Marufah SDH - Journal Healthy Science

advertisement
Marufah SDH
PERBANDINGAN HASIL ANTARA SAMPEL DARAH DENGAN PENGENCERAN
DAN TANPA PENGENCERAN PADA PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH
CARA WESTERGREN
Oleh
Ma’rufah
Dosen Prodi Analis Kesehatan AAKMAL Malang
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paerbandingan hasil pemeriksaan laju
endap darah cara westergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran
Sampel penelitian ini menggunakan 20 sampel yang diambil dari relawan / mahasiswa Akademi
Analis Kesehatan Malang. Sampel diambil dari darah vena sebanyak 3 cc tiap sampel. Kemudian
dimasukkan kedalam tabung penampung yang sudah di isi antikoagulan EDTA 10% dalam
bentuk larutan 0,03 cc , lalu dicampur dengan gerakan memutar sampai homogen.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spuit , torniquet, tabung penampung, rak tabung
reaksi, tabung Westergren, Rak tabung Westergren, bulb. Bahan yang digunakan adalah sampel
darah vena, NaCl 0,9%, antikoagulan EDTA 10%, alkohol 70%.
Penelitian ini dikerjakan secara manual menggunakan tabung Westergren, darah dengan
antikoagulan EDTA 10% , diencerkan dengan larutan fisiologis atau NaCl 0,9% dengan
perbandingan 4 bagian darah dan 1 bagian larutan fisiologis, campur dalam tabung tersendiri.
Kemudian dimasukkan dalam tabung Westergren sampai tanda 0, dan menekannya pada rak
Westergren dengan posisi vertikal. Setelah 1 jam pembacaan dilakukan dengan menghitung
jarak terpisahnya sel darah merah dari plasma dan mengendap ke dasar tabung. Laju endap darah
dinyatakan dalam mm per jam.
Data yang telah terkumpul , dikoding dan diolah melalui komputer menggunakan program SPSS
PC versi 15., menggunakan metode uji statistik Paired- Sampel T Test.
Hasil penelitian ini dapat dsimpulkan bahwa secara statistik, perbandingan hasil LED cara
Westergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran menunjukkan
hasil yang berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p=0,002. Pada LED yang diperiksa
dengan sampel tanpa pengenceran didapatkan hasil yang lebih tinggi dibanding LED
menggunakan sampel dengan pengenceran
Kata kunci: Laju endap darah, pengenceram dan tanpa pengenceran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak diketahui bahwa laju endap darh adalah tes yang tidak spesifik dan dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, hasil tes harus dihubungkan dengan gejala klinis, riwayat kesehatan pasien,
dan hasil test yang lain. Bila hasil tes laju endap darah sesuai dengan gejala klinis, maka dokter
bisa menegaskan atau menyingkirkan diagnosa yang dicurigai. Bila laju endap darh digunakan
tunggal, tanpa gejala penyakit yang spesifik, tidak akan memberi informasi yang culup kepada
dokter untuk membuat keputusan medis.
Sebelum melakukan pencarian secara luas tentang suatu penyakit, seoran gdokter boleh
mengulang pemeriksaan laju endap darah setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Bila
dokter telah mengetahui penyakit pasien, dokter boleh meminta pemeriksaan laju endap darah
dengan cara rutin untuk memantau keadaan penyakit.
Tingginya hasil pemeriksaan laju endap darah tidak hanya dihubungkan dengan
peradangan, tapi juga dengan anemia, infeksi, kehamilan dan usia tua.
Peningkatan laju endap darah dapat berarti terjadi peningkatan pada peradangan atau
lemahnya respon terhadap suatu terapi, bila terjadi penurunan laju endap darah berarti suatu
respon yang baik.
Tinggi atau rendahnya laju endap darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam tugas
akhir ini kami mengadakan penelitian untuk mengetahui apakah sama hasil pemeriksaan laju
endap darah cara westergren antara sampel yang diencerkan dan sampel yang tidak diencerkan
dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengenceran terhadap hasil laju endap darah. Sampel
diambil dari mahasiswa Akademi Analis kesehatan malang 2011
Permasalahan dalam peneltian ini adalah bagaimanakah perbandingan hasil pemeriksaan
laju endap darah cara Weatergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa
pengenceran?
