Agrotech Res J. Vol 4. No 2. 2015:14-22 ISSN : 2302

advertisement
Agrotech Res J. Vol 4. No 2. 2015:14-22
ISSN : 2302 – 8226
REKOMENDASI PEMUPUKAN UNTUK TANAMAN CABAI, BAWANG MERAH DAN KACANG PANJANG
BERDASAR STATUS KEHARAAN DI WONOGIRI
1)
2
2
Ario Prasetya , Supriyadi ), Sudadi )
1)
Undergraduate Student of Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, the University of
Sebelas Maret (UNS) in Surakarta
2)
Lecturer Staff at Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, the University of Sebelas
Maret (UNS) in Surakarta
ABSTRACT
Fertilization is one of the agricultural activities is closely related to growth and production of plants, but in practice
the process of fertilization is often uneffective . Therefore it is necessary to have a fertilizer recommendation to
improving the effectiveness of fertilization . This study aims to determine the dose of fertilizer recommendation for
chili, onion and long beans in Wonogiri. Samples taken by purposive sampling method. Each samples were
analysed at the laboratory. The results of laboratory analysis will be used as the basis of determining the fertilizer
recommendation for chili, onions and long beans. Fertilizer recommendation for chili are 269,73–323,84 kg urea,
75,50–81,39 kg SP-36, 222,78–278,30 kg KCl and 144,74-164,39 kg ZA. Fertilizer recommendation for onion are
137,96–176,22 kg urea, 88,23-94,12 kg SP-36, 69,45-122,49 kg KCl and 319,82–332,02 kg ZA. Long bean
-1
recommendation are 182,77–236,88 kg urea, 88,23-94,12 kg ha SP-36, 49,32–110,75 kg KCl and 148,11–164,39
kg ZA.
Keywords: Wonogiri, Recommendation, Fertilizer
AGROTECHNOLOGY RESEARCH JOURNAL
Prasetya A, Supriyadi, Sudadi. 2015. Recommendations for fertilizing crops of chili, onion and chickpea based
nutrient status in wonogiri. Agrotech Res J 4(2):14-22.
Prasetya A, Supriyadi, Sudadi. 2015. Rekomendasi pemupukan untuk tanaman cabai, bawang merah dan kacang
panjang berdasar status keharaan di wonogiri. Agrotech Res J 4(2):14-22.
PENDAHULUAN
Kabupaten Wonogiri secara administratif terdiri dari
25 Kecamatan 251 Desa dan 43 Kelurahan dengan
luas lahan keseluruhan sebesar 182.236,02 ha, serta
luas lahan tegal sebesar ± 65.000 Ha (BPS 2011).
Luasan lahan tersebut sangat potensial untuk
pengembangan tanaman hortikultura terutama tanaman
sayur. Komoditas hortikultura tanaman sayur yang
dibudidayakan di wilayah Wonogiri antara lain cabai,
kacang panjang, bawang merah, terung, sawi,
mentimun, kangkung, kentang dan tomat (Happy 2009).
Tanaman cabai, kacang panjang dan bawang merah
memiliki jumlah produksi yang tinggi apabila
dibandingkan dengan komoditas lainnya yang ada
diwilayah Kabupaten Wonogiri.
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang
memilki nilai ekonomi yang tinggi. Komoditas cabai
yang dipanen di wilayah Wonogiri pada tahun 2012
sebanyak 345,7 ton untuk cabai besar dan 576,5 ton
untuk cabai rawit (BPS 2012). Produktivitas cabai
-1
nasional Indonesia tahun 2008 adalah 6,44 ton Ha .
Angka tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan
dengan potensi produksinya. Produktivitas cabai dapat
-1
mencapai 12 ton Ha (Purwati et al. 2000).
Kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan
komoditas
hortikultura
sayuran
yang
dapat
dikembangkan untuk perbaikan gizi keluarga (Suryadi
2003). Kacang panjang mengandung flavonol, glikosida
flavonol, dan antosianidin Kacang panjang juga
mengandung protein, karbohidrat, lemak, kalsium, besi,
fosfor, potasium, sodium, vitamin B1, vitamin B2,
vitamin C, dan niasin (Lattanzio et al. 2000). Komoditas
kacang panjang yang dipanen di wilayah Kabupaten
Wonogiri sepanjang tahun 2012 sebesar 627.1 ton
dengan luas panen sebesar 224 hektar.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas
sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan
oleh petani secara intensif. Menurut data BPS (2012)
total komoditas bawang merah yang di panen di
Wonogiri pada tahun 2012 sebanyak 206,1 ton.
