1 penerapan pembelajaran kooperatif group investigation (gi)

advertisement
1
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP
INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KOMIK UNTUK
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP
NEGERI 10 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Oleh:
NURSETO ARIF SETIAWAN
NIM. X4304017
Pendidikan Biologi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting
bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang
mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas, oleh karena itu harus dilakukan usaha untuk
meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Salah satu usaha agar bangsa
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan
melakukan evaluasi kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh.
Perbaikan pendidikan antara lain ditempuh melalui perbaikan model
yang digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan model pembelajaran yang
tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses belajar mengajar.
Kenyataan di lapangan banyak dijumpai gaya mengajar yang kurang bervariasi
dan belum memanfaatkan kemampuan secara maksimal. Guru kurang
memperhatikan bahwa penggunan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan
proses belajar mengajar yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan kurang
optimal. Banyaknya model yang ada, seorang guru dituntut dapat memilih model
yang tepat untuk mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu karena sebenarnya
tidak ada model pembelajaran yang paling baik, setiap model memiliki spesifikasi
masing-masing. Suatu model pembelajaran tertentu mungkin efektif jika
digunakan untuk mengajarkan topik tertentu, bukan berarti model itu efektif juga
digunakan untuk menyampaikan topik lain.
Hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 10 Surakarta Kelas VII B
tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa 1. metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA
terutama biologi belum bervariasi, pada waktu diskusi pembentukan kelompok
belajar dibentuk oleh guru dan siswa tidak diberi kesempatan untuk memilih
kelompok sehingga yang mengatur semua kegiatan belajar adalah guru dan tidak
3
melibatkan siswa , 2. pada waktu disekolah di adakan razia oleh guru, barang
yang tidak termasuk dalam pembelajaran akan disita dan waktu itu di kelas VII B
ditemukan buku komik sejumlah 20 buku yang dibawa siswa waktu pembelajaran,
setelah kejadian tersebut riilnya siswa menyukai komik, 3. perhatian siswa tidak
tertuju pada pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga terbuka kesempatan
yang besar bagi siswa yang berbuat ramai sendiri dan tidak memperhatikan
pelajaran berlangsung, 4. keingintahuan siswa dalam pelajaran biologi masih
kurang ini ditandai dengan siswa yang tidak membawa buku waktu pelajaran
sebanyak 10 siswa, 5. Guru kurang memotivasi siswa ditandai dengan guru lebih
menekankan segi penilaian produk atau hasil sedangkan penilaian proses belum
mendapat perhatian penuh, artinya siswa tidak sepenuhnya dilibatkan, 6.
kebutuhan materi siswa hanya tergantung dengan guru saja sehingga siswa kurang
menghiraukan buku materi yang kadang ada beberapa siswa tidak membawa, LKS
untuk membaca dan mengerjakan soal-soal.
Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran. Sesuai
dengan kurikulum yang berlaku sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan sebagai upaya
mempersiapkan program dan memberikan pelayanan kepada setiap siswa agar
mereka dapat berkembang secara maksimum sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Guru sebagai fasilitator harus mampu memberikan pelayanan kepada
setiap siswa agar mereka dapat berkembang secara maksimal, sesuai dengan
potensi yang dimiliki dan mampu mewujudkan peluang untuk berprestasi.
Hasil observasi awal menjadi asumsi dasar yang melahirkan gagasan
upaya
mengatasi
permasalahan
dalam
pembelajaran
tersebut
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya metode pembelajaran
GI(Group Investigation) dengan penggunaan media komik untuk meningkatkan
minat belajar siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif GI(Group
Investigation siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar yang lebih kecil.
Cara pengelompokkannya adalah heterogen baik dari prestasi belajar, jenis
kelamin, maupun tingkat sosial ekonomi. Pembelajaran kooperatif adalah suatu
sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait, yaitu a.
4
saling ketergantungan positif; b. interaksi tatap muka; c. akuntabilitas individual;
d. keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial
yang secara sengaja diajarkan.
Prestasi belajar selain dipengaruhi oleh minat siswa mengikuti pelajaran,
juga dipengaruhi oleh kreativitas siswa. Kreativitas dalam proses belajar mengajar
memegang peranan penting. Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas
bukan hanya bekal menciptakan saja, dengan demikian dalam kegiatan belajarnya
siswa yang kreatif akan memperbesar daya kemampuan belajar yang dimiliki
individu yang bersangkutan. Pengembangan kreativitas yang intensif merupakan
salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Siswa yang kreatif akan memperoleh cara bagaimana menyelesaikan masalah
biologi.
Siswa yang kreatif dalam proses belajar mengajar selalu ingin tahu
sehingga saat mengikuti pelajaran selalu aktif bertanya apabila ada materi yang
belum dipahaminya, dimana sifat selalu ingin tahu merupakan salah satu indikator
dari kreativitas. Saat diskusi kelas siswa yang kreatif sering berperan aktif dalam
mengemukakan pendapat untuk menyelesaikan suatu masalah, dengan demikian
siswa yang kreatif akan lebih mengerti tentang materi pelajaran tersebut, sehingga
apabila diadakan test terhadap materi tersebut akan menghasilkan prestasi yang
baik. Ada juga siswa yang kurang kreatif , siswa yang demikian dalam mengikuti
pelajaran rasa ingin tahunya kurang, dan kurang memperhatikan ketika guu
memberikan materi yang berhubungan dengan materi pelajaran walaupun belum
tahu. Sikap tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar
yang dicapai
Penelitian ini mencoba mengkaji penerapan model pembelajaran
kooperatif metode Group Investigation (GI) untuk meningkatkan minat belajar.
Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari
melalui investigasi. Metode pembelajaran Group Investigation (GI) menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
5
ketrampilan proses kelompok. Ketrampilan proses merupakan pendekatan belajar
mengajar yang mengarah kapada pengembangan kemampuan-kemampuan mental,
fisik, sosial yang mendasari penggerak kemampuan dalam diri individu. Jadi
dengan penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan minat belajar siswa yang meliputi aspek perhatian, aspek
keingintahuan, aspek motivasi dan aspek kebutuhan dalam pembelajaran melalui
media komik.
Metode Group Investigation dengan penggunaan media komik
diharapkan dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM.
Dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi dan melatih
kemandirian siswa dalam pembelajaran.
Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka dilakukan
penelitian dengan judul: “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
GROUP INVESTIGATION (GI)
DISERTAI MEDIA KOMIK UNTUK
MENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI
10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 “.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
identifikasi
masalah
dan
pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut, “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif
metode Group Investigation (GI) dengan penggunaan media komik dapat
meningkatkan minat belajar biologi siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta
tahun ajaran 2008/2009“
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan minat belajar dalam pembelajaran biologi pada siswa kelas VII B
SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan penggunaan media
komik.
6
D.Manfaat Penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan metode
Group Investigation (GI) disertai penggunaan media komik sebagai salah
satu media pembelajaran siswa dalam meningkatkan pencapaian hasil
belajar.
b. Memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan
masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan mutu proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa
a. Dapat mengaktifkan daya pikir siswa dengan metode dan media
pembelajaran yang tepat.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
berminat dalam pembelajaran.
3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya
a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada
tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik
pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) disertai Media
Pembelajaran Komik
a. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)
1) Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk
membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran harus disesuaikan dengan
materi dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pembelajaran
keaktifan siswa lebih diutamakan sehingga mereka mempunyai kebebasan yang
bertanggung jawab untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam pemikirannya.
Sistem
pembelajaran
memiliki
tiga
ciri
khas,
yaitu:
rencana,
kesalingtergantungan (interdependence) dan tujuan. Rencana ialah penataan
ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem
pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. Unsur-unsur sistem pembelajaran
saling tergantung (interdependence), serasi dalam suatu keseluruhan. Setiap unsur
bersifat penting, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem
pembelajaran. Sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar secara efisien dan
efektif (Hamalik, 2003: 66).
Proses belajar mengajar memiliki empat komponen yaitu tujuan, bahan,
metode dan alat, serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidaklah berdiri
sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain
(interelasi). Tujuan merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus
dicapai dan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalamannya dan
kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya
adalah hasil belajar.
8
Ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada unsur-unsur dinamis dalam
proses belajar yaitu: a) Motivasi belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang atau suka itu. b) Bahan
belajar, bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. bahan atau materi
belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan
karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. c) Alat bantu belajar, alat bantu
belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membentuk siswa belajar
untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak, media elektronika dan lainlain. d) Suasana belajar, suasana belajar yang dapat menimbulkan aktivitas atau
kegiatan dalam belajar siswa adalah adanya komunikasi dua arah, kegairahan dan
kegembiraan belajar. e) Kondisi siswa yang belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebenarnya adalah upaya guru mengatur unsurunsur dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai.
Pembelajaran dapat terjadi apabila unsur-unsur dinamis dapat terpenuhi. Adanya
motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi
siswa belajar sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Untuk itu,
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peran dan partisipasi siswa, bukan
peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator (memberi
kemudahan pada siswa untuk belajar), motivator dan sebagai pembimbing
(memberi bimbingan kepada siswa yang memerlukan) (Gino dkk, 2000: 36-39).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Para siswa
diharapkan dapat saling membantu, mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing (Slavin, 2008: 4). Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif menurut Arends dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
9
Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
FASE
PERILAKU GURU
Fase 1
Guru menyampaikan tujuan-tujuan
pembelajaran dan memberikan motivasi
Menyampaikan tujuan dan motivasi
belajar pada siswa.
siswa
Fase 2
Guru menyampaikan informasi kepada
siswa
baik
dengan
peragaan
(demonstrasi) atau dengan teks.
Menyampaikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan
kelompok belajar.
Guru
menjelaskan
pada
siswa
bagaimana cara membentuk kelompok
dalam
belajar dan membantu setiap kelompok
membuat perubahan yang efisien.
siswa
Fase 4
Membantu
belajar
kerja
kelompok
Guru membantu kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
dalam
tugas.
Fase 5
Guru mengujikan semua materi
pelajaran atau kelompok-kelompok
menyajikan
hasil-hasil
pekerjaan
mereka.
Mengujikan materi
Fase 6
Guru memberikan cara-cara untuk
menghargai baik usaha maupun prestasi
belajar individu dan kelompok.
Menyediakan penghargaan
( Arends, 1997: 113)
Belajar kooperatif merupakan belajar dengan pendekatan pengajaran
melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar guna mencapai tujuan belajar. Menurut Lie (2005: 29), ”Metode
pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok”.
Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakanya dengan
pembagian
kelompok
asal-asalan.
Pengelompokan
heterogenitas
(keanekaragaman) merupakan ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran ini.
Kelompok
heterogenitas
dapat
dibentuk
dengan
mempertimbangkan
keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta
kemampuan akademis. Menurut Arends (2001: 315) disebutkan bahwa “the tree
10
instructional goals of cooperative learning are academic achievement, acceptance
of diversity and development of social skill”. Hasil belajar pada pembelajaran
kooperatif menurut Arends dapat dilihat pada Gambar 1.
Academic
Achievement
Cooperative Learning
Acceptance
of Diversity
Social Skill
( Arends, 2001: 315)
Gambar 1. Skema Model Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan
utama
yaitu:
pencapaian
akademik,
penerimaan
atau
perbedaan
dan
mengembangkan kemampuan sosial. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan
keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian
tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat
mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan
terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau
pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang
materi atau bahan ajar. Sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik
dalam belajar. Menurut Slavin (2008: 100) ”Pembelajaran kooperatif bukan hanya
sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi
para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan
yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk
memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan”. Kessler (1992: 8),
menyatakan bahwa ”Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok
yang teratur sehingga pembelajaran dipengaruhi oleh pertukaran informasi pada
struktur sosial antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung
jawab untuk kelompok dan diri siswa sendiri serta adanya motivasi untuk
meningkatkan pembelajaran lainya”.
11
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif
dan berkomunikasi. Antara lain keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap
sopan terhadap teman, mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain yang bermanfaat.
Menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja
diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
2) Group Investigation (GI)
Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di
Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di
mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan
kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Menurut
Slavin (24-25 :2008) pada metode ini para siswa dibebaskan membentuk
kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok
ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh
kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan
kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap
kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan hasil penemuan mereka di
hadapan seluruh kelas.
Metode Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik
dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui proses investigasi yang
mendalam.
Metode
ini
menuntut
siswa
untuk
memiliki
kemampuan
berkomunikasi yang baik maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skill). Penggunaan metode Group Investigation umumnya kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang anggota atau siswa
dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga dilakukan
berdasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik
tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi
yang mendalam terhadap berbagai sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan
12
dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan ( Arends, 1997:
121).
Menurut Slavin (2008: 215) bahwa ”Group Investigation tidak akan
dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung
dialog interpersonal, atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari
pembelajaran di dalam kelas”. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara
sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam
kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-sikap
kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran
intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak
sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk
belajar.
Kesuksesan
implementasi
dari
Group
Investigation
sebelumnya
menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Guru dan siswa
melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat
membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai di dalam kelas. Secara
umum adalah guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas, selanjutnya
siswa membagi topik tersebut kedalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah
hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang sama halnya
dengan pertukaran gagasan diantara para siswa. Sebagai bagian dari investigasi,
para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar
kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan
sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan
mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya
dapat menghasilkan buah karya kelompok.
Metode Group Investigation memiliki
tiga konsep utama, yaitu: a)
penemuan (inquiry) yaitu proses dimana siswa dirangsang dengan menghidupkan
pada suatu masalah. Siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap
masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa
13
sendiri atau diberikan oleh guru; b) pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak
dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara
langsung maupun tidak langsung; c) dinamika kelompok, menunjukkan suasana
yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai
sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagi ide dan pendapat
serta saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.
Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa
atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam
merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Kemampuan
perencanaan koperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan
dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek
investigasi berskala penuh (Slavin, 2008: 216).
a) Tahapan Metode Group Investigation (GI)
Arends (1997: 121) mengemukakan enam tahapan kegiatan dalam metode
Group Investigation yaitu:
Tahap 1 : Mengidentifikasikan Topik dan Pembentukan Kelompok
Tahapan ini menekankan pada permasalahan siswa meneliti, mengajukan
topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang
mana berisikan kisi-kisi, dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik
apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama
dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Peran guru
adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi
dan memudahkan pengaturan. Pembentukan kelompok juga penting dalam metode
pembelajaran Group Investigation. Seperti kebanyakan metode pembelajaran
kooperatif,
pelaksanaan
Group
Investigation
dilaksanakan
berdasarkan
ketertarikan kelompok sejak siswa yang mempunyai ketertarikan yang sama akan
memilih subtopik yang sama. Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan
diinvestigasi siswa. Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun
hubungan persahabatan dalam kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru.
Kelompok dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi guru harus memecah kembali jika siswa
14
tidak sesuai dengan subtopik sehingga terjadi perpindahan siswa diantara
kelompok.
Tahap 2 : Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari
Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan
diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta
mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi.
Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil.
Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk
seluruh kelas.
Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi
Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi,
menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota
kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk
mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi
dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.
Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir
Pada
tahap
ini
merupakan
tingkat
pengorganisasian
dengan
mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah
presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota
untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian
setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu
memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.
Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir
Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas
dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi
yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan
dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.
Tahap 6 : Evaluasi
Siswa
memberikan
tanggapan
dari
masing-masing
topik
dari
pengalaman afektif mereka. Guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi
15
proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang
disajikan.
b) Kelebihan dan Kelemahan Metode Group Investigation
Menurut Joyce (2000: 51) dalam ”Metode Group Investigation ini guru
hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat”.
Seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap :
(1) tahap pemecahan masalah, (2) tahap pengelolaan kelas, (3) tahap pemaknaan
secara perorangan. Ditempuhnya tiga tahapan tersebut, diharapkan proses
pembelajaran dapat menghasilkan proses belajar yang lebih baik dan siswa lebih
menyeluruh dalam mendalami materi yang disampaikan oleh guru. Metode Group
Investigation mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode
lainnya yaitu : (1) siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi
yang akan dipelajari, (2) siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, (3) siswa
memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam
mensintesis dan menganalisis, (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam
berdiskusi. Beberapa kekurangan dari metode Group Investigation yaitu : (1) jika
ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka akan menghambat
daripada tujuan pembelajaran, (2) siswa yang tidak cocok dengan anggota
kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam
menyelesaikan tugas, (3) ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaikbaiknya dalam belajar kelompok.
Langkah-langkah metode Group Investigation menurut Slavin dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Langkah-langkah Metode Group Investigatioan (GI)
Perilaku guru
1. Guru membagi modul berisi
kisi- kisi kerja kelompok dan
sub topik materi
2. Guru membagi kelompok
berdasarkan topik yang sama
dan memberi pengarahan
tentang mekanisme kerja
kelompok
Perilaku siswa
1. Siswa memilih sub- sub topik
yang diinginkan
2. Siswa membuat kelompok dan
menyiapkan materi dari sub topik
yang mereka pilih
16
3. Guru menyampaikan materi
pelajaran dan menyuruh siswa
menyiapkan bahan diskusi
4. Guru menyuruh siswa segera
memulai presentasi
5. Guru mengulas hasil presentasi
dan memberi kesimpulan
3. Siswa diskusi dan menyiapkan
materi yang akan disampaikan
dalam presentasi
4. Siswa dalam kelompok 1
presentasi, kelompok 2 sebagai
penanya inti, dan seterusnya
5. Siswa memperhatikan dan
mencatat kesimpulan yang
diberikan guru.
( Slavin, 1985: 730)
Penerapan metode Group Investigation terdapat lima langkah. Pertama,
guru memberikan permasalahan kepada kelas, dan siswa memilih kelompok yang
menarik. Masalah yang dimaksud merupakan bagian yang penting. Guru
sebaiknya tidak menerima dan menolak ide dari siswa. Kedua, kelompok
merencanakan investigasi. Prosedur, tugas, dan tujuan haruslah sesuai dengan
subtopik yang telah dipilih. Ketiga, kelompok mempersiapkan hasil investigasi
menuju langkah selanjutnya. Peran guru dalam tahap ini adalah mengikuti proses
investigasi, memberikan pertolongan ketika dibutuhkan: memberikan saran,
menambah rasa percaya diri siswa, dan lain-lain. Keempat, kelompok
merencanakan presentasi. Kelompok
mengevaluasi yang telah dipelajari dan
mensintesis ke bentuk yang mudah dipahami oleh kelas. Kelima, kelompok
mengatur presentasi. Guru dan siswa mengevaluasi hasil investigasi dan
presentasi. Pada akhir proses ini, kelompok yang mewakili membuat laporan di
depan kelas, menolong anggota kelompok untuk menghargai mereka sebagai
bagian dari unit sosial yang luas. Semangat kelompok meliputi bagaimana siswa
belajar dan memecahkan masalah yang ditemui ketika siswa bekerja dalam
kelompok. Hal ini akan membuat perbedaan antara seseorang yang bekerja dalam
satu tempat dan satu kelompok. Setiap siswa memiliki karakteristik dalam
kelompok dan kemampuan mengungkapkan pendapat. Hal ini penting bagi para
guru untuk memahami bagaimana kerja kelompok yang dilakukan siswa sehingga
dapat memudahkan memberikan fasilitas dalam interaksi antar siswa.
17
Fakta menunjukkan bahwa motivasi intrinsik merupakan hal penting
untuk bekerja melaksanakan tugas dalam kelompok Group Investigation.
Pemilihan subtopik sebaiknya sesuai dengan ketertarikan siswa sehingga
kelompok akan tertarik dan mendapatkan hasil investigasi yang maksimal.
Apabila pemilihan subtopik ditentukan oleh guru, guru harus memilih topik yang
sesuai dengan kehidupan siswa dan meningkatkan pemahaman siswa.
Menurut Zingaro (2008), ”Pembelajaran kooperatif lebih menekankan
pada siswa untuk bekerja dalam kelompok”. Terjadi pergeseran pokok dari guru
sebagai penyedia informasi dan sumber kebenaran menuju guru sebagai
fasilitator. Group Investigation meliputi penggunaan tugas untuk memenuhi
kebutuan dengan mengkombinasi antara usaha dan keterampilan individu setiap
anggota kelompok. Group investigation merupakan salah satu bentuk dari
pembelajaran kooperatif.
Pembentukan kelompok juga penting dalam metode pembelajaran Group
Investigation. Seperti kebanyakan metode pembelajaran kooperatif, pelaksanaan
Group Investigation dilaksanakan berdasarkan ketertarikan kelompok sejak siswa
yang mempunyai ketertarikan yang sama akan memilih subtopik yang sama.
Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan diinvestigasi siswa.
Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun hubungan
persahabatan dalam kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru. Kelompok
dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi guru harus memecah kembali jika siswa tidak
sesuai dengan subtopik sehingga terjadi perpindahan siswa diantara kelompok.
Seifert, K., dkk (2009) menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau
Group Investigation adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai
karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun
pengetahuan siswa itu sendiri, berusahaa meningkatkan hasil belajar dan kepuasan
siswa. Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan tanggung jawab
pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan dan
mendapatkan pengalaman yang berharga.
18
b. Media Komik
Menurut Arief S. Sardiman(1996:6) kata “Media berasal dari bahasa latin
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar”. Sehingga
media adalah perantara kepada penerima pesan.
Menurut Gagne dan Reiser dalam Mulyani dan Johar (2001:152) media
pendidikan atau pengajaran didefinisikan sebagai alat-alat fisik dimana pesanpesan instruksional dikomunikasikan. Menurut Borman dalam Mulyani dan Johar
(2001:153) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat, baik hardware
maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan tujuannya
untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dari beberapa pengertian
tentang media pengajaran yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran.
Sedangkan manfaat media pengajaran bagi siswa menurut Nana Sudjana
dan Rivai (1992:2), adalah antara lain :
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi untuk belajar.
2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah
dipahami dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik.
3) Metode mengajar menjadi lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal sehingga siswa tidak menjadi bosan.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab siswa tidak hanya
mendengar pengajaran guru, tetapi juga melaksanakan aktivitas lain yaitu
mengamati, melakukan, mendemostrasikan dan lain-lain.
Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media
pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam
setiap mata pelajaran sehingga dalam kegiatan
suasana
belajar
yang
menarik
perhatian
pembelajaran dapat tercipta
dengan
memanfaatkan
media
pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, serta pembelajaran dapat
berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi
belajar. Seorang guru dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan
19
memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
Hal serupa dikemukakan oleh Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad
(2005:15) “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa”. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan
data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
memadatkan informasi.
Secara umum eranan media pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut
( Sadiman, 2002 :54 ):
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya, indra.
3) Media pendidikan secara tepat dan variasi dapat diatasi dengan sikap pasif anak
didik.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda-beda, masalah ini dapat diatasi dengan media
pendidikan. Dengan kemampuannya: a) memberikan perangsang yang sama,
b) mempersamakan pengalaman, c) menimbulkan persepsi yang sama.
Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau
tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan
materi, tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai tujuan yang ingin
dicapai. Media pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan
kompleksitas
materi
pembelajaran.
Karena
setiap
materi
pembelajaran
mempunyai kekhasan dan kekompleksitasan yang berbeda-beda. Media
pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Setiap
siswa mempunyai kemampuan dan gaya yang berbeda. Sehingga, guru perlu
memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut. Media yang digunakan juga
20
harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Keefektivitasan media bukan diukur
dari mahal atau tidaknya media melainkan efektif dalam penggunaanya dan juga
efisien waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, media yang digunakan harus sesuai
dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Media secanggih apapun,
tidak akan dapat menolong tanpa kemampuan teknis mengoperasikannya. Oleh
karena itu, sebaiknya guru mempelajari dahulu cara mengoperasikan dan
memanfaatkan media yang akan digunakan.
Komik merupakan bentuk kartun dimana perwatakan sama membentuk
suatu cerita dalam urutan-urutan gambar yang berhubungan erat dan dirancang
untuk menghibur para pembaca, walaupun komik telah mencapai popularitasnya
secara luas terutama sebagai medium hiburan, beberapa materi tertentu dalam
penggolongannya ini memiliki nilai edukatif yang tidak diragukan. Pemakaiannya
yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita yang ringkas, dengan perwatakan
orang yang realistis menarik semua siswa dari berbagai tingkat usia. Buku-buku
komik dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha
membangkitkan
minat,
mengembangkan
perbendaharaan
kata-kata
dan
ketrampilan membaca, serta memperluas minat baca ( Basuki Wibawa dan Farida
Mukti, 2004 :55 ).
Menurut Zaenal Abidin (2003: 120), “Komik merupakan salah satu media
grafis yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran”. Sedang menurut Marcel
Bonneff (1990: 40) “ Komik adalah sarana pengungkapan yang benar-benar
orisinil, karena menggabungkan gambar dan teks. Komik berbeda dengann karya
lain yang mirip, yaitu cerita bergambar dan sinema”.
Komik juga sebagai sarana pembelajaran dan dibuat untuk sarana hiburan
dari anak-anak sampai orang dewasa, karena komik memiliki kelebihan dengan
gambar dan juga bahasa sehari-hari sehingga memudahkan para pembaca untuk
membaca. Apalagi tujuan komik sebagai sarana pembelajaran bagi para siswa
yang kadang mereka jenuh dengan isi buku yang monoton, memungkinkan
dengan adanya komik akan meningkatkan minat baca siswa sehingga prestasi
belajar siswa akan meningkat.
21
Jadi komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat
dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan informasi kepada
para pembacanya. Komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung, ceritanya
ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembaran
surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup.
Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya
dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pengajaran
sebaiknya dipandu dengan metode mengajar yang tepat, sehingga komik akan
dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Setiap guru harus bisa membimbing
selera anak-anak terutama baca komik. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat
berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Guru harus
membantu para siswa menemukan komik yang baik dan mengasyikkan, dipihak
lai guru harus menolong mereka menuju cakrawala yang lebih luas akan minat
serta apresiasi.
Tujuan penting media komik dalam pembelajaran ialah untuk mendidik
anak sekolah menjadi pembaca yang kritis, mampu melihat kecenderungan
manipulatif, artinya usaha mengubah-ubah dengan cara tertentu bagi tujuan
tertentu pula. Dilain pihak, pelajar dalam waktu senggang tentunya juga
mempunyai hak untuk “bergaul” dengan teks yang isinya tidak selalu
mempertahankan norma-norma klasik. Memperoleh pengetahuan terhadap
literature lain, komik mempunyai keuntungan kombinasi kata dan gambar
( Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2004 :65 ).
.
2. Minat Belajar Siswa
a. Minat Siswa
Seseorang yang akan melibatkan diri dalam suatu aktifitas, terlebih dahulu
menyadari akan arti dan manfaat tersebut bagi dirinya sendiri. Dalam pemilihan
suatu aktivitas dipengaruhi oleh motivasi yang datang dari dalam diri siswa
(intrinsik) yang tidak lain merupakan minat dari siswa. Minat merupakan salah
satu aspek psikis yang dapat membantu siswa menentukan pilihan yang berguna
22
bagi
dirinya.
Hal
ini
disebabkan
karena
setiap
individu
mempunyai
kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang dianggap
akan memberikan kesenangan. Berdasarkan rasa senang tersebut akan timbul
minat untuk memperoleh, mengembangkan dan sekaligus
mempertahankan
sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan kesenangan. Minat akan timbul
apabila seseorang melihat ciri-ciri obyek sesuai dengan keinginan/kemauan dari
kebutuhannya. Menurut Sardiman (2001: 74) “Minat diartikan sebagai suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri- ciri atau sementara suatu
situasi
yang
dihubungkan dengan
keinginan-keinginan
atau
kebutuhan-
kebutuhannya sendiri”. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan
memperhatikan aktifitas iu secara konsisten dengan rasa senang.
Minat erat berkaitan dengan kepribadian, dan selalu mengandung unsur
afektif atau perasaan, kognitif, dan kemauan (Kartini, 1990: 112). Menurut
Yayasan Dharma Graha (2003: 9) bahwa “Minat adalah usaha dan kemauan untuk
mempelajari (learning) dan mencari sesuatu. Menurut Slameto (1995: 57), Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa senang sehingga diperoleh kepuasan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winkel (1996: 188) bahwa, minat diartikan sebagai kecenderungan
subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok
bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Menurut pendapat
Tabrani, dkk (1989: 121), mengemukakan bahwa untuk menumbuhkan minat
pada diri seseorang dapat dilakukan dengan cara:
a. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai
suatu keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya;
b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau;
c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing
success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu,
sebab sukses-sukses itu akan menimbulkan rasa puas.
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2005: 136).
Menurut Poerwadarminta (1982: 731), “Minat adalah perhatian, kesukaan,
23
keinginan”. Minat menurut Salim (1991: 979), ”Minat adalah kemauan yang
terdapat dalam hati atas sesuatu; gairah; keinginan”.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar. Siswa yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu akan mempelajari materi tersebut
dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winkel (1996 :105) yang mengemukakan bahwa “Dengan minat, subyek
akan merasa tertarik dan merasa senang mempelajari materi dari suatu bidang
studi”. Minat merupakan hal yang penting dalam menentukan bagaimana kita
memilih dan mempertahankan dalam proses penentuan tipe-tipe informasi yang
diketahui.
Berdasarkan uraian diatas bahwa minat seseorang tersirat dan terpadu
dalam motif dan situasinya. Bersamaan komponen lainnya seperti teknologi,
kemampuan pengetahuan, ketrampilan, kondisi fisik, kondisi sosial, dan
kebutuhan individu, maka motivasi itu akan melandasi tindakan dalam mencapai
produktivitas atau pencapaian tujuan.
Minat sebagai salah satu bentuk dari motivasi, dapat dijelaskan sebagai
berikut, bahwa suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat atau
motivasi yang besar. Minat berperan dalam motivasi seorang untuk melakukan
kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1990: 114-116) yang
mengemukakan “Pentingnya minat yaitu 1) Minat sebagai sumber motivasi yang
kuat untuk belajar; 2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak;
3) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang diikuti seseorang”.
