengertian yang diperoleh dalam hasil penelitian ini tidak serta merta dapat menjelaskan bahwa guru kimia mampu memotivasi dan membuat siswa menyukai dan berhasil dalam pelajaran kimia, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi hal ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Diakses dari http://www.bsnp-indonesia.org/../Standar_Isi.pdf pada tanggal 8 September 2016. Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson Education Inc. Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Den Brok, P., Fisher, D., & Koul, R. (2005). The Importance of Teacher Interpersonal Behaviour for Secondary Science Students' Attitudes in Kashmir. Journal of Classroom Interaction Vol. 40, No. 2, 5-19. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fisher, D., & Rickards, T. (1998). Associations Between Teacher-Student Interpersonal Behaviour and Student Attitude to Mathematics. Mathematics Education Research Journal Vol. 10 No. 1, 3-15. Goh, S. C. (1994). Introducing A Model of Interpersonal Teacher Behaviour. Journal Teaching and Learning Vol. 15 No.1, 30-40. Hidayat, D. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu. 89 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud. Maulana, R. dkk. (2011). Teacher-Student Interpersonal Relationship in Indonesia: Profiles and Importance to Student Motivation. Asia Pasific Journal of Education, 33-49. Maulana, R. dkk. (2012). Teacher-Student Interpersonal Relationships in Indonesian Lower Secondary Education: Teacher and Student Perceptions. Learning Environment Research Vol. 15, 251-271. Mulyasa, E. (2014). Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. National Science Teachers Association. (2003). Standards for Science Teacher Preparation. Arlington, VA: National Science Teachers Association. Diakses https://www.nsta.org/preservice/docs/NSTAstandards2003.pdf dari pada tanggal 01 Januari 2016. Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Reid, C., & Fisher, D. (2008). Teacher Interpersonal Behaviour: Its Influence on Student Motivation in Science. Proceedings of the Fifth International Conference on Science, Mathematics and Technology Education Udon Thani, Thailand (pp. 437-45). Perth: Key Centre for School Science and Mathematics. Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Robbins, S. P. (2001). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo. 90 Rohim, S. (2009). Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sya’ban, A. (2005). Teknik Analisis Data Penelitian: Aplikasi Program SPSS dan Teknik Menghitungnya. Pelatihan Metode Penelitian Universitas Prof. Dr. Hamka, pp. 1-69. Sudijono, Anas. (2006). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2014). Aplikasi Model Rasch Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Edisi Revisi. Cimahi: Tri Komunikata Publishing House. Susiwi. (2007). Handout Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syukri. (1999). Kimia Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB. Tuckman, B. W. (1995). The Interpersonal Teacher Model. The Educational Forum Volume 59, 177-185. Usman, M. U. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Van Petergem, K. dkk. (2005). Relationship Between Teacher Characteristics, Interpersonal Teacher Behaviour and Teacher Wellbeing. Journal of Classroom Interaction, 34-43. Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Penerbit ANDI. 91 Widoyoko, E. P. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wubbels, T., & Brekelmans, M. (2005). Two Decades of Research on TeacherStudent Relationship in Class. International Journal of Educational Research Volume 43, 6-24. Wubbels, T. dkk. (2006). An Interpersonal Perspective on Classroom Management in Secondary Classrooms in the Netherlands. In T. Wubbels, M. Brekelmans, P. d. Brok, & J. Tartwijk, Handbook of Classroom Management: Research, Practice, and Contemporary Issues (pp. 11611191). Mahawn NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Wubbels, T. dkk. (2015). Teacher-Student Relationships and Classroom Management. In E. T. Emmer, & E. J. Sabornie, Handbook of Classroom Management: Second Edition (pp. 363-386). New York: Routledge. LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian Sebelum Diuji Coba ANGKET TENTANG PERSEPSI SISWA TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL GURU-SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA Identitas Responden 1. Nama Siswa : ____________________________________________ 2. Jenis Kelamin Siswa : Pria/Wanita (coret salah satu) 3. Usia : ________ tahun 4. Nama Sekolah : ____________________________________________ 5. Jenis Kelamin Guru : Pria/Wanita (coret salah satu) PETUNJUK PENGISIAN Angket ini berisi tentang bagaimana kondisi lingkungan belajar yang kamu alami PADA SAAT INI serta bagaimana perilaku dan interaksi guru mata pelajaran kimia di kelasmu. Bacalah semua pertanyaan dengan seksama kemudian jawablah pilihan yang sesuai dengan kondisimu dengan sejujur-jujurnya. Jawaban yang kamu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dilihat oleh guru atau siapapun juga di sekolahmu. Lingkarilah angka yang kamu anggap paling sesuai dengan kondisimu. Apabila kamu ingin mengganti jawaban yang sudah kamu lingkari, berilah tanda garis dua (β) pada jawaban awalmu itu, lalu lingkarilah pilihan lain. Contoh: Menurut saya, bermain bola itu ... 1- Tidak menyenangkan 3- Menyenangkan 2- Agak menyenangkan 4- Sangat menyenangkan Di bawah ini adalah pernyataan mengenai interaksi antara guru kimia dengan kelasmu. Berikan untuk setiap pernyataan, mana yang paling sesuai dengan kondisi guru di kelasmu selama pelajaran berlangsung. Lingkarilah pilihan yang sesuai antara 1 (Tidak pernah) sampai 5 (Selalu) di kolom yang telah disediakan. Keterangan: TP = Tidak pernah JR = Jarang KK = Kadang-kadang SR = Sering SL = Selalu No. Pernyataan Skala Interaksi guru TP JR KK SR SL 1. Guru ini adalah seorang pemimpin yang baik. 1 2 3 4 5 2. Guru ini tegas dan berwibawa. 1 2 3 4 5 3. Guru tahu semua hal yang terjadi di dalam kelas. 1 2 3 4 5 4. Ketika guru masuk kelas, siswa harus memberi salam. 1 2 3 4 5 5. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan baik dan runut. 1 2 3 4 5 6. Guru memberikan langkah-langkah mengerjakan tugas kepada siswa. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 12. Guru dapat menarik perhatian siswa dalam mengajar. Guru mengajar dengan bersemangat. Guru mampu memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Guru memberi perhatian ketika siswa tidak mengerti penjelasannya dengan baik. Guru senang membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan yang dirasa sulit oleh siswa. Guru memiliki selera humor ketika sedang mengajar. 13. Guru dapat diajak bercanda ketika pembelajaran berlangsung. 1 2 3 4 5 14. Guru bersikap ramah kepada siswa. 1 2 3 4 5 15. Guru senang bertegur sapa dengan siswa. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 7. 8. 9. 10. 11. 16. 17. Guru mendengarkan perkataan dan pendapat siswa. Guru mau mendengarkan keluhan siswa tentang materi pelajaran yang sulit. No. Pernyataan Skala Interaksi guru TP JR KK SR SL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 19. Guru bersedia menjelaskan materi pelajaran kembali bila siswa kesulitan memahaminya. Guru mau membantu jika siswa membutuhkan sesuatu. 20. Guru tahu jika siswa tidak mengerti apa yang ia jelaskan. 1 2 3 4 5 21. Guru memahami kemampuan siswa dalam pelajaran kimia. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 18. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Guru memperbolehkan siswa memilih sendiri tugas-tugas yang menarik baginya. Guru mempercayai siswa dalam pengerjaan tugas di luar kelas. