Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015 ISSN 2356 - 4385 Strategi Community Relations dalam Membentuk Perilaku Khalayak Dewanti Pertiwi1), Davis Roganda Parlindungan2) Ilmu Komunikasi, Institut Teknologi & Bisnis Kalbis Jalan Pulomas Selatan Kav 22 Jakarta Timur 13210 1) Email: [email protected] 2) Email: [email protected] Abstract: Community relations is a form of corporate social responsibility to the environment that should be able to develop the community. Therefore, community relations must be sustainable and long-term. As did PT Kalbe Farma, as a pharmaceutical company, Kalbe held one of the activities of the community relations through the program held in SDN PHBS Sukaresmi 06 Cikarang Selatan. This research aims to know the strategies undertaken by PT Kalbe Farma in running community relations through PHBS program in 06 Sukaresmi SDN with qualitative methods and colleted data by in-depth interview, observation and documentation. From the result of this research, strategies that conducted by Kalbe, first first is to select the audience that was in the ring one Kalbe factory. Secondly, by implementing the four pillars Kalbe ( health, education, environment and infrastructure ) into the program and the last is by empowering employees to play an active role in PHBS program. Keywords: corporate social responsibility, community relatis, public relations, healthy behavior Abstrak: Community relations merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahan terhadap lingkungannya yang seharusnya dapat mengembangkan masyarakat. Oleh sebab itu, community relations harus bersifat sustainable dan berjangka panjang. Seperti yang dilakukan PT Kalbe Farma, sebagai perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan, Kalbe mengadakan salah satu kegiatan community relations melalui program PHBS yang diadakan di SDN Sukaresmi 06 Cikarang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh Kalbe dalam menjalankan community relations untuk mengubah perilaku khalayak melalui program PHBS di SDN Sukaresmi 06 dengan metode kualitatif serta pengumpulan data yang berupa wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini, strategi yang dilakukan Kalbe yang pertama adalah dengan memilih khalayak yang berada di ring satu pabrik Kalbe, yaitu di Kelurahan Cikarang Selatan. Kedua, dengan mengimplementasikan keempat pilar kalbe (kesehatan, pendidikan, lingkungan dan infrasturktur) ke dalam program ini dan terakhir adalah dengan memberdayakan karyawan agar berperan aktif dalam program PHBS ini. Kata kunci: tanggung jawab sosial, hubungan komunitas, public relation, perilaku hidup sehat I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dicapai melalui pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2011 : 34). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia selaku instansi yang menjadi ujung tombak kesehatan masyarakat Indonesia mempunyai misi untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dikukuhkan dan dituangkan kedalam empat misi yang salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau disingkat PHBS. Karena pada umumnya setiap masalah kesehatan disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu 132 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 132 25/02/2016 13:54:10 Dewanti Pertiwi, Strategi Community Relations dalam Membentuk Perilaku ... lainnya; (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit; dan (3) adanya perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia itu sendiri (Kemenkes RI, 2011: 36). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan program yang dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan dalam upaya mengubah perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat kesehatan. PHBS ini dilaksanakan di berbagai tatanan sosial seperti rumah tangga, tatanan pendidikan, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Salah satu tatanan sosial yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat adalah di tatanan pendidikan, terutama pada pendidikan Sekolah Dasar. Sebagai lembaga pendidikan yang berperan penting dalam pembentukan perilaku anak, ternyata masih banyak masalah kesehatan yang terdapat di Sekolah Dasar (SD), sebanyak 86% murid memiliki masalah pada gigi, 53% tidak biasa potong kuku, 42% murid yang tidak biasa menggosok gigi, dan 8% murid yang tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu data penyakit yang diderita oleh anak sekolah terkait perilaku seperti cacingan adalah sebesar 60 – 80 %, dan caries gigi sebesar 74,4% (Kemenkes RI 2008 menurut penelitian Nadia, 2012 : 56). Masalah-masalah kesehatan dan penyakit yang diderita oleh anak tersebut dapat diatasi dan dicegah dengan penerapan PHBS. Oleh sebab itu, penting bagi lembaga untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang PHBS kepada siswa-siswi SD agar mereka dapat mempraktekkan dan membiasakan diri untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sejak dini. Dalam hal ini, meskipun program PHBS dilaksanakan oleh pemerintah tetapi tidak menutup kemungkinan bagi pihak swasta baik organisasi profit maupun