Menurut Abdulsalam (2004) penanaman bawang merah
terbaik pada bulan September, dikarenakan pada bulan
itu parameter pertumbuhan meningkat secara
signifikan.
Pada budidaya tanaman, terutama budidaya
tanaman hortikultura pemenuhan unsur hara bagi
tanaman didapatkan dari tanah yang menjadi media
tanam. Penetapan status keharaan didalam tanah
melalui uji tanah dapat dijadikan panduan dalam
menyediakan nutrisi untuk tanaman (Sirappa 2013).
Penentuan rekomendasi pemupukan suatu tanaman
sebaiknya mengacu pada kondisi tanah dan kebutuhan
tanaman agar produktivitas dan efisiensi usaha tani
dapat ditingkatkan (Syafruddin 2008).
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada Juli-Oktober 2012 di
Wonogiri, Jawa Tengah dan analisis kesuburan tanah
*Fak. Pertanian UNS Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta
Rekomendasi Pemupukan Untuk Tanaman Cabai, Bawang Merah Dan Kacang Panjang
Berdasar Status Keharaan Di Wonogiri (Ario Prasetya, Supriyadi, Sudadi)
14
Prasetya A et al.
dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Bahan yang dibutuhkan meliputi sampel
tanah yang berasal dari Wonogiri, aquades dan bahan
analisis kimia tanah. Alat yang digunakan meliputi
cangkul, meteran, alat tulis, kompas, GPS (Global
Positioning System), kantong plastik, pisau belati,
flakon dan alat-alat analisis kimia tanah.
Penentuan tititk sampel tanah menggunakan
metode purposive sampling. Pengambilan sampel
tanah dilakukan pada areal lahan pertanian dengan
mengambil tanah di daerah perakaran efektif (20cm40cm). Sampel diambil pada Kecamatan Slogohimo,
Nguntoronadi, Giriwoyo, Pracimantoro, Manyaran,
Jatisrono, Karang Tengah, Ngadirojo., Giriwoyo,
Wuryantoro,
Purwantoro,
Selogiri,
Kismantoro,
Wuryantoro, Jatipuro dan Kecamatan Baturetno.
Analisis tanah meliputi pH, bahan organik tanah,
kandungan N, P, K, Ca, Mg, S dan KPK. Hasil dari
analisis selanjutnya diolah sehingga mendapatkan
perhitungan kebutuhan unsur hara bagi tanaman cabai,
bawang merah dan kacang panjang. Penentuan
rekomendasi pemupukan sendiri didasari oleh
ketersediaan unsur hara didalam tanah, kebutuhan
unsur hara oleh tanaman budidaya dan unsur hara
yang hilang pada saat panen (Dierolf et al. 2001). Hasil
yang didapatkan nantinya berupa rekomendasi
pemupukan dengan menggunakan pupuk urea, SP-36,
KCl, ZA dan dolomit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis dengan
dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Suhu
o
rata-rata di Kabupaten Wonogiri berkisar antara 24 C
o
hingga 32 C. Curah hujan rata-rata di Kabupaten
-1
Wonogiri sebesar 157,29 mm tahun. Menurut
pembagian iklim yang dikemukakan oleh SchmidtFerguson sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri
masuk kedalam tipe iklim C, yaitu tipe iklim dengan
daerah agak basah. Menurut klasifikasi iklim yang
dikemukakan oleh Oldeman Kabupaten Wonogiri terdiri
atas empat tipe iklim yaitu C2, D2, D3 dan E. Klasifikasi
iklim oleh Oldeman ditujukan untuk tanaman pangan
terutama padi dan tanaman palawija.