Tinjauan Pustaka
Darah
Darah merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu,
darah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan selama ratusan tahun. Observasi-observasi
darah pada awalnya bersifat sederhana. Perkembangan dalam bidang biokimia, imunologi,
enzimologi dan hematologi morfologi mengungkapkan bahwa kompleksitas darah tak terbatas.
Perubahan – perubahan komposisi darah mempengaruhi sel darah, komposis kimia plasma, dan
sifat-sifat darah sebagai cairan.
Darah yang bersirkulasi terdiri atas unsur-unsur yang tersuspensi dalam cairan. Unsurunsur yang terbentuk adalah sel-sel darah (eritrosit, leukosit, platelet). Cairan ini adalah plasma
asli, cairan kompleks yang komposisinya ditentukan oleh keseimbangan antara darah dan cairan
ekstravaskuler.
Pertama-tama, darah normal yang diambil dari sirkulasi membentuk gel atau bekuan.
Perubahan fisik sederhana ini, disebabkan polimerasi protein plasma fibrinogen menjadi fibrin.
Ketika seluruh darah menggumpal, unsur-unsur yang terbentuk terperangkap dalam jaring fibrin.
Bekuan mengalami retraksi dan mengeluarkan cairan yang disebut serum. Serum berbeda dengan
plasma karena tidak mengandung fibrinogen. Perbedaan-perbedaan lain antara serum dan plasma
berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi akibat faktor-faktor pembekuan darah.
Koagulasi darah bisa dihambat oleh penambahan sejumlah zat antikoagulan, dan plasma bisa
diperoleh dengan cara sentrifugasi atau sedimentasi.(Miale JB, 1962).
Laju Endap Darah (LED)
Laju endap darah (LED) adalah suatu tes darah umum yang digunakan untuk mendeteksi
dan memantau peradangan yang terjadi didalam tubuh. (www.medicinenet.com). LED
merupakan suatu penentuan radang yang tidak spesifik yang biasanya digunakan sebagai suatu
tes penyaring dalam media.(www.wikipedia.org).
Laju endap darah (LED) dikatakan tidak spesifik karena bila terjadi peningkatan, belum
dapat diketahui dimana tepatnya radang terjadi atau pun apa yang menyebabkan radang, dan
peningkatan Laju endap darah (LED) juga dapat dipengruhi kondisi lain selain radang. Oleh
karena itu Laju endap darah (LED) digunakan bersama dengan tes lain. (www.labtestonline.org).
Laju endap darah (LED) meningkat pada penyakit rematoid, beberapa infeksi, dan pada
kanker. Suatu nilai LED tidak mendiagnosis penyakit yang spesifik tetapi menunjukkan bahwa
mungkin telah terjadi penyakit yang parah. LED juga digunakan untuk memantau perjalanan
penyakit .(www.healthatoz.com).
Pada manusia normal pengendapan eritrosit terjadi lambat, tetapi pada kondisi penyakit
yang berbeda, kecepatannya semakin tinggi dan dalam beberapa kasus, kecepatannya sama
dengan tingkat keparahan penyakit. Pengukuran laju endap darah sangat penting dalam uji
laboratorium untuk mendiagnosis penyakit atau untuk menguji perkembangan penyakit. Laju
endap darah (LED) dinyatakan sebagai jarak (dalam milimeter) yang ditempuh eritrosit per unit
waktu (biasanya 1 jam).
