1 GAMBAR SERAM PADA BUNGKUS ROKOK

advertisement
GAMBAR SERAM PADA BUNGKUS ROKOK DENGAN KESADARAN
PEROKOK DAN KONSUMSI ROKOK
(Studi Korelasi antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan
tingkat kesadaran perokok aktif dan tingkat konsumsi rokok
di kalangan mahasiswa FISIP UNS)
Dwi Dharma Bopa Sentosa
Haryanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Dwi dharma b.s, 2015, the correlation between shots packaging funereal
on cigarettes in the level of consciousness smokers active and rates cigarette
consumption among the students and uns.pictures funereal around cigarette
packaging will bring the impact of them were found and effects for everyone to
messages from funereal the picture.The student was people have the level of
consciousness , the level of education as well as the awareness higher .The
purpose of this research is to find the relationship between the packaging funereal
on cigarettes in the level of consciousness smoking and to know the relationship
between the packaging funereal on cigarettes in and the cigarette consumption
among the students and uns. Methods used explanatory reseacrh , because this
study trying to highlight and analyst the relationship between several variables
and tested is hypothesized before with samples from 100 respondents. This
research using instrunen of the questionnaire. The research results show that the
level of consciousness than 100 respondents there are 27 ( 27 % ) respondents at
high level, levels and as many as 40 ( 40 % ) of respondents and on level low as
many as 33 ( 33 % ) of respondents. Based on analysis of data obtained that there
is no significant relationship between the influence of lurid pictures on cigarette
packaging with the level of awareness of smoking , with value 2.01 t worth and
the level of significance 0.05 thus ho was rejected because t count larger than t
table namely 2.01 &; 1,661 gt.And there are a significant relation between lurid
pictures on cigarette packaging with the level of cigarette consumption , with
value 1,573 t worth and the level of significance 0.05 thus ho accepted t count
because smaller than t table namely 1,573 &; 1,661 it .For images funereal useful
reduce the rate smokers can begin of the attitude of self-awareness to cherish and
implement smoking a warning of danger, namely by supporting health messages
stamped on label hence the impulse to reduce as well as stop smoking will be
larger .
Keywords: cigarettes;scary picture; awareness of smoking; cigarette consumption
1
Pendahuluan
Merokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing lagi di masyarakat, baik
itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Respon selalu berupaya untuk
merokok ditemukan pada hampir seluruh kelompok perokok baik yang menghisap
jumlah rokok lebih banyak maupun lebih sedikit. Perokok selalu berusaha mencari
alternatif solusi untuk tetap bisa merokok meskipun tidak memiliki dana untuk
membeli rokok (Siswono, 2004). Kondisi ini diperkuat oleh pendapat Mu’tadin
(2002) dan Waney (2002) tentang ketergantungan rokok, serta menunjang hasil
penelitian Whetherall (2006) yang menjelaskan bahwa perokok menjadi ketagihan
akibat nikotin sehingga akan terus berupaya untuk mendapatkan rokok.
Orang merokok mudah ditemui, seperti di rumah, kantor, cafe, tempattempat umum, di dalam kendaraan, bahkan hingga di sekolah-sekolah . Perilaku
merokok pada mulanya hanya dilakukan oleh para kaum orang tua laki-laki atau
orang yang sudah berpenghasilan lebih, tetapi pada kenyataannya di era jaman
sekarang perilaku merokok sudah tidak mengenal usia dan jenis kelamin,
pelakunya sudah menyebar pada kaum pelajar, mahasiswa, laki-laki maupun
perempuan. Dalam hal ini, kampus atau universitas banyak kita jumpai kegiatan
merokokyang dilakukan pada kaum mahasiswa, bahkan ada beberapa pelakunya
wanita. Menurut Kamus Besar BahasaIndonesia, mahasiswa adalah mereka yang
sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005: 375). Mahasiswa dapat
didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan
tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan
perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan
bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada
diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling
melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007: 121).
