LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI UNTUK PENGAJARAN BAHASA INGGRIS SMP DI KECAMATAN BULELENG Oleh Ni L.Pt. Eka Sulistia Dewi, S.Pd., M.Pd (Ketua) NIP 198104192006042002 Prof. Dr. A.A.I.N. Marhaeni, M.A (Anggota) NIP 196403261990032002 Drs. I Gede Batan, M.A NIP 195411031979031001 (Anggota) Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No. 100/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 13 Februari 2014 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul 2. Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP/ NIDN d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Gol f. Jabatan g. Fakultas/Jurusan h. Alamat i. Telp/Fax/E-mail j. Alamat Rumah k. Telp/Fax/E-mail 3. 4. 5. 6. : Pelatihan Pengembangan Media Animasi untuk Pengajaran Bahasa Inggris SMP di Kecamatan Buleleng Jumlah Anggota Pelaksana Lokasi Kegiatan Jumlah Biaya Kegiatan Lama Kegiatan : Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, S.Pd., M.Pd : Perempuan : 198104192006042002/0019048101 : Pendidikan Bahasa Inggris : Penata /IIIc : Lektor : Bahasa dan Seni/Pendidikan Bahasa Inggris : Jalan Achmad Yani No. 67 Singaraja : 0362 21541/036227561/: Jalan Parikesit No. 5 Singaraja : 085737266702//[email protected] : 2 Orang : Fakultas Bahasa dan Seni UNDIKSHA : Rp. 8.000.000,: 6 Bulan Mengetahui, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Singaraja, 8 September 2014 Ketua Pelaksana Prof.Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. NIP. 196206261986032002 Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, S.Pd., M.Pd NIP. 198104192006042002 Menyetujui Ketua LPM Undiksha Prof. Dr. Ketut Suma, M.S. NIP 195901011984031003 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya kami dapat menyelesaikan kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan judul “Pelatihan Pengembangan Media Animasi untuk Pengajaran Bahasa Inggris SMP di Kecamatan Buleleng” Laporan kegiatan ini dapat diselesaikan tepat waktu berkat kerjasama, bantuan, motivasi serta kritik dari berbagai pihak yang terkait. Sebagai ucapan terima kasih, kami dengan ini menyampaiakan penghargaan kepada: 1. Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Pendididkan Ganesha yang telah berkenan memberikan arahan dan juga bantuan dana bagi terlaksananya kegiatan ini. 2. Guru Bahasa Inggris SMP Kecamatan Buleleng atas partisipasi aktifnya selama kegiatan berlangsung 3. Para panitia yang telah bekerja keras mensukseskan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini 4. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan sehingga dapat memberi manfaatnya Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan memiliki keterbatasan dan kekurangan. Untuk itu, masukan, saran, dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Singaraja, Sepetember 2014 Tim pelaksana DAFTAR ISI JUDUL............................................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii KATA PENGANTAR.................................................................................... iii DAFTAR ISI................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1 1.1. Analisis Situasi........................................................................................ 1 1.2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah...................................................... 4 1.3. Tujuan Kegiatan...................................................................................... 4 1.4. Manfaat Kegiatan.................................................................................... 4 BAB II METODE PELAKSANAAN............................................................ 6 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 9 3.1 Hasil.......................................................................................................... 9 3.2 Pembahasan............................................................................................... 