Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

advertisement
Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
Astri Anindya Sari(1), Hanson Endra Kusuma(2), Baskoro Tedjo(3)
(1)
Dosen, Program Studi Arsitektur Universitas Widya Kartika Surabaya. E-mail: [email protected]
Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung. E-mail: [email protected]
(3)
Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung
(2)
Abstrak
Tempat favorit memiliki manfaat restorative atau regulasi emosi yang dapat mengembalikan
ketegangan pikiran akibat aktivitas sehari-hari. Bagi mahasiswa, tempat favorit berfungsi sebagai
penyeimbang aktivitas belajar sehari-hari yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Karena itu
keberadaan tempat favorit mutlak dibutuhkan sebagai penunjang aktivitas mahasiswa pada kota-kota
yang berorientasi ke pendidikan. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui tempat
favorit mahasiswa yang digunakan untuk tujuan restorative, serta alasan pemilihannya. Hasil penelitian
akan berkontribusi pada perumusan kriteria perencanaan tempat favorit yang dapat memberikan
manfaat restorative bagi mahasiswa. Ditemukan bahwa mall, ruang terbuka dan ruang hobi
merupakan tiga tempat terfavorit yang dipilih mahasiswa lokasi studi sebagai sarana restorative.
Ditemukan pula bahwa manfaat restorative yang diperoleh mahasiswa pada tempat favoritnya
disebabkan oleh tiga dimensi yakni kualitas tempat dan aktivitas (place activity dependence), kualitas
tempat (place dependence) serta aktivitas (activity dependence). Aktivitas yang terjadi di tempat
favorit dapat dikategorikan menjadi dua yakni aktivitas santai (low tension) yang cenderung terjadi
pada tempat-tempat dengan dimensi place dependence maupun place activity dependence, serta
aktivitas hobi (high tension) yang cenderung terjadi pada tempat-tempat activity dependence.
Kata-kunci: aktivitas, kualitas tempat, mahasiswa, restorative, tempat favorit
Pendahuluan
Tempat favorit dideskripsikan sebagai tempat
yang menarik secara estetis dan menawarkan
pelarian dari tekanan aktivitas sehari-hari,
pada tempat tersebut seseorang akan dapat
secara bebas berekspresi. Pada tempat
favoritnya, seseorang dapat sangat merasakan
kesenangan dan menikmati suasananya
(Chapman & Robertson, 2009; Korpela dkk,
2001). Secara signifikan ditemukan bahwa
datang ke tempat favorit mampu memberikan
manfaat restorative yakni dapat membuat
seseorang menjadi lebih rileks dan dengan
demikian kondisi mood dan emosinya menjadi
lebih baik (Korpela dkk, 2001).
Penelitian-penelitian tentang tempat favorit
telah banyak dikembangkan terutama pada
bidang psikologi dan sosiologi, yang lebih
memberikan perhatian pada respon emosional
dan kognitif terhadap tempat. Namun pada
bidang arsitektur, penelitian mengenai tempat
favorit masih sangat terbatas (Simonic, 2006;
Atmodiwirjo, 2008; Duzenli dkk., 2009). Pada
bidang arsitektur dan perencanaan, kajian
mengenai tempat favorit lebih ditekankan
pada jenis dan pola aktivitas yang terjadi di
tempat favorit kaitannya dengan detail dan
karakteristik fisik dan spasial yang secara
langsung dapat diintevensi oleh arsitek dan
perencana.
Pada kota-kota yang direncanakan untuk
fungsi pendidikan, jumlah mahasiswa akan
menjadi sangat signifikan. Aktivitas belajar
mahasiswa yang menuntut konsentrasi tinggi
setiap harinya dapat memicu stres dan
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 5
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
kejenuhan
yang
akan
mempengaruhi
keberhasilan
studi.
Karenanya
sebagai
penyeimbang,
mahasiswa
membutuhkan
kegiatan selingan pada tempat favorit,
sehingga
mahasiswa
dapat
merasakan
manfaat restorative dan mengembalikan
kembali konsentrasi belajar untuk meraih
keberhasilan studi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
tempat favorit mahasiswa di Bandung meliputi
karakteristik fisik spasial tempat favorit,
respon emosional dan kognitif yang dirasakan,
serta aktivitas yang terjadi di tempat tersebut.
Dengan demikian hasil penelitian akan dapat
berkontribusi pada bidang arsitektur dalam hal
penentuan kriteria untuk perancangan tempattempat yang mampu memberikan manfaat
restorative bagi mahasiswa. Selain itu hasil
penelitian juga dapat berfungsi sebagai basis
data perencanaan dan perancangan ruang
kota
yang
mengakomodasi
kebutuhan
mahasiswa pada kota-kota yang direncanakan
untuk fungsi pendidikan.
Faktor yang Mempengaruhi Preferensi
Tempat Favorit
Beberapa penelitian yang telah dilakukan
mencoba mengetahui adanya pengaruh
karakteristik personal seperti usia dan jenis
kelamin (Korpela dkk., 2002; Chapman &
Robertson, 2009; Duzenli dkk, 2009), latar
belakang budaya (Newell, 1997) dan variabel
pengaruh lain, seperti intervensi dari orang tua
(Korpela dkk, 2002) maupun place identity
(Chapman & Robertson, 2009) terhadap
preferensi individu atas tempat favorit.
Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan
adanya pengaruh usia terhadap preferensi
tempat favorit. Anak-anak cenderung lebih
menyukai hunian dan tempat-tempat yang
mendukung kegiatan olahraga (Korpela dkk.,
2002). Remaja menyukai tempat-tempat yang
memberikan wadah bagi mereka untuk
berkumpul dan bersosialisasi dengan teman
(Duzenli dkk., 2009; Atmodiwirjo, 2008).
Sementara itu menurut Newell (1997), Korpela
dkk. (2001), dan Korpela (2003), responden
dengan usia dewasa cenderung memilih
6 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
tempat tinggal dan alam. Hal ini disebabkan
karena responden dengan usia dewasa
cenderung menggunakan tempat favoritnya
untuk aktivitas santai sehingga dapat
mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh
aktivitas sehari-hari.
