ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Respon Netizen Terhadap Meme tentang Perpustakaan 1 Aisyah Herliana 2 Abstrak Meme merupakan suatu bentuk tulisan yang sering kali disertai dengan gambar, foto, dan karakter tertentu yang digunakan untuk menyindir suatu fenomena sosial dan politik, menimbulkan kesan lucu atau humor, mengekspresikan diri dan percintaan, atau memberi informasi dan motivasi. Saat ini meme merupakan salah satu fenomena yang sedang marak digunakan pengguna internet di Indonesia, dimana hampir semua realita yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan memenya, tidak terkecuali perpustakaan. Sebagai peristiwa khas internet tentunya meme menampilkan sisi positif maupun negatif dari konten meme yang ditampilkan, oleh karena itu penelitian ini ingin melihat bagaimana representasi perpustakaan dalam meme dan respon pengakses meme mengenai meme tentang perpustakaan yang ada di dunia maya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis wacana Van Dijk. Tahap analisis dalam analisis wacana Van Dijk meliputi, teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Konteks dilihat dari kebijakan pemerintah melalui UU No. 43 tahun 2007 dan Standar Nasional Perpustakaan (SNP) 2011. Data diambil dari komentar netizen pengakses meme di media sosial dan internet yang terdiri dari dua meme tentang perpustakaan. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan netizen pengakses meme mampu menunjukkan respon yang beragam berdasarkan pengalamannya dalam mengakses perpustakaan. Hal yang paling disoroti dan yang paling diinginkan adalah fasilitas internet gratis, pustakawan yang good looking, koleksi yang menghibur dan update, dan desain perpustakaan yang menarik. Kata kunci: Meme, Perpustakaan, Analisis Wacana, Internet Abstract Meme is a text form with or without drawings, photographs, and certain characters to satirize social and political phenomenon, give the funny impression, express themselves, or to provide information and motivation. Currently meme has been one of the emerging phenomenon used by internet users in Indonesia. Almost all the realities that occur in society has its meme, include library. As internet phenomenon meme showing positive and negative sides of meme’s content, therefore this study explores how meme's representating the library and how user response about libraries meme in cyberspace. 1 2 Diambil dari judul skripsi yang berjudul “Respon Netizen Terhadap Meme tentang Perpustakaan” Korespondensi: Aisyah Herliana, Mahasiswa Ilmu informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya, No. Telp: 083852810811, Email: [email protected] JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA This research was approached by using discourse analysis of Van Dijk. Phase analysis in discourse analysis Van Dijk includes, text, social cognition and social context. Social context analyze from government policy through Law Number 43 in 2007 and the National Library Standards (SNP) 2011. Data was taken from netizen’s comment on social media and internet which consists of two memes about the library. Based on the results, this study found that memes are able of showing different response based on their experiences in accessing the library. The most highlighted and most desirable is the free internet facilities, good looking librarians, entertaining and updates collection, and interesting library design. Keywords: Meme, Library, Discourse Analysis, Internet Pendahuluan Beberapa tahun belakangan ini mulai menjadi tren dikalangan pengguna media sosial, gambar-gambar lucu yang disertai dengan teks berunsur humor yang seringkali berisi sindiran atas suatu permasalahan yang sedang terjadi dimasyarakat yang disebut meme. Meme diciptakan melalui proses replikasi dan modifikasi dari citra-citra fotografis yang telah tersedia di mesin pencari seperti Google. Biasanya meme menggunakan kumpulan foto tokoh masyarakat maupun selebritis dan kreatornya tinggal melengkapi foto temuannya itu dengan teks, atau dengan mengurangi dan menambahkan elemen gambar melalui proses olah digital sederhana, tergantung kesesuaian konteks informasi apa yang ingin disampaikan. Setelah proses penciptaan selesai, meme foto atau gambar akan disebar dan menyebar melalui layanan share, retweet, atau repost di media sosial. Penggunaan meme juga mulai beragam mulai dari sekedar media hiburan, media