15 BAB IV PENUTUP........................................................................................ 17 4.1 Simpulan................................................................................................... `17 4.2 Saran......................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 19 LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Story Board 11 Gambar 2: Aplikasi Cartoon Movie Maker 12 Gambar 3: Contoh Latar Belakang 12 Gambar 4: Contoh Penambahan Karakter 13 Gambar 5: Contoh Penambahan Teks 13 Gambar 6: Contoh Penambahan Suara 14 Gambar 7: Contoh Frame 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Orientasi terhadap pembentukan kompetensi pada siswa merujuk pada pentingnya pembelajaran yang bermakna, yaitu bahwa, pembelajaran tersebut benar-benar mengantarkan siswa pada aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah nyata sehingga dapat dia gunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Mochtar Buchori (2005) menekankan bahwa pendidikan yang bermakna akan menolong anak, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya akan menjadi beban bagi anak. Dengan demikian, pendidikan melalui pembelajaran yang bermakna sangat patut untuk dikembangkan. Pembelajaran yang bermakna sudah sepantasnya berbentuk kontekstual. Pembelajaran kontekstual bukanlah mengenai suatu metode atau teknik pembelajaran, melainkan mengenai suatu filosofi atau pendekatan tentang bagaimana semestinya pembelajaran yang bermakna itu terjadi. Hingga saat ini, para guru telah banyak mendapat pendidikan maupun pelatihan tentang melaksanakan pembelajaran secara kontekstual, sehingga, baik secara kuantitatif maupun kualitatif kompetensi profesional guru sudah meningkat. Peningkatan itu terlihat dari kemampuan merancang pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran secara inovatif. Selain bermakna dan kontekstual, pembelajaran di tingkat satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan dapat memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Pernyataan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 Pasal 19 Angka (1). Untuk menciptakan proses pembelajaran sesuai yang tertuang dalam peraturan pemerintah tersebut maka diperlukan dukungan tidak hanya dari segi sumber daya manusianya tetapi juga sarana dan prasarana. Seperti dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama yang memiliki tujuan untuk pengembangan empat aspek dalam kompetensi inti seperti yang tertuang dalam Permendikbud No 68 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur kurikulum SMP/madrasah tsanawiyah yaitu aspek rohani, sikap, konsep, dan aplikasi ilmu. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tidak hanya menekankan pada pengetahuan tetapi juga sikap. Untuk itu peran serta tenaga pendidik dan kependidikan juga perlu ditingkatkan. Disamping dukungan sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran. Dari hasil observasi lapangan yang dilaksanakan oleh Komang Roy Prismayudi (2012) diketahui bahwa beberapa sekolah menengah pertama (SMP) di Buleleng telah difasilitasi dengan teknologi yang cukup memadai seperti alatalat elektronik, komputer dan projektor. Namun pada kenyataannya, keberadaan alat-alat tersebut belum termanfaatkan secara maksimal oleh guru-guru Bahasa Inggris. Projektor digunakan hanya sebatas menampilkan power point sebagai sumber belajar. Latihan-latihan yang diberikan juga belum ada yang berbasis teknologi, hanya menggunakan LKS saja. Sehingga, teknologi yang ada perlu dimaksimalkan pemanfaatannya terutama dalam proses belajar mengajar. Disamping itu pula, guru juga perlu untuk melek teknologi. Banyak guru juga menyatakan bahwa mereka mengetahui bahwa ada berbagai cara untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, namun mereka belum mengetahui secara pasti bagaimana menggunakan teknologi tersebut, seperti dalam pembuatan media animasi. Sebagai salah satu wujud penguasaan ICT, guru bisa memulai dengan mengembangkan media pembelajaran. Selama