Mahasiswa merupakan individu yang berada
pada rentang usia 18-25 tahun. Rentang usia
ini berdasarkan perkembangan fisiologis dan
psikologis dapat dikategorikan ke dalam fase
transisi antara remaja akhir menjelang dewasa
muda. Karenanya masih perlu diteliti apakah
mahasiswa akan mengikuti kecenderungan
preferensi tempat favorit yang tampak pada
remaja atau pada dewasa muda. Dengan
demikian, penelitian ini akan melengkapi
badan pengetahuan penelitian sebelumnya
yang lebih fokus pada kelompok usia anakanak, remaja dan dewasa.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif
yang bertujuan untuk memetakan tempattempat favorit mahasiswa yang digunakan
untuk aktivitas rekreatif dan menghabiskan
waktu luang. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif pada pengumpulan data dan
metode kuantitatif (content analysis, analisis
distribusi frekuensi, analisis koresponden dan
ANOVA)
pada
analisis
data.
Metode
pengumpulan data kualitatif dengan instrumen
berupa pertanyaan terbuka kepada responden
dipandang paling sesuai untuk penelitian
eksploratif. Penggunaan metode ini akan
memberikan peluang bagi peneliti untuk
mendapatkan berbagai kemungkinan jawaban
dari responden, termasuk jawaban-jawaban
yang mungkin tidak diduga sebelumnya oleh
peneliti. Karenanya hasil penelitian yang
didapatkan akan lebih kaya jika dibandingkan
dengan penggunaan metode kuantitatif
melalui instrumen penelitian dengan pilihan
jawaban yang telah ditentukan sebelumnya
(Creswell, 2002).
Penelitian tentang tempat favorit ini dilakukan
di Bandung, Indonesia. Responden dalam
penelitian merupakan mahasiswa institusi
Astri Anindya Sari
pendidikan tinggi di Bandung pada kawasan
Tamansari-Dago meliputi Universitas Islam
Bandung (Unisba), Universitas Pasundan
(Unpas), Institut Teknologi Bandung (ITB),
Universitas Komputer Indonesia (Unikom), dan
Universitas Padjadjaran (Unpad) Dipatiukur.
Pemilihan
kawasan
institusi
pendidikan
kawasan Tamansari-Dago sebagai sampel
didasarkan oleh alasan-alasan berikut: 1)
jumlah institusi dan mahasiswa lebih besar
dibanding pada kawasan lain, 2) karakteristik
wilayah kampus dan asumsi lokasi hunian
(kos) relatif sama, Unisba, Unpas, sebagian
ITB mewakili hunian Tamansari, Unpad,
Unikom, dan sebagian ITB mewakili hunian
daerah Dago, 3) kawasan Tamansari-Dago
merupakan kawasan yang relatif dekat dengan
pusat kota dengan beragam fungsi sosial dan
pilihan hiburan juga relatif dekat dengan ‘area
hijau’ (daerah Bandung Utara) sebagai
alternatif wisata alami, 4) institusi pendidikan
pada kawasan ini memiliki variasi baik dari
spesialisasi program studi maupun prestasi
(diindikasikan
dari
akreditasi)
sehingga
diharapkan mampu mewakili ragam kelompok
mahasiswa di Kota Bandung.
Jumlah sampel ditentukan secara proporsional
berdasarkan perbandingan jumlah mahasiswa
masing-masing
institusi
(proportional
sampling). Sedangkan responden pada tiap
kampus dipilih secara acak (quota sampling),
mewakili setiap district yang ada di dalam
kampus. Responden dipilih secara purposive,
harus memenuhi syarat sebagai mahasiswa
sarjana strata satu (S1) yang telah berada
pada jenjang di atas tingkat satu. Kriteria ini
ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa
mahasiswa S1 di atas tingkat satu memiliki
tingkat usia, perkembangan psikologis dan
kompleksitas kebutuhan yang setara, serta
diasumsikan telah memiliki peta kognitif Kota
Bandung.
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
menggunakan instrumen kuesioner dan
wawancara
singkat
dengan
beberapa
pertanyaan terbuka meliputi: 1) sebutkan
tempat favorit ketika sedang merasa jenuh
dengan kegiatan perkuliahan di kampus; 2)
alasan memilih tempat tersebut; 3) seberapa
sering mendatangi tempat favorit dengan
kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar,
keluarga). Karakteristik personal responden
dibedakan berdasar jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
Jawaban dari pertanyaan pertama disajikan
dengan distribusi frekuensi untuk mengetahui
persebaran tempat favorit yang paling disukai
oleh mahasiswa. Jawaban dari pertanyaan kedua tentang alasan pemilihan tempat favorit
dianalisis secara kualitatif dengan content
analysis. Content analysis dilakukan dengan
mengambil kata-kunci dari data teks jawaban
responden, mengelompokkan dan mengkategorikan kata kunci yang memiliki makna
sejenis, serta mengklasifikasikan kategori
berdasarkan variabel-variabel penelitian yakni
karakteristik fisik spasial, aktivitas, respon
emosional dan kognitif. Hasil content analysis
akan memberikan informasi mengenai kualitas
fisik spasial yang dipertimbangkan responden
dalam memilih tempat favorit, aktivitasaktivitas yang sering dilakukan di tempat
favorit, dan respon emosional kognitif saat
berada di tempat favorit. Analisis ANOVA
dilakukan atas jawaban dari pertanyaan ketiga untuk mengetahui perbedaan kelompok
pada intensitas kunjungan ke tempat favorit.
Selain itu juga dilakukan analisis koresponden
untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin
terhadap preferensi tempat favorit.
Variabel-variabel
penelitian
ini
yakni
karakteristik fisik spasial, aktivitas, serta
respon emosional dan kognitif diturunkan dari
hubungan stimulus-respon pada teori persepsi
lingkungan.
Teori
persepsi
lingkungan
menyatakan bahwa ketika individu memasuki
sebuah rona, maka individu tersebut akan
mempersepsikan dan memanifestasikannya
melalui
respon,
baik
respon
kognitif,
emosional, maupun perilaku (Lang dkk, 1976;
Bell dkk, 1996). Pada konteks tempat favorit,
karakteristik
fisik
dan
spasial
tempat
merupakan stimulus yang dimiliki oleh sebuah
tempat, sementara respon individu berupa
perilaku (aktivitas) serta respon emosional dan
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 7
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
kognitif yang dirasakan oleh responden di
tempat favoritnya.
Hasil Penelitian
Jawaban responden atas pertanyaan pertama
mengenai tempat favorit yang dikunjungi
ketika merasa jenuh dengan perkuliahan di
kampus dikategorikan berdasar fungsi dan
tipologi tempat. Hasil pengategorian tempat
favorit mahasiswa ditunjukkan oleh diagram 1
berikut.
Diagram 1. Kategori tempat favorit responden.