Ketersediaan unsur hara dan kondisi kesuburan
Secara umum, tingkat kesuburan tanah di
Kabupaten Wonogiri adalah sangat rendah hingga
rendah. Hal ini berdasarkan harkat ketersediaan unsur
N total, P tersedia, K tersedia, KPK, kandungan bahan
organik, pH tanah dan unsur hara makro sekunder Ca,
Mg dan S.
Berdasarkan hasil analisis unsur hara pada tabel 1,
diketahui bahwa nilai N berkisar antara 0,03-0,17%
dengan status keharaan sangat rendah hingga rendah.
Perlakuan pemupukan N dengan menggunakan pupuk
yang mengandung N seperti urea dibutuhkan guna
mencukupi kebutuhan tanaman dalam pertumbuhan
dan produksi. Menurut Setyorini (2006) N yang di
kandung tanah pada umumnya rendah, sehingga harus
Vol 4. No 2. 2015
selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber
lainnya. Pemupukan N meningkatkan kadar C organik
tanah meskipun masih tetap rendah. Kenaikan C
organik tanah dapat disebabkan oleh naiknya berat
tanaman akibat pemupukan N. C organik tanah yang
optimal berkisar antara 3-5% dan C organik tanah yang
berbentuk humus berfungsi sebagai penyangga tanah
(buffer capacity) (Ispandi 2002). Menurut Lingga (1998)
Nitrogen diperlukan untuk pembentukan klorofil yang
berguna dalam proses fotosintesis, selain itu berfungsi
dalam pembentukan protein dan lemak. Apabila jumlah
nitrogen dalam tanah rendah maka proses fotosintesis
serta pembentukan protein dan lemak akan terganggu
sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi
tanaman.
Kandungan unsur hara P sangat rendah berkisar
antara 6,05–8,58 ppm. Kadar P tanah pada umumnya
tergolong rendah, hal ini disebabkan kebiasaan petani
yang kurang bahkan tidak menambahkan pupuk P.
Menurut Wijanarko (2016) ketersediaan P dalam tanah
akan meningkat seiring dengan pemberian pupuk P.
Semakin tinggi produksi maka unsur hara yang diserap
tanaman semakin banyak pula sehingga akan
mengurangi kandungan unsur hara yang ada dalam
tanah apabila tidak di imbangi dengan pemberian
pupuk P (Nurmegawati et al. 2012). Pemupukan P di
tanah berkadar Ca tinggi sering tidak efektif karena ion
fosfat sulit mencapai permukaan akar yang sudah
tertutup ion Ca dan akan segera terbentuk Ca fosfat
(Fitter and Hay 1991 dalam Ispandi 2002). Upaya
pencegahan
pembetukan
Ca
fosfat
dapat
menggunakan pupuk ZA, karena dalam tanah, ion
sulfat dari ZA cepat bereaksi dengan ion Ca di
permukaan akar dalam membentuk Ca sulfat sehingga
ion fosfat dapat diserap tanaman. Di samping itu, pupuk
ZA yang diberikan bersama pupuk P dapat menurunkan
pH tanah dan meningkatkan serapan hara P dan harahara yang lain oleh tanaman (Miller et al. 1970).
Status keharaan unsur K berkisar antara sangat
-1
rendah hingga rendah, 0,15–0,41 me 100 g. Unsur
hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci,
tingkat ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh pH
dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan
basa rendah, kalium mudah hilang tercuci, sedangkan
pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi, kalium diikat
oleh Ca (Nurmegawati 2015). Menurut Aishah (1995)
pertumbuhan dan hasil produksi tanaman berhubungan
dengan ketersediaan K didalam tanah. Menambah
aplikasi pupuk K akan meningkatkan pertumbuhan dan
hasil produksi.
Kandungan unsur Ca berkisar antara 0,33–7,81
-1
me 100 g dengan status keharaan berkisar antara
sangat rendah hingga sedang. Status keharaan Ca
sangat rendah terdapat di Kecamatan Baturetno
dengan jenis tanah alluvial. Kadar ion Ca dalam tanah
yang tergolong tinggi sebenarnya cukup baik bagi
pertumbuhan tanaman pangan, karena Ca termasuk
unsur makro yang banyak diperlukan tanaman, Namun,
kadar ion Ca yang tinggi berpotensi memfiksasi hara P
menjadi Ca fosfat yang sukar larut (Brady 1992) dan
menyebabkan tanaman kahat P.
