Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen
keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan
instrumen lainnya Darmadji dan Fakhrudin (2012:1). Keberadaan pasar modal
memungkinkan perusahaan-perusahaan yang memerlukan modal tambahan bisa
mendapatkannya dimasyarakat, sedangkan bagi masyarakat pasar modal menjadi
salah satu media investasi. Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modal menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke
pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang
dimiliki, maka pihak yang kelebihan dana mengharapkan akan memperoleh
imbalan dari penyerahan dana tersebut.
Pergerakan saham yang terjadi pada harga satu saham di lantai bursa
dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal
yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan, yaitu kinerja
manajemen, kondisi perusahaan dan prospek perusahaan, sedangkan faktor
eksternal meliputi berbagai informasi di luar perusahaan, yaitu informasi ekonomi
makro, politik dan kondisi pasar.
Saat permintaan pada suatu saham tinggi dan penawaran relatif tetap
ataupun hanya bertambah sedikit, maka harga saham akan bergerak naik. Begitu
pula sebaliknya, jika permintaan rendah maka harga saham akan bergerak turun,
tetapi kejadiannya tidak selalu berlangsung demikian, masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi harga saham tersebut. Peningkatan jumlah dan frekuensi
perdagangan juga merupakan indikasi akan terjadinya pergerakan saham, baik itu
naik atau turun (pola trading harian).
Kedua informasi tentang faktor internal dan eksternal ini akan
dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi pada perusahaan. Faktor
internal perusahaan akan tergambar pada prospektus dan laporan keuangan.
1
Prospektus dan laporan keuangan ini akan dijadikan panduan oleh investor dalam
menilai
kinerja
suatu
perusahaan
sehingga
diharapkan
investor
dapat
menginvestasikan dananya pada perusahaan yang tepat agar dana yang
ditanamkan tersebut dapat berkembang secara maksimal.
Pada umumnya kinerja perusahaan dan harga saham akan selalu bergerak
searah. Karena semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, maka semakin
tinggi laba yang diperoleh sehingga akan semakin banyak keuntungan yang dapat
dinikmati oleh para pemegang saham artinya semakin besar pula tingkat
pengembalian sahamnya.
Bagi calon investor yang rasional keputusan investasi dalam suatu saham
harus didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang diperkirakan
akan mempengaruhi harga suatu saham. Salah satu investasi yang banyak diminati
oleh para investor asing maupun luar negeri di pasar modal adalah investasi
saham perusahaan-perusahaan yang go public.
Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko
tinggi, karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi, baik perubahan di dalam negeri maupun di luar negeri, perubahan di
bidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang atau peraturan maupun
perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri (kepemimpinan,
manajemen personalia, proses produksi, pendistribusian dan sebagainya).
Perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif dan negatif.
Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) Husnan (2009:279). Saham menyatakan
bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu.
Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi
pemilik atau pemegang saham perusahaan.
Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin
memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai
2
perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan.
Harga saham pada suatu perusahaan biasanya juga dijadikan sebagai
pertimbangan para investor dalam menentukan pembelian saham. Biasanya para
investor melakukan analisis fundamental dan teknikal. Investor menilai semakin
tinggi harga saham pada suatu perusahaan, maka semakin tinggi juga return yang
akan diterima oleh investor.
Investasi di pasar modal sekurang-kurangnya perlu memperhatikan dua hal,
yaitu keuntungan yang diharapkan dan risiko yang mungkin terjadi. Ini berarti
investasi dalam bentuk saham menjanjikan keuntungan sekaligus risiko.
Pemilikan harga saham yang baik akan dilihat seiring berjalannya waktu dengan
perbandingan pendapatan perusahaan (earning). Investor saham mempunyai
kepentingan terhadap informasi antara lain tentang EPS dan PER dalam
menentukan penentuan harga saham.
Earning Per Share (EPS) dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih per lembar saham yang merupakan indikator
fundamental. Keuntungan perusahaan yang sering kali dipakai sebagai acuan
untuk mengambil keputusan investasi dalam saham.
