ABSTRAK PENGARUH IMBANGAN BAKTERI Lactobacillus

advertisement
ABSTRAK
PENGARUH IMBANGAN BAKTERI Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus,
Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium DALAM YOGHURT TERHADAP
KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH MENCIT
Oleh
Lovita Adriani
PENDAHULUAN
Kolesterol
Kolesterol adalah suatu jenis sterol (Zoosterol) yang banyak dijumpai pada jaringan
hewan, kuning telur, dan air susu. Di dalam produk tersebut, kolesterol terdapat dalam bentuk
bebas dan teresterifikasi dengan asam lemak. Rumus molekul kolesterol adalah C27H46O dengan
berat molekul 386,64 dan perbandingan C:H:O adalah 83,87% : 11,99% : 4,14% (Habibie, 1993
dan Harper, 1994).
Gambar 1 memperlihatkan struktur kimia kolesterol.
.
Gambar 1. Struktur kimia kolesterol
Kolesterol mendapat perhatian besar para pakar, karena banyaknya penderita yang disebabkan
oleh tingginya kadar kolesterol dalam darah yang melebihi batas normal dan menyebabkan
aterosklerosis, yaitu penebalan saluran pembuluh darah pada nadi (arteri). Kolesterol dianggap penting
karena selain dapat membahayakan kesehatan tubuh bila terdapat kadar berlebihan dalam darah, juga
sangat diperlukan untuk aktifitas metabolisme (Briggs dan Brotherton, 1970; Metzler, 1977).
Kolesterol merupakan bagian lemak yang cenderung menempel di dinding pembuluh
darah sehingga lama kelamaan menimbulkan penyempitan pembuluh darah, yang akibatnya
akan meningkatkan tekanan darah dan biasanya berlanjut dengan gangguan jantung bahkan
stroke. Meski ada pelbagai obat untuk mengatasi ancaman kolesterol, cara yang lebih aman dan
alami untuk menurunkan kolesterol adalah lewat modifikasi pola makan dengan makanan
fungsional yang mampu menurunkan kadar kolesterol. Yoghurt dapat dikategorikan sebagai
salah satu makanan multi fungsional (multifunctional food), yaitu makanan yang berfungsi untuk
mengatasi berbagai penyakit sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh.
Hasil penelitian Iwasaki (1994), strain bakteri asam laktat dapat memproduksi enzim yang
disebut Bile Salt Hydrolase (BSH). Enzim ini dapat bekerja mendekonjugasi garam empedu sehingga akan
meningkatkan asam empedu dekonjugasi yang tidak mudah diserap oleh usus halus dibanding asam
empedu konjugasi. Asam empedu dekonjugasi akan terbuang lewat tinja, sehingga jumlah asam empedu
yang kembali ke hati berkurang. Untuk menyeimbangkan jumlah asam empedu, tubuh akan mengambil
kolesterol dalam darah sebagai prekursor. Proses itu pada gilirannya akan menurunkan kadar kolesterol
darah secara keseluruhan (Lee, 2002).
Pemberian mikroba probiotik ternyata dapat membantu mendegradasi kolesterol
dengan cara mengkonversi kolesterol menjadi asam empedu kolat sehingga dengan demikian
konsentrasi kolesterol dalam darah dapat direduksi dan kadar kolesterol dalam darah menjadi
stabil. Probiotik yang lazim dipergunakan yaitu yang terdiri dari mikroba : Lactobacillus sp. dan
Bifidobacterium.
Mengkonsumsi air susu yang difermentasi oleh bakteri asam laktat, berpengaruh terhadap
kolesterol serum darah tikus. Kolesterol mengalami penurunan 6,16 – 30,99% dibandingkan kontrol, dan
hampir semua galur Lactobacillus menunjukkan adanya aktivitas asimilasi kolesterol ( Kusumawati, dkk.