Pengendapan sel darah merah melalui 3 fase, yaitu :
1). Fase pembentukan rouleaux
2). Fase pengendapan (pengendapan cepat)
3). Fase pemampatan (pengendapan lambat)
Laju endap darah (LED) digunakan oleh kedokteran klinis pada 1918 ketika Fahraeus
memperkenalkan observasi-observasinya tentang Laju endap darah (LED)pada kehamilan. Pada
awalnya , observasi ini ditujukan untuk tes kehamilan, tapi pada 1921 Fahraeus menulis laporan
lebih lengkap tentang fenomena ini dengan menghubungkannya pada beberapa faktor selain
kehamilan.
Secara historis, LED merupakan salah satu prinsip utama kedokteran Yunani kuno. Orangorang jaman dulu menyatakan bahwa dengan mengamati darah yang diambil dengan cara
venesection, cairan tubuh tertentu bisa dibedakan. Mereka mencatat, darah mengendap dengan
cepat sehingga bekuan yang lambat terbentuk menimbulkan kerak keputihan dan berlendir pada
permukaannya yang disebut” crusta inflamatoria” atau ”crusta phlogistica” . Selama lebih dari
2000 tahun, lendir yang membentuk kerak dianggap sebagai penyebab penyakit, pengobatannya
adalah dengan jalan mengulangi pengambilan darah vena . Dalam teknik ini, darah dibiarkan
membeku sehingga Laju endap darah tidak terukur, massa eritrosit pada bagian bawah bekuan
disebut ”empedu hitam”. (Miale JB, 1962)
Dengan pengenceran tertentu, darah yang telah diberi antikoagulan ditempatkan pada
tabung khusus dan dibiarkan selama 1 jam. Sel darah merah mengendap, dan plasma naik keatas.
Setelah 60 menit, pengukuran dilakuakan pada jarak perpindahan sel darah merah yang turun
kedasar tabung. Pengenceran sampel yang dilakukan pada pemeriksaan LED menyebabkan
penurunan jumlah fibrinogen dalam plasma yang menyebabkan pembentukan rouleaux menjadi
lebih lambat sehingga proses pengendapan juga menjadi lambat. Pada laboratorium
menggunakan 2 metode, yaitu metode Westergren dan Wintrobe, setiap metode memberikan
hasil yang sedikit berbeda . kebanyakan laboratorium mengunakan metode westergren.
(www.healthatoz.com).
Pada keadaannormal darah tidak mengendap terlalucepat. Banyak penyakit yang membuat
protein abnormal yang menyebabkan sel darah merah berpindah bersama-sama dan membentuk
gumpalan (rouleaux). Pada suatu gumpalan, darah menjadi lebih berat dan jatuhlebih cepat.
Semakin cepat jatuh, semakin cepat mengendap, LED semakin tinggi. (www.healthatoz.com).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah (LED)
Penyelidikan tentang meknisme dalam pengendapan eritrosit menunjukkan hubungan
kompleks dari beberapa faktor. Walaupun faktor-faktor tersebut dibicarakan sendiri-sendiri, kita
harus ingat bahwa semua faktor tersebut bekerjasama menghasilkan LED yang diperiksa. (Miale
JB,1962).
a.
b.
c.
d.
e.
Secara umum LED dipengaruhi oleh :
1. Faktor sel darah merah
Pembentukan rouleaux
Makin besar rouleaux yang terbentuk, makin cepat pengendapannya sebab makin besar pula
tarikan gravitasinya.
Bentuk sel darah merah
Bentuk sel darah merah yang sferis atau seperti bulan sabit mempersulit pembentukan rouleaux
sehingga laju endap darah akan menurun. Penurunan laju endap darah juga dapat disebabkan
oleh permukaan sel relatif lebih luas dibanding berat sel.
Aglutinasi sel darah merah
Aglutinasi sel darah merah oleh karena adanya perubahan permukaan sel darah merah dapat
menyebabkan LED meningkat.
Ukuran sel darah merah
Makrosit lebih cepat mengaendap sehingga LED meningkat.
Jumlah sel darah merah
Jumlah sel darah merah yang rendah (anemia) merupakan faktor penyebab LED meningkat.
2. Faktor Komposis Plasma
Komposisi plasma merupakan faktor terpenting yang menentukan kecepatan pengendapan.