non profit untuk turut mengkampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat. Seperti yang dilakukan PT Kalbe Farma, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, PT Kalbe Farma turut mengkampanyekan PHBS di Sekolah Dasar sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan. Program PHBS ini termasuk salah satu bentuk kegiatan community relations, karena khalayak dari program ini adalah siswa-siswa SDN Sukaresmi 06 Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, yang berada dekat dengan kawasan pabrik PT. Kalbe Farma. Sehingga bila ditinjau dari lokasinya, SDN Sukaresmi 06 termasuk dalam komunitas PT. Kalbe Farma karena berada di lokasi yang sama. Program PHBS yang dilakukan di SDN Sukaresmi 06, Cikarang Selatan ini berlangsung pada bulan April hingga Juni 2013 dengan serangkaian acara yang diadakan setiap minggu. Rangkaian acara ini mengacu pada indikator PHBS di tatanan sekolah, yaitu menggosok gigi, mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan sehat, membuang sampah di tong sampah yang sesuai dengan jenisnya, olahraga dan lingkungan sekolah yang bersih. Jadi, setiap minggunya PT. Kalbe Farma mengusung tema sesuai dengan indikator PHBS di tatanan sekolah satu per satu. Adanya program PHBS yang dibuat tidak hanya sekedar untuk menjaga hubungan baik perusahaan dengan komunitas yang berada disekitar kawasan industri, tetapi lebih jauh dari itu, perusahaan memiliki tanggung jawab sosial dalam membangun komunitas yang berada disekitarnya agar bisa berkembang. Pengembangan yang dilakukan pada program ini lebih mengarah pada perubahan perilaku siswa-siswi SDN Sukaresmi 06, Cikarang Selatan, Bekasi, agar bisa berpola hidup bersih dan sehat. Sehingga, sebelum melaksanakan program PHBS ini PT Kalbe Farma tentunya memiliki perencanaan program, strategi dan tahapan-tahapan hingga akhirnya program yang berbasis community relations ini dilaksanakan di SDN Sukaresmi 06, Cikarang Selatan, Bekasi. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Community Relations dalam Membentuk Perilaku Khalayak.” Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dikemukakan penelitian ini adalah bagaimana strategi PT Kalbe Farma dalam menjalankan community relations melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SDN Sukaresmi 06 Cikarang Selatan? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan oleh PT Kalbe Farma dalam menjalankan community relations melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SDN Sukaresmi 06. II. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Kata metodologi (methodology) secara garis besar dapat diartikan sebagai keseluruhan cara berpikir yang digunakan peneliti untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dengan demikian, metodologi meliputi cara pandang dan prinsip berpikir mengenai gejala yang diteliti, 133 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 133 25/02/2016 13:54:10 Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015 pendekatan yang digunakan, prosedur ilmiah yang ditempuh, termasuk dalam mengumpulkan data, analisis data dan penarikan kesimpulan (Pawito, 2008: 83). Menurut Kriyantono (2010: 56-57) riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. Menurut Noor (2013: 34-37), dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci. Oleh sebab itu peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga dapat menguasai bidang yang ditelitinya dengan baik. Landasan teori dalam penelitian ini dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif berangkat dari teori menuju data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan suatu teori. Penelitian kualitatif memiliki 6 jenis yaitu studi deskriptif, studi kasus, biografi, fenomenologi, grounded theory dan etnografi. Penelitian ini berjenis studi deskriptif. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejaidan yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Secara umum, teknik pengambilan sampel terbagi menjadi dua yaitu probabilty sampling dan non probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate startified random sampling, disproportionate stratified random dan sampling area (cluster). Sedangkan non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposif, jenuh dan snowball (2013: 42-44), Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik non probabilty sampling, karena tidak semua karyawan PT Kalbe Farma terlibat dalam PHBS sehingga karyawan-karyawan maupun pihak lain yang tidak terlibat dalam proses perencanaan PHBS tidak mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel/informan. Peneliti menentukan informan secara purposif yaitu memilih pihak-pihak yang memiliki kompetensi, mempunyai data, dan memiliki keterkaitan dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Informan ataupun sumber data adalah pihakpihak dari PT. Kalbe Farma yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap jalannya kampanye PHBS di SDN Sukaresmi 06. Dalam penelitian kualitatif, penentuan unit sampel penentuan unit sampel/informan sudah dianggap cukup dan memadai apabila data sudah jenuh, yaitu peneliti sudah tidak