Perilaku merokok di kalangan masyarakat yang tidak didasari pada
pemahaman serta tidak mengenal tempat, waktu, usia serta jenis kelamin
membuat pemerintah turun tangan dalam mengatasi pengendalian rokok yang
2
tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 109/2012 tentang Pengamanan
bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Berbagai
kebijakan
dikeluarkan
pemerintah
Indonesia
dalam
menanggulangi pengendalian tembakau melalui PP no. 19 tahun 2003
mewajibkan setiap produsen rokok untuk mencantumkan label peringatan bahaya
merokok pada setiap kemasan rokok. Pemerintah bertujuan untuk memberikan
peringatan tentang bahaya rokok yang dikonsumsi oleh setiap konsumen rokok
dengan harapan bahwa dengan mengetahui bahaya rokok yang dihisapnya,
konsumen rokok akan lebih berpotensi untuk berhenti merokok. Peringatan
bahaya merokok yang tercantum dalam kemasan bungkus rokok berupa tulisan
efek dari bahaya merokok, seperti “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”. Dalam perkembanganya,
pencantuman label berupa tulisan masih belum efisien dalam menanggulangi
perilaku merokok di masyarakat. Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
UI, Abdillah Ahsan mengatakan, selama ini para konsumen rokok bertindak tak
rasional. Masyarakat tetap membeli rokok meski merupakan barang berbahaya
yang bisa menyebabkan berbagai penyakit. Rokok juga diiklankan dengan citra
positif. Peringatan kesehatan pada bungkus rokok hanya berupa tulisan dan
ukuran kecil (health.kompas.com; 2014, diakses pada 9 februari 2015).
Masyarakat khususnya perokok aktif sebagai konsumen tak memperoleh hak
informasi yang jelas terkait rokok yang dibelinya. Pencantuman lebel peringatan
kesehatan berupa tulisan terlalu lama tak diganti sehingga tak lagi efektif.
DepartemenPengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kemenkes RI dibawah naungan Prof dr Tjandra Yoga Aditama, menegaskan dan
mewajibkan bahwa perusahaan rokok wajib dan sepakat untuk memasang lima
gambar bahaya merokok seiring dengan sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor
109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Produk
Tembakau.(www.antaranews.com.kemasan-rokok-wajib-diisi-gambar-
bahaya-merokok diakses pada 9 September
2014 pukul 21:38). Lima tanda
gambar yang wajib dipasang yakni merokok menyebabkan kanker mulut,
merokok membunuhmu, merokok sebabkan kanker tenggorokan, merokok dekat
3
anak berbahaya bagi mereka, serta merokok sebabkan kanker paru-paru dan
bronkitis kronis. pencantuman gambar-gambar yang ditimbulkan dari bahaya
merokok dalam setiap kemasan bungkus rokok bertujuan untuk memperingatkan
kepada masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan dari merokok.
Menurut WHO, kebijakan untuk mengenai kalimat peringatan dan
terutama melalui gambar, secara signifikan mampu menekan jumlah perokok di
beberapa negara seperti Brazil, Kanada, dan Singapura.Sebuah studi yang
dilakukan US Food and Drug Administration (FDA), menunjukkan cara itu cukup
membantu. Perokok yang ditunjukkan gambar-gambar menyeramkan seperti
mulut yang bengkak dan menghitam akibat serangan kanker, ternyata lebih
cenderung mengatakan mereka ingin berhenti merokok dibandingkan dengan
perokok ditunjukkan gambar-gambar kurang menyeramkan.
Dengan gambar diharapkan dapat mempengaruhi perilaku dan merubah
sikap orang untuk tidak merokok. Gambar akan memberikan gambaran grafis
tentang komplikasi penyakit akibat merokok. Dengan gambar seram yang tertera
di kemasan bungkus rokok merupakan bagian dari informasi melalui pesan-pesan
yang di komunikasikan atau dipaparkan lewat tulisan dan gambar. Gambar seram
yang ada di dalam kemasan bungkus rokok semacam ini merupakan bentuk
komunikasi
visual
dalam
penyampaian
maksut
dan
tujuannya.Dengan
penyampaian pesan yang tertera jelas dalam pencantuman gambar-gambar efek
dari bahaya merokok ini, tentunya masyarakat diharapkan mengetahui akan
bahaya yang ditimbulkan dari merokok, serta dapat membuat efek jera bagi
masyarakat perokok aktif. Dan dengan adanya peringatan semacam ini tentunya
dapat membuat tingkat kesadaran masyarakat meningkat terhadap perilaku
konsumsi rokok. Karena sudah jelas, bahwa pengkonsumsian rokok yang
berlebihan akan membuat penurunan kesehatan dalam jangka waktu yang lama
tanpa disadari pengkonsumsinya. Menurut Setyo Budiantoro dalam makalahnya
yang berjudul “Epidemi Tembakau” rokok dapat membunuh 1 dari 2 pengguna
jangka panjang, kematian dini dan kehilangan 20-25 tahun masa produktif (Setyo
Budiantoro & Widyastuti Soerojo).
