Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 PR R I Perkembangan Pasar Minyak Dunia D Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan. Pada akhir bulan Oktober EN harga minyak mentah dunia menembus angka 90 dolar AS per barel . Sejak 26 TJ Desember harga minyak mentah dunia meningkat kembali di atas 95 dolar AS per SE barel. Pada tanggal 7 Januari 2008 menjadi 96,4 per barel. Harga minyak mentah – juga sempat menembus angka 100,7 dolar AS per barel yaitu pada tanggal 2 Januari BN 2008. Tingginya harga minyak mentah pada tanggal 2 Januari 2008 didorong oleh AP kerusuhan di Nigeria, perkiraan menurunnya cadangan minyak mentah AS dan KS AN AA N melemahnya nilai tukar USD. Tingginya harga minyak diperkirakan akan terus berlangsung pada tahun 2008.Nilai LA tengah prediksi harga minyak mentah menurut WTI 2008 adalah 90 dolar AS per AN PE barel dengan tingkat probabilitas 70% 2. D Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingginya harga minyak mentah dunia AN sejak pertengahan Oktober 2007 adalah : kuatnya permintaan minyak mentah dunia, AR terbatasnya produksi non OPEC, meningkatnya peran OPEC dalam pembentukan AN G G harga, rendahnya spare capacity OPEC, menurunnya cadangan minyak komersial IS A OECD, meningkatnya faktor geopolitik serta melemahnya nilai tukar dollar AS. AL Kegiatan ekonomi yang berlangsung sangat cepat di negara China dan India konsekuensi terhadap kebutuhan energi yang semakin tinggi. AN mempunyai BI R O Meningkatnya permintaan energi berupa minyak tidak diimbangi dengan laju produksinya. Dari sisi penawaran pada tahun 2007-2008 spare capacity OPEC relatif rendah yaitu hanya sekitar 2,0 juta barel per hari jauh dibawah rata-rata surplus capacity OPEC selama 10 tahun yaitu sekitar 2,8 juta barel per hari. Sementara itu spare capacity Non OPEC adalah zero. 1 Analisis 2 didasarkan dari beberapa referensi dan pendapat pakar yang dieksplorasi dan dirumuskan kembali. Pendapat DR. Kurtubi, Direktur Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES). 1 BN – SE TJ EN D PR R I Grafik 1. KS AN AA N AP Sumber : CPEES (Center for Petroleoum and Energy Economics Studies ) Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa tahun 1996 – 2002 surplus capacity OPEC cenderung mengalami peningkatan. Surplus capacity OPEC mencapai volume Surplus capacity LA tertinggi pada tahun 2002 yaitu sekitar 5,7 juta barel per hari. PE OPEC cenderung mengalami penurunan pada tahun 2003 – 2005 dan volume terjadi pada tahun 2005 yaitu sekitar 1 juta barel per hari. AN terndahnya adalah D Walaupun surplus capacity OPEC pada tahun 2007 – 2008 kembali naik AN dibandingkan tahun 2005 dan 2006 namun surplus capacity tersebut masih dibawah G AR rata-rata surplus capacity OPEC yaitu sekitar 2,8 juta barel per hari. IS A AN G Dampak Perubahan Harga Minyak terhadap APBN Peningkatan harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap pencapaian AN AL realisasi APBN 2007 maupun APBN 2008 serta kondisi perminyakan Indonesia.. Perkembangan harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional atau BI R O Indonesian Crude Oil Price (ICP) adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perubahan APBN baik dari sisi pendapatan negara maupun belanja negara. Pada sisi pendapatan negara, perubahan harga minyak mentah mempengaruhi penerimaan SDA migas dan PPh migas maupun lainnya yang berasal dari penjualan minyak mentah DMO (Domestic Market Obligation). 