memperoleh data yang baru dari berbagai informan. Bila pemilihan informan benar-benar jatuh pada subyek yang menguasai situasi sosial yang diteliti (obyek), maka merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel/informan lagi sehingga penelitian tersebut tidak memakan waktu yang banyak. Jadi, yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah tuntasnya perolahan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya sampel sumber data (Sugiyono, 2013: 221) B. Teknik Pengumpulan Data Menurut Kriyantono (2010: 42), data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama dilapangan. Sumber data ini bisa responden atau subjek riset, dari hasil pengisian kuesioner, wawancara dan observasi. Dalam mengumpulkan data primer ini peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Didalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang digunakan sebagai sumber data yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipatif pasif, partisipatif moderat, observasi terus terang dan tersamar, dan observasi lengkap. Peneliti menggunakan observasi moderat, peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (Sugiyono, 2013: 227). Menurut Kriyantono (2010: 102), wawancara mendalam adalah salah satu cara mengumpulkan data 134 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 134 25/02/2016 13:54:10 Dewanti Pertiwi, Strategi Community Relations dalam Membentuk Perilaku ... atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Pada wawancara ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti misalnya berupa data dari biro statistik, artikel majalah, koran, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data ini juga dapat diperoleh dari data primer penelitian terdahulu yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga menjadi informatif bagi pihak lain (Kriyantono, 2010: 42). Data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti adalah dokumentasidokumentasi yang dimiliki oleh PT Kalbe Farma. C. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman. Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification (Pawito, 2008: 104). Reduksi data (data reduction) bukan asal membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah yang tak terpisahkan dari analisis data. Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokkan dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatancatatan (memo) mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data. Catatan yang dimaksudkan disini adalah gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui. Catatan mengenai data atau gejala tertentu dapat dibuat sepanjang satu kalimat, satu paragraf atau mungkin sepanjang satu paragraf. Kemudian pada tahap terakhir dari reduksi data, peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan- penjelasan berkenaan dengan tema, pola atau kelompok-kelompok data bersangkutan. Dalam komponen reduksi data ini kelihatan bahwa peneliti akan mendapatkan data yang sangat sulit untuk diidentifikasi pola serta temanya, atau mungkin kurang relevan untuk tujuan penelitian sehingga datadata bersangkutan terpaksa harus disimpan (diredusir) dan tidak termasuk yang akan dianalisis. Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam suatu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis. Dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompokkelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan. Penting diingat disini bahwa kegagalan dalam mengupayakan display data secara memadai akan menyulitkan peneliti dalam membuat analisis-analisis. Gambar-gambar dan diagram yang menunjukkan keterkaitan antara gejala satu dengan gejala lain sangat diperlukan untuk kepentingan analisis data. Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. III. PEMBAHASAN Sebuah perusahaan pasti memiliki visi, misi dan tujuan. Hal ini penting karena visi, misi dan tujuan adalah sebuah pedoman atau landasan kemana perusahaan akan melangkah, apa yang ingin dicapai dan ingin seperti apa perusahaan tersebut dalam lima atau sepuluh tahun mendatang. Visi, misi dan tujuan juga berperan dalam menciptakan sinergi antar departemen-departemen yang ada didalam perusahaan agar dapat menjalankan tugasnya masingmasing tetapi bertitik pada ujung yang sama, yaitu visi dari perusahaan tersebut. Seperti PT Kalbe Farma, Kalbe mempunyai visi menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat, dan manajemen yang prima. Visi ini disokong 135 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 135 25/02/2016 13:54:10 Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015 dengan misinya yaitu meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Agar visi dan misi ini dapat terwujud, maka perlu adanya sinergi antar setiap divisi yang ada di Kalbe dalam menjalankan tugas-tugasnya. Salah satunya yang berperan besar dalam menjalankan misi perusahaan adalah Corporate Social Responsibility (CSR) yang berada dibawah Divisi Corporate Communication. Untuk menjalankan misi tersebut agar tetap sejalan dan sesuai, CSR Kalbe memiliki tujuan yang terbagi menjadi dua yang ditinjau dari khalayaknya, yaitu internal dan eksternal. Tujuan