15
Prasetya et al.
Vol 4. No 2. 2015
Tabel 1 Hasil analisis unsur hara
Kecamatan
N%
P ppm
Hasil analisis unsur hara
K
Ca
Mg
me/100 g me/100 g me/100g
0,18 SR 3,32 R
4,53 T
0,19 SR 2,31 R
5,51 T
0,15 SR 2,43 R
4,20 T
0,15 SR 3,75 R
0,87 R
0,26 SR 4,49 R
2,13 S
0,33 R
4,49 R
2,45 S
0,31 R
4,72 R
2,66 S
0,41 R
2,96 R
1,18 S
0,16 SR 6,40 S
4,74 T
0,15 SR 7,56 S
3,39 T
0,31 R
6,57 S
2,29 S
0,18 SR 2,51 R
1,31 S
0,14 SR 2,90 R
3,57 T
0,13 SR 7,81 S
3,30 T
0,32 R
4,70 R
2,28 S
0,15 SR 0,33 SR 2,56 S
S%
pH
Slogohimo
0,03 SR 6,05 SR
0,008 SR 5,98 AM
Nguntoronadi
0,05 SR 8,58 SR
0,011 SR 5,86 AM
Giriwoyo
0,03 SR 7,30 SR
0,008 SR 5,61 AM
Pracimantoro
0,07 SR 8,36 SR
0,007 SR 6,99 N
Manyaran
0,05 SR 7,25 SR
0,006 SR 6,39 AM
Jatisrono
0,11 R
6,55 SR
0,008 SR 6,23 AM
Ngadirojo
0,17 R
7,93 SR
0,007 SR 5,40 M
Karangtengah
0,11 R
7,67 SR
0,004 SR 5,09 M
Giriwoyo
0,08 SR 7,76 SR
0,007 SR 7,04 N
Wuryantoro
0,03 SR 8,51 SR
0,006 SR 6,86 N
Purwantoro
0,12 R
7,95 SR
0,006 SR 6,30 AM
Selogiri
0,13 R
7,21 SR
0,011 SR 6,73 N
Kismantoro
0,04 SR 7,93 SR
0,011 SR 6,13 AM
Wuryantoro
0,05 SR 8,51 SR
0,007 SR 7,26 N
Jatipurno
0,17 R
7,13 SR
0,008 SR 5,47 M
Baturetno
0,06 SR 8,15 SR
0,013 SR 6,68 N
Sumber : Analisis Laboratorium
SR (Sangat Rendah), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi), AM (Agak Masam), M (Masam ) dan N (Netral) (Balittan
1983)
Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh
Kandungan unsur hara Mg berkisar antara 0,87–
beberapa faktor, antara lain: kecepatan pelapukan
-1
5,51 me 100 g, dengan kandungan terendah terdapat
mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman
di Kecamatan Pracimantoro, Secara umum kandungan
yang hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air
unsur Ca dan Mg di Wonogiri berkisar antara rendah
hujan. Jika laju pencucian unsur sangat besar dan
hingga tinggi, hal ini disebabkan wonogiri memiliki
intensitas pelapukan rendah, maka kebutuhan unsur
bahan induk kapur (karst). Magnesium di dalam tanah
hara lebih besar dibandingkan dengan pengambilan
dapat hilang bersama air perkolasi, diserap oleh
unsur hara oleh tanaman. Ini berarti proses pemiskinan
tanaman maupun organisme dalam tanah, diabsorpsi
tanah (Rosmarkam dan Yunowo 2002).
oleh partikel liat dan diendapkan menjadi mineral
Kadar bahan organik tanah dari berbagai lokasi di
sekunder. Kehilangan magnesium dapat disebabkan
Kabupaten Wonogiri rata - rata sangat rendah. Hal ini
oleh erosi, pencucian dan diangkut oleh tanaman
dapat terjadi karena dalam praktek budidaya pertanian
(Hakim et al. 1986).
