makna perilaku simbolik pada komunitas motor di kota

advertisement
MAKNA PERILAKU SIMBOLIK PADA KOMUNITAS MOTOR DI
KOTA KENDARI
(STUDI KOMUNIKATOR PADA KOMUNITAS MOTOR TRIPLE ‘C’
DI KOTA KENDARI)
*Joko Utomo **La Ode Muh. Umran ***Jumrana
Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Halu Oleo
[email protected]
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Jenis simbol non verbal apa yang
digunakan dalam komunitas motor Triple ‘C’ dan bagaimana makna simbol non
verbal dalam aktivitas komunitas motor Triple ‘C’. Tujuan penelitian untuk
mengetahui jenis simbol non verbal apa yang dipergunakan komunitas motor
Triple ‘C’ dan untuk mengetahui bagaimana makna simbol non verbal dalam
aktivitas mereka. Manfaat penelitian adalah secara teoritis sebagai bahan
pengetahuan yang menyangkut masalah Simbol digunakan dalam berkomunikasi.
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif.Dari hasil
penelitian bahwa diperoleh kesimpulan bahwa Jenis simbol non verbaapa yang
dipergunakan komunitas motor Triple ‘C’ adalah bahasa tubuh, bunyi/suara,
penampilan fisik, warna dan atribut dan dalam perkembangannya, komunitas
motor Triple ‘C’’ yang masih beraktifitas di daerah kota Kendari hingga sekarang
ini telah mengalami banyak perubahan jika dibandingkan dengan yang dilakukan
di masa sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh makna symbol non
verbal yang dipakai seperti; . bahasa tubuh, bunyi/suara, penampilan fisik, warna
dan atribut.
Kata Kunci : bahasa tubuh, bunyi/suara, penampilan fisik, warna dan
atribut
ABSTRACT
The problem in this research is: what type of non-verbal symbols used in the
motorcycle community Triple 'C' and how the meaning of non-verbal symbols in
the motorcycle community activity Triple 'C'. The aim of research to find out what
kind of non-verbal symbols used motorcycle community Triple 'C' and to
determine how the meaning of non-verbal symbols in their activities. Benefits of
the research is theoretically as in knowledge concerning the problem Symbols
used in communicating. Data were collected using methods kualitatif.Dari
research results that can be concluded that the type of non verbaapa symbols used
motorcycle community Triple 'C' is the body language, the sound / voice, physical
appearance, color and attributes and in its development, the motorcycle
community Triple 'C '' that is still activity in the city of Kendari until today has
undergone many changes when compared to that done in the past. It is not
independent of the influence of non-verbal symbol meaning Spoken like; , body
language, sounds / voices, physical appearance, color and attributes.
Keyword: body language, sounds / voices, physical appearance, color and
attributes.
PENDAHULUAN
Bagi sebagian kaum muda tidak dipungkiri sadar atau tidak, bahwa
perbedaan telah menyeret kaum muda kedalam konflik-konflik yang akhirnya
menghanguskan kebebasan dan kreatifitas mereka. Generasi muda sebagai tulang
punggung dan harapan bangsa yang dalam setiap zaman selalu dilibatkan peran
aktifnya, meskipun peran tersebut mempunyai sifat fluktuasi. Fluktuasi yang di
maksud adalah, adakalanya pemuda sangat intensif bahkan menjadi faktor
penentu, tapi adakalanya pemuda hanya sebagai aksesoris dalam masyarakat,
bahkan yang lebih parah lagi jadi benalu dan sampah di masyarakatnya sendiri,
hal tersebut sangat dipengaruhi oleh Linkungan, waktu, motivasi dan kepeduliaan,
dimana pemuda berada untuk memerankannya.
Komunitas motor merupakan bagian dari masyarakat yang patut kita
berikan kesempatan serta ruang untuk berkreatifitas untuk memberikan karya dan
baktinya terhadap masyarakat dan memberikan kontribusi yang positif pada
kemajuan kota Kendari. Para bikers (pengguna motor) komunitas motor yang
mayoritas merupakan kaum muda generasi penerus pembangunan sudah saatnya
kita perhatikan dan kita fasilitasi agar potensi kreatif yang dimilikinya dapat
dikembangkan dengan arah yang lebih jelas. Sikap antipati, pesimisme bahkan
tindakan refresif bukan merupakan jawaban atas berkembangnya komunitas
motor, dan ini merupakan tanggung jawab kita semua untuk mengarahkan serta
membina mereka menjadi semakin lebih baik agar mereka menjadi generasi yang
berkualitas.
