GAMBAR SERAM PADA BUNGKUS ROKOK DENGAN KESADARAN PEROKOK DAN KONSUMSI ROKOK (Studi Korelasi antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan tingkat kesadaran perokok aktif dan tingkat konsumsi rokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS) Dwi Dharma Bopa Sentosa Haryanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Dwi dharma b.s, 2015, the correlation between shots packaging funereal on cigarettes in the level of consciousness smokers active and rates cigarette consumption among the students and uns.pictures funereal around cigarette packaging will bring the impact of them were found and effects for everyone to messages from funereal the picture.The student was people have the level of consciousness , the level of education as well as the awareness higher .The purpose of this research is to find the relationship between the packaging funereal on cigarettes in the level of consciousness smoking and to know the relationship between the packaging funereal on cigarettes in and the cigarette consumption among the students and uns. Methods used explanatory reseacrh , because this study trying to highlight and analyst the relationship between several variables and tested is hypothesized before with samples from 100 respondents. This research using instrunen of the questionnaire. The research results show that the level of consciousness than 100 respondents there are 27 ( 27 % ) respondents at high level, levels and as many as 40 ( 40 % ) of respondents and on level low as many as 33 ( 33 % ) of respondents. Based on analysis of data obtained that there is no significant relationship between the influence of lurid pictures on cigarette packaging with the level of awareness of smoking , with value 2.01 t worth and the level of significance 0.05 thus ho was rejected because t count larger than t table namely 2.01 &; 1,661 gt.And there are a significant relation between lurid pictures on cigarette packaging with the level of cigarette consumption , with value 1,573 t worth and the level of significance 0.05 thus ho accepted t count because smaller than t table namely 1,573 &; 1,661 it .For images funereal useful reduce the rate smokers can begin of the attitude of self-awareness to cherish and implement smoking a warning of danger, namely by supporting health messages stamped on label hence the impulse to reduce as well as stop smoking will be larger . Keywords: cigarettes;scary picture; awareness of smoking; cigarette consumption 1 Pendahuluan Merokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing lagi di masyarakat, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Respon selalu berupaya untuk merokok ditemukan pada hampir seluruh kelompok perokok baik yang menghisap jumlah rokok lebih banyak maupun lebih sedikit. Perokok selalu berusaha mencari alternatif solusi untuk tetap bisa merokok meskipun tidak memiliki dana untuk membeli rokok (Siswono, 2004). Kondisi ini diperkuat oleh pendapat Mu’tadin (2002) dan Waney (2002) tentang ketergantungan rokok, serta menunjang hasil penelitian Whetherall (2006) yang menjelaskan bahwa perokok menjadi ketagihan akibat nikotin sehingga akan terus berupaya untuk mendapatkan rokok. Orang merokok mudah ditemui, seperti di rumah, kantor, cafe, tempattempat umum, di dalam kendaraan, bahkan hingga di sekolah-sekolah . Perilaku merokok pada mulanya hanya dilakukan oleh para kaum orang tua laki-laki atau orang yang sudah berpenghasilan lebih, tetapi pada kenyataannya di era jaman sekarang perilaku merokok sudah tidak mengenal usia dan jenis kelamin, pelakunya sudah menyebar pada kaum pelajar, mahasiswa, laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini, kampus atau universitas banyak kita jumpai kegiatan merokokyang dilakukan pada kaum mahasiswa, bahkan ada beberapa pelakunya wanita. Menurut Kamus Besar BahasaIndonesia, mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005: 375). Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007: 121). Perilaku merokok di kalangan masyarakat yang tidak didasari pada pemahaman serta tidak mengenal tempat, waktu, usia serta jenis kelamin membuat pemerintah turun tangan dalam mengatasi pengendalian rokok yang 2 tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 109/2012 tentang Pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Berbagai kebijakan dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi pengendalian tembakau melalui PP no. 19 tahun 2003 mewajibkan setiap produsen rokok untuk mencantumkan label peringatan bahaya merokok pada setiap kemasan rokok. Pemerintah bertujuan untuk memberikan peringatan tentang bahaya rokok yang dikonsumsi oleh setiap konsumen rokok dengan harapan bahwa dengan mengetahui bahaya rokok yang dihisapnya, konsumen rokok akan lebih berpotensi untuk berhenti merokok. Peringatan bahaya merokok yang tercantum dalam kemasan bungkus rokok berupa tulisan efek dari bahaya merokok, seperti “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”. Dalam perkembanganya, pencantuman label berupa tulisan masih belum efisien dalam menanggulangi perilaku merokok di masyarakat. Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI, Abdillah Ahsan mengatakan, selama ini para konsumen rokok bertindak tak rasional. Masyarakat tetap membeli rokok meski merupakan barang berbahaya yang bisa menyebabkan berbagai penyakit. Rokok juga diiklankan dengan citra positif. Peringatan kesehatan pada bungkus rokok hanya berupa tulisan dan ukuran kecil (health.kompas.com; 2014, diakses pada 9 februari 2015). Masyarakat khususnya perokok aktif sebagai konsumen tak memperoleh hak informasi yang jelas terkait rokok yang dibelinya. Pencantuman lebel peringatan kesehatan berupa tulisan terlalu lama tak diganti sehingga tak lagi efektif. DepartemenPengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI dibawah naungan Prof dr Tjandra Yoga Aditama, menegaskan dan mewajibkan bahwa perusahaan rokok wajib dan sepakat untuk memasang lima gambar bahaya merokok seiring dengan sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Produk Tembakau.(www.antaranews.com.kemasan-rokok-wajib-diisi-gambar- bahaya-merokok diakses pada 9 September 2014 pukul 21:38). Lima tanda gambar yang wajib dipasang yakni merokok menyebabkan kanker mulut, merokok membunuhmu, merokok sebabkan kanker tenggorokan, merokok dekat 3 anak berbahaya bagi mereka, serta merokok sebabkan kanker paru-paru dan bronkitis kronis. pencantuman gambar-gambar yang ditimbulkan dari bahaya merokok dalam setiap kemasan bungkus rokok bertujuan untuk memperingatkan kepada masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan dari merokok. Menurut WHO, kebijakan untuk mengenai kalimat peringatan dan terutama melalui gambar, secara signifikan mampu menekan jumlah perokok di beberapa negara seperti Brazil, Kanada, dan Singapura.Sebuah studi yang dilakukan US Food and Drug Administration (FDA), menunjukkan cara itu cukup membantu. Perokok yang ditunjukkan gambar-gambar menyeramkan seperti mulut yang bengkak dan menghitam akibat serangan kanker, ternyata lebih cenderung mengatakan mereka ingin berhenti merokok dibandingkan dengan perokok ditunjukkan gambar-gambar kurang menyeramkan. Dengan gambar diharapkan dapat mempengaruhi perilaku dan merubah sikap orang untuk tidak merokok. Gambar akan memberikan gambaran grafis tentang komplikasi penyakit akibat merokok. Dengan gambar seram yang tertera di kemasan bungkus rokok merupakan bagian dari informasi melalui pesan-pesan yang di komunikasikan atau dipaparkan lewat tulisan dan gambar. Gambar seram yang ada di dalam kemasan bungkus rokok semacam ini merupakan bentuk komunikasi visual dalam penyampaian maksut dan tujuannya.Dengan penyampaian pesan yang tertera jelas dalam pencantuman gambar-gambar efek dari bahaya merokok ini, tentunya masyarakat diharapkan mengetahui akan bahaya yang ditimbulkan dari merokok, serta dapat membuat efek jera bagi masyarakat perokok aktif. Dan dengan adanya peringatan semacam ini tentunya dapat membuat tingkat kesadaran masyarakat meningkat terhadap perilaku konsumsi rokok. Karena sudah jelas, bahwa pengkonsumsian rokok yang berlebihan akan membuat penurunan kesehatan dalam jangka waktu yang lama tanpa disadari pengkonsumsinya. Menurut Setyo Budiantoro dalam makalahnya yang berjudul “Epidemi Tembakau” rokok dapat membunuh 1 dari 2 pengguna jangka panjang, kematian dini dan kehilangan 20-25 tahun masa produktif (Setyo Budiantoro & Widyastuti Soerojo). 