Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Adat Menurut The United Nations Declaration On The Rights Of Indigenous Peoples Oleh : DANIEL S NABABAN Pembimbing I : Dr. Emilda Firdaus, SH., MH Pembimbing II : Widia Edorita, SH.,MH Alamat : Jl. Beringin, Gobah, Pekanbaru Email : [email protected] Telpon : 085355905109 ABSTRACK Issues of recognition of Indigenous People (which by the international world is translated by the term Indigenous Peoples (Ips) is a problem that has developed since Ke century - XIV. Indigenous Peoples (Ips) naturally have a genuine autonomy (original autonomous powers) and rights to land (entitlesmens to land). ILO Convention 107 of 1957 concerning Indigenous and Tribal Nations that assumes that the Indigenous People is the poorest people (Uncivilized Society) to be developed into a modern society. Protection of Land Rights of Indigenous People in the United Nations Declaration on Rights of indigenous peoples are reflected in Article 26, while the Protection of Land Rights of Indigenous People in Indonesia has been poured into the form of legislation relating to the recognition of Indigenous People in Indonesia. Terms of recognition of customary law communities along with their traditional rights is a form of acceptance tertinggi.Sampai state as an organization of power today, customary rights arrangements still sporadically scattered in various laws - laws in Indonesia, all of which are aimed at providing legal protection of JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 1 customary rights. But it becomes unclear and cause various interpretations which are not adequate with the aim, often negating the detriment of the rights of Indigenous People. As for some of the problems related to communal rights are concerned: Management Rights for Indigenous People and Land Rights Alliance for Indigenous People. Keywords: Indigenous People - Land Rights satu sisi terjadi perubahan sosial yang A. Pendahuluan Indonesia merupakan bangsa yang terkenal dengan kemajemukannya, terdiri dari berbagai suku bangsa dan hidup bersama dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibungkus semangat Bhineka Tunggal Ika. Namun demikian guna memberikan persepsi oleh sebagian masyarakat di Indonesia dapat di manfaatkan sehingga membawa kemajuan dan di sisi lain menimbulkan ketertinggalan dan keterpencilan pada kelompok disebabkan oleh faktor keterikkatan kultur/adat, agama maupun lokasi. Masyarakat yang dideskripsikan yang sama maka masyarakat adat yang dimaksud di sini adalah masyarakat dalam sebuah tatanan organisasi kemasyarakatan yang memiliki wilayah tempat tinggal, mempunyai pimpinan, harta kekayaan, serta kebersamaan hidup antar sesama anggota masyarakat1. Di masyarakat lain yang terakhir inilah yang disebut dengan masyarakat Hukum adat yang masih hidup terpencil. keadaan Walaupun ketertinggalan dalam dan keterbelakangan mereka tetap memiliki hak sebagai warga negara yang diakui dan dilindungi keberadaan dan kebebasannya untuk tetap hidup dengan 1 Zulherman Lembaga-Lembaganya, Perubahannya Idris, Hukum Keberadaan Adat dan (Suatu Pendekatan Pemahaman nilai-nilai tradisionalnya. Suatu Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum Indonesia Yang Tidak Tertulis). UIR Press, 2000, hal. 50 JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 2 kesatuan sosial yang teritorial, yang pengakuan individu melulu di bentuk atas dasar kerjasama di sebagai subjek hukum internasional. berbagai lapangan demi kepentingan Namun, bersama masyarakat hukum desa yang diharapkan tidak akan menggoyahkan tergabung dalam masyarakat hukum integritas dan persatuan nasional oleh serikat desa itu. karena hak itu, (perseorangan) persorangan tersebut hak perseorangan (hak kewajiban individu) tetap diakui yang berarti hak negara untuk memberikan pengakuan asasi individu (perseorangan) maupun dan hak etnik (kelompok) dalam batas-batas Merupakan sebuah perlindungan bagi masyarakat Hukum Adat untuk tetap hidup dalam ketertinggalan dan tertentu tetap diakui.2 keterbelakangan, Keberadaan kelompok minoritas selama hal tersebut merupakan adat- dan masyarakat adat terkait dengan pasal istiadat yang dipegang teguh. 