Menurut Muhibbin Syah (1995 : 136) minat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mencapai suatu prestasi belajar. Peranan minat akan
melahirkan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Perhatian menunjukan pada kencenderungan manusia untuk mencari atau
menolak sesuatu kegiatan ( Anderson, 1975; 211). Adanya perhatian siswa kepada
pelajaran yang kita berikan maka isi dari materi pelajaran akan terserap dengan
baik ( Arikunto 1980 : 103).
Keingintahuan pada siswa ditunjukan oleh tingkah lakunya, yaitu hanya
menerima apa yang diberikan oleh guru dan hanya mempelajari apa yang
24
ditunjuk, atau hanya mempelajari hal-hal yang disuruhkan kepadanya. Anak yang
demikian didalam kelas seringkali mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan
dan diluar kelas kelihatan pula selalu menginginkan sesuatu “yang lebih” dari apa
yang sudah diterima ( Arikunto 1980 : 80).
Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila
tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak
suka itu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalh
tumbuh didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang mnimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang
memberikan arahan pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar dapat tercapai ( Sardiman, 2004 : 75).
Kebutuhan timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak
serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Jika kebutuhan telah
terpenuhi dan terpuaskan maka aktivitas akan berkurang dan sesuai dengan
dinamika kehidupan manusia, sehingga akan timbul tuntutan kebutuhan yang baru
( Sardiman, 2004 : 78)
Minat merupakan salah satu alat motivasi yang dapat membangkikan
kegairahan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itu guru perlu
membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh
siswa. Menurut Syiful Bahri Djamarah (2002 :133), ada beberapa macam cara
yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut:
1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga siswa
rela belajar tanpa paksaan.
2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman
yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan
pelajaran.
3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar
yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan
kondusif.
25
Dalam
kaitannya
dengan
belajar
The
Liang
Gie
(1998
:63)
mengemukakan bahwa “Pemusatan perhatian dalam belajar adalah pengarahan
pikiran seseorang siswa terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan
semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran itu, dan minat mempunyai
peranan sebagai berikut:
1) Melahirkan perhatian yang serta merta
2) Memudahkan terciptanya pemusatan perhatian
3) Mencegah gangguan perhatian dari luar
B. Kerangka Berpikir
Hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah
proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik maka tujuan pembelajaran pun akan dapat dicapai dengan hasil yang
memuaskan. Keberhasilan belajar seorang siswa turut ditentukan oleh banyak
faktor, baik dari luar atau lingkungan siswa maupun faktor dari dalam diri siswa
itu sendiri. Faktor luar yang ikut berperan dalam keberhasilan pembelajaran antara
lain; pendekatan pembelajaran yang digunakan, metode pembelajaran, media
pembelajaran dan situasi belajar. Faktor dari dalam diri siswa misalnya adalah
kecerdasan yang dimiliki siswa, motivasi, perhatian, minat dan semangat dari
siswa. Keberhasilan dalam belajar dapat diketahui dari suatu alat ukur yang
berupa tes maupun non tes, dimana alat ukur ini untuk mengetahui seberapa jauh
siswa mampu menguasai konsep pelajaran yang telah diterimanya.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil observasi
di lapangan, ditemukan kenyataan bahwa masih terjadi permasalahan dalam
proses pembelajaran, yaitu dalam proses pembelajaran berlangsung yang masih
bersifat konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru cenderung belum
menggunakan media inovatif yang menarik minat belajar siswa. Selain itu, dalam
pembelajaran siswa belum terlibat secara aktif dan hanya berperan sebagai objek
yang menerima materi dari guru. Sebagai akibatnya adalah minat siswa dalam
26
proses pembelajaran masih rendah dan memiliki nilai edukatif yang tidak
diragukan
Sebagai solusi permasalahan di atas, maka diadakan pembaharuan dalam
proses pembelajaran, yaitu dengan penggunaan suatu media inovatif yaitu dengan
menggunakan media komik yang mampu menampilkan gambar-gambar sehingga
materi menjadi lebih menarik dan berurutan.
Metode mengajar yang digunakan juga harus lebih meningkatkan peran
serta siswa dalam pembelajaran. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah
metode Group Investigatioan (GI), dimana siswa akan belajar dalam kelompokkelompok kecil terdiri dari empat sampai lima anggota yang bersifat heterogen.
Dengan
pembaharuan
proses
pembelajaran
ini
diharapkan
akan
dapat
meningkatkan penguasaan materi Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran
Lingkungan sehingga implikasinya output (keluaran) juga akan menjadi lebih
baik
Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan
menggunakan media komik diharapkan dapat meningkatkan keefektifan kegiatan
pembelajaran biologi serta dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa kelas
VIIB SMP Negeri 10 Surakarta pada khususnya. Berdasarkan kerangka berpikir
yang telah dibuat, maka dapat digambarkan sebagai berikut:
27
PROSES
INPUT
Proses belajar
mengajar
dikelas
Media
pembelajaran
konvensional
Siswa merasa
bosan dan
minat belajar
kurang
1.Memunculkan
kreativitas
siswa pada
objek yang
sedang
dipelajari
2.Memunculkan
kegemaran
siswa dalam
membaca dan
mempelajari
materi yang
sedang
dipelajari
Optimalisasi penggunaan
media komik dengan
penerapan model Group
Investigation(GI)
Siswa menunjukan
kegiatan belajar
yang optimal
dalam proses
pembelajaran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
OUTPUT
Minat
siswa
meningkat
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di di SMP Negeri 10 Surakarta siswa kelas VII
B dengan alamat Jalan R.A. Kartini No.12 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009.
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap, secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, permohonan ijin
observasi sekolah, penyusunan proposal, perijinan penelitian dan konsultasi
instrumen penelitian pada pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai Maret 2009.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan,
yaitu uji instrumen penelitian dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada
bulan April sampai Mei 2009.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai selesai.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Macam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Rancangan penelitian dan solusi disusun sesuai dengan permasalahan
yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru atau peneliti.
Rancangan solusi yang akan diterapkan adalah penggunaan media komik dengan
29
pembelajaran Group Investigation pada pokok bahasan Kerusakan Lingkungan
dan Pencemaran.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan
tindakan berulang atau siklus. Pelaksnaan PTK dimulai dari tahap perencanaan,
dilanjutkan dengan rangkaian tahap tindakan dan observasi disertai evaluasi
terhadap tindakan, dilanjutkan dengan tahap refleksi.Tindakan yang berulang
artinya pada siklus I, II, dan berikutnya pada pokok bahasan Kerusakan
Lingkungan dan Pencemaran diterapkan tindakan yang sama, yakni optimalisasi
penggunaan media pembelajaran komik dengan pembelajaran Group Investigation
(GI) untuk meningkatkan minat belajar siswa. Refleksi untuk tiap siklus
tergantung dari fakta dan interpretasi data yang diperoleh atau situasi dan kondisi
yang dijumpai pada pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan
tujuan, peneliti lebih bersifat mendiskripsikan data atau analisis kualitatif
berdasarkan fakta dan keadaan yang terjadi disekolah.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian berasal dari beberapa sumber, yaitu :
1. Informan, meliputi: guru Biologi, siswa kelas VIII D SMP Negeri 10 Surakarta
dan observer.
2. Tempat dan peristiwa yang terikat pada pokok kajian, baik berupa lingkungan
pendidikan, lingkungan luar maupun objek pengamatan lain yang ikut berperan
dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa skenario pembelajaran,
silabus, Satuan Pembelajaran(SP), Rencana Pembelajaran dan buku referensi
mengajar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengambilan data
adalah sebagai berikut:
30
1. Metode observasi
Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data
tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik dan guru saat
pembelajaran. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan sintak
pembelajaran guru dan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung meliputi
aspek perhatian, aspek keingintahuan, aspek motivasi, dan aspek kebutuhan.
Lembar observasi yang digunakan akan diisi oleh observer pada waktu
pembelajaran berlangsung berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta itemitem pernyataan dengan memberikan tanda check (√) pada kolom yang tersedia
pada lembar observasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini peneliti
hanya mengamati kegiatan siswa selama masih dalam kegiatan belajar mengajar.
Fokus dalam observasi siswa adalah sintak pembelajaran saat berlangsung. Seperti
terlihat pada keaktifan dan menanggapi rangsang baik yang datang dari guru
maupun teman lain, dan sikap siswa saat pembelajaran berlangsung, dan
sebagainya. Pengamatan terhadap kinerja guru difokuskan pada kegiatan guru
dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan
menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas,dan melakukan penilaian terhadap
hasil belajar siswa.
2. Metode angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa “Angket
atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau halhal yang diketahui”.
Pemberian angket dilakukan pada awal penelitian dan di setiap akhir
siklus pada pokok bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran. Metode
angket tertutup digunakan untuk menggali data mengenai minat belajar siswa
terhadap materi yang disampaikan guru. Ada atau tidaknya minat belajar siswa
serta peningkatannya dapat diketahui dalam proses pembelajaran biologi pokok
bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran. Angket yang diberikan adalah
angket minat belajar siswa meliputi aspek perhatian, aspek keingintahuan, aspek
motivasi, dan aspek kebutuhan.
31
Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan
alternatif jawaban yang telah tersedia dan dibatasi pemberian skor tiap item
pertanyaan menurut skala Likert (Sukardi, 2003: 146-147). Angket disusun
dengan terlebih dahulu membuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian
teori. Konsep alat ukur berisi kisi-kisi angket. Selanjutnya dijabarkan dalam
variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak
dicapai, selanjutnya indikator digunakan sebagai pedoman dalam menyusun itemitem soal. Teknik penilaian/pemberian skor angket mengacu pada Nana Sudjana
yang disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Teknik Penilaian Angket
Pernyataan
Sangat
setuju
Pernyataan positif
5
Pernyataan negatif
1
( Nana Sudjana, 2006: 81)
Setuju
4
2
Kurang
setuju
3
3
Tidak
setuju
2
4
Sangat
tidak setuju
1
5
3. Wawancara
Wawancara erat kaitannya dengan metode observasi. Wawancara
dilakukan dengan guru untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru mata pelajaran.
Adapun wawancara tersebut diberikan kepada guru yang bersangkutan dan siswa
yang menyangkut indikator minat belajar yang terkait dalam sintak pembelajaran
siswa dan waktu setelah terjadinya proses pembelajaran.
4. Dokumentasi
Jenis dokumen untuk data penelitian ini berupa foto-foto saat penelitian
berlangsung.
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan
untuk menjaga kevalid dan data dalam penelitian yaitu:
32
1. Uji Validitas Angket.
Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur
setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus
(indikator). Validitas butir soal angket (Suharsimi Arikunto, 2002: 72)
2. Uji Reliabilitas Angket.
Digunakan untuk
mengetahui sejauh
mana
pengukuran tersebut
dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali
kepada subyek yang sama.
Reliabilitas soal angket diketahui dengan menggunakan rumus Alpha yang
mengacu pada Suharsimi Arikunto (2002: 110) untuk memperoleh harga
reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha perlu dicari harga varians masingmasing item dan varians totalnya.
3. Teknik Triangulasi.
Untuk menjaga kevalidan data dalam penelitian digunakan teknik
triangulasi, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi metode, artinya dari
data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah angket minat belajar siswa, observasi sintak
pembelajaran dan wawancara secara informal dengan guru mata pelajaran.
Skema triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut :
Angket
Data
Obervasi
Siswa
wawancara
Gambar 3. Skema Triangulasi Metode
(H.B. Sutopo, 2002: 81)
33
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya
pengumpulan data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data
kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil
penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis
kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang
dilakukan dalam 3 komponen berurutan yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian
singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data
dilakukan dalam rangka menorganisasikan data yang merupakan penyusunan
informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna
data, mencatat keteraturan data dan penggolongan data. Data yang terkumpul
disajikan secara sistematis dan bermakna.
Mulyasa (2005: 103) berpendapat bahwa proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif dari diri peserta didik
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Berdasar pada hasil
observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan
kepada subjek penelitian maka harus dibuat target.
Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan
capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subjek
penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau
tercapai tujuan yang diharapkan, apabila persentase rata-rata yang diukur sudah
mencapai target yang telah ditetapkan. Berikut daftar persentase target capaian
dari masing-masing variabel yang akan diukur dibawah ini.
34
Tabel 4. Daftar Persentase Target Capaian dari Masing-Masing Variabel yang
akan Diukur.
Variabel
Target yang harus dicapai
Kategori
(%)
Angket Minat Belajar Siswa
≥75
Baik
Angket Penggunaan Media
≥75
Baik
Baik dari segala kegiatan
Baik
Observasi Sintak Pembelajaran
pembelajaran yang dilakukan
( Enco Mulyasa, 2005: 102)
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan saat melaksanakan
tindakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis
dan Mc Taggart dalam Kasihani (2001: 63-65) yaitu model spiral. Perencanaan
Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana
tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi
(reflecting) dan perencanaan kembali yang mana kegiatan ini disebut dengan satu
siklus kegiatan pemecahan masalah.
Secara umum langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap
persiapan, perencanaan atau penyusunan model, pelaksanaan tindakan, analisis
dan refleksi serta tahap tindak lanjut. Tahapan pelaksanaan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Permintaan ijin kepada kepala sekolah dan guru biologi SMP Negeri 10
Surakarta.
b. Observasi pra tindakan untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMP
Negeri 10 Surakarta secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar
mengajar khususnya mata pelajaran biologi kelas VII B.
c. Identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran Biologi kelas
VII B yang telah dilakukan.
35
Setelah diadakan identifikasi terhadap masalah di kelas, pelaksanaan
masing-masing siklus adalah sebagai berikut:
2.Tahap Perencanaan
Pada tahap ini menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan
dalam tindakan dengan penggunaan metode Group Investigation. Instrumen
dalam penelitian meliputi: Silabus sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan), dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk Standar Kompetensi 4 (SK 4) dengan 1 Kompetensi Dasar,media komik,
subpokok pembahasan materi, observasi sintak pembelajaran, angket minat
belajar siswa dan angket penggunaan media komik sebagai data pendukung dalam
lampiran.
3.Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan rangsangan menggunakan media komik melalui
penerapan metode Group Investigation untuk meningkatkan minat belajar siswa
dalam proses pembelajaran. Pada siklus I direncanakan terdiri dari 2 kali tatap
muka. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran I (lampiran 1).
4.Tahap Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
Observasi
berupa
kegiatan
pemantauan,
pencatatan
serta
pendokumentasian kegiatan selama pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah
peningkatan minat belajar siswa setelah dilakukan perangsangan menggunakan
media komik melalui penerapan metode Group Investigation yang diamati pada
lembar observasi. Observasi yang dilakukan pada keterlaksanaan sintak
pembelajaran melalui metode Group Investigation dengan penggunakan media
komik (lembar observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran) dan angket minat
belajar siswa . Sebagai data pendukung adalah hasil tes kognitif siswa, angket
kepuasan terhadap media komik, serta kajian dokumen yang ada.