Dari diagram pie di atas diketahui bahwa mall,
ruang terbuka, dan ruang hobi merupakan
tempat yang paling banyak dituju sebagai
sarana aktivitas restorative mahasiswa di
lokasi studi. Mall dipilih sebagai tempat favorit
oleh 112 responden atau 37% dari 303
mahasiswa yang terlibat dalam penelitian.
Sedangkan tempat-tempat yang dipilih oleh
minoritas atau kurang dari 10% responden
adalah ruang pribadi, tempat kuliner, kampus,
tempat ibadah, dan kampus lain. Untuk
memfokuskan tulisan ini maka selanjutnya
tempat favorit yang dibahas dibatasi pada tiga
tempat terfavorit yakni mall, ruang terbuka,
dan ruang hobi.
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Preferensi Tempat Favorit
Beberapa penelitian terdahulu (Korpela dkk.,
2002; Chapman & Robertson, 2009; Duzenli
dkk., 2009) telah mengungkap adanya
pengaruh karakteristik personal di antaranya
usia dan jenis kelamin terhadap tempat
favorit. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
S1 yang rentang usianya dianggap setara,
sehingga unsur usia tidak dilibatkan dalam
penelitian ini.
8 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
Responden
yang
berpartisipasi
dalam
penelitian ini memiliki perbandingan jenis
kelamin yang seimbang, terdiri dari 152 orang
laki-laki dan 151 orang perempuan. Perbedaan
preferensi tempat favorit pada jenis kelamin
yang
berbeda
terlihat
dalam
analisis
koresponden pada diagram 2.
Diagram 2. Analisis koresponden antara jenis
kelamin dengan tempat favorit.
Analisis koresponden memetakan posisi vektor
jenis kelamin dan tempat favorit yang dipilih
ke dalam peta. Kedekatan posisi vektor moda
jenis kelamin dengan tempat favorit tertentu
menunjukkan kedekatan hubungan yang
dimiliki. Semakin dekat posisi vektor jenis
kelamin tertentu dengan tempat favorit,
artinya semakin besar jumlah responden
dengan jenis kelamin bersangkutan memilih
tempat favorit terkait.
Terlihat bahwa responden yang memilih mall
sebagai tempat favorit merupakan responden
berjenis
kelamin
wanita.
Sedangkan
responden laki-laki cenderung lebih memilih
ruang terbuka dan ruang hobi. Temuan ini
konsisten dengan penelitian terdahulu yakni
Duzenli dkk. (2009), wanita lebih menyukai
tempat-tempat komersial di pusat kota
sedangkan laki-laki lebih tertarik pada aktivitas
sosial dan olahraga.
Perbedaan preferensi ini kemungkinan terjadi
karena mall mengakomodir unsur yang disukai
oleh wanita, yakni pernak-pernik wanita,
busana dan aksesoris, serta aktivitas belanja
dan window shopping. Sementara pria
cenderung
lebih
menyukai
kegiatan
Astri Anindya Sari
petualangan dan aktivitas hobinya. Dua
kegiatan ini cenderung diakomodir oleh ruang
terbuka dan ruang hobi.
Pengaruh Keberadaan Kelompok
terhadap Preferensi Tempat Favorit
Hurlock (1996) menyatakan bahwa mahasiswa
yang masih berada pada lingkungan teman
sebaya akan mengikuti garis perilaku remaja
yang menilai pentingnya peran teman dan
lingkungan pergaulan terhadap aktivitas
sehari-hari dan pemilihan tempat aktivitas.
Implikasinya adalah tempat-tempat yang
cenderung dipilih sebagai tempat aktivitas
adalah yang mengakomodir aktivitas sosial
dengan teman.
Untuk mengetahui pengaruh keberadaan
kelompok terhadap preferensi tempat favorit,
diberikan pertanyaan kepada responden
mengenai
seberapa
sering
responden
mengunjungi tempat favoritnya dengan
kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar,
keluarga). Rentang pilihan jawaban yang
disediakan menunjukkan frekuensi kunjungan
ke tempat favorit dengan kelompok tertentu,
dengan skala 1-5. Nilai 1 berarti tidak pernah;
2 berarti jarang; nilai 3 berarti kadang-kadang
(nilai tengah); nilai 4 menunjukkan sering dan
nilai 5 berarti selalu. Analisis dari jawaban
responden disajikan dalam bentuk grafik
frekuensi kunjungan responden ke tempat
favorit bersama kelompok tertentu (sendiri,
teman, pacar, keluarga), yang tampak pada
diagram 3. Sumbu y pada diagram tersebut
menunjukkan frekuensi kunjungan bersama
kelompok tertentu. Jika nilai semakin tinggi
maka kunjungan ke tempat favorit bersama
kelompok tertentu semakin sering.
Diagram 3. Frekuensi kunjungan ke tempat favorit
dengan kelompok tertentu
Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa
responden
cenderung
lebih
sering
mengunjungi
tempat-tempat
favoritnya
bersama teman daripada sendiri, dengan
pacar ataupun dengan keluarga. Fenomena ini
menguatkan pendapat Hurlock (1996) tentang
pentingnya
keberadaan
teman
dalam
kehidupan remaja. Dari hasil penelitian ini pula
secara tidak langsung dapat diketahui bahwa
tempat-tempat yang dipilih sebagai favorit
cenderung merupakan tempat sosialisasi
dengan teman, atau yang mengakomodir
aktivitas yang dapat dilakukan bersama
teman. Hal ini menunjukkan konsistensi
dengan
hasil
penelitian
sebelumnya
(Atmodiwirjo, 2008; Duzenli dkk., 2009;
Matthews dkk., 2000). Selain itu dapat pula
disimpulkan bahwa keberadaan teman untuk
berbagi, berinteraksi, ataupun beraktivitas
bersama memiliki manfaat dalam proses
restorative bagi remaja.
Mall, Tempat Terfavorit untuk
Restorative Mahasiswa
Mall merupakan tempat terfavorit yang dipilih
sebagian besar responden penelitian ini.
Sebanyak 112 dari 303 responden menyatakan
bahwa mall merupakan tempat terfavorit yang
paling sering mereka kunjungi ketika merasa
jenuh atau bosan dengan kegiatan perkuliahan
di kampus.
Temuan bahwa mall atau tempat komersial di
pusat kota merupakan tempat terfavorit
memperkuat temuan penelitian Duzenli dkk.
