BAB II BUSINESS PLAN

advertisement
BAB II BUSINESS PLAN 2.1.
Executive Summary Perusahaan mengembangkan bisnis baru dengan mengangkat produk yang inovatif dengan ciri khas daerah Manado. Produk yang dibuat adalah Abon Roa dan Abon Cakalang. Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah perusahaan baru yang sangat menjanjikan peluang yang masih terbuka untuk pengembangan dan investasi. Target pasar produk adalah penduduk lokal, turis domestik dan mancanegara, dan untuk waktu mendatang perusahaan merencanakan menjual ke pasar internasional. Strategi pemasaran awal adalah menjual produk di toko oleh‐oleh/souvenir kota Manado, serta membuka outlet di bandar udara internasional Sam Ratulangi Manado. Pertimbangan keuangan perusahaan dengan perhitungan NPV 3 tahun sebesar Rp 121.982.704,‐ dengan investasi awal sebesar Rp 96.000.000,‐ bisnis ini sangat menjanjikan. Payback period dalam 17 bulan. Adanya hutang awal yang ringan berupa kendaraan operasional mobil box Suzuki Carry tahun 2003 senilai Rp 55.000.000,‐. Dalam 1,5 tahun pertama pengembalian modal investasi dan hutang dapat dilakukan. Dari perhitungan finansial didapatkan laporan keuangan yang positif, laba rugi 3 tahun pertama yang baik dan IRR sebesar 48,29%. Menjadikan bisnis ini sangat layak diperhitungkan bahkan dengan asumsi penjualan yang minimum. 2.2.
Perusahaan Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah perusahaan baru yang sangat menjanjikan peluang yang masih terbuka untuk pengembangan bisnis dan investasi. 2.2.1. Profil Perusahaan Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Perusahaan memproduksi makanan khas daerah Manado yakni Abon Roa dan Abon Cakalang serta menjual dan memasarkannya. Perusahaan ini akan terus memperluas pasar dengan mendistribusikan produk ke kota‐kota lain dan juga akan terus meningkatkan mutu produk sehingga pada akhirnya dapat eksport dan merambah pasar internasional. Perusahaan merencanakan mengembangkan dan membuat produk baru yang akan menambah line produksi dan keragaman produknya. Home industry ini dimulai dengan tenaga kerja minimal hanya dengan 3 orang karyawan dan operasi perusahaan yang sederhana bekerja di dapur rumah pemilik perusahaan. 2.2.2. Tujuan Perusahaan Perusahaan mengembangkan bisnis baru dengan mengangkat produk dengan ciri khas daerah Manado. Produk Abon Roa dan Abon Cakalang ini bertujuan menjadi market leader karena baru, inovatif, unik dan mengangkat ciri khas daerah Manado. Produk ini bisa dijadikan salah satu oleh‐oleh yang bisa dibawa sebagai makanan khas daerah Manado dan mudah ditemukan dan dijual secara umum di Manado. 5
2.2.3. Visi dan Misi Perusahaan Visi dari Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah menjadi perusahaan lokal yang unik sehingga mampu bisa bersaing dalam skala internasional di pasar global. Misi Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah menghasilkan produk kuliner yang inovatif, berkualitas dan bercitarasa tinggi, yang mengutamakan perkembangan multi dimensi secara berkesinambungan sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. 2.2.4. Kepemilikan Perusahaan Perusahaan Mega Jaya Makmur akan dimiliki secara perseorangan. Adapun pemiliknya adalah Ibu Judith Wongkar, putranya Ferdy Wongkar dan Mega Ria Kesuma. Team sukses perusahaan ini adalah kerjasama Ibu Judith dengan anaknya Ferdy dengan ide perencanaan bisnis. Ibu Judith akan mengatur masalah produksi, Mega akan mengatur sumber daya manusia, keuangan dan adminstrasinya. Sedangkan Ferdy akan mengatur masalah pemasaran, distribusi dan mengurus masalah yang berhubungan dengan pihak luar. 2.2.5. Investasi awal Investasi awal sebesar Rp 96.000.000,‐ sebagian besar adalah produk jadi sebelum peluncuran produk dilakukan ke seluruh target pasar. Modal awal merupakan modal yang disiapkan sebagian besar untuk biaya produksi awal, promosi, kas operasi dan ditambah aset yang sudah ada sebelumnya. Lihat lampiran 5 untuk perhitungan keuangan investasi awal. 6