4
Ketika perokok membaca pesan peringatan tentang bahaya merokok
melalui pencantuman gambar seram di bungkus rokok. Dalam praktiknya, pesan
peringatan tersebut sering diabaikan dan tetap memilih untuk tetap mengkonsumsi
rokok, Hal itu disebabkan karena telah terjadi hubungan disonan (tidak harmonis)
antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang diambil perokok tersebut. Karena
telah terjadi perubahan daya tarik alternatif pilihan setelah keputusan diambil.
Dengan kata lain, setelah keputusan diambil diantara banyak alternatif yang
dirangking sesuai keinginan. Ketika Ia belum diputuskan untuk dipilih, dan
alternatif pilihan yang ditolak, tampak memang tidak sesuai dengan keinginan kita
dibandingkan sebelum keputusan untuk memilih diambil.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui hubungan
daritingkat kesadaran dan tingkat konsumsi rokok khususnya mahasiswa perokok
aktif dalam melihat gambar seram yang tertera pada bungkus rokok. Maka,
penulis mengambil judul “gambar seram pada bungkus rokok dengan kesadaran
perokok dan konsumsi rokok (Studi Korelasi antara gambar seram pada kemasan
bungkus rokok dengan tingkat kesadaran perokok aktif dan tingkat konsumsi
rokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS)”
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gambar seram pada kemasan
bungkus rokok dengan tingkat kesadaran perokok aktif di kalangan mahasiswa
FISIP UNS?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gambar seram pada kemasan
bungkus rokok dengan dan tingkat konsumsi rokok di kalangan mahasiswa
FISIP UNS?
Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui hubungan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok
dengan tingkat kesadaran perokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS.
5
2. Mengetahui hubungan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok
dengan dan tingkat konsumsi rokok di kalangan mahasiswa FISIP UNS.
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial dalam menjalankan kehidupannya
saling berhubungan, saling berinteraksi dan saling membutuhkan, untuk
mendapatkan kerjasama satu sama lain, alat untuk melaksanakannya adalah
komunikasi. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa “setiap orang yang
hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati
senantiasa terlibat dalam komunikasi”. (Effendy: 1986). Lebih lanjut Onong
menyimpulkan bahwa “komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan, maupun tak langsung
melalui media”. Dari aspek tersebut, yaitu unsur komunikasi, komponen
komunikator, bentuk komunikasi dan sifat komunikasi maka akan terbentuk
beberapa hasil dari tujuan komunikasi.Iklan rokok sendiri sangat didominasi
dengan bentuk dan kemasan yang keren serta meningkatkan kepercayaan
masyarakat jika mau menggunakan rokok tersebut, dalam penyampaiaan
pesan ini perusahaan rokok sangat berani untuk memasang serta
menggunakan iklan yang menarik, hal ini menunjukan peningkatan penjualan
rokok, seperti yang diungkapkan oleh Marcel Danesi dalam bukunya
(messsage, signs, And meaning A basic Textbook in semiotic Ana
Communications theory )
”Ironically, the new, “government-permissible” form of advertising
was a Udesuccess, as cigarette-smokmg rates among young people
rose dramatically.The ads were even more effective in communicating
the glamour and “cool”of smoking than was the Joe Camel figure.”
(Daniel marcel; 2004)
6
2. Rokok
A. Definisi rokok
Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah
(KamusBesar Bahasa Indonesia, 2002).Merokok adalah suatu kata kerja yang
berarti melakukan kegiatan atau aktifitas menghisap, sedangkan perokok adalah
orang yang suka merokok (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).
B. Kandungan rokok
Kandungan rokok pada setiap batang rokok yang dinyalakan akan
mengeluarkan lebih dari 4000 bahan kimia beracun yang berbahaya dan dapat
mengakibatkan maut. Dengan ini, setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan
maut. Di antara kandungan asap rokok termasuklah aceton (bahan pembuat cat),
Naftalene (bahan kapur barus), arsen, tar (bahan karsinogen penyebab kanker),
methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastik PVC), phenol butane
(bahan bakar korek api), potassium nitrate (bahan baku pembuatan bom dan
pupuk), polonium-201(bahan radioaktif), ammonia (bahan pencuci lantai), dan
sebagainya (Jaya, 2009). Racun yang paling utama ialah tar, nikotin, Dan karbon
monoksida (Universiti Teknologi Malaysia, 2005)
C. Tipe Kondisi Perokok
Tipe Kondisi Perokok Menurut Syafiie (2009)ada empat perilaku
merokok,yaitu:
 Kondisi perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif Terdapat tiga sub
tipe perokok yang menjadikan rokok sebagai penambah kenikmatan yang
sudah didapat, seperti merokok setelah makan atau minum kopi, merokok
untuk sekedar menyenangkan perasaan, dan suatukenikmatan seorang
perokok saat memegang rokoknya.