1 ICCPR yang menyatakan : “ bahwa Hak asasi manusia dengan negara hukum tidak dapat dipisahkan, masyarakat (peoples) memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri “. negara Walaupun dalam aplikasinya sulit, hal hukum salah satu tujuannya melindungi ini tidak saja terbentur pada makna hak asasi manusia, berarti hak dan people, tetapi ada penafsiran semua sekaligus kebebasan perorangan diakui, penghuni setiap negara, disamping itu di hormati dan di junjung tinggi. Hak sistem politiknya yang berlaku dinegara asasi manusia merupakan bagian integral ikut dari keberadaan masyarakat adat / minoritas pengakuan dan hukum pengukuhan internasional, sehingga dikenal Hukum Hak Asai Manusia berpengaruhuntuk mengakui dengan hak – hak asasinya.3 (Human Rights Law). Sebuah resolusi PBB No.1514-XV, December 1960 menegaskan “all peoples have the right to free tersebut determination merupakan “. Resolusi penegasan atas 2 H . A . Mansyur Efendi,. Hak Asasi Manusia , Ghalia Indonesia , 1993, hal. 54. 3 Sukmana JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 H. A. Mansyur Efendi.,dan Taufani Evandri,. HAM Dalam 3 Permasalahan pengakuan bahasa, ketenagakerjaan, Masyarakat Hukum Adat (yang oleh pendidikan dunia Deklarasi ini melarang diskriminasi Internasional diterjemahkan dan kesehatan, hal-hal lainnya. dengan istilah Indigenous Peoples (Ips) terhadap merupakan masalah yang sudah mendorong agar hak-hak mereka tetap berkembang sejak abad Ke – XIV.Saat jelas dan agar mereka meraih visi itu Bartolomeo de Las Casas dan mereka Francisco de vitoria mengkritik dan ekonomi dan sosial mereka sendiri. membuat antitesis atas Doktrin Terra Deklarasi Nullius yaitu Doktrin Klasik yang “persetujuan atas dasar informasi awal mengatakan bahwa daerah-daerah yang tanpa disinggahi oleh para bangsa penakluk perlindungan lahan dan sumber daya adalah tanah tak bertuan yang dapat adat. Rekomendasi yang dibuat Komisi dimiliki, sedangkan manusia-manusia PBB yang terlebih dahulu menempati daerah Rasial tersebut tidak dianggap sebagai manusia Penduduk Asli, mewajibkan kepada karena beradab seluruh pihak untuk mengakui dan Didalam melindungi Masyarakat Hukum Adat Deklarasi Universal tentang Hak Asasi dengan segala hak-hak dan wilayah Manusia (DUHAM) dan Deklarasi PBB tradisionalnya dan larangan perampasan mengenai Hak-Hak Masyarakat Adat hak-hak dan wilayah Masyarakat Hukum (UNDRIP) Deklarasi ini menetapkan Adat dengan alasan apapun kecuali hak mereka atas budaya, identitas, disetujui oleh Masyarakat Hukum Adat belum (Uncivilized peoples). masyarakat mengenai itu dan dan pembangunan menegaskan tekanan” untuk adat terkait Eliminasi konsep dengan Diskriminasi Rekomendasi tentang tersebut dan disertai kompensasi yang Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan pantas, adil dan tepat. Proses Penyusunan/Aplikasi HA-kham ( Hukum Hak Ulayat merupakan hak sejak Hak Asasi Manusia ) Dalam Masyarakat . zaman nenekmoyang leluhur masyarakat ,Ghalia Indonesia. 