2.2.6. Modal Perusahaan Modal perusahaan sepenuhnya milik pribadi dengan pemilik modal terbesar adalah ibu Judith Wongkar ibu kandung pemilik perusahaan berupa uang kas untuk operasi awal dan peluncuran produk sebesar Rp. 96.000.000,‐. Selain itu perusahaan mendapat pinjaman hutang lunak berupa kendaraan operasional yaitu mobil box Suzuki Carry tahun 2003 senilai Rp. 55.000.000,‐ . Lihat lampiran 7 laporan keuangan. 2.2.7. Lokasi Perusahaan Lokasi perusahaan Mega Jaya Makmur adalah beralamat di Jl. Bethesda No. 23 Manado, Sulawesi Utara. Outlet perusahaan dipersiapkan di bandar internasional Sam Ratulangi Manado tepatnya di ruang tunggu keberangkatan/kedatangan pesawat. 2.2.8. Kunci Sukses Produk Abon Roa dan Abon Cakalang merupakan makanan khas dari daerah Manado, sehingga produk ini mempunyai pangsa pasar tersendiri. Sebagai oleh‐oleh, Abon Roa dan Abon Cakalang mempunyai cita rasa tersendiri yang sesuai bagi konsumen yang menyukai rasa ikan yang eksotik dengan bumbu spesial berkualitas dan bercitarasa tinggi. Ada 5 faktor yang mendukung keberhasilan perusahaan Mega Jaya Makmur, yaitu : •
Produk berkualitas : produk memiliki bumbu spesial dan cita rasa yang istimewa dibandingkan produk sejenis, pengemasan produk yang higienis dan lebih tahan lama. 7
•
Pangsa pasar yang luas : Penduduk lokal, turis domestik dan mancanegara yang menyukai rasa ikan dan rasa pedas merupakan target pasar produk Abon Roa dan Abon Cakalang yang eksotik ini. •
Rantai pasok bahan baku yang lancar : Bahan baku yang diperlukan secara khusus untuk membuat Abon Roa dan Abon Cakalang dapat dipasok setiap saat. Rantai pasok bahan baku produk baru ini akan membantu nelayan‐
nelayan sampai tingkat pedagang ikan olahan tersebut. •
Jalur distribusi yang mudah : Outlet‐outlet di kota Manado telah dikenal dan didekati oleh pemilik perusahaan. •
Faktor harga jual yang dibuat menguntungkan penjual produk sehingga akan mendukung penjualan dan promosi produk tersebut. 2.3.
Produk Abon Roa adalah produk inovatif yang dibuat dengan eksperimen resep berulang‐ulang sejak 9 tahun lalu. Awalnya produk ini dibuat ibu Judith untuk dikirim ke anaknya di Surabaya yang lagi kuliah. Produk ini ide awalnya diciptakan untuk menjadi teman makan nasi putih karena biasanya telah disediakan di rumah kost daerah Surabaya. Berawal dari permintaan anaknya akan kerinduan ”rica roa” dan ”cakalang garo rica” yang tidak bisa ditemukan di Surabaya walaupun bubur Manado atau ”tinutuan” ada dijual di kota‐kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. 8
Perusahaan Mega Jaya Makmur memproduksi makanan khas daerah Manado yaitu Abon Roa dan Abon Cakalang yang memiliki cita rasa ikan yang eksotik dan pedas. Produk ini telah dibuat dengan eksperimen resep bertahun‐tahun dan bisa menjadi bahan untuk ”rica roa” yang merupakan campuran makanan khas daerah yaitu ”tinutuan” atau bubur Manado. 