5.Tahap Analisis dan Refleksi
36
Pada tahap ini, diadakan analisis proses dan dampak terjadinya tindakan,
mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang
memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Menurut Enco Mulyasa (2005: 102) suatu pembelajaran dinyatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% siswa
terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Untuk mengukur keberhasilan tindakan, merumuskan target ketercapaian tiap
indikator dalam bentuk persentase. Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil
observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan
pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan
berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator
yang diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
Apabila dalam setiap aspek yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah
dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil
dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada
beberapa indikator dari masing-masing aspek yang diukur belum memenuhi target
capaian maka dilakukan pembelajaran siklus II untuk mencapai target yang telah
ditetapkan. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus berikutnya adalah
sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
6.Tahap Tindak Lanjut
Keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang tertuang
dalam refleksi, maka peneliti dengan rekan peneliti yang membantu dalam
observasi mengadakan diskusi bersama guru untuk mengambil kesepakatan
menentukan tindakan perbaikan berikutnya dalam proses pembelajaran. Perbaikan
hasil refleksi dari siklus I akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya (siklus II).
Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam
skema prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
37
Identifikasi Permasalahan
Mengungkap permasalahan dalam
proses pembelajaran
Perencanaan tindakan
Penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
untuk siklus I dan instrumen pembelajaran: angket, lembar
observasi sintak pembelajaran dan pedoman wawancara
Refleksi
Mengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan
dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan.
Bila indikator belum tercapai, dilanjutkan siklus II
Observasi dan Evaluasi
Pengamatan proses pembelajaran
SIKLUS I
Pelaksanaan Tindakan
Penerapan kooperatif GI( Group
Investigasi) disertai media komik
Observasi dan Evaluasi
Pengamatan proses
pembelajaran
SIKLUS II
Pelaksanaan Tindakan
Penerapan kooperatif GI(
Group Investigasi) disertai
media komik
Refleksi
Mengemukakan dan
menganalisis hasil temuantemuan dari pelaksanaan
tindakan II yang memerlukan
perbaikan serta melihat
ketercapaian indikator
Perencanaan Tindakan
Rancangan perbaikan dari refleksi
siklus I.Penyusunan silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran siklus II
Tindak Lanjut
Langkah-langkah penyempurnaan
pembelajaran selanjutnya
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Kemmis dan Mc Taggart dalam Zainal Aqib, 2006: 23)
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII B dalam 2 siklus dengan
4 kali pertemuan (4 X 40 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa
langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran
biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam
pembelajaran biologi di SMP Negeri 10 Surakarta masih rendah, data diperoleh
dari try out menggunakan angket.
Tempat penelitian adalah di kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta. Data
sekolah dan data kelas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Data Sekolah
Nama Sekolah
: SMP Negeri 10 Surakarta
Alamat Sekolah
: Jl. Kartini No 12 Surakarta
Kec/ Kab/ Kota
: Banjarsari/ Surakarta
Provinsi
: Jawa Tengah
No. Telepon/ Fax
: (0271)634930
Kepala Sekolah
: Drs. F. Handoyo, M.M
Status Sekolah
: Negeri
Standar Sekolah
: Akreditasi A
Tahun Didirikan
: 1 Mei 1962
Kepemilikan Tanah
: Hak Pakai
Status Tanah
: Sertifikat
Status Bangunan Tanah
: Pemerintah
Luas Tanah
: 5.011 m²
Luas Seluruh Bangunan
: 2. 881 m2
Nomor Statistik Sekolah
: 201036105005
SMP Negeri 10 Surakarta merupakan salah satu sekolah di kota
Surakarta yang letaknya berbatasan dengan SMP N 3 Surakarta di sebelah utara.
39
Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Jalan Kartini dan SMP N 3
Surakarta.
Peserta didik SMP N 10 Surakarta 3 tahun pelajaran terakhir berjumlah
1980 siswa yaitu tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 647 siswa. Terdiri dari
kelas VII sebanyak 207 siswa, kelas VIII sebanyak 214 siswa dan kelas IX
sebanyak 226 siswa. Tahun pelajaran 2007/2008 berjumlah 658 siswa yang terdiri
dari 238 siswa kelas VII, 206 siswa kelas VIII dan 214 siswa kelas IX. Tahun
pelajaran 2008/2009 berjumlah 675 siswa yang terdiri dari 243 siswa kelas VII,
235 siswa kelas VIII dan 193 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 10
adalah 54 guru yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT. SMP
Negeri 5 Surakarta mempunyai beberapa lapangan, yaitu lapangan basket
berukuran 30,9x16 m, lapangan voli berukuran 19,3x9,3 m, dan lapangan upacara
30x35 m. Ruang kelasnya sebanyak 17 ruang, yaitu kelas VII sebanya 6 ruang,
kelas VIII sebanyak 6 ruang dan kelas IX sebanyak 5 ruang.
2. Data Siswa
Penelitian dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta tahun
pelajaran 2008/2009. Kelas VIIB dipilih sebagai subyek penelitian karena terdapat
beberapa permasalahan yang diharapkan dapat diatasi dengan gagasan-gagasan
yang dirancang. Permasalahan tersebut adalah siswa kelas VII B cenderung ramai,
sebagian besar siswa (60%) siswa belum merasa berminat dalam pembelajaran.
Sebanyak 10 siswa (20,07%) siswa masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan
yaitu 65. Ruang kelas VII B SMP Negeri 10 Surakara terletak di lantai 2,
berukuran 7x9 m2, lantainya masih tegel dengan dinding yang bercat putih. Ruang
kelas tersebut terdapat 1 buah pintu, 8 ventilasi, 6 kaca di sisi kanan.
Kelas VII B menghadap ke arah barat. Pada deretan meja paling barat
terdapat satu meja guru dan sebuah kursi guru. Pada meja guru selalu dilapisi
taplak meja dan vas bunga lengkap. Di ruang kelas terdapat satu whiteboard dan
satu OHP. Tepat di samping whiteboard papan tulis hitam untuk mengisi data
siswa. Jumlah siswa sebayak 39 siswa yang terbagi atas 21 siswa perempuan dan
40
18 siswa laki-laki. Masing-masing siswa disediakan satu meja dan satu kursi.
Sehingga jumlah meja dan kursi masing-masing sebanyak 39 buah.
Luas kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta seimbang dengan jumlah
siswa. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar posisi tempat duduk diatur sebaik
mungkin sehingga dalam satu deret bangku kebelakang terdapat siswa laki-laki
dan siswa perempuan. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi keramaian pada
saat pembelajaran berlangsung, karena biasanya bila dalam satu baris hanya
terdapat siswa laki-laki saja atau sebaliknya hanya perempuan saja akan
menimbulkan suasana yang tidak diinginkan, misalnya ramai. Selain itu, ada
beberapa pasang meja yang terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki. Posisi
tempat duduk terjadi pergeseran tiap hari sehingga siswa mendapat suasana yang
berbeda dan dapat merasakan duduk di semua kursi dalam ruang kelas.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Kegiatan observasi dilaksanakan saat pembelajaran biologi di kelas VII B
SMP Negeri 10 Surakarta. Hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan
pembelajaran
sebelum
diterapkan
metode
Group
Investigation
dengan
penggunakan media komik, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA terutama biologi belum
bervariasi yaitu menggunakan metode ceramah dan pada waktu diskusi
pembentukan kelompok belajar dibentuk oleh guru dan siswa tidak diberi
kesempatan untuk memilih kelompok dan mengungkapkan pendapat sehingga
dalam pembentukan kelompok tersebut kadang ada siswa yang tidak cocok dan
diskusi tidak berjalan dengan lancar, pada waktu disekolah di adakan razia oleh
guru, barang yang tidak termasuk dalam pembelajaran akan disita dan waktu itu di
kelas VII B ditemukan buku komik sejumlah 20 buku yang dibawa siswa waktu
pembelajaran, buku-buku komik tersebut akan dikembalikan dengan syarat yang
mengambil orang tua wali siswa yang bersangkutan, sehingga orang tua wali tahu
apa yang dilakukan siswa waktu dikelas setelah kejadian tersebut riilnya siswa
menyukai komik tetapi waktunya tidak tepat bila buku komik tersebut dibawa
disekolah sehingga guru berinisiatif menggunakan media komik dalam
41
pembelajaran, perhatian siswa tidak tertuju pada pembelajaran yang sedang
berlangsung sehingga terbuka kesempatan yang besar bagi siswa yang berbuat
ramai sendiri dan tidak memperhatikan pelajaran berlangsung, keingintahuan
siswa dalam pelajaran biologi masih kurang ini ditandai dengan siswa yang tidak
membawa buku waktu pelajaran sebanyak 10 siswa, Guru kurang memotivasi
siswa ditandai dengan guru lebih menekankan segi penilaian produk atau hasil
sedangkan penilaian proses belum mendapat perhatian penuh, artinya siswa tidak
sepenuhnya dilibatkan, 6. kebutuhan materi siswa hanya tergantung dengan guru
saja sehingga siswa kurang menghiraukan buku materi dan LKS untuk membaca
dan mengerjakan soal-soal.
Pada saat diskusi kelompok, sebagian besar siswa (63,41%) tidak setuju
apabila pembagian kelompok ditentukan oleh guru. Siswa lebih senang memilih
anggota kelompoknya sendiri karena sudah mempunyai kelompok bermain (group
sendiri) di sekolah yaitu sebesar 56,10%. Selain itu, sebanyak 21 siswa (51,22%)
belum bisa menghargai pendapat teman lain dalam satu kelompok karena tidak
sesuai dengan pendapatnya. Hasil observasi lain menunjukkan bahwa siswa yang
memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat
sebanyak 26 siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi
dengan baik sebanyak 23 siswa (56,10%).
Kegiatan siswa di dalam kelas hanya mendengarkan penjelasan dari guru
dan mencatat materi pelajaran sehingga pelajaran menjadi membosankan dan
siswa kurang tertarik dengan materi yang disampaikan(guru sebagai centre dari
semua proses tersebut), dan apabila diberi kesempatan untuk bertanya siswa hanya
diam saja tanpa merespon dikarenakan banyak alasan(malu, takut, tidak ditunjuk).
Kegiatan tersebut menyebabkan lemahnya konsep yang dipahami oleh siswa. Data
dokumentasi dan hasil diskusi awal peneliti dengan guru biologi yang
bersangkutan menunjukan rendahnya minat belajar siswa pada saat pelajaran
berlangsung.
Identifikasi lebih lanjut terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru sehingga
interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa masih kurang dan
42
hampir tidak ada. Hal ini juga didukung melalui hasil wawancara bahwa banyak
dari para siswa yang sering bermain sendiri ketika sedang berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar, kurangnya perhatian dari siswa terhadap materi yang
diberikan sebanyak 23 siswa (56,10%)., dan kurangnya motivasi siswa sehingga
pembelajaran merasa membosankan sebanyak 21 siswa (51,22%). Sehingga dari
hasil wawancara tersebut, didapatkan sebuah kesimpulan dari guru pengampu
bahwa kurang dari 45% siswa yang responsif dalam pembelajaran.
Hasil wawancara minat belajar siswa pada prasiklus dilakukan dengan
wawacara dengan siswa yang bersangkutan.Dari hasil wawancara indikator “fokus
terhadap materi” terlihat ketika guru mengajar ada sekitar 20 siswa mengikuti
pelajaran dengan menulis penjelasan dari guru dan indikator ”perhatian” ditandai
dengan aktivitas yang dilakukan selama mengikuti proses pembelajaran, dimana
25 siswa memperhatikan guru mengajar serta diam dengan memperhatikan materi
yang disampaikan guru untuk selebihnya ada yang berbicara dengan teman
semejanya, ada pula yang mengantuk terutama yang duduk di bagian belakang.
Selain itu ketika pelajaran dimulai siswa akan segera diam dan duduk ditempat
masing-masing, meskipun masih ada beberapa siswa yang terlihat belum siap
mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang jalanjalan. Diamnya siswa selama mengikuti pelajaran sebenarnya tidak selalu
memberikan dampak yang baik, terlihat ketika guru mengajukan pertanyaan
masih ada yang belum bisa terjawab oleh siswa. Maka dapat dikatakan diamnya
siswa bisa dikarenakan takutnya siswa terhadap gurunya sehingga akan membuat
perhatian siswa hanya tertuju pada guru yang memberikan materi sedangkan
untuk memahami materi yang sedang dipelajari akan sulit. Namun guru akan
sedikit terbantu jika selama kegiatan proses pembelajaran siswa tenang dan cukup
memperhatikan setiap materi yang akan disampaikan, kalaupun masih ada siswa
yang belum jelas maka guru akan segera tahu dan mengulang kembali
pembahasan pada materi yang belum dapat dipahami tersebut.
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
hasil
wawancara
para
siklus,
menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas VII
B masih kurang. Maka akan dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan
43
minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Minat belajar siswa terhadap
pembelajaran dapat diupayakan meningkatkannya dengan menarik perhatian dan
minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perhatian siswa dapat
diaktifkan dengan menggunakan media komik yang bisa diamati, menghibur, dan
dimodifikasi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih tertarik terhadap materi
pelajaran yang sedang dipelajari. Media komik tersebut adalah media
pembelajaran yang disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari.
Adanya media komik dalam pembelajaran dapat menghibur dan
menghindari kejenuhan yang biasanya mendengarkan ceramah guru atau disuruh
membaca buku pegangan, sehingga memunculkan kegairahan yang dimiliki siswa
dalam proses pembelajaran terhadap materi yang sedang dipelajari
Dari hasil observasi diperoleh gambaran awal bahwa tingkat minat belajar
siswa dalam pembelajaran masih rendah baik dalam kurangnya perhatian siswa
dan jarang bertanya bila kurang paham. Kemudian data observasi ini kami dukung
lagi dengan wawancara sebelum diberi tindakan untuk memperluas gambaran
awal dari permasalahan rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran,
sehingga permasalahanya bukan hanya searah yang datang dari siswa, tetapi juga
dari pihak guru untuk menggali lebih jauh mengenai permasalahan pembelajaran
yang dihadapinya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat rendahnya
minat belajar siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi karena kurangnya
stimulus yang diberikan oleh guru, seperti kurangnya guru dalam menerapkan
suatu metode pembelajaran inovatif dan pemilihan media interaktif untuk
menstimulus siswa dalam pembelajaran.
Penerapan pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media
komik diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII B dalam
pembelajaran
biologi.
Angket
digunakan
untuk
mengetahui
bagaimana
pembelajaran yang berlangsung di kelas VII B, angket diberikan kepada siswa
berfungsi untuk menggali informasi mengenai proses belajar siswa kelas VII B
SMP Negeri 10 Surakarta sebelum diterapkan metode Group Investigation dengan
menggunakan media komik. Angket yang digunakan adalah angket minat belajar
siswa dan angket penggunaan media komik sebagai data pendamping. Hasil
44
angket minat belajar untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran. Sedangkan
hasil angket minat belajar siswa setiap indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Persentase Tiap Indikator pada Angket Minat Belajar Siswa Pra siklus
No
Indikator
Persentase (%)
1
Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran
yang berlangsung
72.82
2
Siswa selalu siap saat ditunjuk guru
3
Siswa fokus terhadap materi pelajaran
4
Siswa sering mengajukan pertanyaan
5
Siswa selalu ingin tahu banyak
6
Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar
7
Siswa selalu menginginkan lebih
8
Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri
9
Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan
pemecahannya
74.35
76.41
71.79
67.86
69.23
71.11
70.59
10
Siswa menyenangi materi belajar
11
Siswa bersemangat dalam belajar
12
Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang
diperoleh
13
76.41
75.04
75.64
74.61
Siswa giat dalam belajar
Jumlah
Rata-rata
76.53
952.43
73.26
Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa persentase minat belajar
siswa berdasarkan angket pada pra siklus masih di bawah
75 %, besarnya
persentase indikator 1 “Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang
berlangsung” adalah 72.82%, indikator 3 “Siswa fokus terhadap materi pelajaran”
sebesar 74.35% dan indikator 4 ” Siswa sering mengajukan pertanyaan” sebesar
76.41%.Sedang persentase yang paling rendah pada indikator 6 ” Siswa giat
belajar dan memiliki motivasi belajar” sebesar 67.86% dan indikator 7 “Siswa
45
selalu menginginkan lebih” sebesar 69.23%,dengan rata-rata kelas sebesar
73.26%.