2007, hal. 76 adat setempat dan merupakan hak purba, JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 4 hak tradisional, turun-temurun serta Hak masyarakat hukum adat atas berupa hak secara kolektif dalam suatu tanah tersebut disebut dengan hak wilayah suatu pertuanan, persekutuan atau hak ulayat masyarakat adat dimana hak ini diakui dan dalam literatur daftar buku bacaan dan dihormati oleh negara sesuai dengan hak landasan konstitusional Undang-Undang CorneliusVanVollen Dasar 1945 (yang selanjutnya disebut istilah ”beschikkingrecht. Istilah ini dengan UUD 45) termuat dalam Pasal 18 dalam B dan juga diatur dalam UU No. 32 merupakan suatu pengertian yang baru, Tahun 2004 juncto UU No.12 Tahun satu dan lain karena dalam bahasa 2008 Tentang Pemerintah Daerah dalam Indonesia (juga dalam bahasa daerah- Pasal 2 Ayat (2). daerah) semua istilah yang dipergunakan yang dimiliki oleh ini disebut kamus oleh Hoven bahasa Mr. dengan Indonesia dihormati, mengan- dung pengertian lingkungan maksudnya di sini adalah hak tradisional kekuasaan, sedangkan beschikkingsrecht sendiri telah diakui entitas keberadaanya itu menggambarkan tentang hubungan jauh sebelum bangsa Indonesia itu antara masyarakat hukum dan tanah itu sendiri lahir. Sehingga hak tradisional sendiri. Kini lazimnya di pergunakan yang dalam hal ini adalah Hak Ulayat istilah hak ulayat sebagai terjemahan masyarakat hukum adat bukanlah hak beschikkingsrecht. Diakui dan yang berasal dari pemberian negara. Sama halnya dengan tiga hak yang bersifat fundamental dan melekat dalam B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah tiap diri manusia yakni hak untuk hidup, diuraikan hak permasalahan, atas kebendaan dan hak dalam maka latar belakang ada bebebrapa kekeluargaan. Jadi dengan eksistensi permasalahan yang akan penulis teliti, dari pada pencabutan hak ulayat ini antara lain: merupakan inskonstitusional. 1. Apakah dihadapi JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 permasalahan yang Indonesia dalam 5 memberikan terhadap perlindungan hak-hak masyarakat hukum adat ? yang berbasis pada pergeseran bahkan pemahaman berbudaya perbedaan, perubahan masyarakat. dapat Pergeseran pemahaman konflik atau diberikan untuk menyelesaikan sengketa pada gilirannya berdampak permasalahan tersebut ? pada 2. Apakah solusi yang munculnva alternatif C. Pembahasan berbagai penyelesalan konsep konflik atau sengketa. 1. Penyelesaian Berdasarkan Hukum Konflik Nasional Indonesia atau sengketa dapat diselesaikan melalui mekanisme litigasi, Konflik berasal dari teminologi kata bahasa Inggris conflict, yang berarti persengketaan, perselisihan, percekcokan atau pertentangan. Konflik atau persengketaan tentang sesuatu terjadi antara dua pihak atau lebih. Konflik atau perselisihan nyaris tidak terpisah dari kehidupan manusia dan masyarakat, membayangkan sehingga masyarakat sulitlah tanpa konflik. Konflik non litigasi maupun advokasi. Masingmasing mekanisme penyelesaian sengketa tersebut memiliki persyaratan, karakteristik, dan kekuatan berlakunya yang satu sama lain tidaklah sama. Mekanislne litigasi dapat dipilih untuk konflik atau sengketa kepastian hukum dan hak, dimana para pihaknya tidak lagi memiliki itikat baik untuk berdamai atau memusyawarahkan kasusnya. Litigasi juga didayagunakan untuk kasus-kasus atau sengketa, pelanggaran hukum atau kejahatan merupakan kosakata yang acap kali terhadap kemanusian dan hak asasi muncul dalam fenomena kehidupan manusia. Keputusan yang dihasilkan bermasyarakat, lebih bersifat memaksa. berbangsa bahkan Sedangkan bernegara. Konflik atau sengketa tidak apabila non lagi bersifat idiologis tetapi Sudah litigasi bergeser ke arah konflik multikultural kepentingan para pihak yang harus JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 dipilih mekanisme terhadap 6 dilindungi dihadapan publik dan Pada dasarnya persoalan hak terhadap keinginan yang kuat dari ulayat masing-masing pihak untuk berdamai diantaranya adalah: dan memusyawarahkan yang menyebabkan konflik kasusnya. 