ABSTRAK PENGARUH IMBANGAN BAKTERI Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium DALAM YOGHURT TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH MENCIT Oleh Lovita Adriani PENDAHULUAN Kolesterol Kolesterol adalah suatu jenis sterol (Zoosterol) yang banyak dijumpai pada jaringan hewan, kuning telur, dan air susu. Di dalam produk tersebut, kolesterol terdapat dalam bentuk bebas dan teresterifikasi dengan asam lemak. Rumus molekul kolesterol adalah C27H46O dengan berat molekul 386,64 dan perbandingan C:H:O adalah 83,87% : 11,99% : 4,14% (Habibie, 1993 dan Harper, 1994). Gambar 1 memperlihatkan struktur kimia kolesterol. . Gambar 1. Struktur kimia kolesterol Kolesterol mendapat perhatian besar para pakar, karena banyaknya penderita yang disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol dalam darah yang melebihi batas normal dan menyebabkan aterosklerosis, yaitu penebalan saluran pembuluh darah pada nadi (arteri). Kolesterol dianggap penting karena selain dapat membahayakan kesehatan tubuh bila terdapat kadar berlebihan dalam darah, juga sangat diperlukan untuk aktifitas metabolisme (Briggs dan Brotherton, 1970; Metzler, 1977). Kolesterol merupakan bagian lemak yang cenderung menempel di dinding pembuluh darah sehingga lama kelamaan menimbulkan penyempitan pembuluh darah, yang akibatnya akan meningkatkan tekanan darah dan biasanya berlanjut dengan gangguan jantung bahkan stroke. Meski ada pelbagai obat untuk mengatasi ancaman kolesterol, cara yang lebih aman dan alami untuk menurunkan kolesterol adalah lewat modifikasi pola makan dengan makanan fungsional yang mampu menurunkan kadar kolesterol. Yoghurt dapat dikategorikan sebagai salah satu makanan multi fungsional (multifunctional food), yaitu makanan yang berfungsi untuk mengatasi berbagai penyakit sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Hasil penelitian Iwasaki (1994), strain bakteri asam laktat dapat memproduksi enzim yang disebut Bile Salt Hydrolase (BSH). Enzim ini dapat bekerja mendekonjugasi garam empedu sehingga akan meningkatkan asam empedu dekonjugasi yang tidak mudah diserap oleh usus halus dibanding asam empedu konjugasi. Asam empedu dekonjugasi akan terbuang lewat tinja, sehingga jumlah asam empedu yang kembali ke hati berkurang. Untuk menyeimbangkan jumlah asam empedu, tubuh akan mengambil kolesterol dalam darah sebagai prekursor. Proses itu pada gilirannya akan menurunkan kadar kolesterol darah secara keseluruhan (Lee, 2002). Pemberian mikroba probiotik ternyata dapat membantu mendegradasi kolesterol dengan cara mengkonversi kolesterol menjadi asam empedu kolat sehingga dengan demikian konsentrasi kolesterol dalam darah dapat direduksi dan kadar kolesterol dalam darah menjadi stabil. Probiotik yang lazim dipergunakan yaitu yang terdiri dari mikroba : Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium. Mengkonsumsi air susu yang difermentasi oleh bakteri asam laktat, berpengaruh terhadap kolesterol serum darah tikus. Kolesterol mengalami penurunan 6,16 – 30,99% dibandingkan kontrol, dan hampir semua galur Lactobacillus menunjukkan adanya aktivitas asimilasi kolesterol ( Kusumawati, dkk. 2003), Berbagai jenis mikroba yang dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricus , Streptococcus thermophillus, Lactobacillus acidophilus, dan Bifidobacterium. Di Indonesia yang lazim digunakan adalah L. bulgaricus dan S. thermophillus sedangkan di luar negeri umumnya digunakan starter campuran dua atau tiga macam mikroba yaitu L. bulgaricus , L. acidophilus, atau Bifidobacterium (Mitsuoka, 1984; Fuller, 1992; Goldin dan Gorbach, 1992; Koesnandar, 2002). Bifidobacterium adalah mikroba yang termasuk elompok k non patogen heterofermentatif, artinya disamping menghasilkan asam laktat, juga asam asetat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh . Menurut beberapa ahli, bakteri ini selain termasuk bakteri asam laktat juga dikelompokkan ke dalam probiotik , mempunyai efek meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara mengurangi populasi dan aktifitas bakteri patogen, namun sayangnya