penyebaran informasi, komunikasi, promosi dan sosialisasi. Saat ini hampir semua permasalahan yang muncul di masyarakat dijadikan meme, mulai dari masalah sosial, politik, percintaan, dan lainnya. Konsep berita atau informasi yang di “memekan” selalu mengundang banyak perhatian. Meme menjadi cara baru di masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan pendapat mereka mengenai realitas sosial yang sedang terjadi di sekitarnya. Oleh karena masyarakat Indonesia sangat menyukai hal-hal yang bersifat menarik dan menghibur, maka topik-topik dalam meme lebih mudah diterima dikalangan masyarakat. Unggahan berupa meme yang mudah sekali menjadi populer di media sosial ini karena meme lebih mungkin untuk direplikasi secara massal oleh pengguna media sosial sehingga mampu menyebar secara luas. Dapat dikatakan bahwa meme bersifat “embedded” atau melekat, tulisan dalam meme akan lebih mudah diingat dan lebih menarik diperbincangkan daripada informasi yang dibagikan hanya dalam bentuk teks saja. Keberadaan meme yang menjadi tren merupakan peristiwa khas internet yang wajar terjadi di era seperti sekarang ini. Sama seperti peristiwa khas internet lainnya, keberadaan meme tidak selalu menyajikan realita yang positif JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dimasyarakat, Beberapa meme juga mengangkat sisi negatif yang bisa melemahkan dan memperburuk citra melalui konten yang disampaikan. seperti pada pemilihan pilpres kemarin dimana meme-meme yang saling menjatuhkan pasangan calon menjamur dimana-dimana. Hal ini juga berlaku bagi perpustakaan, perpustakaan juga tidak luput dari meme yang menampilkan citra maupun konten tertentu yang disematkan melalui meme. Sangat penting untuk menjaga citra dan mengetahui pendapat masyarakat mengenai perpustakaan sebagai instansi yang melayani kebutuhan masyarakat, bagaimana wajah perpustakaan dimasyarakat tentunya akan mempengaruhi pandangan masyarakat akan fungsi dan peran perpustakaan di masyarakat. Alasan peneliti menggunakan meme karena meme merupakan proses penyampaian pesan dalam bentuk baru, dimana meme menuturkan kisahnya sendiri, yang kemudian memunculkan interpretasi berbeda di kalangan netizen. Melalui komentar yang ditinggalkan oleh netizen atau pengakses meme dapat dilihat bagaimana respon pengakses tentang meme yang dibagikan di dunia maya antar pengguna, pengguna juga berinteraksi dengan pengakses lain melalui komentar. Berbeda dengan pendapat yang dilakukan dalam survei tertulis atau wawancara, komentar yang ditinggalkan merupakan keinginan suka rela tanpa adanya paksaan dikarenakan netizen dengan sendirinya tertarik sehingga merasa perlu untuk memberi komentar. Penggunaan dan pemilihan kata yang ditinggalkan di kolom komentar tidak muncul dengan sendirinya, kata-kata tersebut merupakan hasil konstruksi melalui pemikiran serta pengalaman yang pernah dijalaninya. Oleh karena itu hal tersebut akan mewakili pendapat pengakses mengenai konten meme. Selama ini perpustakaan dikenal sebagai tempat yang menjemukan, hal ini mudah diidentifikasi, sudah merupakan suatu kenyataan bahwa banyak warga masyarakat tidak mengetahui dimana letak atau lokasi perpustakaan umum di kota mereka, perpustakaan bukan lagi tempat pertama yang dicari untuk mengakses informasi, keberadaannya juga lemah dengan munculnya internet yang dapat diakses dengan mudah dimanapun dan kapanpun. Lalu bagaimana sebenarnya gambaran perpustakaan yang dikenal masyarakat?. Hal inilah yang ingin diketahui dalam penelitian ini bagaimana perpustakaan digambarkan didunia maya berupa meme serta bagaimana respon netizen yang mengakses meme mengenai wajah perpustakaan yang dicitrakan dalam meme berdasarkan pengalaman mereka tentang perpustakaan. Shifman berpendapat bahwa keberadaan meme perlu dipandang serius, karena “secara umum meme merupakan konsep terbaik untuk merangkum berbagai aspek fundamental dari internet” khususnya budaya partisipatif (2014: 18). Artinya melalui meme dapat terlihan opini masyarakat mengenai konten yang dibagikan. Oleh karena ini penelitian ini ingin menggunakan meme sebagai media untuk merangkum pendapat netizen pengakses meme mengenai gambaran perpustakaan yang tergambar dalam meme di dunia maya. Menggunakan analisis wacana dari Van Dijk peneliti akan menganalisis meme dan komentar melalui tiga dimensi yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA konteks. Konteks