1 Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kapita Selekta Matematika Pendidikan Dasar Oleh: Yeni Heryani, 2)Ratna Rustina 1), 2) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi E-mail: [email protected] 1) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan bahan ajar berbasis masalah pada mata kuliah kapita selekta matematika pendidikan dasar, mengetahui self regulated learning dalam menggunakan bahan ajar berbasis masalah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2016 dan peneliti mengambil 1 kelas untuk dijadikan subjek penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi soal tes hasil belajar dan angket self regulated learning. Tes hasil belajar dan angket dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Target penelitian yang ingin dicapai adalah publikasi ilmiah dalam jurnal yang memiliki ISSN atau jurnal nasional terakreditasi, prosiding pada seminar ilmiah yang berskala lokal, regional maupun nasional. Kata Kunci : Bahan ajar, Berbasis masalah, Self Regulated Learning. PENDAHULUAN Kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa pada mata kuliah Kapita Selekta Matematika Pendidikan mahasiswa mampu mengaplikasikan Dasar memahami konsep-konsep adalah dan yang dipelajari untuk menyelesaikan masalah sehingga hasil belajar mahasiswa kurang maksimal, sedangkan mahasiswa dituntut untuk mengkonstruksikan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya melalui proses menemukan, mempelajari dan menerapkan sendiri materi yang diperolehnya sehingga pembelajaran akan terasa lebih bermakna. dalam kehidupan sehari-hari. Ketercapain setiap kompetensi didukung oleh banyak Bahan ajar merupakan serangkaian factor, salah satunya adalah penggunaan materi pembelajaran yang terdiri dari bahan ajar. Ketidakpahaman mahasiswa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terhadap penyajian materi menyebabkan harus dipelajarai oleh mahasiswa dalam mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar rangka mencapai kompetensi. Hamid (2009 : mandiri untuk menyelesaikan permasalahan 212) menyatakan bahwa bahan ajar adalah 2 salah satu aspek yang harus ada dalam suatu mahasiswa memiliki kemampuan proses pembelajaran karena bahan ajar menyelesaikan permasalahan matematik. merupakan sumber dosen dan mahasiswa dalam melakukan suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran dan dampak dari penggunaan bahan ajar yang dikembangkan tentunya memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Merancang pengalaman belajar merupakan salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran, yang hakekatnya menyusun scenario pembelajaran sebagai pedoman bagi dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Pengalaman belajar dapat diperoleh salah satunya melalui KAJIAN TEORETIS Pengelompokkan dilakukan mahasiswa pembelajaran dalam berbasis masalah, padahal dosen memiliki banyak ide yang belum terealisasikan dalam bentuk bahan ajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika dimana mahasiswa mengkonstruksikan pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah dimilikinya dalam upaya menyelesaikan suatu masalah matematis hingga tahap memahami masalah, menyusun dugaan dan merancang serta membuktikan hasil yang diperoleh dalam menyelesaikan masalah. cara oleh bahan ajar dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu bahan ajar cetak dan non cetak. Bahan ajar cetak terdiri dari modul, hand out, dan lembar kerja. Bahan ajar non cetak yaitu video, audio, bahan ajar display, dan internet. Beberapa jenis bahan ajar di atas, Bahan ajar yang digunakan selama ini melaksanakan beberapa ajar beberapa ahli. Menurut Setiawan (2007: 1.7) pembelajaran berbasis masalah. kurang memfasilitasi dengan bahan Melalui pembelajaran berbasis masalah diharapkan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bahan ajar cetak mempunyai kulitas penyampaian yang baik, misalnya dapat menyajikan kata-kata, angka-angka, gambar dan lainnya. Pengunaan bahan ajar cetak bersifat self-sufficient artinya dapat digunakan langsung atau tidak diperlukan alat lain untuk menggunakannya. Bahan ajar cetak juga memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak mampu mempresentasikan gerakan, penyajian materi bersifat linear, dan sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya. Bahan ajar non cetak juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Bahan 3 ajar non cetak sekarang ini marak tersedia di based learning (PBL). Stepien dan Gallagher pasaran, untuk (2003:1) dalam pembelajaran berbasis masalah merupakan menggunakan bahan ajar non cetak ini sebuah pengembangan pembelajaran dan pengguna harus mempunyai alat lain untuk sistem pengantar yang memperkenalkan menunjang pemakainnya, misalnya internet, kebutuhan harus mempunyai perangkat computer yang kemampuan memecahkan masalah untuk lengkap untuk dapat mengaksesnya. Itulah membantu peserta didik untuk memperoleh beberapa kelebihan dan kekurangan bahan pengetahuan dan kemampuan yang sedang ajar cetak maupun non cetak. dipelajarinya. Sedangkan Fogarty (2002: 2) jadi sangat mendapatkannya, mudah namun mengemukakan untuk mengemukakan Siddiq (2008:29) menjelaskan bahwa jenis bahan ajar dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. Bahan ajar berbentuk media globe, dsb. bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang didesain berdasarkan pada masalah tidak terstruktur, open-ended, atau tidak rutin. Dalam pembelajaran berbasis masalah, 2. Bahan ajar audio, seperti radio, CD. Kaset rekaman, piringan hitam, dsb. mahasiswa mendapatkan kemampuan belajar yang tahan lama, yang meliputi kemampuan untuk menemukan