ini guru menjelaskan dengan menggunakan media pembelajaran yang digunakan lebih banyak pada penggunaan realia, gambar, lagu, yang tidak menggunakan teknologi sebagai perantaranya. Jadi, akan lebih baik apabila keberadaan teknologi informasi dengan dukungan sarana prasarana dan SDM yang memadai dipadukan agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan tentunya menyenangkan. Prismayudi (2012) telah menghasilkan suatu produk berupa media animasi untuk pengajaran berbicara pada siswa kelas VII. Media animasi tersebut telah mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga terdapat peningkatan dalam hasil belajar mereka, terutama dalam berbicara. Pengintegrasian aspek budaya lokal dalam media yang telah dihasilkannya juga memberikan kontribusi bagi penguatan wawasan kebudayaan pengunanya, sehingga baik guru maupun siswa merespon dengan positif keberadaan media tersebut. Siswa pun menjadi lebih mandiri dalam belajar. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) telah mampu meningkatkan sarana dan prasarana sekolah terutama yang menunjang proses belajar mengajar. 13 sekolah menengah pertama yang ada di Kecamatan Buleleng telah difasilitasi dengan teknologi yang memadai walaupun tidak dari segi kuntitas. Tiap tiap sekolah telah memiliki projector serta computer baik PC maupun laptop. Begitu juga para guru Bahasa Inggrisnya telah melek terhadap penggunaan teknologi tersebut. Kemampuan guru dalam mengoperasikan teknologi tersebut tidaklah cukup hanya untuk mendukung proses belajar mengajar. Dipandang perlu bagi guru untuk mengetahui bagaimana memanfaatkan teknologi itu lebih jauh, seperti sebagai sarana aplikasi media pembelajaran dalam bentuk media animasi, sehingga materi dapat disampaikan dengan lebih kontekstual dan bisa membangun kepercayaan diri guru serta kemandirian siswa dalam belajar. Hal ini di dukung oleh Standar Proses yang tertuang dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 bahwa dalam pengembangan rencana pembelajaran, guru hendaknya menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, dan efektif sesuai situasi dan kondisi. Selama ini, guru menggunakan teknologi tersebut untuk menampilkan presentasi mereka dalam bentuk power point saja. Bahkan, dalam pengajaran listening, guru sering merasa kehabisan materi listening sehingga lebih memilih untuk membacakan teks atau dialog yang diajarkan. Padahal, dengan strategi itu ada kelemahan yang dimiliki yaitu kelemahan dalam manajemen kelas dimana siswa cenderung untuk meminta guru mengulang kembali, dan ketidak konsistenan lafal serta kecepatan membacanya yang berpengaruh terhadap kemampuan mendengar anak. Untuk itu, pelatihan pengembangan media animasi ini diharapkan dapat membantu guru Bahasa Inggris untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang proses pembelajaran Bahasa Inggris dalam keterampilan berbahasa maupun aspek kebahasaannya sebagai dukungan untuk pengimplementasian Kurikulum 2013. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah diuraian di atas, dapat diidentifikasi bahwa secara umum guru Bahasa Inggris SMP Kecamatan Buleleng masih perlu mendapatkan pelatihan pengembangan media pembelajaran terutama berbasis teknologi informasi mengingat ketersediaan sarana dan prasarana yg belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang proses belajar mengajar. Sinergi antara konten dan teknis pengembangan media animasi oleh para ahli teknologi informasi uga perlu dikembangkan. Dengan demikian, masalah yang hendak ditanggulangi dalam P2M ini adalah bagaimana teknologi informasi dapat diintegrasikan dalam media animasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris SMP di Kecamatan Buleleng. 1.3 Tujuan Kegiatan Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan media animasi untuk mengajarkan Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama di Kecamatan Buleleng. 