2 Pada sisi belanja negara, perubahan harga minyak mentah mempengaruhi besaran subsidi BBM dan subsidi listrik serta dana bagi hasil. Subsidi BBM sangat terpengaruh oleh perubahan harga minyak mentah Indonesia karena sebagian besar biaya produksi BBM dari operator subsidi BBM merupakan biaya untuk pengadaan R Selain subsidi BBM perubahan harga minyak mentah juga akan mempengaruhi I minyak mentah. PR perubahan beban subsidi listrik. Hal ini dikarenakan sebagian pembangkit listrik milik EN D PLN masih menggunakan BBM dimana harga beli BBM oleh PT PLN merupakan TJ harga BBM non subsidi. Karena itu, setiap perubahan harga minyak mentah sangat SE sensitif terhadap perubahan Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik. Apabila Tarif Dasar – Listrik (TDL) ditetapkan tidak berubah maka beban subsidi listrik yang merupakan BN selisih TDL dengan BPP akan mengalami perubahan searah dengan perubahan KS AN AA N AP harga minyak mentah. Perubahan harga minyak mentah yang menyebabkan perubahan pada penerimaan SDA migas akan mempengaruhi besaran alokasi belanja daerah yaitu dana bagi PE LA hasil penerimaan pertambangan minyak bumi dan gas alam. AN Dampak harga minyak terhadap perekonomian nasional sangat tergantung pada D tingkat produksi/lifting minyak mentah. Sepanjang tahun 2005 – 2007 realisasi lifting Grafik 2 . AN G G AR AN minyak selalu lebih rendah dari yang direncanakan . IS A LIFTING MINYAK MENTAH APBN-P dan Realisasi, 2005 - 2007 BI R O AN juta barel/hari AL 1,1 1,05 1 0,95 0,9 0,85 0,8 1,075 1,000 0,999 0,959 0,950 0,899 2005 2006 APBN-P Realisasi 2007 Sumber : Departemen Keuangan 3 Rendahnya realisasi lifting minyak mentah berpengaruh terhadap penerimaan dari sektor minyak . Data menunjukkan bahwa penerimaan minyak masih defisit karena Indonesia saat ini sudah merupakan negara pengimpor (net importer) sumber energi tersebut. Data BPS yang dirilis bulan Oktober 2007 menunjukkan, neraca perdagangan minyak mentah Indonesia sudah berada dalam kondisi defisit mulai R pencatatan di pelabuhan asal (freight on board/FOB) sebesar 6,309 miliar dollar AS. I September 2007. Pada Januari-September 2007 nilai ekspor minyak mentah dalam PR Pada periode yang sama impor minyak mentah sudah mencapai 6,431 miliar dollar EN D AS dalam pencatatan cost insurance freight (CIF), sehingga mengalami defisit 122 SE TJ juta dollar AS. – Adapun defisit pada neraca perdagangan produk hasil minyak terus terbuka lebar. BN Pada periode Januari-September 2007, Ekspor hasil minyak Indonesia tercatat AP sebesar 2,124 miliar dollar AS, sedangkan impornya mencapai 8,688 miliar dollar KS AN AA N AS. Menurut data BPS, impor migas Januari-September 2007 meningkat 4,70 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2006. LA Dampak perubahan harga minyak mentah terhadap APBN 2007 PE Realisasi Tahun 2007, ICP = USD 72,3/brl > asumsi APBN-P (USD 60,0/brl); AN lifting minyak mentah 0,899 juta bph < sasaran APBN-P (0,950 juta bph). D Subsidi BBM Rp 83,9 T > APBN-P (Rp 55,6 T); subsidi listrik Rp 36,2 T > AN APBN-P (Rp 32,4 T). AR Tambahan subsidi BBM = Rp 28,3 T; tambahan subsidi listrik = Rp 3,7 T; dan G tambahan DBH Migas = Rp 0,2 T. Total = Rp 32,2 T AN G Tambahan penerimaan: PPh Migas = Rp 6,7 T; SDA Migas = Rp 15,1 T; IS A DMO = Rp 2,4 T. Total = Rp 24,3 T. Rp 7,9 T. AL Selisih = (Rp 2,0 T); selisih neto = Rp 4.9 T BI R O AN Dengan tambahan penerimaan pajak CPO (Rp 1,0 T) dan BUMN Pertamina Dampak perubahan harga minyak mentah terhadap APBN 2008 : ¦ APBN 2008 disusun dengan asumsi dasar yang terkait dengan sektor migas yaitu harga ekspor minyak mentah Indonesia (ICP) USD 60 per barel dan produksi minyak mentah (lifting) 1,034 juta barel/hari. 4 ¦ Dari perhitungan pemerintah dalam Nota Keuangan, parameter yang sangat krusial menentukan ketahanan fiskal dari pengaruh harga minyak mentah dunia adalah produksi minyak mentah. Apabila produksi mencapai targetnya (1,034 juta bph), pengaruh kenaikan harga minyak mentah dunia relatif bersifat netral. R kekurangannya akan meningkatkan defisit APBN sekitar Rp 10 triliun I Apabila produksi tidak mencapai target, setiap 50 ribu barel PR (pada harga ekspor minyak mentah Indonesia sebesar USD 60 per EN D barel) TJ Kombinasi antara realisasi produksi yang lebih rendah dari