TB BERITA KOMUNITAS PEDULI Edisi XII, Maret 2015 Media Komunikasi Community TB Care ‘Aisyiyah “MENGUPAYAKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI TB” Kerja Cerdas Seorang Nenek Advokasi Sepenuh Hati Untuk Indonesia Bebas Tb 02 DARI REDAKSI Edisi XII, Maret 2015 AUTHORIZED PRINCIPAL RECIPIENT TB ‘AISYIYAH DRA NOOR ROCHMAH PRATIKNYA SUSUNAN REDAKSI PENASIHAT Dra St Noordjanah Djohantini MM MSi Prof DR Chamamah Soeratno Msc Dr Atikah M Zaki MARS DEWAN REDAKSI Dra Noor Rochmah Pratiknya Dr Samhari Baswedan MPA PENANGGUNG JAWAB ACSM PR TB ‘Aisyiyah PELAKSANA Tim Teknis ACSM PR TB ‘Aisyiyah KONTRIBUTOR TULISAN DAN FOTO SR Community TB Care ‘Aisyiyah ILUSTRASI / KARIKATUR Suherman Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya, aktivitas kita bisa berjalan dengan lancar dan penuh keberkahan. Bertepatan dengan tanggal 24 Maret 2015, masyarakat dunia kembali memperingati Hari TB sedunia atau World TB Day. Bagi ‘Aisyiyah, momentum ini sangat penting. Sebagai organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah yang telah lama berkiprah di dunia kemasyarakatan, sosial, dan kesehatan, peringatan ini semestinya bukan sekadar mengulang rutinitas, tapi perlu dimaknai yang lebih kongkrit. TB adalah penyakit menular yang pencegahan dan pemberantasannya tidak bisa diserahkan kepada Pemerintah atau masyarakat saja. Melainkan perlu kerjasama bahu membahu antara semua pemangku kepentingan. ‘Aisyiyah yang mengusung tema GERAKAN PEREMPUAN MUSLIM UNTUK MENCERAHKAN BANGSA dalam Muktamar nya ke-47 di Makasar pada bulan Agustus 2015 ini, siap mengambil peran yang lebih strategis dan membumi dengan terus mendorong seluruh organisasinya untuk berkontribusi dalam penanggulangan TB. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, maka Community TB Care ‘Aisyiyah mengambil tema peringatan TB Day tahun 2015 ini dengan ajakan langkah kongkrit: “AYO LAKUKAN SESUATU UNTUK INDONESIA BEBAS TB”. Tema ini dipilih untuk mendorong semua instansi dan masyarakat meningkatkan kesadaran dan kapasitasnya terlibat langsung serta berkolaborasi dalam upaya penanggulangan TB. Dengan semakin besarnya dukungan bagi upaya penanggulangan TB ini diharapkan apa yang menjadi cita-cita kita bersama yakni mewujudkan Indonesia bebas TB tidak jauh panggang dari api. Bentuk kegiatan kongkrit itu antara lain, kegiatan penyadaran masyarakat (melalui diskusi, seminar, event talk show), memperluas jaringan mencari suspek (berbagai penyuluhan di sekolah, kampus, balai desa, kelompok profesi), kegiatan pelayanan kesehatan langsung, hingga kegiatan yang mendorong masyarakat berpartisipasi aktif seperti pengumpulan dana (fund rising). Akhirnya saya ucapkan SELAMAT MEMPERINGATI HARI TB SEDUNIA. Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh TATA LETAK Niken Pratiwi DARI REDAKSI PENGADAAN PSM PR TB ‘Aisyiyah ALAMAT REDAKSI Jl Karang Asem Utara Blok C/No 19, Kuningan Timur Jakarta Selatan, 12950 Telepon/Fax: 021-52961347 Email: [email protected] Website: www.pr-tbaisyiyah.or.id @InfoTB_Aisyiyah infotb Aisyiyah Sumber cover : http://apps.who.int/immunization-week -posters/en/home/global/index.html Sesuai dengan semangat peringatan TB sedunia, edisi kali ini mengangkat tema bagaimana ‘Aisyiyah melakukan penetrasi program yang lebih dalam dengan melebarkan sayap advokasi pencegahan dan penanggulangan TB ke berbagai lapisan masyarakat. Sasaran utamanya adalah Pemerintah dan swasta. Karena dua kelompok ini yang diharapkan berperan aktif dalam menyediakan payung hukum dan kebijakan/ regulasi serta pendanaan yang mendukung dalam pemberantasan TB. Inilah yang akan diturunkan dalam Laput (hal 4-5). Di halaman 3, kembali diulas peringatan TB Day yang akan diisi dengan seabrek kegiatan kongkrit sesuai temanya “AYO LAKUKAN SESUATU UNTUK INDONESIA BEBAS TB”. Perkembangan dan data-data terkini terkait TB baik skala global maupun lokal diulas di halaman 6. Kegiatan PWA Sumut yang berhasil menyabet penghargaan dari Walikota sebagai organisasi yang berperan aktif dalam kesehatan (halaman 7). Kader berprestasi ini mungkin sangat langka dijumpai karena usianya yang sudah lanjut. Kisahnya bisa dibaca di halaman 8. Yang tak kalah menarik edisi kali ini juga mengulas bagaimana kisah sukses mengembangkan jejaring dengan mitra (advokasi) di Lampung (halaman 10). Semoga sajian kali ini bermanfaat. Selamat membaca dan terus berkarya. SIDOBINANGUN ARTIKEL 03 Edisi XII, Maret 2015 WORLD TB DAY: S etelah 133 tahun Dr. Robert Koch menemukan Mycobacterium Tuberculosis, kuman penyebab TB, hingga kini penyakit ini masih belum bisa diberantas hingga tuntas. Menurut catatan Global Report TB 2014 yang dikeluarkan oleh WHO, masih ada 9 juta masyarakat dunia yang