2.3.1. Deskripsi Produk Abon Roa : dibuat dari ikan roa yang telah diasapi, dipadu dengan cabai merah yang berkualitas dan bawang goreng renyah yang dikomposisikan dengan bumbu lainnya sehingga menghasilkan Abon Roa berkualitas dan bercitarasa tinggi tanpa bahan pengawet. Produk ini bisa menjadi bahan sambal atau untuk ”rica roa” yang merupakan sambal makanan khas daerah yaitu ”tinutuan” atau bubur Manado. Abon Cakalang : dibuat tanpa bahan pengawet dan dibuat dari ikan tuna/cakalang yang telah diasapi, dipadu dengan cabai merah yang dikomposisikan dengan bumbu lainnya sehingga menghasilkan rasa ikan yang renyah dengan rasa pedas yang menggugah selera. Abon Cakalang adalah produk yang hampir sama dengan ikan tuna olahan yang telah diasapkan yang biasanya menjadi teman makan ”tinutuan” atau bubur Manado. Dengan kedua produk ini makan bubur atau pun dengan nasi putih pasti enak dan mengundang selera makan. Karena produk ini sejenis dengan penyedap rasa alami karena mengandung banyak sodium dari ikan. 9
2.3.2. Kemasan Produk Produk akan dikemas secara higienis dengan menggunakan toples (kotak berbahan plastik). Setiap toples dengan berisi 250 gr, 500 gr dan 1 KG berat bersih produk abon mempertimbangkan harga jual produk. Pertimbangan pemilihan kemasan adalah kemasan yang mudah dibawa dan diletakkan di meja makan. Selain itu kemasan harus praktis dibawa bepergian dengan pesawat terbang. 2.3.3. Perbandingan Pesaing Produk Adapun pesaing dari produk sejenis adalah ”Rica Kepala Ikan Roa” dan ”Ikan Cakalang” dengan berbagai resep yang diproduksi oleh masyarakat sekitar, namun sampai sekarang belum ada Abon Roa dan Abon Cakalang yang diproduksi secara banyak untuk didistribusikan dan dijual luas dipasaran. Namun produk yang diproduksi oleh perusahaan Mega Jaya Makmur mempunyai kelebihan pada cita rasanya dan kualitas dari bahan bakunya serta telah dikemas siap saji dan dijual luas dipasaran. Sedangkan untuk pesaing dari produk lain sejenis yaitu produk Abon Ayam, Abon Sapi dan Abon Ikan yang saat ini sudah beredar luas di masyarakat, dimana produk tersebut tidak mempunyai rasa yang unik dan mempunyai rasa sesuai bahan baku pembuatannya dengan kemasan dan merk berbeda. Sedangkan produk Abon Roa dan Abon Cakalang mempunyai rasa yang tidak sama dengan abon tersebut di atas dimana rasa dari Abon Roa dan Cakalang adalah khas ikan dengan bumbu rasa pedas yang menggugah selera dan kaya akan 10
rasa ikan yang eksotik karena dibuat dengan resep yang telah teruji bertahun‐tahun dan terbukti disenangi oleh sebagian besar orang yang sudah mencobanya. Hal ini berarti Abon Roa dan Abon Cakalang telah menciptakan celah pasar sendiri sehingga pasar dapat lebih memilih produk yang sesuai dengan seleranya. 2.3.4. Sumber Bahan Baku Bahan baku produksi utama adalah ikan roa dan ikan cakalang yang telah diawetkan dengan metode pengasapan. Bahan baku tambahan adalah bawang merah, bawang putih dan cabai merah serta berbagai bumbu dapur. Pedagang bahan baku tersebut telah mempunyai jalur distribusi tetap dan mempunyai cukup bahan dagangan sepanjang tahun. Bahan baku ikan roa dan cakalang tidak terlalu tergantung akan musim karena pada dasarnya ikan roa dan ikan cakalang ini telah diawetkan dengan cara diasapkan oleh nelayan‐nelayan. Namun permasalahannya adalah kesegaran produknya. Walau begitu keadaan ini belum terlalu berpengaruh ke rantai kualitas produk jika pembelian bahan baku dilakukan dengan baik dan tepat waktu dan pengolahan bahan baku sebelum diproduksi dilakukan dengan baik. Adapun nelayan‐nelayan yang menjadi asal bahan baku ikan Roa dan ikan Cakalang ini berasal dari daerah Likupang, Kema, dan Maluku Utara, Halmahera serta daerah sekitarnya. Sebagian besar memang desa ataupun kota kecil dengan hasil laut sebagai mata pencaharian penduduk. Survei ke daerah nelayan menunjukkan adanya nilai harga beli bahan baku yang lebih 11