(2009) tentang tempat favorit remaja di
Trabzon, Turki dan Atmodiwirjo (2008)
tentang tempat favorit hangout remaja di
Jakarta. Konsistensi hasil penelitian ini
dimungkinkan terjadi karena adanya kemiripan
karakter pengembangan wilayah antara lokasi
penelitian ini yakni Bandung dengan Jakarta
dan
Trabzon-Turki.
Kota-kota
tersebut
merupakan kota besar di mana perkembangan
shopping mall dengan desainnya yang atraktif
sedang marak. Kondisi ini menjadikan mall
sebagai salah satu alternatif bagi tempat
favorit yang menarik dan mudah diakses dari
kampus.
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 9
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
Mall-mall yang menjadi favorit responden
dapat dilihat pada gambar 4. Terlihat bahwa
mall terfavorit adalah Cihampelas Walk
(Ciwalk), diikuti Bandung Indah Plaza (BIP),
Paris Van Java (PVJ), selanjutnya menyusul
Bandung Elektronik Center (BEC) dan Dago
Plaza (Dapla) sementara mall-mall lain (King’s,
Braga City Walk (BCW), Bandung Trade Center
(BTC), Istana Plaza (IP) dan Jatinangor Town
Square (Jatos) hanya sebagai minoritas.
Tingginya preferensi responden terhadap
Ciwalk,
BIP,
dan
PVJ
menunjukkan
keistimewaan ketiga mall tersebut dimata
mahasiswa pada lokasi studi dibandingkan
dengan mall-mall yang lain.
tempat
favoritnya.
Faktor-faktor
yang
mendorong responden dalam memilih mall
tertentu sebagai favorit disajikan dalam
diagram 5. Hasil analisis ini menggambarkan
karakteristik
mall
yang
disukai
oleh
mahasiswa, serta aktivitas dan suasana yang
diharapkan dapat terjadi di mall favorit.
`
Diagram 4. Mall favorit
Diagram 5. Faktor pendorong preferensi terhadap
mall
Gambar 1. Ciwalk, mall terfavorit
Jawaban
responden
atas
pertanyaan
mengenai alasan memilih tempat tertentu
sebagai favorit dianalisis dengan content
analysis dan disajikan dalam diagram yang
menunjukkan faktor-faktor yang mendorong
preferensi terhadap tempat tententu. Alasan
yang disebutkan oleh responden dikategorikan
ke dalam variabel karakteristik fisik spasial,
aktivitas, serta respon emosional dan kognitif
yang dirasakan responden saat berada di
10 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
Terlihat bahwa pada aspek fisik spasial,
banyaknya ragam tempat dan aktivitas yang
dapat dilakukan merupakan unsur dominan
yang mempengaruhi preferensi terhadap
sebuah shopping mall. Artinya sebuah mall
menjadi favorit karena menawarkan berbagai
tempat untuk dikunjungi berikut aktivitas yang
beragam. Ragam tempat dan aktivitas
tersebut mampu memberikan pengalaman
yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Selain itu shopping mall juga disukai karena
menawarkan ragam pilihan tempat untuk
makan. Kualitas fisik dan fasilitas pada mall
tersebut dapat membuat responden merasa
nyaman, dan memberikan suasana berbeda
dengan sehari-hari sehingga mereka dapat
Astri Anindya Sari
menikmati proses restorative (refreshing) pada
shopping mall.
Dari sisi spasial, faktor lokasi dalam hal ini
kemudahan akses dari kampus merupakan
unsur dominan yang mempengaruhi preferensi
terhadap mall tertentu. Artinya mall-mall yang
berlokasi
di
dekat
kampus
memiliki
kemungkinan lebih besar untuk lebih sering
dikunjungi daripada mall yang berada jauh
dari kampus (sulit dijangkau). Hal ini
kemungkinan terjadi karena sebagian besar
mahasiswa di lokasi studi merupakan
mahasiswa perantau yang belum memiliki
penghasilan sendiri, sehingga lokasi kampus
dan sekitarnya merupakan tempat yang paling
mudah dijangkau tanpa harus mengeluarkan
biaya lebih. Selain itu tempat-tempat favorit
mahasiswa untuk restorative diperkirakan
merupakan tempat sosialisasi dengan teman
yang biasa dikunjungi dari kampus, sehingga
kemudahan akses dari kampus merupakan
salah satu hal penting yang mempengaruhi
preferensi. Hal ini terbukti karena Ciwalk dan
BIP, dua mall yang menempati peringkat
pertama dan kedua terfavorit merupakan mall
yang terletak pada lokasi yang relatif dekat
dan mudah dijangkau dari kampus-kampus
yang dijadikan lokasi penelitian ini (berada
pada area yang dapat ditempuh dengan
berjalan kaki/walking distance).
Dari diagram 5 terlihat bahwa aktivitas yang
paling banyak dilakukan di mall adalah
entertainment, termasuk di dalamnya nonton
film, karaoke dan bermain game. Selanjutnya
disusul oleh aktivitas interaksi pasif (window
shopping, melihat orang, ngeceng), jalanjalan, makan-minum serta aktivitas interaksi
aktif (dengan teman). Aktivitas belanja yang
seharusnya merupakan aktivitas utama di mall
justru menempati posisi terendah dari
distribusi frekuensi, sedangkan entertainment
justru merupakan aktivitas yang paling banyak
dilakukan. Melihat fenomena ini, maka
mahasiswa di lokasi studi dapat digolongkan
ke dalam kelompok recreational shopper
(Patel, 2008) atau pengunjung yang datang ke
mall dengan motivasi hedonic/hiburan (Babin
dkk., 1994 dalam Sit, 2005; Yasin, 2011).
Mall yang didesain dengan baik dan sesuai
dengan preferensi pengunjung akan dapat
mendorong seseorang lebih lama berada pada
tempat tersebut (betah), dan mengunjunginya
secara frekuentatif (repeater). Hal tersebut
pada akhirnya akan mendorong lebih banyak
terjadinya aktivitas sekunder dan sosialisasi
(Gehl, 1986). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mahasiswa di lokasi studi merupakan
tipe recreational shopping yang cenderung
memanfaatkan mall sebagai sarana hiburan,
sosialisasi dengan teman sembari melakukan
hal-hal yang disukai. Bagi pengunjung mall
jenis ini selain ketersediaan fasilitas yang
mengakomodir aktivitas entertainment seperti
bioskop, tempat karaoke, game center, dan
berbagai tempat makan, aspek desain
shopping mall juga menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi preferensi terhadap
shopping
mall.
Aspek
desain
akan
mempengaruhi kenyamanan dan memberikan
pengalaman menyenangkan bagi aktivitas
pengunjung di shopping mall.
