BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN CUCUT Oleh

advertisement
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII, Nomor 2, 2003: 21-29
ISSN 0216-1877
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN CUCUT
Oleh
Fahmi 1)
ABSTRACT
SOME BIOLOGICAL ASPECTS OF SHARKS. Sharks as the cartilaginous fishes
have many peculiar features and special characteristics that could distinguish
with the teleosts. As a high level predator, sharks have good sight, smell and
excellent senses. They are able to detect prey which often hidden from view or
some distance away. This paper is talked about life history, classification, shark's
organs and their Junctions, movement and also the distribution of shark.
cenderung membahayakan hidup manusia
apabila kita menjumpainya. Anggapan
tersebut tidak sepenuhnya benar, karena
temyata ikan cucut tidak hanya hidup di laut
tetapi ada pula yang ditemukan di perairan
tawar seperti ikan cucut Sentani yang dijumpai
di Danau Sentani, Irian Jaya (WIBOWO
& SUSANTO, 1995). Walaupun begitu,
umumnya ikan-ikan bertulang rawan memang
hidup di perairan yang memiliki salinitas tinggi
atau dengan kata lain cenderung hidup di
laut, dan hanya sekitar 5% saja yang hidup
di perairan tawar (COMPAGNO, 1990). Selain
itu, ukuran ikan cucut pun bermacam-macam
mulai dari yang memiliki panjang tubuh hanya
puluhan sentimeter pada saat dewasa sampai
pada yang memiliki ukuran mencapai belasan
meter, tergantung dari jenis dan habitat ikan
cucut tersebut. Pada umumnya, rata-rata
panjang maksimum tubuh ikan cucut dapat
mencapai 1,5m (COMPAGNO dalam
COMPAGNO, 1990). Walaupun demikian,
PENDAHULUAN
Ikan cucut dan pari merupakan ikan
bertulang rawan yang termasuk ke dalam kelas
Chondrichthyes. Tercatat setidaknya 900
sampai 1100 jenis cucut dan pari di dunia
yang termasuk ke dalam kelompok ini
(DEMSKI & WOURMS, 1993). Bahkan
menurut COMPAGNO (2002), kini tercatat
sekitar 1200 jenis ikan cucut dan pari
(Chondrichthyes) yang ada di dunia, baik
yang sudah teridentifikasi maupun yang belum
teridentifikasi. Kelas Chondrichthyes ini
terbagi menjadi dua sub kelas yaitu sub kelas
Holocephalii dan sub kelas Elasmobranchii.
Ikan cucut termasuk ke dalam sub kelas
Elasmobranchii, yang merupakan kelompok
yang dominan dan ikan-ikan bertulang rawan
(DEMSKI & WOURMS, 1993).
Selama ini orang awam selalu
mendeskripsikan ikan cucut sebagai ikan laut
dengan ukuran tubuh yang besar dan
21
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
sebagian besar ikan bertulang rawan memiliki
ukuran tubuh yang lebih kecil dari tubuh
manusia. Menurut COMPAGNO (1990),
diduga sekitar 100 jenis atau bahkan lebih
ikan-ikan elasmobranch mencapai berat
maksimum hanya sekitar 70 kg, sedangkan
ukuran terbesar jenis cucut mungkin dapat
mencapai berat lebih dari 2000 kg.
Tulisan ini mengulas mengenai aspek
biologi ikan cucut yang meliputi morfologi,
anatomi dan beberapa sifat fisiologis.
Informasi yang diberikan diharapkan dapat
berguna untuk lebih mengenal ikan cucut
sebagai salah satu sumberdaya hayati laut
yang potensial dan berperan penting di
lingkungan perairan.
Hal ini diyakini para ahli purbakala
dengan ditemukannya fosil berupa gigi dan
duri yang diduga berasal dari nenek moyang
cucut. Setelah mengalami proses evolusi
yang cukup panjang, ikan cucut berevolusi
menjadi bentuk yang seperti ada sekarang,
yaitu sekitar 50 - 60 juta tahun yang lalu. Hal
ini dibuktikan dengan ditemukannya fosilfosil purba dengan bentuk seperti ikan cucut
pada masa sekarang (MOJETTA, 1997;
PYERS, 2000). Dengan demikian, ikan cucut
dapat digolongkan ke dalam kelompok hewanhewan purba yang masih bertahan hidup
hingga saat ini, seperti halnya komodo.
