1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Profesi akuntan publik atau merupakan profesi kepercayaan
masyarakat. Dengan adanya profesi tersebut, masyarakat mengharapkan
penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang
disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi,
1998: 3). Profesi akuntan publik mempunyai tanggung jawab dalam
meningkatkan
keandalan
laporan
keuangan
perusahaan,
sehingga
informasi keuangan tersebut dapat digunakan oleh manajemen dan
investor sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Oleh sebab itu,
sebagai seorang akuntan publik atau auditor independen dituntut untuk
tegas dalam bersikap dan tidak memihak siapapun dalam memberikan
opini atau pendapatnya terhadap laporan keuangan dan juga wajib
memutakhirkan kompetensi serta meningkatkan profesionalismenya
supaya bisa memenuhi kebutuhan para pengguna jasa, seperti yang
dinyatakan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam
standar umum kedua, yaitu suatu hal yang berhubungan dengan
penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan.
Guna menunjang profesionalismenya dan pelaksanaan tugas auditnya
sebagai akuntan publik maka auditor harus berpedoman pada standar audit
yang telah ditetapkan oleh Intitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu :
1
2
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Menurut
Mulyadi (1998:15), Standar umum menekankan pada pentingnya kualitas
pribadi yang harus dimiliki auditor baik pelatihan dan kecakapan teknis
yang memadai dalam pelaksanaan prosedur audit, sedangkan standar
pekerjaan lapangan berkaitan dengan pengumpulan bukti yang kompeten
sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit, dan standar pelaporan berkaitan dengan aktivitas lain selama
pelaksanaan audit yang sebenarnya serta auditor harus menyiapkan
laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan termasuk
pengungkapan informatif.
Salah satu tugas auditor adalah memeriksa atau mengaudit laporan
keuangan klien berdasarkan penugasan atau perikatan antara klien dengan
auditor. Dalam penugasan audit sering terjadi konflik kepentingan yang
bisa mempengaruhi independensi auditor dimana klien yang memberi
pekerjaan berusaha untuk mengkondisikan agar laporan keuangan yang
dibuat mempunyai opini baik, sedangkan disisi lain sebagai auditor harus
bisa menjalankan tugasnya secara profesional, yaitu auditor harus bisa
mempertahankan sikap independen dan sikap objektif (Rimawati, 2011:2).
Masyarakat menaruh kepercayaan besar terhadap laporan keuangan
yang telah diaudit oleh auditor, karena masyarakat beranggapan bahwa
laporan keuangan yang telah diaudit memiliki tingkat kewajaran yang
lebih dipercaya jika dibandingkan dengan laporan keuangan yang tidak
atau belum diaudit. Namun sesuai dengan tanggung jawabnya untuk
3
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan, maka auditor tidak hanya
memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi auditor juga harus memiliki
sikap independensi dalam melaksanakan tugasnya, karena tanpa
independensi masyarakat tidak bisa mempercayai hasil auditannya, dengan
kata lain keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Indah,
2010).
Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan pihak lain dan juga tidak tergantung pada orang lain
(Mulyadi, 2009:26). Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri
auditor dalam mempertimbangkan fakta dan pertimbangan obyektif serta
tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Sikap mental independensi sama pentingnya dengan
keahlian dibidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki
oleh auditor. Oleh karena itu auditor harus menghindari keadaan-keadaan
yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya.
Selain auditor harus benar-benar independen, juga harus menimbulkan
persepsi di kalangan masyarakat bahwa auditor benar-benar independen.
Independensi dalam auditing berarti berpegang pada pandangan yang tidak
memihak dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan,
dan penyusunan laporan audit (Arens, 2000: 85).
Akhir - akhir ini memburuknya independensi auditor menjadi
penyebab utama terjadinya kebangkrutan dan permasalahan korporasi di
berbagai perusahaan di dunia. Hal ini dikarenakan pihak auditor (akuntan
4
publik) sebagai pengaudit laporan keuangan klien yang akan dijadikan
sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak–pihak eksternal
menyangkut dana yang ditanamkan pada suatu perusahaan, ditengarai
berperilaku secara tidak profesional. Sorotan tajam diarahkan pada
perilaku auditor ketika berhadapan dengan klien yang dianggap gagal
dalam menjalankan perannya sebagai auditor independen.
Faktor yang mempengaruhi independensi auditor menurut Lanvin
(dalam Supriyono, 1988), yaitu : Ikatan keuangan dan usaha dengan klien,
Jasa-jasa lain selain jasa audit yang diberikan klien dan Lamanya
hubungan kantor akuntan public dengan klien. Sedangkan menurut
Shockley (dalam Supriyono, 1988) independensi auditor dipengaruhi oleh
: Persaingan antar auditor, Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada
klien, audit fee, Ukuran kantor akuntan publik dan Lamanya hubungan
antara kantor akuntan publik dengan klien. Dari faktor–faktor yang
mempengaruhi independensi tersebut di atas bahwa independensi dapat
dipengaruhi oleh ikatan keuangan dan usaha dengan klien, jasa-jasa lain
yang diberikan auditor selain audit, audit fee, persaingan antar kantor
akuntan publik dan ukuran kantor akuntan publik.
Pada tanggal 2 Juli 2008 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
menerbitkan Surat Keputusan No. KEP. 024/IAPI/VII/2008 tentang
kebijakan penentuan audite fee. Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan
bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang menjalankan praktek
5
sebagai akuntan publik dalam menetapkan besarnya imbalan jasa yang
wajar sesuai atas jasa professional yang telah diberikan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dalam menentukan suatu imbalan jasa yang wajar sesuai
dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas
untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional
akuntan publik yang berlaku.
Penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang hubungan audit
fee terhadap independensi auditor yang dilakukan oleh Widodo (2002),
Agnes dan Pinnarwan (2003), Setiawati (2004), Janti (2005), Ardiani dan
Ricky (2011), Sunasti et al. (2013), Hadi Cahyadi (2013), Simatupang
(2014), serta Janti (2015) menunjukkan bahwa audit fee berpengaruh
signifikan terhadap independensi auditor. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Retty dan Indra (2001), Sulardi (2005), Kasidi (2007),
Suryaningtias (2007), dan Yudiasmoro (2007) menunjukkan bahwa audit
fee tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor.
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
menggolongkan kantor akuntan publik dalam dua bagian, yaitu kantor
akuntan publik besar dan kantor akuntan publik kecil. Menurut AICPA,
kantor akuntan publik besar merupakan kantor akuntan yang telah
melakukan audit pada perusahaan go public, sedangkan kantor akuntan
publik kecil merupakan kantor akuntan yang belum melaksanakan audit
pada perusahaan go public (Bamber & Iyer dalam Ardiani & Ricky,
2011:98).
6
Penelitian – penelitian terdahulu yang meniliti tentang pengaruh
ukuran kantor akuntan publik terhadap independensi auditor yang
dilakukan oleh Widodo (2002), Setiawati (2004), Ardiani dan Ricky
(2011), Hadi Cahyadi (2013), Sunasti et al. (2013), Simatupang (2014),
dan Ferraria (2015) menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik
berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Sedangkan Retty
dan Indra (2001), Agnes dan Pinnarwan (2003), Kasidi (2007), dan
Yudiasmoro (2007) menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik
tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Securities and Exchange Commission (SEC) Practice Section dari
AICPA menggolongkan lamanya penugasan audit seorang partner kantor
akuntan pada klien tertentu menjadi 2 (dua), yaitu lima 5 (lima) tahun atau
kurang, dan lebih dari 5 (lima) tahun. Seorang partner yang memperoleh
penugasan audit lebih dari 5 (lima) tahun berturut-turut pada klien yang
sama dianggap terlalu lama, sehingga mempunyai
pengaruh negatif
terhadap independensi karena auditor terlalu cepat merasa puas, kurang
inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit (Ardiani dan
Ricky, 2011: 97).
Auditor seringkali bersifat subjektif dan memiliki hubungan yang
erat antara kantor akuntan publik dan kliennya, auditor yang jujur dan
cermat sekalipun akan secara tidak sengaja mendistorsi angka-angka
sehingga bisa menutupi keadaan keuangan dari perusahaan yang
7
sebenarnya yang bisa menyesatkan investor, regulator atau manajemen itu
sendiri (Bazerman et al., dalam Kasidi, 2007: 15).
Penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti mengenai lamanya
hubungan audit dengan klien yang dilakukan oleh Widodo (2002),
Setiawati (2004), Yudiasmoro (2007), Ardiani dan Ricky (2011), Sunarti
et al (2013), serta Ferraria (2015) menunjukkan bahwa lamanya hubungan
audit dengan klien berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor.
Sedangkan Retty dan Indra (2001), Agnes dan Pinnarwan (2003), Kasidi
(2007), dan Wulandari (2008), Hadi Cahyadi (2013), dan Simatupang
(2014) menunjukkan bahwa lamanya hubungan audit dengan klien tidak
berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor.
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini menguji beberapa
variabel yang mempengaruhi independensi auditor atau dalam hal ini
disebut variabel independen diantaranya adalah audit fee, ukuran kantor
akuntan publik dan lamanya hubungan audit dengan klien. Penelitian ini
mengacu pada penelitian sebelumnya dengan mengabungkan beberapa
variabel dan menguji kembali dengan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Kota Surabaya, sehingga berdasarkan uraian tersebut diatas
maka peneliti mengangkat judul “PENGARUH AUDIT FEE, UKURAN
KANTOR
AKUNTAN
PUBLIK
(KAP),
DAN
LAMANYA
HUBUNGAN AUDIT DENGAN KLIEN TERHADAP INDEPENDENSI
AUDITOR DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA”.
8
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah audit fee berpengaruh terhadap independensi auditor?
2.
Apakah ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap
independensi auditor?
Apakah lamanya hubungan audit dengan klien berpengaruh terhadap
3.
independensi auditor?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai
tujuan, yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh audit fee terhadap independensi auditor
pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.
2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
terhadap independensi auditor pada Kantor Akuntan Publik di
Surabaya.
3. Untuk menganalisis pengaruh lamanya hubungan audit dengan klien
terhadap independensi auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya
9
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Kontribusi Teoretis
a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti
empiris tentang pengaruh
audit
fee, ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP) dan lamanya hubungan audit dengan klien terhadap
independensi auditor.
b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dalam perkembangan dan kemajuan dunia
pendidikan.
2. Kontribusi Praktis
a. Bisa digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan
Publik
(KAP)
dalam
rangka
menjaga
dan
meningkatkan
independensi auditor
b. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat
meningkatkan independensinya.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan suatu batasan studi yang
menjelaskan fokus studi. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas
dan tidak terarah, bahkan menimbulkan perbedaan presepsi maka
diperlukan adanya pembatasan ruang lingkup penelitian yang jelas, agar
10
penelitian ini bisa terfokus pada topik pembahasan yang ingin disajikan
penulis.
Dengan demikian,penelitian akan dilakukan terhadap masing-masing
variabel guna mendapatkan penjelasan dan pemahaman mengenai
pengaruh tiap-tiap variabel tersebut dengan independensi auditor. Karena
adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan agar penelitian
dapat dilakukan secara mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada
permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan di atas. Fokus
penelitian ini untuk meneliti pengaruh audit fee, ukuran kantor akuntan
publik dan lamanya hubungan audit dengan klien terhadap independensi
auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Surabaya.
Download