Gambar 5. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa
Pra siklus
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui
peningkatan minat belajar siswa dalam belajar biologi siswa pada saat
pembelajaran di kelas dengan metode Group Investigation dengan menggunakan
media komik pada beberapa siklus sampai memenuhi target yang dicapai.
Peningkatan minat belajar siswa ini dapat dilihat dari kemampuan afektif dan
aktifitas siswa dengan guru selama proses pembelajaran berlangsung, hasil
pengisian angket afektif pra tindakan menunjukkan prosentase rata-rata 73.26%
dengan rentang antara 67.86% -76.41%.
Sebagai tindak lanjut agar keaktifan belajar biologi siswa dapat meningkat
dan mencapai batas ketuntasan, peneliti menerapkan Group Investigation dengan
menggunakan media komik melalui beberapa siklus sampai memenuhi target yang
dicapai.
46
C. Temuan Penelitian yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti adalah menyusun beberapa
instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan metode Group
Investigation. Instrumen penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi
sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP, pengembangan silabus menjadi rencana
pelaksanaan pembelajaran, angket, dan lembar observasi sintak pembelajaran.
Pembelajaran
dengan
metode
Group
Investigation
dalam
pelaksanaannya berupa diskusi kelompok untuk menginvestigasi bahan yang
diajarkan di dalam kelompok yang selanjutnya diadakan presentasi kelompok.
Penilaian minat belajar siswa dilakukan melalui angket dan lembar observasi
sintak pembelajaran. Sedangkan data pendamping menggunakan media komik
dengan angket dan hasil tes kognitif.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan pembelajaran kooperatif
Group Investigation. Proses pembelajaran ini guru hanya memberikan materi
secara umum, bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, melihat bahwa siswa
bisa melaksanakan tugas, membantu kesulitan yang dihadapi siswa dalam
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan pada peran serta dan
keaktifan siswa dalam kegiatan investigasi sub pokok bahasan dalam kelompokkelompoknya dan pada saat presentasi.
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 2 kali tatap muka (2 jam
pelajaran). Pertemuan pertama, guru membuka pelajaran dan presensi siswa (100
% hadir). Guru memberikan pengarahan tentang penerapan pembelajaran Group
Investigation yang dilengkapi dengan mengunakan media komik, selanjutnya guru
menjelaskan materi Kerusakan Lingkungan secara umum dan membagi materi
menjadi 7 sub pokok bahasan. Siswa yang memilih sub pokok bahasan yang sama
dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian menginvestigasi sub pokok
bahasan yang telah dipilih. Terbentuk 7 kelompok sesuai dengan sub pokok
47
bahasan masing-masing. Dalam kelompok masing-masing siswa merencanakan
tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan mengumpulkan
informasi selengkap-lengkapnya dari sub pokok bahasan yang diperoleh melalui
komik dan buku referensi. Siswa semua berperan aktif dalam kegiatan investigasi,
dan hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas.
Pertemuan kedua, guru memerintahkan siswa untuk mempersiapkan hasil
investigasi yang akan dipresentasikan. Setiap kelompok maju ke depan kelas
untuk mempresentasikan hasil investigasi sub pokok bahasannya. Masing-masing
kelompok menunjuk salah satu anggota untuk presentasi, guru sebagai penasehat
dan pembimbing jalannya presentasi agar setiap siswa ikut andil dalam kegiatan
pembelajaran. Setelah presentasi dari semua kelompok, kemudian dilakukan tanya
jawab. Setiap siswa berhak untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami
kepada masing-masing kelompok, sedangkan setiap siswa dalam kelompok
presentator berhak untuk menjawab pertanyaan. Guru dan siswa melaksanakan
observasi kegiatan pembelajaran pada sintak pembelajaran. Guru kemudian
mengulas kembali hasil presentasi siswa, selanjutnya memberikan kesimpulan
dari semua hasil presentasi siswa. Guru mengadakan evaluasi siklus I dengan
memberikan tes yang berupa soal evaluasi. Kegiatan pembelajaran dipantau dan
diamati guna mengetahui letak kesulitan yang terjadi di dalam kelas khususnya
saat proses pembelajaran berlangsung. Observer membagi angket minat belajar
yang
dilaksanakan
dengan
metode
pembelajaran
Group
Investigation
menggunakan media komik.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi pada dasarnya bertujuan untuk menilai situasi pelaksanaan
proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran Group Investigation dengan
menggunakan media komik dan untuk evaluasi. Hasil pengamatan yang dilakukan
observer, diperoleh bahwa pada awal pembelajaran, siswa terlihat kurang antusias
dalam pembelajaran karena siswa belum terbiasa dengan penerapan Group
Investigation karena pembelajaran kooperatif metode Group Investigation tersebut
masih terbilang baru dan belum pernah diterapkan di SMPN 10, hal ini
48
menyebabkan siswa agak kesulitan mengikuti pelajaran pada awalnya karena
mereka belum terbiasa belajar dengan berdiskusi dalam kelompok-kelompok dan
antusiasme siswa belum nampak. Hasil investigasi sub pokok bahasan yang
kurang lengkap dan kesiapan siswa dalam presentasi masih kurang, selain itu
siswa belum menampakkan interaksi antar siswa dalam kelompok dan interaksi
antar kelompok masih kurang siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru.
Ketika guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil mereka tidak ada
satupun yang mau maju. Karena mereka tidak ada yang mau maju akhirnya guru
menunjuk siswa agar mau mempresentasikan tugas mereka, bahkan agar menarik
perhatian siswa guru menjanjikan nilai tambahan bagi yang mau maju. Guru lebih
menekankan pada penyelesaikan materi dan segi penilaian hasil sedangkan dalam
prosesnya belum mendapatkan perhatian yang penuh, dimana siswa tidak
dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Pada tindakan I ini, siswa yang
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang mereka belum paham masih jarang
sekali, hal ini mungkin terjadi karena mereka masih belum terbiasa. Namun pada
pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai dapat mengikuti pelajaran
dan mulai memperhatikan penjelasan dari guru.
1) Hasil Angket Minat Belajar Siswa Siklus I
Angket minat belajar siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui
informasi mengenai minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta
setelah
diterapkan
metode
pembelajaran
Group
Investigation
dengan
menggunakan komik pada siklus I. Hasil angket minat belajar untuk setiap item
dapat di lihat pada lampiran. Hasil angket minat belajar siswa untuk setiap
indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus I
No Indikator
Persentase
(%)
1
Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang
berlangsung
2
Siswa selalu siap saat ditunjuk guru
3
Siswa fokus terhadap materi pelajaran
80.25
78.46
79.48
49
4
Siswa sering mengajukan pertanyaan
5
Siswa selalu ingin tahu banyak
6
Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar
7
Siswa selalu menginginkan lebih
8
Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri
9
Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya
10
Siswa menyenangi materi belajar
11
Siswa bersemangat dalam belajar
12
Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh
13
Siswa giat dalam belajar
79.48
80.76
80.51
73.84
79.82
79.65
80.17
80.25
79.61
80.51
Jumlah
1002.86
Rata-rata
77.05
2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran.
Observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran dituliskan pada lembar
observasi.
Persentase
tiap
indikator
observasi
keterlaksanaan
tahapan
pembelajaran pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan
Pembelajaran Siklus I.
Keterlaksanaan
No
Kegiatan (Guru)
Keterangan
Ya
Tidak
1. Memberikan apersepsi dan motivasi di awal
baik
√
pembelajaran.
2. Menyajikan pelajaran secara garis besar.
baik
√
3. Menjelaskan
langkah-langkah
Group
baik
√
Investigasi (GI).
4. Membimbing siswa dalam kegiatan Group
baik
√
Investigasi (GI).
5. Membimbing menginvestigasi dengan
kurang
√
sumber yang ada.
Memberikan waktu untuk mendiskusikan
6.
baik
√
gagasan anggotanya dalam tiap kelompok.
7. Membimbing
siswa
dalam
proses
kurang
√
pembahasan kategori dalam kelompok.
50
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Meminta siswa untuk mempresentasikan
hasil investigasi masing-masing didepan
kelas.
Membimbing siswa dalam kegiatan tanya
jawab
Memberikan hasil investigasi terkait materi
pelajaran.
Memberikan kesempatan bertanya dan
mengajukan pendapat kepada siswa.
Membimbing siswa untuk menyimpulkan
materi pelajaran
Mengadakan evaluasi pembelajaran.
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran materi pertemuan ke1 dan ke-2 dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan
menyampaikan salam dan mengabsen siswa. Pada siklus I guru belum
memaksimalkan siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing
didepan kelas, kadang siswa ada yang belum siap saat presentasi. Guru masih
kurang dapat mengarahkan siswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik,
pembagian kelompok berdasarkan materi yang dipilih oleh siswa memakan waktu
yang cukup lama sehingga ketika jam pelajaran selesai proses pembelajaran
belum diakhiri. Peran guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa sudah
cukup baik meskipun hal ini belum dapat ditanggapi siswa dengan baik. Selama
kegiatan pembelajaran guru tidak sepenuhnya melepas siswa untuk belajar sendiri,
hal ini mengingat usia dan tingkatan pendidikan mereka. Guru sebagai fasilitator,
tetap memantau kegiatan pembelajaran selama di kelas dan mengarahkan siswa
untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada saat presentasi berlangsung, guru
berperan sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Hasil
keterlaksanaan tahapan pembelajaran guru dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan
Pembelajaran Siklus I.
Keterlaksanaan
No
Kegiatan (Siswa)
Keterangan
Ya
Tidak
1.
Memperhatikan
dan
mendengarkan
baik
√
penjelasan guru dengan seksama.
51
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Menerima media komik berisi materi
pembelajaran dari guru.
Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai
dengan materi.
Membentuk kelompok sesuai topik.
Membagi tugas dengan anggota kelompok.
Melakukan investigasi dengan dengan
anggota kelompok.
Aktif dan berani dalam mempresentasikan
hasil pembahasan kategori di depan kelas.
Aktif mencatat dan meringkas penjelasan
guru/teman.
Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya
jawab.
Aktif dalam kegiatan Group Investigasi
(GI).
Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group
Investigasi (GI).
Aktif menjawab pertanyaan dari guru.
Menyimpulkan dan merangkum pelajaran.
√
baik
√
baik
√
√
baik
baik
√
baik
√
kurang
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
√
kurang
baik
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I
Pada siklus I kegiatan difokuskan pada perhatian siswa terhadap materi
yang disampaikan oleh guru. dari hasil penilaian proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat diketahui
dari nilai :
1) Angket Minat Belajar Siswa dalam KBM di kelas Siklus I
Berdasarkan nilai yang didapat dari pengisian angket minat belajar siswa,
dapat diketahui bahwa nilai minat belajar dalam KBM di kelas VII B mempunyai
rentang nilai 73% - 80% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 79,45%. Angka
tersebut menunjukan rata-rata persentase indikator minat belajar siswa mengalami
peningkatan yakni sebesar 6.19% dari rata-rata minat belajar siswa pra siklus.
Minat belajar siswa dapat meningkat karena kegiatan pembelajaran pada siklus I
berbeda sama sekali jika dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pada
kondisi awal (pra siklus) sehingga memberikan pengalaman baru bagi siswa.
52
Pengaruh penggunaan media komik dengan penerapan pembelajaran Group
Investigation dapat diamati terutama pada pertemuan pertama, perhatian siswa
terpusat oleh kondisi baru pembelajaran di kelas mereka, perhatian siswa terpusat
oleh penjelasan guru maupun saat siswa sedang melakukan presentasi
menjelaskan dengan menggunakan media komik, karena ada gambar yang
menarik sehingga siswa menyenangi materi yang sedang dipelajari.
Seluruh nilai rata-rata indikator pada angket minat belajar siswa siklus I
mengalami peningkatan persentase dari nilai rata-rata indikator angket minat
belajar siswa pra siklus. Indikator yang diketahui memiliki nilai tertinggi
ditempati oleh indikator nomer 5 (Siswa selalu ingin tahu lebih) sebesar 80,76%
sedang indikator terendah adalah indikator nomer 7 (Siswa selalu menginginkan
lebih) sebesar 73,84%. Penyebab peningkatan nilai rata-rata indikator pada angket
minat belajar siswa adalah karena siswa mengindentifikasikan dan merangkaikan
bagian-bagian yang relevan dan penting sehingga diketahui perhatian siswa
terpusat pada pelajaran. Hal inilah yang merupakan indikator riil minat belajar.
Pada saat pembelajaran Biologi berlangsung, beberapa siswa tidak
mau
mengusahakan mencari dan membawa sumber lain, sehingga siswa hanya
berharap mengunakan buku yang dibawa dan media komik, hal ini juga terlihat
dari capaian indikator siswa selalu menginginkan lebih yang hanya mencapai
73,84%
75%.
sedangkan
target
yang
telah
ditentukan
adalah
sebesar
53
Gambar 7. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus 1.
2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I
Keterlaksanaan tahapan pembelajaran Siklus I pada pelaksanaan metode
pembelajaran
Group
Investigation
sudah
cukup
baik.
Hasil
observasi
menunjukkan bahwa keterlaksanaan tahapan pembelajaran sudah terlaksana
dengan baik. Pada beberapa item belum terlaksana secara baik dalam memberikan
pengajaran kepada siswa. Tetapi terdapat beberapa item sudah terlaksana dengan
baik yaitu pada pembelajaran siklus I guru membimbing menginvestigasi dengan
dalam kegiatan
Group Investigasi (GI), guru belum mampu membimbing
jalannya presentasi sehingga banyak waktu yang terbuang untuk membujuk siswa
mempresentasikan hasil investigasi didepan kelas, guru mampu menggunakan
metode pembelajaran dengan tepat, memberikan hasil investigasi terkait materi
pelajaran.
Kegiatan siswa sesuai dengan tahapan pembelajaran belum terlaksana
dengan baik, dalam beberapa tahapan siswa belum melaksanakannya dengan baik,
seperti pada kegiatan aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan
54
kategori di depan kelas. Pada kegiatan presentasi, siswa tidak memiliki rasa
percaya diri terhadap kemampuannya sehingga siswa lebih ada rasa malu, takut
dan belum berani sehingga harus dibujuk oleh guru. Jika diberi pertanyaan, tidak
semua siswa berani menjawab pertanyaan secara individu. Pada kegiatan mencatat
juga masih terdapat kekurangan, karena belum semua siswa mencatat dan
meringkas penjelasan yang disampaikan guru atau teman. Sebagian besar siswa
menyatakan malas mencatat dikarenakan sudah mempunyai buku paket dan LKS.