yang dipakai pada penelitian ini adalah kebijakan pemerintah tentang perpustakaan dalam UU No. 43 tahun 2007 dan Standar Nasional Perpustakaan dalam menggambarkan perpustakaan ideal di Indonesia secara umum. Konteks adalah hal yang perlu kita ketahui untuk pemahaman yang lebih baik tentang kejadian, aksi, dan wacana. Sesuatu yang berfungsi sebagai latar belakang, setting, lingkup, kondisi atau akibat. Dalam analisis wacana konteks sangatlah penting. Konteks merupakan parameter antara partisipan, peran, serta tujuan mereka, dan juga latar seperti tempat dan waktu (Van Dijk, 1997:11) Kebijakan pemerintah mengenai gambaran perpustakaan yang baik dan ideal akan dilihat dikaitkan dengan hasil analisis dan temuan data dari meme dan komentar, hal ini diharapkan meme dapat lebih dilihat tidak hanya sebagai media hiburan namun juga untuk melihat aspirasi masyarakat mengenai realita yang terjadi sehingga mampu digunakan untuk mengevaluasi kekurangan-kekurangan dalam hal ini perpustakaan dengan lebih berorientasi pada pengguna. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifmya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Kembali pada definisi ini dikemukakan tentang peranan penting dari apa yang harus diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti (Moleong :2011: 6). Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan analisis wacana, menurut Crystal, analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan (Eriyanto: 2001: 2). Sedangkan dalam penelitian ini analisis dilakukan melalui komentar yang ditinggalkan pengakses meme. Untuk mengetahui respon dari penggunanya menggunakan model analisis wacana, dari berbagai macam model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, peneliti memilih untuk menggunakan model analisis wacana milik Teun A Van Dijk. Model Van Dijk mengelaborasi elemenelemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis, oleh karena itu model analisis Van Dijk merupakan model analisis wacana yang banyak digunakan dalam penelitian. Landasan Teori Landasan teori yang digunakan pada penelitian mengenai komentar netizen dan konten meme yang yang berbentuk wacana dengan menggunakan teori analisis wacana Van Dijk. Yang dimaksud analisisis wacana adalah kajian terhadap gejala-gejala yang berkembang di masyarakat. Menurut Eriyanto analisis wacana dapat digunakan untuk mengetahui ideologi di balik ungkapan-ungkapan JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA (2001: 7). Dalam penelitian ini analisis wacana adalah kajian terhadap komentar dari pengakses meme. 1. Analisis Wacana Meme yang dipost dan dibagikan di dunia maya biasanya terdiri dari gambar dan tulisan dalam gambar serta tulisan lain berupa penjelasan seputar gambar yang disebut caption. Pada penelitian ini meme sebagai objek penelitian ini hampir seluruhnya adalah teks dan gambar, sedangkan subjek penelitian adalah teks komentar yang ditinggalkan oleh pengakses untuk menanggapi konten meme tersebut, untuk menganalisis kedua faktor tersebut peneliti menggunakan analisis wacana, untuk mengungkap makna dari wacana dan kata-kata yang digunakan dalam penelitian ini. Kata wacana merupakan terjemahan dari bahasa inggris (discourse), yang berasal dari bahasa latin discursus yang berarti lari kian-kemari (yang diturunkan dari dis’dari, dalam arah yang berbeda, dan currere ‘lari’) yang bermakna: 1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan; konversasi atau percakapan. 2. Komukasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah. 3. Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah (Sobur: 2006: 10) Analisis wacana merupakan salah satu bidang kajian baru dalam linguistik yang baru berkembang beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisisannya hanya dalam soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatiannya kepada penganalisisan wacana (2006: 47). Kajian analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi yang merupakan telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) yang erat kaitannya dengan konteks luar bahasa, dimana hal tersebut berpengaruh dalam proses pemaknaan suatu wacana. Menurut Sudjiman dalam wacana disebut transaksional yang dipentingkan ialah ‘isi komunikasi, dan disebut interaksional jika yang diutamakan adalah hubungan timbal balik antara penyapa (addresser) dan pesapa (addressee) (2006: 12). Secara ringkas dan