dan menggunakan sumber 3. Bahan ajar audio-visual, seperti televise, film, video, dsb. benda nyata yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. kabar, LKM (Lembar kerja Mahasiswa). berbasis memberikan banyak mahasiswa melalui informasi kepada pengulangan dan penguatan. Akan tetapi, guru hanya berperan 5. Bahan ajar cetak, seperti buku, surat belajar yang tepat. Proses pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai proses dosen yang 4. Bahan ajar dalam bentukbenda- Pembelajaran mengembangkan yang ada di kehidupan nyata, yaitu masalah visual, seperti gambar, foto, peta, modul, bahwa masalah merupakan terjemahan dari kata problem sebagai fasilitator. Hal itu dilakukan dengan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada mahasiswa dalam proses pemecahan permasalahan yang mereka hadapi sehingga dapat menghasilkan dan mengembangkan 4 kemampuan berdasarkan pengetahuan dan a. Pengajuan pertanyaan masalah pengalaman. b. Berfokus pada keterkaitan antar Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat menggunakan pengetahuan yang telah ia miliki untuk memecahkan disiplin c. Penyelidikan autentik persoalan dan tugas baru, mendapatkan Pembelajaran informasi mengharuskan baru serta membangun berbasis masalah peserta didik pemahaman sendiri. Ismail (2002: 18) melakukan penyelidikan autentik mengemukakan untuk mencari penyelesaian nyata berbasis bahwa masalah pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar dapat: a. terhadap masalah nyata. d. Mengembangkan Pembelajaran menuntut jawaban Menerima, mengevaluasi, jawaban menjadi informasi baru, e. masalah yang mereka temui. e. sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. alasan yang jelas. merupakan masalah kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri dari pembelajaran berbasis masalah. Ibrahim dan Nur (2000: 5) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah antara lain adalah: masalah bekerja sama satu sama lain, paling informasi dan penjelasan dengan dalam pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbasis dicirikan oleh peserta didik yang berdasarkan Pernyataan atau masalah yang diberikan Kerjasama Pembelajaran sesuai dengan masalah atau kondisi seharusnya untuk atau mewakili bentuk penyelesaian Mengembangkan solusi yang jelas yang didik dari peragaan yang menjelaskan yang bervariasi, Mengubah peserta masalah bentuk karya nyata atau alternatif dan menggunakan data dari sumber d. berbasis menghasilakn produk tertentu dalam alternatif/membangun hipotesis, c. dan memamerkannya Mendefinisikan masalah dengan jelas, b. Menghasilkan produk/karya Pribadi yang dapat mengontrol diri sendiri dan berusaha sendiri adalah pribadi yang mandiri. Hal ini sejalan dengan Badura (Sumarmo, Utari, 2014:110) “Kemandirian belajar sebagai kemampuan memantau perilaku sendiri, dan merupakan kerja keras personalita manusia”. Dalam Self Regulated 5 Learning terdapat langkah-langkah dalam kebutuhan belajar; melaksanakan kemandirian. Seperti yang tujuan/target dikemukakan Badura (Sumarmo, Utari, mengatur, 2014:110) menyarankan tiga langkah dalam Memandang kesulitan sebagai tantangan; 6) melaksanakan kemandirian belajar, yaitu: Memanfaatkan dan mencari sumber yang “(1) mengamati dan mengawasi diri sendiri, relevan; 7) Memilih, menerapkan strategi (2) membandingkan posisi diri dengan belajar; 8) Mengevaluasi proses dan hasil standar tertentu, dan (3) memberikan respon belajar; sendiri (respons positif dan respons negatif)”. kemampuan diri. belajar; dan 9) 3) Menetapkan 4) Memonitor, mengontrol Self belajar; efficacy/konsep 5) diri/ Dari ketiga langkah tersebut kita akan mengetahui sejauh mana kemandirian peserta didik dalam belajar. Peserta METODE PENELITIAN Jenis penelitian pada penelitian ini didik yang dapat adalah penelitian dan pengembangan mengembangkan kemampuan kemandirian (Research and development /R&D), R&D belajar, akan terlihat perbedaannya seperti adalah metode penelitian yang digunakan yang dikemukakan Yang (Sumarmo, Utari, untuk menghasilkan produk tertentu dan 2014, 110) bahwa Peserta didik yang menguji keefektifan produk tersebut. Produk memiliki (1) yang akan dikembangkan dalam penelitian baik dalam ini adalah bahan ajar perkuliahan berbasis dari pada masalah. Dan untuk melihat efektivitas cenderung SRL tinggi belajar pengawasannya memiliki lebih sendiri : pengawasan program, (2) mampu memantau, mengevaluasi dan mengatur dilakukan eksperimen. belajarnya secara efektif, (3) menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, dan (4) mengatur HASIL DAN PEMBAHASAN waktu dan jadwalnya secara efisien. Selain Pada saat ini masih dilakukan pengolahan memiliki karakteristik, kemandirian belajar data untuk melihat aktivitas dan self juga regulated learning. memiliki indikator. Indikator kemandirian belajar menurut Sumarmo, Utari (2014, 112) yakni : 1) Inisiatif dan motivasi belajar instrinsik; 2) Kebiasaan mendiagnosa SIMPULAN DAN SARAN 6 DAFTAR RUJUKAN Fogarty, R. (2002) Problem Based Learning and Other Curriculum Models for the Multiple Intelligences Classroom. Australia: Hawker Brownlow Education Ibrahim, M. & Nur, M. (2000) Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya. UNESA University Press Ismail. (2002). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based lnstruction).Makalah disajikan pada pelatihan TOT pembelajaran kontekstual. Surabaya. Siddiq, D, dkk. (2008). Pengembangan Bahan Ajar SD. Jakarta : Depdiknas Sumarmo, Utari. (2014). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematika serta Pembelajarannya. Makalah pada seminar Pendidikan Matematika. FPMIPA Universitas Padjajaran. Bandung.