Protein plasma dan koloid mempengaruhi tingkat pembentukan agregat dan rouleaux, yang akan
mempengaruhi LED. Sejumlah studi menyatakan bahwa peningkatan fraksi protein penting yaitu
fibrinogen,alpha-2 globulin, dan alpha-1 globulin menimbulkan peningkatan LED. (Miale JB,
1962).
Pembentukan rouleaux atau agregat dapat dipercepat oleh adanya peningkatan kadar
makromlekul dalam plasma, peningkatan perbandingan globulin terhadap albumin dan
peningkatan kadar fibrinogen. Peningkatan kadar globulin atau globulin dan fibrinogen dapat
mengurangi gaya saling tolak menolak antara sel darah merah sehingga sel-sel tersebut lebih
mudah berdekatan satu dengan yang lain. Disamping itu, peningkatan viskositas plasma dapat
menetralkan gaya tarik kebawah sehingga LED lebih rendah. Pada penyakit infeksi , kadar
globulin dan fibrinogen meningkat sehingga LED meningkat.
3. Faktor teknis
Laju endap darah menurun disebabkan oleh : diameter tabung LED lebih kecil, darah tidak
segera diperiksa lebih dari 2 jam, antikoagulan yang digunakan berlebihan sehingga terjadi
degenerasi sel darah merah dan mengkerut, sebagian darah beku, darah disimpan sehingga
bentuknya lebih sferis dan lebih sulit membentuk rouleaux. (Solichul Hadi, 2001).
a. Kualitas dan panjang tabung
Nilai-nilai normal yang berbeda untuk beberapa metode disebabkan oleh variasi-variasi mutu
tabung dan tinggi kolom darah. Semakin tinggi kolom darah, semakin cepat fase pengendapan
pertama akibat tertundanya pengisian sel-sel darah pada dasr tabung.
Pengendapan cepat terjadi pada tabung dengan ukuran besar. Kemudahan pananganan dan rak
yang nyaman membuat tabung Westergren sangat disukai oleh para ahli teknologi. Untuk
b.
c.
d.
e.
mengurangi volume darah yang diperlukan , diameter tabung harus lebih kecil dari pada diameter
tabung standar.
Posisi Tabung
Pada semua metode penting untuk menjaga tabung tetap tegak lurus. Derajat kemiringan kecil
menimbulkan efek percepatan laju endap darah . ini disebabkan penempatan sel-sel pada satu sisi
tabung sehingga mempermudah plasma bergeser keluar. Apapun alasannya, kesalahan teknis
yang lebih besar terjadi melalui inklinasi tabung daripada dari faktor lain. Penggunaan rak
khusus yang menjaga tabung tetap vertikal sangat penting.
Antikoagulan yang dipakai
Antikoagulan yang mungkin mempengaruhi ukuran sel sehingga mengubah laju endap darah,
tetapi antikoagulan yang sering dipakai menghasilkan variasi kecil jika konsentrasinya terkontrol
dengan baik. Ditemukan perbedaan rata-rata kecepatan antara darah yang mengandung
potassium oxalate kering standar dan darah yang sama yang mengandung campuran Heller dan
Paul Potassium dan Amonium Oxalate sebesar 2 mm per jam dengan metode Westergren.
Heparin menimbulkan penyusutan sel paling kecil, dan campuran double oxalate adalah yang
terbaik. Jumlah antikoagulan harus diukur dan dikeringkan dengan hati-hati.
Pengaruh Suhu
Variasi-variasi kecil dalam suhu ruangan tidak berdampak besar terhadap laju endap darah .
meski demikian, ketika variasi harian atau musiman terjadi, laju endap darah sangat terpengaruh.
Terbukti bahwa jika darah berada dalam temperatur refrigerator, laju endap darah menurun
drastis. Kemungkinan karena meningkatnya kekentalan plasma. Oleh karena itu, darah dari suhu
refrigerator harus dibiarkan dulu agar kembali pada suhu kamar sebelu digunakan untuk uji
(Miale JB, 1962).