Gambar 2. Salah satu sudut Ciwalk, mall terfavorit
Dari variabel fisik-spasial pendorong preferensi
terhadap mall (diagram 5) diketahui bahwa
keunikan desain, keterbukaan ruang, adanya
unsur vegetasi serta keberadaan tempat
duduk merupakan beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan shopping
mall
yang
sesuai
dengan
preferensi
mahasiswa.
Adanya perhatian terhadap
aspek-aspek
tersebut
akan
menunjang
kenyamanan aktivitas mahasiswa di mall selain
juga memberikan pengalaman berbeda dari
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 11
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
sehari-hari sehingga pada akhirnya akan dapat
memberikan manfaat restorative.
Ruang Terbuka, Daya Tarik Kualitas
Lingkungan Alami
Ruang terbuka menempati urutan kedua
sebagai tempat favorit yang dikunjungi saat
merasa jenuh dan stres dengan kegiatan
perkuliahan. Ruang terbuka dipilih oleh 67
orang responden atau 22% dari keseluruhan
data. Berdasar lokasinya, ruang terbuka yang
dipilih oleh responden dapat dikategorikan
menjadi dua yakni ruang terbuka yang terletak
di pedesaan atau pinggir kota (rural), dan
ruang terbuka yang terletak di tengah kota
(urban). Ruang terbuka rural dipilih oleh 57
responden, sedangkan ruang terbuka urban
dipilih oleh 10 orang responden.
adalah dari segi pengelolaannya. Tempattempat favorit yang dimasukkan dalam
kategori wisata alam/outbond sudah dikelola
secara resmi, dan sudah dilakukan perubahan
dan pengelolaan desain dari kondisi alam
aslinya. Sedangkan alam bebas cenderung
masih asli seperti kondisi awalnya.
Gambar 3. Tahura, salah satu ruang terbuka rural
pilihan responden
Faktor-faktor yang mendorong responden
memilih ruang terbuka rural sebagai favorit
dapat dilihat pada diagram 7.
Diagram 6. Kategorisasi ruang terbuka
Tipologi ruang terbuka rural yang dipilih oleh
responden sebagai tempat favorit dibedakan
menjadi bukit/tempat tinggi yang dipilih oleh
34 responden; wisata alam/outbond, dipilih
oleh 15 responden; alam bebas, dipilih oleh 5
responden; perkebunan dipilih oleh 3
responden. Bukit/tempat tinggi yang dipilih
sebagai favorit diantaranya adalah Punclut,
Caringin Tilu (Cartil), Bukit Bintang (Dago),
dan Puncak Lembang. Tempat-tempat ini
dipilih terutama karena lokasinya yang lebih
tinggi dari sekitarnya sehingga dari tempat
tersebut pemandangan kota dapat terlihat
jelas. Wisata alam yang banyak dipilih di
antaranya Ciater, Taman Hutan Rakyat
(Tahura), Maribaya, dan tempat-tempat
outbond. Sedangkan alam bebas diantaranya
gunung dan lokasi perkemahan yang
menyediakan pengalaman berinteraksi dengan
alam bebas. Perbedaan mendasar dari
kategori wisata alam/outbond dan alam bebas
12 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
Diagram 7. Faktor pendorong preferensi terhadap
ruang terbuka rural
Diketahui bahwa unsur-unsur fisik pendorong
preferensi merupakan karakteristik alami yang
dimiliki oleh ruang terbuka rural. Dengan
karakteristik tersebut, responden dapat
menikmati pemandangan indah (alam dan
Astri Anindya Sari
kota), merasakan suasana yang tenang, dan
dapat
merasakan
manfaat
restorative
(refreshing). Karakteristik tersebut tidak
mudah ditemui di kota, sehingga walaupun
lokasinya berada jauh dari kampus maupun
tempat tinggal, ruang terbuka rural akan tetap
dicari.
Monumen Perjuangan Rakyat Bandung) yang
juga dipilih oleh 5 responden.
Faktor-faktor yang mendorong preferensi
responden terhadap ruang terbuka urban
ditunjukkan oleh diagram 8 berikut.
Karakteristik spasial tempat yang menjadi
faktor pendorong adalah letaknya yang berada
di ketinggian sehingga dari tempat tersebut
responden dapat melihat pemandangan
dengan lebih leluasa. Nilai lebih lain yang
dimiliki oleh ruang terbuka rural adalah
lokasinya yang tenang, jauh dari hiruk pikuk
kota, selain juga kualitas udaranya yang masih
bersih membuat tempat ini dipandang sesuai
sebagai tempat-tempat kontemplasi maupun
interaksi sambil merasakan suasana yang
berbeda dengan keseharian.
Gambar 4. Suasana Taman Cikapayang saat car free
day, salah satu ruang terbuka urban pilihan
responden
Seperti telah disebutkan sebelumnya, selain
ruang terbuka rural, ada sebagian responden
yang memilih ruang terbuka yang berlokasi di
tengah
kota
(urban)
sebagai
tempat
favoritnya. Dibandingkan dengan ruang
terbuka rural, ruang terbuka urban dipilih oleh
minoritas, yakni 10 responden atau 15% dari
67 responden yang memilih ruang terbuka.
Jenis ruang terbuka urban yang dipilih adalah
jalan (car free day, pinggir jalan sekitar
kampus, dan jalan raya di Bandung tengah)
yang dipilih oleh 5 responden. Selain itu juga
taman kota dan tempat lapang (Taman
Cikapayang,
Taman
Balaikota,
Taman
Universitas Pendidikan Indonesia UPI, dan
Diagram 8. Faktor pendorong preferensi terhadap
ruang terbuka urban
Dapat dilihat pada variabel karakteristik fisikspasial, ruang terbuka urban dipilih karena
dinilai masih memiliki kualitas fisik sejuk,
teduh, dan asri, seperti juga pada ruang
terbuka rural. Nilai tambah yang dimiliki
adalah kedekatan ruang terbuka ini dengan
kampus sehingga pencapaiannya lebih mudah.
Selain itu ruang terbuka ini dipilih karena
terdapat banyak tempat-tempat jajan dengan
harga yang terjangkau.
Berbeda dengan ruang terbuka rural, ruang
terbuka urban tidak digunakan untuk
kontemplasi namun lebih pada kegiatan
interaksi, jalan-jalan, maupun “ngeceng“.
