1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Oleh: NURSETO ARIF SETIAWAN NIM. X4304017 Pendidikan Biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu harus dilakukan usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Salah satu usaha agar bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan melakukan evaluasi kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh. Perbaikan pendidikan antara lain ditempuh melalui perbaikan model yang digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses belajar mengajar. Kenyataan di lapangan banyak dijumpai gaya mengajar yang kurang bervariasi dan belum memanfaatkan kemampuan secara maksimal. Guru kurang memperhatikan bahwa penggunan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan proses belajar mengajar yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan kurang optimal. Banyaknya model yang ada, seorang guru dituntut dapat memilih model yang tepat untuk mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu karena sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang paling baik, setiap model memiliki spesifikasi masing-masing. Suatu model pembelajaran tertentu mungkin efektif jika digunakan untuk mengajarkan topik tertentu, bukan berarti model itu efektif juga digunakan untuk menyampaikan topik lain. Hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 10 Surakarta Kelas VII B tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa 1. metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA terutama biologi belum bervariasi, pada waktu diskusi pembentukan kelompok belajar dibentuk oleh guru dan siswa tidak diberi kesempatan untuk memilih kelompok sehingga yang mengatur semua kegiatan belajar adalah guru dan tidak 3 melibatkan siswa , 2. pada waktu disekolah di adakan razia oleh guru, barang yang tidak termasuk dalam pembelajaran akan disita dan waktu itu di kelas VII B ditemukan buku komik sejumlah 20 buku yang dibawa siswa waktu pembelajaran, setelah kejadian tersebut riilnya siswa menyukai komik, 3. perhatian siswa tidak tertuju pada pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga terbuka kesempatan yang besar bagi siswa yang berbuat ramai sendiri dan tidak memperhatikan pelajaran berlangsung, 4. keingintahuan siswa dalam pelajaran biologi masih kurang ini ditandai dengan siswa yang tidak membawa buku waktu pelajaran sebanyak 10 siswa, 5. Guru kurang memotivasi siswa ditandai dengan guru lebih menekankan segi penilaian produk atau hasil sedangkan penilaian proses belum mendapat perhatian penuh, artinya siswa tidak sepenuhnya dilibatkan, 6. kebutuhan materi siswa hanya tergantung dengan guru saja sehingga siswa kurang menghiraukan buku materi yang kadang ada beberapa siswa tidak membawa, LKS untuk membaca dan mengerjakan soal-soal. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan sebagai upaya mempersiapkan program dan memberikan pelayanan kepada setiap siswa agar mereka dapat berkembang secara maksimum sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Guru sebagai fasilitator harus mampu memberikan pelayanan kepada setiap siswa agar mereka dapat berkembang secara maksimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki dan mampu mewujudkan peluang untuk berprestasi. Hasil observasi awal menjadi asumsi dasar yang melahirkan gagasan upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya metode pembelajaran GI(Group Investigation) dengan penggunaan media komik untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif GI(Group Investigation siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar yang lebih kecil. Cara pengelompokkannya adalah heterogen baik dari prestasi belajar, jenis kelamin, maupun tingkat sosial ekonomi. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait, yaitu a. 4 saling ketergantungan positif; b. interaksi tatap muka; c. akuntabilitas individual; d. keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Prestasi belajar selain dipengaruhi oleh minat siswa mengikuti pelajaran, juga dipengaruhi oleh kreativitas siswa. Kreativitas dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting. Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas bukan hanya bekal menciptakan saja, dengan demikian dalam kegiatan belajarnya siswa yang kreatif akan memperbesar daya kemampuan belajar yang dimiliki individu yang bersangkutan. Pengembangan kreativitas yang intensif merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang kreatif akan memperoleh cara bagaimana menyelesaikan masalah biologi. Siswa yang kreatif dalam proses belajar mengajar selalu ingin tahu sehingga saat mengikuti pelajaran selalu aktif bertanya apabila ada materi yang belum dipahaminya, dimana sifat selalu ingin tahu merupakan salah satu indikator dari kreativitas. Saat diskusi kelas siswa yang kreatif sering berperan aktif dalam mengemukakan pendapat untuk menyelesaikan suatu masalah, dengan demikian siswa yang kreatif akan lebih mengerti tentang materi pelajaran tersebut, sehingga apabila diadakan test terhadap materi tersebut akan menghasilkan prestasi yang baik. Ada juga siswa yang kurang kreatif , siswa yang demikian dalam mengikuti pelajaran rasa ingin tahunya kurang, dan kurang memperhatikan ketika guu memberikan materi yang berhubungan dengan materi pelajaran walaupun belum tahu. Sikap tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai Penelitian ini mencoba mengkaji penerapan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) untuk meningkatkan minat belajar. Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi. Metode pembelajaran Group Investigation (GI) menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam 5 ketrampilan proses kelompok. Ketrampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kapada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik, sosial yang mendasari penggerak kemampuan dalam diri individu. Jadi dengan penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan minat belajar siswa yang meliputi aspek perhatian, aspek keingintahuan, aspek motivasi dan aspek kebutuhan dalam pembelajaran melalui media komik. Metode Group Investigation dengan penggunaan media komik diharapkan dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM. Dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi dan melatih kemandirian siswa dalam pembelajaran. Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 “. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dengan penggunaan media komik dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2008/2009“ C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar dalam pembelajaran biologi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan penggunaan media komik. 6 D.Manfaat Penelitian Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan metode Group Investigation (GI) disertai penggunaan media komik sebagai salah satu media pembelajaran siswa dalam meningkatkan pencapaian hasil belajar. b. Memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar. 2. Bagi siswa a. Dapat mengaktifkan daya pikir siswa dengan metode dan media pembelajaran yang tepat. b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih berminat dalam pembelajaran. 3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada tahap berikutnya. b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) disertai Media Pembelajaran Komik a. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) 1) Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pembelajaran keaktifan siswa lebih diutamakan sehingga mereka mempunyai kebebasan yang bertanggung jawab untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam pemikirannya. Sistem pembelajaran memiliki tiga ciri khas, yaitu: rencana, kesalingtergantungan (interdependence) dan tujuan. Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. Unsur-unsur sistem pembelajaran saling tergantung (interdependence), serasi dalam suatu keseluruhan. Setiap unsur bersifat penting, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar secara efisien dan efektif (Hamalik, 2003: 66). Proses belajar mengajar memiliki empat komponen yaitu tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain (interelasi). Tujuan merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalamannya dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar. 8 Ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada unsur-unsur dinamis dalam proses belajar yaitu: a) Motivasi belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang atau suka itu. b) Bahan belajar, bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. c) Alat bantu belajar, alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membentuk siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak, media elektronika dan lainlain. d) Suasana belajar, suasana belajar yang dapat menimbulkan aktivitas atau kegiatan dalam belajar siswa adalah adanya komunikasi dua arah, kegairahan dan kegembiraan belajar. e) Kondisi siswa yang belajar. Ciri-ciri pembelajaran sebenarnya adalah upaya guru mengatur unsurunsur dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai. Pembelajaran dapat terjadi apabila unsur-unsur dinamis dapat terpenuhi. Adanya motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi siswa belajar sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Untuk itu, kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peran dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk belajar), motivator dan sebagai pembimbing (memberi bimbingan kepada siswa yang memerlukan) (Gino dkk, 2000: 36-39). Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Para siswa diharapkan dapat saling membantu, mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2008: 4). Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Arends dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. 9 Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif FASE PERILAKU GURU Fase 1 Guru menyampaikan tujuan-tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi Menyampaikan tujuan dan motivasi belajar pada siswa. siswa Fase 2 Guru menyampaikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau dengan teks. Menyampaikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan kelompok belajar. Guru menjelaskan pada siswa bagaimana cara membentuk kelompok dalam belajar dan membantu setiap kelompok membuat perubahan yang efisien. siswa Fase 4 Membantu belajar kerja kelompok Guru membantu kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan dalam tugas. Fase 5 Guru mengujikan semua materi pelajaran atau kelompok-kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka. Mengujikan materi Fase 6 Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik usaha maupun prestasi belajar individu dan kelompok. Menyediakan penghargaan ( Arends, 1997: 113) Belajar kooperatif merupakan belajar dengan pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan belajar. Menurut Lie (2005: 29), ”Metode pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok”. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakanya dengan pembagian kelompok asal-asalan. Pengelompokan heterogenitas (keanekaragaman) merupakan ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran ini. Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Menurut Arends (2001: 315) disebutkan bahwa “the tree 10 instructional goals of cooperative learning are academic achievement, acceptance of diversity and development of social skill”. Hasil belajar pada pembelajaran kooperatif menurut Arends dapat dilihat pada Gambar 1. Academic Achievement Cooperative Learning Acceptance of Diversity Social Skill ( Arends, 2001: 315) Gambar 1. Skema Model Pembelajaran Kooperatif Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan utama yaitu: pencapaian akademik, penerimaan atau perbedaan dan mengembangkan kemampuan sosial. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang materi atau bahan ajar. Sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik dalam belajar. Menurut Slavin (2008: 100) ”Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan”. Kessler (1992: 8), menyatakan bahwa ”Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang teratur sehingga pembelajaran dipengaruhi oleh pertukaran informasi pada struktur sosial antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok dan diri siswa sendiri serta adanya motivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainya”. 11 Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Antara lain keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain yang bermanfaat. Menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa. 2) Group Investigation (GI) Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Menurut Slavin (24-25 :2008) pada metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan hasil penemuan mereka di hadapan seluruh kelas. Metode Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui proses investigasi yang mendalam. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill). Penggunaan metode Group Investigation umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang anggota atau siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga dilakukan berdasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi yang mendalam terhadap berbagai sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan 12 dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan ( Arends, 1997: 121). Menurut Slavin (2008: 215) bahwa ”Group Investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal, atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas”. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar. Kesuksesan implementasi dari Group Investigation sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai di dalam kelas. Secara umum adalah guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas, selanjutnya siswa membagi topik tersebut kedalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang sama halnya dengan pertukaran gagasan diantara para siswa. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok. Metode Group Investigation memiliki tiga konsep utama, yaitu: a) penemuan (inquiry) yaitu proses dimana siswa dirangsang dengan menghidupkan pada suatu masalah. Siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa 13 sendiri atau diberikan oleh guru; b) pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung; c) dinamika kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagi ide dan pendapat serta saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi. Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Kemampuan perencanaan koperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek investigasi berskala penuh (Slavin, 2008: 216). a) Tahapan Metode Group Investigation (GI) Arends (1997: 121) mengemukakan enam tahapan kegiatan dalam metode Group Investigation yaitu: Tahap 1 : Mengidentifikasikan Topik dan Pembentukan Kelompok Tahapan ini menekankan pada permasalahan siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang mana berisikan kisi-kisi, dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Peran guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan. Pembentukan kelompok juga penting dalam metode pembelajaran Group Investigation. Seperti kebanyakan metode pembelajaran kooperatif, pelaksanaan Group Investigation dilaksanakan berdasarkan ketertarikan kelompok sejak siswa yang mempunyai ketertarikan yang sama akan memilih subtopik yang sama. Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan diinvestigasi siswa. Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun hubungan persahabatan dalam kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru. Kelompok dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi guru harus memecah kembali jika siswa 14 tidak sesuai dengan subtopik sehingga terjadi perpindahan siswa diantara kelompok. Tahap 2 : Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi. Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas. Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan. Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. Tahap 6 : Evaluasi Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari pengalaman afektif mereka. Guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi 15 proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan. b) Kelebihan dan Kelemahan Metode Group Investigation Menurut Joyce (2000: 51) dalam ”Metode Group Investigation ini guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat”. Seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap : (1) tahap pemecahan masalah, (2) tahap pengelolaan kelas, (3) tahap pemaknaan secara perorangan. Ditempuhnya tiga tahapan tersebut, diharapkan proses pembelajaran dapat menghasilkan proses belajar yang lebih baik dan siswa lebih menyeluruh dalam mendalami materi yang disampaikan oleh guru. Metode Group Investigation mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya yaitu : (1) siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, (2) siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, (3) siswa memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis, (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Beberapa kekurangan dari metode Group Investigation yaitu : (1) jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka akan menghambat daripada tujuan pembelajaran, (2) siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas, (3) ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaikbaiknya dalam belajar kelompok. Langkah-langkah metode Group Investigation menurut Slavin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Langkah-langkah Metode Group Investigatioan (GI) Perilaku guru 1. Guru membagi modul berisi kisi- kisi kerja kelompok dan sub topik materi 2. Guru membagi kelompok berdasarkan topik yang sama dan memberi pengarahan tentang mekanisme kerja kelompok Perilaku siswa 1. Siswa memilih sub- sub topik yang diinginkan 2. Siswa membuat kelompok dan menyiapkan materi dari sub topik yang mereka pilih 16 3. Guru menyampaikan materi pelajaran dan menyuruh siswa menyiapkan bahan diskusi 4. Guru menyuruh siswa segera memulai presentasi 5. Guru mengulas hasil presentasi dan memberi kesimpulan 3. Siswa diskusi dan menyiapkan materi yang akan disampaikan dalam presentasi 4. Siswa dalam kelompok 1 presentasi, kelompok 2 sebagai penanya inti, dan seterusnya 5. Siswa memperhatikan dan mencatat kesimpulan yang diberikan guru. ( Slavin, 1985: 730) Penerapan metode Group Investigation terdapat lima langkah. Pertama, guru memberikan permasalahan kepada kelas, dan siswa memilih kelompok yang menarik. Masalah yang dimaksud merupakan bagian yang penting. Guru sebaiknya tidak menerima dan menolak ide dari siswa. Kedua, kelompok merencanakan investigasi. Prosedur, tugas, dan tujuan haruslah sesuai dengan subtopik yang telah dipilih. Ketiga, kelompok mempersiapkan hasil investigasi menuju langkah selanjutnya. Peran guru dalam tahap ini adalah mengikuti proses investigasi, memberikan pertolongan ketika dibutuhkan: memberikan saran, menambah rasa percaya diri siswa, dan lain-lain. Keempat, kelompok merencanakan presentasi. Kelompok mengevaluasi yang telah dipelajari dan mensintesis ke bentuk yang mudah dipahami oleh kelas. Kelima, kelompok mengatur presentasi. Guru dan siswa mengevaluasi hasil investigasi dan presentasi. Pada akhir proses ini, kelompok yang mewakili membuat laporan di depan kelas, menolong anggota kelompok untuk menghargai mereka sebagai bagian dari unit sosial yang luas. Semangat kelompok meliputi bagaimana siswa belajar dan memecahkan masalah yang ditemui ketika siswa bekerja dalam kelompok. Hal ini akan membuat perbedaan antara seseorang yang bekerja dalam satu tempat dan satu kelompok. Setiap siswa memiliki karakteristik dalam kelompok dan kemampuan mengungkapkan pendapat. Hal ini penting bagi para guru untuk memahami bagaimana kerja kelompok yang dilakukan siswa sehingga dapat memudahkan memberikan fasilitas dalam interaksi antar siswa. 17 Fakta menunjukkan bahwa motivasi intrinsik merupakan hal penting untuk bekerja melaksanakan tugas dalam kelompok Group Investigation. Pemilihan subtopik sebaiknya sesuai dengan ketertarikan siswa sehingga kelompok akan tertarik dan mendapatkan hasil investigasi yang maksimal. Apabila pemilihan subtopik ditentukan oleh guru, guru harus memilih topik yang sesuai dengan kehidupan siswa dan meningkatkan pemahaman siswa. Menurut Zingaro (2008), ”Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada siswa untuk bekerja dalam kelompok”. Terjadi pergeseran pokok dari guru sebagai penyedia informasi dan sumber kebenaran menuju guru sebagai fasilitator. Group Investigation meliputi penggunaan tugas untuk memenuhi kebutuan dengan mengkombinasi antara usaha dan keterampilan individu setiap anggota kelompok. Group investigation merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran kooperatif. Pembentukan kelompok juga penting dalam metode pembelajaran Group Investigation. Seperti kebanyakan metode pembelajaran kooperatif, pelaksanaan Group Investigation dilaksanakan berdasarkan ketertarikan kelompok sejak siswa yang mempunyai ketertarikan yang sama akan memilih subtopik yang sama. Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan diinvestigasi siswa. Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun hubungan persahabatan dalam kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru. Kelompok dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi guru harus memecah kembali jika siswa tidak sesuai dengan subtopik sehingga terjadi perpindahan siswa diantara kelompok. Seifert, K., dkk (2009) menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau Group Investigation adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri, berusahaa meningkatkan hasil belajar dan kepuasan siswa. Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan dan mendapatkan pengalaman yang berharga. 18 b. Media Komik Menurut Arief S. Sardiman(1996:6) kata “Media berasal dari bahasa latin dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar”. Sehingga media adalah perantara kepada penerima pesan. Menurut Gagne dan Reiser dalam Mulyani dan Johar (2001:152) media pendidikan atau pengajaran didefinisikan sebagai alat-alat fisik dimana pesanpesan instruksional dikomunikasikan. Menurut Borman dalam Mulyani dan Johar (2001:153) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dari beberapa pengertian tentang media pengajaran yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Sedangkan manfaat media pengajaran bagi siswa menurut Nana Sudjana dan Rivai (1992:2), adalah antara lain : 1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk belajar. 2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik. 3) Metode mengajar menjadi lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal sehingga siswa tidak menjadi bosan. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab siswa tidak hanya mendengar pengajaran guru, tetapi juga melaksanakan aktivitas lain yaitu mengamati, melakukan, mendemostrasikan dan lain-lain. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran sehingga dalam kegiatan suasana belajar yang menarik perhatian pembelajaran dapat tercipta dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, serta pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar. Seorang guru dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan 19 memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Hal serupa dikemukakan oleh Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad (2005:15) “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Secara umum eranan media pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut ( Sadiman, 2002 :54 ): 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya, indra. 3) Media pendidikan secara tepat dan variasi dapat diatasi dengan sikap pasif anak didik. 4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda-beda, masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan. Dengan kemampuannya: a) memberikan perangsang yang sama, b) mempersamakan pengalaman, c) menimbulkan persepsi yang sama. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai tujuan yang ingin dicapai. Media pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran. Karena setiap materi pembelajaran mempunyai kekhasan dan kekompleksitasan yang berbeda-beda. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan dan gaya yang berbeda. Sehingga, guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut. Media yang digunakan juga 20 harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Keefektivitasan media bukan diukur dari mahal atau tidaknya media melainkan efektif dalam penggunaanya dan juga efisien waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Media secanggih apapun, tidak akan dapat menolong tanpa kemampuan teknis mengoperasikannya. Oleh karena itu, sebaiknya guru mempelajari dahulu cara mengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan. Komik merupakan bentuk kartun dimana perwatakan sama membentuk suatu cerita dalam urutan-urutan gambar yang berhubungan erat dan dirancang untuk menghibur para pembaca, walaupun komik telah mencapai popularitasnya secara luas terutama sebagai medium hiburan, beberapa materi tertentu dalam penggolongannya ini memiliki nilai edukatif yang tidak diragukan. Pemakaiannya yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita yang ringkas, dengan perwatakan orang yang realistis menarik semua siswa dari berbagai tingkat usia. Buku-buku komik dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha membangkitkan minat, mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan ketrampilan membaca, serta memperluas minat baca ( Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2004 :55 ). Menurut Zaenal Abidin (2003: 120), “Komik merupakan salah satu media grafis yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran”. Sedang menurut Marcel Bonneff (1990: 40) “ Komik adalah sarana pengungkapan yang benar-benar orisinil, karena menggabungkan gambar dan teks. Komik berbeda dengann karya lain yang mirip, yaitu cerita bergambar dan sinema”. Komik juga sebagai sarana pembelajaran dan dibuat untuk sarana hiburan dari anak-anak sampai orang dewasa, karena komik memiliki kelebihan dengan gambar dan juga bahasa sehari-hari sehingga memudahkan para pembaca untuk membaca. Apalagi tujuan komik sebagai sarana pembelajaran bagi para siswa yang kadang mereka jenuh dengan isi buku yang monoton, memungkinkan dengan adanya komik akan meningkatkan minat baca siswa sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. 21 Jadi komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan informasi kepada para pembacanya. Komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung, ceritanya ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembaran surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup. Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pengajaran sebaiknya dipandu dengan metode mengajar yang tepat, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Setiap guru harus bisa membimbing selera anak-anak terutama baca komik. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Guru harus membantu para siswa menemukan komik yang baik dan mengasyikkan, dipihak lai guru harus menolong mereka menuju cakrawala yang lebih luas akan minat serta apresiasi. Tujuan penting media komik dalam pembelajaran ialah untuk mendidik anak sekolah menjadi pembaca yang kritis, mampu melihat kecenderungan manipulatif, artinya usaha mengubah-ubah dengan cara tertentu bagi tujuan tertentu pula. Dilain pihak, pelajar dalam waktu senggang tentunya juga mempunyai hak untuk “bergaul” dengan teks yang isinya tidak selalu mempertahankan norma-norma klasik. Memperoleh pengetahuan terhadap literature lain, komik mempunyai keuntungan kombinasi kata dan gambar ( Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2004 :65 ). . 2. Minat Belajar Siswa a. Minat Siswa Seseorang yang akan melibatkan diri dalam suatu aktifitas, terlebih dahulu menyadari akan arti dan manfaat tersebut bagi dirinya sendiri. Dalam pemilihan suatu aktivitas dipengaruhi oleh motivasi yang datang dari dalam diri siswa (intrinsik) yang tidak lain merupakan minat dari siswa. Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat membantu siswa menentukan pilihan yang berguna 22 bagi dirinya. Hal ini disebabkan karena setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang dianggap akan memberikan kesenangan. Berdasarkan rasa senang tersebut akan timbul minat untuk memperoleh, mengembangkan dan sekaligus mempertahankan sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan kesenangan. Minat akan timbul apabila seseorang melihat ciri-ciri obyek sesuai dengan keinginan/kemauan dari kebutuhannya. Menurut Sardiman (2001: 74) “Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri- ciri atau sementara suatu situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan- kebutuhannya sendiri”. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktifitas iu secara konsisten dengan rasa senang. Minat erat berkaitan dengan kepribadian, dan selalu mengandung unsur afektif atau perasaan, kognitif, dan kemauan (Kartini, 1990: 112). Menurut Yayasan Dharma Graha (2003: 9) bahwa “Minat adalah usaha dan kemauan untuk mempelajari (learning) dan mencari sesuatu. Menurut Slameto (1995: 57), Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang sehingga diperoleh kepuasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1996: 188) bahwa, minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Menurut pendapat Tabrani, dkk (1989: 121), mengemukakan bahwa untuk menumbuhkan minat pada diri seseorang dapat dilakukan dengan cara: a. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya; b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau; c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses-sukses itu akan menimbulkan rasa puas. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2005: 136). Menurut Poerwadarminta (1982: 731), “Minat adalah perhatian, kesukaan, 23 keinginan”. Minat menurut Salim (1991: 979), ”Minat adalah kemauan yang terdapat dalam hati atas sesuatu; gairah; keinginan”. Minat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu akan mempelajari materi tersebut dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1996 :105) yang mengemukakan bahwa “Dengan minat, subyek akan merasa tertarik dan merasa senang mempelajari materi dari suatu bidang studi”. Minat merupakan hal yang penting dalam menentukan bagaimana kita memilih dan mempertahankan dalam proses penentuan tipe-tipe informasi yang diketahui. Berdasarkan uraian diatas bahwa minat seseorang tersirat dan terpadu dalam motif dan situasinya. Bersamaan komponen lainnya seperti teknologi, kemampuan pengetahuan, ketrampilan, kondisi fisik, kondisi sosial, dan kebutuhan individu, maka motivasi itu akan melandasi tindakan dalam mencapai produktivitas atau pencapaian tujuan. Minat sebagai salah satu bentuk dari motivasi, dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwa suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat atau motivasi yang besar. Minat berperan dalam motivasi seorang untuk melakukan kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1990: 114-116) yang mengemukakan “Pentingnya minat yaitu 1) Minat sebagai sumber motivasi yang kuat untuk belajar; 2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak; 3) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang diikuti seseorang”. Menurut Muhibbin Syah (1995 : 136) minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai suatu prestasi belajar. Peranan minat akan melahirkan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Perhatian menunjukan pada kencenderungan manusia untuk mencari atau menolak sesuatu kegiatan ( Anderson, 1975; 211). Adanya perhatian siswa kepada pelajaran yang kita berikan maka isi dari materi pelajaran akan terserap dengan baik ( Arikunto 1980 : 103). Keingintahuan pada siswa ditunjukan oleh tingkah lakunya, yaitu hanya menerima apa yang diberikan oleh guru dan hanya mempelajari apa yang 24 ditunjuk, atau hanya mempelajari hal-hal yang disuruhkan kepadanya. Anak yang demikian didalam kelas seringkali mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan dan diluar kelas kelihatan pula selalu menginginkan sesuatu “yang lebih” dari apa yang sudah diterima ( Arikunto 1980 : 80). Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalh tumbuh didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang mnimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arahan pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai ( Sardiman, 2004 : 75). Kebutuhan timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Jika kebutuhan telah terpenuhi dan terpuaskan maka aktivitas akan berkurang dan sesuai dengan dinamika kehidupan manusia, sehingga akan timbul tuntutan kebutuhan yang baru ( Sardiman, 2004 : 78) Minat merupakan salah satu alat motivasi yang dapat membangkikan kegairahan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itu guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh siswa. Menurut Syiful Bahri Djamarah (2002 :133), ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut: 1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga siswa rela belajar tanpa paksaan. 2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran. 3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. 25 Dalam kaitannya dengan belajar The Liang Gie (1998 :63) mengemukakan bahwa “Pemusatan perhatian dalam belajar adalah pengarahan pikiran seseorang siswa terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran itu, dan minat mempunyai peranan sebagai berikut: 1) Melahirkan perhatian yang serta merta 2) Memudahkan terciptanya pemusatan perhatian 3) Mencegah gangguan perhatian dari luar B. Kerangka Berpikir Hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik maka tujuan pembelajaran pun akan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. Keberhasilan belajar seorang siswa turut ditentukan oleh banyak faktor, baik dari luar atau lingkungan siswa maupun faktor dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor luar yang ikut berperan dalam keberhasilan pembelajaran antara lain; pendekatan pembelajaran yang digunakan, metode pembelajaran, media pembelajaran dan situasi belajar. Faktor dari dalam diri siswa misalnya adalah kecerdasan yang dimiliki siswa, motivasi, perhatian, minat dan semangat dari siswa. Keberhasilan dalam belajar dapat diketahui dari suatu alat ukur yang berupa tes maupun non tes, dimana alat ukur ini untuk mengetahui seberapa jauh siswa mampu menguasai konsep pelajaran yang telah diterimanya. Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ditemukan kenyataan bahwa masih terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran, yaitu dalam proses pembelajaran berlangsung yang masih bersifat konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru cenderung belum menggunakan media inovatif yang menarik minat belajar siswa. Selain itu, dalam pembelajaran siswa belum terlibat secara aktif dan hanya berperan sebagai objek yang menerima materi dari guru. Sebagai akibatnya adalah minat siswa dalam 26 proses pembelajaran masih rendah dan memiliki nilai edukatif yang tidak diragukan Sebagai solusi permasalahan di atas, maka diadakan pembaharuan dalam proses pembelajaran, yaitu dengan penggunaan suatu media inovatif yaitu dengan menggunakan media komik yang mampu menampilkan gambar-gambar sehingga materi menjadi lebih menarik dan berurutan. Metode mengajar yang digunakan juga harus lebih meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode Group Investigatioan (GI), dimana siswa akan belajar dalam kelompokkelompok kecil terdiri dari empat sampai lima anggota yang bersifat heterogen. Dengan pembaharuan proses pembelajaran ini diharapkan akan dapat meningkatkan penguasaan materi Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran Lingkungan sehingga implikasinya output (keluaran) juga akan menjadi lebih baik Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan menggunakan media komik diharapkan dapat meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran biologi serta dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa kelas VIIB SMP Negeri 10 Surakarta pada khususnya. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat, maka dapat digambarkan sebagai berikut: 27 PROSES INPUT Proses belajar mengajar dikelas Media pembelajaran konvensional Siswa merasa bosan dan minat belajar kurang 1.Memunculkan kreativitas siswa pada objek yang sedang dipelajari 2.Memunculkan kegemaran siswa dalam membaca dan mempelajari materi yang sedang dipelajari Optimalisasi penggunaan media komik dengan penerapan model Group Investigation(GI) Siswa menunjukan kegiatan belajar yang optimal dalam proses pembelajaran Gambar 2. Kerangka Pemikiran OUTPUT Minat siswa meningkat 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di di SMP Negeri 10 Surakarta siswa kelas VII B dengan alamat Jalan R.A. Kartini No.12 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : a. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, permohonan ijin observasi sekolah, penyusunan proposal, perijinan penelitian dan konsultasi instrumen penelitian pada pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2009. b. Tahap Penelitian Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu uji instrumen penelitian dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009. c. Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai selesai. B. Bentuk dan Strategi Penelitian Macam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Rancangan penelitian dan solusi disusun sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru atau peneliti. Rancangan solusi yang akan diterapkan adalah penggunaan media komik dengan 29 pembelajaran Group Investigation pada pokok bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan tindakan berulang atau siklus. Pelaksnaan PTK dimulai dari tahap perencanaan, dilanjutkan dengan rangkaian tahap tindakan dan observasi disertai evaluasi terhadap tindakan, dilanjutkan dengan tahap refleksi.Tindakan yang berulang artinya pada siklus I, II, dan berikutnya pada pokok bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran diterapkan tindakan yang sama, yakni optimalisasi penggunaan media pembelajaran komik dengan pembelajaran Group Investigation (GI) untuk meningkatkan minat belajar siswa. Refleksi untuk tiap siklus tergantung dari fakta dan interpretasi data yang diperoleh atau situasi dan kondisi yang dijumpai pada pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan tujuan, peneliti lebih bersifat mendiskripsikan data atau analisis kualitatif berdasarkan fakta dan keadaan yang terjadi disekolah. C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian berasal dari beberapa sumber, yaitu : 1. Informan, meliputi: guru Biologi, siswa kelas VIII D SMP Negeri 10 Surakarta dan observer. 2. Tempat dan peristiwa yang terikat pada pokok kajian, baik berupa lingkungan pendidikan, lingkungan luar maupun objek pengamatan lain yang ikut berperan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini. 3. Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa skenario pembelajaran, silabus, Satuan Pembelajaran(SP), Rencana Pembelajaran dan buku referensi mengajar. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengambilan data adalah sebagai berikut: 30 1. Metode observasi Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik dan guru saat pembelajaran. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan sintak pembelajaran guru dan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung meliputi aspek perhatian, aspek keingintahuan, aspek motivasi, dan aspek kebutuhan. Lembar observasi yang digunakan akan diisi oleh observer pada waktu pembelajaran berlangsung berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta itemitem pernyataan dengan memberikan tanda check (√) pada kolom yang tersedia pada lembar observasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini peneliti hanya mengamati kegiatan siswa selama masih dalam kegiatan belajar mengajar. Fokus dalam observasi siswa adalah sintak pembelajaran saat berlangsung. Seperti terlihat pada keaktifan dan menanggapi rangsang baik yang datang dari guru maupun teman lain, dan sikap siswa saat pembelajaran berlangsung, dan sebagainya. Pengamatan terhadap kinerja guru difokuskan pada kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas,dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. 2. Metode angket Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa “Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau halhal yang diketahui”. Pemberian angket dilakukan pada awal penelitian dan di setiap akhir siklus pada pokok bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran. Metode angket tertutup digunakan untuk menggali data mengenai minat belajar siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Ada atau tidaknya minat belajar siswa serta peningkatannya dapat diketahui dalam proses pembelajaran biologi pokok bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran. Angket yang diberikan adalah angket minat belajar siswa meliputi aspek perhatian, aspek keingintahuan, aspek motivasi, dan aspek kebutuhan. 31 Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan alternatif jawaban yang telah tersedia dan dibatasi pemberian skor tiap item pertanyaan menurut skala Likert (Sukardi, 2003: 146-147). Angket disusun dengan terlebih dahulu membuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur berisi kisi-kisi angket. Selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator digunakan sebagai pedoman dalam menyusun itemitem soal. Teknik penilaian/pemberian skor angket mengacu pada Nana Sudjana yang disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 3. Teknik Penilaian Angket Pernyataan Sangat setuju Pernyataan positif 5 Pernyataan negatif 1 ( Nana Sudjana, 2006: 81) Setuju 4 2 Kurang setuju 3 3 Tidak setuju 2 4 Sangat tidak setuju 1 5 3. Wawancara Wawancara erat kaitannya dengan metode observasi. Wawancara dilakukan dengan guru untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru mata pelajaran. Adapun wawancara tersebut diberikan kepada guru yang bersangkutan dan siswa yang menyangkut indikator minat belajar yang terkait dalam sintak pembelajaran siswa dan waktu setelah terjadinya proses pembelajaran. 4. Dokumentasi Jenis dokumen untuk data penelitian ini berupa foto-foto saat penelitian berlangsung. E. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menjaga kevalid dan data dalam penelitian yaitu: 32 1. Uji Validitas Angket. Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus (indikator). Validitas butir soal angket (Suharsimi Arikunto, 2002: 72) 2. Uji Reliabilitas Angket. Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Reliabilitas soal angket diketahui dengan menggunakan rumus Alpha yang mengacu pada Suharsimi Arikunto (2002: 110) untuk memperoleh harga reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha perlu dicari harga varians masingmasing item dan varians totalnya. 3. Teknik Triangulasi. Untuk menjaga kevalidan data dalam penelitian digunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi metode, artinya dari data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket minat belajar siswa, observasi sintak pembelajaran dan wawancara secara informal dengan guru mata pelajaran. Skema triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut : Angket Data Obervasi Siswa wawancara Gambar 3. Skema Triangulasi Metode (H.B. Sutopo, 2002: 81) 33 F. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen berurutan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data dilakukan dalam rangka menorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan data dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna. Mulyasa (2005: 103) berpendapat bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif dari diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Berdasar pada hasil observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan kepada subjek penelitian maka harus dibuat target. Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subjek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila persentase rata-rata yang diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Berikut daftar persentase target capaian dari masing-masing variabel yang akan diukur dibawah ini. 34 Tabel 4. Daftar Persentase Target Capaian dari Masing-Masing Variabel yang akan Diukur. Variabel Target yang harus dicapai Kategori (%) Angket Minat Belajar Siswa ≥75 Baik Angket Penggunaan Media ≥75 Baik Baik dari segala kegiatan Baik Observasi Sintak Pembelajaran pembelajaran yang dilakukan ( Enco Mulyasa, 2005: 102) G. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan saat melaksanakan tindakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Kasihani (2001: 63-65) yaitu model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) dan perencanaan kembali yang mana kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Secara umum langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan atau penyusunan model, pelaksanaan tindakan, analisis dan refleksi serta tahap tindak lanjut. Tahapan pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Permintaan ijin kepada kepala sekolah dan guru biologi SMP Negeri 10 Surakarta. b. Observasi pra tindakan untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMP Negeri 10 Surakarta secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran biologi kelas VII B. c. Identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran Biologi kelas VII B yang telah dilakukan. 35 Setelah diadakan identifikasi terhadap masalah di kelas, pelaksanaan masing-masing siklus adalah sebagai berikut: 2.Tahap Perencanaan Pada tahap ini menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan penggunaan metode Group Investigation. Instrumen dalam penelitian meliputi: Silabus sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Standar Kompetensi 4 (SK 4) dengan 1 Kompetensi Dasar,media komik, subpokok pembahasan materi, observasi sintak pembelajaran, angket minat belajar siswa dan angket penggunaan media komik sebagai data pendukung dalam lampiran. 3.Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini dilakukan rangsangan menggunakan media komik melalui penerapan metode Group Investigation untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I direncanakan terdiri dari 2 kali tatap muka. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (lampiran 1). 