Jenis ikan cucut yang ada di dunia
sekarang ini diperkirakan sekitar 375 - 500
jenis, dan dikelompokkan ke dalam delapan
bangsa (order), 30 suku dan 100 marga
(COMPAGNO, 1990; DEMSKI & WOURMS,
1993; WIBOWO & SUSANTO, 1995;
COMPAGNO, 2002). Pembagian kelompok
jenis cucut tersebut umumnya didasarkan
pada perbedaan bentuk morfologi yang
mudah dikenali. Adapun klasifikasi ikan cucut
menurut COMPAGNO (2002) adalah sebagai
berikut:
SEJARAH DAN KLASIFIKASI CUCUT
Ikan cucut diduga telah ada di bumi
sejak sekitar 400 juta tahun yang lalu, yaitu
pada masa periode Devonian (DEMSKI &
WOURMS, 1993; MOJETTA, 1997; PYERS,
2000; COMPAGNO, 2002).
Phillum : Vertebrata
Sub Phillum : Craniata
Super Kelas : Gnathustomata
Kelas : Chondrichthyes (cartilaginous fishes)
Sub Kelas : Holocephali (chimaeras and fossil relatives)
Bangsa : Chimaeriformes (chimaeras or silver sharks)
Sub Kelas : Elasmobranchii (sharks)
Cohort : Euselachii (modern sharks and fossil relatives)
Subcohort : Neoselachii (modern sharks)
Superorder : Squalomorphi squalomorph sharks)
Bangsa : Hexanchiformes (cow and frilled sharks)
Bangsa : Squaliformes (dogfish sharks)
Bangsa : Squatiniformes (angel sharks)
Bangsa : Pristiophoriformes (sawsharks)
Bangsa : Rajiformes (batoids) — Pari
Superorder : Galeomorphi (galeomorph sharks)
Bangsa : Heterodontiformes (bullhead sharks)
Bangsa : Lamniformes (mackerel sharks)
Bangsa : Orectolobiformes (carpet sharks)
Bangsa : Carcharhiniformes (ground sharks)
22
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Ke-sepuluh bangsa dari kelas
Chondrichthyes tersebut dapat ditemukan di
Indonesia, akan tetapi hingga saat ini belum
ada jumlah yang pasti mengenai jumlah jenis
ikan cucut dan ikan-ikan bertulang rawan
lainnya yang hidup di perairan Indonesia.
sebenarnya masih banyak bentuk ikan cucut
yang tidak seperti gambaran di atas. Akan
tetapi, secara umum ikan cucut memiliki ciriciri khusus yang dapat membedakannya dari
jenis ikan-ikan lainnya.
Umumnya cucut memiliki bentuk tubuh
yang ' stream-line’ atau aerodinamis, dengan
didukung oleh rangka tubuh yang terdiri dari
tulang rawan yang bersifat ringan dan elastis.
Tubuh cucut cenderung lentur dan dapat
bergerak dengan fleksibel dan cepat.
Berdasarkan bentuk tubuhnya apabila
dipotong melintang di tiga bagian, yaitu
kepala, badan dan ekor. Dean cucut memiliki
bentuk potongan tubuh yang beibeda-beda
di ketiga bagian tersebut, tidak seperti halnya
ikan-ikan bertulang sejati yang memiliki
bentuk potongan tubuh yang sama (seperti
bentuk tubuh yang compress atau depress).
Bentuk potongan tubuh cucut apabila
dipotong di bagian kepala memiliki bentuk
yang cenderung depress (elips), sedangkan
dibagian badannya berbentuk bulat, dan di
bagian ekor memiliki bentuk seperti kepala
hanya berukuran lebih kecil (Gambar 1).
MORFOLOGI, ANATOMI DAN
FISIOLOGI CUCUT
Sebagai ikan bertulang rawan, cucut
memiliki ciri-ciri morfologi yang amat berbeda
dengan ikan-ikan bertulang sejati (Teleostei).