murah namun tidak signifikan jika memperhitungkan biaya transportasinya. Selain itu setelah adanya perubahan baru di kota Manado dan adanya penertiban pasar, pedagang ikan roa yang dulunya terpencar‐pencar dengan warung dagangan yang sempit dan terbatas telah berubah. Pedagang ikan roa telah berkumpul menjadi satu tempat berupa toko‐toko dengan fasilitas yang lebih memadai dan harga yang menjadi lebih standar. 2.4. Analisis Pasar 2.4.1. Survei Pasar Survei pasar dilakukan untuk mencari tahu adakah konsumen potensial untuk produk baru ini yang bahkan belum diketahui oleh sebagian besar responden. Survei dilakukan dengan memberikan sample produk sedikit dalam kemasan kepada orang‐orang yang disurvei sekaligus wawancara dengan pengisian kuesioner secara langsung maupun diisikan oleh pelaku survei. Analisa awal produk abon roa dan abon cakalang target yang dipilih adalah orang yang bepergian. Alasannya antara lain: ƒ
Dari pengalaman konsumen awal produk adalah orang‐orang yang bepergian dengan maksud membawa bekal abon roa atau abon cakalang khas daerah Manado. ƒ
Produk abon roa dan abon cakalang ini bertujuan menjadi produk oleh‐oleh makanan kecil khas daerah Manado. 12
Asumsi target konsumen adalah orang‐orang yang bepergian sehingga dilakukan kuesioner untuk membuktikan potensial konsumen produk ini dan perilaku konsumennya. Letak tempat yang dilakukan kuesioner terutama di bandar internasional Soekarno‐Hatta dan Hotel Citraland mempertimbangkan sasaran produk adalah sebagai oleh‐oleh makanan khas daerah untuk turis lokal maupun mancanegara selain itu memperhitungkan efisiensi biaya survei karena penulis berada di Jakarta saat melakukan survei. Adapun survei dilakukan dengan 2 bahasa yaitu dengan kuesioner berbahasa Indonesia (lampiran 9) dan berbahasa Inggris (lampiran 10). 2.4.2. Hasil Analisis Pasar Hasil survei menunjukkan potensi pasar yang besar untuk orang yang bepergian mempunyai kecenderungan membeli oleh‐
oleh seperti makanan kecil dan makanan khas daerah. Lihat lampiran 8 hasil survei pasar. Hasil survei menunjukan adanya potensi pasar yang besar akan produk ini karena rasanya yang khas. Bahkan dari wawancara dengan turis mancanegara didapatkan bahwa produk ini adalah sejenis penyedap rasa alami yang mengandung sodium seperti ikan teri dan sejenisnya. Lihat lampiran 8 hasil survei. Hasil lainnya adalah perlu adanya produk tidak pedas karena ada sebagian orang tidak bisa akan rasa pedas terutama turis mancanegara yang bukan dari daerah tropis. Untuk yang dari daerah tropis bahkan menyukai rasa lebih pedas sehingga dibuatkan produk extra pedas. Lihat lampiran 8 hasil survei. 13
2.4.3. Segmentasi Pasar Segmen demografi seperti umur, jenis kelamin, dan pekerjaan tidak sesuai karena produk abon dikonsumsi oleh konsumen baik tua maupun muda, laki‐laki maupun perempuan, ataupun dari pekerjaan apapun bisa mengkonsumsi abon ini. Segmen yang sesuai adalah segmen perilaku konsumen seperti dalam hal ini segmen yang dipilih adalah segmen perilaku orang yang bepergian dengan kecenderungan membeli produk oleh‐oleh/hadiah sehingga survei dilakukan memang untuk membuktikan adanya potensi pasar akan produk ini dalam segmen perilaku konsumen tersebut. 2.4.4. Target Pasar Target pasar adalah orang yang bepergian yang membeli oleh‐oleh makanan kecil khas daerah. Ini karena target pasar memang diasumsikan adalah orang dengan perilaku tersebut karena pengalaman dari konsumen awal produk adalah orang yang bepergian dari daerah Manado. 2.4.5. Positioning Produk dikembangkan sebagai oleh‐oleh makanan kecil khas daerah sesuai dengan asumsi awal target pasar dan hasil survei seperti yang terlihat di lampiran 11 hasil survei pasar. Produk dikembangkan mempunyai perbedaan dengan produk abon pada umumnya seperti produk abon ikan biasa dengan perbedaan seperti berbumbu, mempunyai cita rasa khusus, dan dirancang sebagai produk oleh‐oleh makanan kecil khas daerah Manado. 14