Rasio lain yang termasuk dalam rasio-rasio keuangan yaitu Price Earning
Ratio (PER) dari rasio penilaian pasar. Bagi para investor semakin tinggi Price
Earning Ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami
kenaikan. Dengan begitu Price Earning Ratio (ratio harga terhadap laba) adalah
perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham) dengan
earning pershare (laba perlembar saham) (Fahmi dan Hadi, 2011:78). Alasan
penulis mengambil variabel PER karena rasio ini dilihat oleh investor sebagai
suatu ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan dari suatu perusahaan.
Unit analisis yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel perusahaan
yang bergerak dalam telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Industri telekomunikasi ini sangat menarik untuk diamati tingkat EPS dan PER.
3
Pada perdagangan Rabu (17/10/2012), saham PT Telekomunikasi Indonesia
(TLKM) ditutup melemah Rp100 (1,01%) ke posisi Rp9.750; PT Indosat (ISAT)
naik Rp200 (3,38%) ke angka Rp6.100; PT XL Axiata (EXCL) naik Rp150
(2,12%) ke posisi Rp7.200; PT Bakrie Telecom (BTEL) naik Rp2 (2,77%) ke
level Rp74; dan PT Smartfren Telecom (FREN) menguat Rp29 (34,11%) ke
Rp114 per saham.
Saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) paling menarik dibandingkan empat
saham operator telekomunikasi lainnya, berdasarkan perhitungan nilai perusahaan
berbanding pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amoritisasi
(EV/EBITDA). Dari sisi kinerja fundamental XL Axiata, satu-satunya operator
telekomunikasi yang membukukan pertumbuhan laba bersih. Berdasarkan data
Bloomberg, EV/EBITDA XL Axiata tercatat sebesar 7,15 kali, sementara PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar 5,52 kali, PT Indosat Tbk (ISAT)
sebesar 5,04 kali, dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sebesar 10,25 kali.
EV/EBITDA PT SmartFren Tbk (FREN) tidak dapat ditampilkan karena kinerja
perseroan masih negatif. (www.indonesiafinancetoday.com)
Hal ini juga terjadi pada Price Earning Ratio (PER) tahun 2012. Dilihat dari
sisi sisi valuasi Price Earnings Ratio (PER) , EXCL di level 20,26 kali, TLKM di
15,44 kali, dan INVS di level 72,9 kali. Selebihnya minus--ISAT -122 kali, BTEL
-1,5 kali, FREN -1,1 kali. “Jadi, yang PER-nya masih positif hanya tiga, TLKM,
EXCL, dan INVS. PER minus menunjukkan laba usaha yang mengalami kerugian
per kuartal II-2012,” imbuh Abdin.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Earning Per Share (EPS), dan
Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham dibutuhkan penelitian. Maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam
skripsi dengan judul : “Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning
Ratio
(PER)
terhadap
Harga
Saham
pada
Perusahaan
Sektor
4
Telekomunikasi yang Listing di Bursa Efek Indonesia pada Periode 20072011”
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis
mendapatkan beberapa masalah pokok, antara lain :
1. Bagaimana perkembangan Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), dan harga saham pada perusahaan Sektor Telekomunikasi
yang Listing periode 2007-2011.
2. Berapa besar pengaruh Earning Per Share (EPS), dan Price Earning
Ratio (PER) terhadap harga saham secara simultan pada perusahaan
Sektor Telekomunikasi yang Listing periode 2007-2011.
3. Berapa besar pengaruh Earning Per Share (EPS), dan Price Earning
Ratio (PER) terhadap harga saham secara parsial pada perusahaan
Sektor Telekomunikasi yang Listing periode 2007-2011.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan
data dan memperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti pada perusahaan Sektor Telekomunikasi periode 2007-2011 yang akan
digunakan
sebagai
sumber
penelitian
dan
bahan
dalam
memecahkan
permasalahan dalam skripsi ini.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui perkembangan Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), dan harga saham pada perusahaan Sektor Telekomunikasi yang
Listing periode 2007-2011.
2.
Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS),dan Price Earning
Ratio (PER) terhadap harga saham secara simultan pada perusahaan Sektor
Telekomunikasi yang Listing periode 2007-2011.
5
3.
Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS), dan Price Earning
Ratio (PER) terhadap harga saham secara parsial pada perusahaan Sektor
Telekomunikasi yang Listing periode 2007-2011.
1.4
Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini adalah
1.
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan
dan pertimbangan yang berarti dalam membuat keputusan keuangan dimasa
yang akan datang khususnya yang mempengaruhi Earning Per Share (EPS),
dan Price Earning Ratio (PER) sehingga bisa meningkatkan harga saham
perusahaan.
2.
Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang diharapkan dapat
menambah wawasan pengetahuan dan daya nalar, sehingga dapat lebih
memahami aplikasi dan teori-teori yang selama ini dipelajari dibandingkan
dengan kondisi yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
3.
Bagi Pihak Lain
Penulis berharap penelitian ini dapat berguna sehingga dapat menambah
pengetahuan dan informasi sehubungan dengan pemecahan masalah,
khususnya dalam menilai kinerja perusahaan dan perubahan harga
sahamnya serta dapat menggunakannya sebagai bahan tambahan informasi,
perbandingan atau referensi bagi penelitian lebih lanjut.
1.5
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Bagi negara yang sedang melakukan pembangunan ekonomi, modal atau
dana yang besar akan sangat dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan yang
ditargetkan. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang penting bagi
perekonomian suatu bangsa.
6
Definisi pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 sebagai
berikut:
“Kegiatan
yang
bersangkutan
dengan
Penawaran
Umum
dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Keputusan investasi oleh pihak investor ditentukan oleh pengharapan masa
yang akan datang mereka atas kesuksesan suatu usaha. Mereka bersedia
menanamkan
dana
jika
mereka
menganggap
prospek
suatu
investasi
menguntungkan.
Informasi mengenai perusahaan merupakan unsur yang penting bagi
investor untuk membuat keputusan investasi, karena informasi tersebut
memberikan gambaran suatu perusahaan baik mengenai kondisi, performa, dan
prospek dimasa yang akan datang. Oleh karena itu terdapat berbagai macam
analisis yang timbul akibat kebutuhan investor untuk mengetahui kinerja dari
perusahaan tersebut. Informasi yang berasal dari perusahaan yang umum tersedia
bagi para pelaku pasar dan dipublikasikan adalah laporan keuangan
Pengertian laporan keuangan itu sendiri menurut Fahmi (2011:2) sebagai
berikut :
“Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut
dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan
tersebut.”
Agar informasi, khususnya informasi yang menyangkut laporan keuangan
dan prestasi perusahaan bermanfaat bagi para investor maka mereka harus dapat
memilih informasi-informasi yang relevan dari informasi yang tersedia kemudian
membandingkan informasi tersebut dengan informasi perusahaan pada masa lalu.
Dengan demikian, investor merupakan salah satu pihak yang mempunyai
kepentingan langsung terhadap informasi keuangan. Investor memerlukan
informasi kuantitatif yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan karena
laporan keuangan memberikan informasi keuangan perusahaan penerbit saham
7
(emiten), yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor dalam
berinvestasi.
Adapun faktor-faktor yang mendapat perhatian investor adalah Earning Per
Share (EPS),dan Price Earning Ratio (PER). EPS merupakan suatu analisis yang
menggambarkan jumlah keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap lembar
sahamnya. Istilah laba per lembar saham mengacu pada laba bersih yang
diperoleh dari setiap saham biasa yang beredar pada periode tertentu.
Menurut Gitman (2009:68) :
“The firm’s earnings per share (EPS) is generally of interest to present or
prospective stockholders and management. As we noted earlier, EPS
represents the number of dollars earned during the period on behalf of
each outstanding share of common stock.”
Salah satu pertimbangan yang digunakan investor untuk berinvestasi pada
suatu perusahaan adalah Rasio Earning Per Share (EPS) yang seringkali dipakai
sebagai acuan untuk mengambil keputusan dalam saham. Pada umumnya, investor
akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar
saham (EPS), sebab EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut
kondisi dan kinerjanya dalam keadaan baik sehingga mampu memberikan tingkat
kesejahteraan yang tinggi kepada pemegang sahamnya, maka biasanya permintaan
terhadap saham tersebut akan naik sehingga harga saham perusahaan meningkat.