Ciri yang paling mencolok terlihat adalah dari
bentuk insangnya yang tidak berkatup, bentuk
sirip, serta bentuk sisiknya yang placoid.
Seperti telah disebutkan di atas, umumnya
orang mendeskripsikan bentuk ikan cucut
sebagai sosok ikan raksasa yang mengerikan
dan ketika berenang menyembulkan sirip
punggungnya ke permukaan air, sehingga
orang selalu berharap tidak menjumpainya
ketika berenang di laut. Gambaran tersebut
hanyalah mewakili sebagian dari beragam jenis
ikan cucut atau hiu yang ada di dunia, karena
Gambar 1. Bentuk morfologi umum dan potongan tubuh ikan cucut
23
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
a. Kulit
Sepintas lalu, kulit cucut terlihat seperti
tidak tertutup sisik sepeti halnya ikan-ikan
bertulang sejati, akan tetapi setelah diraba
dengan arah berlawanan yaitu dari belakang
tubuh ke depan, maka kulit tersebut akan
terasa kasar seperti amplas. Hal ini
disebabkan kulit cucut tertutup oleh suatu
struktur sisik yang berbentuk seperti gigigigi kecil yang disebut dengan denticle
(PYERS, 2000). Sisik semacam ini disebut
juga sebagai sisik placoid. Secara rinci, sisik
placoid terdiri atas tiga bagian yaitu dermal
papillae, basal plate (lempengan dasar), dan
spine (duri), yang menancap dengan
menghadap ke arah ekor. Basal plate terdiri
atas jaringan tulang yang mirip dengan lapisan
gigi, menancap pada lapisan dermis yang
dihubungkan oleh jaringan serat. Sedangkan
duri terbuat dari jaringan tulang seperti pada
lapisan gigi (dentine) dan tertutup oleh
lapisan enamel, membentuk suatu substansi
mineral yang kuat. Sisik cucut apabila patah
atau rontok, akan digantikan dengan sisik
yang baru, serta dapat berkembang ukurannya
seiring dengan pertumbuhan ikan cucut
tersebut. Perbedaan yang jelas terlihat pada
cucut yang hidup di perairan dingin atau di
laut dalam, mereka cenderung memiliki sisik
yang lebih tajam dibandingkan dengan cucut
yang hidup di perairan hangat. Alasan
perbedaan tersebut sampai saat ini masih
dalam penelitian para ahli (MOJETTA, 1997).
Sisik dapat berkembang pula menjadi besar
dan keras, membentuk keel, ataupun groove
(lekukan). Bentuk-bentuk sisik tersebut
berbeda-beda tergantung dari jenis cucut dan
kebiasaan hidupnya. Sebagai contoh, pada
jenis cucut botol (Squalidae), terdapat duri
yang tumbuh membesar di pangkal sirip
punggungnya, yang merupakan perkembangan lain dari sisik placoid (MOJETTA,
1997). Pada pembentukan seperti ini, bassal
plate menghilang dan digantikan oleh
pembentukan duri yang besar. Duri-duri
tersebut ada kalanya juga mengandung racun.
Dari begitu banyak bentuk dan ukuran sisik
ini, secara umum sisik placoid mempunyai
fungsi sebagai pembungkus tubuh dan
melindunginya dari pengaruh lingkungan
sekitar. Fungsi lain dari sisik placoid juga
sebagai alat pertahanan tubuh dari serangan
ikan-ikan lain, meskipun teori ini tidak diterima
secara universal karena umumnya cucut
hanya dimangsa oleh jenis cucut yang lain.