sederhana, teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Karena itulah dinamakan analisis wacana. Sebuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang membentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu (rasional atau irasional). Terlepas dari apapun motivasi atau kepentingan orang tersebut, kalimat yang diucapkan tidak dapat dimanipulasi semaunya oleh yang bersangkutan. JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Komentar yang tertulis pada kolom komentar merupakan wacana tertulis yang merupakan respon dari pengakses terhadap meme yang dipost di internet. Komentar tersebut berupa teks-teks yang perlu dibongkar maknanya, sehingga analisis wacana merupakan instrumen yang tepat digunakan untuk melihat makna dibalik kata-kata yang dipakai oleh pengakses meme dalam berkomentar. 2. Analisis WacanaVan Dijk Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis wacana milik Teun A. Van Dijk atau dikenal dengan Sociocognitive Approach (SCA). Van Dijk mengungkapkan bahwa ketika seorang peneliti melakukan penelitian terhadap wacana, maka penelitian tersebut tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks saja, karena teks merupakan hasil dari praktik produksi yang harus diamati (Eriyanto: 2001: 221). Oleh karena itu pada penelitian ini peneliti tidak hanya mengamati teks dari meme dan komentar tetapi juga mengaitkan dengan konteks mengetahui wacana yang berkembang di masyarakat. Dari beberapa model analisis wacana yang berkembang, model analisis wacana Teun A. van Dijk merupakan model yang paling banyak dijadikan kajian. Model analisis wacana van Dijk juga dikembangkan oleh para ahli. Menurut Eriyanto, hal ini kemungkinan karena van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis (2001: 221). Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung yang dibagi menjadi tiga tingkatan. Tingkatan pertama yaitu struktur makro, struktur ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu cerita. Tingkatan kedua, yaitu superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagian-bagian teks yang tersusun ke dalam cerita secara utuh. Tingkatan ketiga, struktur mikro yang menekankan pada makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari cerita seperti bagian semantik, sintaksis, stilistik, dan retorik (2001: 226). Analisis wacana Van Dijk digambarkan dalam tiga dimensi, yakni teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dalam dimensi teks diteliti bagaimana struktur sebuah teks dan strategi wacana dipakai untuk memunculkan sebuah tema tertentu. Dimensi kedua adalah kognisi sosial dapat, istilah tersebut diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial yang menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Pada dimensi ini dipelajari proses bagaimana teks diproduksi dengan melibatkan kognisi individu penulis, akan terlihat respon pengakses dengan menghubungkan antara satu komentar dengan komentar yang lainnya. Sementara dimensi konteks mempelajari struktur wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Sekalipun terdapat unsur kognisi sosial yang mempelajari kognisi individu, dimensi lain juga sama pentingnya pada penelitian ini karena menurut Van Dijk, semua unsur dalam analisis wacana JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA miliknya bersifat satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan mendukung unsur satu dengan yang lain. 3. Perpustakaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka” yang berarti pustaka atau buku. Dalam UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan bahwa: Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka (UU RI No.43 2007). Berikut ini merupakan pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber lain, diantaranya: 1. Menurut IFLA (International of Library Associationsand Institutions) “Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak dan non tercetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang tersusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai”( Sulistyo-basuki: 2003: 5). 