4.Tahap Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan serta pendokumentasian kegiatan selama pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah peningkatan minat belajar siswa setelah dilakukan perangsangan menggunakan media komik melalui penerapan metode Group Investigation yang diamati pada lembar observasi. Observasi yang dilakukan pada keterlaksanaan sintak pembelajaran melalui metode Group Investigation dengan penggunakan media komik (lembar observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran) dan angket minat belajar siswa . Sebagai data pendukung adalah hasil tes kognitif siswa, angket kepuasan terhadap media komik, serta kajian dokumen yang ada. 5.Tahap Analisis dan Refleksi 36 Pada tahap ini, diadakan analisis proses dan dampak terjadinya tindakan, mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Menurut Enco Mulyasa (2005: 102) suatu pembelajaran dinyatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan tindakan, merumuskan target ketercapaian tiap indikator dalam bentuk persentase. Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Apabila dalam setiap aspek yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masing-masing aspek yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilakukan pembelajaran siklus II untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus berikutnya adalah sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 6.Tahap Tindak Lanjut Keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam refleksi, maka peneliti dengan rekan peneliti yang membantu dalam observasi mengadakan diskusi bersama guru untuk mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya dalam proses pembelajaran. Perbaikan hasil refleksi dari siklus I akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya (siklus II). Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam skema prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. 37 Identifikasi Permasalahan Mengungkap permasalahan dalam proses pembelajaran Perencanaan tindakan Penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I dan instrumen pembelajaran: angket, lembar observasi sintak pembelajaran dan pedoman wawancara Refleksi Mengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan. Bila indikator belum tercapai, dilanjutkan siklus II Observasi dan Evaluasi Pengamatan proses pembelajaran SIKLUS I Pelaksanaan Tindakan Penerapan kooperatif GI( Group Investigasi) disertai media komik Observasi dan Evaluasi Pengamatan proses pembelajaran SIKLUS II Pelaksanaan Tindakan Penerapan kooperatif GI( Group Investigasi) disertai media komik Refleksi Mengemukakan dan menganalisis hasil temuantemuan dari pelaksanaan tindakan II yang memerlukan perbaikan serta melihat ketercapaian indikator Perencanaan Tindakan Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I.Penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II Tindak Lanjut Langkah-langkah penyempurnaan pembelajaran selanjutnya Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Kemmis dan Mc Taggart dalam Zainal Aqib, 2006: 23) 38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII B dalam 2 siklus dengan 4 kali pertemuan (4 X 40 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi di SMP Negeri 10 Surakarta masih rendah, data diperoleh dari try out menggunakan angket. Tempat penelitian adalah di kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta. Data sekolah dan data kelas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Data Sekolah Nama Sekolah : SMP Negeri 10 Surakarta Alamat Sekolah : Jl. Kartini No 12 Surakarta Kec/ Kab/ Kota : Banjarsari/ Surakarta Provinsi : Jawa Tengah No. Telepon/ Fax : (0271)634930 Kepala Sekolah : Drs. F. Handoyo, M.M Status Sekolah : Negeri Standar Sekolah : Akreditasi A Tahun Didirikan : 1 Mei 1962 Kepemilikan Tanah : Hak Pakai Status Tanah : Sertifikat Status Bangunan Tanah : Pemerintah Luas Tanah : 5.011 m² Luas Seluruh Bangunan : 2. 881 m2 Nomor Statistik Sekolah : 201036105005 SMP Negeri 10 Surakarta merupakan salah satu sekolah di kota Surakarta yang letaknya berbatasan dengan SMP N 3 Surakarta di sebelah utara. 39 Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Jalan Kartini dan SMP N 3 Surakarta. Peserta didik SMP N 10 Surakarta 3 tahun pelajaran terakhir berjumlah 1980 siswa yaitu tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 647 siswa. Terdiri dari kelas VII sebanyak 207 siswa, kelas VIII sebanyak 214 siswa dan kelas IX sebanyak 226 siswa. Tahun pelajaran 2007/2008 berjumlah 658 siswa yang terdiri dari 238 siswa kelas VII, 206 siswa kelas VIII dan 214 siswa kelas IX. Tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 675 siswa yang terdiri dari 243 siswa kelas VII, 235 siswa kelas VIII dan 193 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 10 adalah 54 guru yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT. SMP Negeri 5 Surakarta mempunyai beberapa lapangan, yaitu lapangan basket berukuran 30,9x16 m, lapangan voli berukuran 19,3x9,3 m, dan lapangan upacara 30x35 m. Ruang kelasnya sebanyak 17 ruang, yaitu kelas VII sebanya 6 ruang, kelas VIII sebanyak 6 ruang dan kelas IX sebanyak 5 ruang. 2. Data Siswa Penelitian dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Kelas VIIB dipilih sebagai subyek penelitian karena terdapat beberapa permasalahan yang diharapkan dapat diatasi dengan gagasan-gagasan yang dirancang. Permasalahan tersebut adalah siswa kelas VII B cenderung ramai, sebagian besar siswa (60%) siswa belum merasa berminat dalam pembelajaran. Sebanyak 10 siswa (20,07%) siswa masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Ruang kelas VII B SMP Negeri 10 Surakara terletak di lantai 2, berukuran 7x9 m2, lantainya masih tegel dengan dinding yang bercat putih. Ruang kelas tersebut terdapat 1 buah pintu, 8 ventilasi, 6 kaca di sisi kanan. Kelas VII B menghadap ke arah barat. Pada deretan meja paling barat terdapat satu meja guru dan sebuah kursi guru. Pada meja guru selalu dilapisi taplak meja dan vas bunga lengkap. Di ruang kelas terdapat satu whiteboard dan satu OHP. Tepat di samping whiteboard papan tulis hitam untuk mengisi data siswa. Jumlah siswa sebayak 39 siswa yang terbagi atas 21 siswa perempuan dan 40 18 siswa laki-laki. Masing-masing siswa disediakan satu meja dan satu kursi. Sehingga jumlah meja dan kursi masing-masing sebanyak 39 buah. Luas kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta seimbang dengan jumlah siswa. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar posisi tempat duduk diatur sebaik mungkin sehingga dalam satu deret bangku kebelakang terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi keramaian pada saat pembelajaran berlangsung, karena biasanya bila dalam satu baris hanya terdapat siswa laki-laki saja atau sebaliknya hanya perempuan saja akan menimbulkan suasana yang tidak diinginkan, misalnya ramai. Selain itu, ada beberapa pasang meja yang terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki. Posisi tempat duduk terjadi pergeseran tiap hari sehingga siswa mendapat suasana yang berbeda dan dapat merasakan duduk di semua kursi dalam ruang kelas. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Kegiatan observasi dilaksanakan saat pembelajaran biologi di kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta. Hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran sebelum diterapkan metode Group Investigation dengan penggunakan media komik, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA terutama biologi belum bervariasi yaitu menggunakan metode ceramah dan pada waktu diskusi pembentukan kelompok belajar dibentuk oleh guru dan siswa tidak diberi kesempatan untuk memilih kelompok dan mengungkapkan pendapat sehingga dalam pembentukan kelompok tersebut kadang ada siswa yang tidak cocok dan diskusi tidak berjalan dengan lancar, pada waktu disekolah di adakan razia oleh guru, barang yang tidak termasuk dalam pembelajaran akan disita dan waktu itu di kelas VII B ditemukan buku komik sejumlah 20 buku yang dibawa siswa waktu pembelajaran, buku-buku komik tersebut akan dikembalikan dengan syarat yang mengambil orang tua wali siswa yang bersangkutan, sehingga orang tua wali tahu apa yang dilakukan siswa waktu dikelas setelah kejadian tersebut riilnya siswa menyukai komik tetapi waktunya tidak tepat bila buku komik tersebut dibawa disekolah sehingga guru berinisiatif menggunakan media komik dalam 41 pembelajaran, perhatian siswa tidak tertuju pada pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga terbuka kesempatan yang besar bagi siswa yang berbuat ramai sendiri dan tidak memperhatikan pelajaran berlangsung, keingintahuan siswa dalam pelajaran biologi masih kurang ini ditandai dengan siswa yang tidak membawa buku waktu pelajaran sebanyak 10 siswa, Guru kurang memotivasi siswa ditandai dengan guru lebih menekankan segi penilaian produk atau hasil sedangkan penilaian proses belum mendapat perhatian penuh, artinya siswa tidak sepenuhnya dilibatkan, 6. kebutuhan materi siswa hanya tergantung dengan guru saja sehingga siswa kurang menghiraukan buku materi dan LKS untuk membaca dan mengerjakan soal-soal. Pada saat diskusi kelompok, sebagian besar siswa (63,41%) tidak setuju apabila pembagian kelompok ditentukan oleh guru. Siswa lebih senang memilih anggota kelompoknya sendiri karena sudah mempunyai kelompok bermain (group sendiri) di sekolah yaitu sebesar 56,10%. Selain itu, sebanyak 21 siswa (51,22%) belum bisa menghargai pendapat teman lain dalam satu kelompok karena tidak sesuai dengan pendapatnya. Hasil observasi lain menunjukkan bahwa siswa yang memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat sebanyak 26 siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik sebanyak 23 siswa (56,10%). Kegiatan siswa di dalam kelas hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat materi pelajaran sehingga pelajaran menjadi membosankan dan siswa kurang tertarik dengan materi yang disampaikan(guru sebagai centre dari semua proses tersebut), dan apabila diberi kesempatan untuk bertanya siswa hanya diam saja tanpa merespon dikarenakan banyak alasan(malu, takut, tidak ditunjuk). Kegiatan tersebut menyebabkan lemahnya konsep yang dipahami oleh siswa. Data dokumentasi dan hasil diskusi awal peneliti dengan guru biologi yang bersangkutan menunjukan rendahnya minat belajar siswa pada saat pelajaran berlangsung. Identifikasi lebih lanjut terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru sehingga interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa masih kurang dan 42 hampir tidak ada. Hal ini juga didukung melalui hasil wawancara bahwa banyak dari para siswa yang sering bermain sendiri ketika sedang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, kurangnya perhatian dari siswa terhadap materi yang diberikan sebanyak 23 siswa (56,10%)., dan kurangnya motivasi siswa sehingga pembelajaran merasa membosankan sebanyak 21 siswa (51,22%). Sehingga dari hasil wawancara tersebut, didapatkan sebuah kesimpulan dari guru pengampu bahwa kurang dari 45% siswa yang responsif dalam pembelajaran. Hasil wawancara minat belajar siswa pada prasiklus dilakukan dengan wawacara dengan siswa yang bersangkutan.Dari hasil wawancara indikator “fokus terhadap materi” terlihat ketika guru mengajar ada sekitar 20 siswa mengikuti pelajaran dengan menulis penjelasan dari guru dan indikator ”perhatian” ditandai dengan aktivitas yang dilakukan selama mengikuti proses pembelajaran, dimana 25 siswa memperhatikan guru mengajar serta diam dengan memperhatikan materi yang disampaikan guru untuk selebihnya ada yang berbicara dengan teman semejanya, ada pula yang mengantuk terutama yang duduk di bagian belakang. Selain itu ketika pelajaran dimulai siswa akan segera diam dan duduk ditempat masing-masing, meskipun masih ada beberapa siswa yang terlihat belum siap mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang jalanjalan. Diamnya siswa selama mengikuti pelajaran sebenarnya tidak selalu memberikan dampak yang baik, terlihat ketika guru mengajukan pertanyaan masih ada yang belum bisa terjawab oleh siswa. Maka dapat dikatakan diamnya siswa bisa dikarenakan takutnya siswa terhadap gurunya sehingga akan membuat perhatian siswa hanya tertuju pada guru yang memberikan materi sedangkan untuk memahami materi yang sedang dipelajari akan sulit. Namun guru akan sedikit terbantu jika selama kegiatan proses pembelajaran siswa tenang dan cukup memperhatikan setiap materi yang akan disampaikan, kalaupun masih ada siswa yang belum jelas maka guru akan segera tahu dan mengulang kembali pembahasan pada materi yang belum dapat dipahami tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara para siklus, menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas VII B masih kurang. Maka akan dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan 43 minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Minat belajar siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan meningkatkannya dengan menarik perhatian dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perhatian siswa dapat diaktifkan dengan menggunakan media komik yang bisa diamati, menghibur, dan dimodifikasi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih tertarik terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari. Media komik tersebut adalah media pembelajaran yang disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari. Adanya media komik dalam pembelajaran dapat menghibur dan menghindari kejenuhan yang biasanya mendengarkan ceramah guru atau disuruh membaca buku pegangan, sehingga memunculkan kegairahan yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran terhadap materi yang sedang dipelajari Dari hasil observasi diperoleh gambaran awal bahwa tingkat minat belajar siswa dalam pembelajaran masih rendah baik dalam kurangnya perhatian siswa dan jarang bertanya bila kurang paham. Kemudian data observasi ini kami dukung lagi dengan wawancara sebelum diberi tindakan untuk memperluas gambaran awal dari permasalahan rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran, sehingga permasalahanya bukan hanya searah yang datang dari siswa, tetapi juga dari pihak guru untuk menggali lebih jauh mengenai permasalahan pembelajaran yang dihadapinya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi karena kurangnya stimulus yang diberikan oleh guru, seperti kurangnya guru dalam menerapkan suatu metode pembelajaran inovatif dan pemilihan media interaktif untuk menstimulus siswa dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media komik diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII B dalam pembelajaran biologi. Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang berlangsung di kelas VII B, angket diberikan kepada siswa berfungsi untuk menggali informasi mengenai proses belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta sebelum diterapkan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik. Angket yang digunakan adalah angket minat belajar siswa dan angket penggunaan media komik sebagai data pendamping. Hasil 44 angket minat belajar untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran. Sedangkan hasil angket minat belajar siswa setiap indikator adalah sebagai berikut: Tabel 6. Persentase Tiap Indikator pada Angket Minat Belajar Siswa Pra siklus No Indikator Persentase (%) 1 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung 72.82 2 Siswa selalu siap saat ditunjuk guru 3 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 4 Siswa sering mengajukan pertanyaan 5 Siswa selalu ingin tahu banyak 6 Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar 7 Siswa selalu menginginkan lebih 8 Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri 9 Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya 74.35 76.41 71.79 67.86 69.23 71.11 70.59 10 Siswa menyenangi materi belajar 11 Siswa bersemangat dalam belajar 12 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh 13 76.41 75.04 75.64 74.61 Siswa giat dalam belajar Jumlah Rata-rata 76.53 952.43 73.26 Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa persentase minat belajar siswa berdasarkan angket pada pra siklus masih di bawah 75 %, besarnya persentase indikator 1 “Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung” adalah 72.82%, indikator 3 “Siswa fokus terhadap materi pelajaran” sebesar 74.35% dan indikator 4 ” Siswa sering mengajukan pertanyaan” sebesar 76.41%.Sedang persentase yang paling rendah pada indikator 6 ” Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar” sebesar 67.86% dan indikator 7 “Siswa 45 selalu menginginkan lebih” sebesar 69.23%,dengan rata-rata kelas sebesar 73.26%. Gambar 5. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Pra siklus Penelitian tindakan kelas dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa dalam belajar biologi siswa pada saat pembelajaran di kelas dengan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik pada beberapa siklus sampai memenuhi target yang dicapai. Peningkatan minat belajar siswa ini dapat dilihat dari kemampuan afektif dan aktifitas siswa dengan guru selama proses pembelajaran berlangsung, hasil pengisian angket afektif pra tindakan menunjukkan prosentase rata-rata 73.26% dengan rentang antara 67.86% -76.41%. Sebagai tindak lanjut agar keaktifan belajar biologi siswa dapat meningkat dan mencapai batas ketuntasan, peneliti menerapkan Group Investigation dengan menggunakan media komik melalui beberapa siklus sampai memenuhi target yang dicapai. 46 C. Temuan Penelitian yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 1. Siklus I a. Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti adalah menyusun beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan metode Group Investigation. Instrumen penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP, pengembangan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran, angket, dan lembar observasi sintak pembelajaran. Pembelajaran dengan metode Group Investigation dalam pelaksanaannya berupa diskusi kelompok untuk menginvestigasi bahan yang diajarkan di dalam kelompok yang selanjutnya diadakan presentasi kelompok. Penilaian minat belajar siswa dilakukan melalui angket dan lembar observasi sintak pembelajaran. Sedangkan data pendamping menggunakan media komik dengan angket dan hasil tes kognitif. b. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan pembelajaran kooperatif Group Investigation. Proses pembelajaran ini guru hanya memberikan materi secara umum, bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, melihat bahwa siswa bisa melaksanakan tugas, membantu kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan pada peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan investigasi sub pokok bahasan dalam kelompokkelompoknya dan pada saat presentasi. Tahap pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 2 kali tatap muka (2 jam pelajaran). Pertemuan pertama, guru membuka pelajaran dan presensi siswa (100 % hadir). Guru memberikan pengarahan tentang penerapan pembelajaran Group Investigation yang dilengkapi dengan mengunakan media komik, selanjutnya guru menjelaskan materi Kerusakan Lingkungan secara umum dan membagi materi menjadi 7 sub pokok bahasan. Siswa yang memilih sub pokok bahasan yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian menginvestigasi sub pokok bahasan yang telah dipilih. Terbentuk 7 kelompok sesuai dengan sub pokok 47 bahasan masing-masing. Dalam kelompok masing-masing siswa merencanakan tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya dari sub pokok bahasan yang diperoleh melalui komik dan buku referensi. Siswa semua berperan aktif dalam kegiatan investigasi, dan hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Pertemuan kedua, guru memerintahkan siswa untuk mempersiapkan hasil investigasi yang akan dipresentasikan. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil investigasi sub pokok bahasannya. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggota untuk presentasi, guru sebagai penasehat dan pembimbing jalannya presentasi agar setiap siswa ikut andil dalam kegiatan pembelajaran. Setelah presentasi dari semua kelompok, kemudian dilakukan tanya jawab. Setiap siswa berhak untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami kepada masing-masing kelompok, sedangkan setiap siswa dalam kelompok presentator berhak untuk menjawab pertanyaan. Guru dan siswa melaksanakan observasi kegiatan pembelajaran pada sintak pembelajaran. Guru kemudian mengulas kembali hasil presentasi siswa, selanjutnya memberikan kesimpulan dari semua hasil presentasi siswa. Guru mengadakan evaluasi siklus I dengan memberikan tes yang berupa soal evaluasi. Kegiatan pembelajaran dipantau dan diamati guna mengetahui letak kesulitan yang terjadi di dalam kelas khususnya saat proses pembelajaran berlangsung. Observer membagi angket minat belajar yang dilaksanakan dengan metode pembelajaran Group Investigation menggunakan media komik. c. Observasi dan Evaluasi Observasi pada dasarnya bertujuan untuk menilai situasi pelaksanaan proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media komik dan untuk evaluasi. Hasil pengamatan yang dilakukan observer, diperoleh bahwa pada awal pembelajaran, siswa terlihat kurang antusias dalam pembelajaran karena siswa belum terbiasa dengan penerapan Group Investigation karena pembelajaran kooperatif metode Group Investigation tersebut masih terbilang baru dan belum pernah diterapkan di SMPN 10, hal ini 48 menyebabkan siswa agak kesulitan mengikuti pelajaran pada awalnya karena mereka belum terbiasa belajar dengan berdiskusi dalam kelompok-kelompok dan antusiasme siswa belum nampak. Hasil investigasi sub pokok bahasan yang kurang lengkap dan kesiapan siswa dalam presentasi masih kurang, selain itu siswa belum menampakkan interaksi antar siswa dalam kelompok dan interaksi antar kelompok masih kurang siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru. Ketika guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil mereka tidak ada satupun yang mau maju. Karena mereka tidak ada yang mau maju akhirnya guru menunjuk siswa agar mau mempresentasikan tugas mereka, bahkan agar menarik perhatian siswa guru menjanjikan nilai tambahan bagi yang mau maju. Guru lebih menekankan pada penyelesaikan materi dan segi penilaian hasil sedangkan dalam prosesnya belum mendapatkan perhatian yang penuh, dimana siswa tidak dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Pada tindakan I ini, siswa yang mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang mereka belum paham masih jarang sekali, hal ini mungkin terjadi karena mereka masih belum terbiasa. Namun pada pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai dapat mengikuti pelajaran dan mulai memperhatikan penjelasan dari guru. 1) Hasil Angket Minat Belajar Siswa Siklus I Angket minat belajar siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui informasi mengenai minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan komik pada siklus I. Hasil angket minat belajar untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran. Hasil angket minat belajar siswa untuk setiap indikator adalah sebagai berikut: Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus I No Indikator Persentase (%) 1 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung 2 Siswa selalu siap saat ditunjuk guru 3 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 80.25 78.46 79.48 49 4 Siswa sering mengajukan pertanyaan 5 Siswa selalu ingin tahu banyak 6 Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar 7 Siswa selalu menginginkan lebih 8 Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri 9 Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya 10 Siswa menyenangi materi belajar 11 Siswa bersemangat dalam belajar 12 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh 13 Siswa giat dalam belajar 79.48 80.76 80.51 73.84 79.82 79.65 80.17 80.25 79.61 80.51 Jumlah 1002.86 Rata-rata 77.05 2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran. Observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran dituliskan pada lembar observasi. Persentase tiap indikator observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I. Keterlaksanaan No Kegiatan (Guru) Keterangan Ya Tidak 1. Memberikan apersepsi dan motivasi di awal baik √ pembelajaran. 2. Menyajikan pelajaran secara garis besar. baik √ 3. Menjelaskan langkah-langkah Group baik √ Investigasi (GI). 4. Membimbing siswa dalam kegiatan Group baik √ Investigasi (GI). 5. Membimbing menginvestigasi dengan kurang √ sumber yang ada. Memberikan waktu untuk mendiskusikan 6. baik √ gagasan anggotanya dalam tiap kelompok. 7. Membimbing siswa dalam proses kurang √ pembahasan kategori dalam kelompok. 50 8. 9. 10. 11. 12. 13. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas. Membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab Memberikan hasil investigasi terkait materi pelajaran. Memberikan kesempatan bertanya dan mengajukan pendapat kepada siswa. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran Mengadakan evaluasi pembelajaran. √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran materi pertemuan ke1 dan ke-2 dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan salam dan mengabsen siswa. Pada siklus I guru belum memaksimalkan siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas, kadang siswa ada yang belum siap saat presentasi. Guru masih kurang dapat mengarahkan siswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik, pembagian kelompok berdasarkan materi yang dipilih oleh siswa memakan waktu yang cukup lama sehingga ketika jam pelajaran selesai proses pembelajaran belum diakhiri. Peran guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa sudah cukup baik meskipun hal ini belum dapat ditanggapi siswa dengan baik. Selama kegiatan pembelajaran guru tidak sepenuhnya melepas siswa untuk belajar sendiri, hal ini mengingat usia dan tingkatan pendidikan mereka. Guru sebagai fasilitator, tetap memantau kegiatan pembelajaran selama di kelas dan mengarahkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada saat presentasi berlangsung, guru berperan sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Hasil keterlaksanaan tahapan pembelajaran guru dapat dilihat pada lampiran. Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I. Keterlaksanaan No Kegiatan (Siswa) Keterangan Ya Tidak 1. Memperhatikan dan mendengarkan baik √ penjelasan guru dengan seksama. 51 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Menerima media komik berisi materi pembelajaran dari guru. Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai dengan materi. Membentuk kelompok sesuai topik. Membagi tugas dengan anggota kelompok. Melakukan investigasi dengan dengan anggota kelompok. Aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan kategori di depan kelas. Aktif mencatat dan meringkas penjelasan guru/teman. Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya jawab. Aktif dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Aktif menjawab pertanyaan dari guru. Menyimpulkan dan merangkum pelajaran. √ baik √ baik √ √ baik baik √ baik √ kurang √ baik √ baik √ baik √ baik √ √ kurang baik d. Analisis dan Refleksi Tindakan I Pada siklus I kegiatan difokuskan pada perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. dari hasil penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat diketahui dari nilai : 1) Angket Minat Belajar Siswa dalam KBM di kelas Siklus I Berdasarkan nilai yang didapat dari pengisian angket minat belajar siswa, dapat diketahui bahwa nilai minat belajar dalam KBM di kelas VII B mempunyai rentang nilai 73% - 80% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 79,45%. Angka tersebut menunjukan rata-rata persentase indikator minat belajar siswa mengalami peningkatan yakni sebesar 6.19% dari rata-rata minat belajar siswa pra siklus. Minat belajar siswa dapat meningkat karena kegiatan pembelajaran pada siklus I berbeda sama sekali jika dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pada kondisi awal (pra siklus) sehingga memberikan pengalaman baru bagi siswa. 52 Pengaruh penggunaan media komik dengan penerapan pembelajaran Group Investigation dapat diamati terutama pada pertemuan pertama, perhatian siswa terpusat oleh kondisi baru pembelajaran di kelas mereka, perhatian siswa terpusat oleh penjelasan guru maupun saat siswa sedang melakukan presentasi menjelaskan dengan menggunakan media komik, karena ada gambar yang menarik sehingga siswa menyenangi materi yang sedang dipelajari. Seluruh nilai rata-rata indikator pada angket minat belajar siswa siklus I mengalami peningkatan persentase dari nilai rata-rata indikator angket minat belajar siswa pra siklus. Indikator yang diketahui memiliki nilai tertinggi ditempati oleh indikator nomer 5 (Siswa selalu ingin tahu lebih) sebesar 80,76% sedang indikator terendah adalah indikator nomer 7 (Siswa selalu menginginkan lebih) sebesar 73,84%. Penyebab peningkatan nilai rata-rata indikator pada angket minat belajar siswa adalah karena siswa mengindentifikasikan dan merangkaikan bagian-bagian yang relevan dan penting sehingga diketahui perhatian siswa terpusat pada pelajaran. Hal inilah yang merupakan indikator riil minat belajar. Pada saat pembelajaran Biologi berlangsung, beberapa siswa tidak mau mengusahakan mencari dan membawa sumber lain, sehingga siswa hanya berharap mengunakan buku yang dibawa dan media komik, hal ini juga terlihat dari capaian indikator siswa selalu menginginkan lebih yang hanya mencapai 73,84% 75%. sedangkan target yang telah ditentukan adalah sebesar 53 Gambar 7. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus 1. 2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I Keterlaksanaan tahapan pembelajaran Siklus I pada pelaksanaan metode pembelajaran Group Investigation sudah cukup baik. Hasil observasi menunjukkan bahwa keterlaksanaan tahapan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Pada beberapa item belum terlaksana secara baik dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Tetapi terdapat beberapa item sudah terlaksana dengan baik yaitu pada pembelajaran siklus I guru membimbing menginvestigasi dengan dalam kegiatan Group Investigasi (GI), guru belum mampu membimbing jalannya presentasi sehingga banyak waktu yang terbuang untuk membujuk siswa mempresentasikan hasil investigasi didepan kelas, guru mampu menggunakan metode pembelajaran dengan tepat, memberikan hasil investigasi terkait materi pelajaran. Kegiatan siswa sesuai dengan tahapan pembelajaran belum terlaksana dengan baik, dalam beberapa tahapan siswa belum melaksanakannya dengan baik, seperti pada kegiatan aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan 54 kategori di depan kelas. Pada kegiatan presentasi, siswa tidak memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya sehingga siswa lebih ada rasa malu, takut dan belum berani sehingga harus dibujuk oleh guru. Jika diberi pertanyaan, tidak semua siswa berani menjawab pertanyaan secara individu. Pada kegiatan mencatat juga masih terdapat kekurangan, karena belum semua siswa mencatat dan meringkas penjelasan yang disampaikan guru atau teman. Sebagian besar siswa menyatakan malas mencatat dikarenakan sudah mempunyai buku paket dan LKS. Siswa yang lain juga menyatakan bahwa mereka tidak membuat catatan karena guru maupun teman memberikan penjelasan dengan cepat sedangkan siswa tidak bisa membuat catatan dengan cepat akibatnya sering tertinggal dan memilih untuk tidak membuat catatan. Nilai presentasi siswa didapatkan dari struktur penyajiaanya, usaha memaksimalkan media komik yang disediakan, dengan hasil diskusi yang dipresentasikan didepan kelas. 