terjangkit kuman TB. Dari jumlah itu, sekitar 3 juta pasien TB yang tak terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang memadai. Sementara sekitar 1,5 jiwa atau sekitar 16,6 persen, berujung maut dan sekitar 360 ribu jiwa positif TB-HIV. Saat ini, 24 Maret 2015, masyarakat dunia kembali memperingati Hari TB sedunia atau World TB Day. Ini adalah saat yang tepat untuk mengajak berbagai elemen masyarakat bahu membahu berpartisipasi dalam penanggulangan TB. Masyarakat perlu terus waspada dengan masalah TB, berusaha mencari solusinya dan tak henti berupaya menanggulangi penyakit ini. Tujuannya agar tak ada lagi manusia yang terjangkit bahkan meninggal akibat kuman TB. Selain itu untuk mendorong seluruh warga dunia terlibat dalam pemberantasan TB. Bagi ‘Aisyiyah yang mulai tahun 2014 ini hingga 2016 kembali dipercaya sebagai Principal Recipient Global Fund melalui program Community TB Care ‘Aisyiyah, perlu memikirkan langkah dan strategi baru untuk berperan dalam upaya menjangkau mereka yang belum terjangkau. Mereka penderita TB yang ada di pelosok atau bahkan di tengah-tengah kota, namun tidak atau belum memiliki akses kesehatan. Community TB Care ‘Aisyiyah mendorong terbukanya pintu yang selebar-lebarnya untuk mendeteksi mereka yang potensial terjangkit TB sekaligus memberikan pendampingan pasien menuju kesembuhan. Community TB Care ‘Aisyiyah sadar upaya ini bukan hal yang mudah, namun juga bukan hal mustahil. Selama masyarakat memiliki kepedulian dan tekad yang kuat, bersama-sama mereka bisa. Karena itu, dengan penuh semangat Community TB Care ‘Aisyiyah mengusung tema peringatan TB Day 2015 dengan sebuah ajakan kongkrit “AYO LAKUKAN SESUATU UNTUK INDONESIA BEBAS TB”. Kegiatan ini akan dilaunching secara khusus oleh Ketua Umum PPA dan Menteri Kesehatan, yang rencananya akan dimeriahkan dengan Panggung dan Pentas Kesenian pada acara car free day di Bundaran HI. Untuk keperluan itu Community TB Care ‘Aisyiyah akan mengadakan banyak kegiatan dari yang bersifat nasional hingga lokal. Kegiatan ini akan melibatkan pelayanan TB di 12 Provinsi meliputi 48 kabupaten. Kegiatan ini juga akan didukung oleh mitra maupun 90 Kelompok Masyarakat Peduli TB di berbagai daerah. Bentuk kegiatan kongkrit yang akan dilakukan cukup beragam. Di antaranya kegiatan penyadaran masyarakat (melalui public event, seminar, talk show dll). Kegiatan ini menjadi media untuk berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan ‘Aisyiyah dalam penanggulangan TB. Juga kegiatan yang dimaksudkan untuk memperluas penjaringan suspek (melalui berbagai kegiatan penyuluhan di sekolah, kampus, maupun balai desa), dan pelayanan langsung bagi mereka yang ingin deteksi TB. Kegiatan-kegiatan yang bersifat partisipatif juga digelar, di antaranya melalui malam amal atau penggalangan dana (fund rising) agar masyarakat luas, baik individual, kelompok, maupun perusahaan melihat peluang ini sebagai ladang untuk berkhidmat bagi masyarakat yang kurang beruntung. Kegiatan ini akan menyasar masyarakat terduga TB yang belum terjangkau dan khalayak umum di ruang publik. Juga komunitaskomunitas maupun kelompok profesi, seperti guru, pengajian, paguyuban. Tidak ketinggalan kegiatan juga diarahkan bisa menjaring angkatan muda. Selain agar mereka semakin sadar akan bahayanya penyakit TB, sekaligus menjadi harapan sebagai generasi yang aktif memberantas TB di masa depan. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah kelompok masyarakat di tingkat akar rumput. Mereka warga tingkat RT, RW, di sebuah desa atau kelurahan. Aksi kegiatan penyadaran masyarakat juga akan dilakukan dalam bentuk yang kreatif. Misalnya dengan menyelenggarakan Lomba Foto Nasional dengan tema : “Ayo Lakukan Sesuatu Untuk Indonesia Bebas TB”. Aksi untuk bisa menjangkau masyarakat yang belum terpapar informasi terkait TB juga akan digelar dengan melibatkan sosial media. Dengan memanfaatkan jaringan sosial media antara lain twitter, instagram, fb, dll berbagai informasi dan layanan diharapkan akan semakin mudah diterima masyarakat luas. 04 LAPORAN UTAMA www.thepurposeisprofit.com Edisi XII, Maret 2015 ADVOKASI SEPENUH HATI UNTUK INDONESIA BEBAS TB K ebanyakan gagalnya program-program besar konon karena lemahnya pendanaan. Pendanaan boleh jadi salah satu sebab, namun tidak sedikit program yang didukung dengan pendanaan penuh juga berakhir tanpa raihan kesuksesan. Itu terjadi, salah satunya, karena absennya dukungan dan bantuan dari pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Akankah program penanggulangan TB kira-kira juga akan berakhir seperti itu? Hampir satu dasawarsa, ‘Aisyiyah yang memiliki struktur yang kuat di masyarakat, telah dipercaya menjadi partner atau mitra