1. Konflik antar pemegang hak Keputusan yang dihasilkan lebih bersifat ulayat yang disebabkan oleh batas- sukarela. batas lahan yang tidak jelas. Sedangkan mekanisme advokasi dapat didayagunakan untuk 2. Konflik konflik atau sengketa di masyarakat. wilayah snmbersumber air. Pengadilan, oleh masyarakat tidak lagi 3. Pada dilihat sebagai lembaga penyelesaian menggunakan sengketa satusatunya. Lebih-lebih bila maka konflik akan terjadi karena saat ini keberadaan lembaga pengadilan tidak jelasnya batas-batas lahan hak sudah terinfiltrasi dengan berbagai kasus ulayat. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang lebih dikenal dengan istilah KKN. Lebih parah lagi, lembaga ini oleh masyarakat telah diberi stigma "Mafia Peradilan”. Hal ini mengingat banyak produk keputusan pengadilan yang menyimpang dari azas-azas keadilan, cepat dan berbiaya murah. Mekanisme litigasi, non litigasi maupun advokasi secara konseptual dan akademik memiliki cakupan yang sangat luas dengan berbagi dimensi teoritik dan pengaturannya. yang saat memperebutkan investor tanah hak akan ulayat, 4. Beberapa pemegang hak ulayat, tanpa berkoordinasi dengan anggota persekutuan adat yang lain, berinisiatif menguruskan tanah hak ulayat Nasional pada Badan setempat. menimbulkan beberapa Pertanahan Hal ini persoalan yaitu masalah kewenangan siapa yang boleh mengurus hak ulayat tersebut. 5. Penggunaan hukum waris adat yang seringkali berbenturan dengan hukum waris nasional, sehingga penyelesaian konflik akan semakin sulit. JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 7 Secara umum, penyelesaian sengketa atau konflik dapat diselesaikan dengan 3 Cara, yaitu: 1. Litigasi, dalam perundangundangan, diantaranya adalah: 1. Pasal 130 HIR juncto Pasal l54 model Rbg. penyelesaian sengketa melalui 2. Pasal yaitu pengadilan. 2. Non yaitu model penyelesaian sengketa melalui pengadilan musyawarah. 1338 Undang Litigasi, luar Dalam Kitab Undang- Hukum Perdata (KUHP). 3. Pasal 6 ayat (l) Undang-Undang atau No. 30 tahun l999 Tentang bahasa Arbitrase dan Alternatif Pilihan hukum sering disebut dading atau damai. Penyelesaian Sengketa. 4. Pasal 30 Undang-Undang No. 23 3. Advokasi, yaitu pembelaan secara Taltun l997 tentang Pengelolaan sistematis dan terorganisir untuk lingkungan Hidup. mempengaruhi dan mendesakkan Mekanisme terjadinya yaitu perubahan dalam penyelesaian permasalahan hak ulayat terdapat dalam kebijakan publik secara bertahap Peraturan dan maju. Agraria/Kepala Diantara ketiga Cara tersebut, Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang yang paling cocok dengan konflik hak Pedoman Penyelesaian Masalah Hak ulayat adalah dengan cara Non litigasi. Ulayat Apabila dengan cara Non Litigasi tidak Lahirnya peraturan ini didasari pada tercapai, maka cara litigasi dapat dipakai pertimbangan sebagai upaya yang terakhir. kenyataannya pada waktu ini di banyak Menteri Negara Badan Pertanahan Masyarakat Hukum bahwa Adat. dalam ADR sering diartikan sebagai daerah masih terdapat tanah-tanah dalam alternative to litigation dan alternative to lingkungan masyarakat hukum adat yang adjudication. Di Indonesia, penggunaan pengurusan, ADR sudah secara eksplisit disebutkan penggunaannya JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 penguasaan didasarkan dan pada 8 ketentuan hukum adat setempat dan pemegang diakui pleh para warga masyarakat bersangkutan hukum adat yang bersangkutan sebagai kesepakatan mengenai penyerahan tanah tanah ulayatnya dan di berbagai daerah dan imbalannya. 