Kemungkinan yang paling dapat diterima
adalah sisik tersebut berfungsi sebagai
pelindung tubuh dari goresan benda-benda
tajam. Hal ini jelas ditemukan pada ikan-ikan
cucut yang hidup di dasar perairan yang
berbatu ataupun di daerah terumbu karang
(MOJETTA, 1997).
b. Gigi
Cucut mempunyai bentuk susunan gigi
yang unik, tidak seperti halnya ikan-ikan
bertulang sejati atau pun hewan-hewan
lainnya, gigi cucut tidak tertancap pada gusi
ataupun tulang rahang, akan tetapi langsung
menempel pada kulit (dermal denticle), sama
halnya dengan sisik placoid yang
dihubungkan dengan jaringan serat. Anatomi
gigi pun serupa dengan anatomi sisik placoid, hanya susbstansinya tertutup oleh
lapisan dentine yang lebih kuat dan keras
serta dilapisi oleh lapisan enamel
(vitrodentine) pada bagian mahkota giginya
(MOJETTA, 1997). Satu hal yang unik pada
gigi cucut adalah bentuk giginya yang
berbeda-beda pada tiap jenis cucut, sehingga
perbedaan tersebut sering digunakan sebagai
salah satu kunci identifikasi jenis.
c. Sirip
Selain bentuk tubuhnya, bagian tubuh
cucut yang berperan dalam menentukan
pergerakan cucut adalah sirip-siripnya. Siripsirip cucut baik yang berpasangan (sirip dada
dan perut) maupun yang tidak berpasangan
24
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
(sirip punggung dan anal) berperan dalam
keseimbangan tubuh cucut, memberi
dorongan, menentukan arah (naik atau turun),
memperlambat gerakan renangnya, maupun
untuk berbelok (melakukan manuver).
Berdasarkan bentuk dan struktur anatominya,
bentuk sirip cucut berbeda dengan bentuk sirip
ikan-ikan bertulang sejati. Sirip cucut terdiri atas
serat kolagen yang lunak dan serat elastin yang
menempel pada struktur tulang rawan sebagai
dasarnya (WIBOWO & SUSANTO, 1995;
MOJETTA, 1997).
Kebanyakan cucut memiliki dua buah
sirip punggung, baik yang berbentuk
trapezodial maupun membulat (rounded).
Bentuk dan posisi sirip punggung ini
tergantung pada jenis dan kebiasaan masingmasing cucut. Sebagai contoh, apabila posisi
sirip punggungnya cenderung jauh ke
belakang tubuh, maka menunjukkan ikan tersebut
cenderung menyukai hidup di daerah dasar
perairan (MOJETTA, 1997). Sirip dada
(pectoral fins) ikan cucut permukaan
cenderung berbentuk segitiga lancip,
sedangkan ikan-ikan cucut yang biasa hidup di
dasar perairan dan tidak berenang dengan cepat
memiliki sirip dada yang cenderung membulat.
Sirip ekor cucut juga cenderung berbentuk
asimetris, hal ini berkaitan pula dengan fungsinya
sebagai motor pendorong dan penyeimbang
bagi pergerakan cucut di air.
insang (gill arch) yang dilengkapi oleh satu
set filamen insang (gill filament). Setiap
filamen terdiri atas sejumlah lamella (perpendicular lamellae), yang berfiingsi sebagai
tempat terjadinya pertukaran gas (MOJETTA,
1997). Pinggiran lamella ditutupi oleh jaringan
epitel dan mengandung jaringan pembuluh darah
kapiler yang menyebabkan insang terlihat
berwarna merah. Dengan tidak adanya katup
insang, maka cara bernafas cucut berbeda
dengan cara bernafas ikan-ikan bertulang sejati
yang hanya membuka tutup katup insangnya.
Cucut mempunyai dua cara bernafas agar
air dapat mengalir melewati celah-celah
insangnya. Cara pertama adalah cara bernafas ikanikan cucut pada umumnya, yaitu dengan
membuka rongga mulutnya, sementara
tubuhnya terus bergerak ke arah depan
sehingga air mengalir masuk dan melewati
celah-celah insang. Dengan cara tersebut
proses respirasi dapat terus berlangsung dan ikan
mendapatkan cukup oksigen untuk pernafasannya.