kerjasama Global Fund (lembaga keuangan internasional) untuk menanggulangi TB di Indonesia. Peran sertanya ini membuat ‘Aisyiyah memahami dan menguasai berbagai masalah TB yang terjadi di negara ini. Namun ‘Aisyiyah menyadari, tidak semua aspek yang menyebabkan penularan dan penyembuhan TB mendapatkan dukungan program dalam bentuk pendanaan. ‘Aisyiyah merasa perlu untuk terus menggandeng dengan pihak-pihak terkait untuk mengatasi penyakit TB ini, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari pengalaman keterlibatannya ini, ‘Aisyiyah menilai masih banyak para pemegang kekuasaan di dalam negeri yang belum memberikan perhatian pada masalah TB. Kesadaran para pengambil kebijakan akan bahaya TB masih sangat lemah. Sehingga tidak ada perhatian yang diberikan melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung. Apalagi masalah TB ini tidak hanya disebabkan oleh masalah kesehatan, tapi juga faktor sosial dan ekonomi, juga keterbatasan akses informasi, perumahan, bahkan transportasi. Tak terbayangkan jika bantuan-bantuan kerjasama dari luar negeri itu sudah berhenti, apakah upaya penanggulangan TB akan juga terhenti? Sudah cukupkah payung kebijakan yang akan mendorong upaya penanggulangan TB di Indonesia jika tak ada lagi dukungan dari pihak luar? Keprihatinan inilah yang kemudian membuat ‘Aisyiyah LAPORAN UTAMA 05 Edisi XII, Maret 2015 www.euro-webonline.com melalui program Community TB Care ‘Aisyiyah sejak tahun 2014, mendorong adanya kegiatan advokasi untuk pengentasan TB di Indonesia. Karena sejak terlibat dalam penanggulangan TB, ‘Aisyiyah telah banyak melakukan perubahan pada level masyarakat, maka desakan untuk melakukan perubahan juga harus dilakukan pada para pengambil kebijakan baik eksekutif, legislatif ataupun para pemegang kuasa kebijakan lainnya (termasuk dunia usaha). Seperti juga advokasi bidang kesehatan lainnya, advokasi TB yang digagas ‘Aisyiyah dimaksudkan adalah agar terciptanya kebijakan yang berpihak pada masyarakat. Artinya, jangan sampai masyarakat semakin banyak yang terpapar TB bahkan tak tertolong jiwanya akibat tidak adanya kebijakan-kebijakan yang memudahkan masyarakat mendapatkan informasi yang cukup tentang TB serta akses layanannya. Tujuan akhirnya adalah bagaimana angka kesakitan dan kematian akibat TB di Indonesia akan terus berkurang. Dan pada suatu saat TB hanya menjadi sejarah atau kenangan bagi bangsa Indonesia. ‘Aisyiyah tak main-main dalam melakukan advokasi untuk TB di 48 kabupaten/ kota yang berada di 12 Provinsi (Sumut, Sumsel, Lampung, Banten, DKI, jabar, Jateng, Jatim, Sulsel, Sultra, Papua dan Papua Barat). Ada empat kegiatan utama yang digagas untuk mendukung kegiatan advokasi ini yakni: (1) penelitian dan analisa; (2) kampanye dan penyadaran publik; (3) lobi-lobi baik eksekutif, legislatif dan dunia usaha; serta (4) membangun jaringan dan koalisi. Apa yang diharapkan ‘Aisyiyah dari para pengambil kebijakan dalam penanggulangan TB ini? Seperti kebanyakan advokasi bidang kesehatan, maka advokasi TB ini juga menyasar adanya dukungan kebijakan, komitmen politik serta dukungan sistem. Semuanya demi terwujudnya Indonesia Bebas TB. USAHA YANG MULAI MEMBERIKAN HASIL Hampir semua kegiatan advokasi memerlukan proses yang panjang, namun kekuatan ‘Aisyiyah yang sudah memiliki kisah sukses dalam penanggulangan TB di masyarakat mampu membantu proses penerimaan dari para pengambil kebijakan. Indikasinya bisa dilihat dari mulai berseminya berbagai kegiatan hasil advokasi melalui politik anggaran. Di antara upaya untuk membangun lobi yang intensif baik dengan eksekutif maupun legislatif yang sebagian sudah mulai menunjukkan hasil. Di wilayah kerja Sulawesi Selatan, misalnya, Perda TB telah diusulkan secara resmi menjadi Program Legislasi Daerah (Prolegda 2015) Kabupaten Gowa. Sementara Pemda Soppeng telah menyanggupi akan menyiapkan anggaran untuk pengadaan kendaraan dinas bagi kader TB yang dituangkan dalam APBD Perubahan 2015. Yang tidak kalah menarik, lobi juga menembus Pemerintah Daerah untuk lebih memperhatikan pasien TB, yang kebanyakan berlatarbelakang dari ekonomi lemah. Karena itu, patut diapresiasi kerja kader yang telah berhasil menyakinkan Pemda untuk lebih memperhatikan mereka seperti yang dilakukan Dinas Sosial Kab. Pinrang yang akhirnya menyanggupi TB akan mendapat bantuan sosial. Perkembangan yang menggembirakan juga bisa dilihat di wilayah kerja Sulawesi Tenggara. Kader di Konawe, Muna, dan Kendari berhasil mendorong agar pihak legeslatif segera melahirkan PERDA tentang TB. Sementara di Konawe Selatan, meskipun tidak setingkat PERDA, Bupati mempertimbangkan untuk membuat Peraturan Bupati terkait TB. Tidak itu saja, untuk tiga daerah (Konawe, Kendari, dan