A. Rumusan Masalah
Bagaimana makna simbol non verbal yang digunakan pada komunitas
motor triple “C”?
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui makna simbol non verbal yang digunakan pada
komunitas motor triple “C”.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memperkaya pengetahuan yang menyangkut masalah
Simbol digunakan dalam berkomunikasi dan sebagai bahan informasi mengenai
Simbol dan bagaimana makna simbol yang di gunakan pada komunitas motor di
Kota Kendari.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
kata latin Communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama
(communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal –usul kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
dianut secara sama.
Gary Cronkhite (1976 50-54) merumuskan empat asumsi pokok
komunikasi yang dapat membantu memahami. Pertama, Komunikasi adalah suatu
proses (communication is a process). Kedua, komunikasi adalah pertukaran pesan
( communication is transaction). Ketiga, komunikasi adalah interaksi yang
bersifat
multidimensi
(communication
is
multi-dimensional).
Keempat,
komunikasi adalah interksi yang mempunyai tujuan atau maksud ganda
(communication is multipurposeful) (Dilla : 2007).
William I Gorden, Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, Stewart L Tubbs
dan Sylvia Moss, secara ringkas memandang komunikasi sebagai kegiatan yang
selalu ditandai dengan tindakan, pertukaran, perubahan, dan perpindahan terhadap
pemaknaan isi pesan dengan implikasi terbangunnya hubungan-hubungan (Dilla :
2007).
B. Komunikasi Non Verbal
Edward T. Hall (Mulyana, 2002) menamai bahasa non verbal ini sebagai
“bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi (hidden dimension)
suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan non verbal
tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional
dalam transaksi komunikasi, pesan non verbal memberi kita isyarat-isyarat
kontekstual. Bersama isyarat bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan
non verbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.
Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus
menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui
simbol-simbol verbal Mark L. Knapp (Mulyana, 2002)
Meskipin tidak menggunakan pengkategorian di atas, kita akan membahas
berbagai jenis pesan non verbal yang dianggap peting, mulai dari pesan non
verbal yang bersifat perilaku hingga pesan non verbal yang terdapat dalam
lingkungan kita (mulyana, 2002).
C. Bahasa tubuh
Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika, suatu istilah yang
diciptakan seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L. Birdwhistell
(mulyana, 2002). Setiap anggota tubuh seperti wajah, tangan, kepala, kaki dan
bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.
a. Isyarat tangan atau “berbicara dengn tangan” termasuk apa yang
disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam suatu
budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan
sama, maknanya boleh jadi berbeda; atau, isyarat fisiknya berbeda,
namun maksudnya sama.
b. Parabahasa, atau suatu vokalika (vocalics), merujuk pada aspekaspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya
kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume)
suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara yang gemetar,
suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, dan
sebgainya. Setiap karaktristik suara ini mengkomunikasikan emosi
dan pikiran kita.
c. Penampilan fisik
Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang,
baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna). Dan juga
ornamen lain yang dipakainya, seperti kaca mata, sepatu, tas, jam
tangan, kalung gelang, cincin, anting-anting,, dan sebagainya.
Seringkali orang juga memberi makna tertentu pada karakteriatik
fisik orang yang bersangkutan.
d. Busana
Kebiasaan, tuntutan lingkungan, nilai kenyamanan, dan tujuan
pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Banyak
subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai
simbol keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut.
e. Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana
emosional, cita rasa, afiliansi politik, dan bahkan mungkin
keyakinan agama kita.
f. Artefak
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan
manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh jauh dari
pakaian dan penampilan yang dibahas sebelumnya. Benda-benda
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan
dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna
tertentu. Bidang studi mengenai ini disebut objektika (objectics).
Rumah, kendaraan, perabot rumah dan modelnya, bendera. Dan
benda-benda lain dalam lingkungan kita adalah pesan-pesan
bersifat non verbal, sejauh dapat memberi makna.
D. Simbol non verbal dalam komunikasi
Simbol didefinisikan sebagai barang atau pola yang apapun sebabnya
bekerja pada dan berpengaruh pada manusia, melampau pengakuan semata-mata
tentang apa yang diasjikan secara harfiah dalam bentuk yang diberikan.
(Dillistone, 1990).
Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia
dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami. (Cangara, 1998)
Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia
sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol
yang sederhana sepeti bunyi, dan isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi
dalam bentuk sinyal-sinyal melaui gelombang udara dan cahaya. (Cangara, 1998)
Simbol adalah lambang yang memiliki suatu obyek, sedangkan kode
adalah seperangkat simbol yang telah tersusun secara sistematis dan teratur
sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode.
David K. Berlo (1960), simbol-simbol yang digunakan selain sudah ada
yang diterima menurut konvensi internasional, seperti simbol-simbol lalu lintas,
alphabet latin, simbol matematika, juga terdapat simbol-simbol lokal yang hanya
dimengerti oleh kelompok-kelompok tertentu. (Cangara, 1998)
A. METODE PENELITIAN
A. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data
yang berupa informasi dan penjelasan seperti gambaran kegiatan komunitas motor
Triple ‘C’ dan perkembangannya di Kota Kendari, penjelasan mengenai simbol
dan lambang serta penjelasan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Adapun data yang berbentuk angka, hanya sebatas jumlah anggota komunitas
motor Triple ‘C’.
B. Sumber Data
Data menurut sumbernya terdiri dari data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari obyek dan lokasi penelitian, sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari literature dan dokumentasi yang ada pada
komunitas motor Triple ‘C’.
C. Teknik Pengumpulan Data
Observasi Partisipatif
Pengertian observasi partisipatif adalah bahwa sebagai pengamat, peneliti
berperanserta dalam kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap situasi yang
diinginkannya untuk dapat dipahami. Selanjutnya pula ditambahkan bahwa tidak
pada seluruh peristiwa ia perlu berperanserta. Dengan kata lain, ada seperangkat
acuan tertentu yang membimbingnya untuk berperanserta. Bila peneliti telah
berada pada latar itu maka penelitian berbicara dengan subyeknya, bercanda
dengan mereka, menunjukan simpatinya kepada mereka dan merasakan bersamasama apa yang dirasakan oleh subyeknya. Karena itu peneliti memasuki
pengalaman informan dengan cermat mengalami apa yang dialami oleh mereka.
Dengan cara demikian, peneliti mendapat peluang untuk dapat memandang
kebiasaan dalam kehidupan komunitas motor yang diteliti.
Untuk itu penelitian ini dilakukan atas dasar dapat mengumpulkan data
yang akurat berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Wawancara
Wawancara secara garis besar dibagi dua yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur sering juga disebut
wawancara mendalam, wawancara insentif, wawancara kualitatif, wawancara
terbuka dan wawancara etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur sering juga
disebut wawancara baku yang susunannya sudah di tetapkan sebelumnya dengan
pilihan-pilihan jawaban yang sudah tersedia (Mulyana, 2001:180)
Pada penelitian ini wawancara yang dilaksanakan dengan informan adalah
wawancara terstruktur dimana peneliti menggunakan daftar pertanyaan yang jelas
berkaitan dengan Simbol-simbol dan bagaimana mereka memaknainya.
Dokumentasi
Dokumentasi penunjang diperoleh dari dokumen-dokumen kelompok
komunitas motor Triple ‘C’ , laporan-laporan dan jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan.
D. Teknik Analisis Data
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif , yakni dengan menggambarkan gejalagejala atau kenyataan sehubungan dengan permasalahan yang diteliti dan yang
dieroleh di lapangan secara jelas dan sistematis guna mendapatkan data yang
objektif dengan menggunakan table frekuansi yang langsung melihat hubungan
pernyataan responden yang pada akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan.
.
HASIL PENELITIAN
A. Pembahasan
1. Makna Simbol Non Verbal Yang Digunakan Pada Komunitas Motor
Triple “C”
Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh merupakan symbol nonverbal yang digunakan oleh
komunitas motor. Makna dari symbol-simbol yang terdapat pada bahasa tubuh
mereka adalah untuk menunjukan keseragaman dalam komunitas. Pada saat salah
satu bentuk symbol dari bahasa tubuh di pertunjukan, maka seluruh anggota
dengan bersama-sama pula mengikuti maksud dari kode yang di keluarkan.
Teori yang dinyatakan Menurut Ronald Adler dan George Rodman
menyatakan bahwa bahasa tubuh merupakan menyajikan banyak fungsi pesan
bagi pembicara selama interaksi berlangsung, yaitu menegaskan atau menjelsakan
apa yang sedang dikatakan, memberikan penekanan pada pembicaraan, dan
mengilustrasikan apa yang sedang dikatakan. Selain itu, ada juga gerakan tangan
yang tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap apa yang sedang dikatakan.