5 timbul berbagai masalah mengenai hak 2. Penyelesaian ulayat, baik mengenai eksistensinya maupun penguasaan tanahnya. 4 untuk tanah yang memperoleh Berdasarkan The United Nations Declaration On ( UNDRIP ). diberi batasan yang lebih jelas, yaitu: Pelaksananaan hak ulayat sepanjang pada kenyataannya masih ada dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat. UNDRIP merupakan singkatan dari United Nation Declaration on the Rights of Indigenous Peoples. Dalam bahasa Indonesia Perserikatan berarti Bangsa-Bangsa Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat . UNDRIP Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan secara gamblang bahwa “Dalam hal tanah yang diperlukan adalah tanah hak ulayat masyarakat hukum adat yang menurut kenyataannya masih ada mendahului pemberian hak, pemohon atas The Rights Of Indigenous Peoples Dalam peraturan ini, hak ulayat disebutkan hak hak wajib melakukan musyawarah dengan masyarakat adat pemegang hak ulayat dan warga telah diadopsi oleh General Assembly Resolution 61/295 (Resolusi Sidang Umum PBB) pada tanggal 13 September 2007. Indonesia merupakan salah satu negara yang menandatangani UNDRIP, sehingga, Hak-Hak Masyarakat Adat yang tercantum dalam deklarasi ini mengikat Indonesia secara moral untuk mengakui, menghormati dan memenuhi hak-hak Masyarakat Adat di wilayah Indonesia. Dengan demikian, UNDRIP 4 Lihat konsideran menimbang Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 5 Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 9 merupakan salah hukum. Penyelasian Masyarakat Adat di Indonesia untuk terhadap hak menekan pemerintah Indonesia agar UNDRIP mengakui, menghormati dan memenuhi menberikan Hak-hak Masyarakat Adat. kepada masyarakat hukum adat dan UNDRIP satu alat bagi mensyaratkan ada komunitas masyarakat adat dengan hak kompensasi masyarakat Selain itu UNDRIP mengangkat hak masyarakat sebagai satu satuan sosial, ekonomi, budaya, & politik. UNDRIP menguraikan tentang hak-hak individual dan kolektif dari suatu komunitas tradisional-lokal mengenai budaya, tanah leluhur atau ulayat (ancestral domain), bahasa, pendidikan, identitas, pekerjaan dan kesehatan. Deklarasi tersebut bertujuan untuk dan mempertahankan, mendorong memperkuat pertumbuhan adat, institusi-institusi budaya tradisional dan ulayat berdasarkan yaitu dengan restitusi atas jika cara tanah restitusi tidak memungkinkan. Hak-hak dan kebebasan dasar kolektif. Berpijak atas asumsi dasar bahwa ada hak Negara dan ada hak permasalahan dari masyarakat adat juga menjadi inti dari UNDRIP yang seluruh pasal dan ayatnya mengatur tentang pengakuan, perlindungan, penghormatan, dan pemenuhannya. Termasuk di dalamnya ada sejumlah pasal yang mengatur tentang hak masyarakat adat untuk menerima atau menolak berbagai usulan atau rancangan pembangunan yang akan dilaksanakan dalam wilayah adat mereka. Prinsip yang mengatur tentang hak untuk menerima atau menolak ini dikenal dengan free, prior, and informed consent (FPIC). Prinsip-prinsip FPIC mencerminkan bahwa sebuah negara tradisi. UNDRIP memberikan perlindungan yang kuat teerhadap hak masyarakat adat atas sumber daya alam meskipun masih berupa instrument yang soft law, yaitu tidak mengikat secara demokrasi wajib menghargai dan melindungi hak-hak masyarakat adat, tidak diskriminatif, kebebasan kepada memberikan rakyat, termasuk masyarkat adat, untuk berperan serta JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 10 dalam pembangunan, tanpa tekanan dan Ketiga metode penyelesaian manipulasi. Kepentingan perlindungan sengketa secara damai tersebut dapat hak-hak