Hal ini menjelaskan kenapa cucut menjadi cepat
mati apabila terperangkap di dalam jaring, karena
apabila cucut berhenti bergerak maka aliran air ke
dalam rongga insang pun terhenti sehingga
pernafasannya ikut terhenti pula (WIBOWO &
SUSANTO, 1995; MOJETTA, 1997). Cara
bernafas yang kedua adalah cara yang biasa
dilakukan oleh ikan-ikan cucut yang biasa hidup
di dasar perairan dan tidak aktif bergerak. Pada
jenis cucut ini, mereka bernafas menyerupai
golongan ikan bertulang sejati yaitu dengan cara
otot
coracoid
dan
coracobranchial
berkontraksi sehingga menyebabkan rongga
oropharyngeal bertambah besar dan air masuk
melalui rongga mulut oleh pengisapan. Pada
saat yang sama lamella insang menempel ke
dinding tubuh dan menutup celah insang,
sehingga air terperangkap di dalam rongga
mulut. Pada tahap selanjutnya mulut ditutup dan
pharynx berkontraksi yang menyebabkan air
tertekan melewati rongga insang dengan
d. lnsang
Pada umumnya insang ikan dilindungi
oleh katup insang yang sekaligus berfiingsi
untuk memompa air agar masuk ke dalam
rongga insang sehingga oksigen dapat
diabsorpsi. Akan tetapi hal ini tidak ditemukan
pada ikan-ikan cucut. Insang cucut terdapat di
dalam rongga insang yang tutupnya
berlubang-lubang seperti jeruji jendela
(WIBOWO & SUSANTO, 1995). Insang cucut
terdiri atas lima sampai tujuh tapis insang, yang
masing-masingnya terdiri atas lengkung
25
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
cepat dan mengaliri filamen insang. Dengan
demikian proses pernafasan dapat
berlangsung. Dalam hal ini lamella insang
berfungsi seperti katup insang pada ikanikan bertulang sejati (MOJETTA, 1997).
Selain indera penciuman yang amat
tajam, cucut juga mempunyai indera
penglihatan yang sempurna. Terutama pada
ikan-ikan cucut permukaan yang bergerak
dengan cepat, mereka memiliki pupil yang
bereaksi cepat terhadap cahaya. Beberapa
jenis cucut, terutama cucut laut dalam
mempunyai lapisan seperti cermin yang
terletak di belakang retina sehingga
memantulkan kembali cahaya yang masuk
sehingga menambah daya penglihatan cucut
di tempat yang gelap, seperti halnya kucing.
Ikan cucut dapat melihat benda-benda yang
jaraknya jauh dengan amat jelas.
Sistem pendengaran cucut dinamakan
pula sistem telinga dalam (inner ear) yang
mengalami pengembangan sehingga dapat
mendengar suara bahkan yang tidak dapat
didengar oleh telinga manusia. Organ
pendengaran ini terdiri dari sepasang organ
yang terletak tepat di belakang dan di atas
mata.
Sistem organ lain yang tak kalah
sensitifnya adalah sistem sensor tubuhnya
yang kompleks. Salah satu sistem sensor
tersebut adalah organ linea lateralis. Linea
lateralis cucut memanjang di kedua sisi tubuh
mulai dari daerah mata sampai ke pangkal
ekor, yang terdiri dari sel-sel bersilia yang
sensitif terhadap gelombang berfrekwensi
rendah. Fungsi utama sensor ini adalah
untuk mengidentifikasi gerakan objek dan
menentukan lokasi suatu objek dengan tingkat
ketepatan yang tinggi. Organ ini dapat pula
mendeteksi arah dan kekuatan arus air,
sehingga cucut dapat membedakan apakah
arus yang ditimbulkan berasal dari mangsa
atau objek lain, bahkan mereka dapat
mengetahui apakah mangsa tersebut sedang
terluka atau mencoba melarikan diri dari
gerakan yang dibuatnya.
Sistem sensor lain yang dimiliki cucut
adalah sensor listrik yang dikenal dengan
Impuls Lorenzini (Ampullae of Lorenzini).
e. Organ-organ indera
Cucut sebagai predator tingkat tinggi
di perairan memerlukan indera (sense organs)
yang tajam untuk menemukan mangsanya.