 Kondisi merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative Perokok merokok
saat marah, cemas dan gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat.
 Kondisi merokok yang Adiktif Mereka yang sudah adiksi, akan menambah
dosis rokok yang digunakansetiap saat setelah efek dari rokok yang
dihisapnya berkurang.
7
3. Gambar Seram
a. Pengertian Gambar Seram
Menurut Katherine Klipper Merseth gambar itu bernilai lebih dari seribu
kata-kata, gambar juga dapat mewakili kata-kata yang ingin disampaikan bahkan
gambar dapat menjadi sangat ampuh dalam menyampaikan pesan melebihi katakata jika digunakan dengan cerdik. Sedangkan Oemar Hamalik (1986:43)
berpendapat bahwa “Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual
dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) “ Gambar adalah tiruan
barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.”Arief Sadiman, Dkk (2003: 28-29)
mendefinisikan gambar yaitu Media grafis visual sebagimana halnya media yang
lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.
Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan
disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbolsimbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat
berhasil dan efisien.
a. Desain Gambar pada kemasan
Menurut Klimchuk dan Krasovec (2007) desain gambar pada kemasan
adalah bisnis kreatif yang meningkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra,
tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat
dipasarkan. Menurut Majalah Concept (2007), packaging is the science, art, and
technology of enclosing or protecting products for distributive, storage, sale, and
use. Artinya desain kemasan adalah ilmu, seni, dan teknologi yang bertujuan
untuk meindungi sebuah produk saat akan didistribusikan, disimpan, dijual dan
dipakai (Klimchuk; 2007). Menurut Wiria (2007), suatu desain gambar yang
kemasan yang menarik dibangun dari elemen visual dan elemen struktural yang
didesain sedemikian rupa untuk menimbulkan suatu respon positif pada
konsumennya. Elemen visual adalah bagian kemasan yang menarik perhatian
konsumen pada saat melihat seperti warna kemasan, bentuk kemasan, dan desain
grafis seperti ukuran, gambar dan slogan pada label kemasan. Sedangkan elemen
struktural adalah bahan atau material yang digunakan pada kemasan.
8
b. Pesan Gambar
Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi, pesan yang dimaksud dalam
proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi. Isinya
bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan
pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan
diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah
lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak – gerik, bahas lisan, dan bahasa
tulisan (Cangara, 2006 : 23). Supaya pesan komunikasi mencapai sasaran yang
dituju, maka diperlukan adanya faktor daya tarik, kejelasan dan kelengkapan yang
dipergunakan.Dikatakan oleh Schramm, untuk menciptakan daya tarik, pesan
hendaknya dirancang dan disampaikan dengan sedemikian rupa dan dilandasi
upaya membangkitkan kebutuhan pribadi dan menyarankan beberapa cara
memperoleh kebutuhan tersebut. (Effendy, 1985: 339). Faktor daya tarik pesan
berkaitan dengan motif komunikan. Disini dibutuhkan suatu imbauan pesan yang
maksudnya adalah upaya komunikator untuk menyentuh motif yang dapat
menggerakkan atau mendorong perilaku komunikan. (Rakhmat, 1993:298).Di
dalam satu pesan gambar, terdapat juga gambar yang mampu mempengaruhi dan
merubah pemikiran orang yang membaca pesan gambar tersebut hal ini dikuatkan
oleh Daniel Riffe, Stephen Lacy, Frederick G.Fico. dalam bukunya. Analyzing
Media Messages:Using Quantitative Content, yang mengatakan:
“Thus far, our discussion of the importance of content analysis
hasimplicitly viewed communication content as an antecedent
conditionand has presented possible consequences of exposure to content
That may range from attitude change (in a powerful effects, attitudechangeperspective) to the gratifications people obtain from media use or
The cognitive images they learn from it. However, content is itself The
consequence of a variety of other antecedent conditions or processesthat
may have led to or shaped its construction. One classic example si suicide
notes. Suicidal people write notes that include clues that expertsrecognize
as links to—and consequences of—their emotional Andpsychological
State”
9
4.