3) Evaluasi Proses pembelajaran kognitif dapat ditunjukkan dengan hasil ketuntasan belajar siswa dalam bentuk nilai. Nilai siswa digunakan sebagai data pendamping. Nilai siswa diharapkan meningkat jika minat belajar siswa meningkat. Seperti yang telah disebutkan diatas ketuntasan klasikal meningkat setelah diberikan penerapan metode pembelajaran Group Investigation. Kepuasan siswa terhadap penggunaan media komik dapat diperoleh dari hasil pengisian angket. Pada siklus I ini persepsi siswa terhadap media sudah mengalami peningkatan. Siswa tertarik dan merasa lebih jelas dalam penyampaian materi dengan media yang digunakan, hal ini terlihat dari besarnya rata-rata persentase yang didapat. Tetapi kejelasan media dalam menjelaskan prinsip materi yang diajarkan masih kurang, hal ini dikarenakan siswa belum mampu menangkap inti dari pokok materi yang dijelaskan disebabkan juga karena siswa lebih tertarik memperhatikan gambargambar komik yang ada dan mencoret-coret gambar tambahan yang tidak penting. media komik merupakan hal yang baru bagi siswa, karena selama ini guru belum memanfaatkannya untuk pembelajaran. Hasil temuan-temuan yang didapat pada siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan yaitu siswa belum melaksanakan investigasi materi secara maksimal, 55 hasil yang dipresentasikan masih kurang jelas dan menarik, sehingga siswa-siswa yang lain kurang memperhatikan dan kurang antusias sehingga mempengaruhi tingkat penguasaan materi dan proses pembelajaran kurang optimal dan siswa malu untuk bertanya. Penerapan pembelajaran kooperatif metode Group Investigation dengan menggunakan media komik pada tindakan I belum dapat dilaksanakan secara optimal, sebab siswa masih nampak belajar secara individual dan sangat tergantung pada instruksi guru. Pada siklus ini kegiatan investigasi hanya dengan menggunakan buku referensi dan komik sehingga tidak ada kegiatan laporan kegiatan lapangan. Upaya yang harus dilakukan peneliti adalah mengadakan perbaikan pada siklus II agar pembelajaran lebih optimal. 2. Siklus II Siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I. Perbedaannya terletak pada tahap perencanaannya. Perencanaan pada siklus II tergantung pada hasil refleksi siklus I. a. Perencanaan Tindakan Proses kegiatan pembelajaran masih berpusat pada aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II berbeda dengan materi pada siklus I, yaitu Pencemaran Lingkungan. Model pembelajaran yang digunakan juga sama seperti pada siklus I, yaitu Group Investiation dengan menggunakan media komik tetapi pelaksanaan kegiatan dilakukan diluar lapangan. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan (4 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian yang digunakan pada siklus I. Perencanaan tindakan siklus II ini peneliti bersama guru mengadakan perbaikan yang akan dilakukan yaitu agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran, lebih maksimal dalam pelaksanaan investigasi materi pelajaran dan presentasi hasil investigasi lebih 56 mudah dipahami oleh siswa-siswa yang lain. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain: 1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi yang akan di pelajari pada pembelajaran selanjutnya serta memberi pekerjaan rumah. 2. Guru memberi semangat kepada siswa yang belum mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok dengan memanggil namanya, menumbuhkan rasa percaya diri bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan masing-masing agar siswa tidak malu dan takut untuk mengeluarkan pendapat. Guru memberikan pujian kepada siswa yang mengeluarkan pendapat sehingga siswa lain berusaha untuk berpendapat. 3. Guru memberi penjelasan kepada setiap kelompok agar melaksanakan investigasi materi secara maksimal, yaitu dari hasil diskusi kelompok, LKS, buku-buku yang relevan maupun internet sehingga mendapat pengetahuan yang lebih luas. 4. Pada saat presentasi, setiap kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan hasil investigasi menggunakan gambaran komik atau OHP agar menarik bagi semua siswa. 5. Pada saat pembelajaran berlangsung, bagi siswa yang mengantuk diberikan kesempatan untuk mencuci muka agar bisa kembali mengikuti pelajaran dengan segar. Siswa yang ramai akan ditegur dan diperingatkan, untuk mengatasi siswa yang malas diberikan pengawasan secara berkeliling. Siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, dipanggil namanya kemudian diberi pertanyaan tentang materi pelajaran sehingga akan mengembalikan perhatian pada pelajaran. 6. Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, guru menghampiri siswa yang perlu bantuan, serta menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran dimana siswa nyaman dalam belajar, tidak merasa tegang, takut, dan malu untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 7. Adanya perbaikan pada indikator yang belum mencapai target yang dicapai. 57 8. Kegiatan investigasi dapat diperluas dengan kegiatan laporan kegiatan lapangan sehingga siswa tahu dan menjalani kegiatan yang dikerjakan. Perbaikan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I. Metode dan langkah-langkah pembelajarannya sama, hanya saja harus memperhatikan hasil refleksi pada siklus I yaitu dengan memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam perencanaan tindakan siklus II. Siklus II ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dalam setiap akhir pertemuan dilaksanakan kegiatan observasi selama KBM berlangsung dan angket minat belajar siswa. Pada pertemuan sebelumnya guru telah memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi Pencemaran Lingkungan di rumah. Pertemuan pertama, guru membuka pelajaran kemudian melaksanakan presensi. Kehadiran siswa adalah 100 % (masuk semua). Guru memberikan kilas balik dari pertemuan pada siklus I, kemudian menyampaikan materi Pencemaran Lingkungan secara umum dan membagi materi menjadi 8 sub topik. Siswa yang memilih sub topik yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian menginvestigasi sub topik yang telah dipilih. Terbentuk 8 kelompok sesuai dengan sub topik masing-masing. Siswa dalam kelompok masing-masing merencanakan tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya dari sub topik yang diperoleh. Setiap siswa dalam kelompok berperan aktif dalam kegiatan investigasi yang hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk melengkapi hasil investigasi di lapangan dan memberi kebebasan dalam mempresentasikan hasil investigasi. Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan presentasi menggunakan gambaran komik atau OHP. Observasi sintak pembelajaran dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. . kegiatan 58 Pertemuan kedua, pertemuan ini melanjutkan presentasi bagi kelompok yang belum melaksanakan presentasi. Hasil investigasi materi yang dipresentasikan oleh siswa lebih lengkap dan terarah, sehingga siswa lebih mudah memahami. Guru tetap sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Guru memberikan pertanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Setiap kelompok yang telah melaksanakan presentasi akan mendapat pertanyaan dari siswa-siswa kelompok lain tentang materi yang masih belum dipahami, sehingga semua siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi dan presentasi. Pada akhir pertemuan, guru memberikan kilas balik materi, membahas pertanyaan yang belum terjawab oleh siswa dan memberikan kesimpulan materi bersama-sama dengan siswa. Guru dan siswa melaksanakan observasi kegiatan pembelajaran pada sintak pembelajaran dan peneliti memberikan angket minat belajar untuk siklus II dan data pendamping angket penggunaan media komik dan test yang dilaksanakan dengan metode pembelajaran Group Investigation. c. Observasi dan Evaluasi Pada tindakan II subjek penelitin sudah mulai terlihat adanya perhatian dan motivasi belajar siswa yang lebih besar dibandingkan pada siklus I. Hal ini tampak dari keberanian siswa untuk bertanya dan mngemukakan pendapatnya pada waktu presentasi. Kerja kelompok juga menunjukkan interaksi yang efektif pada pengerjaan lembar diskusi siswa. Hasil observasi mengenai minat belajar siswa dalam pembelajaran menunjukkan sudah banyak siswa yang meminta guru menjelaskan kembali hal-hal yang dianggap kurang jelas, antusias menjawab pertanyaan dari guru, mendengarkan penjelasan guru, memperhatikan ke papan tulis ketika guru mencatat, mencatat ketika guru menjelaskan hal-hal yang penting, dan bersikap tenang pada saat KBM sedang berlangsung terutama ketika guru sedang mempresentasikan materi. Dari hasil penelitian, hasil pembelajaran dengan model pembelajaran koopratif metode Group Investigation pada siklus II dapat diketahui dari nilai minat belajar siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut: 59 1) Angket Minat Belajar Siswa dalam KBM di kelas Siklus II Angket minat belajar siswa pada siklus II berupa angket tertutup yang berfungsi untuk menggali informasi mengenai peningkatan minat belajar siswa kelas VIID SMP Negeri 10 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media komik. Hasil angket minat belajar untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran. Berikut ini adalah tabel hasil angket minat belajar siswa untuk setiap indikator: Tabel 14. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus II. No Indikator Persentase (%) 1 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang 83,58 berlangsung 2 Siswa selalu siap saat ditunjuk guru 3 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 82,82 83,07 4 Siswa sering mengajukan pertanyaan 83,58 5 Siswa selalu ingin tahu banyak 81,28 6 Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar 82,56 7 Siswa selalu menginginkan lebih 8 Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri 81,53 83,07 9 Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya 82,56 10 Siswa menyenangi materi belajar 82,73 11 Siswa bersemangat dalam belajar 81,53 12 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh 81,92 13 Siswa giat dalam belajar 81,923 Jumlah Rata-rata 1072,22 82,47 2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II Data observasi keterlaksnaan tahapan pembelajaran siklus II tiap indikator siklus II dapat disajikan pada tabel berikut: 60 Tabel 15. Persentase Capaian Setiap Indikator Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran siklus II. No Kegiatan (Guru) 1. Memberikan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran. Menyajikan pelajaran secara garis besar. Menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI). Membimbing siswa dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Membimbing menginvestigasi dengan sumber yang ada. Memberikan waktu untuk mendiskusikan gagasan anggotanya dalam tiap kelompok. Membimbing siswa dalam proses pembahasan kategori dalam kelompok. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas. Membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab Memberikan hasil investigasi terkait materi pelajaran. Memberikan kesempatan bertanya dan mengajukan pendapat kepada siswa. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran Mengadakan evaluasi pembelajaran. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Keterlaksanaan Ya Tidak √ Keterangan baik √ √ baik baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik Tabel 16. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II. No 1. 2. Keterlaksanaan Ya Tidak Memperhatikan dan mendengarkan √ penjelasan guru dengan seksama. Menerima media komik berisi materi √ pembelajaran dari guru. Kegiatan (Siswa) Keterangan baik baik 61 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai dengan materi. Membentuk kelompok sesuai topik. Membagi tugas dengan anggota kelompok. Melakukan investigasi dengan dengan anggota kelompok. Aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan kategori di depan kelas. Aktif mencatat dan meringkas penjelasan guru/teman. Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya jawab. Aktif dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Aktif menjawab pertanyaan dari guru. Menyimpulkan dan merangkum pelajaran. Pada pembelajaran siklus II, sudah √ baik √ √ baik baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ baik √ √ baik baik terlihat adanya perbaikan keterlaksnaan tahapan pembelajaran siklus II. Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. Pada siklus II ini materi yang disampaikan berbeda dengan siklus I yaitu Pencemaran Lingkungan. Kegiatan pembelajaran melalui dua tahap. Pada tahap pertama, guru membagi materi Pencemaran Lingkungan menjadi 8 sub topik, selanjutnya setiap kelompok melakukan investigasi materi. Tahap kedua, hasil investigasi kelompok dipresentasikan di kelas dan akhir siklus diberi evaluasi. Guru memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Serangkaian kegiatan guru pada siklus II telah memperlihatkan upaya-upaya peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan media komik dan membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran dengan metode Group Investigation dengan baik. Guru memberikan semangat kepada siswa, membangkitkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa setiap siswa mampu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok, guru 62 memberikan arahan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan sehingga siswa harus saling bekerja sama dalam kelompok tanpa memilih-milih teman. Guru lebih memberikan penekanan agar siswa tidak egois pada kemampuan masingmasing tetapi harus mampu belajar dan bekerja sama dalam kelompok. Kegiatan siswa sesuai dengan tahapan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, dalam beberapa tahapan siswa sudah melaksanakannya dengan baik, seperti pada kegiatan menganalisis dan menjawab pertanyaan. Pada kegiatan menganalisis, siswa memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya sehingga siswa lebih memilih bertanya kepada teman maupun guru tanpa berusaha menyelesaikannya sendiri terlebih dahulu. Jika diberi pertanyaan, hampir semua siswa berani menjawab pertanyaan secara individu. Pada kegiatan mencatat semua siswa mencatat dan meringkas penjelasan yang disampaikan guru atau teman. Dan siswa pada akhir pertemuan berani menyimpulkan pelajaran bersama guru. Nilai presentasi siswa didapatkan dari struktur penyajiaanya, usaha memaksimalkan media komik yang disediakan, dengan hasil diskusi yang dipresentasikan didepan kelas, siswa lebih berani untuk bertanya dan berpendapat. 3) Evaluasi Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes tertulis yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Pencemaran Lingkungan. Hasil tes kognitif seluruh siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran. Selain itu, data hasil tes juga disajikan dalam bentuk capaian ketuntasan klasikal. Pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari. Bentuk pertanyaan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, sedikit berbeda dengan jumlah soal pada siklus I. d. Analisis dan Refleksi Tindakan Observasi menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang cukup besar. Guru sudah mengerti dan memahami kekurangankekurangannya pada pelaksanaan siklus I dan mempunyai solusinya yaitu pada materi selanjutnya, siswa melaksanakan investigasi materi dengan lebih lengkap dan jelas untuk selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. Materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II ini berbeda dengan materi pada pembelajaran siklus I. 63 Pada pembelajaran siklus II ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator, membimbing jalannya investigasi kelompok, presentasi kelompok dan tanya jawab. Guru memberikan petanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Guru lebih menekankan pada pentingnya kerja sama dalam kelompok, menghargai pendapat teman dan saling menghargai antar kelompok. Sehingga penerapan metode Group Investigation dengan penggunaan komik berupaya agar minat belajar siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. 