Selain itu apabila pada ruang terbuka rural,
orang lebih menikmati panorama keindahan
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 13
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
alam, pada ruang terbuka urban yang menjadi
daya tarik adalah keramaian kota dan aktivitas
orang, selain juga karena kualitas alami yang
dimiliki.
Dari penjelasan mengenai ruang terbuka rural
dan urban, diketahui bahwa faktor kualitas
lingkungan dalam hal ini keberadaan
lingkungan alami merupakan faktor utama
pendorong preferensi terhadap ruang terbuka
baik rural maupun urban. Keberadaan kualitas
lingkungan alami pada ruang terbuka rural
membuatnya tetap dipilih sebagai favorit
meskipun berada pada lokasi yang relatif
susah diakses dari kampus. Pada ruang
terbuka urban, pengaruh kualitas alami
terhadap preferensi terlihat dari masuknya
kata kunci asri, alami, teduh dan sejuk pada
jawaban responden atas pertanyaan alasan
memilih ruang terbuka urban sebagai favorit
untuk dikunjungi saat merasa jenuh dengan
kegiatan perkuliahan (diagram 8). Fenomena
tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya
efek restorative yang dimiliki oleh lingkungan
alam. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Van den Berg dkk. (2003); Korpela (2003) dan
Hartig & Staats (2005), menyatakan bahwa
berada dalam lingkungan dengan suasana
alami dapat memberikan ketenangan dan
meregangkan
ketegangan
mental
yang
diakibatkan oleh kepenatan aktivitas seharihari.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
aktivitas yang paling banyak terjadi pada
ruang terbuka baik rural maupun urban adalah
aktivitas
santai
yang
tidak
terlalu
membutuhkan kerja otak dan anggota tubuh
yang terlalu keras (low tension). Aktivitas
tersebut meliputi interaksi baik pasif (melihat
pemandangan, ngeceng, melihat keramaian
maupun interaksi aktif (sosialisasi dengan
teman), serta aktivitas-aktivitas lain seperti
menghirup udara segar, kontemplasi, dudukduduk, serta makan-minum. Aktivitas santai
seperti interaksi sebenarnya merupakan
aktivitas yang relatif dapat dilakukan di mana
saja, namun adanya perhatian terhadap
kualitas fisik lingkungan akan memberikan nilai
14 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
tambah terhadap kenyamanan aktivitas santai
dan pada akhirnya dapat meningkatkan
preferensi terhadap lingkungan.
Perhatian terhadap kualitas fisik dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
yang mendorong preferensi, baik itu dari segi
kualitas fisik-spasial maupun aktivitas ke
dalam perencanaan ruang. Berdasarkan hasil
penelitian ini, hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas fisik dan meningkatkan
preferensi pada ruang terbuka diantaranya
adalah memperhatikan ketersediaan unsur
alami dalam jumlah yang cukup pada
lingkungan,
memperhatikan
keterbukaan
ruang terutama pada spot-spot yang
mengarah
ke
arah
pemandangan,
memperhatikan ketersediaan tempat duduk,
fasilitas
untuk
makan-minum,
serta
keberadaan peneduh untuk kenyamanan
aktivitas di siang hari.
Hobi, Aktivitas yang Memberi Manfaat
Restorative.
Tempat yang menduduki peringkat ke-tiga
terfavorit untuk sarana restorative mahasiswa
adalah ruang hobi. Ruang hobi dipilih oleh 45
responden atau 15% dari total 303 responden
yang berpartisipasi dalam penelitian. Tempattempat yang dikategorikan sebagai ruang hobi
merupakan tempat yang mewadahi aktivitas
yang disukai atau menjadi hobi dari
responden.
Diagram 9. Kategorisasi ruang hobi.
Dari diagram 9 diketahui bahwa hobi atau
aktivitas yang digemari oleh responden yang
dapat
diidentifikasi
adalah
membaca,
olahraga, bermain game, otomotif, serta
menonton film. Olahraga dan membaca
Astri Anindya Sari
merupakan aktivitas
mayoritas responden.
yang
dipilih
oleh
Alasan-alasan responden memilih ruang hobi
sebagai favorit dianalisis dengan content
analysis dan dikategorikan ke dalam tiga aspek
yakni fisik-spasial, aktivitas dan emosionalkognitif yang ditunjukkan oleh diagram 10.
Diagram 10. Faktor pendorong preferensi terhadap
ruang hobi.
Dari tiga aspek pendorong preferensi yang
ditunjukkan oleh gambar tersebut terlihat
bahwa aspek aktivitas dan emosional-kognitif
cenderung lebih dominan (banyak disebutkan
oleh responden) dibandingkan aspek fisikspasial.
Fenomena tersebut dimungkinkan terjadi
karena melakukan aktivitas yang menjadi hobi
atau kesukaan dapat menjadi suatu sarana
refreshing bagi seorang pehobi. Sementara
rata-rata aktivitas hobi misalnya olahraga dan
bermain musik membutuhkan performa ruang
khusus untuk bisa dilakukan. Dengan
demikian, terakomodirnya aktivitas yang
diinginkan merupakan faktor utama yang
menentukan preferensi terhadap ruang hobi.
Hal tersebut juga kemungkinan membuat
faktor kualitas fisik-spasial ruang lain menjadi
dianggap tidak terlalu penting, asal kegiatan
hobi dapat dilakukan dengan nyaman. Faktor
spasial yang menjadi nilai tambah terhadap
preferensi ruang hobi adalah kemudahan
aksesibilitas (jarak dari kampus/rumah).
Diskusi
Tempat favorit merupakan tempat yang
menarik secara estetis dan menawarkan
pelarian dari tekanan keseharian. Pada tempat
tersebut seseorang akan dapat secara bebas
berekspresi (Korpela dkk., 2001). Konsisten
dengan pendapat tersebut, mahasiswa di
lokasi studi merasakan bahwa tempat favorit
mampu
memberikan
pengalaman
yang
berbeda dari aktivitas perkuliahan sehari-hari.
Berada di tempat favoritnya, mahasiswa
merasa nyaman, senang, dapat bebas
berekspresi maupun melakukan kegiatan yang
disukai sehingga pada akhirnya mereka dapat
merasakan manfaat restorative (resfreshing).
Oleh sebab itu dapat disimpulkan jika
dirasakannya respon-respon emosional dan
kognitif tersebut oleh pengguna merupakan
indikator keberhasilan perencanaan tempat
yang mampu memberikan efek restorative.
Tiga tempat restorative terfavorit yang dipilih
sebagai favorit oleh mahasiswa di lokasi studi
adalah mall, ruang terbuka dan ruang hobi.