4 Ketika perokok membaca pesan peringatan tentang bahaya merokok melalui pencantuman gambar seram di bungkus rokok. Dalam praktiknya, pesan peringatan tersebut sering diabaikan dan tetap memilih untuk tetap mengkonsumsi rokok, Hal itu disebabkan karena telah terjadi hubungan disonan (tidak harmonis) antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang diambil perokok tersebut. Karena telah terjadi perubahan daya tarik alternatif pilihan setelah keputusan diambil. Dengan kata lain, setelah keputusan diambil diantara banyak alternatif yang dirangking sesuai keinginan. Ketika Ia belum diputuskan untuk dipilih, dan alternatif pilihan yang ditolak, tampak memang tidak sesuai dengan keinginan kita dibandingkan sebelum keputusan untuk memilih diambil. Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui hubungan daritingkat kesadaran dan tingkat konsumsi rokok khususnya mahasiswa perokok aktif dalam melihat gambar seram yang tertera pada bungkus rokok. Maka, penulis mengambil judul “gambar seram pada bungkus rokok dengan kesadaran perokok dan konsumsi rokok (Studi Korelasi antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan tingkat kesadaran perokok aktif dan tingkat konsumsi rokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS)” Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan tingkat kesadaran perokok aktif di kalangan mahasiswa FISIP UNS? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan dan tingkat konsumsi rokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS? Tujuan Penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut : 1. Mengetahui hubungan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan tingkat kesadaran perokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS. 5 2. Mengetahui hubungan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan dan tingkat konsumsi rokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Manusia sebagai makhluk sosial dalam menjalankan kehidupannya saling berhubungan, saling berinteraksi dan saling membutuhkan, untuk mendapatkan kerjasama satu sama lain, alat untuk melaksanakannya adalah komunikasi. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa “setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi”. (Effendy: 1986). Lebih lanjut Onong menyimpulkan bahwa “komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan, maupun tak langsung melalui media”. Dari aspek tersebut, yaitu unsur komunikasi, komponen komunikator, bentuk komunikasi dan sifat komunikasi maka akan terbentuk beberapa hasil dari tujuan komunikasi.Iklan rokok sendiri sangat didominasi dengan bentuk dan kemasan yang keren serta meningkatkan kepercayaan masyarakat jika mau menggunakan rokok tersebut, dalam penyampaiaan pesan ini perusahaan rokok sangat berani untuk memasang serta menggunakan iklan yang menarik, hal ini menunjukan peningkatan penjualan rokok, seperti yang diungkapkan oleh Marcel Danesi dalam bukunya (messsage, signs, And meaning A basic Textbook in semiotic Ana Communications theory ) ”Ironically, the new, “government-permissible” form of advertising was a Udesuccess, as cigarette-smokmg rates among young people rose dramatically.The ads were even more effective in communicating the glamour and “cool”of smoking than was the Joe Camel figure.” (Daniel marcel; 2004) 6 2. Rokok A. Definisi rokok Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah (KamusBesar Bahasa Indonesia, 2002).Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau aktifitas menghisap, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). B. Kandungan rokok Kandungan rokok pada setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih dari 4000 bahan kimia beracun yang berbahaya dan dapat mengakibatkan maut. Dengan ini, setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di antara kandungan asap rokok termasuklah aceton (bahan pembuat cat), Naftalene (bahan kapur barus), arsen, tar (bahan karsinogen penyebab kanker), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastik PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrate (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-201(bahan radioaktif), ammonia (bahan pencuci lantai), dan sebagainya (Jaya, 2009). Racun yang paling utama ialah tar, nikotin, Dan karbon monoksida (Universiti Teknologi Malaysia, 2005) C. Tipe Kondisi Perokok Tipe Kondisi Perokok Menurut Syafiie (2009)ada empat