Pengaruh Penundaan Uji
Kecepatan laju endap darah tidak beruabah selama satu jam atau dua jam setelah darah diambil,
tetapi penurunan besar ditemukan bila tes dilakukan setelah tiga jam atau lebih.
Korelasi Klinik
Laju endap darah tetap konstan pada orang-orang sehat. Pada bayi yang baru lahir laju
endap darah jarang melebihi 2 mm per jam, mungkin akibat tingginya hematokrit. Laju endap
darah pada anak-anak biasanya lebih rendah dari pada orang dewasa. Selain itu, ada perbedaan
signifikan yang tidak dapat dijelaskan yaitu kecepatan pengendapan pada laki-laki dan wanita
normal. Laju endap darah pada wanita lebih tinggi. Pada umumnya di Laboratorium pemeriksaan
laju endap darah menggunakan metode Westergren dan Wintrobe. Dengan metode Wintrobe,
nilai normal laju endap darah wanita 0 – 15 mm/jam, untuk laki-laki 0 – 9 mm/jam. Sedangkan
dengan metode Westergren, nilai normal laju endap darah wanita 0 – 20 mm/jam, untuk laki-laki
0 – 15 mm/jam.
Indikasi – indikasi untuk menentukan laju endap darah sangat beragam yang sangat
diperlukan untuk mendeteksi adanya suatu penyakit. Laju endap darah juga merupakan petunjuk
untuk mengetahui perjalanan penyakit . secara umum , laju endap darah yang tinggi diduga
karena adanya penyakit menular atau terjadi kerusakan jaringan. Pada penderita apendicitis akut,
24 jam pertama lajuendap darah tidak meningkat tetapi selama tahap awal penyakit inflamasi
pelvik akut atau kehamilan ektopik pecah, laju endap darah meningkat. Laju endap darah
meningkat pada infark miokad tetapi normal pada angina pektoris, meningkat pada demam
rematik, rematoid artritis dan artritis pyogenik tetapi tidak pada osteoartritis. Laju endap darah
biasanya normal pada sirosis hepatis dan meningkat pada kanker hati.
Cara Pengambilan Sampel Darah Vena
Pada orang dewasa biasanya dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi vena
jugularis superficialis dapat dipakai atau juga darah dari sinus sagittalis superior.
Sediakan terlebih dahulu semua alat yang diperlukan :
1. Spuit
2. Botol penampung dan antikoagulan
3. Torniquet
4. Alkohol 70% dan kapas
Cara pengambilan darah Vena :
1. Pasanglah torniquet beberapa cm diatas daerah yang akan ditusuk. Diikat secukupnya sehingga
penderita tidak merasa sakit.
2. Pilih vena yang besar dan mudah diraba.
3. Desinfeksi dengan alkohol 70% atau antiseptik lain.
4. Pegang spuit dengan tangan kanan, dan aturlah agar lubang ujung jarum menghadap keatas dan
skala spuit bisa dilihat dengan mudah. Tangan kiri memegang lengan penderita sambil sedikit
meregang kulit yang akan ditusuk.
5. Tusukkan jarum dengan sudut ± 15° terhadap kulit, perlahan-lahan hingga jarum masuk kedalam
vena . bila jarumtelah masuk dalam vena, darah akan tampak cobalah tarik sedikit tangkai
penghisap hingga darah tampak pada pangkal jarum.
6. Pindahkan tangan kiri sehingga ibu jari dapat memfiksasi pangkal jarum, dan tangan kanan
melonggarkan torniquet. Kemudian tariklah tangkai penghisap perlahan-lahan hingga diperoleh
darah sesuai kebutuhan.
7. Ambil kapas steril atau kapas alkohol ( peras terlebih dahulu ) letakkan tepat pada kulit yang
ditusuk jarum dan tari spuit perlahan-lahan.
8. Lepaskan toniquet , tekan luka bekas tusukan jarum dengan kapas steril atau kapas alkohol tadi
beberapa saat, kemudian penderita dipersilahkan melanjutkan tekanan selama 3 – 5 menit.
