7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Facebook Menurut Siswoutomo (dalam Nugraha dkk, 2010) Facebook adalah situs web jejaring sosial. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard yang juga mantan murid Ardsley High School dan diluncurkan pada 4 Februari 2004. Keanggotaan Facebook pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, dan lainnya). Dalam kurun waktu 4 bulan semenjak peluncurannya, Facebook memiliki 30 kampus dalam jaringannya. Dengan kesuksesannya tersebut, Zuckerberg beserta 2 orang temannya memutuskan pindah ke negara bagian Palo Alto dan menyewa apartemen di sana. Setelah beberapa minggu di Palo Alto, Zuckerberg bertemu dengan Sean Parker (cofounder Napster) dan dari hasil pertemuannya tersebut Parker setuju pindah ke apartemen untuk bekerjasama mengembangkan Facebook. Tidak lama setelah itu, Parker berhasil mendapatkan Peter Thiel (cofounder Paypall) sebagai investor pertamanya. Thiel menginvestasikan 500 ribu US Dollar untuk pengembangan Facebook (Yudha, 2010). Yudha (2010) mengatakan bahwa, jumlah akun di Facebook terus meningkat, hingga pada pertengahan 2004, Friendster mengajukan tawaran kepada Zuckerberg untuk membeli Facebook seharga 10 juta US Dollar, tetapi Zuckerberg menolak. Ia tidak menyesal sebab setelah itu, Facebook menerima bantuan dana sebesar 12,7 juta US Dollar dari Accel Partners. Semenjak itu bantuan dana dari berbagai investor 8 terus mengalir untuk perkembangan Facebook. Pada September 2005, Facebook tidak lagi membatasi jaringanya hanya untuk mahasiswa, tetapi untuk para siswa SMU. Beberapa waktu kemudian Facebook dibuka untuk pekerja kantoran. Akhirnya September 2006, Facebook membuka pendaftaran bagi siapa saja yang memiliki alamat email. Nugraha, dkk (2010) menambahkan bahwa hingga Juli 2007, situs ini memiliki pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya di seluruh dunia. Dari September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 menjadi posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya. Selain menolak tawaran dari Friendster seharga 10 juta US dollar, Zuckerberg pernah menolak tawaran dari Viacom (750 juta US Dollar) dan Yahoo (1 milyar US Dollar). Tahun 2009 jumlah pengguna Facebook semakin meningkat, CEO Facebook, Mark Zuckerberg dengan bangga mengumumkan via blog resmi Facebook bahwa jumlah pengguna Facebook telah menembus angka mencengangkan, yakni 200 juta pemakai. Pertumbuhan Facebook yang sedemikian pesat terbilang fenomenal mengingat situs ini ini baru berjalan 5 tahun. Facebook kini menjadi situs jejaring yang paling populer (Kristo dalam Yudha, 2010). 9 Berikut ini tabel pertumbuhan pengguna Facebook: Tabel 2.1 Tabel pertumbuhan pengguna Facebook Bulan Tahun Jumlah Pengguna Desember 2004 1 juta Desember 2005 5,5 juta Desember 2006 12 juta April 2007 20 juta Oktober 2007 50 juta Agustus 2008 100 juta Februari 2009 175 juta April 2009 200 juta Sumber: www.tips-fb.com (dalam Yudha, 2010) 2.2 Usia Mahasiswa / i Umumnya, usia rata-rata mahasiswa / i yang mengambil jenjang studi strata 1 adalah 18-22 tahun terhitung dari semester 1 sampai semester akhir. Oleh karena itu, kisaran umur tersebut berdasarkan pengelompokkan Santrock (2003, p 26) terdapat 2 tahap yaitu tahap remaja dan tahap dewasa muda. Usia remaja adalah sekitar usia 11-19 tahun, sedangkan usia dewasa muda adalah awal 20-30an tahun. Dalam penelitian ini, penulis memilih tahap dewasa muda, yaitu usia 20-22 tahun karena pada tahap dewasa muda individu mulai karier dan biasanya mencari pasangan intim untuk pacaran yang lebih serius atau bahkan membangun rumah tangga (Santrock, 2008). 2.2.1 Tahap Dewasa Muda Menurut Santrock (2008, p 42), tahap dewasa muda berkisar antara awal usia 20-30an tahun. Berikut akan dijelaskan tahap ini dari berbagai segi perkembangan, yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosioemosional. 10 2.2.1.1 Perkembangan Fisik Kondisi fisik tidak hanya mencapai puncaknya pada awal masa dewasa, tetapi juga menurun selama periode ini. Puncak kemampuan fisik dicapai pada usia di bawah 30 tahun. Perhatian pada kesehatan meningkat di antara orang dewasa, dengan perhatian khusus terhadap diet, berat badan, olah raga, dan ketergantungan obat-obatan. 