Tingkat Kesadaran
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:Awareness (kesadaran), yakni orang menyadari dalam arti
mengetahuan stimulus (objek) terlebih dahulu.Interest yakni orang mulai tertarik
kepada stimulus.Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.Trial,
orang telah mulai mencoba perilaku baru.Adoption, subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.apabila
penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti yang didasari
kesadaran, pengetahuan dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng atau lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
pengetahuan dan kesadaran, makatidak akan berlangsung lama.Sedangkan
pengertian kesadaran beraneka ragam artinya, Kesadaran juga keinsafan; keadaan
mengerti; hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang (Suharso et al., 2005 ;
Tim Penyusun Kamus, 2005). Kesadaran dalam bentuk lain adalah pemahaman
atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran
diri merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana
cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Halawa, 2007).
5. Konsumsi Rokok
Konsumsi, dari bahasa Belandaconsumptie, ialah suatu kegiatan yang
bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa
barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Eugence A. Diulio,
Ph.D (1993) “Konsumsi terbagi 2(dua) yakni konsumsi rutin dan konsumsi
sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang
dan jasa yang secara terus menerus di keluarkan selama beberapa tahun.
Konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang tidak terduga terhadap
konsumsi rutin.Menurut Deliarnov (1995) “Konsumsi adalah
10
bagian dari
pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa guna
mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan” (Astriana. 2008).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian explanatory reseacrh karena
studi ini berusaha menyoroti dan menganalisa hubungan antar beberapa variabel
dan menguji hipotesa sebelumnya (Singarimbun, 1995:5), dengan menggunakan
teknik survey yakni penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data yang pokok.Penelitian ini
telah berlangsung selama bulan agustus 2015. Berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik UNS, Surakarta. Alasan penggunaan lokasi ini, dikarenakan memiliki
latar belakang strata atau tingkat pendidikan yang sesuai dengan fenomena yang
hendak peneliti teliti. Populasi 100 orang dan sampel 100 orang.
 Jenis Data
a. Data Primer : Dalam penelitian ini data primer yg dipakai adalahdengan
menggunakan kuisioner. Arikunto (2002:128) mengatakan bahwa Kuisioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Besarnya jumlah sampel yang ditentukan berdasarkan jumlah standar
minimum yaitu minimal 30 sampel. Hal ini dikarenakan, sampel yang kurang
dari 30 akan memberikan hasil yang kurang konsisten sehingga kualitas
sampel lebih penting daripada sekedar ukuran (Morisa; 2012)
b.
Data Sekunder : Data sekunder merupakan data dari studi kepustakaan. Data
tersebut diperoleh melalui dokumen-dokumen seperti arsip-arsip dan laporan
tertulis. Selain dokumen, data-data penunjang juga dapat diperoleh melalui
buku-buku, artikel, dan makalah yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
 Metode Pengumpulan Data
a. Kuesioner : Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket (daftar
pertanyaan) yang harus di isi responden
11
b. Kepustakaan : Mengumpulkan data melalui buku-buku referensi dan literatur
yang relevan.
c. Observasi : Mengumpulkan data dengan mencatat data dan keterangan yang
didapat melalui pengamatan langsung terhadap jalannya eksperimen.
d. Dokumentasi : Pengambilan data dengan bersumber pada dokumen atau
berkas-berkas tertulis yang diperoleh dari pihak kelurahan.
 Teknik Analisis Data
Menurut Kriyantono (2006:145) alat ukur disebut reliable bila alat ukur
tersebut secara konsisten memberi hasil atau jawab yang sama terhadap gejala
yang sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa
alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan (dependable), dan
tetap/ajeg (consistent).
Reliabilitas alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur
sehingga alat ukur itu dapat diukur dan dapat diandalkan. Kriteria menyebutkan
jika nilai korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,5 maka butir pertanyaan
reliabel. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan
computer dengan program SPSS 18.0 for windows.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca. Berdasarkan jenis data yang digunakan yaitu data ordinal, maka
penelitian ini menggunakan analisis untuk membuktikan hipotesis dengan metode
korelasi.Teknik
korelasi
yang
digunakan
adalah
korelasi
tata
jenjang
Spearman.Tata jenjang spearman digunakan untuk mengukur asosiasi antara dua
variabel yang kedua-duanya merupakan data ordinal.