2003),
Berbagai jenis mikroba yang dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan yoghurt, yaitu
Lactobacillus bulgaricus , Streptococcus thermophillus, Lactobacillus acidophilus, dan Bifidobacterium. Di
Indonesia yang lazim digunakan adalah L. bulgaricus dan S. thermophillus sedangkan di luar negeri
umumnya digunakan starter campuran dua atau tiga macam mikroba yaitu L. bulgaricus , L. acidophilus,
atau Bifidobacterium (Mitsuoka, 1984; Fuller, 1992; Goldin dan Gorbach, 1992; Koesnandar, 2002).
Bifidobacterium
adalah
mikroba
yang
termasuk
elompok
k
non
patogen
heterofermentatif, artinya disamping menghasilkan asam laktat, juga asam asetat yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan tubuh . Menurut beberapa ahli, bakteri ini selain termasuk bakteri
asam laktat juga dikelompokkan ke dalam probiotik , mempunyai efek meningkatkan daya tahan
tubuh dengan cara mengurangi populasi dan aktifitas bakteri patogen, namun sayangnya
mikroba ini menghasilkan bau yang menyengat dan sangat tajam pada proses fermentasi air
susu. Upaya untuk mengurangi atau menetralisir bau yang kurang enak dalam proses fermentasi
air susu dapat diupayakan
dengan cara mencampurnya dengan mikroba lain. Para peneliti
kebanyakan lebih senang menggunakan campuran antara Bifidobacterium dengan L. acidophilus.
((Buchanan & Gibsson, 1975).
Lactobacillus. acidophilus dalam proses kerjanya memecah azobond dari sulfasaline
yang dapat menghasilkan
azulfidine yaitu senyawaan yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan colitis. Keistimewaan lain dari
bakteri ini adalah mempunyai efek kerja dalam
menurunkan kolesterol darah. (Mizota T, dkk. 1983; Goldin and Gorbach, 1992;
2001).
Anandito,
Hasil penelitian yang dilakukan selama 3 minggu terhadap
53 orang yang diberi yoghurt
mengandung bakteri Lactobacillus sebanyak 750 ml per hari, ternyata dapat menurunkan kadar
kolesterol darah dari 275 mg/dl menjadi 175 mg/dl (Mitsuoka, 1989; Miru Shirota, 1995). Penelitian
pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada dosis yoghurt 1,25% dari berat badan,
nyata dapat menurunkan jumlah mikroba patogen, dan pada dosis 2% nyata menurunkan kolesterol dan
trigliserida darah pada mencit hingga 25% (Lovita, 2003).
Bahan dan Metoda
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit jenis Witstars, berumur 8
minggu, dengan berat badan 25 – 30 gram sebanyak 120 ekor, diperoleh dari Laboratorium
Biologi ITB. Percobaan dilakukan selama 7 minggu yaitu dimulai pada hari pertama dilakukan
pencekokan dengan menggunakan spuit gavage tanpa menggunakan jarum sampai pada minggu
ke 5 dengan 2 macam dosis yaitu 1,25% dari berat badan dan 2% dari berat badan
Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu penelitian yang dilakukan di laboratorium dan
secara biologis di kandang percobaan.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimental. Percobaan dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Faktor pertama 6 level perlakuan yaitu Yoghurt 0 (ransum basal tanpa yoghurt), Yoghurt
1(Lb : St = 1:1), Yoghurt 2 (Lb:St:La = 1:1:1), Yoghurt 3 (Lb : St : B = 1:1:1), Yoghurt 4 ( Lb:
St : La : B = 1 : 1 : 1 : 1 ), Yoghurt 5 ( La : B = 1 : 1 ), dan masing-masing perlakuan diulang 4
kali, sehingga terdapat 24 unit percobaan dan setiap satu unit percobaan terdiri dari 5 ekor mencit
sehingga jumlah mencit yang digunakan 120 ekor. Ransum perlakuan yang diberikan adalah
sebagai berikut :
Rb0
: ransum basal + Y0 (kontrol)
Rb1
: ransum basal + Y1
Rb2
: ransum basal + Y2
Rb3
: ransum basal + Y3
Rb4
: ransum basal + Y4