yang selama ini dilakukan jarang atau tidak pernah
Status keharaan unsur S sangan rendah, berkisar
sama sekali diberikan pupuk organik ke lahan pertanian
antara 0,004-0,013%. Kandungan unsur hara S
(Mulyono 2013), sedangkan menurut Nursyamsi (2005)
terendah terdapat di kecamatan Karangtengah dan
rendahnya kadar bahan organik tanah dikarenakan di
tertinggi berada di Kecamatan Baturetno. Menurut
daerah tropika tingkat pelapukan bahan organik sangat
Winarso (2005) dalam tanah kandungan S berkisar
tinggi sehingga turn over C-organik dalam tanah
antara 0,01-0,20%. Hara S dalam tanah umumnya
berlangsung singkat.
berada dalam bentuk senyawa CaSO4, MgSO4.7H2O
dan CaSO4.2H2O yang tidak tersedia bagi tanaman
(Tisdale et al. 1984 dalam Ispandi 2002).
Rekomendasi pemupukan
Rekomendasi pemupukan dapat diartikan sebagai
pemberian masukan terhadap rancangan pemupukan
yang meliputi jenis pupuk dan jumlah yang diberikan
dalam suatu luasan areal tertentu. Penerapan
rekomendasi
pemupukan
memiliki
beberapa
keuntungan antara lain pemberian pupuk yang tepat
takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan
sesuai. Selain keuntungan-keuntungan yang sudah
disebutkan diatas penerapan rekomendasi pemupukan
juga berdampak pada penggunaan pupuk yang lebih
efisien, pencemaran lingkungan dapat dihindari dan
dapat
mengurangi
biaya
pembelian
pupuk
(Abdulrahman et al. 2008).
1. Cabai
16
Berdasarkan tabel 2, Kebutuhan dan rekomendasi
unsur hara tanaman cabai, rekomendasi yang
dihasilkan untuk pemupukan dengan menggunakan
-1
pupuk urea berkisar antara 269,73–323,84 kg ha
dengan rekomendasi tertinggi terfapat pada Kecamatan
Baturetno. Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36
-1
berkisar antara 75,50–81,39 kg ha . Pupuk KCl yang
direkomendasikan untuk tanaman cabai berkisar antara
-1
222,78–278,30 kg ha . Penambahan dolomit untuk
-1
memenuhi kebutuhan kalsium 100,95 kg ha .
Sedangkan rekomendasi penggunaan pupuk ZA guna
memenuhi kebutuhan akan unsur sulfur sebesar 144,74
-1
-1
kg ha hingga 164,39 kg ha .
16
Prasetya A et al.
Vol 4. No 2. 2015
Tabel 2 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara tanaman cabai
-1
Kebutuhan unsur hara kg ha
Jenis
Kecamatan
Tanah
N
P
K
Ca
Mg
Litosol
Slogohimo
148,71
Nguntoronadi
144,84
Giriwoyo
148,96
Pracimantoro
142,49
Manyaran
144,38
Latosol
Jatisrono
135,17
Ngadirojo
124,08
Karang
133,90
Tengah
Mediteran Giriwoyo
141,12
Wuryantoro
147,86
Purwantoro
136,00
Grumosol Selogiri
131,10
Kismantoro
147,21
Regosol
Wuryantoro
144,66
Andosol
Jatipuro
131,16
Aluvial
Baturetno
145,63
Sumber : Analisis Laboratorium
-1
S
12,78
11,86
12,33
11,94
12,35
12,60
12,10
161,28
160,56
165,03
165,04
151,93
143,69
146,29
9,03
8,63
9,00
9,15
9,34
9,00
9,14
12,19
133,67
9,57
12,16
11,88
12,09
12,36
12,10
11,88
12,39
12,01
163,64
164,94
146,15
161,90
166,02
166,98
144,33
165,50
9,19
9,29
9,23
8,72
8,64
9,17
8,99
8,43
2. Bawang Merah
Untuk tumbuh dan berproduksi optimal, bawang
merah memerlukan pemupukan nitrogen (N), phospat
(P) dan Kalium (K) dalam jumlah yang mencukupi dan
seimbang. Dosis yang diberikan beragam tergantung
varietas dan lokasi (Purba 2014). Rekomendasi
pemupukan dengan menggunakan urea berdasarkan
tabel dibawah adalah berkisar antara 137,96–176,22 kg
-1
ha . Menurut Ardell (2008) pengaplikasian pupuk
nitrogen akan meningkatkan ukuran dari bawang
merah, Penggunaan pupuk SP-36 berdasarkan
rekomendasi yang telah dihasilkan adalah sebesar
-1
88,23 kg/ha hingga 94,12 kg ha . Rekomendasi untuk
-1
penggunaan pupuk KCl sebesar 69,45- 22,49 kg ha .