1.4 Manfaat Kegiatan 1.4.1 Bagi guru peserta pelatihan, mereka dapat mengembangkan media animasi untuk mengajarkan Bahasa Inggris di SMP dengan demikian kemampuan guru dalam pemanfaatan teknologi informasi dapat ditingkatkan yang secara tidak langsung dapat mengupayakan proses belajar mengajar yang interaktif, menantang, menyenangkan, serta menggugah kemandirian sisa dalam belajar. Alhasil, kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris dapat lebih ditingkatkan. 1.4.2 Bagi pelaksana P2M, kegiatan ini dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan profesionalisme dan kompetensi dosen, serta terjalinnya hubungan kolaboratif guru dan dosen dalam pengimplementasian ilmu. BAB II METODE PELAKSANAAN Untuk mencapai tujuan, P2M ini dirancang dengan alur berfikir dan rancangan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut. Alur berfikirnya adalah, bahwa guru merupakan ujung tombak keberhasilan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran sekolah; oleh karena itu, maka mutu guru harus merupakan prioritas utama. Sesuai dengan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, seorang guru harus memiliki empat kompetensi dasar: sosial, personal, profesional dan pedagogi. Sebagai wujud kompetensi pedagogi, guru sudah selayaknya mengetahui bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung serta apa saja yang menjadi pendukung kelangsungan proses belajar mengajar agar mendapatkan hasil yang maksimal. Salah satu pendukung pembelajaran adalah ketersediaan media pembelajaran. Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta untuk memenuhi tuntutan standar nasional pendidikan dasar dan menengah yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menantang, kreatif, dan melatih siswa menjadi mandiri maka dipandang perlu untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi kedalam perangkat pembelajaran, salah satunya dengan mengembangkan media animasi untuk pengajaran Bahasa Inggris. Dalam konteks pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, sesuai dengan hasil analisis kebutuhan penelitian yang dilaksanakan oleh Prismayudi (2012) bahwa ketersediaan sarana teknologi informasi di sekolah-sekolah belum dimanfatkan secara maksimal oleh para guru sehingga guru-guru sangat memerlukan bantuan untuk memberdayakan sarana yang dimiliki untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran yang akhirnya mengasilkan hasil yang maksimal. Hal ini juga dapat mendukung pengimplementasian Kurikulum 2013. Pelatihan pemanfaatan teknologi informasi terutama bagi guru-guru sekolah menengah pertama sangat jarang ditemui, sehingga penyebaran informasi secara sistematis sulit dilaksankan. Tidak banyak guru yang memiliki inisiatif untuk mengembangkan diri secara mandiri. Jadi pelatihan yang terorganisir dipandang perlu untuk dilaksanakan agar dapat menstimulasi pengembangan profesionalitas guru, dengan harapan wawasan guru semakin terbuka sehingga inisitaif pun semakin besar. Demikian pula, waktu pelatihan yang singkat dan relatif tidak berkelanjutan menyebabkan pengetahuan yang diperoleh guru belum sampai pada tahap implementasi di kelas. Sehingga, dipandang perlu untuk diadakan suatu seminar dan pelatihan sehingga guru sebagai pengguna langsung memiliki gambaran yang lebih jelas tentang penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris terutama di Kelas VII dengan pengembangan media animasi. Berdasarkan alur berfikir di atas, maka kerangka pemecahan masalah yang sekaligus akan menjadi kerangka kerja kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. a. Refleksi awal b. Penetapan fokus dan target hasil P2M c. Pelaksanaan kegiatan d. Evaluasi dan refleksi hasil kegiatan e. Pelaporan Sesuai dengan yang telah diuraikan di atas (pada bagian Pendahuluan maupun bagian Analisis Situasi), maka khayalak sasaran strategis P2M ini adalah guru Bahasa Inggris kelas VII dari 13 sekolah menengah pertama yang berjumlah 13 orang (swasta maupun negeri) di Kecamatan Buleleng diantaranya guru dari SMP N 1, 2, 3, 4, 5, 5, 6, dan 7 