2.2.1.2 Perkembangan Kognitif Piaget (dalam Santrock, 2002), mengatakan bahwa setiap individu melalui perkembangan empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut: 1. Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), Tahap ini terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama Piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi, seperti melihat dan mendengar melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. 2. Tahap praoperasional (preoperational stage) Tahap ini terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua Piaget. Di sini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar dan mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif dirinya dengan perspektif orang lain atau anak hanya melihat sesuatu dari sisi dirinya saja. Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam 11 kehidupan dan dapat bertindak, seperti seorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. 3. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) Tahap ini berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga Piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkrit. 4. Tahap operasional formal (formal operational stage) Tahap ini terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir dari Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai. Setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan hal utama. Perry (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa terdapat perubahanperubahan penting dalam cara berpikir tahap dewasa muda dengan tahap remaja sebelumnya. Pada remaja sering memandang dunia dalam dualisme pola polaritas, 12 seperti benar/ salah, baik/ buruk, atau kami/ mereka. Tetapi pada tahap dewasa muda sudah menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspekitif yang dipegang orang lain, yang telah mengguncang dualistik mereka. Sudut pandang lain tentang perubahan kognitif pada orang dewasa dikemukakan oleh K. Warner Schaie. Schaie (dalam Santrock, 2002 ), ia percaya bahwa tahap-tahap kognitif Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam pemerolehan informasi yang baru. Schaie (dalam Santrock, 2002) membagi empat fase kognitif pada dewasa, yaitu fase mencapai prestasi (achieving stage), fase tanggung jawab (the responsibility stage), fase eksekutif (the executive stage), dan fase reintegratif (the reintegrative stage), berikut dijelaskan fase-fase yang terjadi pada dewasa muda yaitu fase mencapai prestasi dan fase tanggung jawab: 1. Fase mencapai prestasi (achieving stage) adalah fase di masa dewasa awal yang melibatkan penerapam intelektualitas pada konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. 2. Fase tanggung jawab (the responsibility stage) adalah fase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan kepada keperluankeperluan pasangan dan keturunan. 2.2.1.3 Perkembangan Sosio-Emosional Menurut Erikson (dalam Santrock, 2002), pada masa dewasa muda, individu mengalami fase keenam dari tahap-tahap perkembangan, yaitu keintiman versus isolasi. Jika keintiman tidak berkembang pada dewasa awal, individu mungkin akan mengalami apa yang disebut Erikson sebagai “isolasi”. Erikson (dalam Santrock, 2002) juga menambahkan bahwa pada masa ini, individu menghadapi tugas membentuk hubungan intim dengan orang lain. 13 Ketidakmampuan untuk membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain dapat berbahaya bagi kepribadian individu. Hal itu mungkin menyebabkan seseorang menolak, mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap membuat mereka frustasi. Berbicara tentang keintiman yang berhubungan dengan percintaan, berdasarkan Sternberg’s triangular theory of love (dalam Papalia, dkk, 2002) terdapat 3 elemen cinta, yaitu: a. Intimacy, elemen emosional yang melibatkan self-disclosure, yang memunculkan untuk menjalin hubungan, kehangatan, dan kepercayaan. b. Passion, elemen emosional yang berdasarkan dorongan dalam diri yang menerjemahkan keinginan psikologis ke dalam gairah seksual. c. Commitment, elemen kognitif yaitu keputusan untuk mencintai dan tetap setia dengan orang yang disayangi. 