mikroba ini menghasilkan bau yang menyengat dan sangat tajam pada proses fermentasi air susu. Upaya untuk mengurangi atau menetralisir bau yang kurang enak dalam proses fermentasi air susu dapat diupayakan dengan cara mencampurnya dengan mikroba lain. Para peneliti kebanyakan lebih senang menggunakan campuran antara Bifidobacterium dengan L. acidophilus. ((Buchanan & Gibsson, 1975). Lactobacillus. acidophilus dalam proses kerjanya memecah azobond dari sulfasaline yang dapat menghasilkan azulfidine yaitu senyawaan yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan colitis. Keistimewaan lain dari bakteri ini adalah mempunyai efek kerja dalam menurunkan kolesterol darah. (Mizota T, dkk. 1983; Goldin and Gorbach, 1992; 2001). Anandito, Hasil penelitian yang dilakukan selama 3 minggu terhadap 53 orang yang diberi yoghurt mengandung bakteri Lactobacillus sebanyak 750 ml per hari, ternyata dapat menurunkan kadar kolesterol darah dari 275 mg/dl menjadi 175 mg/dl (Mitsuoka, 1989; Miru Shirota, 1995). Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada dosis yoghurt 1,25% dari berat badan, nyata dapat menurunkan jumlah mikroba patogen, dan pada dosis 2% nyata menurunkan kolesterol dan trigliserida darah pada mencit hingga 25% (Lovita, 2003). Bahan dan Metoda Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit jenis Witstars, berumur 8 minggu, dengan berat badan 25 – 30 gram sebanyak 120 ekor, diperoleh dari Laboratorium Biologi ITB. Percobaan dilakukan selama 7 minggu yaitu dimulai pada hari pertama dilakukan pencekokan dengan menggunakan spuit gavage tanpa menggunakan jarum sampai pada minggu ke 5 dengan 2 macam dosis yaitu 1,25% dari berat badan dan 2% dari berat badan Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu penelitian yang dilakukan di laboratorium dan secara biologis di kandang percobaan.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Percobaan dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama 6 level perlakuan yaitu Yoghurt 0 (ransum basal tanpa yoghurt), Yoghurt 1(Lb : St = 1:1), Yoghurt 2 (Lb:St:La = 1:1:1), Yoghurt 3 (Lb : St : B = 1:1:1), Yoghurt 4 ( Lb: St : La : B = 1 : 1 : 1 : 1 ), Yoghurt 5 ( La : B = 1 : 1 ), dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali, sehingga terdapat 24 unit percobaan dan setiap satu unit percobaan terdiri dari 5 ekor mencit sehingga jumlah mencit yang digunakan 120 ekor. Ransum perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : Rb0 : ransum basal + Y0 (kontrol) Rb1 : ransum basal + Y1 Rb2 : ransum basal + Y2 Rb3 : ransum basal + Y3 Rb4 : ransum basal + Y4 Rb5 : ransum basal +Y5 Keterangan : Y0 = tanpa yoghurt Y1 = Lb + St ( Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus) Y2 = Lb + St + Lb (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, dan Lactobacillus acidophilus) Y3 = Lb + St + B (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, dan Bifidobacterium) Y4 = Lb + St + La + B (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, Lactobacillus acidophilus, dan Bifidobacterium) Y5 = La + B ( Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium) Lokasi Penelitian Penelitian tahap kedua dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi ITB, dan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan UNPAD. Analisis yoghurt dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi ITB, dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD, Laboratorium Kimia Dasar MIPA UNPAD dan ITB. Penelitian i dilaksanakan dari bulan Juli 2002 sampai September 2003. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Kolesterol Darah Mencit Perlakuan diberikan pada minggu pertama sampai minggu kelima, sedangkan pemeriksaan dilakukan pada minggu ketiga sampai minggu ketujuh. Pada minggu keenam dan ketujuh meskipun sudak tidak diberi perlakuan, pemeriksaan terhadap kadar kolesterol darah tetap dilakukan. Hasil pengukuran kadar kolesterol darah mencit pada minggu ke tiga sampai minggu ke tujuh pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada Tabel 1. Analisis statistik menggunakan metode Tukey’s pairwise comparisons dengan program Minitab. Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kolesterol Darah (mg/dl) Pemeriksaan R0 R1 R2 1,25% 238.5c 224.3c 202.8b 2,00% 258.5c 232.5c 192,5b 2,00% Perlakuan R3 R4 R5 195.8b 183.3b 169.5a 200.0b 153.5a 151.3a 155.3a 179.8b 145.3a 136.0a 132.3a 144,8a 192,5b 175.5b 141.3a 144.8a 133.3a 136,5a 1,25% 204.0c 176.8b 141.3a 144.5a 125.8a 125.5a 2,00% 190.3c 147.0a 130.3a 133.8a 142.5a 123.8a Keenam 1,25% 195.0c 177.3b 144.0a 134.0a 123.8a 128.0a 2,00% 208.3c 143.8a 138.8a 120.0a 115.8a 134.0a Ketujuh 1,25% 186.3b 156.5a 152.5a 139.3a 142.3a 147.0a 2,00% 176.5b 155.8a 155.8a 129.5a 138.5a 143.3a Minggu ke Ketiga Keempat 1,25% Kelima Ket : R0 : Ransum kontrol tanpa yoghurt R2 : Ransum kontrol + Y1(Lb,St dan La) R1: Ransum kontrol + Y1(Lb dan St) R3: Ransum kontrol + Y3( Lb,St dan B) R4 : Ransum kontrol + Y2(Lb,St,La dan B) R5: Ransum kontrol + Y5(La,dan B) Pada Tabel 1 tampak bahwa secara umum kadar kolesterol darah mencit menurun setelah diberi perlakuan yoghurt baik pada dosis 1,25% maupun pada dosis 2%. Pemeriksaan Minggu ke-tiga Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar kolesterol mencit yang mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5 (169,5 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding kontrol (238,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (224,3 mg/dl ), R2 (202,8 mg/dl ), R3 (195,8 mg/dl ) dan R4 (183,3 mg/dl ). Pemberian yoghurt dengan dosis 2%, R5 (155,3 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding R0 (258,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (232,5 mg/dl ), dan R2 (200,0 mg/dl ), sedangkan dengan R3 (155,5 mg/dl ) dan R4 (151,3 mg/dl ) tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 saja tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan perlakuan lainnya berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol. Ini membuktikan bahwa baru pada minggu ketiga yoghurt yang mengandung probiotik yang bekerja efektif menurunkan kadar kolesterol darah mencit baik dengan dosis 1,25% maupun 2%. Adapun R1 belum memperlihatkan reaksinya pada minggu ke-3 yoghurt yang diberikan hanya mengadung bakteri (L.bulgaricus dan S. thermophillus). Menurut Inggrid (2003) bakteri tersebut tidak termasuk probiotik. Pemeriksaan Minggu ke-empat Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar kolesterol mencit yang mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5 (144,8 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding R0 (192,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (179,8 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R2 (145,3 mg/dl ), R3 (136,0 mg/dl ) dan R4 (132,3 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda nyata. Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (136,5 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding R0 (192,5 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (179,8 mg/dl ), sedangkan dengan R2 (141,3 mg/dl ), R3 (144,8 mg/dl ) dan R4 (133,3 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda nyata.,hanya perlakuan R1 yang tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan perlakuan lainnya berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol. Pemeriksaan Minggu ke-lima Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar kolesterol mencit yang mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5 (125,5 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding R0(204,0 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (176,8 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R2 (141,3 mg/dl ), R3 (144,5 mg/dl ) dan R4 (125,8 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding R0 Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (123,8 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding R0 (190,3 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R1 (147,0 mg/dl ), R2 (130,3 mg/dl ), R3 (133,8 mg/dl ) dan R4 (123,8 mg/dl) satu sama lain tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 baru aktif bekerja pada minggu ke-lima dan berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol. Sebagai gambaran ditampilkan grafik penurunan kadar kolesterol darah pada mencit pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5 Kandungan kolesterol darah 300 250 200 150 K andungankolesterol 100 R0(1,2 5) R1(1,2 5) R2(1,2 5) R3(1,2 5) R4(1,2 5) R5(1,2 5) R0(2) R1(2) 50 R2(2) 0 R3(2) 3 4 5 Minggu ke Gambar 1. Kandungan Kolesterol Darah Mencit R4(2) R5(2) Pemeriksaan Minggu ke-enam dan ke tujuh Pada minggu ke 6 dan ke tujuh sudah tidak diberikan perlakuan namum pemeriksaan terhadap kadar kolesterol tetap dilakukan Hasil analisis Tukey’s pairwise comparisons menunjukkan bahwa kadar kolesterol mencit yang mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5 (128,0 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding kontrol (195,0 mg/dl ), demikian pula dengan perlakuan R1 (177,3 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R2 (144,0 mg/dl ), R3 (134,0 mg/dl ) dan R4 (123,8 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol. Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (134,0 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding kontrol (208,3 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R1 (143,8 mg/dl ), R2 (138,8 mg/dl ), R3 (120,0 mg/dl ) dan R4 (142,3 mg/dl) satu sama lain tidak berbeda nyata . Kadar kolesterol mencit yang mendapat yoghurt 1,25% pada perlakuan R5 (147,0 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding kontrol (186,3 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R1 (156,5 mg/dl ), R2 (152,5 mg/dl ), R3 (139,3 mg/dl ) dan R4 (142,3 mg/dl ) satu sama lain tidak berbeda nyata. Perlakuan R1 berbeda sangat nyata lebih rendah dari kontrol. Pemberian yoghurt dengan dosis 2% pada perlakuan R5 (143,3 mg/dl) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding kontrol (176,5 mg/dl ), sedangkan dengan perlakuan R1 (155,8 mg/dl ), R2 (155,8 mg/dl ), R3 (129,5 mg/dl ) dan R4 (138,5 mg/dl) satu sama lain tidak berbeda nyata.. Ini membuktikan bahwa pada minggu ke enam dan ke-ketujuh yoghurt yang mengandung probiotik masih mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol darah mencit baik dengan dosis 1,25 maupun 2%. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa yoghurt yang responsip dapat menurunkan kadar kolesterol darah mencit dalam batas normal adalah yang mengandung bakteri probiotik L. acidophillus dan Bifidobacterium sudah mulai aktif sejak minggu ke-3, sedangkan yoghurt yang mengandung bakteri L.bulgaricus dan S. thermophillus baru aktif pada minggu ke lima. Hal ini disebabkan L. acidophillus dan Bifidobacterium adalah tergolong mikroba-mikroba yang dapat menghasilkan beberapa enzim yang dapat menghidrolisis kolesterol menjadi coprostanol yang kurang dapat diabsorpsi dalam usus (Goldin dan Gorbach, 1992; Lichtenstein dan Golden, 1993; Kusumawati, dkk., 2003). Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli antara lain Kusumawati, dkk., 2003 bahwa pengaruh susu yang difermentasi oleh bakteri asam laktat terhadap kolesterol serum darah tikus, mengalami penurunan 6,16–30,99% dibandingkan kontrol, dan hampir semua galur L. acidophillus menunjukkan adanya aktivitas asimilasi kolesterol. KESIMPULAN 1. Kadar kolesterol pada mencit mengalami penurunan hingga 28,93% yang mendapat yoghurt kombinasi Lactobacillus acidophillus dan Bifidobacterium dengan dosis 1,25%, pemberian selama 3 minggu , serta tidak berbeda nyata dengan lama dan dosis pemberian 2%. 2 Kadar kolesterol pada mencit mengalami penurunan hingga 5,95% yang mendapat yoghurt kombinasi Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dengan dosis 1,25%, pemberian selama 3 minggu , serta tidak berbeda nyata dengan lama dan dosis pemberian 2%. DAFTAR PUSTAKA Ballongue, J. 1993. Bifidobacterium and Probiotic Action. In: Lactic Acid Bacteria. (Salminen, S. and Wright, A.V.ed.). Marcel Dekker Inc., New York. Ch. 13. pp. 365, 409. Briggs dan J. Brotherthon. 1970. Steroid Biochemistry and Pharmacology. Academic Press. London and New York . 55-81. Buchanan dan Gibbsons. 1974, 1986. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Eight Ed/ninth. Ed.. The William and Wilkins Company. Jac. California. Cappuccino, J.G. and N. Sherman. 1987. Microbiology : A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California. Darti Nurani, dkk.,2003, Kajian Formulasi Media kultur Starter Yoghurt Probiotik dalam PIT permi 2003 Deguchi, Y., T. T. Morishita and M. Mutai. 1985. Comparative Studies on Synthesis of Watersoluble Vitamins among Human Spesies of Bifidobacterium. Agric. Biol. Chem. 49(1): 13-19. Fernandes, C. F. and K. M. Shahani. 1990. Anticarsinogenic and Immunological Properties of Dietary Lactobacilli, J. Food Protect. 53: 704. Field, F.J., N. P. T., and S. N. Mathur. 1990. Regulation of Cholesterol Metabolism, in The Intestine. Gastro. 99:539-551. Galesloot, et al. 1985. Symbiosis in Yogurt (I) Stimulation of Lactobacillus by A Factor Produced by Streptococcus thermophillus. Netherlands Milk and Dairy Journal 22. 5063. Gilliland, S.E., C. R. Nelson, and C. Maxwell. 1985. Assimilation of Cholesterol by Lactobacillus acidophilus, Appl. Environ. Microbiol., 49:28-39 Gilliland, S.E., and D. K. Walker. 1990. Factor to Consider When Selecting A Culture of Lactobacillus acidophilus as A Dietary Adjunct to Produce A Hypocholesterolemic Effect in Human. J. Dairy Science. 73: 905-911. Gilliland, S.E. and M.L. Speek. 1977. Deconjugation of Bile Acids by Intestinal Lactobacilli. Appl. Environ. Microbiol. 33. 15-18. Goldin, B.R. and S. L. Gorbach. 1992. Probiotic for Human. In: Probiotic. The Scientific Basis (Fuller, R., ed.), Ch 13. Chapman & Hall. London. pp. 361-362, 369. Goldin, B.R. and S. L. Gorbach. 1992. Probiotic for Human. In: Probiotic. The Scientific Basis (Fuller, R., ed.), Ch. 13. Chapman& Hall. London. p. 366 Honma, N. 1986. On Effects of Lactic Acid Bacteria. Part I. Biological Significance New Medicines and Clinics. 35 (12): 2687-2695. Honma, N. 1974. Intestinal Bacteria Flora of Infants and Infection Protection. Pediatric Clinics. 27(11) : 20. http:/www.probiotics.com/probioti.htm. Clinical Test Result of New Biofermin S. In-house Report. Jay, J. M. (1982, 1992) Antimicrobial properties of diacetyl, Appl. Env. Microbiol., 44:525. Kim, J.S., and Gilliland, S.E., (1983)’lacobacillus acidophilus as a dietary adjunct for milk to aid lactose digestion in humans, J. Dairy Sci. 66 959-969 Kusumawati, dkk., 2002 Seleksi bakteri asam laktat indigenus sebagai galur probiotik dengan kemampuan mempertahankan keseimbangan mikroflora feses dan mereduksi kolesterol serum darah tikus, Universitas Diponegoro Lee, Y,K., and Wong, S. F. (1992) A self regulated screening system for selection and isolation of Lactobacillus variant of longself-life for the production of fermented milk. U.K, Patent Appl. 9100915-9 Lutton, C. 1976. The Role of Digestive Tract in Cholesterol Metabolism, Digestion, 14: 342-356. McLeod RS, LeBlanc AM, Langille MA, Mitchell PL, Currie DL. Conjugated linoleic acids, atherosclerosis, and hepatic very-low-density lipoprotein metabolism. Am. J. Clin. Nutr. 79(6):1169S–1174S Suppl. S (2004). Meyer, J. S. 1975. Dynamic of Mixed Populations having Complementary Metabolisms. Thesis University of Minnesota. Mitsuoka, T. 1984. Effect of Lactic Acid Bacteria and New Application Areas. Journal of Japan Food Industry. 31(4) : 285. Mitsuoka, T. 1984. Bacteria in The Intestine. Medicine. 21(8):1374. Moon, N.J. dan G. W. Reinbold. 1976. Commensalism and Competition in Mixed Cultured of Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus. J. Milk and Food Technol. 39 : 337-341. Pette, J.W. dan H. Lolkema. 1950. Yoghurt I. Symbiose and Antibiose in Mixed Cultures of Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus. Netherlands Milk and Diary J. 4 : 197-208. Salminen, S., M. Deighton, and S. Gorbach. 1993. Lactic Acid Bacteria in Health and Disease. In : Lactic Acid Bacteria. (Salminen, S. and A. V. Wright ed.) Ch.7. Marcel Dekker Inc. New York. pp.200-201. Shah, U. and W. A. Walker. 2000. Adverse Host Responses to Bacterial Toxins in Human Infants. J. Nutr. 130 : 420S-425S.