internal dari CSR adalah menanamkan kesadaran sosial karyawan, sedangkan tujuan eksternal adalah memberikan pelayanan sosial kepada stakeholder Di Indonesia, pelaksanaan CSR mulai marak dilaksanakan setelah adanya perundang-undangan yang ditetapkan pada tahun 2007, yaitu UU Nomor 40 tahun 2007 pasal 74 ayat 1 yang berbunyi “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Meskipun demikian, Kalbe melaksanakan CSR tidak semata-mata karena peraturan perundanganundangan tersebut. Jauh sebelum ditetapkannya UU tersebut, diumurnya yang sudah 47 tahun, Kalbe melaksanakan CSR dengan mengadakan berbagai pengobatan gratis. Kegiatan CSR ini didasari oleh kesadaran Kalbe untuk melakukan suatu wujud tanggung jawabnya terhadap stakeholder, sesuai dengan nilai Panca Sradha yang kedua yaitu kesadaran. Menurut Azheri (2011: 88-90), suatu perusahaan dalam menjalankan CSR dibedakan menjadi dua, yaitu atas dasar responsibility dan liabilty. Dalam pengertian dan penggunaan praktisnya, liability lebih merujuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat karena kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum. Sedangkan responsibility lebih mengarah pada pertanggungjawaban sosial. Dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan CSRnya, PT Kalbe termasuk kedalam responsibility, karena Kalbe melakukan kegiatan CSR atas dasar kesadaran dan kesukarelaannya dalam menunjukkan tanggung jawabnya kepada stakeholder. Pada perusahaan Kalbe, divisi Public relations bernama Corporate communications. Corporate Communications ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu external communications yang salah satunya berhubungan dengan media, internal communications yang berhubungan dengan internal Kalbe seperti anak perusahaan-anak perusahaan yang dimiliki Kalbe dan Corporate Social Responsibility yang berhubungan dengan sosial. Ketiga bagian Corporate Communications itu masing-masing menjalankan peran dan fungsi public relations di dalam perusahaan. Jika ditinjau secara teori, Corporate communication di Kalbe memang menjalankan peran PR sebagai mana yang dikemukan oleh Onong (1992) yang terdapat dalam buku Kampanye Public Relations (Ruslan, 2007: 9-10) adalah sebagai berikut: 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi 2.Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan publik eksternal 3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi 4. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. 5.Operasionalisasi dan organisasi public relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya. Menurut Iriantara (2007: 61), telah terjadi pergeseran filosofi dalam cara menjalankan bisnis yang membawa perubahan dalam cara pandang terhadap publik atau komunitas. Apalagi kini, manajemen strategis yang diterapkan dalam pengelolaan organisasi sehingga lingkungan eksternal organisasi pun dipandang sama pentingnya dengan lingkungan internal organisasi dalam proses pencapaian tujuan. Dalam konteks ini, terjadi perubahan peran PR dalam menjalin hubungan dengan komunitas. Implementasi konsep CSR yang salah satu dimensinya berkenaan dengan keterlibatan komunitasnya, mendorong praktisi PR untuk bisa bekerja sama-sama demi kemaslahatan bersama. Hubungan komunitas tidak lagi dibangun dengan membagi-bagikan sumbangan atau memberikan sponsorship belaka melainkan bisa dalam bentuk keterlibatan dalam program atau kegiatan pengembangan masyarakat (community development). Dengan demikian, strukturisasi Corporate communications Kalbe yang dipisah menjadi tiga bagian didasarkan oleh publik yang dihadapinya, salah satunya adalah divisi CSR yang berhadapan juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam suatu community relations yang berujung pada community development. Oleh sebab itu, Kalbe memiliki 136 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 136 25/02/2016 13:54:10 Dewanti Pertiwi, Strategi Community Relations dalam Membentuk Perilaku ... kegiatan-kegiatan CSR yang berupa philantrophy dan sustainabiliy serta empat pilar khusus dalam menjalankan CSR: 1. Kesehatan, sejalan dengan kegiatan usaha utama Kalbe dan keyakinan Perseroan bahwa akses pada layanan kesehatan merupakan hak bagi setiap individu; 2. Pendidikan, yang fokus pada inisiatif pengembangan pendidikan, sebagai salah satu faktor kunci kemajuan sebuah bangsa; 3. Lingkungan, yang bertanggung jawab pada pelaksanaan komitmen Perseroan untuk memelihara lingkungan yang sehat untuk hidup yang lebih baik; 4.Sarana dan Prasarana, realisasi dari keputusan Kalbe untuk turut berperan dalam pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan akses pada layanan kesehatan, pendidikan dan lingkungan yang berkualitas, berdasarkan prinsip pembangunan bersama masyarakat. A. Analisis Perencanaan Program Dalam perencanaaan program, Iriantara (2011: 109-110) membaginya kedalam dua bagian, yaitu perencanaan strategis dan perencanaan operasional. Perencanaan strategis bersifat jangka panjang. Dalam konteks program community relations, perencanaan strategis tak bisa dipisahkan dari rencana strategis organisasi secara keseluruhan. Rencana strategis