Singaraja serta guru dari 6 SMP swasta di Kecamatan Buleleng diantaranya SMP Laboratorium Undiksha, SMP Mutiara, SMP Saraswati, SMP Muhammadiah, SMP Santo Paulus, dan SMP Bhaktiyasa Sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka pemecahan masalah yang telah diuraikan di atas, maka metode yang tepat digunakan adalah seminar dan workshop dengan tiga tahap, yaitu tahap i) pelatihan, ii) implementasi, dan iii) refleksi dan tindak lanjut. Seminar: seminar hasil penelitian dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan untuk memperkenalkan pentingnya teknologi dalam pendidikan terutama dalam pengajaran Bahasa Inggris (Materi seminar terlampir) menghasilkan medai pembelajaran dengan berbantuan teknologi. dan bagaimana Workshop: terdiri dari tahap i) pelatihan, ii) implementasi terbatas, dan iii) refleksi dan tindak lanjut. i) Pelatihan. setelah seminar, peserta dilatih untuk mengembangkan media animasi oleh ahli teknologi informasi dan komunikasi serta ahli pembelajaran Bahasa Inggris. Dalam kegiatan ini, nara sumber yang diundang adalah Bapak Made Hery Santosa, Ph.D. Beliau ahli dalam pendidikan Bahasa Inggris dan penerapan teknologi informasi dalam pengajaran (CV terlampir). Pelatihan berlangsung dalam 1 kali pertemuan yaitu pada Jumat, 5 September 2014. Secara berkelompok, peserta belajar mengembangkan media animasi untuk mengajar Bahasa Inggris sesuai dengan Kompetensi Dasar yang dipilih. ii) Implementasi Terbatas Produk yang telah dihasilkan diujicobakan secara terbatas melalui peer teaching untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan dari media yang telah dihasilkan serta prediksi manfaat media terhadap motivasi dan kemampuan Bahasa Inggris siswa yang diajarkan nanti. iii) Refleksi dan tindak lanjut dilaksanakan setelah tahap implementasi terbatas berdasarkan hasil dari tahapan implementasi tersebut. Kegiatan berlangsung segera setelah tahapan implementasi terbatas berakhir BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan P2M ini berlangsung pada 5 September 2014 (Jadwal Kegiatan terlampir) diikuti oleh 13 peserta berlangsung di Fakultas Bahasa dan Seni dari pukul 08.00 s.d 16.00 WITA dibuka oleh Ketua LPM Undiksha, Prof. Dr. I Ketut Suma, Ms. Kegiatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap seminar dan workshop. Dalam tahap seminar disajikan materi oleh nara sumber utama, Made Hery Santosa, Ph.D tentang peranan dan pentingnya teknologi dalam pendidikan, terutama dalam pengajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama di moderatori oleh Putu Indra Kusuma, S.Pd., M.Pd . Selanjutnya, pada tahap workshop pada hari yang sama dilaksanakan sesi pelatihan, implementasi terbatas, dan fefleksi dengan nara sumber yang sama dan dimoderatori oleh A.A. Gede Yuda Paramarta. 3.1.1 Hasil dari Seminar Ada beberapa isu yang disampaikan oleh peserta pelatihan dalam seminar. 1. Ari Budiarsana menyampaikan bahwa teknologi dalam pembelajaran sangat penting. Apalagi seiring dengan perkembangan teknologi dewasa ini banyak media yang dapat dibuat secara online untuk mendukung pelaksanaan pengajaran, seperti dengan membentuk group di yahoo maupun dengan blog, facebook dll. Namun kendala yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan agar sistem tersebut agar tetap berjalan. Biasanya semangat itu muncul di awal, namun lambat lain akan ditinggalkan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, nara sumber menyampaikan bahwa perlu adanya penyampaian diawal akan pentingnya sitem yang dibentuk dan adanya kejelasan akan proserdur apa yang harus dipenuhi dalam penerapan sistem tersebut dan tentunya ada kesepakatan bersama atas apa yang telah disusun. Tanpa adanya kesepakatan dan kejelasan dari awal, maka pihak pihak yang ikut didalamnya tidak akan memiliki kesadaran, dengan demikian akan sulit dikembangkan. Dengan adanya kesepakatan dari awal maka diharapkan semua pihak yang membangun sistem tersebut mampu mempertahankan dan akan mengembangkannya. 