Tujuan dari gerakan tangan ini adalah untuk menunjukkan intensitas pesan,
misalnya berjabat tangan dengan cepat untuk mengekspresikan kegembiraan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh mulyana,
2002 bahasa tubuh bahwa setiap anggota tubuh seperti wajah, tangan, kepala, kaki
dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.
Isyarat tangan atau “berbicara dengn tangan” termasuk apa yang disebut emblem,
yang dipelajari, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur. Meskipun
isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda; atau, isyarat
fisiknya berbeda, namun maksudnya sama.
Bahasa tubuh dalam penelitian ini diperoleh dari perilaku atau gerakan
tubuh. Untuk menganalisis setiap anggota tubuh seperti tangan, kaki, bahkan
tubuh secara keseluruhan yang digunakan sebagai isyarat simbol. Setiap anggota
tubuh seperti wajah, tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan
dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.
Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut
emblem, yang dipelajari, dan punya makna. Meskipun isyarat tangan yang
digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda; atau, isyarat fisiknya berbeda,
namun maksudnya sama.
Menurut hasil observasi di lapangan, pada komunitas Triple “C” terdapat
beberapa isyarat yang sering digunakan. Terutama pada saat melakukan konvoi di
jalan atau pada saat mengatur jalannya lalu lintas para anggota Triple “C” baik itu
pada saat menyusun posisi kendaraan, pada saat kendaraan berjalan beriringan,
pada saat berbelok, pada saat terdapat jalanan yang rusak hingga pada saat
kendaraan berhenti, semua itu diatur dengan menggunakan isyarat tangan. Hal ini
mereka gunakan untuk mempermudah komunikasi antar anggota pada saat
melakukan konvoi berkeliling kota Kendari.
Bunyi/ Suara
Kode bunyi/suara dalam penelitian ini juga ditujuan untuk menganalisis
bunyi/suara (parabahasa) yang merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan
yang dapat dipahami.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh mulyana,
2002 bunyi/suara bahwa parabahasa, atau suatu vokalika (vocalics), merujuk pada
aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan
berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, dialek,
suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis,
gerutuan,
gumaman,
dan
sebgainya.
Setiap
karaktristik
suara
ini
mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.
Menurut teori yang dinyatakan oleh Wallace V. Friesen (1969) bahwa
bunyi/suara merupakan vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam
suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut
paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya
suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu,
penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga
tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus
dihindari.
Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia
sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol
yang sederhana seperti bunyi, dan isyarat, sampai kepada simbol yang
dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahaya.
Adapaun bunyi/suara yang digunakan oleh komunitas Triple “C” antara lain;

Suitan/siulan yaitu bentuk kode yang dibentuk dari suara yang diberikan
kepada sesama anggota komunitas dengan menggunakan suara dari mulut,
merupakan bentuk teguran antara anggota yang satu dengan yang lain.
Kode suara ini biasa digunakan saat sedang berkumpul baik itu jika
sedang melakukan rapat ataupun kegiatan lain yang butuh perhatian dari
para anggota.

Suara klakson/bell yaitu suara yang ditimbulkan dari tekanan tombol bell
pada masing-masing kendaraan untuk membedakan cara pemberian kode
pada komunitas Triple “C”.
Penampilan Fisik
Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu
busananya (model, kualitas bahan, warna). Dan juga ornamen lain yang
dipakainya. Sering kali orang juga memberi makna tertentu pada karakteriatik
fisik orang yang bersangkutan.
Teori yang dinyatakan oleh Ronald Adler dan George Rodman bahwa
Penampilan fisik merupakan mengekspresikan penandaan nonverbal tertentu. Hal
ini dapat kita rasakan ketika memberikan stereotip tertentu yang berkaitan dengan
keadaan fisik seseorang. Misalnya orang yang gemuk dianggap sebagai periang
dan orang yang kurus sebagai seseorang yang serius. Demikian pula dengan
panjang atau potongan rambut tertentu. Beberapa karakter fisik lainnya yang
dianggap berperan dalam penandaan nonverbal mencakup berat badan, tinggi
badan, warna kulit, kontur wajah, dan berbagai jenis bekas luka atau cacat fisik.