Penggunaan dolomit untuk memenuhi kebutuhan
-1
kalsium sebesar 15,28 kg ha di Kecamatan Baturetno
-1
sebesar 50,95 kg ha .Rekomendasi pemupukan
30,28
Latosol
Mediteran
Grumosol
Regosol
Slogohimo
Nguntoronadi
Giriwoyo
Pracimantoro
Manyaran
Jatisrono
Ngadirojo
Karang
Tengah
Giriwoyo
Wuryantoro
Purwantoro
Selogiri
Kismantoro
Wuryantoro
291,10
306,78
321,43
295,66
285,00
320,03
314,48
285,13
316,58
77,61
77,40
75,65
76,96
78,68
77,02
75,65
78,87
76,49
222,78
272,74
274,90
243,58
269,83
276,70
278,30
240,55
275,83
Dolomit
100,95
ZA
155,05
148,11
154,49
157,05
160,31
154,58
156,98
164,39
157,77
159,54
158,47
149,70
148,30
157,50
154,42
144,74
dengan menggunakan pupuk ZA berkisar antara
-1
319,82–332,02 kg ha . Penggunaan pupuk ZA selain
mengandung unsur sulfur juga mengandung unsur
nitrogen.
3. Kacang Panjang
Pupuk urea yang digunakan pada budidaya kacang
panjang berdasarkan rekomendasi yang tersaji di tabel
-1
4 berkisar antara 182,77–236,88 kg ha . Rekomendasi
pemupukan dengan menggunakan pupuk SP-36
-1
berkisar antara 50,03 hingga 54,76 kg ha . Pupuk KCl
-1
yang digunakan sebesar 49,32–110,75 kg ha ,
Rekomendasi penambahan dolomit untuk budidaya
-1
kacang panjang sebesar 77,61 Kg kg ha yang hanya
dilakukan di Kecamatan Baturetno. Rekomendasi
pemupukan dengan pupuk ZA adalah 148,11–164,39
-1
kg ha .
Tabel 3 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara tanaman bawang merah
-1
Kebutuhan unsur hara kg ha
Jenis
Kecamatan
Tanah
N
P
K
Ca
Mg
S
Litosol
Rekomendasi kg ha
SPUrea
36
KCl
323,27 81,39 268,80
314,87 75,50 267,60
323,84 78,48 275,05
309,76 76,00 275,06
313,88 78,60 253,22
293,84 80,23 239,49
269,73 77,02 243,82
-1
81,06
77,20
81,32
74,84
76,74
67,52
56,43
14,78
13,86
14,33
13,94
14,35
14,60
14,10
69,28
68,56
73,03
73,04
59,93
51,69
54,29
19,03
18,63
19,00
19,15
19,34
19,00
19,14
Rekomendasi Pemupukan kg ha
SPUrea
36
KCl
Dolomit ZA
176,22 94,12 115,46
326,76
167,82 88,23 114,27
319,82
176,78 91,22 121,72
326,20
162,70 88,74 121,73
328,76
166,83 91,33 99,89
332,02
146,79 92,96 86,15
326,29
122,68 89,75 90,49
328,69
66,26
73,48
80,21
68,36
63,46
79,57
77,02
14,19
14,16
13,88
14,09
14,36
14,10
13,88
41,67
71,64
72,94
54,15
69,90
74,02
74,98
19,57
19,19
19,29
19,23
18,72
18,64
19,17
144,04
159,73
174,38
148,60
137,95
172,98
167,42
90,34
90,13
88,39
89,70
91,41
89,75
88,39
69,45
119,41
121,57
90,25
116,50
123,37
124,96
336,10
329,48
331,25
330,18
321,40
320,01
329,20
20
Prasetya et al.