perilaku merokok,yaitu: Kondisi perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif Terdapat tiga sub tipe perokok yang menjadikan rokok sebagai penambah kenikmatan yang sudah didapat, seperti merokok setelah makan atau minum kopi, merokok untuk sekedar menyenangkan perasaan, dan suatukenikmatan seorang perokok saat memegang rokoknya. Kondisi merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative Perokok merokok saat marah, cemas dan gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat. Kondisi merokok yang Adiktif Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakansetiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. 7 3. Gambar Seram a. Pengertian Gambar Seram Menurut Katherine Klipper Merseth gambar itu bernilai lebih dari seribu kata-kata, gambar juga dapat mewakili kata-kata yang ingin disampaikan bahkan gambar dapat menjadi sangat ampuh dalam menyampaikan pesan melebihi katakata jika digunakan dengan cerdik. Sedangkan Oemar Hamalik (1986:43) berpendapat bahwa “Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) “ Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.”Arief Sadiman, Dkk (2003: 28-29) mendefinisikan gambar yaitu Media grafis visual sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbolsimbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien. a. Desain Gambar pada kemasan Menurut Klimchuk dan Krasovec (2007) desain gambar pada kemasan adalah bisnis kreatif yang meningkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Menurut Majalah Concept (2007), packaging is the science, art, and technology of enclosing or protecting products for distributive, storage, sale, and use. Artinya desain kemasan adalah ilmu, seni, dan teknologi yang bertujuan untuk meindungi sebuah produk saat akan didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai (Klimchuk; 2007). Menurut Wiria (2007), suatu desain gambar yang kemasan yang menarik dibangun dari elemen visual dan elemen struktural yang didesain sedemikian rupa untuk menimbulkan suatu respon positif pada konsumennya. Elemen visual adalah bagian kemasan yang menarik perhatian konsumen pada saat melihat seperti warna kemasan, bentuk kemasan, dan desain grafis seperti ukuran, gambar dan slogan pada label kemasan. Sedangkan elemen struktural adalah bahan atau material yang digunakan pada kemasan. 8 b. Pesan Gambar Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi, pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak – gerik, bahas lisan, dan bahasa tulisan (Cangara, 2006 : 23). Supaya pesan komunikasi mencapai sasaran yang dituju, maka diperlukan adanya faktor daya tarik, kejelasan dan kelengkapan yang dipergunakan.Dikatakan oleh Schramm, untuk menciptakan daya tarik, pesan hendaknya dirancang dan disampaikan dengan sedemikian rupa dan dilandasi upaya membangkitkan kebutuhan pribadi dan menyarankan beberapa cara memperoleh kebutuhan tersebut. (Effendy, 1985: 339). Faktor daya tarik pesan berkaitan dengan motif komunikan. Disini dibutuhkan suatu imbauan pesan yang maksudnya adalah upaya komunikator untuk menyentuh motif yang dapat menggerakkan atau mendorong perilaku komunikan. (Rakhmat, 1993:298).Di dalam satu pesan gambar, terdapat juga gambar yang mampu mempengaruhi dan merubah pemikiran orang yang membaca pesan gambar tersebut hal ini dikuatkan oleh Daniel Riffe, Stephen Lacy, Frederick G.Fico. dalam bukunya. Analyzing Media Messages:Using Quantitative Content, yang mengatakan: “Thus far, our discussion of the importance of content analysis hasimplicitly viewed communication content as an antecedent conditionand has presented possible consequences of exposure to content That may range from attitude change (in a powerful effects, attitudechangeperspective) to the gratifications people obtain from media use or The cognitive images they learn from it. However, content is itself The consequence of a variety of other antecedent conditions or processesthat may have led to or shaped its construction. One classic example si suicide notes. Suicidal people write notes that include clues that expertsrecognize as links to—and consequences of—their emotional Andpsychological State” 9 4. Tingkat Kesadaran Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:Awareness (kesadaran), yakni orang menyadari dalam arti mengetahuan stimulus (objek) terlebih dahulu.Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti yang didasari kesadaran, pengetahuan dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng atau lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran, makatidak akan berlangsung lama.Sedangkan pengertian kesadaran beraneka ragam artinya, Kesadaran juga keinsafan; keadaan mengerti; hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang (Suharso et al., 2005 ; Tim Penyusun Kamus, 2005). Kesadaran dalam bentuk lain adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran diri merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Halawa, 2007). 5. Konsumsi Rokok Konsumsi, dari bahasa Belandaconsumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Eugence A. Diulio, Ph.D (1993) “Konsumsi terbagi 2(dua) yakni konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa yang secara terus menerus di keluarkan selama beberapa tahun. Konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin.Menurut Deliarnov (1995) “Konsumsi adalah 10 bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa guna mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan” (Astriana. 2008). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian explanatory reseacrh karena studi ini berusaha menyoroti dan menganalisa hubungan antar beberapa variabel dan menguji hipotesa sebelumnya (Singarimbun, 1995:5), dengan menggunakan teknik survey yakni penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data yang pokok.Penelitian ini telah berlangsung selama bulan agustus 2015. Berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS, Surakarta. Alasan penggunaan lokasi ini, dikarenakan memiliki latar belakang strata atau tingkat pendidikan yang sesuai dengan fenomena yang hendak peneliti teliti. Populasi 100 orang dan sampel 100 orang. Jenis Data a. Data Primer : Dalam penelitian ini data primer yg dipakai adalahdengan menggunakan kuisioner. Arikunto (2002:128) mengatakan bahwa Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Besarnya jumlah sampel yang ditentukan berdasarkan jumlah standar minimum yaitu minimal 30 sampel. Hal ini dikarenakan, sampel yang kurang dari 30 akan memberikan hasil yang kurang konsisten sehingga kualitas sampel lebih penting daripada sekedar ukuran (Morisa; 2012) b. Data Sekunder : Data sekunder merupakan data dari studi kepustakaan. Data tersebut diperoleh melalui dokumen-dokumen seperti arsip-arsip dan laporan tertulis. Selain dokumen, data-data penunjang juga dapat diperoleh melalui buku-buku, artikel, dan makalah yang berhubungan dengan masalah penelitian. Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner : Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket (daftar pertanyaan) yang harus di isi responden 11 b. Kepustakaan : Mengumpulkan data melalui buku-buku referensi dan literatur yang relevan. c. Observasi : Mengumpulkan data dengan mencatat data dan keterangan yang didapat melalui pengamatan langsung terhadap jalannya eksperimen. d. Dokumentasi : Pengambilan data dengan bersumber pada dokumen atau berkas-berkas tertulis yang diperoleh dari pihak kelurahan. Teknik Analisis Data Menurut Kriyantono (2006:145) alat ukur disebut reliable bila alat ukur tersebut secara konsisten memberi hasil atau jawab yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan (dependable), dan tetap/ajeg (consistent). Reliabilitas alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur sehingga alat ukur itu dapat diukur dan dapat diandalkan. Kriteria menyebutkan jika nilai korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,5 maka butir pertanyaan reliabel. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan computer dengan program SPSS 18.0 for windows. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Berdasarkan jenis data yang digunakan yaitu data ordinal, maka penelitian ini menggunakan analisis untuk membuktikan hipotesis dengan metode korelasi.Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi tata jenjang Spearman.Tata jenjang spearman digunakan untuk mengukur asosiasi antara dua variabel yang kedua-duanya merupakan data ordinal. Dalam penelitian ini proses perhitungan korelasi dilakukan menggunakan programa SPSS 18.00 for windows. Ouput data berupa tabel akan dibahas didalam analisis data lebih lanjut dan mendalam.Koefisien korelasi yang diperoleh langsung dengan korelasi tata jenjang Spearman tidak dapat langsung dikonsultasikan dengan harga kritis Spearman.Hal ini disebabkan harga kritis Apearman hanya berlaku untuk n kurang dari 30 responden. Maka selanjutnya akan dipergunakan tabel harga kritis dengan rumus: 12 t = rs√ − 2 1 – rs2 Keterangan: t = harga signifikasi korelasi n = jumlah sampel rs = koefisien korelasi tata jenjang spearman Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis yang melibatkan pengaruh antarvariabel dapat dirumuskan melalui prosedur berikut ini: Perumusan hipotesis Ho : ρ = 0 - Artinya tidak ada hubugan yang signifikan antara pecatuman gambar seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat kesadaran merokok pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta. - Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pecatuman gambar seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat konsumsi rokok pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta. H1 : ρ ≠ 0 - Artinya ada hubungan yang signifikan antara pecatuman gambar seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat kesadaran merokok pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta. - Artinya ada hubungan yang signifikan antara pecatuman gambar seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat konsumsi rokok pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta. Analisis data Bab ini berisi paparan tentang pengolahan data penelitian, interpretasi serta analisis data terkait dengan hipotesis yang diajukan. Analisis dilakukan terhadap data aktivitas menonton sebagai variabel independen dan data pengetahuan kesehatan serta data perilaku hidup sehat sebagai variabel dependen. 13 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya butir-butir pertanyaan dalam merepresentasikan ukuran suatu variabel. Daftar pertanyaan yang dibuat pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu, yang mana dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen (X) yaitu pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok serta terdapat dua variabel dependen (Y), yaitu Tingkat Kesadaran (Y1) dan tingkat konsumsi rokok (Y2). Uji validitas ini dilakukan pada setiap butir pertanyaan, yang mana dalam uji validitas, instrumen ini akan dapat dibuktikan valid atau tidaknya dalam suatu penelitian sehingga dapat diketahui sebuah instrumen penelitian yang dibuat dapat digunakan atau tidak untuk mengukur apa yang akan diukur. Dengan demikian validitas, dapat diartikan sebagai tepat tidaknya suatu alat ukur digunakan mengukur suatu obyek ukur. Untuk mengetahui validitas instrumen maka perlu diadakan uji validitas dengan melihat korelasi atau corrected total item correlation dalam program SPSS, serta dapat juga dengan menggunakan rumus korelasi Rank-Order Spearman. Kriteria uji validitas tersebut dengan menggunakan perbandinagn rsdengan rs tabel dimana df = n-2 dengan signifikasi 5% atau 0,05. Jika rs tabel < rs hitung, maka dapat disimpulkan butir pertanyaan tersebut valid. Sebaliknya. jika rs tabel > rshitung maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. Setelah penelitian dilakukan, peneliti melakukan tabulasi data berdasarkan skor/nilai jawaban pada angket/kuesioner yang dihasilkan dari responden. Kemudian peneliti melakukan penghitungan dengan menggunakan SPSS 18.0 yang mana dibandingkan dengan nilai rs tabel yang diperoleh melaui tabel rsrank order Spearman dengan df (dagree of freedom)= n-2, jadi df = 100 – 2 = 98 dengan signifikansi 5% atau 0,05, maka dihasilkan rs tabel = 0,199. 14 2. Uji Reliabilitas Selanjutnya setelah menyelesaikan uji validitas instrumen dan menghasilkan nilai/skor yang menyatakan valid atas setiap butir pertanyaan, peneliti melakukan uji reliabilitas.Reliabilitas (keandalan) merupakan sebuah ukuran konsistensi dan kestabilan responden untuk menjawab butir pertanyaan dalam kuesioner. Pada penelitian yang dilakukan disini uji reliabilitas dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan hasil uji validitas instrumen yang menyatakan valid atas keseluruhan butir pertanyaan, yang mana dalam hal ini dilakukan setelah melakukan uji validitas instrumen yang ke dua. Uji reliabilitas ini dilakukan oleh peneliti dengan harapan bahwa instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki ketetapan sehingga mampu mengungkap data yang kelak dapat dipercaya keabsahannya. Uji reliabilitas penelitian ini dinyatakan reliabel bila terdapat kesamaan data pada waktu yang berbeda. Jadi dalam rangka uji ini kita harus mendapatkan jawaban yang sama dari responden yang menjadi sasaran dalam uji coba kuesioner, ketika kita mengulang lagi menyebarkan kuesioner pada saat yang lain. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, yaitu : Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggnakan rumus Cronbach’s Alpha, yaitu : Dimana : r 11 k σ2b ∑σ2b 11 = −1 1− ∑ b = realibilitas instrument = banyak butir pertanyaan = varians total = jumlah varians butir Adapun kriteria uji reliabilitas tersebut adalah dengan membandingkan nilai alpha dengan nilai kritis = 0,60. Dinyatakan jika nilai alpha > 0,60 maka disimpulkan bahwa instrumen dinyatakan reliabel. Selanjutnya peneliti melakukan penghitungan dengan menggunakan SPSS 18.0 yang mana 15 berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen dihasilkan nilai/skor Cronbach's Alpha yang kemudian dibandingkan dengan nilai kritis. 3. Analisis Data Uji Korelasi Uji korelasi dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi antara variabel satu dengan variabel yang lain. Apabila terdapat hubungan antara variabel tersebut, maka akan diukur seberapa besar hubungan tersebut. Kerekatan hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Tingkat signifikan yang digunakan dalam menyatakan apakah kedua variabel mempunyai hubungan dengan syarat sebagai berikut (Sujarweni, 2014 : 127) : 1. Jika sig > 0,05 maka Ho diterima artinya terdapat hubungan. 2. Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan. Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan suatu hubungan antar variabel. Koefisiensi korelasi memiliki nilai antara -1 hingga 1. Sifat nilai koefisien korelasi antara plus (+) atau minus (-). Makna sifatkorelasi : 1. Korelasi positif (+) berarti bahwa jika variabel X1 mengalami kenaikan maka variabel X2 akan mengalami, begitu sebaliknya. 2. Korelasi negatif (-) berarti bahwa jika variabel X2akan mengalami kenaikan, begitu sebaliknya. Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat dikelompokan sebagai berikut (Sujarweni, 2014:127) : 1) 0,00 sampai 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah. 2) 0,21 sampai 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah. 3) 0,41 sampai 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat. 4) 0,71 sampai 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat. 5) 0,91 sampai 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan kuat sekali. 6) 1 berarti korelasi sempurna. 4. Uji signifikansi Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y1), nilai rs tersebut akan dikonsultasikan 16 pada tabel distribusi t, dengan mencari jumlah t hitungnya terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut: = = 0,199 = 0,199 −2 1− 100 − 2 1 − (0,199) 98 1 − 0,0396 = 0,199 98 0,9604 = 0,199 102,04 = 2,01 Nilai t sebesar 2,01 dengan tingkat signifikansi 0,05 setelah dikonsultasikan dengan memperhatikan derajat kebebasan df= N-2 = 100-2 = 98, dapat di t tabel sebesar 1,661. Dengan demikian Ho di tolak karena t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2,01 > 1,661. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan tingkat kesadaran mahasiswa FISIP UNS. Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ada tidaknya hubungan antara pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan kesadaran merokok pada mahasiswa Fisip uns Surakarta. Peneliti juga menganalisis ada tidaknya hubungan antara pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan konsumsi rokok pada mahasiswa Fisip uns Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis data yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakn kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan Antara Variabel X (gambar seram pada kemasan bungkus rokok) dengan Variabel Y1 (tingkat kesadaran merokok) Semakin sering atau tinggi pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok maka semakin besar pula tingkat kesadaran merokok. Sehingga 17 disimpulkan “terdapat hubungan yang cukup lemah antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok (X) dengan tingkat kesadaran perokok (Y1) pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta”. Dengan demikian hipotesis “Ada hubungan yang signifikan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok (X) dengan tingkat kesadaran perokok (Y1) pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta” diterima. 