masyarakat adat atas tanah, Anda pahami dalam uraian berikut. hutan dan sebagainya berhubungan dengan pengelolaan ketika investasi sumberdaya alam. 1. PENYELESAIAN SENGKETA SECARA POLITIK ATAU DIPLOMATIK Masyarakat adat tidak boleh dipaksakan oleh pihak perusahaan pemerintah untuk ataupun menyetujui suatu tawaran investasi sebelum mengetahui seluk-beluknya, termasuk resiko-resiko yang akan menjadi beban mereka sepanjang investasi itu berjalan. Pada prinsipnya masyarakat harus mengetahui lebih dahulu tanpa unsur paksaan atau tekanan, sehingga dengan pilihan bebas Penyelesaian sengketa secara diplomatik meliputi beberapa hal seperti negosiasi, enquiry, mediasi, dan konsiliasi, serta jasa-jasa baik (good offices). Kelima sengketa secara cara penyelesaian diplomatik tersebut memiliki ciri khas, kelebihan, dan kekurangan masing-masing. a. Negosiasi mereka dapat mengambil keputusan sendiri entah menerima atau menolaknya. Jika keputusan masyarakat adalah menolak, maka pemerintah maupun investor harus menghormati keputusan itu. Metode Damai dalam menyelesaikan sengketa dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu penyelesaian sengketa secara politik/diplomatik, pengawasan di bawah PBB, dan secara hukum. Negosiasi adalah upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan secara langsung oleh para pihak yang bersengketa melalui dialog tanpa ada keikutsertaan dari pihak ketiga. Dalam pelaksanaan negosiasi ini, para pihak melakukan pertukaran pendapat dan usul untuk mencari kemungkinan tercapainya penyelesaian sengketa secara damai. b. Enquiry atau Penyelidikan JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 11 Enquiry atau penyelidikan adalah suatu proses penemuan fakta oleh suatu tim penyelidik yang netral. substansi atau pokok sengketa yang bersangkutan. 2. PENYELESAIAN SENGKETA DI BAWAH PENGAWSAN PBB c. Mediasi Sengketa yang ditangani Dewan Mediasi adalah tindakan negara ketiga atau individu yang tidak Keamanan PBB dapat digolongkan menjadi dua macam sebagai berikut. berkepentingan dalam suatu sengketa internasional, yang bertujuan membawa ke arah negosiasi atau memberi fasilitas ke arah negosiasi dan sekaligus berperan serta dalam negosiasi pihak a. Sengketa yang Membahayakan Perdamaian dan Keamanan Internasional. b. Peristiwa Ancaman Perdamaian, Pelanggaran Perdamaian, atau sengketa tersebut. Agresi Dewan Keamanan PBB d. Konsiliasi Seperti penyelesaian berwenang cara sengketa mediasi, melalui cara konsiliasi menggunakan intervensi pihak ketiga. Pihak ketiga yang melakukan intervensi ini biasanya adalah negara. merekomendasikan hal-hal yang diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan dan perdamaian keamanan internasional atau meminta pihak-pihak yang bersengketa e. Good Offices (Jasa Baik) aturan Good offices (jasa baik) adalah tindakan pihak ketiga yang membawa ke arah terselenggaranya negosiasi, tanpa berperan serta dalam diskusi mengenai atau untuk memenuhi tindakan yang ditetapkan. 3. PENYELESAIAN SENGKETA SECARA HUKUM Penyelesaian sengketa secara hukum dapat dilakukan melalui arbitrase JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 12 dan pengadilan internasional seperti mendaftarkan permohonan ke BANI, berikut. Pemohon terlebih memberitahukan a. Arbitrase Internasional bahwa Penyelesaian dahulu kepada sehubungan Termohon dengan adanya sengketa sengketa antara Pemohon dan Termohon arbitrase maka Pemohon akan menyelesaikan internasional adalah pengajuan sengketa sengketa melalui BANI, sesuai dengan internasional kepada arbitrator (wasit) Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU No. 30/1999. yang dipilih secara bebas oleh para Setelah