Siswa yang lain juga menyatakan bahwa mereka tidak membuat catatan karena
guru maupun teman memberikan penjelasan dengan cepat sedangkan siswa tidak
bisa membuat catatan dengan cepat akibatnya sering tertinggal dan memilih untuk
tidak membuat catatan. Nilai presentasi siswa didapatkan dari struktur
penyajiaanya, usaha memaksimalkan media komik yang disediakan, dengan hasil
diskusi yang dipresentasikan didepan kelas.
3) Evaluasi
Proses pembelajaran kognitif dapat ditunjukkan dengan hasil ketuntasan
belajar siswa dalam bentuk nilai. Nilai siswa digunakan sebagai data pendamping.
Nilai siswa diharapkan meningkat jika minat belajar siswa meningkat. Seperti
yang telah disebutkan diatas ketuntasan klasikal meningkat setelah diberikan
penerapan metode pembelajaran Group Investigation. Kepuasan siswa terhadap
penggunaan media komik dapat diperoleh dari hasil pengisian angket. Pada siklus
I ini persepsi siswa terhadap media sudah mengalami peningkatan. Siswa tertarik
dan merasa lebih jelas dalam penyampaian materi dengan media yang digunakan,
hal ini terlihat dari besarnya rata-rata persentase yang didapat. Tetapi kejelasan
media dalam menjelaskan prinsip materi yang diajarkan masih kurang, hal ini
dikarenakan siswa belum mampu menangkap inti dari pokok materi yang
dijelaskan disebabkan juga karena siswa lebih tertarik memperhatikan gambargambar komik yang ada dan mencoret-coret gambar tambahan yang tidak penting.
media komik merupakan hal yang baru bagi siswa, karena selama ini guru belum
memanfaatkannya untuk pembelajaran.
Hasil temuan-temuan yang didapat pada siklus I, masih terdapat beberapa
kekurangan yaitu siswa belum melaksanakan investigasi materi secara maksimal,
55
hasil yang dipresentasikan masih kurang jelas dan menarik, sehingga siswa-siswa
yang lain kurang memperhatikan dan kurang antusias sehingga mempengaruhi
tingkat penguasaan materi dan proses pembelajaran kurang optimal dan siswa
malu untuk bertanya. Penerapan pembelajaran kooperatif metode Group
Investigation dengan menggunakan media komik pada tindakan I belum dapat
dilaksanakan secara optimal, sebab siswa masih nampak belajar secara individual
dan sangat tergantung pada instruksi guru. Pada siklus ini kegiatan investigasi
hanya dengan menggunakan buku referensi dan komik sehingga tidak ada
kegiatan laporan kegiatan lapangan. Upaya yang harus dilakukan peneliti adalah
mengadakan perbaikan pada siklus II agar pembelajaran lebih optimal.
2. Siklus II
Siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I.
Perbedaannya terletak pada tahap perencanaannya. Perencanaan pada siklus II
tergantung pada hasil refleksi siklus I.
a. Perencanaan Tindakan
Proses kegiatan pembelajaran masih berpusat pada aktivitas guru dan
siswa. Pada siklus II materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II berbeda
dengan materi pada siklus I, yaitu Pencemaran Lingkungan. Model pembelajaran
yang digunakan juga sama seperti pada siklus I, yaitu Group Investiation dengan
menggunakan media komik tetapi pelaksanaan kegiatan dilakukan diluar
lapangan. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan (4 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II
menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian yang
digunakan pada siklus I.
Perencanaan tindakan siklus II ini peneliti bersama guru mengadakan
perbaikan yang akan dilakukan yaitu agar proses pembelajaran lebih optimal,
siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran, lebih maksimal dalam
pelaksanaan investigasi materi pelajaran dan presentasi hasil investigasi lebih
56
mudah dipahami oleh siswa-siswa yang lain. Perbaikan-perbaikan yang akan
dilakukan pada siklus II antara lain:
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
yang akan di pelajari pada pembelajaran selanjutnya serta memberi pekerjaan
rumah.
2. Guru memberi semangat kepada siswa yang belum mengeluarkan pendapat
dalam diskusi kelompok dengan memanggil namanya, menumbuhkan rasa
percaya diri bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan masing-masing agar
siswa tidak malu dan takut untuk mengeluarkan pendapat. Guru memberikan
pujian kepada siswa yang mengeluarkan pendapat sehingga siswa lain
berusaha untuk berpendapat.
3. Guru memberi penjelasan kepada setiap kelompok agar melaksanakan
investigasi materi secara maksimal, yaitu dari hasil diskusi kelompok, LKS,
buku-buku yang relevan maupun internet sehingga mendapat pengetahuan
yang lebih luas.
4. Pada saat presentasi, setiap kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan
hasil investigasi menggunakan gambaran komik atau OHP agar menarik bagi
semua siswa.
5. Pada saat pembelajaran berlangsung, bagi siswa yang mengantuk diberikan
kesempatan untuk mencuci muka agar bisa kembali mengikuti pelajaran
dengan segar. Siswa yang ramai akan ditegur dan diperingatkan, untuk
mengatasi siswa yang malas diberikan pengawasan secara berkeliling. Siswa
yang tidak memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, dipanggil namanya
kemudian diberi pertanyaan tentang materi pelajaran sehingga akan
mengembalikan perhatian pada pelajaran.
6. Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa untuk melibatkan diri
dalam kegiatan belajar mengajar, guru menghampiri siswa yang perlu bantuan,
serta menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat
pembelajaran dimana siswa nyaman dalam belajar, tidak merasa tegang, takut,
dan malu untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
7. Adanya perbaikan pada indikator yang belum mencapai target yang dicapai.
57
8. Kegiatan investigasi dapat diperluas dengan kegiatan laporan kegiatan
lapangan sehingga siswa tahu dan menjalani kegiatan yang dikerjakan.
Perbaikan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar
siswa dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil
refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
tidak jauh beda dengan siklus I. Metode dan langkah-langkah pembelajarannya
sama, hanya saja harus memperhatikan hasil refleksi pada siklus I yaitu dengan
memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam perencanaan
tindakan siklus II. Siklus II ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dalam setiap
akhir pertemuan dilaksanakan kegiatan observasi selama KBM berlangsung dan
angket minat belajar siswa. Pada pertemuan sebelumnya guru telah memberi tugas
kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi Pencemaran Lingkungan di
rumah.
Pertemuan pertama, guru membuka pelajaran kemudian melaksanakan
presensi. Kehadiran siswa adalah 100 % (masuk semua). Guru memberikan kilas
balik dari pertemuan pada siklus I, kemudian menyampaikan materi Pencemaran
Lingkungan secara umum dan membagi materi menjadi 8 sub topik. Siswa yang
memilih sub topik yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian
menginvestigasi sub topik yang telah dipilih. Terbentuk 8 kelompok sesuai
dengan sub topik masing-masing. Siswa dalam kelompok masing-masing
merencanakan tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan
mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya dari sub topik yang diperoleh.
Setiap siswa dalam kelompok berperan aktif dalam kegiatan investigasi yang
hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Guru memberi kesempatan pada
setiap kelompok untuk melengkapi hasil investigasi di lapangan dan memberi
kebebasan dalam mempresentasikan hasil investigasi. Guru memberi kebebasan
kepada siswa untuk melakukan presentasi menggunakan gambaran komik atau
OHP.
Observasi sintak pembelajaran dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung. .
kegiatan
58
Pertemuan kedua, pertemuan ini melanjutkan presentasi bagi kelompok
yang
belum
melaksanakan
presentasi.
Hasil
investigasi
materi
yang
dipresentasikan oleh siswa lebih lengkap dan terarah, sehingga siswa lebih mudah
memahami. Guru tetap sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi.
Guru memberikan pertanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Setiap kelompok
yang telah melaksanakan presentasi akan mendapat pertanyaan dari siswa-siswa
kelompok lain tentang materi yang masih belum dipahami, sehingga semua siswa
dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi
dan presentasi. Pada akhir pertemuan, guru memberikan kilas balik materi,
membahas pertanyaan yang belum terjawab oleh siswa dan memberikan
kesimpulan materi bersama-sama dengan siswa. Guru dan siswa melaksanakan
observasi kegiatan pembelajaran pada sintak pembelajaran dan peneliti
memberikan angket minat belajar untuk siklus II dan data pendamping angket
penggunaan media komik dan test yang dilaksanakan dengan metode
pembelajaran Group Investigation.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tindakan II subjek penelitin sudah mulai terlihat adanya perhatian
dan motivasi belajar siswa yang lebih besar dibandingkan pada siklus I. Hal ini
tampak dari keberanian siswa untuk bertanya dan mngemukakan pendapatnya
pada waktu presentasi. Kerja kelompok juga menunjukkan interaksi yang efektif
pada pengerjaan lembar diskusi siswa. Hasil observasi mengenai minat belajar
siswa dalam pembelajaran menunjukkan sudah banyak siswa yang meminta guru
menjelaskan kembali hal-hal yang dianggap kurang jelas, antusias menjawab
pertanyaan dari guru, mendengarkan penjelasan guru, memperhatikan ke papan
tulis ketika guru mencatat, mencatat ketika guru menjelaskan hal-hal yang
penting, dan bersikap tenang pada saat KBM sedang berlangsung terutama ketika
guru sedang mempresentasikan materi.
Dari hasil penelitian, hasil pembelajaran dengan model pembelajaran
koopratif metode Group Investigation pada siklus II dapat diketahui dari nilai
minat belajar siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
59
1) Angket Minat Belajar Siswa dalam KBM di kelas Siklus II
Angket minat belajar siswa pada siklus II berupa angket tertutup yang
berfungsi untuk menggali informasi mengenai peningkatan minat belajar siswa
kelas VIID SMP Negeri 10 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran
Group Investigation dengan menggunakan media komik. Hasil angket minat
belajar untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran. Berikut ini adalah tabel
hasil angket minat belajar siswa untuk setiap indikator:
Tabel 14. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus
II.
No Indikator
Persentase
(%)
1
Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang
83,58
berlangsung
2
Siswa selalu siap saat ditunjuk guru
3
Siswa fokus terhadap materi pelajaran
82,82
83,07
4
Siswa sering mengajukan pertanyaan
83,58
5
Siswa selalu ingin tahu banyak
81,28
6
Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar
82,56
7
Siswa selalu menginginkan lebih
8
Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri
81,53
83,07
9
Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya
82,56
10
Siswa menyenangi materi belajar
82,73
11
Siswa bersemangat dalam belajar
81,53
12
Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh
81,92
13
Siswa giat dalam belajar
81,923
Jumlah
Rata-rata
1072,22
82,47
2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II
Data observasi keterlaksnaan tahapan pembelajaran siklus II tiap
indikator siklus II dapat disajikan pada tabel berikut:
60
Tabel 15. Persentase Capaian Setiap Indikator Keterlaksanaan Tahapan
Pembelajaran siklus II.
No
Kegiatan (Guru)
1.
Memberikan apersepsi dan motivasi di awal
pembelajaran.
Menyajikan pelajaran secara garis besar.
Menjelaskan
langkah-langkah
Group
Investigasi (GI).
Membimbing siswa dalam kegiatan Group
Investigasi (GI).
Membimbing menginvestigasi dengan
sumber yang ada.
Memberikan waktu untuk mendiskusikan
gagasan anggotanya dalam tiap kelompok.
Membimbing
siswa
dalam
proses
pembahasan kategori dalam kelompok.
Meminta siswa untuk mempresentasikan
hasil investigasi masing-masing didepan
kelas.
Membimbing siswa dalam kegiatan tanya
jawab
Memberikan hasil investigasi terkait materi
pelajaran.
Memberikan kesempatan bertanya dan
mengajukan pendapat kepada siswa.
Membimbing siswa untuk menyimpulkan
materi pelajaran
Mengadakan evaluasi pembelajaran.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Keterlaksanaan
Ya
Tidak
√
Keterangan
baik
√
√
baik
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
Tabel 16. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan
Pembelajaran Siklus II.
No
1.
2.
Keterlaksanaan
Ya
Tidak
Memperhatikan
dan
mendengarkan
√
penjelasan guru dengan seksama.
Menerima media komik berisi materi
√
pembelajaran dari guru.
Kegiatan (Siswa)
Keterangan
baik
baik
61
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai
dengan materi.
Membentuk kelompok sesuai topik.
Membagi tugas dengan anggota kelompok.
Melakukan investigasi dengan dengan
anggota kelompok.
Aktif dan berani dalam mempresentasikan
hasil pembahasan kategori di depan kelas.
Aktif mencatat dan meringkas penjelasan
guru/teman.
Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya
jawab.
Aktif dalam kegiatan Group Investigasi
(GI).
Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group
Investigasi (GI).
Aktif menjawab pertanyaan dari guru.
Menyimpulkan dan merangkum pelajaran.
Pada
pembelajaran
siklus
II,
sudah
√
baik
√
√
baik
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
baik
√
√
baik
baik
terlihat
adanya
perbaikan
keterlaksnaan tahapan pembelajaran siklus II. Guru membimbing jalannya
kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran
dengan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan
belajar mengajar. Pada siklus II ini materi yang disampaikan berbeda dengan
siklus I yaitu Pencemaran Lingkungan. Kegiatan pembelajaran melalui dua tahap.
Pada tahap pertama, guru membagi materi Pencemaran Lingkungan
menjadi 8 sub topik, selanjutnya setiap kelompok melakukan investigasi materi.
Tahap kedua, hasil investigasi kelompok dipresentasikan di kelas dan akhir siklus
diberi evaluasi. Guru memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Serangkaian kegiatan guru pada siklus II
telah memperlihatkan upaya-upaya peningkatan minat belajar siswa dengan
menggunakan media komik dan membangkitkan semangat siswa dalam
pembelajaran dengan metode Group Investigation dengan baik. Guru memberikan
semangat kepada siswa, membangkitkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa
setiap siswa mampu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok, guru
62
memberikan arahan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan sehingga siswa
harus saling bekerja sama dalam kelompok tanpa memilih-milih teman. Guru
lebih memberikan penekanan agar siswa tidak egois pada kemampuan masingmasing tetapi harus mampu belajar dan bekerja sama dalam kelompok.
Kegiatan siswa sesuai dengan tahapan pembelajaran sudah terlaksana
dengan baik, dalam beberapa tahapan siswa sudah melaksanakannya dengan baik,
seperti pada kegiatan menganalisis dan menjawab pertanyaan. Pada kegiatan
menganalisis, siswa memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya sehingga
siswa lebih memilih bertanya kepada teman maupun guru tanpa berusaha
menyelesaikannya sendiri terlebih dahulu. Jika diberi pertanyaan, hampir semua
siswa berani menjawab pertanyaan secara individu. Pada kegiatan mencatat semua
siswa mencatat dan meringkas penjelasan yang disampaikan guru atau teman. Dan
siswa pada akhir pertemuan berani menyimpulkan pelajaran bersama guru. Nilai
presentasi siswa didapatkan dari struktur penyajiaanya, usaha memaksimalkan
media komik yang disediakan, dengan hasil diskusi yang dipresentasikan didepan
kelas, siswa lebih berani untuk bertanya dan berpendapat.