Mereka mempunyai kemampuan dalam
mendeteksi mangsa walaupun berada pada
jarak yang cukup jauh ataupun tersembunyi
dari pandangan. Cucut tidak hanya memiliki
indera penciuman yang tajam, tetapi juga
memiliki indera penglihatan, pendengaran dan
indera perasa yang amat tajam, bahkan cucut
dilengkapi pula dengan sensor listrik yang
merupakan bagian dari sistem sarafnya (BRES,
1993; MOJETTA, 1997; PYERS, 2000).
Ikan cucut dapat mencium bau darah
mangsanya dari jarak yang jauh dikarenakan
pada organ penciumannya dilengkapi oleh
reseptor, yaitu organ penciuman yang amat
sensitif yang terletak di cuping hidungnya.
Organ ini merupakan bagian dari saraf olfactory yang keluar dari bagian depan otak
yang disebut dengan telencephalon, bagian
otak yang merupakan pusat dari hal-hal yang
berhubungan dengan pembauan. Penciuman
cucut yang amat tajam ini bahkan dapat
membedakan jenis kelamin dari cucut yang
lain sampai ke tingkat kedewasaannya
berdasarkan hormon-hormon yang dikeluarkan
oleh masing-masing individu (MOJETTA,
1997). Penelitian mengenai ketajaman indera
penciuman cucut ini pernah dilakukan oleh
HOBSON (1963) dan TESTER (1963) terhadap
beberapa jenis cucut seperti Carcharhinus
melanopterus, C. amblyrhynchos, Galeocerdo
cuvier, Tiaenodon obesus dan Sphyrna lewini.
Mereka menyimpulkan bahwa organ olfactory merupakan komponen yang amat penting
bagi cucut dalam mendeteksi lokasi
mangsanya (BRES, 1993).
26
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Dinamakan demikian karena yang pertama
kali menemukannya adalah seorang Italia
bemama Stefano Lorenzini yang menulis dalam
bukunya yang berjudul "Osservazeoni
pharynx, eusofagus dan rongga perut/
lambung yang berukuran besar. Bagian usus
pada cucut menjadi ciri khas yang unik karena
bagian usus tersebut bersatu dengan lambung
dan memiliki struktur yang khusus yaitu
berupa katup spiral (spiral valve). Lipatanlipatan spiral yang terdapat di bagian dinding
usus, berfungsi untuk meningkatkan proses
absorpsi makanan dalam usus sehingga cucut
tidak memerlukan usus yang panjang untuk
mencerna makanannya. Sistem pencernaan
seperti ini mencegah terjadinya bagian tubuh
mangsanya yang tidak tercerna secara
sempurna ketika melewati usus.
Sebagai hewan yang menempati
puncak dari rantai makanan di laut, makanan
cucut terdiri dari bermacam-macam jenis dan
ukuran, mulai dari plankton (yang dikonsumsi
oleh jenis cucut paus) sampai lumba-lumba,
anjing laut, dan ikan-ikan besar lainnya (yang
merupakan mangsa dari cucut putih raksasa).
Waktu mencari makan ikan cucut tergantung
dari jenis ikannya, ada yang biasa mencari
mangsa pada siang hari dan ada pula yang
terbiasa mencari makan di malam hari. Bagi
ikan-ikan cucut yang berukuran besar, tidak
mudah bagi mereka untuk mendapatkan
makanan. Tubuhnya yang besar memudahkan
mangsanya untuk melihatnya dan menghindar,
sehingga ikan cucut biasa tidak mendapatkan
makanan sampai berminggu-minggu. Sebagai
contoh, ikan cucut mako (Isurus spp.) biasa
menyantap makanannya hingga seberat 700
kg Scan dalam satu tahun, hal ini berarti
mereka makan hanya sekitar 2 kilogram saja
setiap harinya (PYERS, 2000).