Investor mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perubahan
dimasa yang akan datang.
Untuk mencari EPS menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:154)
dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π‘ƒπ‘’π‘Ÿ π‘ β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’ =
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿ
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba
untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang
tergambar pada setiap lembar saham. Makin tinggi nilai EPS tentu saja
menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan
untuk pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang
8
diterima pemegang saham. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan
mempengaruhi harga saham perusahaan, demikian pula sebaliknya. Dengan
demikian Earning Per Share (EPS) akan berpengaruh positif terhadap harga
saham.
Selain EPS terdapat pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis
harga saham, yaitu Price Earning Ratio (PER). Di mana PER menggambarkan
harga saham di bursa pada tanggal neraca atau tanggal yang lain dibandingkan
laba per saham selama satu periode. Menurut Darmadji dan Fakhrudin
(2012:156), PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika PER tinggi, berarti harga saham itu
terlalu mahal atau sebaliknya. Dengan demikian, dari kepentingan pembeli saham
akan lebih menguntungkan untuk membeli saham yang PER-nya rendah, karena
saham dengan PER yang rendah cenderung akan mengalami kenaikan harga
saham, sementara jika PER menunjukkan PER yang tinggi, maka saatnya bagi
pemilik untuk menjual saham tersebut. Menurut Tandelilin (2010:375), Informasi
PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan
besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga
merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan.
Price Earning Ratio (PER) yang tinggi akan menyebabkan harga saham
yang tinggi, begitu pula sebalikya Price Earning Ratio (PER) yang rendah akan
menyebabkan harga saham yang rendah sehingga Price Earning Ratio (PER)
berpengaruh positif terhadap harga saham.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:156) Price Earning Ratio
(PER) dapat dicari menggunakan rumus:
π‘ƒπ‘Ÿπ‘–π‘π‘’ πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š
𝐸𝑃𝑆
Rasio ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham.
Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan
untuk pengembalian dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan
9
pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan
investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap perolehan laba perusahaan.
Informasi laporan keuangan yang diperoleh dari Earning Per Share (EPS),
dan Price Earning Ratio (PER) merupakan informasi yang penting dengan
pengambilan keputusan investasi. Perusahaan yang memiliki performance dan
prestasi yang baik akan memiliki harga saham yang tinggi dan cenderung naik.
Perusahaan yang cenderung sehat dengan performance yang baik seperti tingkat
laba yang tinggi dengan tingkat pertumbuhan rata-rata di atas industri yang
sejenis, mempunyai dividen yang tinggi, akan dapat diketahui melalui analisis
laporan keuangan tersebut dan tentunya diharapkan saham perusahaan tersebutlah
yang akan dipilih.
Harga saham dalam penelitian ini merupakan harga pasar dalam pengertian
harga saham dalam pasar sekunder. Pasar sekunder adalah pasar untuk
memperdagangkan saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder
ditentukan para investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Harga
pasar saham memiliki nilai yang berbeda-beda untuk setiap waktu hal ini terjadi
karena sesuai indikator kinerja perusahaan tersebut yang tercermin dari
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, semakin sering dan besar perusahaan
menghasilkan laba maka akan semakin tinggi juga harga sahamnya.
Semakin besar keuntungan pemegang saham pada Earning Per Share (EPS)
yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS, maka
kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang
sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan jumlah laba yang diperoleh setiap
lembar selama periode tertentu.
EPS memiliki hubungan yang cukup kuat dengan harga saham dan
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. EPS juga merupakan salah
satu variabel keuangan yang menggambarkan kinerja perusahaan. Jika variabel
keuangan tersebut menunjukkan kinerja yang baik atas suatu perusahaan maka
investor cenderung tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut, kemudian
akan berpengaruh terhadap harga saham. Jika permintaan lebih banyak dari pada
10
jumlah saham yang ditawarkan, maka harga saham tersebut akan semakin
meningkat, sebaliknya jika permintaan lebih sedikit maka harga saham juga akan
turun. EPS digunakan untuk mengukur perolehan pemegang saham dari tiap unit
investasi dan sebagai dasar investor dalam menginvestasikan modalnya karena
EPS dapat mengukur laba yang diperoleh oleh setiap lembar saham.
Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena
makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan memungkinkan
peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham (Darmadji dan
Fakhruddin,2012:154). Investor memperhatikan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih pada setiap lembar saham dalam keputusan
pembelian saham. Perusahaan dengan EPS yang semakin naik akan menarik
investor karena EPS menunjukkan laba yang berhak didapatkan oleh pemegang
saham atas satu lembar saham yang dimilikinya, sehingga memiliki hubungan
dengan harga saham.
Selanjutnya selain EPS, Price Earning ratio (PER) memiliki pengaruh
langsung terhadap harga saham di mana PER merupakan cerminan rupiah yang
berani dibayar investor untuk setiap rupiah laba.
Bagi investor, makin kecil PER suatu saham makin bagus karena saham
tersebut termasuk murah (Darmadji dan Fakhruddin,2012:156). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa PER memiliki pengaruh secara langsung terhadap harga
saham, dimana PER melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan
yang dicerminkan oleh EPS-nya.
11
Kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, dapat digambarkan dengan
menggunakan flow chart sebagai berikut :
Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Pasar Modal
Analisis
Sekuritas
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
Penilaian Saham
melalui Laporan
Keuangan
Penilaian Saham
melalui Rasio-Rasio
EPS
PER
Harga Saham
Keterangan :
= Diteliti
=Tidak
Diteliti
12
Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran
yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan
diuji kebenarannya yang menyatakan bahwa: “ Terdapat hubungan yang positif
Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Listing di Bursa Efek
Indonesia pada Periode 2007-2011”.
1.6
Metode Penelitian
Bentuk atau jenis penelitian ini dalam pelaksanaannya adalah deskripsi-
verifikatif dengan metode penelitian explanatory survey, yaitu penelitian yang
bertujuan
untuk
menafsirkan
hubungan
antara
variabel
dengan
cara
menginterpretasikan terlebih dahulu kesimpulan yang akan diperoleh melalui
pengajuan hipotesis.
Menurut Suliyanto (2009:9) riset deskriptif adalah :
“Riset deskriptif adalah riset yang dilakukan untuk menganalisis satu atau lebih
variabel tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain.”
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan metode
verifikatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
kausalitas antar variabel suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan
statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis tersebut
diterima atau ditolak.
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data yang diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan (data sekunder) yang kemudian
diolah sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, adapun operasional variabel
yang digunakan yaitu harga saham sebagai variabel tidak bebas (dependent)
sedangkan Earning Per Share merupakan variabel bebas (independent), dan Price
Earning Ratio merupakan variabel bebas (independent). Selanjutnya penulis
13
melakukan analisis regresi dan korelasi. Analisis regresi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana
hubungan variabel independen dan dependen.
Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk menerangkan kekuatan dan arah
hubungan antara variabel independen dan dependen. Untuk pengujian hipotesis
dilakukan dengan uji t untuk pengujian secara parsial dan uji F untuk pengujian
secara simultan.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah studi
lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Research). Studi
lapangan (Field Research) dilakukan dengan cara melakukan observasi untuk
memperoleh data berupa laporan keuangan perusahaan (emiten) di BEI dengan
mengunjungi pusat referensi pasar modal di Pojok Bursa Universitas Widyatama,
yang nantinya akan ditransformasikan sebagai variabel penelitian yang kemudian
dianalisis dan ditarik kesimpulan. Studi kepustakaan (Library Research)
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh teori-teori yang mendukung
penelitian ini dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah
literatur teoritis berupa buku, makalah dan jurnal yang berhubungan dengan topik
penelitian dan juga dijadikan tinjauan pustaka dalam skripsi ini.
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan laporan keuangan pada perusahaan
Telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber data
diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Pojok Bursa yang berada di
kampus Universitas Widyatama, Jalan Cikutra No.204A Bandung 40125, dan di
Pojok Bursa Efek Indonesia. Adapun waktu penelitian mulai bulan April 2013
sampai dengan selesai.
14
Download