Masing-masing tempat ini dipilih karena
kekhasan yang dimilikinya. Mall dipilih karena
kualitas tempatnya yang menyuguhkan
suasana berbeda serta aktivitas entertainment
yang dapat dinikmati. Artinya mall dipilih
karena kualitas tempat dan aktivitas (place
activity dependence). Sementara Ruang
terbuka cenderung dipilih karena kualitas
alami yang tidak dapat ditemukan dengan
mudah pada hiruk pikuk kehidupan di kota.
Artinya ruang terbuka dipilih karena kualitas
fisik
tempat
yang
dimilikinya
(place
dependence). Sedangkan ruang hobi dipilih
karena menyediakan sarana untuk melakukan
aktivitas yang disukai (activity-dependence).
Tiga kelompok kualitas tempat favorit tersebut
mampu memberikan manfaat restorative bagi
mahasiswa. Oleh sebab itu kualitas fisik
tempat dan pengakomodiran aktivitas yang
sesuai preferensi mahasiswa merupakan hal
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 15
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
yang harus diperhatikan dalam perencanaan
tempat yang mampu memberikan manfaat
restorative bagi mahasiswa.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa
aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh
mahasiswa pada tempat favoritnya dapat
dibedakan menjadi dua, yakni aktivitas santai
(low tension) dan aktivitas hobi (high tension).
Aktivitas santai merupakan aktivitas yang tidak
terlalu membutuhkan kerja otak maupun
anggota badan lain yang terlalu berat (low
tension). Aktivitas ini meliputi interaksi aktif
(sosialisasi dengan teman) maupun interaksi
pasif
(melihat
pemandangan,
window
shopping, ngeceng, dll), duduk-duduk, jalanjalan, dan makan minum. Sementara aktivitas
hobi merupakan aktivitas yang membutuhkan
kerja otak dan anggota badan lain yang
cenderung lebih tinggi daripada aktivitas
santai (high tension). Aktivitas hobi meliputi
olahraga, outbond, bermain musik, membaca,
bermain game, dan menonton film. Bagi
mahasiswa, melakukan aktivitas hobi yang
disukai walaupun membutuhkan kerja otak
dan anggota tubuh yang relatif keras juga
merupakan suatu sarana rehat sejenak dari
aktivitas belajar. Dari aktivitas tersebut
mereka akan merasakan suatu pengalaman
yang
berbeda
dari
keseharian,
serta
menyalurkan emosi. Temuan ini memperkuat
hasil penelitian terdahulu (Heintzman, 2002;
Pressman dkk., 2009) yang menemukan
adanya hubungan antara melakukan aktivitas
waktu luang (leisure) seperti hobi dengan
kesehatan mental yang ditandai dengan
rendahnya
tingkat
stres.
Karenanya
perencanaan kualitas fisik ruang untuk
mengakomodir aktivitas santai dan hobi
merupakan
hal
yang
penting
bagi
perencanaan ruang yang dapat memberikan
manfaat restorative bagi mahasiswa.
Aktivitas hobi membutuhkan performa ruang
khusus untuk bisa terjadi. Di lain pihak
aktivitas santai pada dasarnya dapat terjadi di
manapun. Namun adanya perhatian pada
perencanaan kualitas fisik ruang akan
memberikan
nilai
tambah
terhadap
16 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
kenyamanan aktivitas santai dan pada
akhirnya akan meningkatkan preferensi
terhadap tempat tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian ini, perhatian terhadap kualitas fisik
ruang
yang
dapat
dilakukan
untuk
memberikan nilai tambah bagi aktivitas santai
mahasiswa antara lain adalah; (1)menyediakan
fungsi-fungsi ruang yang beragam untuk
aktivitas bersama teman, (2)menyediakan
tempat duduk dengan penataan sedemikian
rupa sehingga nyaman untuk interaksi,
(3)
memperhatikan keterbukaan ruang terutama
pada spot-spot yang memiliki view positif (bisa
berupa pemandangan ataupun aktivitas
orang), (4)menyediakan peneduh pada ruang
terbuka untuk kenyamanan aktivitas di siang
hari serta (5)memperhatikan ketersediaan
tempat-tempat untuk makan.
Kemudahan aksesibilitas, terutama karena
kedekatan lokasi dengan kampus merupakan
faktor yang sering muncul pada hasil analisis
atas alasan pemilihan tempat tertentu sebagai
favorit. Dari fenomena ini diketahui bahwa
lokasi sekitar kampus merupakan daerah yang
paling potensial untuk perencanaan fungsifungsi ruang yang ditujukan bagi segmen
mahasiswa. Faktor lokasi berkaitan erat
dengan kemudahan akses, yang merupakan
kombinasi antara jarak, waktu tempuh, dan
biaya yang dikeluarkan untuk menuju tempat
yang bersangkutan. Bagi mahasiswa, tempattempat favorit lebih banyak digunakan sebagai
sarana aktivitas bersama dengan teman,
sedangkan kampus cenderung menjadi titik
awal keberangkatan ke tempat favorit. Dengan
demikian kemudahan akses dari kampus
menjadi hal yang penting, semakin dekat
lokasi dari kampus maka kemungkinan untuk
menjadi favorit akan semakin besar.
Kedekatan lokasi dengan kampus hanya tidak
muncul sebagai faktor pendorong preferensi
pada ruang terbuka rural yang rata-rata
memang terletak pada lokasi yang relatif jauh
dari kampus. Tingginya preferensi terhadap
ruang terbuka rural meskipun berada pada
lokasi yang jauh dari kampus mengindikasikan
keistimewaan yang dimiliki oleh ruang terbuka
Astri Anindya Sari
rural. Manfaat restorative yang dimiliki oleh
kualitas lingkungan alami pada ruang terbuka
rural merupakan hal yang dicari ditengah hiruk
pikuk dan sesaknya kehidupan kota. Karena
itu adanya perhatian khusus terhadap kualitas
lingkungan alami dalam perencanaan area
kampus dan sekitarnya merupakan hal yang
mutlak
diberlakukan
sehingga
dapat
memberikan
manfaat
restorative
bagi
mahasiswa sekaligus meningkatkan preferensi
terhadap tempat yang direncanakan.
Kesimpulan
Tempat tertentu dapat menjadi tempat favorit
yang memiliki efek restorative karena
keberadaan
dimensi
place
activity
dependence, place dependence atau activity
dependence. Pada tempat-tempat tersebut
dapat terjadi aktivitas santai (low-tension)
ataupun aktivitas hobi (high-tension). Aktivitas
santai (low tension) dapat terjadi pada
tempat-tempat yang berdimensi place activity
dependence ataupun place dependence.