torpedini fatte da Stefano Lorenzini
Fiorentiono" pada tahun 1678. Pemberian
nama organ tersebut dengan nama "Ampullae
of Lorenzini” diberikan oleh seorang
anatomis Jerman yang bernama F. Nboll pada
tahun 1868 sebagai penghormatan terhadap
doktor Italia tersebut. Organ sensorik ini
merupakan bagian dari system syaraf yang
berupa pori-pori kecil yang tersebar di bagian
kepala ikan cucut yang terletak beberapa
sentimeter di bawah kulit dan dihubungkan
dengan bagian luar tubuh oleh suatu
substansi gelatin, dalam bentuk pori-pori yang
jumlahnya ratusan dan tersebar di daerah
kepala sampai ujung snout. Dalam
prakteknya, impuls lorenzini berfungsi sebagai
reseptor listrik. Reseptor-reseptor ini dapat
menangkap impuls-impuls listrik yang
dikeluarkan oleh setiap makhluk hidup
terutama ketika melakukan pergerakan/
kontraksi, sehingga organ ini berfungsi untuk
mengidentifikasi keberadaan mangsa, baik
yang berada di dalam gelap maupun yang
bersembunyi di bawah pasir. Meskipun
mangsa ikan cucut mempunyai kemampuan
untuk berkamuflase, tapi cucut tetap dapat
mendeteksi keberadaannya melalui energi
listrik yang dikeluarkan oleh tubuh mangsa
tersebut. Dengan kemampuan ini, cucut dapat
dikatakan seperti memiliki kompas
geomagnetik di dalam tubuhnya sehingga
mereka dapat menentukan arah dengan akurat,
dan dapat melakukan migrasi dalam kisaran
daerah yang luas dapat berkumpul di suatu
area khusus untuk memijah seperti dilakukan
oleh jenis cucut martil dan cucut paus (BRES,
1993; MOJETTA, 1997; PYERS, 2000).
g. Hati
Bagian terbesar dari organ dalam tubuh
cucut adalah hati. Bagian tubuh ini
merupakan salah satu sumberdaya yang
dihasilkan cucut yang bernilai ekonomis
tinggi. Hati cucut tersebut kaya akan minyak
dan substansi lain yang bermanfaat seperti
Squalene. Terlepas dari fiingsinya sebagai
f. Organ Pencernaan
Organ pencernaan pada cucut
tergolong sederhana, yaitu mulai dari mulut,
27
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
meliuk-liuk yang saling berlawanan arah antara
bagian kepala dengan ekornya. Bagian kepala
berfungsi untuk menentukan arah berenang
cucut, sedangkan bagian ekornya mempunyai
peran yang amat penting yang menentukan
tingkat kecepatan berenang seekor cucut.
Bagian ekor yang memiliki diameter paling
kecil dapat mengurangi hambatan dalam
pergerakannya di air (Gambar 2).
Menurut WIBOWO & SUSANTO
(1995), faktor-faktor yang menyebabkan cucut
dapat berenang adalah bentuk tubuh, skip,
gerakan dan hatinya. Ketika cucut bergerak,
akan terbentuk gaya hidrodinamik, dimana pada
bagian atas tubuhnya terbentuk tekanan yang
lebih rendah daripada tekanan air di bagian
bawah tubuhnya. Hal ini meng-akibatkan
tubuh cucut dapat terangkat dan bergerak bebas
turun naik di kolom perairan walaupun cucut
tidak memiliki gelembung renang seperti ikanikan bertulang sejati pada umumnya.
komoditi, hati ikan cucut berfungsi sebagai
penyeimbang hidrostatik bagi ikan tersebut,
karena ukuran dan kandungan minyaknya yang
memiliki konsentrasi tinggi, dapat mngurangi
tekanan gravitasi ikan sehingga tidak mudah
tenggelam dan membantu dalam keseimbangan
tubuh (buoyancy). Hati juga berfungsi sebagai
cadangan energi bagi cucut, ketika ikan tersebut
tidak menemukan makanan untuk jangka
waktu yang lama.
PERGERAKAN CUCUT DI AIR
Perbedaan bentuk tubuh cucut
berkaitan erat dengan cara bergerak cucut di air.