2.3 Kecemburuan 2.3.1 Arti Kecemburuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kecemburuan berasal dari kata dasar cemburu yang memiliki definisi kurang senang, curiga, iri, kurang percaya terhadap sesuatu. Menurut Hupka (dalam Thompson, 2006) kecemburuan meliputi perasaan takut kehilangan, kekhawatiran, kecurigaan, dan kemarahan yang merujuk pada pengkhianatan nilai-nilai suatu hubungan. Parrott & Smith (dalam Thompson, 2006), kecemburuan merupakan suatu pemikiran yang meliputi perasaan dendam dan sakit hati yang akan menimbulkan persaingan untuk mendapatkan perhatian. 14 Mullen (dalam Marizitti 2010, p. 53) kecemburuan romatis adalah fenomena kompleks yang dapat didefinisikan sebagai persepsi ancaman akan kehilangan nilainilai dalam suatu hubungan yang disebabkan saingan nyata ataupun imajinasi yang mana meliputi afektif, kognitif dan perilaku. Kecemburuan melibatkan 3 unsur, yaitu diri sendiri, pasangan, dan saingan yang menyita perhatian pasangan (Thompson, 2006). 2.3.2 Penyebab Kecemburuan Muise, Christofides, Desmarais (2009, p 441), berpendapat bahwa penunjukan informasi terhadap teman dan interaksi sosial pasangan dapat meningkatkan tingkat kecemburuan seseorang. Ada empat kategori yang dapat menimbulkan kecemburuan: a. saat pasangan menunjukan ketertarikan terhadap orang lain, b. saat orang lain menunjukan ketertarikan terhadap pasangan, c. saat pasangan berbicara tentang atau berinteraksi dengan lawan jenisnya, dan d. hubungan yang ambigu dari pasangan. Lain halnya menurut Harris & Darby (dalam Legerstee & Hart, 2010), ada 2 hal yang menyebabkan kecemburuan yaitu: 1. Kepuasan dan kualitas hubungan Beberapa penelitian tentang kecemburuan menghasilkan semakin tinggi tingkat kecurigaan dan rasa cemburu yang berlebihan akan memunculkan pengkhianatan terhadap individu atau pasangannya, kecurigaan dan rasa cemburu tersebut membuat pasangan merasa kurang puas dalam hubungan dan secara keseluruhan membuat kualitas hubungan rendah. 15 2. Ketidakpastian hubungan Ketidakpastian perasaan seseorang terhadap dirinya dan pasangannya serta hubungannya di masa datang bisa memicu kecurigaan dari ancaman-ancaman yang mungkin akan muncul. Salah satu faktor penyebab ketidakpastian adalah munculnya saingan. Saingan yang dimaksud adalah individu lain yang masuk dalam hubungan sehingga memunculkan ancaman dan dapat membangkitkan cemburu. 2.3.3 Dimensi Kecemburuan Menurut Marazzitti, dkk (2010, p. 55) membagi kecemburuan dalam 5 dimensi, yaitu: 1 Kecemburuan yang obsesif (obsessionality), ditandai dengan perasaan cemburu tanpa sadar yang mana individu itu pada akhirnya menyadari rasa tersebut terlalu berlebihan dan tidak realistis tetapi tetap diperjuangkan dengan banyak penekanan terhadap pasangannya. 2 Kecemburuan yang depresif (self-esteem), ditandai dengan rasa ketidakcukupan dan rendah diri dibandingkan dengan pasangannya sehingga ia tidak mempercayai kesetiaan pasangannya dan akhirnya pasangannya berpotensi menjalin hubungan jarak jauh dengan saingannya. 3 Kecemburuan perpisahan atau takut kehilangan (separation anxiety-related jealousy/ fear of loss), ditandai dengan tidak mampu menerima kehilangan pasangan di masa datang, sehingga membuat hubungan menjadi ketergantungan, dan individu selalu ingin didekat pasangan dan menunjukan tanda-tanda tertekan jika berpisah. 16 4 Kecemburuan paranoid (suspisciousness), ditandai dengan kecurigaan ekstrim, seperti menginterpretasikan dan mengendalikan tingkah laku pasangan. Tidak memberikan kepercayaan terhadap pasangan meskipun pasangannya ini setia. 5 Kecemburuan sensitivitas (interpersonal sensitivity), ditandai dengan sensitivitas yang berlebihan terhadap pasangan dengan stimulus dan situasi eksternal, segalanya dianggap berpotensi agresif terhadap dirinya baik orang atau sesuatu yang tidak dikenalnya. 