organisasi secara keseluruhan itu kemudian dijabarkan ke dalam rencana strategis bagian atau divisi PR organisasi itu. Pada salah satu bagian dari rencana strategis PR itulah dikembangkan rencana strategis untuk program community relations. Karena itu selalu ada keterkaitan antara tujuan organisasi dan tujuan dalam program-program community relations dari organisasi. Teori yang diberikan oleh Iriantara diatas sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Kalbe dalam proses perencanaan program, yaitu dengan menyesuaikan tujuan perusahaan secara umum. Lima tahun kedepan ini scientific persuit, dengan misi perusahaan improve health for a better life sehingga semua program yang dibuat harus sesuai dengan misi dan tujuan tersebut. Perencanaan program selanjutnya dimatangkan dan dideskripsikan lagi dengan menentukan strategi. Strategi merupakan suatu arah dan kebijaksanaan untuk pencapaian tujuan organisasi, yang melibatkan peran dan tanggung jawab anggota. Dalam menetapkan strategi ini kurun waktu pelaksanaan kita tetapkan berdasarkan program jangka panjang dan jangka pendek. Dalam perencanaan ini harus dapat dilaksanakan serta di-implementasikan secara konsisten, dan hasil yang ingin dicapai benar-benar memenuhi sasaran yang akhirnya akan dievaluasi keberhasilannya(http://www.bunghatta.ac.id/ artikel/192/perencanaan-program-dan-penyusunanusulan-kegiatan.html, diakses 27 Januari 2014) Strategi yang dilakukan Kalbe adalah dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Jadi, Kalbe melibatkan karyawan-karyawannya untuk melaksanakan community relations. Selain itu, Kalbe juga mencari partner dari pihak luar untuk mencari ide apa saja program yang akan baik untuk dilaksanakan sesuai dengan visi, misi dan tujuan Kalbe. Strategi ini tentunya sejalan dengan tujuan internal dari CSR Kalbe, yaitu menumbuhkan kesedaran dan kepedulian sosial karyawan. Selain itu, hal ini juga memberikan manfaat baik kepada perusahaan, maupun kepada karyawan secara individu. Seperti di dalam buku Community Relations Konsep dan Aplikasinya (Iriantara, 2007: 67), Rogovsky (2000: 17) menyebutkan manfaat keterlibatan komunitas dan perusahaan yaitu: 1.Reputasi dan citra organisasi yang lebih baik 2.Lisensi untuk beroperasi’ secara social 3.Memanfaatkan pengetahuan dan tenaga local 4.Keamanan yang lebih besar 5.Infrastuktur dan lingkungan sosio-ekonomi yang lebih baik 6.Menarik dan menjaga personel berkaliber tinggi untuk memiliki komitmen yang tinggi 7.Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu Dalam menentukan khalayak sasaran community relations, ada dua hal yang menjadi bahan pertimbangan dan prioritas Kalbe. Pertama, penentuan khalayak sasaran yang akan dibina lebih diprioritaskan kepada komunitas yang berada di ring satu Kalbe, yaitu satu kelurahan. Lalu ring dua, ring tiga dan berikutnya. Hal ini dikarenakan adanya peraturan dari Kementrian Lingkungan Hidup terkait Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) yang menyangkut lisensi dan kemudahan izin beroperasi. Kedua, penentuan khalayak ini disesuaikan juga dengan visi dan misi perusahaan. B. Analisis Tahapan Community Relations Menurut Iriantara (2007: 79-80), community relations bisa dipandang berdasarkan dua pendekatan. Pertama, dalam konsep public relations lama yang memposisikan organisasi sebagai pemberi donasi, 137 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 137 25/02/2016 13:54:10 Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015 maka program community relations hanyalah bagian dari aksi komunikasi dalam proses public relations. Bila berdasarkan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang mendesak adalah menangani komunitas, maka dalam perencanaan akan disusun program community relations. Ini kemudian dijalankan melalui aksi dan komunikasinya saja. Ada pun pendekatan yang kedua adalah dengan memposisikan komunitas sebagai mitra. konsep komunitasnya tidak hanya sekedar kumpulan orang yang berdiam di sekitar wilayah operasi organisasi. Community relations dianggap sebagai program tersendiri yang merupakan wujud dari tanggung jawab sosial organisasi. Disini, organisasi menampilkan sisi sebagai suatu lembaga sosial yang bersama-sama dengan komunitas berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh komunitas. Organisasi dan komunitas sama-sama memberi sumber daya yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan kemaslahatan bersama. Berdasarkan pendekatan kedua ini, menurut Iriantara (2007:80), dengan menggunakan tahapantahapan public relations yang bersifat siklis maka program dan kegiatan community realtions organisasi pun akan melalui tahapan-tahapan berikut: 1.Pengumpulan fakta 2.Perumusan masalah 3.Perencanaan dan pemograman 4.Aksi dan komunikasi 5.Evaluasi Berdasarkan tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Iriantara ini, hasil wawancara penulis dengan informan I, Bapak Victor Taruli menyimpulkan bahwa Kalbe dalam merencanakan program community relationsnya, khususnya program PHBS yang dilakukan di SDN Sukaresmi 06 ini sesuai dengan tahapan teori community relations. Berikut penjabarannya: 