3) Evaluasi
Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes tertulis yang bertujuan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Pencemaran Lingkungan. Hasil tes
kognitif seluruh siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran. Selain itu, data
hasil tes juga disajikan dalam bentuk capaian ketuntasan klasikal. Pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang sedang
dipelajari. Bentuk pertanyaan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, sedikit
berbeda dengan jumlah soal pada siklus I.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan
Observasi menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami
peningkatan yang cukup besar. Guru sudah mengerti dan memahami kekurangankekurangannya pada pelaksanaan siklus I dan mempunyai solusinya yaitu pada
materi selanjutnya, siswa melaksanakan investigasi materi dengan lebih lengkap
dan jelas untuk selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. Materi yang diberikan
pada pembelajaran siklus II ini berbeda dengan materi pada pembelajaran siklus I.
63
Pada pembelajaran siklus II ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator,
membimbing jalannya investigasi kelompok, presentasi kelompok dan tanya
jawab. Guru memberikan petanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Guru lebih
menekankan pada pentingnya kerja sama dalam kelompok, menghargai pendapat
teman dan saling menghargai antar kelompok. Sehingga penerapan metode Group
Investigation dengan penggunaan komik berupaya agar minat belajar siswa dalam
pembelajaran semakin meningkat.
1) Hasil Angket Minat Belajar Siswa
Berdasarkan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa minat belajar siswa dalam
pembelajaran siklus II berkisar antara 81,28% - 83,59%, dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 82,47%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase
indikator minat belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 2,31% dari siklus I
(79,45%). Persentase indikator tertinggi diduduki oleh indikator 1 (Sorot mata
siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung) yaitu sebesar 83,58%.
Indikator terendah diduduki oleh indikator 5 (Siswa selalu ingin tahu banyak)
yaitu sebesar 81,28%. Meskipun demikian, persentase indikator 5 mengalami
peningkatan yaitu 1,48% dari 80,76% pada siklus 1 meningkat menjadi 81,28%
yang berarti terjadi peningkatan siswa ingin tahu banyak hal.
Walaupun peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sedikit, tetapi
sudah menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa perangsangan media komik dengan penerapan metode
pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam
pembelajaran. Minat belajar siswa siswa dalam pembelajaran Group Investigation
ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam investigasi kelompok, saling bertukar
pendapat, siswa memperhatikan dan aktif dalam presentasi kelompok, siswa
bertanya kepada kelompok presentator dan berani menjawab pertanyaan, siswa
ingin tahu lebih dan kebutuhan siswa terpenuhi.
64
Gambar 9. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus
II.
2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran
Keterlaksanaan tahapan pembelajaran siklus II pada pelaksanaan
pembelajaran dengan penerapan metode Group Investigation semakin baik. Hasil
observasi terhadap keterlaksanaan tahapan pembelajaran menunjukkan bahwa
pada siklus II memiliki hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hasil pada siklus
I. mengenai keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada siklus II menunjukkan
bahwa secara keseluruhan tahapan pembelajaran aktif Group Investigation disertai
media komik sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan pembelajaran ini dapat
dilihat dari dua pihak yaitu pihak guru dan pihak siswa yang masing-masing
melakukan kegiatan pembelajaran yang saling mendukung.
Pada awal pembelajaran, guru memberikan apersepsi dan motivasi
dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat mengantarkan siswa kepada
65
materi Pencemaran kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi pelajaran
secara garis besar. Guru menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI).
Guru juga membimbing kegiatan menginvestigasi dengan sumber yang ada dan
selanjutnya meminta siswa untuk mempresentasikan informasi masing-masing di
depan kelas. Seiring kegiatan presentasi, guru bertugas membimbing dan
memberikan poin-poin penting yang terkait dengan materi pelajaran, serta
memberikan kesempatan kapada siswa untuk bertanya.
Pada kegiatan pembelajaran, sorot mata siswa tertuju pada penjelasan
guru dan bersikap tenang serta menyimak pelajaran dengan baik. Setelah siswa
menerima media komik mengenai Pencemaran, siswa mengusulkan topik
kemudian membentuk kelompok berdasarkan topik yang sama. Siswa melakukan
diskusi dengan kelompoknya dan menginvestigasi hasil diskusi kelompok didepan
kelas.
Kegiatan pembelajaran tersebut dilanjutkan dengan kegiatan presentasi
oleh tiap-tiap kelompok. Setiap siswa dalam satu kelompok mempresentasikan
hasil investigasi apa yang disampaikan. Kegiatan presentasi siswa memperhatikan
penjelasan guru maupun presentasi yang dilakukan oleh teman dengan seksama
dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab yang dibimbing oleh guru. Jika
menjumpai kesulitan atau ingin menyampaikan siswa terlihat berani dan aktif
dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat
maupun menanggapi pendapat. Siswa juga mencatat hal-hal yang penting dari
pelajaran dan yang disampaikan. Pada akhir pembelajaran, siswa membuat
ringkasan materi Pencemaran.
Variasi langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikemas secara
menarik
sehingga
guru
dapat
menciptakan
situasi
dan
kondisi
yang
menyenangkan pada saat pembelajaran. Guru mampu membimbing jalannya
diskusi dan presentasi kelompok. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru
menghampiri siswa yang membutuhkan bantuan dan juga menegur siswa yang
mengganggu kelas. Guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir
pembelajaran dan menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa.
66
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus
II menunjukkan gambaran kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga
memberikan hasil yang positif dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa
dalam pembelajaran.
B. Antar Siklus
Observasi dan evaluasi dilakukan terhadap siklus I dan siklus II yang
dilaksanakan dengan menggunakan angket dan lembar observasi keterlaksanaan
tahapan pembelajaran, serta data pendamping angket kepuasan penggunaan media
komik dalam pembelajaran dan test menghasilkan perubahan data pada hasil
tindakan.
Berikut adalah sajian data antara pra siklus, siklus I dan siklus II serta
analisanya:
1. Hasil Angket Minat Belajar Siswa
Hasil angket afektif siswa untuk setiap indikator pada pra siklus, siklus I
dan siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Antar
Siklus
No
Indikator
Pra siklus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Sorot mata siswa tertuju pada guru
mata pelajaran yang berlangsung
Siswa selalu siap saat ditunjuk guru
Siswa fokus terhadap materi pelajaran
Siswa sering mengajukan pertanyaan
Siswa selalu ingin tahu banyak
Siswa giat belajar dan memiliki
motivasi belajar
Siswa selalu menginginkan lebih
Siswa ulet memecahkan masalah
secara mandiri
Siswa peka dan responsif terhadap
masalah dan pemecahannya
Siswa menyenangi materi belajar
Siswa bersemangat dalam belajar
Persentase
Siklus I
Siklus II
72.82
76.41
74.35
76.41
71.79
80.25
78.46
79.48
79.48
80.76
83.58
82.82
83.07
83.58
81.28
67.86
69.23
80.51
73.84
82.56
82.73
71.11
79.82
83.07
70.59
75.04
75.64
79.65
80.17
80.25
82.56
82.73
81.53
67
12
13
Siswa tidak cepat merasa puas dengan
hasil yang diperoleh
Siswa giat dalam belajar
Jumlah
Rata-rata
74.61
76.53
952.43
73.26
79.61
80.51
1002.86
77.05
81.92
81.92
1072,22
82,47
Minat belajar siswa kelas VII B SMP N 10 Surakarta menurut data
angket mengalami perubahan yaitu mengalami kenaikan persentase. Rata-rata
minat belajar siswa pra siklus adalah sebesar 72.75%, pada siklus I meningkat
menjadi 79,94% dan pada siklus II menjadi 82,47%. Minat belajar siswa sudah
mengalami peningkatan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar. Diperlukan
waktu yang cukup lama dan proses yang lambat dengan perlakuan secara
berulang-ulang agar seluruh siswa dapat meminati dengan sungguh-sungguh
dalam pembelajaran khususnya pada saat diskusi dan presentasi.
Untuk peningkatan persentase rata-rata setiap indikator angket minat
belajar siswa dapat divisualisasikan dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 11. Grafik Persentase Tiap Indikator Antar Angket Minat Belajar
68
Persentase setiap indikator pada angket minat belajar siswa mengalami
peningkatan dari pra siklus sampai dengan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa
keterlibatan siswa dalam perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan siswa
dalam pembelajaran meningkat. Sehingga guru dan siswa harus berusaha untuk
mengembangkannya.Pada siklus II masing-masing indikator sudah mencapai
target yang diharapkan.
2. Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran
Data persentase capaian untuk setiap indikator yang diproleh dari hasil
observasi keterlaksanaan tahap pembelajaran untuk setiap siklus dapat
ditunjukkan dengan tabel berikut:
Tabel 21. Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran Guru.
No.
Kegiatan (Guru)
1.
Memberikan apersepsi dan motivasi di awal
pembelajaran.
Menyajikan pelajaran secara garis besar.
Menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi
(GI).
Membimbing siswa dalam kegiatan Group
Investigasi (GI).
Membimbing menginvestigasi dengan sumber
yang ada.
Memberikan waktu untuk mendiskusikan
gagasan anggotanya dalam tiap kelompok.
Membimbing siswa dalam proses pembahasan
kategori dalam kelompok.
Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
investigasi masing-masing didepan kelas.
Membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab
Memberikan hasil investigasi terkait materi
pelajaran.
Memberikan
kesempatan
bertanya
dan
mengajukan pendapat kepada siswa.
Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
pelajaran
Mengadakan evaluasi pembelajaran.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Keterlaksanaan
dalam Pembelajaran
Siklus I
Siklus II
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
kurang
baik
baik
baik
kurang
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
69
Tabel 22. Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran Siswa
No.
Kegiatan (Guru)
1.
Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
guru dengan seksama.
Menerima media komik berisi materi
pembelajaran dari guru.
Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai
dengan materi.
Membentuk kelompok sesuai topik.
Membagi tugas dengan anggota kelompok.
Melakukan investigasi dengan dengan anggota
kelompok.
Aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil
pembahasan kategori di depan kelas.
Aktif mencatat dan meringkas penjelasan
guru/teman.
Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya jawab.
Aktif dalam kegiatan Group Investigasi (GI).
Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group
Investigasi (GI).
Aktif menjawab pertanyaan dari guru.
Menyimpulkan dan merangkum pelajaran.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Keterlaksanaan
dalam Pembelajaran
Siklus I
Siklus II
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
kurang
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
kurang
baik
baik
baik
Pada table 21 dan 22 observasi keterlaksanaan tahap pembelajaran diatas
menunjukkan bahwa keterlaksanaan tahap pembelajaran semakin terlihat
meningkat seiring dengan pergantian siklus. Pada siklus I, pembelajaran Group
Investigasi (GI) disertai media komik belum dilaksanakan secara optimal karena
masih terdapat beberapa langkah yang belum dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai
media komik. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan apersepsi
dan motivasi yang diikuti oleh siswa dengan baik. Apersepsi yang diberikan guru
berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengantarkan siswa sampai pada materi yang
akan dipelajari.
70
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan sesuai dengan tahapan pembelajaran
Group Investigasi (GI) disertai media komik, hanya saja pada siklus I masih
terdapat beberapa tahapan pembelajaran yang belum dilaksanakan dengan baik,
yaitu pada langkah ke-delapan yaitu guru meminta siswa untuk mempresentasikan
hasil investigasi masing-masing didepan kelas. Pada saat siswa sedang melakukan
presentasi dari hasil investigasi, siswa merasa tidak percaya diri, malu, dan takut.
Sehingga waktu terbuang sia-sia yang menunggu siswa waktu presentasi.
Permasalahan lain yang terjadi pada siklus I adalah pada saat kegiatan Group
Investigasi (GI). Guru tidak menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI)
dengan jelas dan bahasa yang komunikatif, akibatnya siswa tidak memahami
langkah-langkah Group Investigasi (GI) dengan baik dan menyebabkan siswa
mengalami sedikit kebingungan. Hal tersebut menyebabkan kegiatan Group
Investigasi (GI) menjadi tidak efektif dan memerlukan banyak waktu.
Pada pembelajaran siklus I, siswa belum memiliki keberanian untuk
menjawab pertanyaan secara individu yang dilemparkan oleh guru tanpa harus
ditunjuk oleh guru. Siswa merasa takut jika jawaban yang dikemukakan salah,
maka akan menjadi bahan tertawaan siswa lain. Oleh karena itu, siswa hanya
berani menjawab pertanyaan jika berupa pertanyaan dengan jawaban serempak di
dalam kelas. Hasil wawancara dengan guru memberikan informasi bahwa kendala
dalam pembelajaran aktif Group Investigasi (GI) disertai media komik adalah
karena pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga
untuk pengaturannya membutuhkan waktu yang cukup banyak agar siswa benarbenar memahami apa yang harus dilakukan.
Pada kegiatan pembelajaran siklus II, semua tahapan pembelajaran
sudah dilaksanakan dengan baik karena permasalahan-permasalahan yang terdapat
pada siklus I sudah diperbaiki oleh guru. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan
hasil
investigasi
masing-masing
didepan kelas,
guru
membimbing setiap kelompok dengan baik dan memberikan arahan jika siswa
mengalami kesulitan. Dengan demikian kegiatan presentasi hasil investigasi
menjadi tenang, lancar dan semua siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan
tersebut. Pada siklus II juga siswa juga terlihat mampu menganalisis permasalahan
71
yang muncul melalui usaha sendiri dengan membaca buku dan menghubungkan
dengan materi pelajaran, jika belum menemukan jawaban dari permasalahan
tersebut, siswa mendiskusikannya dengan siswa lain dalam satu kelompok.
Pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai media komik diawali
dengan guru menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI) terlebih dahulu
dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa jika terdapat siswa yang belum mengerti langkah-langkah
Group Investigasi (GI) tersebut. Selama kegiatan Group Investigasi (GI) siklus II
berlangsung, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi pelajaran Pencemaran yang kemudian dijawab siswa dengan berani tanpa
harus ditunjuk oleh guru. Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran pada
siklus II juga menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih
efektif jika dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan angka persentase jumlah skor setiap indikator angket
penggunaan media komik menunjukan peningkatan yang berarti pada setiap
pergantian siklus. Penggunaan media komik dalam pembelajaran pada penelitian
dapat menghindarkan kebosanan siswa pada pembelajaran dan sebagai referensi
buku dalam pembelajaran. Tampak pada tampilan suasana kelas pada jam terakhir
disetiap siklus sering dijumpai siswa tidak semangat dan berminat dalam
mengikuti pelajaran, tidak bergairah, penuh kelesuan dan kurang bersahabat.
Sehingga mnyebabkan suasana kelas menjadi kurang kondusif, agar menarik
siswa bersemagat lagi dengan memberikan sedikit hiburan berupa pembelajaran
yang menggunakan media komik.
E. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media komik oleh
siswa melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan minat
belajar siswa dalam pembelajaran. Untuk mengetahui adanya peningkatan minat
belajar siswa dilihat dengan menggunakan angket minat belajar siswa dan angket
72
kepuasan menggunakan media komik, serta lembar observasi sintak pembelajaran
pada saat pembelajaran berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa.