2. Theodora Yuni Arimbi, S.Pd menyampaikan bahwa sering muncul pesimisme dikalangan guru-guru tentang penerapan teknologi dikelas. Padahal guru menyadari sendiri bahwa teknologi sangatlah penting, apalagi apabila materi yang disampaikan sulit untuk ditampilkan secara konkrit. Namun, dengan kondisi usia yang semakin berumur keinginan mengikuti teknologi semakin berkurang. Tanggapan nara sumber terhadap isu tersebut adalah bahwa resistensi terhadap informasi baru yang diterima sering ditimbulkan bukan karena faktor usia, melainkan adanya persepsi dari awal akan ketidakmampuan diri dalam menerima informasi tersebut. Adanya pengaruh dari budaya lokal terkadang memberi dampak negatif terhadap sikap kita terhadap lemampuan diri sendiri. Konsep de ngaden awak bisa seringkali membuat kita merasa selalu tidak mampu dan terus menganggap diri akan dikatakan sok apabila menunjukkan kemampuan. Pepatah cina menyampaikan bahwa jika ingin belajar janganlah membawa gelas yang sudah penuh berisi air. Kosongkan gelas tersebut sehingga mudah unutk mengisinya kembali. 3. Mujayanah memberikan tanggapan bahwa tidak banyak sekolah maupun kelas yang tidak terfasilitasi dengan peralatan yang memadai seperti LCD maupun komputer untuk mengimplementasikan media yang telah dibuat. Sehingga, sering kali guru yang awalnya sudah semangat menjadi patah arang. Tanggapan nara sumber adalah memang hal tersebut dihadapi oleh banyak guru. Namun sebaiknya itu tidak menjadi alsan untuk tetap berkreasi dan berinovasi. Banyak aplikasi yang tidak menuntut kita bekerja secara online. Media yang dihasilkan juga bisa dibuat dalam bentuk print out. Disamping itu pula, dewasa ini siswa sudah banyak difasilitasi oleh media belajar yang canggih, seperti smart phone, laptop/PC dll sehingga media yang kita buat bisa dijadikan sebagai bahan untuk self assissted learning sehingga bisa digunakan secara mandiri oleh siswa. Dari seminar ini dapat diketahui bahwa peserta pelatihan mendapatkan tambahan wawasan tentang penggunaan teknologi di kelas, terutama dalam mengajarkan Bahasa Inggris. Penerapan teknologi tidak memandang usia , namun sejauh mana individu tersebut mau membuka diri pada perkembangan teknologi itu sendiri dan mau mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan. Walaupun terkendala fasilitas atau sarana penunjang di kelas, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran masih tetap bisa di laksanakan seperti dengan model self assissted learning. Media animasi yang diantaranya adalah GIFs, GOAnimate, Animoto, Wideo, Dvolver, Voki, Digital Film, Muvizu, Moovly, Mixamo, Powtoon, dan CSM diharapkan mampu menjembatani guru dalam menyampaikan konsep yang sulit disampaikan dengan konkrit. Dari medai tersebut ada yang berbayar untuk berlangganan dan ada pula yang gratis untuk diunduh. Sekarang tergantung dari keperluan guru dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga, guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan efektif dn efisien, dan siswa diharapkan termotivasi untuk belajar dan dapat dengan mudah memahami pelajaran itu sendiri. Dan tidak kalah pentingnya adalah, siswa diharapkan menjadi pembelajar yang lebih mandiri. 3.1.2 Hasil dari Workshop Pada saat pelatihan, peserta diajak terlebih dahulu merancang media animasi yang akan dibuat dengan mengisi story board sehingga animasi yang dibuat memiliki tujuan. Gambar 1: Story Board Ada beberapa topik yang dipilih oleh para peserta, seperti asking and giving opinion, deskripsi tempat, asking appologize, dan rencana kegiatan harian (produk terlampir dalam CD) Adapun aplikasi yang digunakan untuk mengembangkan media animasi adalah Cartoon Movie Maker. Seperti yang tampak pada Gambar 2. Gambar 2: Aplikasi Cartoon Movie Maker Dengan berpatokan pada rancangan yang telah dibuat, peserta pun mulai mengembangkan sendiri media animasi mereka. Peserta boleh mengunakan tamplete yang sudah tersedia di aplikasi tersebut atau menggunakan templete