1. Pengumpulan Fakta Dalam mengumpulkan fakta, perusahaan mencari tahu apa yang menjadi masalah sosial yang dihadapi masyarakat dan bagaimana cara perusahaan mencari tahu masalah sosial tersebut. Permasalahan sosial penting diketahui untuk menentukan langkah dan solusi apa yang akan dijalankan oleh perusahaan dalam hal community relations. Pada program PHBS ini, Kalbe sengaja mengajak pihak luar untuk menggarap program. Pihak ketiga yang melaksanakan program ini adalah Nurani Dunia, sebuah lembaga nonprofit yang menyelenggarakan bantuan kemanusiaan yang diketuai oleh Imam B. Prasodjo, PhD. Dari data sekunder yaitu dokumentasi yang berupa proposal yang berjudul “Program Pengembangan Masyarakat Responsif di Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat” yang diajukan oleh pihak Nurani Dunia selaku partner, permasalahan sosial yang terjadi di SDN Sukaresmi 06 adalah kesenjangan antara sekolah swasta yang memiliki perlengkapan sekolah yang sangat memadai untuk belajar dengan sekolah negeri atau sekolah swasta lokal yang perlengkapan belajarnya sangat terbatas, tetapi memiliki banyak siswa. Hal ini dikarenakan SDN Sukaresmi 06 ini berada di Cikarang Selatan yang merupakan salah satu kawasan industri di wilayah Jabodetabek, sehingga perekonomian di Cikarang Selatan berkembang cukup pesat namun juga memiliki menjadi masalah sosial berupa adanya kesenjangan sosial yang cukup tinggi antara penduduk lokal dan penduduk pendatang. Dalam Laporan Pertanggungjawaban Nurani Dunia per bulan Oktober – Desember 2010, Nurani Dunia mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang terjadi dengan menggunakan metode diskusi internal, kunjungan lapangan, pemetaan dan pendataan, diskusi publik dan wawancara, studi pustaka dan studi banding, serta presentasi. 2. Perumusan Masalah Menurut Iriantara (2007: 82) dalam merumuskan masalah itu kita harus mulai memfokuskan pada komunitas organisasi. Bila komunitasnya dirumuskan secara sederhana, berarti komunitas berdasarkan lokasi yakni komunitas sekitar wilayah operasi organisasi. Namun bila komunitasnya dipandang sebagai struktur interaksi maka komunitas tersebut lepas dari pertimbangan lokasi, tetapi lebih pada pertimbangan kepentingan. Dalam program PHBS ini Kalbe berfokus pada komunitas berdasarkan lokasi, hal ini merupakan strategi Kalbe dalam menjalankan CSR. Yaitu dengan menentukan target khalayak bedasarkan ring. SDN Sukaresmi 06 terletak pada ring satu Kalbe yang berada satu kelurahan. 3. Perencanaan dan Pemograman Dari dokumentasi proposal “Pengembangan Masyarakat Responsif di Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat”, pengembangan sekolah sehat di SDN Sukaresmi adalah sebagai berikut: a. Program MCK Sehat Program MCK sehat adalah program untuk mendukung sarana MCK yang sehat dan layak bagi lingkungan sekolah. Pada program lanjutan ini, 138 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 138 25/02/2016 13:54:11 Dewanti Pertiwi, Strategi Community Relations dalam Membentuk Perilaku ... beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah: 1.Perbaikan WC lama sebelah barat 2.Pembuatan jalan dan kanopi ke arah MCK yang dibuat tahun 2011 3.Pengadaan tempat cuci tangan di depan kelas 4. Pengadaan sarana kampanye tentang MCK Sehat (Kampanye) 5.Lokakarya dan penyuluhan pengelolaan MCK Sehat 6. Lomba tentang MCK Sehat b. Program Taman Sehat Program Taman Sehat adalah program keberlanjutan taman sehat yang telah dilakukan pada tahun 2011, yaitu: 1.Penataan lanjutan sarana penghijauan taman, termasuk taman sayur, taman hias dan taman obat 2.Pengadaan halaman multifungsi yang digunakan untuk upacara, bermain dan olahraga 3.Pengadaan sarana kampanye Taman Sehat 4.Lokakarya dan penyuluhan Taman Sehat 5.Lomba tentang Taman Sehat c. Program Pengelolaan Sampah 1.Penambahan tempat pembuangan sampah 2.Pembangunan tempat pengelolaan kompos dan pemilahan sampah sekolah 3.Pengadaan sarana paket daur ulang sampah (handycraft) 4.Pengadaan kampanye pengelolaan sampah 5.Lokakarya dan penyuluhan pengelolaan sampah 6.Lomba tentang pengelolaan sampah d. Program Kantin Sehat Program ini berusaha mengembangkan budaya kantin yang sehat. Pada program lanjutan ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah: 1.Pengadaan kampanye Kantin Sehat 2.Lokakarya dan penyuluhan Kantin Sehat 3.Lomba tentang Kantin Sehat e. Program Kegiatan Belajar Mengajar Sehat Program ini mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dikelas secara efektif dengan mengenalkan program KBM Sehat. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah: 1.Pengaktifan keterlibatan orang tua 2.Pelatihan manajemen kelas 3.Pengadaan pojok perpustakaan sehat 4.Pengadaan sarana kampanye hidup sehat 5.Lomba tentang KBM Sehat Jadi, agenda besar dalam program ini tidak hanya mengkampanyekan PHBS saja, tetapi juga membangun infrastuktur yang mendukung pola perilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga siswa-siswi yang telah mendapatkan edukasi tentang pola hidup bersih dan sehat dapat mempraktekkannya langsung karena infrastrukturnya sudah mendukung. Dengan demikian, dalam satu program ini sudah mencakup empat pilar yang dimiliki Kalbe, yaitu dari segi pendidikan, kesehatan, lingkungan dan infrastuktur. Dalam menjalankan program-program yang telah direncanakan, Kalbe menyediakan fasilitas demi keberlangsungan program. Fasilitas yang disediakan adalah dengan pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung siswa-siswi untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Seperti pembuatan wastafel guna mendorong mereka untuk rajin bercuci tangan, pembuatan kantin sehat guna mendukung mereka untuk memakan makanan sehat. Oleh sebab itu, program yang berbasis community development ini tidak bisa dijalankan dalam waktu yang pendek. Program ini memiliki enam rangkaian acara, berdasarkan pada enam indikator yang telah ditetapkan. Dengan siswa yang berjumlah 1.200 orang, tentunya Kalbe harus mengerahkan sumber daya manusia yang cukup banyak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, program ini melibatkan pihak ketiga yaitu Nurani Dunia sebagai tim assessment. Program ini pun diusulkan dan dipelopori oleh Nurani Dunia, Kalbe yang memfasilitasi. Namun, sesuai dengan tujuan internal CSR Kalbe yang ingin menanamkan kesadaran sosial karyawan, sehingga karyawan Kalbe diikut sertakan melalui employee engagement. Selain itu, Kalbe juga mengajak mahasiswa Kalbis Institute sebagai sukarelawan, hal ini termasuk employee engagement karena Kalbis Institute berada dalam satu umberella company dengan Kalbe. Sukarelawansukarelawan kemudian akan menjadi komunikator yang menjelaskan materi di kelas-kelas. Oleh sebab itu, sebelum hari pelaksanaan PHBS, mereka di latih terlebih dahulu. Khalayak sasaran dari program ini adalah anak-anak SD yang berusia 6 – 12 tahun, sehingga untuk menjelaskan materi yang bertolak ukur pada perubahan pola perilaku mereka, menurut Bapak Victor Taruli, Kalbe mempunyai taktik khusus agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh mereka. Yaitu, dari segi materi Kalbe menyiapkan materi yang dapat diterima anak-anak dengan mudah, seperti dengan menyisipkan film-film. Dari segi komunikator, setiap kegiatan di kelas minimal ada dua volunteer agar tidak terjadi kekosongan dan dapat saling mengisi acara. Serta dalam penyampaiannya, Kalbe memiliki konsep 139 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 139 25/02/2016 13:54:11 Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015 edutainment, karena anak-anak memiliki rentang waktu duduk diam yang pendek, maka kita ajak mereka untuk selalu berinteraksi dengan bernyanyi, berjoget serta mengadakan kuis dengan memberikan mereka rewards. 4. Aksi dan Komunikasi Menurut Iriantara (2007: 83), aspek aksi dan komunikasi inilah yang menjadi watak yang membedakan kegiatan community relations dalam konteks PR dan bukan PR. Watak PR ditampilkan lewat kegiatan komunikasi yang bersifar dua arah yang bertujuan untuk membangun dan menjaga reputasi dan citra organisasi di mata publiknya. Karena itu, dalam program community relations selalu ada aspek bagaimana menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada komunitas, serta melalui media apa dan dengan cara yang bagaimana. Teori tersebut sejalan dengan yang dilakukan Kalbe, karena dalam eksekusinya, pesan yang ingin disampaikan pada program PHBS ini adalah enam indikator yang telah diadopsi oleh Kalbe di SDN Sukaresmi 06, Cikarang Selatan, Bekasi, yaitu cuci tangan, sikat gigi, pembuangan sampah, 5R, makanan sehat dan olahraga. Agar pesan ini dapat sampai, diterima dan diserap oleh target khalayak yang masih berumur 6 – 12 tahun, Kalbe menggunakan konsep edutaiment yang menciptakan komunikasi dua arah, sehingga peserta pun dilibatkan dalam kegiatan ini. Untuk mendukung konsep edutaiment, Kalbe menggunakan beberapa media yang dibutuhkan,seperti laptop, LCD dan speaker karena media tersebut dapat mendukung penampilan materi yang berupa film dan powerpoint yang berisi gambargambar. 5. Evaluasi Evaluasi adalah bagian terakhir yang harus dilakukan dalam mengakhiri sebuah program. Dengan adanya evaluasi, kita bisa menentukan apakah program ini berhasil atau tidak dan bagaimana keberlanjutan program ini kedepannya. Dalam konteks community relations, pengevaluasian bukan hanya dilakukan terhadap penyelenggaraan program atau kegiatan belaka, melainkan juga mengevaluasi bagaimana sikap komunitas terhadap organisasi (Iriantara, 2007: 84). Pada eksekusinya, pengevaluasian program PHBS yang dilakukan oleh Kalbe dan Nurani Dunia ini kurang menuju pada konteks evaluasi community relations seperti yang ada pada teori. Hal ini dikarenakan pihak Kalbe maupun Nurani Dunia hanya mengukur perilaku peserta (siswa-siswi SDN Sukaresmi 06, Cikarang Selatan, Bekasi) terhadap pola hidup bersihnya saja, mereka tidak mengevaluasi feedback dan citra apa yang diperoleh perusahaan atas keberlangsungannya program ini. Jadi, tolak ukur keberhasilan program ini adalah kembali dari penggunaan dan maintanance infrastuktur yang telah didirikan untuk mendukungnya pola hidup bersih dan sehat. Program PHBS ini telah berjalan lancar sebagaimana yang direncanakan, oleh sebab itu program ini akan diteruskan dengan