Sedangkan aktivitas hobi (high-tension)
membutuhkan performa khusus untuk bisa
terjadi, sehingga cenderung terjadi pada
tempat-tempat yang
activity-dependence.
Temuan ini merupakan kebaruan yang belum
terungkap secara eksplisit pada penelitian
sebelumnya.
Temuan-temuan penelitian ini memberikan
gagasan sekaligus kritik terhadap perencanaan
ruang publik yang selama ini ada di Indonesia,
terutama ruang-ruang kota yang terletak di
sekitar kampus. Salah satu hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa daerah-daerah yang
dekat dengan kampus terutama zona yang
berada pada walking distance merupakan
lokasi-lokasi
potensial
yang
dapat
dikembangkan secara maksimal sebagai area
penunjang aktivitas restorative mahasiswa dan
pada akhirnya memiliki potensi yang besar
untuk menjadi favorit. Namun kenyataannya
fungsi-fungsi semacam itu selama ini kurang
atau belum mendapat perhatian baik dari
pihak pemerintah maupun kampus. Selama ini
kecenderungan yang terjadi adalah area-area
di sekitar kampus tumbuh secara sporadis
tanpa adanya perencanaan. Lebih lanjut, hasil
penelitian ini juga memberikan gagasan
mengenai perencanaan fungsi-fungsi ruang
yang dapat dikembangkan pada kawasan di
sekitar kampus, serta elemen-elemen fisik
spasial yang harus diperhatikan agar tempat
yang dirancang tersebut dapat memberikan
efek restorative bagi mahasiswa sekaligus
memiliki kemungkinan lebih besar untuk
menjadi favorit.
Ucapan Terima Kasih
Data yang digunakan dalam penelitian ini
dikumpulkan
oleh
peneliti
dan
rekan
mahasiswa magister Arsitektur, SAPPK ITB.
Peneliti menyampaikan terima kasih kepada
Putri Herlia dan Wasiska Iyati atas bantuannya
dalam pengumpulan data.
Referensi
Atmodiwirjo, P. (2008), The Use of Urban
Public Places in Jakarta for Adolescents'
Hanging Out, Journal of Asian
Architecture and Building
Engineering/November 2008/346339
Bell, P., Greene, T.C., Fisher, J.D & Baum, A.
(1996), Environmental Psychology
Fourth Edition, Philadelphia: Harcourt
Brace College Publishers
Chapman, J.A & Robertson, M. (2009).
Adolescents’ Favourite Places: Redefining
the Boundaries Between Private and
Public Space, Space and Culture Vol.12,
No.4, pp.419-434
Creswell, J. (2003). Research Design:
Qualitative, Quantitative, and Mixed
Method 2-nd edition, California: SAGE
Publication
Duzenli, T., Bayramoglu, E & Özbilen, A.
(2009). Needs and Preferences of
Adolescents in Open Urban Spaces,
Scientific Research and Essay Vol. 5 (2),
18 January, 2010, pp. 201-216
Gehl, J (1986). Life Between Buildings: Using
Public Space, New York: Van Nostrad
Reinhold Company
Hartig, T & Staats, H. (2005). Linking
Preference for Environments With Their
Restorative Quality, In B. Trees, G.
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 17
Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative
Tress, G. Fry & P. Opdam (Eds). From
Landscape Research to Landscape
Planning: Aspect of Integration,
Education, And Application, pp. 279-292.
Netherland: Springer.
http://edepot.wur.nl/119329. diunduh
pada Januari 2011
Heintzman, P. (2002), A Conceptual Model Of
Leisure And Spiritual Well-Being, Journal
of Park and Recreation Administration Vol
20, No. 74, Winter 2002 pp. 147-169
Hurlock, E. (1996). Psikologi Perkembangan,
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Jakarta : Erlangga
Korpela, K. M, (2003), Negative Mood and
Adult Place Preference, Journal of
Environment and Behavior, Vol.35 No.3
May 2003, pp.331-346
Korpela, K., Kytta, M & Hartig.T (2002),
Restorative Experience, Self Regulation,
and Children’s Place Preferences, Journal
of Environmental Psychology 22, no.4,
pp 387-398
Korpela, K.M., Hartig. T., Kaiser, F.G & Fuhrer,
U. (2001), Restorative Experience and
Self Regulation in Favorite Places,
Journal of Environment and Behavior,
Vol.33 No.4, July 2001, pp.572-589
Lang, J., Burnette, C., Moleski, W & Vachon,
D. (1974), Designing For Human
Behavior, Architecture and The
Behavioral Sciences, USA:Dowden
Hutchinson & Ross Inc
Matthews, M., Taylor, M., Smith, P. B & Limb,
M. (2000). The Unacceptable
Flaneur,:The Shopping Mall as a Teenage
Hangout. Childhood: A Global Journal of
Child Research, Vol.7 No.3 August 2000,
pp.279-294
Newell, P.B. (1997), A Cross-Cultural
Examination of Favorite Places, Journal
of Environment and Behavior, Vol.29
No.4, July 1997, pp.495-514
Patel, V. (2008), Consumer Decision Making
Styles in Shopping Malls: An Empirical
18 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
Study. In: Dhar, U., Nath, V.V., Nair, S.K.
and Yadav, P.K., (eds.), New Age
Marketing: An Emerging Realities, New
Delhi: Excel Books, pp. 627-637.
Simonic, T. (2006), Urban Landscape As A
Restorative Environment: Preferences
And Design Considerations, Acta
agriculturae Slovenica, 87 - 2, September
2006, pp. 325 - 332
Sit, J., Merrilees, B. (2005), Understanding
Satisfaction Formation Of Shopping Mall
Entertainment Seekers: A Conceptual
Model, Proceeding of ANZMAC 2005
Conference: Retailing, Distribution
Channels and Supply Chain Management
Van den Berg, A.E., Koole.S.L & Van der Wulp.
N.Y. (2003), Environmental Preference
and Restoration: (How) are they related?
Journal of Environmental Psychology, Vol
23 (2003), pp.135–146
Yasin, P. E. (2011). Pengaruh Konfigurasi
Ruang dan Atraktor pada Pergerakan
Pengunjung di Shopping Mall di
Bandung. Disertasi Program Doktor,
Program Studi Arsitektur, Sekolah
Arsitektur, Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan ITB
Download