Dalam penelitian ini, penampilan fisik yang dianalisis mencakup busana
yang mereka gunakan, dan juga ornamen lain seperti sepatu, jenis dan merek
motor serta segala bentuk aksesoris yang mereka gunakan untuk mendukung
penampilan fisik mereka.
a. Busana/Seragam
Kebiasaan, tuntutan lingkungan, nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan,
semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Banyak subkultur atau komunitas
merupakan busana yang khas sebagai simbol keanggotaan mereka dalam
kelompok tersebut. Begitu pula pada komunitas Triple “C”, busana atau seragam
yang mereka gunakan merupakan simbol penting untuk memperkenalkan
komunitas mereka. Seragam dengan bentuk kemeja dipilih untuk membentuk
kesan resmi saat memakainya. Penggunaan seragam pada komunitas juga berguna
untuk memperlihatkan kekompakan dan kebersamaan serta sebagai identitas diri.
Saat menggunakan seragam tersebut disaranka pada setiap anggota untuk
memakai sepatu agar lebih terlihat rapi.
Seragam yang digunakan oleh komunitas Triple “C” merupakan hasil
kesepakatan mereka dalam pengadaannya. Penggunaan seragam sangat penting
bagi sebuah komunitas sebagai bentuk jati diri dan cara mereka memperkenalkan
diri secara tidak langsung tentang siapa mereka serta apa nama komunitas mereka.
(gambar terlampir)
b. Kendaraan dengan ciri khas ceper (pendek)
Selain mencakup busana serta aksesoris lainnya, penampilan fisik yang
ditunjukan oleh komunitas Triple “C” juga mengandalkan modifikasi pada motor
masing-masing yang membuat mereka bangga dalam mengendarainya. Beragam
aksesoris yang dilekatkan pada kendaraan masing-masing, bertujuan untuk
menonjolkan diri kepada komunitas lainnya.
Kendaraan yang menjadi ciri khas mereka, juga merupakan simbol bagi
mereka. Kendaraan pendek yang identik dengan warna hijau pada lampu pelek
dan cover body merupakan hasil kreatifitas dari mereka. Rata-rata motor dari
komunitas ‘C’ merupakan hasil modifikasi dan kreatifitas yang mereka buat
sendiri. Walaupun masih berbentuk motor, tetapi sebagian besar dari kendaraan
mereka memang dibuat berbeda dari kendaraan pada umumnya. Semua motor
yang terdapat pada komunitas ini didesain khusus dalam modifikasinya untuk
menunjukkan dan membanggakan hasil kreatifitas yang mereka buat. Telah
banyak hasil karya mereka yng menjadi jawara dan mengangkat nama komunitas
Triple ‘C’.
Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjuk kapada suasana
emosional, citra rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita.
Menganalisis arti dari warna-warna yang mereka gunakan, baik itu pada pakaian,
kendaraan, lambang dan bendara yang menjadi simbol.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh mulyana,
2002 menyatakan bahwa warna untuk suasana hati yang diasosiasikan adalah
sebagai berikut:
Merah: menggairahkan, merangsang; Biru: aman, nyaman;
Oranye: tertekan, terganggu, bingung; Hijau: kalem, damai, tentram; Hitam:
berkuasa, kuat, bagus sekali; Kuning: menyenagkan, riang, gembira; Ungu:
berwibawa, agung. Selanjutnya teori yang dinyatakan oleh
Hasil penelitian diperoleh bahwa warna-warna yang digunakan komunitas
motor Triple “C” adalah :
Warna pada pakaian seragam
Pakaian seragam komunitas motor Triple “C” meliputi warna hijau, hitam
dan putih dengan tulisan berwarna kuning. Warna ini dipilih untuk menunjukkan
keseragaman mereka. Adapun maksud dari warna-warna tersebut agi mereka
adalah untuk menunjukkan kreatifitas komunitas motor dalam membentuk
kelompok masyarakat muda yang bersatu dan berkarya. Warna hijau sebagai
warna simbol yang digunakan oleh Triple “C” sebagai bentuk jati diri komunitas
yang menyatu dengan alasan alam warna ini menjadi warna dominan dan telah
menjadi simbol warna yang digunakan oleh komunitas Triple “C”.
Warna Pada kendaraan/Motor
Sebagian besar warna kendraan yang di gunakan oleh komunitas triple “C”
adalah warna hijau, seperti yang telah di jelaskn sebelumnya, hijau merupakan
cirri khas dari mereka. Ada pun warna lainnya meliputi warna kuning, merah,
putih dan hitam. Rata-rata warna dari komunitas ini memilih warna yang terang
untuk menunjukan jati diri mereka masing-masing.