Muna) Pemda masing-masing juga sudah menyetujui untuk mengusulkan anggaran pendampingan bagi PMO dalam APBDP 2015 sebesarRp 50juta/tahun. Kebijakan yang mendukung pemberantasan TB tidak hanya diajukan melalui legeslatif, tapi juga melalui lembaga yang memiliki akses penyuluhan. Sebagaimana yang terjadi pada Universitas Muhammadiyah Kendari. Rektor UMK bahkan menyetujui untuk memasukkan materi TB sebagai bahan pembekalan mahasiswa yang akan melakukan Kuliah Kerja Amaliah (KKA). Di Lampung, ‘Aisyiyah mampu mengadvokasi pihak Polres Lampung untuk ikut mensosialisasikan TB. KERJASAMA MEDIA Advokasi juga gencar dilakukan melalui media. SR Jakarta, misalnya, berhasil menggandeng kerjasama dalam bentuk Talkshow yang difasilitasi Bens Radio selama 6 bulan. Sementara di SR Papua, kader berhasil menjalin kerjasama dengan RRI Distrik Muara. Bentuk kerjasama adalah memfasilitasi siaran selama 6 bulan yang akan dilakukan sepekan sekali. Mereka juga berhasil mendapatkan perhatian dua media lokal untuk menyiarkan kegiatan-kegiatan dan keberhasilan pemberantasan TB: antara lain melalui Cenderawasih Pos dan Bintang Papua. FUND RISING Selain publikasi melalui media, pelibatan masyarakat khususnya swasta juga terus digiatkan. Di antaranya adalah kegiatan amal dan penggalangan dana (fund rising). Beberapa SR berhasil mengumpulkan dana yang lumayan. Di Jawa Timur, capaian fund rising lebih dariRp 101 juta. Disusul kemudian Sulawesi Selatan (Rp 92,8 juta), Jawa Barat (Rp 87,9 juta), Papua (Rp 19 juta), dan Lampung (Rp 14 juta). Untuk menuju Indonesia bebas TB tentunya masih akan melalui jalan yang terjal dan berliku. Usaha keras tak kenal lelah dari pasien TB tentunya akan terbantu bila ada dukungan menyeluruh dari berbagai pemangku kepentingan. Karena itu dukungan dari eksekutif, legeslatif, pihak swasta, NGO, dan masyarakat luas mutlak diperlukan. Bila tidak, menghapus TB dari bumi Indonesia masih akan sebatas mimpi. 06 FAKTA Edisi XII, Maret 2015 FAKTA-FAKTA BARU TB DUNIA (WHO PER OKTOBER 2014) FAKTA UMUM: • T uberkulosis (TB) adalah yang kedua setelah HIV / AIDS sebagai pembunuh terbesar di seluruh dunia karena agen infeksi tunggal. • Sepanjang 2013, 9 juta jiwa mengidap TB, 1,5 juta di antaranya berakhir dengan kematian • Lebih dari 95% kematian TB terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan itu adalah di antara 5 penyebab kematian bagi perempuan berusia 15-44 tahun. • Pada 2013, diperkirakan terdapat 550.000 anak terjangkit • • • • TB dan 80.000 lainnya terinfeksi HIV-negatif meninggal karena TB. TB adalah pembunuh utama Odha, penyebab seperempat 90 dari semua kematian terkait HIV. Secara global pada tahun 2013, diperkirakan 480.000 70 orang mengalami kebal obat TB (MDR-TB). Tingkat kematian TB turun 45% antara tahun 1990 dan 50 2013. Diperkirakan 37 juta jiwa diselamatkan melalui diagnosis 30 dan antara2003 tahun2005 2000 2007 dan 2013. 1995pengobatan 1997 1999TB 2001 2009 2011 DATA-DATA TERKAIT TB DI INDONESIA TOTAL BUDGET PENANGGULANGAN TB (JUTA DOLAR AS) JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013 : 242.376.900 Jumlah Penduduk yang sehat Jumlah penduduk yang beresiko Terduga TB 237.470.490 4.906.410 1.893.248 150 Seluruh kasus TB Kasus termotifikasi Tidak termotifikasi 374.094 ?? Sumber: Kemenkes RI Februari 2015 100 50 HASIL PENGOBATAN KASUS TB YANG TERNOTIFIKASI Sembuh dan PL Default Gagal Pindah Mati 87% (284,079) 5.5% (18,143) 0.5% (1,69) 3,8% (12,535) 2,9% (9,566) Tidak terdanai Didanai internasional Didanai lokal 0 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Kemenkes RI Februari 2015 KEMATIAN KARENA TB (TIDAK TERMASUK HIV+TB) PER 100 RIBU JIWA PER TAHUN TINGKAT KEBERHASILAN PENGOBATAN TB (%) 90 50 30 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 • Baru • Pengobatan ulang (Retreatment) • MDR TB 150 100 http://www.medweb.ru 70 PENGEMBANGAN PROGRAM ‘AISYIYAH 07 Edisi XII, Maret 2015 PWA SUMUT RAIH PENGHARGAAN KESEHATAN WALIKOTA K erja keras dulu, penghargaan kemudian. Begitulah yang diraih Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Sumatera Utara. PWA memiliki kader-kader militan yang bekerja keras tak kenal lelah. Mereka bekerja secara mandiri maupun menjalin kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dan beberapa pihak lain untuk mencari suspek TB hingga mendampingi proses penyembuhan mereka. Sebagai bentuk apresiasi, PWA Sumut dinobatkan sebagai organisasi masyararakat yang peduli kesehatan Kota Medan. Penghargaan ini langsung diserahkan oleh Walikota Medan, Drs H.T Dzulmi Eldin dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 50 di lapangan Merdeka Medan, akhir tahun 2014 lalu. Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sumut, Hj Ellynita yang menerima penghargaan tersebut, mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah kota Medan yang sudah mengapresiasi program kesehatan ‘Aisyiyah Sumut yakni dalam penanggulangan penyakit Tuberkulosis di kota Medan. “Masalah kesehatan masyarakat memang menjadi program ‘Aisyiyah Sumut khususnya pada majelis kesehatan, Insya Allah, penghargaan ini menjadikan ‘Aisyiyah untuk lebih giat lagi dalam mencari dan menyembuhkan pasien TB, “ ujar Ellynita. “Aisyiyah tetap istiqomah mendorong pembangunan masyarakat berbasis kesehatan khususnya bagi masyarakat ekonomi lemah, kita juga mengajak keterlibatan masyarakat untuk sama-sama bergandengan tangan untuk membantu masyarakat yang terkena TB,” ia menambahkan. Sementara itu, Koordinator Program TB Care ‘Aisyiyah Sumut, Ridha Yuanita Sutomo mengatakan , pihaknya juga mengajak partisipasi masyarakat untuk sama-sama membantu pasien TB, khususnya memberikan paket bantuan untuk mereka yang positif TB dengan memberikan makanan sebagai tambahan gizi. “ Banyak pasein positif TB berasal dari masyarakat kurang mampu, maka kita ajak masyarakat untuk membantu tambahan gizi mereka, kalau obat sudah gratis dari pemerintah, “ kata Ridha. Maka dari itu, jika ada masyarakat yang ingin membantu dapat mengubungi dirinya ke Nomor Hp 081362337316 atau dengan SR Sumut, yang diwakili Hj. Radesnir 081397644859. Sejak Januari hingga akhir 2014, ‘Aisyiyah menjaring 2.000 orang pasein yang terduga TB. Dari jumlah itu, sebanyak 350 pasien positif TB. Peringatan HKN ke-50 ini juga dimeriahkan 1.500 dokter kecil dan dokter berasal dari 21 kecamatan untuk dilantik Wali Kota. Mantan Sekda kota Medan dalam sambutannya mengatakan, peringatan Hari Kesehatan Nasional ini dimaksudkan untuk menjadikan perjalanan pembangunan kesehatan Indonesia selama setengah abad terakhir ini sebagai inspirasi guna mempercepat terwujudnya bangsa Indonesia yang sehat jasmani, rohani dan sosial, serta bermutu, produktif dan berdaya saing. “Percepatan ini dilaksanakan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif dalam pembangunan kesehatan agar perilaku hidup bersih dan sehat, benar-benar diterapkan setiap waktu dan sepanjang hayat oleh seluruh masyarakat Indonesia,” kata Wali kota. Selanjutnya ungkap Wali kota, upaya mewujudkan bangsa dan negeri Indonesia yang sehat sejahtera merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat. Untuk itulah pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-50 Kota Medan ini, dilakukan upaya menggelorakan semangat untuk mengutamakan upaya promotif dan preventif serta melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan komitmen kuat. (Rholand Muary / SR SUMUT). Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sumut, Hj. Ellynita disampingi pelaksana program TB usai menerima penghargaan dari Walikota Medan 08 KISAH KADER TB KOMUNITAS Edisi XII, Maret 2015 Kerja Cerdas Seorang Nenek Apa yang Anda bayangkan ketika melihat nenek berusia 75 tahun? Mungkin banyak yang beranggapan, ia pasti banyak menghabiskan waktunya di tempat tidur. Berbagai penyakit mungkin telah menggerogoti tubuhnya yang renta. Namun itu tidak berlaku bagi Daeng Caya. Nama panggilan dari Ibu Hj. Syamsiyah Daeng Caya. U sia bukan kendala baginya dalam mengabdikan diri bagi masyarakat sekitarnya. Bersama Community TB Care ‘Aisyiyah Gowa, Daeng Caya mendedikasikan usia pensiunnya untuk menanggulangi penyakit Tuberculosis (TB) di Kabupaten Gowa. Sejak tahun 2012, ia telah aktif sebagai kader TB ‘Aisyiyah. Awal keterlibatannya sebagai kader, bermula ketika ia mendapat kesempatan dari Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah untuk menjadi peserta pelatihan kader TB. Sejak itu, ia tak kenal lelah menemukan orang yang diduga terjangkit TB serta melakukan pendampingan terhadap pasien tersebut hingga sembuh. Sejak bergabung empat tahun lalu, Daeng Caya juga bukan kader biasa. Ia mencatatkan diri sebagai salah satu kader terbaik di Community TB Care ‘Aisyiyah. Ia bukan hanya lincah di lapangan, namun juga memiliki sistem pencatatan yang rapi. Catatan pencapaian suspeknya, ia torehkan pada selembar kertas karton. “Tahun 2012, saya mendapat 140 orang suspek, dengan 12 orang BTA Positif. Tahun 2013, 116 orang suspek, 13 orang BTA positif. Tahun 2014, 147 Suspek dengan 17 orang BTA Positif. Tahun 2015 ini, saya baru menemukan 2 orang BTA Positif,” urainya bersemangat ketika membacakan catatan suspeknya. Namun ia tidak sekadar mengandalkan kerja keras, ia juga kerja cerdas. Bukan hanya menghabiskan waktu menyisir rumah ke rumah saja, Ia juga menebar informan ke tengah masyarakat. Jaringan informan inilah yang membantunya menemukan suspek. Selain itu, ia juga