Cara pemeriksaan laju endap darah cara Westergren sebagai berikut :
1. Bahan : darah vena dengan antikoagulan citras natrikus 3,8 % dengan perbandingan 1 : 4 . bila
menggunakan antikoagulan EDTA ( 1 mg EDTA untuk tiap ml darah ) maka darah EDTA
tersebut harus diencerkan dengan menggunakan garam fisiologis dengan perbandingan darah :
larutan garam fisiologis = 4 : 1
2. Cara Pemeriksaan
a. Hisap darah vena dengan antikoagulan EDTA atau citras natrikus yang sudah diencerkan
menggunakan tabung Westergren sampai tanda 0.
b. Tutup lubang atas tabung dengan jari. Kemudian ditempatkan di rak tabung Westergren dengan
posisi vertikal.
c. Baca permukaan kolom sel darah merah setelah 1 jam.
3. Nilai Normal
Laki – laki : 2 - 13 mm/jam
Perempuan : 2 - 20 mm/jam
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimental krosseksional dengan kontrol. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui paerbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah cara westergren
antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Hematologi Akademi Analis Kesehatan
Malang. Penelitian ini dilakukan pada tgl 9 Mei sampai 14 Mei 2011.
Sampel penelitian ini menggunakan 20 sampel yang diambil dari relawan / mahasiswa
Akademi Analis Kesehatan Malang. Sampel diambil dari darah vena sebanyak 3 cc tiap sampel.
Kemudian dimasukkan kedalam tabung penampung yang sudah di isi antikoagulan EDTA 10%
dalam bentuk larutan 0,03 cc , lalu dicampur dengan gerakan memutar sampai homogen.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spuit , torniquet, tabung penampung, rak
tabung reaksi, tabung Westergren, Rak tabung Westergren, bulb. Bahan yang digunakan adalah
sampel darah vena, NaCl 0,9%, antikoagulan EDTA 10%, alkohol 70%.
Penelitian ini dikerjakan secara manual menggunakan tabung Westergren, darah dengan
antikoagulan EDTA 10% , diencerkan dengan larutan fisiologis atau NaCl 0,9% dengan
perbandingan 4 bagian darah dan 1 bagian larutan fisiologis, campur dalam tabung tersendiri.
Kemudian dimasukkan dalam tabung Westergren sampai tanda 0, dan menekannya pada rak
Westergren dengan posisi vertikal. Setelah 1 jam pembacaan dilakukan dengan menghitung
jarak terpisahnya sel darah merah dari plasma dan mengendap ke dasar tabung. Laju endap darah
dinyatakan dalam mm per jam.
Data yang telah terkumpul , dikoding dan diolah melalui komputer menggunakan program
SPSS PC versi 15., menggunakan metode uji statistik Paired- Sampel T Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada penelitian ini kami menggunakan 20 sampel yang terdiri dari 4 orang jenis kelamin
laki-laki dan 16 orang jenis kelamin perempuan dengan hasil pemeriksaan laju endap darah
(LED) cara Westergren seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Nilai LED sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran
NO
Jenis Kelamin
Hasil LED
sampel dengan
pengenceran (mm/jam)
Hasil LED
Sampel tanpa pengenceran
(mm/jam)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki - laki
Laki - laki
Laki - laki
55
35
11
40
17
19
19
21
7
4
6
8
12
50
55
13
63
34
42
32
32
3
3
12
6
20
Keterangan
Menurun
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
Meningkat
14
15
16
17
18
19
20
Laki - laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
7
12
20
15
10
20
43
12
40
69