Warna Pada Lambang/Bendera
Lambang/bendera merupakan salah satu symbol yang di gunakan pleh
komunitas triple “C”, Symbol di atas memiliki arti yang dapat di jelaskan sebagi
berikut

Ukuran
Ukuran pada lambang ,menunjukan bahwa komunitas ini memiliki ukuran
untuk berfikir dan bertindak secara mandiri dalam beraktifitas. Ukuran kedalam
menunjukan ke mampuan internal yang menyangkut di dimensi-dimensi dan
perioritas pekerjaan dalam komunitas mereka. Sementara itu ukuran keluar
menunjukan kemapuan mereka dalam berinteraksi dengan sesame komunitas
lainnya yang terukur untuk dapat mengontrol dan mengendalikan kegiatan
komunitas itu sendiri. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa ukuran symbol masih
di abaikan dan hasil di jadikan sebagai ukuran dalam pembuatan symbol biasa.
Lambang di atas juga merupakan lambang yang terdapat pada bendera yang
mereka gunakan pada saat konvoi, lambang pada baju seragam, serta yang di
jadikan sticker yang di jadikan sticker untuk motor masing-masing.
Selain itu di katakan juga bahwa bentuk symbol tersebut bahwa panjang
dengan lingjaran yang berbentuk oval yang merupakan singkatan ceper di
tengahnya. Hal ini bermakna bahwa komunitas ini terbatas pada kumpulan orangorang yang memiliki kreatifitas tersendiri dan secara bersama dapat mwmbangun
organisasi bikers di Kota Kendari.

Warna pada lambang
Warna yang di gunakan untuk simbil dari triple “c” adalah warna hijau.
Hijau yang bermakan pengembangan dan kemandirian bagi mereka. Pewarnaan
pada symbol di sesuikan dengan tujuan dari komunitas yang bersifat terbuka dan
transparan dalam pengembangan generasi muda. Selain itu warna pada tulisan
adalah hitam meiliki makna kekuatan untuk menyatukan persepsi kepemudahaan

Tulisan
Tulisan pada lingkaran berupa triple “C” atau “CCC” ceper club
community. Tulisan yang bermakna kumpulan komunitas pemuda pencinta sepeda
motor.
Atribut
Komunitas motor memiliki seragam atribut yang wajib mereka gunakan saat
sedang bersama dalam komunitas. Adapun atribut yang di gunakan antara bendera
Bendera yang mereka gunakan merupakan sala satu atribut yang sering
mereka gunakan terutama pada saat melakukan konvoi. Bendera tersebut
merupakan hasil kreatifitas mereka yang di buat khusus unutuk menunjukan
komunitas mereka serta memperkenalkan jadi diri mereka. Penggunaan bendera
bertuliskan triple “C” berguna agar masyarakat yang melihat mereka, dapat
langsung mengenali siapa dan apa komunitas mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh mulyana,
2002 menyatakan bahwa attibut merupakan perluasan lebih jauh jauh dari pakaian
dan penampilan yang dibahas sebelumnya. Benda-benda yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering
mengandung makna-makna tertentu. Bidang studi mengenai ini disebut objektika
(objectics).
Jenis simbol non verbal yang digunakan dalam komunitas motor trple “C”
Salah satu komunitas yang ada di kota Kendari adalah komunitas motor
triple “C”. Komunitas triple “C” dibentuk dengan keseriusan dan tujuan ke arah
yang lebih baik. Vanina Delobelle (2008) mendefinisikan suatu komunitas adalah
grup beberapa orang yang berbagi minat yang sama, terbentuk dari beberapa 4
faktor :
1. komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): para anggota saling
menolong satu sama lain.
2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.
3. Ritual dan kebiasaan : orang-orang dating secara teratur dan periodik.
4. Infloenser : merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat.
Dalam komunitas, dialami suatu ketidak perbedaan antar pribadi.
Hubungan yang mereka alami adalah hubungan antar pribadi yang takterbedakan.
Ciri-ciri komunitas, situasi kondisi yang ada dalam komunitas mengantar pada
hubungan pribadi yang mengalami dan merasakan keamanan. Membentuk
komunitas triple “C” bukan hanya untuk menambah teman, tetapi juga untuk
menanamkan sikap kekeluargaan, saling tolong menolong serta menyalurkan
hobby yang sama.