memaksimalkan penyuluhan di kampungnya. “Sudah tujuh kali saya bikin penyuluhan di kampung. Alhamdulillah, hasilnya sudah kelihatan,” papar pensiunan Guru Madrasah Tsanawiyah ini. Keluarganya pun tak keberatan dengan kesibukan Daeng Caya, bahkan mereka sangat mendukung. “Untuk melakukan pencarian suspek, saya sering dibonceng oleh anak atau cucu saya. Mereka senang, di masa tua saya bisa hidup bermanfaat bagi orang lain,” tandasnya. Kebahagiaan, itulah yang diperjuangkan Dg. Caya dalam hidupnya. Salah satu momen yang membahagiakan baginya, ketika berkumpul bersama teman-temannya sebagai sesama kader TB ‘Aisyiyah. “Kami para kader berkumpul, saling kenal-mengenal dan menyemangati satu sama lain. Apalagi kalau kumpul dengan kader-kader TB dari berbagai daerah. Seperti acara di Benteng Sombaopu, atau di permandian alam Lejja Soppeng,” jelasnya bersemangat. Dg. Caya menceritakan bahwa Wasor TB Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, Hendradini, sering menjadikan dirinya sebagai teladan dalam penanggulangan TB. “Pak Hendra, sering menjadikan saya contoh, setiap kali beliau melatih kader atau memberi penyuluhan. Malah, suatu waktu, ada acara TB, Pak Hendra sebenarnya sedang sakit, tapi begitu mendengar saya hadir dalam kegiatan itu, dia memaksakan diri untuk tetap datang. Dia malu kalau nenek seperti saya saja bisa datang,” jelas penasihat Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Gowa ini. Perjuangan Dg. Caya dalam penanggulangan TB juga mendapat perhatian dari banyak kalangan. Ia pernah mendapat tali asih Rp 1 juta dari Haji Nasrun, tokoh masyarkat setempat. “Saya bukan melihat nilai uangnya, tapi saya bahagia karena masih ada orang yang menghargai orang tua seperti saya,” jelasnya. Berkiprah di Community TB Care ‘Aisyiyah, tak selamanya berjalan mulus, Dg Caya juga mengalami sejumlah kendala. “Kendala utama di lapangan tentu saja soal transportasi. Karena tidak bisa membawa kendaraan sendiri, saya biasa mengandalkan anak atau cucu saya. Kalau mereka sedang sibuk, saya juga sering menggunakan bentor (motor yang dimodifikasi menyerupai becak-red.). Saya juga kadang memberikan uang sewa bentor kepada pasien yang tidak mampu,” terangnya. (SR. ‘Aisyiyah Sulsel) KISAH PASIEN TB 09 Edisi XII, Maret 2015 Nurmala (kiri) didampingi kader Community TB Care ‘Aisyiyah Tangsel, Nurul Samini. Nurmala Octaviani Berawal dari Batuk Berdarah P enyakit TB tidak mengenal usia. Anak muda pun bisa terjangkit. Inilah yang dialami Nurmala Octaviani (24 tahun). Ia semula tidak menduga bakal terinveksi virus Mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab penyakit TB. Gejala batuk yang tiada sembuh ia acuhkan sampai ketika kemudian peristiwa itu terjadi. “Saya dapati batuk saya berdarah. Dari sinilah awal saya ditolong oleh Ibu Nurul Samini Kader Community TB Care ‘Aisyiyah,” ungkap ibu yang berdomisili di Pondok Aren Rt. 01/Rw.01. Pondok Aren, Tangerang Selatan itu. Setelah pertemuannya dengan Ibu Samini, ia pun diantarkan untuk periksa dahak di Puskesmas Pondok Aren. Dari situ ia tahu dirinya terkena TB aktif. Dokter pun memberikan obat khusus TB yang harus dikonsumsi secara rutin. “Kalau obat habis saya biasanya ambil sendiri ke PUskesmas. Namun kalau Ibu Samini sempat, kadang beliau membantu mengambilkan obatnya,” ujar ibu yang sedang mengandung anak ketiga ini. Salah satu yang cukup sulit bagi Nurmala adalah menjaga agar konsumsi obatnya tidak telat atau lupa. Dalam hal ini, ia mengakui dan berterimakasih kepada Ibu Samini selaku PMO yang selalu memantau kedisiplinan dalam meminum obat. “Beliau juga menganjurkan agar saya berjemur matahari tiap pagi.” Tidak kalah penting, yang ia rasakan adalah dukungan keluarga. “Anak-anak saya adalah motivasi saya untuk sembuh.” Di akhir wawancara, Nurmala menyampaikan terimakasih kepada ‘Aisyiyah yang telah menempatkan kader-kadernya untuk menjangkau orang-orang yang sakit sepertinya. “Kegiatan penyuluhan yang dilakukan ‘Aisyiyah untuk saya dan warga sekitar sangat bermanfaat. Tambahan lagi, ‘Aisyiyah juga menyediakan bantuan transport. Ini sangat membantu bagi pasien TB yang kurang mampu,” terangnya. (SR ‘Aisyiyah Tangsel) 10 ADVOKASI TB ‘AISYIYAH Edisi XII, Maret 2015 LOMPATAN ADVOKASI SSR TB ‘AISYIYAH BANDAR LAMPUNG M embangun kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga kesehatan, bukan perkara gampang. Apalagi menggerakkan mereka terlibat aktif terlibat dalam memberantas penyakit menular seperti TB, pasti membutuhkan energi lebih. Namun bagi kader dan pengelola program di SSR TB ‘Aisyiyah Bandar Lampung justru menjadi tantangan tersendiri. Bermodalkan semangat serta niat jihad agar Lampung bebas TB, mereka bekerja, berkeliling mencari suspek