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman dalam mengerjakan tugas. Guru tidak memberikan tugas kepada siswa ketika ia tidak hadir di kelas. Guru memberi siswa banyak kebebasan dalam memilih materi belajar. Guru ragu-ragu dalam menyampaikan materi pelajaran. 32. Guru terlihat tidak yakin ketika ditanya siswa. Guru terlihat bingung dan kurang siap dengan materi yang akan diajarkan. Guru tidak mampu mengendalikan siswa ketika siswa ramai dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Guru merasa khawatir jika siswa tidak mengerjakan tugas/PR. 33. Guru menunjukkan sikap tidak puas terhadap pekerjaan siswa. 29. 30. 31. No. 34. Pernyataan Guru sering merasa curiga bahwa siswa mencontek. Skala Interaksi guru TP JR KK SR SL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 37. Menurut guru, siswa tidak tahu apaapa tentang materi yang diajarkan. Guru menganggap siswa tidak mampu mengerjakan tugas dengan benar. Guru sering mengancam siswa dengan hukuman. 38. Guru sering menegur siswa yang melanggar aturan. 1 2 3 4 5 39. Guru sering marah tak terduga (tiba-tiba). 1 2 3 4 5 40. Guru mudah marah untuk pelanggaran kecil. 1 2 3 4 5 41. Guru menunjukkan ekspresi tidak senang terhadap siswa. 1 2 3 4 5 42. Guru tidak sabar dalam menanggapi jawaban dari siswa. 1 2 3 4 5 43. Guru memandang rendah kemampuan siswa. 1 2 3 4 5 44. Guru terlalu cepat menegur siswa ketika siswa berbuat salah. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 35. 36. 45. 46. 47. Guru mudah berkomentar sinis terhadap siswa. Guru membuat siswa merasa takut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru suka mengawasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan serius. 50. Guru tampak serius dalam mengajar. Guru sangat keras menuntut siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas. Guru membuat siswa takut masuk kelas jika belum menyelesaikan PR. 51. Guru memberikan ulangan yang sulit kepada siswa. 48. 49. No. Pernyataan 52. 53. Skala Interaksi guru TP JR KK SR SL Guru memiliki standar penilaian tinggi dalam memberi nilai ulangan. 1 2 3 4 5 Guru menutup ruangan kelas sebelum memulai pembelajaran. 1 2 3 4 5 -Terima kasih atas partisipasi kamu dalam mengisi angket ini- Lampiran 3. Instrumen Penelitian Setelah Diuji Coba ANGKET TENTANG PERSEPSI SISWA TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL GURU-SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA Identitas Responden 6. Nama Siswa : ______________________________________________ 7. Jenis Kelamin Siswa : Pria/Wanita (coret salah satu) 8. Usia : ________ tahun 9. Nama Sekolah : ______________________________________________ 10. Jenis Kelamin Guru : Pria/Wanita (coret salah satu) PETUNJUK PENGISIAN Angket ini berisi tentang bagaimana kondisi lingkungan belajar yang kamu alami PADA SAAT INI serta bagaimana perilaku dan interaksi guru mata pelajaran kimia di kelasmu. Bacalah semua pertanyaan dengan seksama kemudian jawablah pilihan yang sesuai dengan kondisimu dengan sejujur-jujurnya. Jawaban yang kamu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dilihat oleh guru atau siapapun juga di sekolahmu. Lingkarilah angka yang kamu anggap paling sesuai dengan kondisimu. Apabila kamu ingin mengganti jawaban yang sudah kamu lingkari, berilah tanda garis dua (β) pada jawaban awalmu itu, lalu lingkarilah pilihan lain. Contoh: Menurut saya, bermain bola itu ... 3- Tidak menyenangkan 3- Menyenangkan 4- Agak menyenangkan 4- Sangat menyenangkan Di bawah ini adalah pernyataan mengenai interaksi antara guru kimia dengan kelasmu. Berikan untuk setiap pernyataan, mana yang paling sesuai dengan kondisi guru di kelasmu selama pelajaran berlangsung. Lingkarilah pilihan yang sesuai antara 1 (Tidak pernah) sampai 5 (Selalu) di kolom yang telah disediakan. Keterangan: TP = Tidak pernah JR = Jarang KK = Kadang-kadang SR = Sering SL = Selalu No. Pernyataan 1. Skala Interaksi guru TP JR KK SR SL Guru tahu semua hal yang terjadi di dalam kelas. 1 2 3 4 5 2. Ketika guru masuk kelas, siswa harus memberi salam. 1 2 3 4 5 3. Guru memberikan langkah-langkah mengerjakan tugas kepada siswa. 1 2 3 4 5 4. Guru dapat menarik perhatian siswa dalam mengajar. 1 2 3 4 5 5. Guru mengajar dengan bersemangat. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 8. Guru mampu memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Guru memberi perhatian ketika siswa tidak mengerti penjelasannya dengan baik. Guru memiliki selera humor ketika sedang mengajar. 9. Guru dapat diajak bercanda ketika pembelajaran berlangsung. 1 2 3 4 5 10. Guru bersikap ramah kepada siswa. 1 2 3 4 5 11. Guru mau membantu jika siswa membutuhkan sesuatu. 1 2 3 4 5 12. Guru tahu jika siswa tidak mengerti apa yang ia jelaskan. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6. 7. 13. 14. 15. 16. 17. Guru memahami kemampuan siswa dalam pelajaran kimia. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Guru memperbolehkan siswa memilih sendiri tugas-tugas yang menarik baginya. Guru mempercayai siswa dalam pengerjaan tugas di luar kelas. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman dalam mengerjakan tugas. No. 18. 19. 20. Pernyataan Guru tidak memberikan tugas kepada siswa ketika ia tidak hadir di kelas. Guru memberi siswa banyak kebebasan dalam memilih materi belajar. Guru ragu-ragu dalam menyampaikan materi pelajaran. Skala Interaksi guru TP JR KK SR SL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 23. Guru terlihat tidak yakin ketika ditanya siswa. Guru terlihat bingung dan kurang siap dengan materi yang akan diajarkan. Guru merasa khawatir jika siswa tidak mengerjakan tugas/PR. 24. Guru menunjukkan sikap tidak puas terhadap pekerjaan siswa. 1 2 3 4 5 25. Guru sering merasa curiga bahwa siswa mencontek. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 21. 22. 28. Menurut guru, siswa tidak tahu apaapa tentang materi yang diajarkan. Guru menganggap siswa tidak mampu mengerjakan tugas dengan benar. Guru sering mengancam siswa dengan hukuman. 29. Guru sering menegur siswa yang melanggar aturan. 1 2 3 4 5 30. Guru terlalu cepat menegur siswa ketika siswa berbuat salah. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 26. 27. 33. Guru mudah berkomentar sinis terhadap siswa. Guru membuat siswa merasa takut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru suka mengawasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan serius. 34. Guru tampak serius dalam mengajar. 31. 32. No. 35. 