BAB I Pendahuluan

advertisement
1
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selat Bali merupakan selat yang memisahkan antara Pulau Jawa (di sebelah
Barat) dan Pulau Bali (di sebelah timur). Selat Bali juga menghubungkan Laut
Flores dan Selat Madura di utara dengan Samudera Hindia di selatan. Perairan
Selat Bali merupakan perairan yang memiliki produktivitas tinggi. Produktivitas
tertinggi terjadi saat musim timur yang disebabkan fenomena upwelling di
perairan Samudera Hindia (Arinardi 1989 in Panjaitan 2009). Selat Bali memiliki
potensi yang besar baik dalam sumberdaya perairan maupun sebagai pusat
aktivitas dan jasa lingkungan. Selat Bali merupakan daerah yang sangat penting
dalam menghidupkan perekonomian di Jawa Timur dan Bali karena pada lokasi
tersebut berlangsung berbagai kegiatan, misalnya perhubungan, perdagangan,
perikanan, pariwisata, dan kependudukan.
Bagian selatan Selat Bali termasuk daerah laut dalam, daerah ini memiliki
kedalaman hingga mencapai lebih dari 2000 m. Menurut Snelgrove & Grassle
(2001), laut dalam didefinisikan sebagai dasar perairan dengan kedalaman 20010.000 m. Habitat laut dalam merupakan habitat terluas yang ada di bumi. Akan
tetapi pemahaman manusia mengenai komunitas di laut dalam masih sangat
sedikit. Habitat laut dalam merupakan daerah yang rentan. Habitat ini mendapat
ancaman dari berbagai macam kegiatan antropogenik. Penelitian yang mengkaji
organisme benthos di laut dalam di Indonesia masih belum banyak dilakukan.
Selat Bali dihuni oleh berbagai macam sumberdaya hayati perairan. Salah
satunya adalah benthos (Benthic Organisms). Benthos adalah hewan avertebrata
yang hidup di dasar (Van der Graaf et al. 2009). Menurut ukurannya, benthos
dapat dibagi menjadi makrozoobenthos dan meiobenthos.
Makrozoobenthos
berukuran lebih dari 1 mm, sedangkan meiobenthos berukuran 0,1-1 mm (Miller
2004). Benthos yang hidup di Selat Bali akan merasakan pengaruh berbagai
faktor baik biotik maupun abiotik secara langsung. Benthos hidup di lingkungan
yang dipengaruhi eutrofikasi, polusi, kegiatan perikanan, dan substrat (Van der
Graaf et al. 2009). Sebaran jenis benthos pada tipe dan ukuran substrat tertentu
diduga akan berbeda dengan sebaran jenis pada tipe dan ukuran substrat yang lain.
2
Hingga saat ini, belum banyak penelitian tentang benthos di selat Bali.
Salah satu penelitian tentang benthos di Selat Bali dilakukan oleh De Wilde et al.
(1989), yang melakukan penelitian tentang benthos dasar perairan halus di
perairan Laut Jawa, sekitar Pulau Madura, dan sekitar Pulau Bali. Daerah sekitar
Selat Bali memiliki kekayaan spesies lebih dari 100 spesies dan Polycheata 40-60
spesies (De Wilde et al. 1989). Penelitian tersebut hanya dilakukan pada substrat
dasar halus yang ditemukan. Akan tetapi, belum ada penelitian yang spesifik
mengenai komunitas benthos di Selat Bali dan hubungannya dengan karakteristik
substrat dasar perairan.
1.2. Perumusan Masalah
Benthos
merupakan
hewan
yang hidup
di
dasar
perairan
yang
keberadaannya dipengaruhi berbagai faktor, baik abiotik (misalnya substrat,
hidrodinamika, dan kualitas air) dan biotik (misalnya benthos itu sendiri dan
kegiatan manusia).
Kondisi lingkungan ini dapat mempengaruhi komunitas
benthos dan penyebarannya.
Gambar 1. Skema penelitian komunitas benthos di Selat Bali
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komunitas benthos di perairan Selat
Bali bagian selatan dan hubungannya dengan karakteristik substrat dasar perairan.
Download