2.5. Perencanaan Marketing 2.5.1. Perencanaan Marketing Analisis survei mendapatkan adanya segmen perilaku konsumen yang menyukai rasa pedas maupun ada yang tidak menyukai rasa pedas. Sehingga perencanaan produk membuat adanya tanpa rasa pedas. Juga dibuatkan produk extra pedas karena cukup banyak orang menyukai rasa pedas. Lihat lampiran 11 hasil survei pasar. Strategy marketing untuk produk baru yang unik ini adalah pengenalan ke pasar sekaligus langsung menggebrak pasar dengan menyediakan produk yang mudah didapatkan dimana‐mana khususnya di daerah Manado pada awalnya. Selain itu marketing produk didukung dengan siaran radio FM yang populer di kota Manado yaitu Radio Memora. Pemilihan radio sebagai media marketing diharapkan efektif sekaligus didukung pembagian pamflet/flyer di outlet‐outlet penjualan dan di tempat‐
tempat wisata. Model promosi di radio bukan memakai iklan produk tapi menjadi topik pembicaraan DJ radio tersebut untuk beberapa waktu dengan maksud agar pengenalan produk baru ini bisa populer di seluruh Manado. Sesuai dengan hasil survei pasar, strategi awal adalah membuka outlet di bandara internasional Sam Ratulangi Manado untuk target pasar orang yang bepergian jauh. Selain itu outlet‐
outlet target adalah toko‐toko souvenir yang menjual cinderamata, aksesoris dan oleh‐oleh makanan kecil di seluruh kota Manado. 15
Pada awalnya adalah mempersiapkan dan membuat outlet di bandara internasional Sam Ratulangi di tempat yang cukup strategis di ruang tunggu keberangkatan/kedatangan berupa stand sederhana dengan banner dan standing banner serta menyediakan Sales Promotion Girl dengan sample produk yang bisa dicoba ditempat. Mendistribusikan semua produk ke seluruh toko‐toko souvenir di kota Manado. Kemudian di seluruh supermarket yang ada dan memungkinkan menjual produk abon roa dan abon cakalang. Langkah berikut adalah ke restoran‐restoran yang ramai terutama rumah makan ”tinutuan” yang cukup besar dan terkenal di kota Manado. Outlet‐outlet target adalah semua toko souvenir dan oleh‐
oleh di kota Manado antara lain telah disurvei dan telah dilakukan pendekatan yaitu: Toko Warung Ventje I, Toko Warung Ventje II, Toko Masa Indah, Periskapura Kafe (di bandara Sam Ratulangi), Kartini Kafe, UD. Kawanua, Toko Aneka Rasa, Toko Manado Souvenir, Toko Maesa Souvenir, Kartini Bakery, Supermarket FreshMart, toko souvenir tanpa nama (kenalan), rumah makan tanpa nama sekaligus menjual makanan seperti nasi campur, nasi kuning dan menjual makanan kecil khas daerah juga seperti pala, bagea, dan lain‐lain (kenalan). Merancang dan membuat pamflet / flyer, banner dan standing banner yang akan dibagikan ke seluruh outlet yang menjualnya yang memungkinkan untuk dipasang banner dan standing banner. 16
2.5.2. Distribusi Produk Produk diluncurkan sekaligus ke seluruh outlet yang telah ditentukan dan disurvei sebelumnya di kota Manado. Sistem penjualannya adalah titip jual alias konsinyasi. Semua outlet telah disurvei dan dilakukan pendekatan sebelumnya bahkan beberapa outlet adalah kenalan baik ibu Judith. Sebagian besar merupakan outlet yang menjual souvenir dan makanan oleh‐oleh seperti pala manis, bagea, kain karawang dan berbagai macam oleh‐oleh. Namun ada juga supermarket dan rumah makan serta kafe yang agak berbeda dengan toko souvenir namun mempunyai kemiripan pembeli yang rata‐rata adalah orang yang bepergian sesuai target produk abon roa dan abon cakalang. Standing