Vanina Delobelle (2008) menjelaskan bahwa komunitas mempunyai
beberapa aturan sendiri yaitu :
1. Saling berbagi (sharing) : mereka saling menolong dan berbagi satu sama
lain dalam komunitas.
2. Komunikasi : mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.
3. Kejujuran : dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka
akan segera ditinggalkan.
4. Transparansi : saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan
sesuatu hal.
5. Partisispasi : semua anggota harus disana dan berpartisispasi pada acara
bersama komunitas.
Sama halnnya dengan komunitas motor Triple “C” segala aturan yang
dibuat bertujuan untuk membawa komunitas mereka kearah yang lebih baik.
Layakknya seuah komunitas, maka pada komunitas triple”C” juga mempunyai
cara yang khusus dengan berkomunikasi. Salah satu komunikasi yang mereka
gunakan adalah komunikasi nonverbal berupa simbol-simbol yang dibuat untuk
menyampaikan maksud dan sebagai pengganti bahasa verbal yang mereka
gunakan. Beragam jenis simbol yang ada oada komunitas triple “C” digunakan
untuk mengatur komunitas mereka ke arah yang lebih baik.
Lerry A. Samovar dan Richard E. Poter (Mulyana, 2002) komunikasi
nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan Verbal) dalam suatu
setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan pengguna lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi
definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja seagai bagian
dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan
nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.
Simbol-simbol yang digunakan oleh komunitas triple “C” mencakup
bahasa tubuh seperti kode dan isyarat tangan yang dibuat untuk mengatur dalam
aktifitas berkendara. Bahasa tubuh dalam penelitian diperoleh dari perilaku atau
gerakan tubuh. Untuk menganalisis setiap anggota tubuh seperti tangan, kaki,
bahkan tuuh secara berkeseluruhan yang digunakan sebagai isyarat simbol.
Bidang yang mengolah bahasa tubuh adalah kinetika, suatu istilah yang
diciptakan seorang perintis study bahasa nonverbal Ray L. Birdwhistell (mulyana
2002) setiap anggota tubuh seperti wajah, tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh
secara keseluruhan dapat digunakan sebagi syarat simbolik.
Isyarat tangan atau berbicara dengan tangan termaksud apa yang disebut
emblem, yang dipelajari, yang punya makna. Meskipun isyarat tangan yang
digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda atau, isyarat fisiknya berbeda,
namun maksudnya sama. Pemberian arti pada simbol adalah suatu proses
komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada
suatu masyarakat. Karna itu dapat disimpulkan bahwa :
1. Semua kode memiliki unsur nyata.
2. Semua kode memiliki arti.
3. Semua kode tergantung para persetujuan para pemakainya.
4. Semua kode memiliki fungsi.
5. Semua kode dapat dipindahkan, apakah melalui media atau saluransaluran komunikasi lainnya.
Makna simbol non verbal aktifitas triple “C”
Dalam penggunaan simbol-simbol non verbal pada komunitas triple “C”
juga disertai dengan makna yang terkandung di dalamnya R. Brown
mendefinisikan
makna
sebagai
kecenderungan
(disposisi)
total
untuk
menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Makna muncul dari
hubungan khusus antara kata dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata,
namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada
hubungan langsung antara suatu objek simbol yang digunakan untuk
mempresentasikannya (Mulyana 2002).
Semua model makna memiliki bentuk secara luas berupa atau mirip.
Masih memperhatikan tiga unsur yang harus ada dalam setiap studi tentang
makna. Ketiga unsur tersebut, acuran tanda dan pengguna tanda. Tanda
merupakan suatu yang bersifat fisik dan bisa dipercayai indera kita. Tanda
mengacu pada sesuatu diluar tanda tersebut dan bergantung pada pengamatan oleh
penggunaan sehingga bisa disebut tanda.
Makna dari simbol-simbol nonverbal yang digunakan komunitas triple
“C” merupakan hasil kesepakatan dari seluruh anggota untuk mengartikan simbolsimbol yang dikeluarkan. Seperti yang dijelaskan oleh wakil ketua triple “C” atas
nama Darwan menjelaskan bahwa :
“makna dari semua simbol yang kami perlihatkan semata-mata untuk lebih
memperkenalkan siapa kami sebenarnya. Tidak ada maksud yang buruk yang
ingin kami tampilkan. Kami hanya ingin terlihat baik dimata semua orang”.