45
30
5
69
NO
Jenis
Kelamin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki - laki
Laki - laki
Laki - laki
Laki - laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Hasil LED
sampel dengan
pengenceran
(mm/jam)
55
35
11
40
17
19
19
21
7
4
6
8
12
7
12
20
15
10
20
43
Hasil LED
Sampel tanpa
pengenceran
(mm/jam)
50
55
13
63
34
42
32
32
3
3
12
6
20
12
40
69
45
30
5
69
NO
Jenis
Kelamin
1
2
3
4
5
6
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki - laki
Perempuan
Perempuan
Hasil LED
Sebelum sampel
disimpan dalam 4
jam (mm/jam)
19
30
15
7
15
19
Hasil LED
Setelah sampel
disimpan selama 4 jam
(mm/jam)
13
19
15
10
15
17
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Meningkat
Keterangan
Menurun
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Meningkat
Keterangan
Menurun
Menurun
Tetap
Meningkat
Tetap
Menurun
7
Laki - laki
8
Perempuan
9
Laki - laki
10
Perempuan
11
Laki - laki
12
Perempuan
13
Perempuan
14
Laki - laki
15
Perempuan
16
Perempuan
17
Laki - laki
18
Perempuan
19
Perempuan
20
Perempuan
Sumber : data diolah
12
8
4
7
21
10
16
7
30
41
17
13
21
17
14
5
4
6
20
11
16
6
28
43
12
15
17
17
Meningkat
Menurun
Tetap
Menurun
Menurun
Meningkat
Tetap
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
Meningkat
Menurun
Tetap
Dari 20 sampel yang diperiksa, diperoleh 4 orang jenis kelamin laki-laki (20%) dan 16
orang jenis kelamin perempuan (80%) .
Bila hasil pemeriksaan LED menggunakan sampel tanpa pengenceran dibandingkan
dengan pemeriksaan menggunakan sampel dengan pengenceran, diperoleh 5 sampel (25%)
mengalami penurunan dengan jumlah 1 sampel (20%) dari jenis kelamin laki-laki dan 4 sampel
(80%) dari jenis kelamin perempuan. Dari tabel diatas juga diketahui bahwa terdapat
peningkatan LED sebanyak 15 sampel (75%) dengan jumlah 3 sampel (20%) jenis kelamin lakilaki dan 12 sampel (80%)jenis kelamin perempuan.
Pembahasan
Hasil pemeriksaan LED cara westergren yang diperiksa dari 20 sampel dengan
pengenceran menunjukkan nilai LED minimal 4 mm per jam, nilai LED maksimal 55 mm per
jam, standart deviasi 13,84 dan rata rata nilai LED 19,0 mm per jam. Sedangkan LED yang
diperiksa dari 20 sampel tanpa pengenceran didapatkan nilai LED minimal 3 mm per jam , nilai
LED maksimal 69 mm per jam , standart deviasi 22,10 dan rata rata nilai LED 31,75 mm per jam.
Tabel 2 . Hasil pemeriksaan LED antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa
pengenceran.
Parameter
Sampel dengan pengenceran Sampel tanpa pengenceran
Nilai minimal LED
4
3
Nilai maksimal LED
55
69
Nilai rata-rata LED
19,0
31,75
SD
13,84
22,10
Sumber: Data diolah
Keterangan tabel :
LED
: Laju Endap Darah ( mm/jam)
SD
: Standart Deviasi
NS/S
ά
: Non Significant / significant
: tingkat kemaknaan , besarnya 0,05 (5%)
Analisis statistik yang digunakan adalah Paired-Sample T Test sehingga didapatkan tingkat
kemaknaan p = 0,002 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai LED
menggunakan sampel tanpa pengenceran dibandingkan dengan menggunakan sampel dengan
pengenceran. Suatu hasil dikatakan bermakna bila tingkat kemaknaannya kurang atau sama
dengan 0,05 (5%). Dari perbandingan nilai LED antara sampel dengan pengenceran dan sampel
tanpa pengenceran , terlihat adanya peningkatan sebanyak 15 sampel (75%) dan penurunan
sebanyak 5 sampel (25%).