dari rumah ke rumah sembari mensosialisasikan bahaya penyakit TB. Namun, tentu ini saja belum cukup. Dibutuhkan keterlibatan semua pihak baik pemerintah daerah maupun swasta. Sebab, merekalah yang bisa membantu dengan dukungan kebijakan dan pendanaan sebagai penunjang program kerja CTCA Bandar Lampung. Tercatat SSR Bandar Lampung sudah merintis kerjasama dan meraih beberapa dukungan. Di antaranya kerjasama dengan UM Lampung yang menyediakan Aula sebagai tempat kegiatan kader. Dukungan serupa juga didapat dari Jiddan Tullipware. Mereka menyediakan hadiah berupa alat-alat cantik rumah tangga bagi kader dengan capaian suspek dan BTA terbanyak. Hadiah juga diperebutkan saat lomba atau even memeriahkan TB Day. Membangun komunikasi dengan berbagai pihak menjadi kunci sukses advokasi di SSR Bandar lampung. Di Q4-RSSF tahun lalu SSR Bandar Lampung membentuk kelompok kerja bersama NGO/CSO yang melahirkan banyak kesepakatan. Diantaranya bersama-sama mendorong pemerintah daerah untuk menambah atau membuat anggaran khusus untuk TB/HIV dan menerbitkan peraturan mengenai penyakit menular khusus TB/HIV. Capaian advokasi di atas bukanlah tanpa kendala. Hambatan yang paling mengemuka justru datang dari masyarakat, khususnya swasta. Mereka beranggapan penanggulangan penyakit TB/HIV ranahnya pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan dan memandang sebelah mata terhadap pengelola program (SSR). Lantaran itu, SSR Bandar Lampung gencar melakukan sosialisasi baik melalui pencarian suspek oleh kader maupun memanfaatkan media massa seperti koran dan televisi. Peran media begitu penting untuk menjadi corong atas berbagai keberhasilan dan peran serta SSR Bandar Lampung dalam menanggulangai menyebarnya penyakit TB/HIV. Hambatan yang tak kalah menariknya terkait politik kekuasaan para pemegang kepentingan. Isu penanggualangan TB/HIV dianggap bukanlah isu yang hangat dan banyak membantu bagi keberlangsungan jabatan politik pemegang kekuasaan. Itulah kenapa mereka tampak enggan untuk secara full memberikan dukungan kebijakan dan anggaran. Untuk membuka kebuntuan itu, ada beberapa langkah penting advokasi. Pertama, membuka kran komunikasi personal pengelola program (SSR dan SR) dengan stakeholder secara berkesinambungan dengan memanfaatkan jejaring dan nama besar institusi (Muhammadiyah, ‘Aisyiyah) sehingga terjalin kedekatan dan rasa peduli. Selanjutnya, diharapkan timbul kepercayaan dan saling membantu untuk mendukung program. Kedua, dengan mempublikasikan kerja CTCA SSR Bandar lampung ke publik sehingga masyarakat mengakui keberadaan dan prestasi nyata. Termasuk, bisa menjadi kebanggaan atau menjadi bagian dari prestasi pemerintah daerah sehingga mau memberikan dukungan. Kota Bandar Lampung menempati urutan pertama pengindap Tb di Provinsi Lampung. Data Dinas Kesehatan Provinsi menyebutkan, di Bandar Lampung tercatat 1.028 orang dinyatakan positif terinfeksi TB, disusul Kabupaten Lampung Tengah (772) dan Lampung Timur (766). Ketika mengawali program, Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung meminta untuk mengikutkan Kecamatan Kedamaian sebagai salah satu wilayah kerja, dengan alasan banyak wilayah yang tidak terjangkau oleh mereka. Sedangkan di wilayah tersebut belum ada PCM maupun PCA, dan masyarakatnya yang sulit didekati. Kami melakukakan pendekatan ke lurah dan RT di wilayah kantong-kantong TB. Dengan upaya yang kami lakukan akhirnya terbentuk PCA di Kecamatan Kedamaian, dan capaian Kader ‘Aisyiyah tahun 2014 dibandingkan capaian Puskesmas Satelit (Kecamatan Kedamaian) sebesar 71% (Suspek) berbanding 92% (CNR). Advokasi tersebut juga kami lakukan untuk wilayah-wilayah yang lain. Saat kami melakukan Audiensi dengan bapak Wakil Walikota Bandar Lampung, awalnya beliau tidak percaya. Seketika itu beliau meminta Kepala Dinas Kesehatan Bandar Lampung untuk hadir untuk konfirmasi data. “Luar biasa gerakan ‘Aisyiyah dalam memberantas TB. Patut menjadi contoh,” jawab Kepala Dinas yang menambah semangat kami. Pada Kegiatan Roadmap, ternyata salah satu peserta yaitu Ketua Majelis Kesehatan PDM adalah sekretaris Pokdar Kamtibmas Polresta Bandar Lampung. Ini tidak kami sia-siakan untuk melakukan advokasi secara informal. Saat ini SSR ‘Aisyiyah Bandar Lampung menggandeng mereka untuk sosialisasi TB bersama Kasatreskrim Polresta Bandar Lampung. Kami berupaya untuk selalu hadir pada kegiatan mereka, meskipun yang berada di luar wilayah kerja dan seringkali malam hari. Tidak kalah pentingnya juga mengadvokasi kader, karena kader adalah ujung tombak kami dilapangan, pendekatan secara emosional terhadap kader sangat berpengaruh terhadap capaian mereka. Karena itu, mereka diperlakukan selayaknya keluarga. Disamping