Andosol
Jatipuro
63,52
Aluvial
Baturetno
77,98
Sumber : Analisis Laboratorium
Vol 4. No 2. 2015
14,39
14,01
52,33
73,50
15,28
Tabel 4 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara kacang panjang
-1
Kebutuhan unsur hara kg ha
Jenis
Kecamatan
Tanah
N
P
K
Ca
Mg
Litosol
Slogohimo
108,71
Nguntoronadi
104,84
Giriwoyo
108,96
Pracimantoro
102,49
Manyaran
104,38
Latosol
Jatisrono
95,17
Ngadirojo
84,08
Karang Tengah
93,90
Mediteran Giriwoyo
101,12
Wuryantoro
107,86
Purwantoro
96,00
Grumosol Selogiri
91,10
Kismantoro
107,21
Regosol
Wuryantoro
104,66
Andosol
Jatipuro
91,16
Aluvial
Baturetno
105,63
Sumber : Analisis Laboratorium
8,78
7,86
8,33
7,94
8,35
8,60
8,10
8,19
8,16
7,88
8,09
8,36
8,10
7,88
8,39
8,01
36,28
35,56
40,03
40,04
26,93
18,69
21,29
8,67
38,64
39,94
21,15
36,90
41,02
41,98
19,33
40,50
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat ketersediaan unsur hara dalam tanah pada
daerah yang menjadi objek penelitian ini secara
garis besar sangat rendah.
2. Rekomendasi pemupukan yang dihasilkan untuk
tanaman cabai adalah 269,73–323,84 kg urea,
75,50–81,39 kg SP-36, 222,78–278,30 kg KCl dan
144,74-164,39 kg pupuk ZA.
3. Rekomendasi pemupukan yang dihasilkan untuk
tanaman bawang merah adalah 137,96–176,22 kg
urea, 88,23-94,12 kg SP-36, 69,45-122,49 kg KCl
dan 319,82–332,02 kg pupuk ZA.
4. Rekomendasi pemupukan yang dihasilkan untuk
tanaman kacang panjang adalah 182,77–236,88 kg
-1
urea, 88,23-94,12 kg ha SP-36, 49,32–110,75 kg
KCl dan 148,11–164,39 kg pupuk ZA.
Saran
Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah
diperlukan adanya uji aplikasi rekomendasi
pemupukan dilapang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman S, Suhartatik E, Kasno A, Setyorini D.
2008. Modul pemupukan padi sawah spesifik lokasi.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Abdulsalam MA AL, AF Hamaiel 2004, effect of planting
dates and compouned fertilizers on growth, yield
and quality of hassawi onion under al-hassa oasis
conditions. Scientific Journal of King Faisal
University. 5(1).
18
23,28
18,99
18,43
138,08
169,53
91,61
89,22
87,22
122,49
326,13
316,44
50,95
-1
S
9,03
8,63
9,00
9,15
9,34
9,00
9,14
9,57
9,19
9,29
9,23
8,72
8,64
9,17
8,99
8,43
Rekomendasi Pemupukan kg ha
SPUrea
36
KCl
Dolomit ZA
236,32 55,92
95,71
155,05
227,92 50,03
93,82
148,11
236,88 53,02 105,61
154,49
222,80 50,54 105,63
157,05
226,92 53,13
71,05
160,31
206,89 54,76
49,32
154,58
182,77 51,55
56,18
156,98
204,14 52,14
22,87
164,39
219,83 51,93 101,95
157,77
234,47 50,19 105,38
159,54
208,70 51,50
55,80
158,47
198,04 53,21
97,36
149,70
233,07 51,55 108,22
148,30
227,52 50,19 110,75
157,50
198,17 53,41
51,00
154,42
229,62 51,02 106,84
77,61 144,74
Aishah S, Hassan, R Zainal A, MF Ramlan. 1995,
Growth and yield of chilli (Capsicum annuum L,) in
response to mulching and potassium fertilization
pertanika. J Trap Agric Sci. 18(2):113-117.
Ardell D, Halvorson, Michael EB, Curtis AR, and Abdel
B. 2008. Nitrogen effects on onion yield under drip
and furrow irrigation. Agronomy J. 100(4).