yang dibuat sendiri. Peserta juga dapat memilih karakter atau membuat karakter sendiri. Suara maupun musik dapat ditambahkan dengan sangat sederhana. Peserta dapat merekam suara sendiri sehingga akan lebih autentik dan bermakna. Berikut digambarkan langkah-langkah pembuatan media animasi. Gambar 3: Contoh Latar Belakang Gambar 4: Contoh Penambahan Karakter Gambar 5: Contoh Penambahan Teks Gambar 6: Contoh Penambahan Suara Gambar 7: Contoh Frame Menurut peserta, aplikasi cartoon movie maker sangat mudah untuk digunakan dalam mengembangkan media animasi. Peserta bisa menyesuaikan animasi yang dibuat dengan tujuan pembelajaran. Animasi menjadi lebih bermakna dan autentik karena pengguna dapat menambahkan sendiri gambar maupun suara sesuai aslinya. Sehingga, dari segi kepraktisannya dan keefektifannya, peserta berpendapat bahwa media animasi tersebut layak untuk dikembangkan dan menurut para peserta, media animasi tersebut akan sangat mudah untuk disiapkan dan pastinya akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Disisi lain, dari pelatihan dan implementasi terbatas (peer teaching) dapat diketahui bahwa aplikasi cartoon media player ini masih memiliki kelemahan dimana gambar yang dihasilkan tidak bergerak dan untuk memutar animasi masih bersifat manual dimana untuk menampilkan media masih dalam bentuk frame per frame. Namun kemelahan ini tidak akan menutupi dampak positif yang dimiliki oleh media yang dihasilkan. Menurut peserta, kehadirin media animasi ini akan sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Dan, media ini sendiri nantinya ada kemungkinan untuk dapat digunakan tidak hanya oleh guru saja, namun siswa pun akan dapat dengan mudah mengaplikasinya untuk tugas mereka, sperti dalam mempresentasikan hasil karya mereka dalam keterampilan menulis maupun berbicara. Sehingga, tidak hanya keterampilan berbahasa yang dapat ditingkatkan, namun kreatifitas dan kemapuan penerapan teknologi jugi dapat ditampilkan. 3.2 Pembahasan Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan dasar dan menengah Pasal 19 Angka (1) menyebutkan bahwa pembelajaran di tingkat satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan dapat memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Media pembelajaran dipandang sebagai sarana untuk dapat mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran yang dituntut oleh peraturan tersebut. Dengan penggunaan media animasi, baik siswa maupun guru dituntut untuk berkreasi dan siswa pun dapat menjadi pembelajar yang lebih mandiri. Selain meningkatkan motivasi belajar dan mengajar, media animasi dalam pembelajaran juga bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar bisa ditingkatkan. Media Animasi dalam pembelajaran yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh-contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah posisi bagian tertentu dari animasi tersebut. Urutan kegiatan belajaranya dapat meliputi : melihat contoh, mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi. Kelebihan ini pun sudah tampak pada medai animasi yang dihasilkan oleh peserta pelatihan. Selain itu, kelebihan yang tampilkan oleh medai animasi yang dihasilkan oleh peserta sesuia dengan apa yang diajukan oleh Tri Macoalo. Media Animasi dalam pembelajaran mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. Media Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. Media Animasi dalam pembelajaran mampu menawarkan satu media yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi. Yang tidak kalah pentingnya adalah penerapak cartoon movie maker untuk menghasilkan media animasi inijuga mampu membuat pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna. Adanya peluang untuk menggunakan objek sesui dengan aslinya memberikan kesempatan bagi pembelajayan yang autentik dan bermakna. Ignas (2012) dalam jurnal Canadian Journal of Native Education menyatakan bahwa “Scince is not found in textbooks—materilas that do not usually include the world