2.3.4 Komponen Kecemburuan Menurut Ben-ze’ev (dalam Legerstee & Hart, 2010) mengkategorikan komponen dalam kecemburuan percintaan, yaitu ketakutan kehilangan pasangan karena orang lain, kecintaan dengan pasangan, dan kemarahan atau kesedihan yang ditimbulkan dari situasi negatif. Berikut penjelasan dari ketiga komponen tersebut: 1. Ketakutan kehilangan pasangan karena orang lain Pada dasarnya, kecemburuan merupakan suatu ancaman untuk menilai kualitas suatu hubungan. Ketakutan kehilangan karena orang lain dan akhirnya berpisah merupakan hal yang buruk. Kecemburuan tidak hanya sekedar diasosiasikan sebagai situasi yang buruk dalam hubungan tetapi juga kemungkinan yang bisa mengakibatkan berakhirnya suatu hubungan, dalam hal ini kecemburuan dikategorikan sebagai rasa takut. Contoh kasusnya apabila ada orang lain yang tertarik dan jatuh cinta kepada pasangan , jika Anda terlalu bersedih maka bisa mengakibatkan putusnya hubungan, lain hal nya jika Anda percaya terhadap 17 kesetiaan pasangan maka Anda akan lebih berpikir rasional bahwa Anda tidak akan kehilangan pasangan karena keberadaan orang lain. 2. Kecintaan dengan pasangan Biasanya kecemburuan diartikan sebagai wujud perhatian dan cinta yang berkorelasi positif terhadap keromantisan percintaan. Kecemburuan bisa menjadi bayang-bayang komitmen di suatu hubungan, ia bisa menyita kepedulian individu terhadap hubungan percintaan dengan pasangannya sehingga disebut “the shadow of love.” 3. Kesedihan yang ditimbulkan dari situasi negatif Kesedihan akibat kecemburuan muncul untuk mengekspresikan tekanantekanan yang terjadi. Kesedihan dalam kecemburuan diasosiasikan sebagai kemarahan, rasa malu, frustasi, merasa tidak aman, keputusasaan, dan ketidakberuntungan dalam percintaan. Kesedihan dalam hal ini bukan berfokus pada ketahanan tetapi pada kepasrahan terhadap situasi yang tidak bisa kita kendalikan. Dari kesedihannya seseorang bisa terus memperjuangkan hubungannya untuk tidak kehilangan pasangan atau dapat memunculkan kemarahan atas pengkhianatan pasangannya. 2.3.5 Perbedaan Gender dalam Kecemburuan Menurut Harris & Darby (dalam Legerstee & Hart, 2010) salah satu hipotesis mengatakan bahwa lelaki akan sangat marah jika pasangannya berkhianat dengan berhubungan seksual dengan lelaki lain, sedangkan perempuan akan sangat marah jika pasangannya berkhianat secara emosional. Menurut Denisiuk (2004), berpendapat tentang perbedaan gender dalam kecemburuan menggunakan teori struktur sosial (the social sctructure theory) yaitu, 18 menekankan bahwa kecemburuan merupakan ancaman dalam sebuah hubungan dengan pasangan karena penampilan fisik. Pada lelaki, kecemburuan dipicu karena isyarat-isyarat yang mengindikasikan perselingkuhan seksual. Ini terjadi misalnya ketika kekasihnya tersenyum kepada lelaki lain, terlebih jika lelaki lain tersebut lebih muda, tampan, dan berstatus sosial tinggi. Akibatnya, lelaki berusaha terlibat dalam segala perilaku kekasihnya untuk memonopoli akses seksual pasangannya. Lain halnya dengan kecemburuan pada perempuan, menurut Denisiuk (2004), perempuan akan lebih peduli dengan perselingkuhan emosional, karena mereka sangat bergantung pada sumber daya pasangan yang tersedia untuk mereka. Sehingga, jika kekasih mereka secara emosional tertarik dengan wanita lain, maka akan mempengaruhi komitmen yang telah terjalin. Menurut Looy (dalam Denisiuk, 2004), kecemburuan perempuan dipicu oleh isyarat yang terkait dengan hubungan emosional atau kehadiran wanita yang lebih muda dan lebih menarik dari dirinya. Harris & Darby (dalam Legerstee & Hart, 2010) menambahkan bahwa perempuan dari terdahulunya dihadapkan pada tantangan untuk mencegah pasangannya berbagi entah itu material maupun non material yang seharusnya untuk keluarganya kepada perempuan lain. Akibat dari kehilangan material dan non material tersebut perempuan memikirkan keberlangsungan hidupnya dan juga anakanaknya. Perempuan berpikir dari perselingkuhan emosional merupakan sebuah petunjuk bahwa ia akan kehilangan material dan non material pasangannya sehingga perempuan akan cemburu walaupun pasangannya berselingkuh secara emosional.