2. Hubungan Antara Variabel X (gambar seram pada kemasan bungkus rokok) dengan Variabel Y2 (tingkat konsumsi rokok) Semakin sering atau tinggi pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok maka semakin besar pula pengaruh uuntuk mengurangi konsumsi rokok. Sehingga dapat disimpulkan “tidak terdapat hubungan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok (X) dengan tingkat kesadaran perokok (Y1) pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta”. Dengan demikian hipotesis “tidak ada hubungan yang signifikan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok (X) dengan tingkat kesadaran perokok (Y1) pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta” ditolak. Dari penjabaran diatas, kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti yakni pada dasarnya terdapat perbedaan yang muncul diantara variabel-variabel diatas, dimana nilai koefisiensi yang dihasilkan adalah 0.103 untuk variabel tingkat kesadaran merokok dan 0.157 untuk variabel tingkat konsumsi rokok. Walaupun perbedaan nilai koefisiensi tidak terpaut jauh, namun diartikan bahwa pencntuman gambar seram pada kemasan bungkus pada dasarnya memiliki pengaruh terhadap tingkat kesadaran meerokok serta konsumsi rokok SARAN 1. Bagi Subjek Penelitian Untuk kedepannya diharapkan mampu melakukan penelitian dengan variabel yang lebih beragam serta mampu mengangkat suatu masalah yang berbobot. Pengembangan penelitian ini mungkin dengan mengambil responden dengan karakteristik yang lebih heterogen, seperti komunitas atau siswa dan mahasiswa di kota lain, atau karyawan di kota lain. Pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi rokok pada 18 masyarakat dapat dimulai dari sikap serta kesadaran diri untuk menghargai dan mengimplementasikan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, yaitu dengan mendukung pesan-pesan kesehatan yang tertera pada label maka dorongan untuk mengurangi serta berhenti merokok akan lebih besar. 2. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah seharusnya dalam membuat peraturan tentang pencantuman label peringatan bahaya merokok di kemasan rokok jangan setengah-setengah. Dengan mencantumkan gambar seram secara menyeluruh atau secara penuh gambar pada kemasan bungkus rokok, akan membuat para konsumen rokok dapat melihat secara visual kemasan rokok yang akan di konsumsinya, sehingga akan terdorong untuk berhenti mengkonsumsi rokok. Daftar Pustaka Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara Ardianto, Elvinaro dan Lukti Komala. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Damsar, MA, (2003). Sosiologi Ekonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hamond D, Fong GT, McNeill A, Borland R, Cummings KM. (2006). Effectiveness of Sigarette warning labels in informing smokers about the risks of smoking: Finding from the international tobacco control (ITC) Four Country Survey. Tob Control. Klimchuk, Mariene Rosner Dan Sandra A. Krasovec, (2007). Desain Kemasan Perencanaan Merek Produk Yang Berhasil Mulai Dari Konsep Sampai Penjualan, Jakarta : Erlangga Masri Singarimbun Dan Sofian Effendi.(1989). Metode Penelitian Survey, Jakarta:LP3ES. Muhammad, I. F. 2008. Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW. 22 Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. 2008. (Skripsi). Depok : FKM Universitas Indonesia Morisan, M.A. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana. Onong Uchjana Effendy(i).(1986).Dinamika Komunikasi.Bandung:Rosdakarya. Setyo Budiantoro & Widyastuti Soerojo, Makalah Berjudul: Epidemi Tembakau, dipresentasikan di seminar kesehatan atas kerjasama Tobacco Control Support Center (TCSC)-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Soekidjo Notoatmodjo.(2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung : Alfabeta. Wahyudi, J.B.(1996). Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Bandung: Alumni. 19