banner dan banner dibagikan untuk outlet‐outlet target penjualan yang telah dilakukan pendekatan sebelumnya. Ini dilakukan bersamaan dengan peluncuran produk atau saat pendistribusian produk saat pertama kali. Tidak semua outlet cocok dibagikan banner mengingat masalah tempat dan lokasi outlet namun untuk standing banner bisa diletakkan sekaligus meramaikan promosi toko ataupun outlet tersebut. Standing banner harus dirancang praktis, mudah dilihat juga ringan mengingat faktor penyimpanan standing banner tersebut seusai jam buka toko/outlet. Lihat lampiran 4 promosi dalam perhitungan finansial untuk outlet‐outlet target penjualan awal. 17
2.5.3. Competition Kompetisi yang ada untuk abon roa dan abon cakalang ini adalah produk abon dengan bahan ikan maupun daging lain dan sejenisnya maupun produk substitusi. Untuk abon dengan bahan ikan perbandingan harganya adalah 1 ons/100gr abon ikan kurang lebih Rp. 22.500,‐ (di pasar Petak Sembilan Jakarta), untuk abon dengan bahan daging sapi perbandingan harganya adalah 1 ons/100gr abon ikan Rp. 17.000,‐ (di Carrefour Permata Hijau Jakarta) dibandingkan dengan produk abon biasa sebagai kompetitor, harga abon roa dan abon cakalang lebih murah dan bisa bersaing dalam jenis produk yang sama. Karena hal ini abon roa dan abon cakalang ini dijual juga ke supermarket FreshMart pada awalnya sebagai produk makanan abon ikan dengan display berdekatan dengan produk sejenis. Hal ini untuk mencoba target dan positioning pasar yang berbeda dengan outlet‐outlet lainnya yaitu sebagai produk abon dengan cita rasa khusus. Abon Roa dan Abon Cakalang ini memposisikan sebagai produk oleh‐oleh sehingga ikut meramaikan persaingan di berbagai jenis produk oleh‐oleh. Namun untuk produk sejenisnya belum ada yang dijual luas dan banyak. Untuk produk substitusi seperti produk oleh‐oleh pala manis, pala pedas, bagea kenari dan produk‐produk souvenir seperti kain karawang, setiap produk mempunyai jenis dan ciri khas yang berbeda dengan jenis produk abon roa dan abon 18
cakalang ini namun mengambil pangsa pasar yang sama yaitu orang‐orang yang bepergian. Perbandingan dengan abon ikan sejenis terlihat seperti tiga kutipan di bawah ini. Perbandingan harganya memang sangat jauh dibandingkan dengan harga abon Cakalang namun banyak perbedaan dasar seperti produk di bawah ini adalah seluruhnya produk ikan tuna. ABON IKAN LAPULU, BIKINNYA DI GANG SEMPIT, DI BELI
ORANG JAKARTA
Tanggal 27 Juli dilakukan praktek pembuatan abon ikan di rumah Ibu Hastika.
Dari 20 kilogram bahan baku ikan tuna dihasilkan rendemen abon kering
sebanyak 7 kilogram. Perhitungannya, dengan rata-rata harga ikan tuna Rp.
6000/kilogram ditambah dengan bumbu, dibutuhkan modal sebesar Rp.
200.000. abon yang dihasilkan sebanyak 7 kilogram dengan harga jual minimal
Rp. 40.000/kilogram diperoleh hasil Rp. 280.000.
Dikutip Rabu, 12 Juni 2007 dari http://www.ict4pr.org/ . Pengolahan Abon Tuna di Sendangbiru Menguntungkan
Malang, Kompas - Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM)
Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, akan berupaya membantu
meningkatkan pendapatan keluarga nelayan di Pantai Sendangbiru,
Kabupaten Malang. Caranya, dengan program pendampingan masyarakat
dalam pengolahan ikan tuna menjadi jenis makanan abon.
Cara tersebut ternyata dapat menghasilkan keuntungan lebih dari 50 persen,
jika dibandingkan penjualan ikan tuna mentah. "Beberapa waktu lalu saya
menjumpai salah satu penjual abon ikan tuna di Sendangbiru. Ternyata enak
juga, dan dijual dengan harga Rp 28.000 per kilogram," kata Kepala LPM
Unibraw Syamsulbahri, Selasa (29/10), di Malang.