Dalam penelitian ini proses perhitungan korelasi dilakukan menggunakan
programa SPSS 18.00 for windows. Ouput data berupa tabel akan dibahas didalam
analisis data lebih lanjut dan mendalam.Koefisien korelasi yang diperoleh
langsung dengan korelasi tata jenjang Spearman tidak dapat langsung
dikonsultasikan dengan harga kritis Spearman.Hal ini disebabkan harga kritis
Apearman hanya berlaku untuk n kurang dari 30 responden. Maka selanjutnya
akan dipergunakan tabel harga kritis dengan rumus:
12
t = rs√ − 2
1 – rs2
Keterangan:
t = harga signifikasi korelasi
n = jumlah sampel
rs = koefisien korelasi tata jenjang spearman
 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang melibatkan pengaruh antarvariabel
dapat dirumuskan melalui prosedur berikut ini:
Perumusan hipotesis

Ho : ρ = 0
-
Artinya tidak ada hubugan yang signifikan antara pecatuman gambar
seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat kesadaran merokok
pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta.
-
Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pecatuman gambar
seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat konsumsi rokok pada
mahasiswa FISIP UNS Surakarta.

H1 : ρ ≠ 0
-
Artinya ada hubungan yang signifikan antara pecatuman gambar
seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat kesadaran merokok
pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta.
-
Artinya ada hubungan yang signifikan antara pecatuman gambar
seram pada kemasa bugkus rokok degan tingkat konsumsi rokok pada
mahasiswa FISIP UNS Surakarta.
Analisis data
Bab ini berisi paparan tentang pengolahan data penelitian, interpretasi serta
analisis data terkait dengan hipotesis yang diajukan. Analisis dilakukan terhadap
data aktivitas menonton sebagai variabel independen dan data pengetahuan
kesehatan serta data perilaku hidup sehat sebagai variabel dependen.
13
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya butir-butir
pertanyaan
dalam
merepresentasikan
ukuran
suatu
variabel.
Daftar
pertanyaan yang dibuat pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel
tertentu, yang mana dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen
(X) yaitu pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok serta
terdapat dua variabel dependen (Y), yaitu Tingkat Kesadaran (Y1) dan tingkat
konsumsi rokok (Y2).
Uji validitas ini dilakukan pada setiap butir pertanyaan, yang mana
dalam uji validitas, instrumen ini akan dapat dibuktikan valid atau tidaknya
dalam suatu penelitian sehingga dapat diketahui sebuah instrumen penelitian
yang dibuat dapat digunakan atau tidak untuk mengukur apa yang akan
diukur. Dengan demikian validitas, dapat diartikan sebagai tepat tidaknya
suatu alat ukur digunakan mengukur suatu obyek ukur.
Untuk mengetahui validitas instrumen maka perlu diadakan uji validitas
dengan melihat korelasi atau corrected total item correlation dalam program
SPSS, serta dapat juga dengan menggunakan rumus korelasi Rank-Order
Spearman. Kriteria uji validitas tersebut dengan menggunakan perbandinagn
rsdengan rs tabel dimana df = n-2 dengan signifikasi 5% atau 0,05. Jika rs
tabel < rs hitung, maka dapat disimpulkan butir pertanyaan tersebut valid.
Sebaliknya. jika rs tabel > rshitung maka butir pertanyaan tersebut tidak
valid.
Setelah
penelitian
dilakukan,
peneliti
melakukan
tabulasi
data
berdasarkan skor/nilai jawaban pada angket/kuesioner yang dihasilkan dari
responden.
Kemudian
peneliti
melakukan
penghitungan
dengan
menggunakan SPSS 18.0 yang mana dibandingkan dengan nilai rs tabel yang
diperoleh melaui tabel rsrank order Spearman dengan df (dagree of
freedom)= n-2, jadi df = 100 – 2 = 98 dengan signifikansi 5% atau 0,05, maka
dihasilkan rs tabel = 0,199.
14
2. Uji Reliabilitas
Selanjutnya
setelah
menyelesaikan
uji
validitas
instrumen
dan
menghasilkan nilai/skor yang menyatakan valid atas setiap butir pertanyaan,
peneliti melakukan uji reliabilitas.Reliabilitas (keandalan) merupakan sebuah
ukuran konsistensi dan kestabilan responden untuk menjawab butir
pertanyaan dalam kuesioner. Pada penelitian yang dilakukan disini uji
reliabilitas dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan hasil uji validitas
instrumen yang menyatakan valid atas keseluruhan butir pertanyaan, yang
mana dalam hal ini dilakukan setelah melakukan uji validitas instrumen yang
ke dua. Uji reliabilitas ini dilakukan oleh peneliti dengan harapan bahwa
instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki ketetapan
sehingga
mampu
mengungkap
data
yang
kelak
dapat
dipercaya
keabsahannya.