view, experiences, and knowledge and wisdome of indigenous people—but it is also found in the world whithin which indegenous students live”. Ini berrati bahwa segala sesuatu yang ada dilingkungan siswa tersebut dapat menjadi sumber belajar relevan. Dengan pembelajaran yang lebih relevan, siswa dapat meningkatkan perfoema belajarnya. Dan, adanya kenyataan materi pembelajaran tersebut sulit untuk ditampilkan di kelas secara konkrit, media animasi masi mampu menjawab tantangan tersebut. BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa guru Bahasa Inggris sekolah menengah pertama di Kecamatan Buleleng telah memiliki kemampuan yang baik dalam pengembangan media animasi untuk pengajaran Bahasa Inggris terutama di Kelas VII yang dapat dilihat dari produk yang dihasilkan dan tingkat kehadiran peserta (100%) yang menunjukkan motivasi dan partisipasi yang tinggi. Aplikasi cartoon movie maker yang digunakan untuk mengembangkan animasi sangat mudah untuk diimplementasikan. Peserta bisa menyesuaikan animasi yang dibuat dengan tujuan pembelajaran. Animasi menjadi lebih bermakna dan autentik karena pengguna dapat menambahkan sendiri gambar maupun suara sesuai aslinya. Sehingga, dari segi kepraktisannya dan keefektifannya, peserta berpendapat bahwa media animasi tersebut layak untuk dikembangkan dan menurut para peserta, media animasi tersebut akan sangat mudah untuk disiapkan dan pastinya akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Disisi lain, dari pelatihan dan implementasi terbatas (peer teaching) dapat diketahui bahwa aplikasi cartoon media player ini masih memiliki kelemahan dimana gambar yang dihasilkan tidak bergerak dan untuk memutar animasi masih bersifat manual dimana untuk menampilkan media masih dalam bentuk frame per frame. Namun kemelahan ini tidak akan menutupi dampak positif yang dimiliki oleh media yang dihasilkan. Menurut peserta, kehadirin media animasi ini akan sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Dan, media ini sendiri nantinya ada kemungkinan untuk dapat digunakan tidak hanya oleh guru saja, namun siswa pun akan dapat dengan mudah mengaplikasinya untuk tugas mereka, sperti dalam mempresentasikan hasil karya mereka dalam keterampilan menulis maupun berbicara. Sehingga, tidak hanya keterampilan berbahasa yang dapat ditingkatkan, namun kreatifitas dan kemapuan penerapan teknologi jugi dapat ditampilkan. 4.2 Saran Dari kegiatan ini ada bebrapa saran yang dapat diajukan. 1. Bagi guru Bahasa Inggris agar tidak henti-hentinya berusaha untuk membuat pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan dapat memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian peserta didik. Dan guru diharapkan tidak menutup diri dari perkembangan teknologi, karena teknologi tidak memandang usia, tergantung bagaimana indvidu menyikapinya. Selanjutnya, guru diharapkan tetap mengembangkan kompetensinya, dan mampu menularkan apa yang telah dipelajari dari pelatihan ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas. 2. Bagi pelaksana P2M, agar melakukan perbaikan sesuai hasil refleksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kolaboratif kampus-sekolah. Daftar Pustaka Macoalo. _____. Media Animasi dalam Pembelajaran. Online. Tersedia di http://blogmediapembelajaranguru.blogspot.com/2012/06/mediaanimasi-dalam-pembelajaran.html di unduh pada hari Rabu, 4 September 2013 Ignas, V. 2003. Opening Doors to the Future: Applaying Local Knowledge in Curriculum Development. Canadian Journal of Native Education. Volume 28 Numbers 1 and 2 Prismayudi, R, K., 2012. Developing Genre Based Animation Media for Teaching Speaking in the Seventh Grade Students of SMP N 1 Sukasada in the Academic Year 2011/2012. Skripsi. Undiksha. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah Permendikbud No 68 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur kurikulum SMP/madrasah tsanawiyah LAMPIRAN: Daftar Hadir Peserta Lampiran: Dokumentasi Lampiran: Lembar Monitoring