Dikutip dari Kompas, Rabu, 30 Oktober 2002 http://www2.kompas/kcm/ . 19
Perbandingan dengan abon ikan lain terlihat seperti kutipan di bawah ini. Perbandingan harganya sebanding dengan harga abon Roa dan abon Cakalang namun banyak perbedaan dasar seperti produk di bawah ini adalah seluruhnya produk ikan tuna. Abon Ikan Haruan (gabus, Ophiocephalus striatus atau Channa
striatus)
Proses pembuatannya setahu saya gampang kok hehehe, kira kira seperti ini:
Beli atau mancing ikan haruan dulu kemudian setelah ikan tersebut dikeringkan
yang kemudian dihaluskan setelah itu campur dengan santan dan bumbu
rempah yang kemudian dimasak hingga kandungan airnya habis kemudian
disangrai hingga berwarna keemasan
Nah buat temen-temen yang mampir ke daerah Kalimantan jangan lupa beli
abon yang satu jadikan oleh-oleh favorit tersendiri dan dijamin lidah anda akan
bergoyang
Harganya pun tak kalah menariknya. Rp 12.000 per bungkus plastik yang
beratnya 100 gram, murah bukan? Hingga akhirnya disajikan untuk menemani
hangatnya nasi pulen dan segarnya air es kelapa muda.
Dikutip Rabu, 12 Juni 2007 dari http://fiandigital.wordpress.com/ 2.5.4. Pricing Sesuai dengan survei pasar dan studi perbandingan dilakukan penetapan harga jual dengan mempertimbangkan biaya produksi produk, harga kemasan, harga produk lain rata‐
rata di pasaran dan juga mempertimbangkan keuntungan dealer/outlet penjual produk abon ini. Harga jual mempertimbangkan mengambil profit rata‐rata sebesar 40% dari harga pokok produksi. Lihat lampiran 2 dan lampiran 3 untuk harga pokok produksi dan harga produk 20
2.6. Perencanaan Produksi 2.6.1. Pembelian Bahan Baku Bahan baku dibeli selang beberapa hari sesuai dengan kapasitas produksi harian. Perencanaan awal adalah membuat produk sebanyak 300 KG dalam waktu 1‐2 minggu dengan kemasan berbeda‐beda sebagai stok awal perencanaan penjualan sebulan. Lihat lampiran 1 perhitungan finansial. Sesudah itu kapasitas awal produksi harian direncanakan untuk 15‐20 KG. Sesuai dengan perencanaan proyeksi penjualan di lampiran 1 perhitungan finansial. 2.6.2. Proses Produksi Awalnya perencanaan dengan memproduksi produk cukup untuk peluncuran produk dan stok ke seluruh outlet‐outlet yang ada yang diperhitungkan yaitu produksi sebanyak kurang lebih 300 KG produk jadi belum dikemas. Lihat lampiran 1 perhitungan finansial. Produksi harian sebanyak 15‐20 KG dengan 5 – 6 kali memasak. Jika produksi awal dengan sekali proses 3 – 4 KG produk dengan waktu memasak sekitar 30 ‐ 45 menit. Total waktu produksi sekitar 2,5 jam jika hanya memproduksi sekali masak. Waktu produksi itu sebagian besar adalah menyiapkan bahan olahan. Jika diproduksi massal dengan waktu pengolahan sekaligus bisa menghemat waktu produksi. Total waktu untuk memasak sekitar 15 KG produk jadi adalah 4 ‐ 5 jam dengan tenaga kerja 3 orang ditambah waktu untuk pengemasan dan lain‐lain sekitar 6 jam total waktu produksi harian. 21
2.7. Rencana Organisasi dan Manajemen Perencanaan manajemen adalah menggunakan karyawan seminimal mungkin karena proses produksi tidak perlu dilakukan seharian penuh. Karyawan yang ada adalah karyawan pembantu rumah tangga yang memang ada bekerja di kantin kakak pemilik. Mencari karyawan sebagai Sales Promotion Girl di bandar udara Sam Ratulangi dengan sistem gaji dan bonus penjualan. Selain itu sistem gaji dibuat dengan memakai target penjualan SPG dengan gaji pokok sebagai uang makan dan transportnya. Mempertimbangkan waktu kerja SPG tersebut tidak begitu memberatkan dengan gaji dan target penjualannya diutamakan SPG yang cukup berpendidikan minimal sedang menjalani pendidikan tingkat SLTA, sopan, menarik dan lebih khusus