Brady CN. 1992. The nature and properties of soil.
Macmillan New York: Publishing Company 621 p.
BPS. 2011. Wonogiri dalam angka 2011. Wonogiri:
Badan Pusat Statistika Kabupaten Wonogiri.
BPS. 2012. Wonogiri dalam angka 2012. Wonogiri:
Badan Pusat Statistika Kabupaten Wonogiri.
Dierolf T, T Fairhurst, E Mutert. 2001. Soil fertility kit: a
tool kit for acid, upland soil fertility management in
southeast asia. Canada: PT Jasa Katom; and
Potash & Phosphate Institute (PPI).
Hakim N, MY Nyakpa, AM Lubis, Sutopo G, NMA Diha,
GB Hong, HH Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah.
Lampung: Universitas Lampung.
Happy A. 2009. Peran dan identifikasi komoditas
unggulan di kabupaten wonogiri. Embryo 6(2).
Ispandi A. 2002. Pemupukan NPKS dan dinamika hara
dalam tanah dan tanaman kacang tanah di lahan
kering tanah alfisol. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 21(1).
Lattanzio V, Arpaia S, Cardinali A, Di Venere D, and
Linsalata V. 2000. Role of endogenous flavonoids in
resistance mechanism of vigna to aphids. J Agric
Food Chem. 48(11): 5316–5320.
Lingga P. 1989. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta:
Penebar Swadaya.
MP Sirappa, Peter T. 2013. Determination of K nutrient
availability class for corn using several methods.
Wudpecker Journal of Agricultural. 2(12): 258– 364.
21
Prasetya A et al.
Miller MH, CP Mamaril, GJ Blair. 1970. Ammonium
effects and phosphorus absorbtion through pH
changes and phosphorus precipitation at the soil
root interface. Agron Journ. 62:524- 527.
Mulyono BS. 2013. Rekomendasi pemupukan berbagai
macam jenis tanah untuk jagung, padi dan
singkong di kabupaten wonogiri. J Agron Res. 2
(2):14-19.
Nurmegawati et al. 2012. Tingkat kesuburan dan
rekomendasi pemupukan N, P dan K tanah sawah
Kabupaten Bengkulu Selatan. J Solum. 9(2): 11-18
Nurmegawati, Yahumri, Afrizon. 2015. Rekomendasi
pupuk tanaman jagung dan kedelai di Kabupaten
Kaur, Bengkulu. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indo 1
(916 4):914-917.
Nusyamsi D, Suprihati. 2005. Sifat-sifat kimia dan
mineralogi
tanah
serta
kaitannya
dengan
kebutuhan pupuk untuk padi (Oryza sativa), jagung
(Zea mays), dan kedelai (Glycine max). Bul Agron.
33(3):40 – 47.
Purba R. 2014. Applications of NPK phonska and kcl
fertilizer for the growth and yield of shallots (Allium
Ascalonicum) in Serang, Banten. International J of
Applied Science and Technology. 4(3).
Vol 4. No 2. 2015
Purwati E, Jaya B, Duriat AS. 2000, Penampilan
beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap
penyakit virus kerupuk, J Hort. 10 (2):88-94.
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu kesuburan
tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Setyorini D, Widowati LR, Kasno A. 2006, Petunjuk
penggunaan perangkat uji tanah sawah (PUTS),
Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Suryadi et al. 2003. Karakteristik dan deskripsi plasma
nutfah kacang panjang, balai penelitian tanaman
sayuran lembang. Buletin Plasma Nutfah 9 (1).
Syafruddin. 2008 Rekomendasi pemupukan P untuk
tanaman
jagung
pada
tanah
inceptisols
menggunakan pendekatan uji tanah. J Tanah Trop
13(2): 95-102,
Wijanarko A, A Taufiq, D Harnowo. 2016. Effect of
liming, manure, and NPK fertilizer application on
growth and yield performance of soybean in swamp
land.
Journal
of
Degraded
and
Mining
Landsmanagement 3 (2): 527-533.
Winarso S. 2005. Kesuburan tanah dasar kesehatan
dan kualitas tanah. Yogyakarta: Gaya Media.
22
Download