Rb5
: ransum basal +Y5
Keterangan :
Y0 = tanpa yoghurt
Y1 = Lb + St ( Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus)
Y2 = Lb + St + Lb (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, dan Lactobacillus
acidophilus)
Y3 = Lb + St + B (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, dan Bifidobacterium)
Y4 = Lb + St + La + B (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, Lactobacillus
acidophilus, dan Bifidobacterium)
Y5 = La + B ( Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium)
Lokasi Penelitian
Penelitian tahap kedua dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi ITB, dan di
Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan UNPAD. Analisis yoghurt
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi ITB, dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan UNPAD, Laboratorium Kimia Dasar MIPA UNPAD dan ITB. Penelitian i
dilaksanakan dari bulan Juli 2002 sampai September 2003.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Kolesterol Darah Mencit
Perlakuan diberikan pada minggu pertama
sampai minggu kelima, sedangkan
pemeriksaan dilakukan pada minggu ketiga sampai minggu ketujuh. Pada minggu keenam dan
ketujuh meskipun sudak tidak diberi perlakuan, pemeriksaan terhadap kadar kolesterol darah
tetap dilakukan. Hasil pengukuran kadar kolesterol darah mencit pada minggu ke tiga sampai
minggu ke tujuh pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada Tabel 1. Analisis statistik
menggunakan metode Tukey’s pairwise comparisons dengan program Minitab.
Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kolesterol Darah (mg/dl)
Pemeriksaan
R0
R1
R2
1,25%
238.5c
224.3c
202.8b
2,00%
258.5c
232.5c
192,5b
2,00%
Perlakuan
R3
R4
R5
195.8b
183.3b
169.5a
200.0b
153.5a
151.3a
155.3a
179.8b
145.3a
136.0a
132.3a
144,8a
192,5b
175.5b
141.3a
144.8a
133.3a
136,5a
1,25%
204.0c
176.8b
141.3a
144.5a
125.8a
125.5a
2,00%
190.3c
147.0a
130.3a
133.8a
142.5a
123.8a
Keenam 1,25%
195.0c
177.3b
144.0a
134.0a
123.8a
128.0a
2,00%
208.3c
143.8a
138.8a
120.0a
115.8a
134.0a
Ketujuh 1,25%
186.3b
156.5a
152.5a
139.3a
142.3a
147.0a
2,00%
176.5b
155.8a
155.8a
129.5a
138.5a
143.3a
Minggu ke
Ketiga
Keempat 1,25%
Kelima
Ket : R0 : Ransum kontrol tanpa yoghurt
R2 : Ransum kontrol + Y1(Lb,St dan La)
R1: Ransum kontrol + Y1(Lb dan St)
R3: Ransum kontrol + Y3( Lb,St dan B)
R4 : Ransum kontrol + Y2(Lb,St,La dan B) R5: Ransum kontrol + Y5(La,dan B)
Pada Tabel 1 tampak bahwa secara umum kadar kolesterol darah mencit menurun setelah
diberi perlakuan yoghurt baik pada dosis 1,25% maupun pada dosis 2%.
Pemeriksaan Minggu ke-tiga
Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar kolesterol mencit yang
mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5
(169,5 mg/dl)
berbeda sangat nyata lebih rendah
dibanding kontrol (238,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (224,3 mg/dl ), R2 (202,8 mg/dl ),
R3 (195,8 mg/dl ) dan R4 (183,3 mg/dl ).
Pemberian yoghurt dengan dosis 2%, R5 (155,3 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah
dibanding R0 (258,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (232,5 mg/dl ), dan R2 (200,0 mg/dl ),
sedangkan dengan R3 (155,5 mg/dl ) dan R4 (151,3 mg/dl ) tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 saja tidak
berbeda nyata dengan kontrol sedangkan perlakuan lainnya berbeda sangat nyata lebih rendah dari
kontrol. Ini membuktikan bahwa baru pada minggu ketiga yoghurt yang mengandung probiotik yang
bekerja efektif menurunkan kadar kolesterol darah mencit baik dengan dosis 1,25% maupun 2%.