Uji reliabilitas penelitian ini dinyatakan reliabel bila terdapat kesamaan
data pada waktu yang berbeda. Jadi dalam rangka uji ini kita harus
mendapatkan jawaban yang sama dari responden yang menjadi sasaran dalam
uji coba kuesioner, ketika kita mengulang lagi menyebarkan kuesioner pada
saat yang lain. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, yaitu :
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggnakan rumus
Cronbach’s Alpha, yaitu :
Dimana :
r 11
k
σ2b
∑σ2b
11 =
−1
1−
∑
b
= realibilitas instrument
= banyak butir pertanyaan
= varians total
= jumlah varians butir
Adapun kriteria uji reliabilitas tersebut adalah dengan membandingkan
nilai alpha dengan nilai kritis = 0,60. Dinyatakan jika nilai alpha > 0,60 maka
disimpulkan bahwa instrumen dinyatakan reliabel. Selanjutnya peneliti
melakukan penghitungan dengan menggunakan SPSS 18.0 yang mana
15
berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen dihasilkan nilai/skor Cronbach's
Alpha yang kemudian dibandingkan dengan nilai kritis.
3. Analisis Data Uji Korelasi
Uji korelasi dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat
signifikansi antara variabel satu dengan variabel yang lain. Apabila terdapat
hubungan antara variabel tersebut, maka akan diukur seberapa besar
hubungan tersebut. Kerekatan hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk
koefisien korelasi. Tingkat signifikan yang digunakan dalam menyatakan
apakah kedua variabel mempunyai hubungan dengan syarat sebagai berikut
(Sujarweni, 2014 : 127) :
1. Jika sig > 0,05 maka Ho diterima artinya terdapat hubungan.
2. Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan.
Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur
kekuatan suatu hubungan antar variabel. Koefisiensi korelasi memiliki nilai
antara -1 hingga 1. Sifat nilai koefisien korelasi antara plus (+) atau minus (-).
Makna sifatkorelasi :
1. Korelasi positif (+) berarti bahwa jika variabel X1 mengalami kenaikan
maka variabel X2 akan mengalami, begitu sebaliknya.
2. Korelasi negatif (-) berarti bahwa jika variabel X2akan mengalami
kenaikan, begitu sebaliknya.
Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat
dikelompokan sebagai berikut (Sujarweni, 2014:127) :
1) 0,00 sampai 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.
2) 0,21 sampai 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.
3) 0,41 sampai 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.
4) 0,71 sampai 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
5) 0,91 sampai 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan kuat sekali.
6) 1 berarti korelasi sempurna.
4. Uji signifikansi
Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan antara variabel independen
(X) dengan variabel dependen (Y1), nilai rs tersebut akan dikonsultasikan
16
pada tabel distribusi t, dengan mencari jumlah t hitungnya terlebih dahulu
dengan rumus sebagai berikut:
=
= 0,199
= 0,199
−2
1−
100 − 2
1 − (0,199)
98
1 − 0,0396
= 0,199
98
0,9604
= 0,199 102,04
= 2,01
Nilai t sebesar 2,01 dengan tingkat signifikansi 0,05 setelah dikonsultasikan
dengan memperhatikan derajat kebebasan df= N-2 = 100-2 = 98, dapat di t tabel
sebesar 1,661. Dengan demikian Ho di tolak karena t hitung lebih besar dari t
tabel yaitu 2,01 > 1,661. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengaruh gambar seram pada kemasan bungkus
rokok dengan tingkat kesadaran mahasiswa FISIP UNS.
Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ada tidaknya hubungan antara
pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus rokok dengan kesadaran
merokok pada mahasiswa Fisip uns Surakarta. Peneliti juga menganalisis ada
tidaknya hubungan antara pencantuman gambar seram pada kemasan bungkus
rokok dengan konsumsi rokok pada mahasiswa Fisip uns Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis data yang telah
diuraikan, maka dapat dikemukakn kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan Antara Variabel X (gambar seram pada kemasan bungkus
rokok) dengan Variabel Y1 (tingkat kesadaran merokok)
Semakin sering atau tinggi pencantuman gambar seram pada kemasan
bungkus rokok maka semakin besar pula tingkat kesadaran merokok. Sehingga
17
disimpulkan “terdapat hubungan yang cukup lemah antara gambar seram pada
kemasan bungkus rokok (X) dengan tingkat kesadaran perokok (Y1) pada
mahasiswa FISIP UNS Surakarta”. Dengan demikian hipotesis “Ada hubungan
yang signifikan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok (X) dengan
tingkat kesadaran perokok (Y1) pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta” diterima.