Menurut MOJETTA (1997), ketika berenang,
bagian-bagian tubuh cucut menunjukkan
perbedaan pergerakan. Bagian tengah tubuh yang
memiliki diameter terbesar, berfungsi sebagai pusat
gravitasi dari semua pergerakan yang terjadi ketika
cucut berenang. Sedangkan pada bagian kepala dan
ekor (depan dan belakang), melakukan gerakan
Gambar 2. Pola gerakan cucut di air
28
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
DISTRIBUSI IKAN CUCUT
DAFTAR PUSTAKA
Cucut dapat ditemukan di seluruh
perairan laut di dunia, mulai dari perairan tropis
hingga ke daerah sub tropis, dan dari perairan
pantai hingga ke lautan terbuka. Pada
umumnya cucut hidup pada kedalaman 50 meter
dari permukaan laut, tapi beberapa jenis cucut
bahkan ada yang dapat hidup hingga
kedalaman 800 meter (PYERS, 2000). Jenis-jenis
cucut pelagis (pelagic sharks) umumnya
mempunyai penyebaran yang luas di perairan
dunia. Jenis yang mempunyai penyebaran
yang amat luas contohnya adalah cucut biru,
Prionace glauca (Blue shark), ikan ini
melakukan migrasi musiman di perairan Pasifik
dari 20° hingga 57° Lintang Utara, dengan jarak
lebih dari 2800 km (STRASBURG dalam BRES,
1993). Bahkan menurut PYERS (2000),
berdasarkan penelitian terhadap cucut biru
yang diberi tanda (tagging) dan kemudian di
lepas di perairan dekat Inggris, pernah
tertangkap kembali di perairan pantai Brazil. Hal
ini menunjukkan jauhnya migrasi ikan tersebut.
Jenis lain yang melakukan migrasi yang luas
adalah cucut mako (Isurus sp.) yang bermigrasi
pada perairan dengan temperatur antara 17
hingga 22°C, mereka dapat menempuh
perjalanan migrasi hingga 2000 km (MOJETTA,
1997). Hal tersebut menunjukkan cucut memiliki
sebaran yang luas di dunia. Selain jenis-jenis
yang melakukan migrasi, ada pula jenis-jenis
yang memang biasa ditemukan di perairan
pantai ataupun perairan yang bertemperatur
hangat di seluruh dunia seperti cucut macan
(Galeocerdo cuvier) dan cucut putih raksasa
(Carcharodon carcharias). Cucut putih
raksasa biasa ditemukan di perairan pantai
subtropis ataupun tropis, bahkan ditemukan
pula di lautan terbuka di dekat pulau-pulau kecil
(PYERS, 2000). Jenis cucut ini diyakini sebagai
cucut terganas dan paling ditakuti manusia,
tapi ikan cucut ini tidak ditemukan di perairan
Indonesia.
BRES, M. 1993. The behaviour of sharks.
Reviews in Fish Biology and Fisheries
3:133-159.
COMPAGNO, L.J.V. 1990. Alternative life history styles of cartilaginous fishes in time
and space. Environmental Biology of
Fishes 28:33-75.
COMPAGNO, L.J.V. 2002. FAO Species catalogue for Fishery purpose. Sharks of
the world an annotated and illustrated
catalogue of sharks species known to
date. Vol.2. Bullhead, mackerel and
carpet sharks (Heterodontiformes,
Lamniformes and Orectolobiformes).
FAO. Rome. 269 pp.
DEMSKIL.S and J.P.WOURMS., 1993. The
Reproduction and Development of
Sharks, Skates, Rays and Ratfishes: Introduction, History, Overview, and Future Prospects. In The Reproduction
and Development of Sharks, Skates,
Rays and Ratfishes. (L.S. Demski and
J.P. Wourms, eds.). Kluwer Academic
Publishers. London: 7-21.
HOBSON, E.S. 1963. Feeding behaviour in
three species of sharks. Pasif.Sci. 17:
171-194.
MOJETTA, A. 1997. Sharks, History and Biology of the Lords of the Sea. White
Star Publishers, Milan. 168 pp.
PYERS, G. 2000. Sharks. Periplus, Singapore.
63 pp.
TESTER, A.L. 1963. The role of olfaction in
sharks predation. Pasif.Sci. 17: 145170.
WIBOWO, S. dan H. SUSANTO. 1995.
Sumberdaya dan Pemanfaatan Hiu.
Penebar Swadaya. Jakarta. 156 pp.
29
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
Download