2. Menurut Sutarno NS, “perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca” (2003: 7). Hasil Dari hasil pengumpulan data-data berupa meme tentag perpustakaan dan komentar netizen pengakses meme, ditemukan hasil sebagai berikut: Meme 1 Pada meme 1 dimensi teks yang dilihat melalui unsur tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris didapatkan kesimpulan bahwa netizen pengakses meme mengusung tema yang berbeda sesuai pengalamannya mengenai perpustakaan pada struktur makro, susunan dan keterkaitan antar kalimat cukup baik dan komunikatif dalam memberikan komentar pada superstruktur, pada struktur mikro hampir semua pengakses mencoba untuk membagikan pengalamannya pribadi tentang perpustakaan, oleh karena itu elemen yang paling dominan digunakan adalah semantik yang digunakan untuk memperkuat wacana mengenai pengalaman pribadi netizen dan elemen retoris yang bersifat persuasif dalam komentar netizen. Pada kognisi sosial dapat dilihat bahwa pengakses juga sangat kritis dan peduli dalam memberikan pendapat, netizen cukup baik dalam menanggapi isi media, jika dilihat melalui skema kognisi sosial bahwa 9 dari 15 komentator memiliki pengetahuan dalam mengolah blog yang artinya cukup terampil dalam mengolah suatu wacana, juga ditemukan bahwa 5 orang pengakses pernah JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA membagikan post yang berhubungan dengan perpustakaan, artinya ketika pengakses ingin memberi komentar, mereka memiliki ketertarikan dengan konten yang dibagikan dengan mengungkap pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta tidak terpengaruh dengan isi dari wacana yang dibagikan, selain itu penggunaan bahasa ungkapan gagasan juga tampak dalam komentar. Meme 2 Dimensi teks pada meme 2 lebih beragam, sebagian besar pengakses setuju dengan konten meme yang mengatakan ke perpustakaan hanya untuk mengambil foto. Pada struktur makro menunjukkan bahwa 37 pengakses menunjukkan setuju dan pernah berfoto diperpustakaan, 14 menunjukkan pendapat berbeda, 19 merupakan komentar tag, dan sisanya merupakan komentar yang tidak berhubungan dengan perpustakaan. Superstruktur memperlihatkan rangkaian percakapan yang mudah dimengerti sekalipun merupakan teks pendek. Sedangkan pada struktur mikro unsur semantik, sintaksis dan stilistik. Dalam kognisi sosial menunjukkan bahwa netizen pengakses meme 2 merupakan pengguna instagram yang memiliki karakteristik senang membagikan foto maupun video untuk menunjang eksistensi di media sosial. Perpustakaan merupakan salah satu tempat favorit untuk berfoto, sehingga merupakan hal yang wajar jika komentar yang diberikan lebih banyak menyatakan persetujuan daripada penolakan terhadap konten dari meme. Konteks Pada konteks sosial pada meme 1 dan meme 2 netizen menyoroti pustakawan yang good looking, koleksi yang menghibur dan update juga menjadi faktor utama yang mampu menarik netizen untuk mengunjungi perpustkaan dan yang terakhir berkaitan dengan perpustakaan yang dijadikan tempat berfoto. Hal ini dalam UU tentang perpustakaan berhubungan dengan bab tenaga kerja perpustakaan, koleksi, sarana dan prasarana, dan desain. Pada bab tenaga kerja lebih berfokus pada pendidikan, organisasi profesi, hak, kewajiban serta kode etik pustakawan, padahal selain keterampilan netizen mengatakan lebih menyukai pustakawan yang rupawan. Begitupun dengan koleksi dan sarana prasarana sudah diatur kebijakannya dalam UU akan tetapi netizen masih merasa bahwa kedua hal tersebut masih kurang memuaskan. Terakhir mengenai perpustakaan yang menjadi salah satu tempat favorit untuk berfoto peneliti menemukan bahwa netizen memilih spot-spot yang menarik untuk dijadikan latar foto, hal ini bisa dijadikan upaya untuk menciptakan desain unik seperti yang terdapat dalan Standar Nasional Perpustakaan bahwa perpustakaan salah satunya harus memenuhi standar kenyamanan dan keindahan. Referensi Shifman, Limor. 2014. Memes in digital culture. Cambridge: The MIT Press. Diunduh 3 maret 2016 dari http://libgen.io/get/DE76A08EAA0722429D0EF64255AE3182/%28MIT JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA %20press%20essential%20knowledge%29%20Shifman%2C%20LimorMemes%20in%20Digital%20CultureThe%20MIT%20Press%20%282014%29.pdf Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKis Group Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya Bandung: Remaja NS, Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat,. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sulistyo-basuki. 2003. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Universitas Terbuka. Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Diakses dari http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/36/176.bpkp JURNAL RESPON NETIZEN TERHADAP.... AISYAH HERLIANA