Pada pelaksaan siklus I, dari hasil pengisian angket minat belajar siswa
didapat rata-rata aspek indikator minat belajar adalah 79.45%. Untuk aspek 1
“Perhatian” yang terdiri dari 3 indikator yaitu sorot mata siswa terjutu pada
pelajaran sebesar 80.25%, siswa selalu siap saat ditunjuk sebesar 78.46%, dan
siswa fokus pada materi sebesar 79.48%. Aspek 2 “Keingintahuan” yang terdiri
dari 4 indikator yaitu siswa sering mengajukan pertanyaan sebesar 79.48%, siswa
ingintahu sebesar 80.76%, siswa giat belajar dan motivasi sebesar 80.51%, siswa
menginginkan lebih sebesar 73.84%. Aspek 3 “Motivasi” yang terdiri dari 4
indikator yaitu siswa ulet sebesar 79.82%, siswa peka dan responsive sebesar
79.65%, siswa menyenangi materi sebesar 80.17%, siswa bersemangat sebesar
80.25%. Aspek 4 “Kebutuhan” yang terdiri dari 2 indikator yaitu siswa tidak
merasa puas dengan hasil yang diperoleh sebesar 79.61%, siswa giat dalam belajar
sebesar 80.51% . Apabila hanya dilihat dari nilai rata-rata keempat aspek minat
belajar pada angket minat belajar siswa penelitian ini sudah mencapai target yaitu
75%. Tetapi berdasarkan nilai masing-masing indikator pada angket minat belajar
siswa belum tercapai, sehingga harus diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya
(siklus II).
Pada pelaksaan siklus II, rata-rata aspek indikator minat belajar adalah
82,47% yaitu untuk aspek 1 “Perhatian” yang terdiri dari 3 indikator yaitu sorot
mata siswa terjutu pada pelajaran sebesar 83.58%, siswa selalu siap saat ditunjuk
sebesar 82.82%, dan siswa fokus pada materi sebesar 83.07%. Aspek 2
“Keingintahuan” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa sering mengajukan
pertanyaan sebesar 83.58%, siswa ingintahu sebesar 81.28%, siswa giat belajar
dan motivasi sebesar 82.56%, siswa menginginkan lebih sebesar 82.73%. Aspek 3
“Motivasi” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa ulet sebesar 83.07%, siswa
peka dan responsive sebesar 82.56%, siswa menyenangi materi sebesar 82.73%,
siswa bersemangat sebesar 81.53%. Aspek 4 “Kebutuhan” yang terdiri dari 2
indikator yaitu siswa tidak merasa puas dengan hasil yang diperoleh sebesar
81.92%, siswa giat dalam belajar sebesar 81.92% Dari hasil wawancara, siswa
73
yang menyukai adanya penggunaan media komik melalui penerapan metode
Group Investigation untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran
biologi dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan Group
Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran
masing-masing sebanyak 39 siswa (95,12%). Berdasarkan hasil angket pada
kedua siklus menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan minat belajar
siswa dan target tercapai sehingga siklus dapat dihentikan.
Minat belajar siswa meningkat dengan adanya penggunaan media komik
untuk siswa melalui penerapan metode Group Investigation. Adanya penerapan
metode Group Investigation dengan menggunakan media komik memberikan
dampak yang positif yaitu minat belajar siswa dalam pembelajaran meningkat
diantaranya siswa berani menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan
pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami. Siswa aktif mengungkapkan
pendapat dalam diskusi kelompok dan memberi masukan pada kelompok lain
yang presentasi. Selain itu, siswa juga memberikan perhatian ketika kelompok
lain presentasi. Dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa menjadi lebih
paham dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa dituntut
bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk investigasi materi yang telah
dipilih dan mempresentasikannya di depan kelas.
Pembelajaran
dengan
metode
pembelajaran
kooperatif
Group
Investigation ini dapat melatih siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi
tentang materi yang akan dipelajari, mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi,
memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam
mensintesis dan menganalisis, meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi.
Proses pembelajaran Group Investigation siswa dikelompokkan dalam kelompok
kecil, kemudian siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan menginvestigasi
materi selengkap-lengkapnya, mencari informasi sebanyak mungkin dari berbagai
media pembelajaran baik dari buku maupun media komik bersama anggota
kelompoknya. Sehingga akan terjadi interaksi antar siswa untuk melaksanakan
investigasi dan semua siswa dapat turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Guru memberikan bimbingan atau bantuan pada saat siswa mengalami kesulitan
74
selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Seifert et al (2009)
yang menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau Group Investigation adalah
suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja
dalam kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri.
Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi,
kebebasan untuk
merencanakan aktivitas
yang akan dilaksanakan dan
mendapatkan pengalaman yang berharga.
Metode
pembelajaran
Group
Investigation
merupakan
metode
pembelajaran yang cukup efektif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil
wawancara, siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi dengan
menggunakan metode Group Investigation sudah cukup inovatif sebanyak 39
siswa (95,12%) dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode Group Investigation dapat menambah referensi belajar siswa sebanyak 39
siswa (95,12%). Pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation
dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Zingaro (2008) yang
menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode Group Investigation siswa lebih
berkreatifitas dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab.
Selain terjadi peningkatan minat belajar, kepuasan menggunakan media
komik dan hasil belajar siswa juga meningkat. Siswa tidak hanya berminat dalam
pembelajaran tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang baru yaitu adanya
penggunaan media komik yang jarang digunakan guru sehingga dapat
menvariasikan penggunaan media dalam pembelajaran. Rata-rata kepuasan
penggunaan media komik pada siklus I adalah 61,79%, terjadi peningkatan
sebesar 22,76% pada siklus II menjadi 84,55%. Hal ini terjadi karena dalam
metode Group Investigation dengan menggunakan media komik, siswa dilatih
untuk saling bekerja dalam satu kelompok sehingga siswa mempunyai jiwa
kooperatif
yang
tinggi,
saling
menghormati
dan
menghargai
antar
siswa,menghibur siswa dari kejenuhan dalam proses pembelajaran. Nilai rata-rata
kelas pada siklus I adalah 83,25 dan pada siklus II adalah 83,54. Nilai yang
diperoleh pada siklus I, masih ada 3 siswa (7,32%) yang belum mencapai batas
75
ketuntasan minimal. Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan hasil yaitu
hanya 1 siswa yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode
pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa
digunakan sebagai data pendamping.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada siswa diperoleh
hasil bahwa siswa yang setuju jika penggunaan metode Group Investigation
dengan menggunakan media komik dapat membuat siswa menjadi lebih paham
dalam mempelajari materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%), siswa setuju
bahwa penggunaan metode Group Investigation dengan menggunakan media
komik dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mempelajari materi
biologi sebanyak 34 siswa (82,93%), siswa yang setuju bahwa penggunaan
metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat
membangkitkan semangat untuk mendalami materi biologi sebanyak 35 siswa
(85,37%).
Dengan adanya metode Group Investigation dengan menggunakan media
komik, siswa menjadi lebih semangat, lebih paham dan lebih mudah dalam
mempelajari materi biologi sehingga prestasi belajar meningkat. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa
dalam pelaksaannya metode Group Investigation dapat meningkatkan prestasi,
meningkatkan motivasi, membantu perkembangan hubungan interpersonal siswa,
meningkatkan rasa saling menghormati teman dalam satu kelompok dan antar
kelompok. Group Investigation dapat mengubah bentuk kelas ke dalam suatu
hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan
hubungan timbal balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok, mempererat
persahabatan siswa yang bersifat heterogen,
kepercayaan dan lebih bersikap
positif di dalam pelajaran dan sekolah. Begitu juga dengan penelitian Seifert et al
(2009) yang menyatakan bahwa dengan penerapan metode Group Investigation
siswa berusaha untuk meningkatkan hasil belajar.
Proses pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh minat belajar siswa
dalam pembelajaran, tetapi juga sangat tergantung pada kemampuan guru dalam
76
mengembangkan berbagai keterampilan mengajar (Mulyani Sumantri dan Johar
Permana, 2001:228). Lembar observasi sintak pembelajaran digunakan untuk
melihat keterlaksanaan dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa. Kegiatan
kriteria sintak pembelajaran siklus I terdapat beberapa kegiatan yang belum
terlaksana dengan baik antara lain guru kurang dapat membagi tugas dengan
anggota kelompok sehingga masing-masing siswa bingung mendengar penjelasan
guru dan aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil investigasi guru harus
membujuk siswa agar mau maju mempresentasikan, sedang siswa dalam
mempresentasikan hasil investigasi tidak mempunyai rasa percaya diri sehingga
siswa malu dan takut salah dan ditertawakan siswa yang lain, walaupun sudah
dilakukan dan pada silus II semua kegiatan pembelajaran berjalan lebih baik lagi
baik guru maupun siswa.
Setiap siklus guru dan siswa sudah menunjukkan
perbaikan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dilakukan oleh
guru dan siswa dapat digunakan untuk perbaikan pembelajaran.
Dalam pengunaan media komik, siswa sudah mengenal komik tetapi
dalam pengaplikasikannya komik digunakan dalam pembelajaran belum pernah,
dari hasil pengisian angket pengguanaan media komik pada siklus 1 terjadi
peningkatan pada tiap indikator, dan rata-rata indikator sebesar 76.87%. Pada
indikator 1 “Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan
belajar” sebesar 78.35%, indikator 2 “Penilaian kemampuan diri dalam menguasai
informasi yang diberikan oleh guru” sebesar 76.92%, indikator 3 “Kegiatan untuk
menilai sesuatu secara terencana dan sistematik” sebesar 74.87%, indikator 4
“Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas” sebesar 73.33%, indikator 5
“Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana” sebesar
77.43%, indikator 6 “Penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari
tujuan” sebesar 77.94%, indikator 7 “Hasil kerja yang dicapai dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan” sebesar 78.46%, indikator 8 “Hasil kerja
yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan, dan waktu” sebesar
77.69%. Pada pelaksanaan siklus 2 siswa semakin menyenangi media komik ini
terbukti dari hasil pengisian angket angket tiap indicator mengalami peningkatan
dengan rata-rata indicator 79.10%, pada indikator 1 “Perhatian dan tindakan
77
nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar” sebesar 80%, indikator 2
“Penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru”
sebesar 80.25%, indikator 3 “Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan
sistematik” sebesar 76.15%, indikator 4 “Proses penilaian berdasarkan tujuan
yang jelas” sebesar 77.17%, indikator 5 “Pembentuk kesungguhan hati untuk
menerima yang kecil dan sederhana” sebesar 79.28%, indikator 6 “Penggunaan
kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan” sebesar 78.97%, indikator 7
“Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan” sebesar
80%, indikator 8 “Hasil kerja yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman,
kesungguhan, dan waktu” sebesar 81.02%.
Pemahaman siswa terhadap konsep materi Kerusakan Lingkungan dan
Pencemaran yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes
kognitif dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan tabel nilai rata-rata kelas
semakin meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pra siklus
adalah sebesar 79,48 nilai rata-rata siklus I adalah 89,74 dan siklus II sebesar 100.
Hal ini berarti penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta.
Berdasarkan capaian ketuntasan belajar siswa semakin mengalami
peningkatan. Pada pra siklus capaian ketuntasan sebesar 79,48% sebanyak 10
siswa belum mencapai batas tuntas minimal, selanjutnya setelah penerapan
metode pembelajaran Group Investigation menunjukkan peningkatan pada siklus I
sebesar 10,36% menjadi 89,74%, yaitu sebanyak 5 siswa belum mencapai batas
tuntas. Hal ini berarti proses pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
semakin membaik. Begitu pula pada siklus II terjadi kenaikan persentase menjadi
100%, sehingga siswa mencapai batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah.
78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Group Investigation dengan
menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa kelas
VIIB SMP Negeri 10 Surakarta Tahun ajaran 2008/2009.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengembangan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 10 Surakarta dan dapat
dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk
meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, yaitu bahwa
penerapan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat
meningkatkan hasil belajar biologi pada pokok bahasan Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan.
C. SARAN
1. Kepada Kepala Sekolah
a. Perlu adanya bimbingan kepada guru IPA Biologi agar lebih terampil
menggunakan pembelajaran kooperatif metode Group Investigation dalam
menciptakan pembelajaran yang baik.
b. Perlu adanya perhatian dan pengawasan dalam pelaksanaan pembelajaran
kooperatif metode Group Investigation sehingga tercapai proses belajar
mengajar yang menjadikan siswa aktif dan dinamis serta dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
79
2. Kepada Guru Pengajar
a. Guru hendaknya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif metode Group
Investigation dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa
khususnya pada pokok bahasan Pencemaran dan Kerusajan Lingkungan.
b. Guru hendaknya mengkaji lebih dalam permasalahan yang timbul dalam
proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil dan kualitas
pembelajaran di kelas.
c. Guru hendaknya selalu mengupayakan penggunaan metode dan media yang
tepat dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan peran serta, minat,
dan perhatian siswa sehingga hasil belajar yang dicapai akan lebih optimal.
3. Kepada Peneliti
a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat
mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang
telah dibuat oleh peneliti ini disesuaikan penerapannya, terutama hal alokasi
waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik
siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut dilakukan sehingga
hasilnya dapat lebih baik.
b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan pada kelas dan materi
yang berbeda.
4. Kepada Siswa
a. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari siswa lain sebaiknya
selalu menularkan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya kepada
siswa yang lain dalam kelompoknya.
b. Bagi anggota kelompok yang merasa kurang paham terhadap materi
jangamn malu-malu dan harus aktif bertanya kepada teman lain yang
mempunyai kemampuan lebih.
c. Jika ada hal-hal yang merupakan kesulitan kelompok sebaiknya
dikonsultasikan dengan guru.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 1997. Classroom Intruction And Management. USA: The MC. Graw
Hill Companies, Inc.
________ . 2001. Learning to Teach Fifth Edition. New York: Mc. Graw Hill
Company.
Azhar. 2005. Media Pembelajaran . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2004 . Media Pengajaran. Bandung: CV.
Maulana.
Boneff. 1998. Komik Indonesia. Jakarta : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia).
Enco Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi.
Surakarta: UNS Press.
Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I.
Surakarta: UNS Press.
Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Joyce. 2000. Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Kartini. 1990. Psikologi Umum. Bandung ; Mandar Maju.
Lie, A. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Marcell Bonneff. 1998. Komik Indonesia. Jakarta: Gramedia
Miles, M.B & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
CV Maulana.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda
Karya.
81
Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Saktiyono. 2006. IPA Biologi Untuk Kelas VII. Jakarta: Esis
Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A., Rahardjo., Anung Haryono. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo
Persada.
Suharsimi, A. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi A, Suhardjono, & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT. Bumi Aksara .
Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L. 2009. An Investigative,
Cooperative Learning Approach to the General Microbiology
Laboratory. CBE-Life Sciences Education. Vol.8, 147–153. Diakses 11
Agustus 2009.
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset Dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
_______, R.E. 1985. Learning to Cooperate, Cooperating to Learn. New York
and London:
Plenum Press.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Syah, M. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tabrani, Atang, Zainal. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
The Liang Gie.1995. Cara Belajar Efisien. Yogyakarta : Liberty
Winkel, W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory and Practice. Journal
International
of
Group
Investigation.
Tersedia
http://www.danielzingaro.com/gi.pdf. Diunduh 11 Agustus 2009.
di
Download