Adapun R1 belum memperlihatkan reaksinya pada minggu ke-3 yoghurt
yang diberikan hanya
mengadung bakteri (L.bulgaricus dan S. thermophillus). Menurut Inggrid (2003) bakteri tersebut tidak
termasuk probiotik.
Pemeriksaan Minggu ke-empat
Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar kolesterol mencit yang
mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5
(144,8 mg/dl)
berbeda sangat nyata lebih rendah
dibanding R0 (192,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (179,8 mg/dl ), sedangkan dengan
perlakuan R2 (145,3 mg/dl ), R3 (136,0 mg/dl ) dan R4 (132,3 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda nyata.
Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (136,5 mg/dl) berbeda sangat nyata
lebih rendah dibanding R0 (192,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (179,8 mg/dl ), sedangkan
dengan R2 (141,3 mg/dl ), R3 (144,8 mg/dl ) dan R4 (133,3 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda
nyata.,hanya perlakuan R1 yang tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan perlakuan lainnya
berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol.
Pemeriksaan Minggu ke-lima
Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar kolesterol mencit yang
mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5
(125,5 mg/dl)
berbeda sangat nyata lebih rendah
dibanding R0(204,0 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (176,8 mg/dl ), sedangkan dengan
perlakuan R2 (141,3 mg/dl ), R3 (144,5 mg/dl ) dan R4 (125,8 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda nyata.
Perlakuan R1 berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding R0
Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (123,8 mg/dl) berbeda sangat nyata
lebih rendah dibanding R0 (190,3 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R1 (147,0 mg/dl ), R2 (130,3
mg/dl ), R3 (133,8 mg/dl ) dan R4 (123,8 mg/dl) satu sama lain tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 baru
aktif bekerja pada minggu ke-lima dan berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol.
Sebagai gambaran ditampilkan grafik penurunan kadar kolesterol darah pada mencit pada
minggu ke-3 sampai minggu ke-5
Kandungan kolesterol darah
300
250
200
150
K
andungankolesterol
100
R0(1,2
5)
R1(1,2
5)
R2(1,2
5)
R3(1,2
5)
R4(1,2
5)
R5(1,2
5)
R0(2)
R1(2)
50
R2(2)
0
R3(2)
3
4
5
Minggu ke
Gambar 1. Kandungan Kolesterol Darah Mencit
R4(2)
R5(2)
Pemeriksaan Minggu ke-enam dan ke tujuh
Pada minggu ke 6 dan ke tujuh sudah tidak diberikan perlakuan namum pemeriksaan terhadap
kadar kolesterol tetap dilakukan Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar
kolesterol mencit yang mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5 (128,0 mg/dl) berbeda sangat
nyata lebih rendah dibanding kontrol (195,0 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (177,3 mg/dl ),
sedangkan dengan perlakuan R2 (144,0 mg/dl ), R3 (134,0 mg/dl ) dan R4 (123,8 mg/dl ) satu sama lain
tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol.
Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (134,0 mg/dl) berbeda sangat nyata
lebih rendah dibanding kontrol (208,3 mg/dl ), sedangkan dengan
perlakuan R1 (143,8 mg/dl ), R2
(138,8 mg/dl ), R3 (120,0 mg/dl ) dan R4 (142,3 mg/dl) satu sama lain tidak berbeda nyata .
Kadar kolesterol mencit yang mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5
(147,0 mg/dl)
berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding kontrol (186,3 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R1
(156,5 mg/dl ), R2 (152,5 mg/dl ), R3 (139,3 mg/dl ) dan R4 (142,3 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda
nyata. Perlakuan R1 berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol.
Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (143,3 mg/dl) berbeda sangat nyata
lebih rendah dibanding kontrol (176,5 mg/dl ), sedangkan dengan
perlakuan R1 (155,8 mg/dl ), R2
(155,8 mg/dl ), R3 (129,5 mg/dl ) dan R4 (138,5 mg/dl) satu sama lain tidak berbeda nyata..
Ini membuktikan bahwa pada minggu ke enam dan ke-ketujuh
yoghurt yang mengandung
probiotik masih mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol darah mencit baik dengan dosis 1,25
maupun 2%.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa yoghurt yang responsip dapat menurunkan
kadar kolesterol darah mencit dalam batas normal adalah yang mengandung bakteri probiotik L.
acidophillus dan Bifidobacterium sudah mulai aktif sejak minggu ke-3, sedangkan yoghurt yang
mengandung bakteri L.bulgaricus dan S. thermophillus baru aktif pada minggu ke lima. Hal ini
disebabkan L. acidophillus dan Bifidobacterium adalah tergolong mikroba-mikroba yang dapat
menghasilkan beberapa enzim yang dapat menghidrolisis kolesterol menjadi coprostanol yang kurang
dapat diabsorpsi dalam usus (Goldin dan Gorbach, 1992; Lichtenstein dan Golden, 1993; Kusumawati,
dkk., 2003).
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli antara lain Kusumawati, dkk., 2003 bahwa
pengaruh susu yang difermentasi oleh bakteri asam laktat terhadap kolesterol serum darah tikus,
mengalami penurunan 6,16–30,99% dibandingkan kontrol, dan hampir semua galur L. acidophillus
menunjukkan adanya aktivitas asimilasi kolesterol.
KESIMPULAN
1. Kadar kolesterol pada mencit mengalami penurunan hingga 28,93% yang mendapat yoghurt
kombinasi
Lactobacillus acidophillus
dan Bifidobacterium dengan dosis 1,25%,
pemberian selama 3 minggu , serta tidak berbeda nyata dengan lama dan dosis pemberian
2%.
2 Kadar kolesterol pada mencit mengalami penurunan hingga 5,95% yang mendapat yoghurt
kombinasi Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dengan dosis 1,25%,
pemberian selama 3 minggu , serta tidak berbeda nyata dengan lama dan dosis pemberian
2%.
DAFTAR PUSTAKA
Ballongue, J. 1993. Bifidobacterium and Probiotic Action. In: Lactic Acid Bacteria. (Salminen,
S. and Wright, A.V.ed.). Marcel Dekker Inc., New York. Ch. 13. pp. 365, 409.
Briggs dan J. Brotherthon. 1970. Steroid Biochemistry and Pharmacology. Academic Press.
London and New York . 55-81.
Buchanan dan Gibbsons. 1974, 1986. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Eight
Ed/ninth. Ed.. The William and Wilkins Company. Jac. California.
Cappuccino, J.G. and N. Sherman. 1987. Microbiology : A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Darti Nurani, dkk.,2003, Kajian Formulasi Media kultur Starter Yoghurt Probiotik dalam PIT permi 2003
Deguchi, Y., T. T. Morishita and M. Mutai. 1985. Comparative Studies on Synthesis of Watersoluble Vitamins among Human Spesies of Bifidobacterium. Agric. Biol. Chem. 49(1):
13-19.
Fernandes, C. F. and K. M. Shahani. 1990. Anticarsinogenic and Immunological Properties of
Dietary Lactobacilli, J. Food Protect. 53: 704.
Field, F.J., N. P. T., and S. N. Mathur. 1990. Regulation of Cholesterol Metabolism, in The
Intestine. Gastro. 99:539-551.
Galesloot, et al. 1985. Symbiosis in Yogurt (I) Stimulation of Lactobacillus by A Factor
Produced by Streptococcus thermophillus. Netherlands Milk and Dairy Journal 22. 5063.