Keadaan ini bisa terjadi karena LED dipengaruhi banyak faktor , yaitu sel darah merah ,
komposisi plasma, dan faktor teknis. Protein plasma mempengaruhi tingkat pembentukan agregat
dan rouleaux serta kecepatan sedimentasi. Protein – protein penting yang berpengaruh dalam laju
pengendapan darah antara lain fibrinogen , alpha -2 globulin dan albumin. Dari keempatnya yan
terpenting adalah fibrinogen. Pembentukan rouleaux atau agregat dapat dipercepat oleh adanya
peningkatan kadar makroglobulin , peningkatan perbandingan globulin terhadap albumin dan
peningkatan kadar fibrinogen dalam plasma. Peningkatan kadar globulin atau fibrinogen dapat
mengurangi daya tolak menolak antara sel darah merah sehingga sel-sel tersebut lebih mudah
berdekatan satu dengan yang lain(Solikul hadi,2001) . Dengan demikian laju pengendapan darah
menjadi lebih cepat sehingga LED meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Laju Endap Darah (LED) merupakan suatu tes darah umum yang tidak spesifik digunakan
untuk mendeteksi atau memantau suatu penyakit karena LED tergolong pemeriksaan yang
sederhana dan tidak mahal. Hasil pemeriksaan LED dipengaruhi banyak faktor, diantaranya
faktor sel darah merah , komposisi plasma, dan faktor teknik, mulai dari bentuk, jumlah, ukuran
sel darah merah, plasma protein, suhu, ukuran dan posisi tabung, waktu dll. Faktor-faktor
tersebut menyebabkan LED dikatakan tidak spesifik. Selain itu, jenis kelamin , kehamilan, usia,
obat-obatan, merokok juga mempengaruhi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik, perbandingan hasil LED cara
Westergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran menunjukkan
hasil yang berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p=0,002. Pada LED yang diperiksa
dengan sampel tanpa pengenceran didapatkan hasil yang lebih tinggi dibanding LED
menggunakan sampel dengan pengenceran .
Pada sampel yang diencerkan , larutan garam fisiologis menyebabkan protein plasma
terutama fibrinogen juga mengalami pengenceran sehingga kadarnya kembali berkurang .
penurunan kadar fibrinogen menyebabkan pembentukan rouleaux menjadi lebih lambat sehingga
nilai LED juga rendah. Sedangkan pada sampel tanpa pengenceran, kadar fibrinogen lebih
banyak yang mempercepat pembentukan rouleaux dan mengakibatkan sedimentasi lebih cepat
sehingga LED meningkat.
Saran
Pada penelitian ini perbandingan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah cara Westegrren
antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran menunjukkan hasil yang
berbeda bermakna . Oleh karena itu, bila pemeriksaan LED metode Westergren menggunakan
sampel tanpa pengenceran harus ada nilai normal LED dengan sampel tanpa pengenceran
sebagai rujukan.
Suatu hasil LED dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian
sebaiknya memperhatikan banyak faktor, mulai dari cara pengambilan sampel darah hingga cara
pengerjaan LED . Selain itu kesehatan pasien , jenis kelamin, umur juga berpengaruh terhadap
hasil LED.
DAFTAR PUSTAKA
A Brown . Barbara, Haematology, 1980 : Principles and Procedures. 3 rd edition. Philadelphia : Lea
and Lebiger .
Gandasoebrata , 2006. R Penuntun Laboratorium Klinik . Cetakan XII. Jakarta : Dian Rakyat. .
Miale , John B., 1962/ Laboratory Medicine Hematology. The C.V. Mosby Company, 1962.
Solichul Hadi, S. 2001. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Rutin Sederhana.
Laboratorium
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
En.wikipedia.org, .”Erythrocyte Sedimentation Rate” Diakses pada tanggal 4 Desmber 2007.
www.healthatoz.com ”Erythrocyte Sedimentation Rate” Diakses pada tanggal 4 Desmber 2007.
www.labtestonline.org ”Erythrocyte Sedimentation Rate” Diakses pada tanggal 4 Desmber 2007.
www.medicinenet.com ”Erythrocyte Sedimentation Rate” Diakses pada tanggal 4 Desmber 2007
Download