melakukan ekspansi ke lima sekolah lainnya yang berada di ring satu Kalbe, yaitu di kelurahan Sukaresmi. Kedepannya, dari enam sekolah yang turut melaksanakan PHBS ini akan dibandingkan dan diadakan kompetisi, sekolah manakah yang melaksanakan PHBS paling baik. IV. SIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan Kalbe dalam menjalankan community relations melalui program PHBS yang dilaksanakan di SDN Sukaresmi 06, Cikarang Selatan, Bekasi. Setelah data dikumpulkan dan di analisa bedasarkan langkah dari model Miles dan Huberman, maka pada langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan ini, penulis menyimpulkan bahwa strategi-strategi yang dilakukan Kalbe adalah : 1.Kalbe memilih SDN Sukaresmi 06, Cikarang Selatan, Bekasi, karena sekolah ini terletak di ring satu pabrik Kalbe. Pada prinsipnya, segala aktivitas community relations yang dilakukan, Kalbe memiliki sistem ring. Ring satu Kalbe adalah wilayah yang satu kelurahan dengan basis Kalbe yaitu di Kelurahan Cikarang Selatan. Hal ini berdampak positif bagi Kalbe. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, dalam pelaksanaan community relations Kalbe memiliki dua tujuan, yaitu untuk branding atau menciptakan citra yang baik dimata publik dan untuk melaksanakan aturanaturan yang telah ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) agar perusahaan dapat mendapatkan izin operasi dan lisensi. Kedua hal ini dapat dicapai oleh Kalbe dalam melaksanakan program PHBS. 2.Bedasarkan empat pilar CSR yang menjadi landasan Kalbe dalam melakukan kegiatan CSR, program PHBS ini memiliki cakupan yang menyeluruh dan holistik. Keempat pilar dapat terlaksana dan saling berkaitan. Antara pilar kesehatan, lingkungan, pendidikan dan infrastuktur 140 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 140 25/02/2016 13:54:11 Dewanti Pertiwi, Strategi Community Relations dalam Membentuk Perilaku ... ini bersinergi satu sama lain karena program PHBS ini tidak hanya semata-mata mengajarkan dan memberikan edukasi kepada siswa-siswi untuk berpola perilaku bersih dan sehat saja, tetapi juga Kalbe menyediakan fasilitas agar PHBS ini dapat berjalan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Fasilitas yang diberikan yaitu dengan membangun infrastruktur yang sesuai dengan indikator PHBS yang telah ditentukan, yaitu wastafel untuk memfasilitasi siswa-siswi bercuci tangan, pengadaan tong sampah yang dipisahkan bedasarkan jenis sampahnya agar mereka tidak lagi membuang sampah sembarangan serta dapat membedakan jenis-jenis sampah, pembangunan kantin sehat, pembuatan MCK yang bersih, pemberian alat-alat kebersihan dan peremajaan lingkungan sekolah yang dilakukan secara bersama-sama antar pihak sekolah, siswa-siswi dan sukarelawan Kalbe pada saat kegiatan PHBS yang kelima. 3. Dalam melaksanakan program yang membutuhkan banyak sumber daya manusia ini, Kalbe memanfaatkan dan melibatkan karyawannya untuk turut aktif dan berpartisipasi secara sukarela mengeksekusi program ini. Hal ini sesuai dengan teori community relations yang telah dibahas dan juga membuktikan bahwa strategi yang digunakan sudah tepat dan sesuai dengan tujuan CSR Kalbe pada konteks internal, yaitu untuk menanamkan kesadaran sosial karyawan. Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Lattimore, D, et al. (2010). Public Relations Teori dan Praktik. Jakarta: Salemba Humanika Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Cet.6. Yogyakarta: LkiS. Pedoman Pembinaan PHBS. (2011). Jakarta: Kementrian Kesehatan. Rachman, N. M. et. al. (2011). Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya. Ruslan, R. (2007). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Widjaja. (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Ed.1, Cet.6. Jakarta: Bumi Aksara. Kementrian Kesehatan RI (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Fajri, Choirul. (2011). “Community Relations Pabrik Gula/ Pabrik Spritus Madukismo Kasihan Bantul (Studi Kasus Tentang Strategi Community Relations Pabrik Gula/Pabrik Spritus Madukismo Kasihan Bantul Dalam Membina Hubungan Baik Dengan Masyarakat Sekitar)”. Jurnal Komunikator Vol. 2, Yogyakarta. Nadia. (2012), “Hubungan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa SDN 13 Seberang Padang V. DAFTAR RUJUKAN Annual Report PT Kalbe Farma. (2012). Jakarta, Kalbe Farma Azheri, B. (2012). Coorporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory. Jakarta: Rajawali Pers. Efendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Cet.19. Bandung: Remaja Rosdakarya. Iriantara, Y. (2007). Community Relations Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Utara”. Penelitian Keperawatan Komunitas pada Fakulas Keperawatan, Universitas Andalas, Padang. Henry Nasution. “Perencanaan Program dan Penyusunan Usulan Kegiatan”. [Online]. Diakses 27 Januari 2014 dari http://www.bunghatta.ac.id/artikel/192/ perencanaan-program-dan-penyusunan-usulankegiatan.html Jefkins, F. (2004). Public Relations. Jakarta: Erlangga Kementrian Kesehatan RI (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 141 1. Dewanti Pertiwi (Komu).indd 141 25/02/2016 13:54:11