Gilliland, S.E., C. R. Nelson, and C. Maxwell. 1985. Assimilation of Cholesterol by
Lactobacillus acidophilus, Appl. Environ. Microbiol., 49:28-39
Gilliland, S.E., and D. K. Walker. 1990. Factor to Consider When Selecting A Culture of
Lactobacillus acidophilus as A Dietary Adjunct to Produce A Hypocholesterolemic Effect
in Human. J. Dairy Science. 73: 905-911.
Gilliland, S.E. and M.L. Speek. 1977. Deconjugation of Bile Acids by Intestinal Lactobacilli.
Appl. Environ. Microbiol. 33. 15-18.
Goldin, B.R. and S. L. Gorbach. 1992. Probiotic for Human. In: Probiotic. The Scientific Basis
(Fuller, R., ed.), Ch 13. Chapman & Hall. London. pp. 361-362, 369.
Goldin, B.R. and S. L. Gorbach. 1992. Probiotic for Human. In: Probiotic. The Scientific Basis
(Fuller, R., ed.), Ch. 13. Chapman& Hall. London. p. 366
Honma, N. 1986. On Effects of Lactic Acid Bacteria. Part I. Biological Significance New
Medicines and Clinics. 35 (12): 2687-2695.
Honma, N. 1974. Intestinal Bacteria Flora of Infants and Infection Protection. Pediatric Clinics.
27(11) : 20.
http:/www.probiotics.com/probioti.htm. Clinical Test Result of New Biofermin S. In-house
Report.
Jay, J. M. (1982, 1992) Antimicrobial properties of diacetyl, Appl. Env. Microbiol., 44:525.
Kim, J.S., and Gilliland, S.E., (1983)’lacobacillus acidophilus as a dietary adjunct for milk to
aid lactose digestion in humans, J. Dairy Sci. 66 959-969
Kusumawati, dkk., 2002 Seleksi bakteri asam laktat indigenus sebagai galur probiotik dengan
kemampuan mempertahankan keseimbangan mikroflora feses dan mereduksi kolesterol serum
darah tikus, Universitas Diponegoro
Lee, Y,K., and Wong, S. F. (1992) A self regulated screening system for selection and isolation
of Lactobacillus variant of longself-life for the production of fermented milk. U.K, Patent
Appl. 9100915-9
Lutton, C. 1976. The Role of Digestive Tract in Cholesterol Metabolism, Digestion, 14: 342-356.
McLeod RS, LeBlanc AM, Langille MA, Mitchell PL, Currie DL. Conjugated linoleic acids,
atherosclerosis, and hepatic very-low-density lipoprotein metabolism. Am. J. Clin. Nutr.
79(6):1169S–1174S Suppl. S (2004).
Meyer, J. S. 1975. Dynamic of Mixed Populations having Complementary Metabolisms. Thesis
University of Minnesota.
Mitsuoka, T. 1984. Effect of Lactic Acid Bacteria and New Application Areas. Journal of Japan
Food Industry. 31(4) : 285.
Mitsuoka, T. 1984. Bacteria in The Intestine. Medicine. 21(8):1374.
Moon, N.J. dan G. W. Reinbold. 1976. Commensalism and Competition in Mixed Cultured of
Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus. J. Milk and Food Technol. 39
: 337-341.
Pette, J.W. dan H. Lolkema. 1950. Yoghurt I. Symbiose and Antibiose in Mixed Cultures of
Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus. Netherlands Milk and Diary
J. 4 : 197-208.
Salminen, S., M. Deighton, and S. Gorbach. 1993. Lactic Acid Bacteria in Health and Disease.
In : Lactic Acid Bacteria. (Salminen, S. and A. V. Wright ed.) Ch.7. Marcel Dekker Inc.
New York. pp.200-201.
Shah, U. and W. A. Walker. 2000. Adverse Host Responses to Bacterial Toxins in Human
Infants. J. Nutr. 130 : 420S-425S.
Download