keberhasilan, ada juga advokasi yang belum berhasil, yaitu dengan RSUD Dr Dadi Tjokropdipo. Pada awalnya untuk HQ DOTS kami memilih Rumah Sakit tersebut dengan alasan milik pemerintah dan pasiennya banyak. Di luar dugaan, niat baik kami ditolak. Penolakan ini tak membuat kami berhenti. Beberapa hari kemudian kami melakukan audiensi dengan Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04/DKT. Alhamdulillah kami diterima dengan baik, dan MoU sudah ditandatangani, saat ini pasien DKT yang dirujuk ke Puskesmas didampingi oleh kader kami, namun ada beberapa yang tidak dapat kami dampingi, karena wilayah yang tidak memungkinkan dijangkau oleh kader. Keberhasilan advokasi kami dengan pihak kepolisian mendorong kami untuk melakukan MoU dengan RS Bhayangkara, sayangnya, rumah sakit tersebut belum menerapkan strategi DOTS. (SR ‘Aisyiyah lampung) 11 KABAR KMP Edisi XII, Maret 2015 DUKUNGAN MENGALIR BAGI KMP TB SRUWENG, KEBUMEN K eberhasilan memberantas penyakit yang mengancam masyarakat, apalagi penyakit menular, tidaklah hanya menjadi tugas Pemerintah. Pengendalian penyakit menular adalah tugas berat yang harus melibatkan eksponen masyarakat: tokoh agama, tokoh masyarakat, para petugas abdi Negara, mantan pasien dan keluarga pasien, serta masyarakat umum lainnya. Lantas,bagaimana bisa menggerakkan mereka? Bagaimana bisa menyadarkan peran strategis mereka? Di sini perlu “kendaraan” perlu wahana yang menjadi medium pertemuan, diskusi dan sharing pengetahuan, sebelum akhirnya melakukan aksi nyata: melakukan sosialisasi pada masyarakat, mencari target (suspek) dan kemudian mendampingi menuju proses penyembuhan. Dan tentunya itu semua dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Inilah yang hendak dibidik oleh SR (Sub Recipient) Jawa Tengah dalam menginisiasi pendirian Kelompok Masyarakat Peduli TB (KMP TB) di daerah Sruweng. Meski baru dalam proses awal pendirian, namun keberadaan KMP TB ‘Aisyiyah Sruweng sudah mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah setempat dalam hal ini Camat. Menurut rencana, pada awal Maret, KMP ini akan secara resmi dideklarasikan pendiriannya. Bertempat di balai desa Sruweng, kegiatan ini akan dihadiri oleh stakeholder kecamatan. Meski baru berdiri, Keberadaan KMP TB ini juga mulai mendapatkan perhatian berbagai pihak. Pada acara pendeklarasian juga akan dilaksanakan pelayanan kesehatan cuma-cuma untuk kurang lebih 250 pasien yang didukung oleh RS PKU Sruweng. Dukungan dari pihak RS PKU tidak hanya itu, pihak RS juga menyediakan tempat bagi KMP untuk melaksanakan kegiatannya yang berlokasi di Jalan Raya Sruweng No. 5, Kebumen. Selain dari RS PKU Muhammadiyah, dukungan juga telah diberikan oleh beberapa donor lokal yang ada di wilayah KMP tersebut. “LAZISMU mendonasikan 5 juta pertahunnya untuk mensupport KMP TB di Sruweng. Dari situ Kecamatan melihat keseriusan internal Muhammadiyah-’Aisyiyah dan siap membantu memfasilitasi kegiatan awal untuk deklarasi KMP TB dan siap untuk membantu kegiatan yang lainnya,” papar Nur Hidayati, koordinator SSR Kebumen. Meski kehidupan dan dukungan mulai tampak dari KMP TB Sruweng ini, namun dukungan program untuk memperkuat kelembagaan KMP TB agar terus tumbuh secara mandiri dalam ikut mengendalikan TB di kecamatan Sruweng perlu terus diupayakan. Salah satu bentuknya adalah dengan memberikan pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan proposal dan mempertemukan dengan para donor yang potensial dalam mendukung kegiatan KMP TB kedepan. Kegiatan lain yang diperlukan adalah dengan menfasilitasi pertemuan antara KMP dengan mitra-mitra NGO lainnya. Diharapkan dengan dukungan ini, keberadaan KMP dapat dikenal dan mendapat dukungan dari masyarakat luas. Meski kehidupan dan dukungan mulai tampak dari KMP TB Sruweng ini, namun dukungan program untuk memperkuat kelembagaan KMP TB hingga terus tumbuh secara mandiri dalam ikut mengendalikan TB di kecamatan Sruweng. Salah satu dukungan adalah memberikan pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan proposal dan mempertemukan dengan para donor yang potensial dalam mendukung kegiatan KMP TB kedepan. Dukungan lain adalah dengan menfasilitasi pertemuan antara KMP dengan mitra-mitra NGO lainnya sehingga keberadaan KMP dapat dikenal dan mendapat dukungan dari NGO lainnya. (SR ‘Aisyiyah Jawa Tengah) SUSUNAN PENGURUS KMP SRUWENG Pelindung :Drs. Aris Subiyakto Penasihat :Mahfudzo, S.Pd.I Ketua :Hj. Nur Hidayati Sekretaris:Supriyono Bendahara :Siti Rokhayati PR TB ‘Aisyiyah Jl. Karangasem Utara Blok C5 No.19, Kuningan Timur, Jakarta Selatan 12950 Indonesia phone/fax : 021 529 61347 | email : [email protected] | http://www.pr-tbaisyiyah.or.id • info tb Aisyiyah @InfoTB_Aisyiyah