2. Hubungan Antara Variabel X (gambar seram pada kemasan bungkus
rokok) dengan Variabel Y2 (tingkat konsumsi rokok)
Semakin sering atau tinggi pencantuman gambar seram pada kemasan
bungkus rokok maka semakin besar pula pengaruh uuntuk mengurangi konsumsi
rokok. Sehingga dapat disimpulkan “tidak terdapat hubungan antara gambar
seram pada kemasan bungkus rokok (X) dengan tingkat kesadaran perokok (Y1)
pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta”. Dengan demikian hipotesis “tidak ada
hubungan yang signifikan antara gambar seram pada kemasan bungkus rokok (X)
dengan tingkat kesadaran perokok (Y1) pada mahasiswa FISIP UNS Surakarta”
ditolak.
Dari penjabaran diatas, kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti yakni
pada dasarnya terdapat perbedaan yang muncul diantara variabel-variabel diatas,
dimana nilai koefisiensi yang dihasilkan adalah 0.103 untuk variabel tingkat
kesadaran merokok dan 0.157 untuk variabel tingkat konsumsi rokok. Walaupun
perbedaan nilai koefisiensi tidak terpaut jauh, namun diartikan bahwa pencntuman
gambar seram pada kemasan bungkus pada dasarnya memiliki pengaruh terhadap
tingkat kesadaran meerokok serta konsumsi rokok
SARAN
1. Bagi Subjek Penelitian
Untuk kedepannya diharapkan mampu melakukan penelitian dengan variabel
yang lebih beragam serta mampu mengangkat suatu masalah yang berbobot.
Pengembangan penelitian ini mungkin dengan mengambil responden dengan
karakteristik yang lebih heterogen, seperti komunitas atau siswa dan mahasiswa di
kota lain, atau karyawan di kota lain. Pencantuman gambar seram pada kemasan
bungkus rokok yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi rokok pada
18
masyarakat dapat dimulai dari sikap serta kesadaran diri untuk menghargai dan
mengimplementasikan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, yaitu
dengan mendukung pesan-pesan kesehatan yang tertera pada label maka dorongan
untuk mengurangi serta berhenti merokok akan lebih besar.
2. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah seharusnya dalam membuat peraturan tentang pencantuman
label peringatan bahaya merokok di kemasan rokok jangan setengah-setengah.
Dengan mencantumkan gambar seram secara menyeluruh atau secara penuh
gambar pada kemasan bungkus rokok, akan membuat para konsumen rokok dapat
melihat secara visual kemasan rokok yang akan di konsumsinya, sehingga akan
terdorong untuk berhenti mengkonsumsi rokok.
Daftar Pustaka
Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara
Ardianto, Elvinaro dan Lukti Komala. (2004). Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Damsar, MA, (2003). Sosiologi Ekonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hamond D, Fong GT, McNeill A, Borland R, Cummings KM. (2006).
Effectiveness of Sigarette warning labels in informing smokers about the
risks of smoking: Finding from the international tobacco control (ITC)
Four Country Survey. Tob Control.
Klimchuk, Mariene Rosner Dan Sandra A. Krasovec, (2007). Desain Kemasan
Perencanaan Merek Produk Yang Berhasil Mulai Dari Konsep Sampai
Penjualan, Jakarta : Erlangga
Masri Singarimbun Dan Sofian Effendi.(1989). Metode Penelitian Survey,
Jakarta:LP3ES.
Muhammad, I. F. 2008. Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW. 22
Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. 2008. (Skripsi). Depok : FKM
Universitas Indonesia
Morisan, M.A. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.
Onong Uchjana Effendy(i).(1986).Dinamika Komunikasi.Bandung:Rosdakarya.
Setyo Budiantoro & Widyastuti Soerojo, Makalah Berjudul: Epidemi Tembakau,
dipresentasikan di seminar kesehatan atas kerjasama Tobacco Control
Support Center (TCSC)-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI)
Soekidjo Notoatmodjo.(2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung :
Alfabeta.
Wahyudi, J.B.(1996). Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Bandung:
Alumni.
19
Download