target SE (1,034 juta bph) serta harga minyak mentah dunia yang lebih tinggi – dari asumsi (USD 60/brl) akan memberi tambahan defisit APBN yang AP Dengan mengendalikan semua unsur penerimaan dan pengeluaran yang KS AN AA N ¦ BN lebih besar. terkait dengan harga minyak mentah dunia, tambahan defisit anggaran dalam jangkauan untuk dibiayai. LA Misalnya apabila produksi minyak mentah di bawah target sekitar 20 PE ribu bph dan harga minyak mentah dunia sebesar USD 80 per barel, AN maka tambahan defisit APBN diperkirakan sekitar Rp 6 – 7 triliun. Dua kebijakan pokok yang penting: memastikan dan mengupayakan lifting AR ¦ AN D Tambahan defisit yang dalam jangkauan untuk diamankan. AN G G minyak mentah mencapai 1,034 juta bph dan mengendalikan konsumsi BBM agar sesuai dengan perkiraan terutama melalui program konversi minyak AL IS A tanah ke elpiji. BI R O AN Sumber : Departemen Keuangan 5 Kondisi Perminyakan di Indonesia Tabel 1. Data Sumberdaya dan Cadangan Migas dan Batubara Indonesia Rasio Cadangan Jenis Energi Sumber Daya Cadangan Produksi Minyak 86,9 milyar barel 9,1 milyar barel 387 juta barel 23 Gas 384,7 TSCF 185,8 TSCF 2,95 TSCF 62 Batubara 58 milyar ton 19,3 milyar ton 132 juta ton 146 D PR R I terhadap Produksi TJ EN Sumber : CPEES (Center for Petroleoum and Energy Economics Studies SE Cadangan minyak mentah Indonesia yang sebesar 9,1 milyar barel merupakan – kekayaan yang sangat besar namun produksi minyak yang dihasilkan baru Grafik 3. BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE LA KS AN AA N Data Produksi Minyak AP BN mencapai 387 juta barel. Sumber : ESDM Sepanjang tahun 2004 – 2007 produksi rata-rata harian minyak mentah Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2004 produksi rata-rata harian minyak mentah Indonesia lebih dari 950 ribu barel/hari . namun pada tahun 2007 turun menjadi sekitar 850 ribu barel/hari. 6 Tabel 2. Data Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia Average R PR D EN TJ SE – BN 2007 52,81 57,62 61,49 67,91 68,6 69,14 75,5 72,32 76,1 82,55 - AP January February March April May June July August September October November December 2006 62,26 61,19 61,72 68,92 70,01 67,85 71,95 72,82 62,49 55,98 55,9 60,15 KS AN AA N 2005 42,39 44,74 53,00 54,88 48,72 52,92 55,42 61,09 61,36 58,11 53,96 54,64 I Year Sumber : Dep. ESDM LA Tahun 2005-2006 rata-rata harga minyak mentah Indonesia cenderung berfluktuatif. PE Trend harga minyak yang meningkat sepanjang tahun 2007 semestinya mampu AN menarik investor untuk berlomba-lomba menanamkan modalnya guna menemukan AN D atau mengeksplorasi cadangan minyak. AR Investasi Migas AN G G Tidak tercapainya sasaran lifting minyak dalam APBN disebabkan rendahnya produksi minyak Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir produksi minyak Indonesia IS A mentah memang mengalami penurunan. Salah satu faktor AL penyebabnya adalah investasi dalam bidang migas yang rendah terbukti dengan BI R O AN menurunnya jumlah sumur explorasi. Tahun 1973 1978 1983 1988 1993 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumur Explorasi 73 140 264 135 114 145 90 82 62 73 36 68 Sumber : CPEES (Center for Petroleoum and Energy Economics Studies 7 62 Akhir tahun 2005 yang lalu Indonesia memegang sekitar dua persen cadangan minyak di dunia, dan hanya lima persen cadangan gas. Memang, para ahli telah mengindikasikan adanya 60 cekungan geologi di Indonesia, 20 persen di antaranya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Di mata investor, besarnya angka cadangan itu baru merupakan indikator potensial di cekungan geologi, dan EN D PR perlukan investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. R sumber daya potensial tersebut menjadi cadangan nyata bernilai ekonomi di I belum merupakan cadangan nyata yang bernilai komersial. Untuk mengubah TJ Faktor-faktor pendukung seperti aspek