Menurut Blumer dalam Mulyana (2002:72-73), tiga premis utama dalam
proses penafsiran makna adalah sebagai berikut:
1. Individu memberi tanggapan terhadap sesuatu secara simbolik sesuai
batasan yang mereka berikan terhadap situasi yang dihadapinya.
2. Makna adalah hasil interaksi sosial yang dinegosiasi melalui bahasa, dan
3. Makna yang ditafsirkan individu dapat berubah dari waktu ke waktu
sejalan dengan perubahan konteks situasi.
Seperti dalam kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. Maksud pembicara:
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakian persepsi atau perilaku
manusia atau kelompok manusia:
3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa
atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukannya, dan
4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harri Murti Tridalaksana,
2001:132).
Segala bentuk makna dari simbol-simbol yang ada dalam komunitas triple
“C” berguna untuk lebih menyatuka mereka ke arah yang lebih baik, teratur serta
lebih mengangkat nama baik dari komunitas triple “C”.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah Makna dari simbol-simbol nonverbal yang meliputi; bahasa tubuh,
bunyi/suara, penampilan fisik, warna dan atribut yang digunakan komunitas triple
“C” merupakan hasil kesepakatan dari seluruh anggota untuk mengartikan simbolsimbol yang dikeluarkan. Seperti yang dijelaskan hasil wawancara yang
menyatakan bahwa: makna dari semua simbol yang kami perlihatkan semata-mata
untuk lebih memperkenalkan siapa kami sebenarnya. Tidak ada maksud yang
buruk yang ingin kami tampilkan. Kami hanya ingin terlihat baik dimata semua
orang.
B. Saran
1. Sebaiknya symbol komunikasi non verbal pada motor yang ada di kota
kendari disatukan supaya tidak terjadi kesalah pahaman yang ada dalam
masyarakat.
2. Dengan demikian, masyarakat menganggap bahwa komunitas motor tidak
selalu anarkis tetapi memberikan manfaat positif bagi kalangan
masyarakat.
3. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mewujudkan
komunitas motor yang illegal di kota kendari yang menjadi sebagian hobi
anak remaja kota kendari.
DAFTAR PUSTAKA
Arni Muhammad 2007. Komunikasi Organisasi: Bumi Aksara, JakartaBurrow
dan Reid. 2002. A Review of Geng Bangin In The Bahamas (Nassau
Bahamas : Youth Alive Ministries
Chamdan. 2003. Perilaku Organisasi: Rajawali Press, Jakarta
Cooley. 1989. Human Communication. Fifth Edition, Belmont California,
Wdsworh
Cangnara Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi: Rajawali Pers, Jakarta
Decker dan Curry. 1999. Handbook Of Qualittive Research: Thousand Oaks
Publito, New York
Dillistone. 1990. Daya Kekuatan Simbol: Pustak Falsafat, Jakarta
Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan. Bandung : Simbiosa Rekatama
Media
Djuwantoro. 2006. Globalisasi dan Komunikasi: Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Effendy, Uchana, onong. 2003. Teori dan Filsafat Komunikasi. PT Citra Aditya
Bakti. Bandung.
Gibson, 2000. Pengantar Sosiologi: Murai Kencana, Jakarta
Goldhaber. 1986. Dalam Mulyana 2007 The Communication Organisation, Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar. Rosdakarya, Jakarta
Gunarto. 2002. Perencanaan Komunikasi Organisasi. Rosdakarya, Jakarta
Hasibuan. 2004. Perilaku Organisasi: Edisi Terjemahan Ghalia Indonesia,
Jakarta
Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Littlejohn Stephan. 2002. The Human Communication. Fifth Edition, Belmont
California, Wadsworh
Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Mifta Thoha, 2003. Teori Organisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Mulyana. Deddy 2001. Metode Penelitian Komunikasi: Rosdakarya, Jakarta
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, J. 1989. Metodologi Penelitian Komunikasi: Prenada Media, Jakarta
Rakhmat, J. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosadakarya
Vanina Delobelle. 2008. Marketing Communication: Terjemahan Liberty,
Yokyakarta
Wahab Abdul. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press.
Warren. 1994. Komunitas dan Kelompok Msyarakat: Edisi terjemahan Remaja
Rosda Karya, Jakarta
Wartaya Winangun, 1990. Masyarakat Bebas Struktur. Pustaka FIlsafat, Jakarta
Weber. 1996. Pengantar Ilmu Komnikasi Organisasi. Terjemahan Remaja,
Rosdakarya, Bandung
Download