1) Hasil Angket Minat Belajar Siswa Berdasarkan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran siklus II berkisar antara 81,28% - 83,59%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 82,47%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase indikator minat belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 2,31% dari siklus I (79,45%). Persentase indikator tertinggi diduduki oleh indikator 1 (Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung) yaitu sebesar 83,58%. Indikator terendah diduduki oleh indikator 5 (Siswa selalu ingin tahu banyak) yaitu sebesar 81,28%. Meskipun demikian, persentase indikator 5 mengalami peningkatan yaitu 1,48% dari 80,76% pada siklus 1 meningkat menjadi 81,28% yang berarti terjadi peningkatan siswa ingin tahu banyak hal. Walaupun peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sedikit, tetapi sudah menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa perangsangan media komik dengan penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran. Minat belajar siswa siswa dalam pembelajaran Group Investigation ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam investigasi kelompok, saling bertukar pendapat, siswa memperhatikan dan aktif dalam presentasi kelompok, siswa bertanya kepada kelompok presentator dan berani menjawab pertanyaan, siswa ingin tahu lebih dan kebutuhan siswa terpenuhi. 64 Gambar 9. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus II. 2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Keterlaksanaan tahapan pembelajaran siklus II pada pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode Group Investigation semakin baik. Hasil observasi terhadap keterlaksanaan tahapan pembelajaran menunjukkan bahwa pada siklus II memiliki hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I. mengenai keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa secara keseluruhan tahapan pembelajaran aktif Group Investigation disertai media komik sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan pembelajaran ini dapat dilihat dari dua pihak yaitu pihak guru dan pihak siswa yang masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran yang saling mendukung. Pada awal pembelajaran, guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat mengantarkan siswa kepada 65 materi Pencemaran kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi pelajaran secara garis besar. Guru menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI). Guru juga membimbing kegiatan menginvestigasi dengan sumber yang ada dan selanjutnya meminta siswa untuk mempresentasikan informasi masing-masing di depan kelas. Seiring kegiatan presentasi, guru bertugas membimbing dan memberikan poin-poin penting yang terkait dengan materi pelajaran, serta memberikan kesempatan kapada siswa untuk bertanya. Pada kegiatan pembelajaran, sorot mata siswa tertuju pada penjelasan guru dan bersikap tenang serta menyimak pelajaran dengan baik. Setelah siswa menerima media komik mengenai Pencemaran, siswa mengusulkan topik kemudian membentuk kelompok berdasarkan topik yang sama. Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dan menginvestigasi hasil diskusi kelompok didepan kelas. Kegiatan pembelajaran tersebut dilanjutkan dengan kegiatan presentasi oleh tiap-tiap kelompok. Setiap siswa dalam satu kelompok mempresentasikan hasil investigasi apa yang disampaikan. Kegiatan presentasi siswa memperhatikan penjelasan guru maupun presentasi yang dilakukan oleh teman dengan seksama dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab yang dibimbing oleh guru. Jika menjumpai kesulitan atau ingin menyampaikan siswa terlihat berani dan aktif dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat maupun menanggapi pendapat. Siswa juga mencatat hal-hal yang penting dari pelajaran dan yang disampaikan. Pada akhir pembelajaran, siswa membuat ringkasan materi Pencemaran. Variasi langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikemas secara menarik sehingga guru dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran. Guru mampu membimbing jalannya diskusi dan presentasi kelompok. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menghampiri siswa yang membutuhkan bantuan dan juga menegur siswa yang mengganggu kelas. Guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir pembelajaran dan menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa. 66 Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan gambaran kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga memberikan hasil yang positif dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran. B. Antar Siklus Observasi dan evaluasi dilakukan terhadap siklus I dan siklus II yang dilaksanakan dengan menggunakan angket dan lembar observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran, serta data pendamping angket kepuasan penggunaan media komik dalam pembelajaran dan test menghasilkan perubahan data pada hasil tindakan. Berikut adalah sajian data antara pra siklus, siklus I dan siklus II serta analisanya: 1. Hasil Angket Minat Belajar Siswa Hasil angket afektif siswa untuk setiap indikator pada pra siklus, siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 19. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Antar Siklus No Indikator Pra siklus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung Siswa selalu siap saat ditunjuk guru Siswa fokus terhadap materi pelajaran Siswa sering mengajukan pertanyaan Siswa selalu ingin tahu banyak Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar Siswa selalu menginginkan lebih Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya Siswa menyenangi materi belajar Siswa bersemangat dalam belajar Persentase Siklus I Siklus II 72.82 76.41 74.35 76.41 71.79 80.25 78.46 79.48 79.48 80.76 83.58 82.82 83.07 83.58 81.28 67.86 69.23 80.51 73.84 82.56 82.73 71.11 79.82 83.07 70.59 75.04 75.64 79.65 80.17 80.25 82.56 82.73 81.53 67 12 13 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh Siswa giat dalam belajar Jumlah Rata-rata 74.61 76.53 952.43 73.26 79.61 80.51 1002.86 77.05 81.92 81.92 1072,22 82,47 Minat belajar siswa kelas VII B SMP N 10 Surakarta menurut data angket mengalami perubahan yaitu mengalami kenaikan persentase. Rata-rata minat belajar siswa pra siklus adalah sebesar 72.75%, pada siklus I meningkat menjadi 79,94% dan pada siklus II menjadi 82,47%. Minat belajar siswa sudah mengalami peningkatan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar. Diperlukan waktu yang cukup lama dan proses yang lambat dengan perlakuan secara berulang-ulang agar seluruh siswa dapat meminati dengan sungguh-sungguh dalam pembelajaran khususnya pada saat diskusi dan presentasi. Untuk peningkatan persentase rata-rata setiap indikator angket minat belajar siswa dapat divisualisasikan dalam diagram sebagai berikut: Gambar 11. Grafik Persentase Tiap Indikator Antar Angket Minat Belajar 68 Persentase setiap indikator pada angket minat belajar siswa mengalami peningkatan dari pra siklus sampai dengan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran meningkat. Sehingga guru dan siswa harus berusaha untuk mengembangkannya.Pada siklus II masing-masing indikator sudah mencapai target yang diharapkan. 2. Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran Data persentase capaian untuk setiap indikator yang diproleh dari hasil observasi keterlaksanaan tahap pembelajaran untuk setiap siklus dapat ditunjukkan dengan tabel berikut: Tabel 21. Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran Guru. No. Kegiatan (Guru) 1. Memberikan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran. Menyajikan pelajaran secara garis besar. Menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI). Membimbing siswa dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Membimbing menginvestigasi dengan sumber yang ada. Memberikan waktu untuk mendiskusikan gagasan anggotanya dalam tiap kelompok. Membimbing siswa dalam proses pembahasan kategori dalam kelompok. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas. Membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab Memberikan hasil investigasi terkait materi pelajaran. Memberikan kesempatan bertanya dan mengajukan pendapat kepada siswa. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran Mengadakan evaluasi pembelajaran. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Keterlaksanaan dalam Pembelajaran Siklus I Siklus II baik baik baik baik baik baik baik baik kurang baik baik baik kurang baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik 69 Tabel 22. Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran Siswa No. Kegiatan (Guru) 1. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. Menerima media komik berisi materi pembelajaran dari guru. Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai dengan materi. Membentuk kelompok sesuai topik. Membagi tugas dengan anggota kelompok. Melakukan investigasi dengan dengan anggota kelompok. Aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan kategori di depan kelas. Aktif mencatat dan meringkas penjelasan guru/teman. Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya jawab. Aktif dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group Investigasi (GI). Aktif menjawab pertanyaan dari guru. Menyimpulkan dan merangkum pelajaran. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Keterlaksanaan dalam Pembelajaran Siklus I Siklus II baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik kurang baik baik baik baik baik baik baik baik baik kurang baik baik baik Pada table 21 dan 22 observasi keterlaksanaan tahap pembelajaran diatas menunjukkan bahwa keterlaksanaan tahap pembelajaran semakin terlihat meningkat seiring dengan pergantian siklus. Pada siklus I, pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai media komik belum dilaksanakan secara optimal karena masih terdapat beberapa langkah yang belum dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai media komik. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan apersepsi dan motivasi yang diikuti oleh siswa dengan baik. Apersepsi yang diberikan guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengantarkan siswa sampai pada materi yang akan dipelajari. 70 Kegiatan pembelajaran dilanjutkan sesuai dengan tahapan pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai media komik, hanya saja pada siklus I masih terdapat beberapa tahapan pembelajaran yang belum dilaksanakan dengan baik, yaitu pada langkah ke-delapan yaitu guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas. Pada saat siswa sedang melakukan presentasi dari hasil investigasi, siswa merasa tidak percaya diri, malu, dan takut. Sehingga waktu terbuang sia-sia yang menunggu siswa waktu presentasi. Permasalahan lain yang terjadi pada siklus I adalah pada saat kegiatan Group Investigasi (GI). Guru tidak menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI) dengan jelas dan bahasa yang komunikatif, akibatnya siswa tidak memahami langkah-langkah Group Investigasi (GI) dengan baik dan menyebabkan siswa mengalami sedikit kebingungan. Hal tersebut menyebabkan kegiatan Group Investigasi (GI) menjadi tidak efektif dan memerlukan banyak waktu. Pada pembelajaran siklus I, siswa belum memiliki keberanian untuk menjawab pertanyaan secara individu yang dilemparkan oleh guru tanpa harus ditunjuk oleh guru. Siswa merasa takut jika jawaban yang dikemukakan salah, maka akan menjadi bahan tertawaan siswa lain. Oleh karena itu, siswa hanya berani menjawab pertanyaan jika berupa pertanyaan dengan jawaban serempak di dalam kelas. Hasil wawancara dengan guru memberikan informasi bahwa kendala dalam pembelajaran aktif Group Investigasi (GI) disertai media komik adalah karena pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga untuk pengaturannya membutuhkan waktu yang cukup banyak agar siswa benarbenar memahami apa yang harus dilakukan. Pada kegiatan pembelajaran siklus II, semua tahapan pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik karena permasalahan-permasalahan yang terdapat pada siklus I sudah diperbaiki oleh guru. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas, guru membimbing setiap kelompok dengan baik dan memberikan arahan jika siswa mengalami kesulitan. Dengan demikian kegiatan presentasi hasil investigasi menjadi tenang, lancar dan semua siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Pada siklus II juga siswa juga terlihat mampu menganalisis permasalahan 71 yang muncul melalui usaha sendiri dengan membaca buku dan menghubungkan dengan materi pelajaran, jika belum menemukan jawaban dari permasalahan tersebut, siswa mendiskusikannya dengan siswa lain dalam satu kelompok. Pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai media komik diawali dengan guru menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI) terlebih dahulu dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa jika terdapat siswa yang belum mengerti langkah-langkah Group Investigasi (GI) tersebut. Selama kegiatan Group Investigasi (GI) siklus II berlangsung, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran Pencemaran yang kemudian dijawab siswa dengan berani tanpa harus ditunjuk oleh guru. Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran pada siklus II juga menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih efektif jika dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan angka persentase jumlah skor setiap indikator angket penggunaan media komik menunjukan peningkatan yang berarti pada setiap pergantian siklus. Penggunaan media komik dalam pembelajaran pada penelitian dapat menghindarkan kebosanan siswa pada pembelajaran dan sebagai referensi buku dalam pembelajaran. Tampak pada tampilan suasana kelas pada jam terakhir disetiap siklus sering dijumpai siswa tidak semangat dan berminat dalam mengikuti pelajaran, tidak bergairah, penuh kelesuan dan kurang bersahabat. Sehingga mnyebabkan suasana kelas menjadi kurang kondusif, agar menarik siswa bersemagat lagi dengan memberikan sedikit hiburan berupa pembelajaran yang menggunakan media komik. E. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media komik oleh siswa melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran. Untuk mengetahui adanya peningkatan minat belajar siswa dilihat dengan menggunakan angket minat belajar siswa dan angket 72 kepuasan menggunakan media komik, serta lembar observasi sintak pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa. Pada pelaksaan siklus I, dari hasil pengisian angket minat belajar siswa didapat rata-rata aspek indikator minat belajar adalah 79.45%. Untuk aspek 1 “Perhatian” yang terdiri dari 3 indikator yaitu sorot mata siswa terjutu pada pelajaran sebesar 80.25%, siswa selalu siap saat ditunjuk sebesar 78.46%, dan siswa fokus pada materi sebesar 79.48%. Aspek 2 “Keingintahuan” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa sering mengajukan pertanyaan sebesar 79.48%, siswa ingintahu sebesar 80.76%, siswa giat belajar dan motivasi sebesar 80.51%, siswa menginginkan lebih sebesar 73.84%. Aspek 3 “Motivasi” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa ulet sebesar 79.82%, siswa peka dan responsive sebesar 79.65%, siswa menyenangi materi sebesar 80.17%, siswa bersemangat sebesar 80.25%. Aspek 4 “Kebutuhan” yang terdiri dari 2 indikator yaitu siswa tidak merasa puas dengan hasil yang diperoleh sebesar 79.61%, siswa giat dalam belajar sebesar 80.51% . Apabila hanya dilihat dari nilai rata-rata keempat aspek minat belajar pada angket minat belajar siswa penelitian ini sudah mencapai target yaitu 75%. Tetapi berdasarkan nilai masing-masing indikator pada angket minat belajar siswa belum tercapai, sehingga harus diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya (siklus II). Pada pelaksaan siklus II, rata-rata aspek indikator minat belajar adalah 82,47% yaitu untuk aspek 1 “Perhatian” yang terdiri dari 3 indikator yaitu sorot mata siswa terjutu pada pelajaran sebesar 83.58%, siswa selalu siap saat ditunjuk sebesar 82.82%, dan siswa fokus pada materi sebesar 83.07%. Aspek 2 “Keingintahuan” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa sering mengajukan pertanyaan sebesar 83.58%, siswa ingintahu sebesar 81.28%, siswa giat belajar dan motivasi sebesar 82.56%, siswa menginginkan lebih sebesar 82.73%. Aspek 3 “Motivasi” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa ulet sebesar 83.07%, siswa peka dan responsive sebesar 82.56%, siswa menyenangi materi sebesar 82.73%, siswa bersemangat sebesar 81.53%. Aspek 4 “Kebutuhan” yang terdiri dari 2 indikator yaitu siswa tidak merasa puas dengan hasil yang diperoleh sebesar 81.92%, siswa giat dalam belajar sebesar 81.92% Dari hasil wawancara, siswa 73 yang menyukai adanya penggunaan media komik melalui penerapan metode Group Investigation untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan Group Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran masing-masing sebanyak 39 siswa (95,12%). Berdasarkan hasil angket pada kedua siklus menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan minat belajar siswa dan target tercapai sehingga siklus dapat dihentikan. Minat belajar siswa meningkat dengan adanya penggunaan media komik untuk siswa melalui penerapan metode Group Investigation. Adanya penerapan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik memberikan dampak yang positif yaitu minat belajar siswa dalam pembelajaran meningkat diantaranya siswa berani menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami. Siswa aktif mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok dan memberi masukan pada kelompok lain yang presentasi. Selain itu, siswa juga memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi. Dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa menjadi lebih paham dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa dituntut bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk investigasi materi yang telah dipilih dan mempresentasikannya di depan kelas. Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation ini dapat melatih siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis, meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Proses pembelajaran Group Investigation siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil, kemudian siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan menginvestigasi materi selengkap-lengkapnya, mencari informasi sebanyak mungkin dari berbagai media pembelajaran baik dari buku maupun media komik bersama anggota kelompoknya. Sehingga akan terjadi interaksi antar siswa untuk melaksanakan investigasi dan semua siswa dapat turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan bimbingan atau bantuan pada saat siswa mengalami kesulitan 74 selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau Group Investigation adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Metode pembelajaran Group Investigation merupakan metode pembelajaran yang cukup efektif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi dengan menggunakan metode Group Investigation sudah cukup inovatif sebanyak 39 siswa (95,12%) dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation dapat menambah referensi belajar siswa sebanyak 39 siswa (95,12%). Pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode Group Investigation siswa lebih berkreatifitas dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab. Selain terjadi peningkatan minat belajar, kepuasan menggunakan media komik dan hasil belajar siswa juga meningkat. Siswa tidak hanya berminat dalam pembelajaran tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang baru yaitu adanya penggunaan media komik yang jarang digunakan guru sehingga dapat menvariasikan penggunaan media dalam pembelajaran. Rata-rata kepuasan penggunaan media komik pada siklus I adalah 61,79%, terjadi peningkatan sebesar 22,76% pada siklus II menjadi 84,55%. Hal ini terjadi karena dalam metode Group Investigation dengan menggunakan media komik, siswa dilatih untuk saling bekerja dalam satu kelompok sehingga siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, saling menghormati dan menghargai antar siswa,menghibur siswa dari kejenuhan dalam proses pembelajaran. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 83,25 dan pada siklus II adalah 83,54. Nilai yang diperoleh pada siklus I, masih ada 3 siswa (7,32%) yang belum mencapai batas 75 ketuntasan minimal. Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan hasil yaitu hanya 1 siswa yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa digunakan sebagai data pendamping. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada siswa diperoleh hasil bahwa siswa yang setuju jika penggunaan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat membuat siswa menjadi lebih paham dalam mempelajari materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%), siswa setuju bahwa penggunaan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mempelajari materi biologi sebanyak 34 siswa (82,93%), siswa yang setuju bahwa penggunaan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat membangkitkan semangat untuk mendalami materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%). Dengan adanya metode Group Investigation dengan menggunakan media komik, siswa menjadi lebih semangat, lebih paham dan lebih mudah dalam mempelajari materi biologi sehingga prestasi belajar meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dalam pelaksaannya metode Group Investigation dapat meningkatkan prestasi, meningkatkan motivasi, membantu perkembangan hubungan interpersonal siswa, meningkatkan rasa saling menghormati teman dalam satu kelompok dan antar kelompok. Group Investigation dapat mengubah bentuk kelas ke dalam suatu hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan hubungan timbal balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok, mempererat persahabatan siswa yang bersifat heterogen, kepercayaan dan lebih bersikap positif di dalam pelajaran dan sekolah. Begitu juga dengan penelitian Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa dengan penerapan metode Group Investigation siswa berusaha untuk meningkatkan hasil belajar. Proses pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh minat belajar siswa dalam pembelajaran, tetapi juga sangat tergantung pada kemampuan guru dalam 76 mengembangkan berbagai keterampilan mengajar (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:228). Lembar observasi sintak pembelajaran digunakan untuk melihat keterlaksanaan dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa. Kegiatan kriteria sintak pembelajaran siklus I terdapat beberapa kegiatan yang belum terlaksana dengan baik antara lain guru kurang dapat membagi tugas dengan anggota kelompok sehingga masing-masing siswa bingung mendengar penjelasan guru dan aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil investigasi guru harus membujuk siswa agar mau maju mempresentasikan, sedang siswa dalam mempresentasikan hasil investigasi tidak mempunyai rasa percaya diri sehingga siswa malu dan takut salah dan ditertawakan siswa yang lain, walaupun sudah dilakukan dan pada silus II semua kegiatan pembelajaran berjalan lebih baik lagi baik guru maupun siswa. Setiap siklus guru dan siswa sudah menunjukkan perbaikan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dilakukan oleh guru dan siswa dapat digunakan untuk perbaikan pembelajaran. Dalam pengunaan media komik, siswa sudah mengenal komik tetapi dalam pengaplikasikannya komik digunakan dalam pembelajaran belum pernah, dari hasil pengisian angket pengguanaan media komik pada siklus 1 terjadi peningkatan pada tiap indikator, dan rata-rata indikator sebesar 76.87%. Pada indikator 1 “Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar” sebesar 78.35%, indikator 2 “Penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru” sebesar 76.92%, indikator 3 “Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik” sebesar 74.87%, indikator 4 “Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas” sebesar 73.33%, indikator 5 “Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana” sebesar 77.43%, indikator 6 “Penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan” sebesar 77.94%, indikator 7 “Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan” sebesar 78.46%, indikator 8 “Hasil kerja yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan, dan waktu” sebesar 77.69%. Pada pelaksanaan siklus 2 siswa semakin menyenangi media komik ini terbukti dari hasil pengisian angket angket tiap indicator mengalami peningkatan dengan rata-rata indicator 79.10%, pada indikator 1 “Perhatian dan tindakan 77 nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar” sebesar 80%, indikator 2 “Penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru” sebesar 80.25%, indikator 3 “Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik” sebesar 76.15%, indikator 4 “Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas” sebesar 77.17%, indikator 5 “Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana” sebesar 79.28%, indikator 6 “Penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan” sebesar 78.97%, indikator 7 “Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan” sebesar 80%, indikator 8 “Hasil kerja yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan, dan waktu” sebesar 81.02%. Pemahaman siswa terhadap konsep materi Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes kognitif dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan tabel nilai rata-rata kelas semakin meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pra siklus adalah sebesar 79,48 nilai rata-rata siklus I adalah 89,74 dan siklus II sebesar 100. Hal ini berarti penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta. Berdasarkan capaian ketuntasan belajar siswa semakin mengalami peningkatan. Pada pra siklus capaian ketuntasan sebesar 79,48% sebanyak 10 siswa belum mencapai batas tuntas minimal, selanjutnya setelah penerapan metode pembelajaran Group Investigation menunjukkan peningkatan pada siklus I sebesar 10,36% menjadi 89,74%, yaitu sebanyak 5 siswa belum mencapai batas tuntas. Hal ini berarti proses pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari semakin membaik. Begitu pula pada siklus II terjadi kenaikan persentase menjadi 100%, sehingga siswa mencapai batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. 78 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa kelas VIIB SMP Negeri 10 Surakarta Tahun ajaran 2008/2009. B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 10 Surakarta dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, yaitu bahwa penerapan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada pokok bahasan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. C. SARAN 1. Kepada Kepala Sekolah a. Perlu adanya bimbingan kepada guru IPA Biologi agar lebih terampil menggunakan pembelajaran kooperatif metode Group Investigation dalam menciptakan pembelajaran yang baik. b. Perlu adanya perhatian dan pengawasan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif metode Group Investigation sehingga tercapai proses belajar mengajar yang menjadikan siswa aktif dan dinamis serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 79 2. Kepada Guru Pengajar a. Guru hendaknya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif metode Group Investigation dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada pokok bahasan Pencemaran dan Kerusajan Lingkungan. b. Guru hendaknya mengkaji lebih dalam permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran di kelas. c. Guru hendaknya selalu mengupayakan penggunaan metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan peran serta, minat, dan perhatian siswa sehingga hasil belajar yang dicapai akan lebih optimal. 3. Kepada Peneliti a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti ini disesuaikan penerapannya, terutama hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut dilakukan sehingga hasilnya dapat lebih baik. b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan pada kelas dan materi yang berbeda. 4. Kepada Siswa a. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari siswa lain sebaiknya selalu menularkan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya kepada siswa yang lain dalam kelompoknya. b. Bagi anggota kelompok yang merasa kurang paham terhadap materi jangamn malu-malu dan harus aktif bertanya kepada teman lain yang mempunyai kemampuan lebih. c. Jika ada hal-hal yang merupakan kesulitan kelompok sebaiknya dikonsultasikan dengan guru. 80 DAFTAR PUSTAKA Arends, R. I. 1997. Classroom Intruction And Management. USA: The MC. Graw Hill Companies, Inc. ________ . 2001. Learning to Teach Fifth Edition. New York: Mc. Graw Hill Company. Azhar. 2005. Media Pembelajaran . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2004 . Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana. Boneff. 1998. Komik Indonesia. Jakarta : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia). Enco Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press. Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Joyce. 2000. Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Kartini. 1990. Psikologi Umum. Bandung ; Mandar Maju. Lie, A. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Marcell Bonneff. 1998. Komik Indonesia. Jakarta: Gramedia Miles, M.B & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Karya. 81 Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya. Saktiyono. 2006. IPA Biologi Untuk Kelas VII. Jakarta: Esis Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman, A., Rahardjo., Anung Haryono. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suharsimi, A. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi A, Suhardjono, & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara . Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L. 2009. An Investigative, Cooperative Learning Approach to the General Microbiology Laboratory. CBE-Life Sciences Education. Vol.8, 147–153. Diakses 11 Agustus 2009. Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa Media. _______, R.E. 1985. Learning to Cooperate, Cooperating to Learn. New York and London: Plenum Press. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Syah, M. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tabrani, Atang, Zainal. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. The Liang Gie.1995. Cara Belajar Efisien. Yogyakarta : Liberty Winkel, W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory and Practice. Journal International of Group Investigation. Tersedia http://www.danielzingaro.com/gi.pdf. Diunduh 11 Agustus 2009. di