hukum dan perundang-undangan, SE kebijakan yang konsisten, birokrasi dan faktor alam setempat merupakan faktor – penting yang selalu dipertimbangkan sebelum investor memutuskan masuk atau BN tidak ke dalam suatu usaha. Apalagi di dalam usaha migas, yang dikenal sebagai AP usaha padat modal dan padat teknologi. Dengan kata lain, security dari KS AN AA N penanaman modal, merupakan faktor utama yang menentukan pengambilan keputusan di dalam setiap pelepasan dana atau investasi. Misalnya kebijakan pajak, merupakan faktor yang dianggap meningkatkan risiko investasi di PE LA Indonesia. AN Undang-undang (UU) Migas No 22/2001 sebagai landasan yang rapuh bagi D investasi maupun operasi di sektor migas. Sistem pelayanan investasi satu atap AN yang menggunakan landasan UU No 8/1971, kini telah diganti dengan 3 G AR “pelayanan banyak atap” UU No 22/2001 AN G Di mata investor, apapun aturan mainnya sejauh memudahkan bagi pelaksanaan IS A operasional, sebenarnya tidak akan dipermasalahkan. Investor hanya perlu AL kemudahan, sebab, mereka memiliki sejumlah pilihan dan prioritas lain sebelum BI R O AN memutuskan menanamkan modal. Faktor Birokrasi Birokrasi yang berlebihan cenderung menjadi momok bagi investasi. Rantai birokrasi yang panjang dan berbelit akan memperlambat keputusan operasi yang mengharuskan keputusan cepat. 33 Pendapat DR. Kurtubi, Direktur Center for Petroleoum and Energy Economics Studies (CPEES). 8 Faktor Kebijakan Jelas investor memilih kebijakan yang konsisten, termasuk konsistensi terhadap kesepakatan yang telah dituangkan di dalam perjanjian. Konsistensi ini perlu untuk mengatur strategi investasi dan menyusun rencana operasi. Kebijakan yang berubah-ubah, meningkatkan risiko investasi. Pembuat kebijakan harus mempertimbangkan secara matang, dampak dari perubahan kebijakan yang PR R I diambil terhadap iklim investasi. EN D Akibat rendahnya investasi explorasi : Penemuan Cadangan Baru Nyaris Nihil – Produksi hanya mengandalkan Lapangan2 yang sudah tua SE TJ Pemboran Eksplorasi anjlok BN Penurunan Produksi Tidak bisa dibendung: Lifting 2007 hanya 910.000 b/h KS AN AA N AP Indonesia Terancam menjadi Net Oil Importer secara permanen LA Kesimpulan dan Saran Kesimpulan PE Dampak perubahan harga minyak terhadap APBN tergantung dari lifting AN minyak mentah dalam negeri. Faktanya, realisasi lifting minyak mentah lebih AN D rendah dari yang direncanakan. AR Trend harga minyak yang meningkat semestinya mampu menarik investor G untuk menanamkan modalnya guna menemukan dan mengeksplorasi IS A AN G cadangan minyak baru. Investor mempertimbangkan stabilitas politik, hukum, dan keamanan sebagai BI R O AN AL risiko investasi di suatu negara. Khusus di sektor migas, investor mengharap pemerintah merumuskan kebijakan energi yang lebih jelas. Perubahan peraturan yang terkait dengan usaha migas yang selama ini dianggap sebagai merangsang investasi, dapat berbalik menjadi disinsentif bagi investasi yang akan datang, apabila kita tidak jaga objektivitasnya terhadap keseimbangan kepentingan negara dan investor. 9 Saran Pemerintah harus mampu memastikan dan mengupayakan lifting minyak mentah mencapai 1,034 juta bph dan memastikan pula bahwa kebijakan R Pemerintah perlu menerapkan instrumen kebijakan fiskal yang menunjang I konversi minyak tanah ke gas berjalan dengan baik. PR bagi pengamanan APBN dengan tidak mengurangi stimulus fiskal yang TJ EN D diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. SE Pemerintah diharapkan merumuskan kebijakan energi yang konsisten. Hal – tersebut harus menjadi kesepakatan bersama antara para pembuat kebijakan BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE LA KS AN AA N AP BN di lingkungan pemerintah, DPR, dan dipahami serta diterima pelaku usaha. 10 I R PR D EN TJ SE – BN AP KS AN AA N LA BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.