36. Pernyataan Guru sangat keras menuntut siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas. Guru membuat siswa takut masuk kelas jika belum menyelesaikan PR. Skala Interaksi guru TP JR KK SR SL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 -Terima kasih atas partisipasi kamu dalam mengisi angket ini- Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid Cases Excludeda Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .822 36 % 70 100.0 0 .0 70 100.0 Lampiran 16. Data Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 sekolah negeri atau swasta ZOU501WS.TXT Oct 18 7:57 2016 INPUT: 472 Person 36 Item REPORTED: 472 Person 36 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 106.0 36.0 -.09 .18 1.00 -.3 1.07 -.1 | | S.D. 12.0 .0 .37 .00 .56 2.1 .79 2.2 | | MAX. 154.0 36.0 1.59 .22 4.69 8.8 8.34 9.9 | | MIN. 74.0 36.0 -1.12 .17 .22 -5.1 .24 -4.6 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .19 TRUE SD .32 SEPARATION 1.66 Person RELIABILITY .73 | |MODEL RMSE .18 TRUE SD .33 SEPARATION 1.87 Person RELIABILITY .78 | | S.E. OF Person MEAN = .02 | | MEDIAN = -.09 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 sekolah negeri atau swasta ZOU501WS.TXT Oct 18 7:57 2016 INPUT: 472 Person 36 Item REPORTED: 472 Person 36 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 104.9 36.0 -.13 .18 1.02 -.2 1.11 .0 | | S.D. 11.8 .0 .36 .00 .60 2.2 .85 2.3 | | MAX. 138.0 36.0 .93 .19 4.69 8.8 8.34 9.9 | | MIN. 74.0 36.0 -1.12 .17 .22 -5.1 .24 -4.6 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .19 TRUE SD .31 SEPARATION 1.59 Person RELIABILITY .72 | |MODEL RMSE .18 TRUE SD .32 SEPARATION 1.82 Person RELIABILITY .77 | | S.E. OF Person MEAN = .02 | | MEDIAN = -.13 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia di SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 sekolah negeri atau swasta ZOU501WS.TXT Oct 18 7:57 2016 INPUT: 472 Person 36 Item REPORTED: 472 Person 36 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 109.0 36.0 .00 .18 .95 -.4 .98 -.4 | | S.D. 12.0 .0 .38 .00 .43 1.8 .56 1.9 | | MAX. 154.0 36.0 1.59 .22 2.86 5.5 4.06 6.8 | | MIN. 76.0 36.0 -1.05 .17 .32 -4.2 .31 -4.0 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .19 TRUE SD .33 SEPARATION 1.75 Person RELIABILITY .75 | |MODEL RMSE .18 TRUE SD .34 SEPARATION 1.91 Person RELIABILITY .78 | | S.E. OF Person MEAN = .03 | | MEDIAN = -.03 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 17. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan 1. Nilai Parameter Ideal Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa Variabel hubungan interpersonal guru-siswa diukur melalui angket yang berjumlah 36 item pernyataan menggunakan skala Likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal = 36 × 1 = 36 Skor maksimum ideal = 36 × 5 = 180 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (180 + 36)/2 = 108 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (180 - 36)/6 = 24 2. Kecenderungan Skor Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa Untuk mengetahui kecenderungan skor hubungan interpersonal guru kimia dan siswa dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 1. Kategorisasi Data Skor Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 144 108 s.d. 144 72 s.d. < 108 < 72 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik 3. Persentase Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: ππππ 106 × 100% = × 100% = 58,9% ππππ ππππ πππ’π πππππ 180 Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: ππππ 104,9 × 100% = × 100% = 58,3% ππππ ππππ πππ’π πππππ 180 Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: ππππ 109 × 100% = × 100% = 60,6% ππππ ππππ πππ’π πππππ 180 Lampiran 18. Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 dominance 36 ZOU319WS.TXT Oct 20 17:13 2016 INPUT: 472 Person 11 Item REPORTED: 472 Person 11 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 36.9 11.0 .41 .35 1.01 -.1 1.10 .0 | | S.D. 6.1 .0 .74 .03 .68 1.4 1.10 1.5 | | MAX. 52.0 11.0 3.01 .62 4.61 4.8 9.90 7.3 | | MIN. 19.0 11.0 -1.74 .33 .10 -3.7 .11 -3.3 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .40 TRUE SD .62 SEPARATION 1.58 Person RELIABILITY .71 | |MODEL RMSE .35 TRUE SD .65 SEPARATION 1.83 Person RELIABILITY .77 | | S.E. OF Person MEAN = .03 | | MEDIAN = .39 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 dominance 36 ZOU319WS.TXT Oct 20 17:13 2016 INPUT: 472 Person 11 Item REPORTED: 472 Person 11 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 36.3 11.0 .35 .35 1.02 -.1 1.12 .0 | | S.D. 6.3 .0 .78 .03 .68 1.4 1.15 1.6 | | MAX. 52.0 11.0 3.01 .62 4.37 4.8 9.90 7.3 | | MIN. 19.0 11.0 -1.74 .33 .10 -3.7 .11 -3.3 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .40 TRUE SD .67 SEPARATION 1.68 Person RELIABILITY .74 | |MODEL RMSE .35 TRUE SD .69 SEPARATION 1.95 Person RELIABILITY .79 | | S.E. OF Person MEAN = .04 | | MEDIAN = .39 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 dominance 36 ZOU319WS.TXT Oct 20 17:13 2016 INPUT: 472 Person 11 Item REPORTED: 472 Person 11 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 38.6 11.0 .61 .35 .99 -.2 1.05 -.1 | | S.D. 4.8 .0 .58 .02 .68 1.3 .95 1.4 | | MAX. 48.0 11.0 1.95 .45 4.61 4.5 5.64 5.4 | | MIN. 23.0 11.0 -1.18 .33 .19 -2.9 .18 -2.7 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .39 TRUE SD .42 SEPARATION 1.08 Person RELIABILITY .54 | |MODEL RMSE .35 TRUE SD .46 SEPARATION 1.29 Person RELIABILITY .62 | | S.E. OF Person MEAN = .05 | | MEDIAN = .62 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 19. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Dominasi Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Dominasi Guru Kimia Variabel tingkat dominasi guru kimia diukur melalui angket yang berjumlah 11 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal = 11 × 1 = 11 Skor maksimum ideal = 11 × 5 = 55 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (55 + 11)/2 = 33 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (55 - 11)/6 = 7,3 2. Kecenderungan Skor Tingkat Dominasi Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat dominasi guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 1. Kategorisasi Data Skor Tingkat Dominasi Guru No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 43,95 33 s.d. 43.95 22,05 s.d. < 33 < 22,05 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Tingkat Dominasi Guru Kimia Persentase tingkat dominasi guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 36,9 × 100% = × 100% = 67,1% ππππ ππππ πππ’π πππππ 55 Persentase tingkat dominasi guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 36,3 × 100% = × 100% = 66,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 55 Persentase tingkat dominasi guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 38,6 × 100% = × 100% = 70,1% ππππ ππππ πππ’π πππππ 55 Lampiran 20. Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 submission 36 ZOU310WS.TXT Oct 20 17:19 2016 INPUT: 472 Person 10 Item REPORTED: 472 Person 10 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 24.8 10.0 -.65 .36 1.00 -.1 1.07 -.1 | | S.D. 4.2 .0 .55 .02 .68 1.3 1.01 1.4 | | MAX. 42.0 10.0 1.58 .48 5.34 4.5 9.90 6.9 | | MIN. 15.0 10.0 -2.23 .34 .06 -3.7 .10 -2.8 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .41 TRUE SD .37 SEPARATION .90 Person RELIABILITY .45 | |MODEL RMSE .37 TRUE SD .41 SEPARATION 1.12 Person RELIABILITY .55 | | S.E. OF Person MEAN = .03 | | MEDIAN = -.60 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 submission 36 ZOU310WS.TXT Oct 20 17:19 2016 INPUT: 472 Person 10 Item REPORTED: 472 Person 10 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 24.9 10.0 -.64 .36 1.01 -.2 1.10 -.1 | | S.D. 4.0 .0 .53 .02 .72 1.4 1.11 1.4 | | MAX. 40.0 10.0 1.26 .48 5.34 4.5 9.90 6.9 | | MIN. 15.0 10.0 -2.23 .34 .06 -3.7 .10 -2.8 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .41 TRUE SD .33 SEPARATION .81 Person RELIABILITY .40 | |MODEL RMSE .36 TRUE SD .38 SEPARATION 1.04 Person RELIABILITY .52 | | S.E. OF Person MEAN = .03 | | MEDIAN = -.60 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 submission 36 ZOU310WS.TXT Oct 20 17:19 2016 INPUT: 472 Person 10 Item REPORTED: 472 Person 10 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 24.7 10.0 -.68 .37 .98 -.1 .98 -.1 | | S.D. 4.5 .0 .60 .03 .55 1.2 .67 1.1 | | MAX. 42.0 10.0 1.58 .48 3.11 3.4 3.89 3.9 | | MIN. 15.0 10.0 -2.23 .34 .17 -2.9 .19 -2.4 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .40 TRUE SD .45 SEPARATION 1.11 Person RELIABILITY .55 | |MODEL RMSE .37 TRUE SD .48 SEPARATION 1.29 Person RELIABILITY .63 | | S.E. OF Person MEAN = .05 | | MEDIAN = -.60 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 21. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Kepatuhan Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Kepatuhan Guru Kimia Variabel tingkat kepatuhan guru diukur melalui angket yang berjumlah 10 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal = 10 × 1 = 10 Skor maksimum ideal = 10 × 5 = 50 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (50 + 11)/2 = 30,5 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (50 - 11)/6 = 6,5 2. Kecenderungan Skor Tingkat Kepatuhan Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat kepatuhan guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 2. Kategorisasi Data Skor Tingkat Kepatuhan Guru No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 40,25 30,5 s.d 40,25 20,75 s.d. < 30,5 < 20,75 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Tingkat Kepatuhan Guru Kimia Persentase tingkat kepatuhan guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 24,8 × 100% = × 100% = 49,6% ππππ ππππ πππ’π πππππ 50 Persentase tingkat kepatuhan guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 24,9 × 100% = × 100% = 49,8% ππππ ππππ πππ’π πππππ 50 Persentase tingkat kepatuhan guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 24,7 × 100% = × 100% = 49,4% ππππ ππππ πππ’π πππππ 50 Lampiran 22. Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 Dimensi Kerja sama ZOU970WS.TXT Oct 20 17:16 2016 INPUT: 472 Person 7 Item REPORTED: 472 Person 7 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 26.3 7.0 1.58 .61 | | S.D. 4.9 .0 1.58 .24 | | MAX. 35.0 7.0 5.93 1.85 | | MIN. 9.0 7.0 -3.89 .51 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .71 TRUE SD 1.41 SEPARATION 2.00 Person RELIABILITY .80 | |MODEL RMSE .65 TRUE SD 1.44 SEPARATION 2.21 Person RELIABILITY .83 | | S.E. OF Person MEAN = .07 | | MEDIAN = 1.34 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 Dimensi Kerja sama ZOU970WS.TXT Oct 20 17:16 2016 INPUT: 472 Person 7 Item REPORTED: 472 Person 7 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 25.7 7.0 1.42 .60 | | S.D. 4.9 .0 1.62 .25 | | MAX. 35.0 7.0 5.93 1.85 | | MIN. 9.0 7.0 -3.89 .51 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .71 TRUE SD 1.46 SEPARATION 2.06 Person RELIABILITY .81 | |MODEL RMSE .66 TRUE SD 1.48 SEPARATION 2.26 Person RELIABILITY .84 | | S.E. OF Person MEAN = .09 | | MEDIAN = 1.34 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 Dimensi Kerja sama ZOU970WS.TXT Oct 20 17:16 2016 INPUT: 472 Person 7 Item REPORTED: 472 Person 7 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 27.9 7.0 2.05 .61 | | S.D. 4.2 .0 1.36 .20 | | MAX. 35.0 7.0 5.93 1.85 | | MIN. 15.0 7.0 -1.59 .51 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .71 TRUE SD 1.16 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 | |MODEL RMSE .64 TRUE SD 1.20 SEPARATION 1.87 Person RELIABILITY .78 | | S.E. OF Person MEAN = .12 | | MEDIAN = 2.20 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 23. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Kerjasama Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Kerjasama Guru Kimia Variabel tingkat kerjasama guru diukur melalui angket yang berjumlah 7 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =7×1 =7 Skor maksimum ideal =7×5 = 35 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (35 + 7)/2 = 21 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (35 - 7)/6 = 4,7 2. Kecenderungan Skor Tingkat Kerjasama Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat kerjasama guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 3. Kategorisasi Data Skor Tingkat Kerjasama Guru No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 28,05 21 s.d. 28,05 13,95 s.d. < 21 < 13,95 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Tingkat Kerjasama Guru Kimia Persentase tingkat kerjasama guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 26,3 × 100% = × 100% = 75,1% ππππ ππππ πππ’π πππππ 35 Persentase tingkat kerjasama guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 25,7 × 100% = × 100% = 73,4% ππππ ππππ πππ’π πππππ 35 Persentase tingkat kerjasama guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 27,9 × 100% = × 100% = 79,7% ππππ ππππ πππ’π πππππ 35 Lampiran 24. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 opposition 36 ZOU594WS.TXT Oct 20 17:43 2016 INPUT: 472 Person 8 Item REPORTED: 472 Person 8 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 18.0 8.0 -1.06 .46 1.01 -.1 .98 -.1 | | S.D. 5.2 .0 .98 .10 .62 1.2 .67 1.2 | | MAX. 35.0 8.0 1.96 1.00 3.38 3.2 7.01 5.5 | | MIN. 9.0 8.0 -3.74 .38 .06 -3.8 .07 -3.8 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .52 TRUE SD .83 SEPARATION 1.60 Person RELIABILITY .72 | |MODEL RMSE .47 TRUE SD .86 SEPARATION 1.84 Person RELIABILITY .77 | | S.E. OF Person MEAN = .05 | | MEDIAN = -1.10 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 opposition 36 ZOU594WS.TXT Oct 20 17:43 2016 INPUT: 472 Person 8 Item REPORTED: 472 Person 8 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 18.0 8.0 -1.05 .46 1.00 -.1 .98 -.1 | | S.D. 5.3 .0 1.00 .10 .63 1.2 .70 1.2 | | MAX. 35.0 8.0 1.96 1.00 3.38 3.2 7.01 5.5 | | MIN. 9.0 8.0 -3.74 .38 .06 -3.8 .07 -3.8 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .52 TRUE SD .85 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 | |MODEL RMSE .47 TRUE SD .88 SEPARATION 1.88 Person RELIABILITY .78 | | S.E. OF Person MEAN = .05 | | MEDIAN = -1.10 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 opposition 36 ZOU594WS.TXT Oct 20 17:43 2016 INPUT: 472 Person 8 Item REPORTED: 472 Person 8 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 17.8 8.0 -1.07 .45 1.03 .0 .99 .0 | | S.D. 4.9 .0 .93 .09 .58 1.2 .59 1.1 | | MAX. 34.0 8.0 1.72 1.00 2.60 2.3 2.63 2.2 | | MIN. 9.0 8.0 -3.74 .38 .09 -3.5 .09 -3.6 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .51 TRUE SD .77 SEPARATION 1.49 Person RELIABILITY .69 | |MODEL RMSE .46 TRUE SD .80 SEPARATION 1.73 Person RELIABILITY .75 | | S.E. OF Person MEAN = .08 | | MEDIAN = -1.10 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 25. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi Perlawanan Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Perlawanan Guru Kimia Variabel tingkat perlawanan guru diukur melalui angket yang berjumlah 8 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =8×1 =8 Skor maksimum ideal =8×5 = 40 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (40 + 8)/2 = 24 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (40 - 8)/6 = 5,3 2. Kecenderungan Skor Tingkat Perlawanan Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perlawanan guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 4. Kategorisasi Data Skor Tingkat Perlawanan Guru No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 31,95 24 s.d. 31,95 16,05 s.d. < 24 < 16,05 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Tingkat Perlawanan Guru Kimia Persentase tingkat perlawanan guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 18 × 100% = × 100% = 45,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 40 Persentase tingkat perlawanan guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 18 × 100% = × 100% = 45,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 40 Persentase tingkat perlawanan guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 17,8 × 100% = × 100% = 44,5% ππππ ππππ πππ’π πππππ 40 Lampiran 26. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 leadership 36 ZOU575WS.TXT Oct 20 16:34 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 23.4 6.0 1.86 .67 | | S.D. 4.3 .0 1.57 .27 | | MAX. 30.0 6.0 5.62 1.86 | | MIN. 9.0 6.0 -3.07 .53 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .79 TRUE SD 1.35 SEPARATION 1.72 Person RELIABILITY .75 | |MODEL RMSE .72 TRUE SD 1.39 SEPARATION 1.92 Person RELIABILITY .79 | | S.E. OF Person MEAN = .07 | | MEDIAN = 1.83 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 leadership 36 ZOU575WS.TXT Oct 20 16:34 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 22.9 6.0 1.70 .66 | | S.D. 4.4 .0 1.58 .27 | | MAX. 30.0 6.0 5.62 1.86 | | MIN. 9.0 6.0 -3.07 .53 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .77 TRUE SD 1.38 SEPARATION 1.78 Person RELIABILITY .76 | |MODEL RMSE .71 TRUE SD 1.41 SEPARATION 1.99 Person RELIABILITY .80 | | S.E. OF Person MEAN = .08 | | MEDIAN = 1.52 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 leadership 36 ZOU575WS.TXT Oct 20 16:34 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 24.8 6.0 2.34 .71 | | S.D. 3.6 .0 1.41 .29 | | MAX. 30.0 6.0 5.62 1.86 | | MIN. 13.0 6.0 -1.42 .53 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .82 TRUE SD 1.15 SEPARATION 1.40 Person RELIABILITY .66 | |MODEL RMSE .77 TRUE SD 1.19 SEPARATION 1.55 Person RELIABILITY .71 | | S.E. OF Person MEAN = .13 | | MEDIAN = 2.16 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 27. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia Variabel tingkat perilaku kepemimpinan guru diukur melalui angket yang berjumlah 6 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =6×1 =6 Skor maksimum ideal =6×5 = 30 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (30 + 6)/2 = 18 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (30 - 6)/6 =4 2. Kecenderungan Skor Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku kepemimpinan guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 5. Kategorisasi Data Skor Perilaku Kepemimpinan Guru No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 24 18 s.d. 24 12 s.d. < 18 < 12 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia Persentase perilaku kepemimpinan guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 23,4 × 100% = × 100% = 78,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Persentase perilaku kepemimpinan guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 22,9 × 100% = × 100% = 76,3% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Persentase perilaku kepemimpinan guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 24,8 × 100% = × 100% = 82,7% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Lampiran 28. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 helpful 36 ZOU616WS.TXT Oct 20 16:41 2016 INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 15.5 4.0 2.04 .89 | | S.D. 3.0 .0 1.94 .32 | | MAX. 20.0 4.0 5.81 1.89 | | MIN. 5.0 4.0 -4.42 .71 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.04 TRUE SD 1.64 SEPARATION 1.58 Person RELIABILITY .71 | |MODEL RMSE .95 TRUE SD 1.69 SEPARATION 1.79 Person RELIABILITY .76 | | S.E. OF Person MEAN = .09 | | MEDIAN = 2.10 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 helpful 36 ZOU616WS.TXT Oct 20 16:41 2016 INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 15.2 4.0 1.89 .88 | | S.D. 3.1 .0 1.97 .32 | | MAX. 20.0 4.0 5.81 1.89 | | MIN. 5.0 4.0 -4.42 .71 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.03 TRUE SD 1.68 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 | |MODEL RMSE .94 TRUE SD 1.74 SEPARATION 1.85 Person RELIABILITY .77 | | S.E. OF Person MEAN = .11 | | MEDIAN = 2.10 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 helpful 36 ZOU616WS.TXT Oct 20 16:41 2016 INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 16.2 4.0 2.49 .92 | | S.D. 2.7 .0 1.77 .33 | | MAX. 20.0 4.0 5.81 1.89 | | MIN. 9.0 4.0 -1.54 .71 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.07 TRUE SD 1.42 SEPARATION 1.33 Person RELIABILITY .64 | |MODEL RMSE .98 TRUE SD 1.48 SEPARATION 1.51 Person RELIABILITY .70 | | S.E. OF Person MEAN = .16 | | MEDIAN = 2.71 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 29. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia Variabel tingkat perilaku membantu/bersahabat guru diukur melalui angket yang berjumlah 4 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilainilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =4×1 =4 Skor maksimum ideal =4×5 = 20 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (20 + 4)/2 = 12 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (20 - 4)/6 = 2,7 2. Kecenderungan Skor Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku membantu/bersahabat guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 6. Kategorisasi Data Skor Perilaku Membantu/Bersahabat Guru No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 16,05 12 s.d. 16,05 7,95 s.d. < 12 < 7,95 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia Persentase perilaku membantu/bersahabat guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 15,5 × 100% = × 100% = 77,5% ππππ ππππ πππ’π πππππ 20 Persentase perilaku membantu/bersahabat guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 15,2 × 100% = × 100% = 76,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 20 Persentase perilaku membantu/bersahabat guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 16,2 × 100% = × 100% = 81,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 20 Lampiran 30. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengerian Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 Understanding 36 ZOU723WS.TXT Oct 20 16:46 2016 INPUT: 472 Person 3 Item REPORTED: 472 Person 3 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 10.8 3.0 1.88 1.09 | | S.D. 2.4 .0 2.49 .25 | | MAX. 15.0 3.0 6.84 1.95 | | MIN. 4.0 3.0 -5.24 .99 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.28 TRUE SD 2.14 SEPARATION 1.68 Person RELIABILITY .74 | |MODEL RMSE 1.12 TRUE SD 2.23 SEPARATION 2.00 Person RELIABILITY .80 | | S.E. OF Person MEAN = .11 | | MEDIAN = 1.97 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 Understanding 36 ZOU723WS.TXT Oct 20 16:46 2016 INPUT: 472 Person 3 Item REPORTED: 472 Person 3 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 10.5 3.0 1.55 1.08 | | S.D. 2.4 .0 2.51 .24 | | MAX. 15.0 3.0 6.84 1.95 | | MIN. 4.0 3.0 -5.24 .99 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.27 TRUE SD 2.17 SEPARATION 1.71 Person RELIABILITY .75 | |MODEL RMSE 1.11 TRUE SD 2.26 SEPARATION 2.04 Person RELIABILITY .81 | | S.E. OF Person MEAN = .13 | | MEDIAN = .98 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 Understanding 36 ZOU723WS.TXT Oct 20 16:46 2016 INPUT: 472 Person 3 Item REPORTED: 472 Person 3 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 11.7 3.0 2.81 1.11 | | S.D. 2.0 .0 2.18 .26 | | MAX. 15.0 3.0 6.84 1.95 | | MIN. 5.0 3.0 -3.98 .99 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.31 TRUE SD 1.74 SEPARATION 1.33 Person RELIABILITY .64 | |MODEL RMSE 1.14 TRUE SD 1.86 SEPARATION 1.63 Person RELIABILITY .73 | | S.E. OF Person MEAN = .20 | | MEDIAN = 2.95 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 31. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Pengertian Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Pengertian Guru Kimia Variabel tingkat perilaku pengertian guru diukur melalui angket yang berjumlah 3 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =3×1 =3 Skor maksimum ideal =3×5 = 15 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (15 + 3)/2 =9 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (15 - 3)/6 =2 2. Kecenderungan Skor Perilaku Pengertian Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku pengertian guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 7. Kategorisasi Data Skor Perilaku Pengertian Guru No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 12 9 s.d. 12 6 s.d. < 9 <6 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Perilaku Pengertian Guru Kimia Adapun persentase perilaku pengertian guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 10,8 × 100% = × 100% = 72,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 15 Persentase perilaku pengertian guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 10,5 × 100% = × 100% = 70,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 15 Persentase perilaku pengertian guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 11,7 × 100% = × 100% = 78,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 15 Lampiran 32. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan pada Siswa oleh Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/Tanggung Jawab pada Siswa oleh Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 student freedom 53 item ZOU933WS.TXT Oct 20 16:56 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 17.9 6.0 -.04 .49 .99 -.1 1.02 -.1 | | S.D. 3.6 .0 .86 .05 .72 1.2 .82 1.2 | | MAX. 28.0 6.0 2.94 1.00 5.28 4.0 7.67 4.1 | | MIN. 7.0 6.0 -3.60 .46 .02 -4.1 .02 -4.1 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .55 TRUE SD .66 SEPARATION 1.19 Person RELIABILITY .59 | |MODEL RMSE .49 TRUE SD .70 SEPARATION 1.43 Person RELIABILITY .67 | | S.E. OF Person MEAN = .04 | | MEDIAN = -.02 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/Tanggung Jawab pada Siswa oleh Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 student freedom 53 item ZOU933WS.TXT Oct 20 16:56 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 18.0 6.0 -.03 .49 .96 -.2 1.01 -.1 | | S.D. 3.6 .0 .88 .05 .70 1.2 .85 1.2 | | MAX. 28.0 6.0 2.94 1.00 5.28 4.0 7.67 4.1 | | MIN. 7.0 6.0 -3.60 .46 .02 -4.1 .02 -4.1 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .55 TRUE SD .69 SEPARATION 1.25 Person RELIABILITY .61 | |MODEL RMSE .49 TRUE SD .73 SEPARATION 1.49 Person RELIABILITY .69 | | S.E. OF Person MEAN = .05 | | MEDIAN = -.02 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/Tanggung Jawab pada Siswa oleh Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 student freedom 53 item ZOU933WS.TXT Oct 20 16:56 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 17.7 6.0 -.08 .48 1.06 .0 1.04 .0 | | S.D. 3.3 .0 .77 .03 .77 1.3 .76 1.2 | | MAX. 27.0 6.0 2.43 .66 4.16 3.5 4.11 3.4 | | MIN. 10.0 6.0 -2.05 .46 .10 -2.9 .10 -3.0 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .55 TRUE SD .54 SEPARATION .97 Person RELIABILITY .48 | |MODEL RMSE .49 TRUE SD .60 SEPARATION 1.24 Person RELIABILITY .60 | | S.E. OF Person MEAN = .07 | | MEDIAN = -.02 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 33. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa oleh Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa Variabel tingkat perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru diukur melalui angket yang berjumlah 6 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =6×1 =6 Skor maksimum ideal =6×5 = 30 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (30 + 6)/2 = 18 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (30 - 6)/6 =4 2. Kecenderungan Skor Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 8. Kategorisasi Data Skor Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa oleh Guru Kimia No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 24 18 s.d. 24 12 s.d. < 18 < 12 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa Persentase perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 17,9 × 100% = × 100% = 59,7% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Persentase perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 18 × 100% = × 100% = 60,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Persentase perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 17,7 × 100% = × 100% = 59,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Lampiran 34. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 Uncertain 36 ZOU671WS.TXT Oct 20 16:58 2016 INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 6.9 4.0 -2.46 .95 | | S.D. 2.4 .0 1.45 .41 | | MAX. 17.0 4.0 2.11 1.84 | | MIN. 4.0 4.0 -4.87 .60 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.10 TRUE SD .94 SEPARATION .85 Person RELIABILITY .42 | |MODEL RMSE 1.04 TRUE SD 1.01 SEPARATION .98 Person RELIABILITY .49 | | S.E. OF Person MEAN = .07 | | MEDIAN = -2.68 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 Uncertain 36 ZOU671WS.TXT Oct 20 16:58 2016 INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 6.9 4.0 -2.46 .95 | | S.D. 2.3 .0 1.45 .42 | | MAX. 15.0 4.0 1.14 1.84 | | MIN. 4.0 4.0 -4.87 .60 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.11 TRUE SD .92 SEPARATION .83 Person RELIABILITY .41 | |MODEL RMSE 1.04 TRUE SD 1.01 SEPARATION .97 Person RELIABILITY .48 | | S.E. OF Person MEAN = .08 | | MEDIAN = -2.68 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 Uncertain 36 ZOU671WS.TXT Oct 20 16:58 2016 INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 6.9 4.0 -2.45 .94 | | S.D. 2.5 .0 1.45 .39 | | MAX. 17.0 4.0 2.11 1.84 | | MIN. 4.0 4.0 -4.87 .60 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.07 TRUE SD .98 SEPARATION .92 Person RELIABILITY .46 | |MODEL RMSE 1.02 TRUE SD 1.03 SEPARATION 1.00 Person RELIABILITY .50 | | S.E. OF Person MEAN = .13 | | MEDIAN = -2.68 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 35. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia Variabel tingkat perilaku ragu-ragu guru diukur melalui angket yang berjumlah 4 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =4×1 =4 Skor maksimum ideal =4×5 = 20 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (20 + 4)/2 = 12 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (20 - 4)/6 = 2,7 2. Kecenderungan Skor Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku ragu-ragu guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 9. Kategorisasi Data Skor Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 16,05 12 s.d. 16,05 7,95 s.d. < 12 < 7,95 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia Persentase perilaku ragu-ragu guru kimia diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 6,9 × 100% = × 100% = 34,5% ππππ ππππ πππ’π πππππ 20 Lampiran 36. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 dissatisfied 36 ZOU130WS.TXT Oct 20 17:01 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 14.1 6.0 -.97 .53 1.00 -.1 .98 -.1 | | S.D. 3.9 .0 1.02 .09 .72 1.2 .79 1.2 | | MAX. 26.0 6.0 2.00 1.01 4.77 3.7 9.78 5.8 | | MIN. 7.0 6.0 -3.62 .46 .08 -3.1 .08 -3.2 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .60 TRUE SD .82 SEPARATION 1.36 Person RELIABILITY .65 | |MODEL RMSE .54 TRUE SD .87 SEPARATION 1.62 Person RELIABILITY .72 | | S.E. OF Person MEAN = .05 | | MEDIAN = -1.12 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 dissatisfied 36 ZOU130WS.TXT Oct 20 17:01 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 14.0 6.0 -1.00 .53 .99 -.1 .97 -.1 | | S.D. 4.0 .0 1.04 .09 .72 1.2 .82 1.1 | | MAX. 26.0 6.0 2.00 1.01 4.77 3.7 9.78 5.8 | | MIN. 7.0 6.0 -3.62 .46 .08 -3.1 .08 -3.2 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .61 TRUE SD .84 SEPARATION 1.39 Person RELIABILITY .66 | |MODEL RMSE .54 TRUE SD .88 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 | | S.E. OF Person MEAN = .06 | | MEDIAN = -1.12 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 dissatisfied 36 ZOU130WS.TXT Oct 20 17:01 2016 INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 14.3 6.0 -.91 .52 1.04 .0 1.00 .0 | | S.D. 3.8 .0 .97 .09 .70 1.3 .69 1.2 | | MAX. 26.0 6.0 2.00 1.01 2.87 2.3 3.07 2.2 | | MIN. 7.0 6.0 -3.62 .46 .09 -3.1 .09 -3.1 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .60 TRUE SD .76 SEPARATION 1.27 Person RELIABILITY .62 | |MODEL RMSE .53 TRUE SD .81 SEPARATION 1.54 Person RELIABILITY .70 | | S.E. OF Person MEAN = .09 | | MEDIAN = -.88 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 37. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Tidak Puas Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Tidak Puas Guru Kimia Variabel tingkat perilaku tidak puas guru diukur melalui angket yang berjumlah 6 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =6×1 =6 Skor maksimum ideal =6×5 = 30 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (30 + 6)/2 = 18 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (30 - 6)/6 =4 2. Kecenderungan Skor Perilaku Tidak Puas Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku tidak puas guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 10. Kategorisasi Data Skor Perilaku Tidak Puas Guru Kimia No. Kategorisasi Data 1 > Mi + 1,5 SDi 2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 4 < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 24 Kategori Sangat Tinggi 18 s.d. 24 Tinggi 12 s.d. < 18 Cukup Tinggi < 12 Rendah 3. Persentase Perilaku Tidak Puas Guru Kimia Persentase perilaku tidak puas guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 14,1 × 100% = × 100% = 47,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Persentase perilaku tidak puas guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 14 × 100% = × 100% = 46,7% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Persentase perilaku tidak puas guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 14,3 × 100% = × 100% = 47,7% ππππ ππππ πππ’π πππππ 30 Lampiran 38. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 admonishing 36 ZOU195WS.TXT Oct 20 17:07 2016 INPUT: 472 Person 2 Item REPORTED: 472 Person 2 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 3.9 2.0 -2.61 1.37 | | S.D. 1.8 .0 2.34 .37 | | MAX. 10.0 2.0 5.23 1.96 | | MIN. 2.0 2.0 -5.27 1.07 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.54 TRUE SD 1.77 SEPARATION 1.15 Person RELIABILITY .57 | |MODEL RMSE 1.42 TRUE SD 1.87 SEPARATION 1.31 Person RELIABILITY .63 | | S.E. OF Person MEAN = .11 | | MEDIAN = -3.67 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 admonishing 36 ZOU195WS.TXT Oct 20 17:07 2016 INPUT: 472 Person 2 Item REPORTED: 472 Person 2 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 4.1 2.0 -2.45 1.35 | | S.D. 1.9 .0 2.38 .36 | | MAX. 10.0 2.0 5.23 1.96 | | MIN. 2.0 2.0 -5.27 1.07 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.52 TRUE SD 1.83 SEPARATION 1.21 Person RELIABILITY .59 | |MODEL RMSE 1.39 TRUE SD 1.93 SEPARATION 1.38 Person RELIABILITY .66 | | S.E. OF Person MEAN = .13 | | MEDIAN = -2.31 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 admonishing 36 ZOU195WS.TXT Oct 20 17:07 2016 INPUT: 472 Person 2 Item REPORTED: 472 Person 2 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 3.6 2.0 -3.09 1.44 | | S.D. 1.7 .0 2.17 .39 | | MAX. 9.0 2.0 3.65 1.96 | | MIN. 2.0 2.0 -5.27 1.07 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE 1.61 TRUE SD 1.45 SEPARATION .90 Person RELIABILITY .45 | |MODEL RMSE 1.49 TRUE SD 1.57 SEPARATION 1.06 Person RELIABILITY .53 | | S.E. OF Person MEAN = .20 | | MEDIAN = -3.67 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 39. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Menegur Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Menegur Guru Kimia Variabel tingkat perilaku menegur guru diukur melalui angket yang berjumlah 2 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =2×1 =2 Skor maksimum ideal =2×5 = 10 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (10 + 2)/2 =6 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (10 - 2)/6 = 1,3 2. Kecenderungan Skor Perilaku Menegur Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku menegur guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 11. Kategorisasi Data Skor Perilaku Menegur Guru Kimia No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 7,95 6 s.d. 7,95 4,05 s.d. < 6 < 4,05 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Perilaku Menegur Guru Kimia Persentase perilaku menegur guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 3,9 × 100% = × 100% = 39,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 10 Persentase perilaku menegur guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 4,1 × 100% = × 100% = 41,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 10 Persentase perilaku menegur guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 3,6 × 100% = × 100% = 36,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 10 Lampiran 40. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.3 strict 36 ZOU857WS.TXT Oct 20 17:11 2016 INPUT: 472 Person 5 Item REPORTED: 472 Person 5 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 13.5 5.0 -.48 .57 | | S.D. 3.5 .0 1.11 .14 | | MAX. 23.0 5.0 2.73 1.80 | | MIN. 5.0 5.0 -4.62 .51 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .66 TRUE SD .90 SEPARATION 1.37 Person RELIABILITY .65 | |MODEL RMSE .59 TRUE SD .95 SEPARATION 1.62 Person RELIABILITY .72 | | S.E. OF Person MEAN = .05 | | MEDIAN = -.56 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.4 strict 36 ZOU857WS.TXT Oct 20 17:11 2016 INPUT: 472 Person 5 Item REPORTED: 472 Person 5 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 13.4 5.0 -.52 .58 | | S.D. 3.7 .0 1.18 .16 | | MAX. 23.0 5.0 2.73 1.80 | | MIN. 5.0 5.0 -4.62 .51 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .67 TRUE SD .98 SEPARATION 1.46 Person RELIABILITY .68 | |MODEL RMSE .60 TRUE SD 1.02 SEPARATION 1.71 Person RELIABILITY .74 | | S.E. OF Person MEAN = .06 | | MEDIAN = -.56 | ------------------------------------------------------------------------------- Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan TABLE 28.5 strict 36 ZOU857WS.TXT Oct 20 17:11 2016 INPUT: 472 Person 5 Item REPORTED: 472 Person 5 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73 -------------------------------------------------------------------------------"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person ------------------------------------------------------------------------------| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT | | SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD | |-----------------------------------------------------------------------------| | MEAN 13.8 5.0 -.37 .54 1.00 .0 1.01 .0 | | S.D. 2.9 .0 .86 .06 .72 1.1 .81 1.0 | | MAX. 22.0 5.0 2.19 1.01 3.81 3.0 4.40 3.4 | | MIN. 6.0 5.0 -3.43 .51 .15 -2.1 .15 -2.1 | |-----------------------------------------------------------------------------| | REAL RMSE .61 TRUE SD .61 SEPARATION .99 Person RELIABILITY .49 | |MODEL RMSE .54 TRUE SD .67 SEPARATION 1.23 Person RELIABILITY .60 | | S.E. OF Person MEAN = .08 | | MEDIAN = -.56 | ------------------------------------------------------------------------------- Lampiran 41. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku Disiplin Guru Kimia 1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Disiplin Guru Kimia Variabel tingkat perilaku disiplin guru diukur melalui angket yang berjumlah 5 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut. Skor minimum ideal =5×1 =5 Skor maksimum ideal =5×5 = 25 Nilai rata-rata ideal (Mi) = (25 + 5)/2 = 15 Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (25 - 5)/6 = 3,3 2. Kecenderungan Skor Perilaku Disiplin Guru Kimia Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku disiplin guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut. Tabel 11. Kategorisasi Data Skor Perilaku Disiplin Guru Kimia No. 1 2 3 4 Kategorisasi Data > Mi + 1,5 SDi Mi s.d Mi + 1,5 SDi Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi < Mi – 1,5 SDi Interval Skor Ideal > 19,95 15 s.d. 19,95 10,05 s.d. < 15 < 10,05 Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah 3. Persentase Perilaku Disiplin Guru Kimia Persentase perilaku disiplin guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 13,5 × 100% = × 100% = 54,0% ππππ ππππ πππ’π πππππ 25 Persentase perilaku disiplin guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 13,4 × 100% = × 100% = 53,6% ππππ ππππ πππ’π πππππ 25 Persentase perilaku disiplin guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. ππππ 13,8 × 100% = × 100% = 55,2% ππππ ππππ πππ’π πππππ 25 Lampiran 42. Peta Konstruk Perilaku Kepemimpinan (DC) Siswa 2 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta Perilaku Kepemimpinan ++T DC2 || || B || || || B || DC3 ++S DC5 B || BBB T|| DC4 DC6 BBBB || BBBBBB || BBBBBBBBBBBBB S|| DC1 BBBBBBBBBBBBBB || BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| BBBBBBBBBB || BBBBBBB S|| BBBB || BBB || BB T|| B ++S || || || || || || ++T <less>||<rare> Ket: DC1: Guru tahu semua hal yang terjadi di dalam kelas. DC2: Ketika guru masuk kelas, siswa harus memberi salam. DC3: Guru memberikan langkah-langkah mengerjakan tugas kepada siswa. DC4: Guru dapat menarik perhatian siswa dalam mengajar. DC5: Guru mengajar dengan bersemangat. DC6: Guru mampu memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Lampiran 43. Peta Konstruk Perilaku Membantu/Bersahabat (CD) Siswa 2 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta Perilaku ++T Membantu/Bersahabat || || Ket: B || CD4 CD1: Guru memberikan || || perhatian ketika B || siswa tidak mengerti ++S CD1 penjelasannya B || BBB T|| dengan baik. BBBB || CD2 CD3 CD2: Guru memiliki selera BBBBBB || humor ketika sedang BBBBBBBBBBBBB S|| mengajar. BBBBBBBBBBBBBB || BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M CD3: Guru dapat diajak BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| bercanda ketika BBBBBBBBBB || pembelajaran BBBBBBB S|| berlangsung. BBBB || BBB || CD4: Guru bersikap ramah BB T|| kepada siswa. B ++S || || || || || || ++T <less>||<rare> Lampiran 44. Peta Konstruk Perilaku Pengertian (CS) 2 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta ++T Perilaku Pengertian || || Ket: B || || CS1: Guru mau membantu || jika siswa B || membutuhkan ++S B || CS1 sesuatu. BBB T|| CS2: Guru tahu jika siswa BBBB || CS3 tidak mengerti apa BBBBBB || yang dia jelaskan. BBBBBBBBBBBBB S|| CS2 BBBBBBBBBBBBBB || CS3: Guru memahami BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M kemampuan siswa BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| dalam pelajaran BBBBBBBBBB || kimia. BBBBBBB S|| BBBB || BBB || BB T|| B ++S || || || || || || ++T <less>||<rare> Siswa Lampiran 45. Peta Konstruk Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa (SC) Siswa 2 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa ++T || || B || || || B || SC1 ++S SC4 B || BBB T|| BBBB || BBBBBB || BBBBBBBBBBBBB S|| SC3 BBBBBBBBBBBBBB || BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| BBBBBBBBBB || BBBBBBB S|| BBBB || SC2 SC5 BBB || SC6 BB T|| B ++S || || || || || || ++T <less>||<rare> Ket: SC1: Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. SC2: Guru memperbolehkan siswa memilih sendiri tugas-tugas yang menarik baginya. SC3: Guru mempercayai siswa dalam pengerjaan tugas di luar kelas. SC4: Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman dalam mengerjakan tugas. SC5: Guru tidak memberikan tugas kepada siswa ketika ia tidak hadir di kelas. SC6: Guru memberi siswa banyak kebebasan dalam memilih materi belajar. Lampiran 46. Peta Konstruk Perilaku Ragu-ragu (SO) Siswa 2 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta ++T Perilaku Ragu-ragu || || Ket: B || SO1: Guru ragu-ragu dalam || menyampaikan materi || B || pelajaran. ++S SO2: Guru terlihat tidak yakin B || ketika ditanya siswa. BBB T|| BBBB || SO3: Guru terlihat bingung dan BBBBBB || kurang siap akan materi BBBBBBBBBBBBB S|| yang akan diajarkan. BBBBBBBBBBBBBB || SO4: Guru merasa khawatir jika BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| siswa tidak mengerjakan BBBBBBBBBB || tugas/PR. BBBBBBB S|| SO4 BBBB || BBB || BB T|| B ++S || || || || SO1 SO2 || || SO3 ++T <less>||<rare> Lampiran 47. Peta Konstruk Perilaku Tidak Puas (OS) 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta ++T Perilaku || || Ket: B || OS1: || || B || ++S OS2: B || BBB T|| OS3: BBBB || BBBBBB || OS6 BBBBBBBBBBBBB S|| BBBBBBBBBBBBBB || OS4: BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M OS2 BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| BBBBBBBBBB || BBBBBBB S|| OS5: BBBB || BBB || OS1 OS6: BB T|| OS3 B ++S || OS4 || OS5 || || || || ++T <less>||<rare> Siswa 2 Tidak Puas Guru menunjukkan sikap tidak puas terhadap pekerjaan siswa. Guru sering merasa curiga bahwa siswa mencontek. Menurut guru, siswa tidak tahu apa-apa tentang materi yang diajarkan. Guru menganggap siswa tidak mampu mengerjakan tugas dengan benar. Guru sering mengancam siswa dengan hukuman. Guru sering menegur siswa yang melanggar aturan. Lampiran 48. Peta Konstruk Perilaku Menegur (OD) 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta ++T Perilaku Menegur || || Ket: B || OD1: Guru terlalu cepat menegur || siswa ketika siswa berbuat || B || salah. ++S OD2: Guru mudah berkomentar B || sinis terhadap siswa. BBB T|| BBBB || BBBBBB || BBBBBBBBBBBBB S|| BBBBBBBBBBBBBB || BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| BBBBBBBBBB || BBBBBBB S|| BBBB || BBB || OD1 BB T|| B ++S || OD2 || || || || || ++T <less>||<rare> Siswa 2 Lampiran 49. Peta Konstruk Perilaku Disiplin (DO) Siswa 2 1 A AAAA AAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA 0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAA -1 AAAA AA -2 Keterangan: A = Siswa SMA Negeri B = Siswa SMA Swasta ++T || || B || || || B || ++S B || DO3 BBB T|| BBBB || BBBBBB || BBBBBBBBBBBBB S|| DO2 BBBBBBBBBBBBBB || BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| DO4 BBBBBBBBBB || BBBBBBB S|| BBBB || BBB || BB T|| DO5 B ++S || || DO1 || || || || ++T <less>||<rare> Perilaku Disiplin Ket: DO1: Guru membuat siswa merasa takut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. DO2: Guru suka mengawasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan serius. DO3: Guru tampak serius dalam mengajar. DO4: Guru sangat keras menuntut siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas. DO5: Guru membuat siswa takut masuk kelas jika belum menyelesaikan PR. Lampiran 50. Representasi Grafis Profil Guru Tiap Sekolah Profil Guru SMA N 1 Profil Guru SMA N 4 Profil Guru SMA N 3 Profil Guru SMA N 8 Profil Guru SMA N 10 Profil Guru SMA Dua Mei Profil Guru SMA Darussalam Profil Guru SMA Muhammadiyah 8 Profil Guru SMA Muhammadiyah 25 Keterangan: 1. Profil Guru SMA N 1 2. Profil Guru SMA N 3 3. Profil Guru SMA N 4 4. Profil Guru SMA N 8 5. Profil Guru SMA N 10 6. Profil Guru SMA Darussalam 7. Profil Guru SMA Dua Mei 8. Profil Guru SMA Muhammadiyah 8 9. Profil Guru SMA Muhammadiyah 25 10. Profil Guru SMA Triguna Utama Profil Guru SMA Triguna Utama : Otoritatif : Otoritatif : Otoritatif : Membosankan : Otoritatif : Otoritatif : Otoritatif : Otoritatif : Otoritatif : Direktif Lampiran 52. Surat Ijin Penelitian