menerima Permohonan Arbitrase pihak, untuk memberi keputusan dengan dan tidak pendaftaran internasional melalui harus terlalu terpaku pertimbangan-pertimbangan pada hukum. dokumen-dokumen Sekretariat yang serta biaya disyaratkan, harus mendaftarkan Permohonan arbitrase juga telah diatur Permohonan itu dalam register BANI. dalam Undang-undang Nomor 30 tahun Badan 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif memeriksa Permohonan tersebut untuk Penyelesaian 30/1999). BANI juga akan Sengketa (UU No. menentukan apakah perjanjian arbitrase Selanjutnya, saya akan atau klausul arbitrase dalam kontrak menggunakan prosedur Pengurus pendekatan ber-arbitrase dalam di Badan arbitrase Nasional Indonesia (BANI). telah cukup kewenangan memberikan bagi BANI dasar untuk memeriksa sengketa tersebut. Berikut adalah tahapan prosedurnya. 2. Penunjukan Arbiter 1. Permohonan Arbitrase Pada dasarnya, para pihak dapat Prosedur dimulai menentukan apakah forum arbitrase akan dengan pendaftaran dan penyampaian dipimpin oleh arbiter tunggal atau oleh Permohonan Arbitrase oleh pihak yang Majelis. Dalam hal forum dipimpin oleh memulai Majelis Sekretariat arbitrase proses arbitrase BANI. pada Sebelum maka Para Pihak akan mengangkat masing-masing 1 (satu) JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 13 arbiter. Dalam forum dipimpin oleh 5. Sidang Pemeriksaan Majelis arbiter yang telah diangkat oleh Para Pihak akan menunjuk 1 (satu) arbiter ketiga (yang kemudian akan menjadi ketua majelis arbitrase). Dalam sidang sengketa oleh arbitrase dilakukan pemeriksaan arbiter atau secara majelis tertutup. Bahasa yang digunakan adalah bahasa 3. Tanggapan Termohon Indonesia, kecuali atas persetujuan arbiter atau majelis arbitrase para pihak Apabila Badan Pengurus BANI menentukan bahwa BANI berwenang memeriksa, maka setelah pendaftaran Permohonan tersebut, seorang atau lebih dapat memilih bahasa lain yang akan digunakan. Para pihak yang bersengketa dapat diwakili oleh kuasanya dengan surat kuasa khusus. Sekretaris Majelis harus ditunjuk untuk membantu pekerjaan administrasi 6. Biaya-biaya perkara arbitrase tersebut. Permohonan 4. Tuntutan Balik Arbitrase harus disertai pembayaran biaya pendaftaran dan biaya administrasi sesuai dengan Apabila Termohon bermaksud mengajukan suatu tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian sehubungan dengan sengketa atau ketentuan BANI. Biaya administrasi meliputi biaya administrasi Sekretariat, biaya pemeriksaan perkara dan biaya arbiter serta biaya Sekretaris Majelis tuntutan yang bersangkutan sebagaimana yang diajukan Pemohon, Termohon dapat mengajukan tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut bersama dengan Surat Jawaban atau selambat-lambatnya pada sidang pertama. D. Penutup 1. Kesimpulan 1. Permasalahan hak ulayat terhadap masyarakat hukum adat mengenai Hak Pengelolaan dan dan JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 Hak Persekutuan Atas 14 Tanah dimana belum hak diberikan tersebut seutuhnya kepada masyarakat hukum adat serta kurangnya perlindungan hukum terhadap hak tersebut ( aturan hukum yang berlaku saat ini kurang mengakomodasi kepentingan masyarakat hukum adat ). 1. Penyelesaian permasalahan dapat dilakukan melakukan dengan musyawarah dengan masyarakat adat pemegang hak ulayat dan warga pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dengan cara menberikan restitusi atas tanah kepada masyarakat hukum adat dan kompensasi jika restitusi tidak memungkinkan . 1. Saran Perlu adanya undang-undang yang mengatur secara khusus mengenai masyarakat hukum adat dan wilayah hukum adat. JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 15