lagi tinggal di sekitar bandar udara Sam Ratulangi karena waktu kedatangan/keberangkatan pesawat di bandara udara tersebut frekuensinya masih belum begitu padat. Awalnya sales dan sopir ke outlet‐outlet adalah pemilik sendiri sebelum mencari sopir lain bulanan jika distribusi telah lancar. Ini dilakukan sekaligus merambah dan mempelajari pasar produk tersebut. Berikutnya adalah mencari sopir yang sekaligus bisa menjadi sales yang loyal dan rajin yang bisa menjual di kota Manado karena pemiliknya akan mencoba menjual dan merambah ke kota lain seperti ke kota Surabaya dan Jakarta dengan target ke bandar udara Juanda Surabaya dan ke Jakarta di bandar udara Soekarno‐Hatta pada awalnya. 22
2.8. Finansial Analisis ƒ
Asumsi tingkat suku bunga 15% mempertimbangkan suku bunga kredit sekarang pada umumnya dan bunga perhitungan kredit untuk mobil operasional. ƒ
Asumsi penjualan di Lampiran 1 Perhitungan Finansial adalah penjualan minimal untuk seluruh outlet yang ada. Jumlah outlet yang ada sebanyak 15 buah dengan asumsi penjualan perhari sebanyak 15 buah produk dalam berbagai kemasan. Dengan asumsi penjualan ini dilakukan perhitungan penjualan. ƒ
Asumsi harga jual produk ada di lampiran 2 dan lampiran 3 seperti dibahas di bab 2.5.4. Pricing halaman 20 paragraf akhir mempertimbangkan harga produksi dan harga pesaing. 2.8.1. Investasi yang diperlukan Investasi awal yang diperlukan sebagaian besar adalah biaya produk awal untuk peluncuran produk. Selain itu adalah biaya promosi dan investasi furniture dan peralatan outlet di bandar udara Sam Ratulangi. Investasi modal awal sebesar Rp. 96.000.000,‐ dengan perincian aset awal yang sudah ada sebesar Rp. 2.500.000,‐ berupa lemari es dan alat‐alat dapur. Total investasi uang kas awal dalam perhitungan sebesar Rp. 43.270.000,‐ berupa investasi aset, biaya operasi, biaya produksi awal, biaya promosi dan pembelian peralatan serta furnitur yang diperlukan. Lihat lampiran 4 dan 5 dalam perhitungan finansial untuk investasi awal dan biaya promosi. 23
2.8.2. Biaya Produksi Salah satu biaya produksi adalah minyak tanah yang cukup murah. Untuk produksi lebih banyak lagi direncanakan memakai kompor berbahan baku serbuk kayu dengan panas api dan waktu memasak yang sesuai dengan proses produksi abon roa dan abon cakalang. Dengan wajan goreng kapasitas 5 KG, kompor serbuk kayu menyala 6 ‐ 8 jam dengan serbuk kayu gratis dari tempat gergajian kayu, ini menghemat biaya produksi. Namun hal ini belum dilakukan mempertimbangan produksi baru sebanyak 15KG bisa dengan 4x memasak. Kelemahannya kompor serbuk kayu adalah hitam arang ke wajan gorengnya. Lihat lampiran 2 dan 3 dalam perhitungan finansial untuk biaya produksi. 2.8.3. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi dalam proyeksi perencanaan penjualan tahun pertama didapatkan Laba Bersih atau Sisa Hasil Usaha sebesar Rp 30.296.604,‐, tahun kedua sebesar Rp 88.239.364,‐ , tahun ketiga sebesar Rp 124.195.744,‐ Lihat lampiran 7 perhitungan laba rugi. 2.8.4. Net Present Value Perhitungan Net Present Value dalam 3 tahun periode perhitungan dengan tingkat suku bunga 15% didapatkan sebesar Rp 121.982.704,‐ . Lihat lampiran 5 perhitungan NPV. 24
2.8.5. Payback Period Payback Period atau waktu pengembalian modal awal/investasi awal dalam perhitungan 509 hari atau dalam kurang lebih 17 bulan. Lihat lampiran 5 perhitungan Payback Period. 2.8.6. Internal Rate of Return Internal Rate of Return bisnis ini dari hasil perhitungan adalah 48.29% jika dibandingkan dengan bunga bank 15% adalah 3,2X kesimpulannya maka IRR bisnis ini sangat cukup memenuhi syarat kelayakan bisnis. Lihat lampiran 5 perhitungan IRR. 25
Download