komunitas - pr tb `aisyiyah

advertisement
TB
BERITA
KOMUNITAS
PEDULI
Edisi XII, Maret 2015
Media Komunikasi Community TB Care ‘Aisyiyah
“MENGUPAYAKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI TB”
Kerja Cerdas
Seorang Nenek
Advokasi
Sepenuh Hati
Untuk Indonesia Bebas Tb
02
DARI REDAKSI
Edisi XII, Maret 2015
AUTHORIZED PRINCIPAL RECIPIENT TB ‘AISYIYAH
DRA NOOR ROCHMAH PRATIKNYA
SUSUNAN REDAKSI
PENASIHAT
Dra St Noordjanah Djohantini MM MSi
Prof DR Chamamah Soeratno Msc
Dr Atikah M Zaki MARS
DEWAN REDAKSI
Dra Noor Rochmah Pratiknya
Dr Samhari Baswedan MPA
PENANGGUNG JAWAB
ACSM PR TB ‘Aisyiyah
PELAKSANA
Tim Teknis ACSM PR TB ‘Aisyiyah
KONTRIBUTOR TULISAN DAN FOTO
SR Community TB Care ‘Aisyiyah
ILUSTRASI / KARIKATUR
Suherman
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
hanya atas rahmat dan hidayah-Nya,
aktivitas kita bisa berjalan dengan lancar
dan penuh keberkahan. Bertepatan dengan
tanggal 24 Maret 2015, masyarakat dunia
kembali memperingati Hari TB sedunia atau
World TB Day.
Bagi ‘Aisyiyah, momentum ini sangat
penting. Sebagai organisasi perempuan
persyarikatan Muhammadiyah yang telah
lama berkiprah di dunia kemasyarakatan,
sosial, dan kesehatan, peringatan ini
semestinya bukan sekadar mengulang
rutinitas, tapi perlu dimaknai yang lebih
kongkrit.
TB adalah penyakit menular yang
pencegahan dan pemberantasannya tidak
bisa diserahkan kepada Pemerintah atau
masyarakat saja. Melainkan perlu kerjasama
bahu membahu antara semua pemangku
kepentingan. ‘Aisyiyah yang mengusung
tema GERAKAN PEREMPUAN MUSLIM
UNTUK MENCERAHKAN BANGSA dalam
Muktamar nya ke-47 di Makasar pada bulan
Agustus 2015 ini, siap mengambil peran
yang lebih strategis dan membumi dengan
terus mendorong seluruh organisasinya
untuk berkontribusi dalam penanggulangan
TB.
Untuk bisa mencapai tujuan tersebut,
maka Community TB Care ‘Aisyiyah
mengambil tema peringatan TB Day
tahun 2015 ini dengan ajakan langkah
kongkrit:
“AYO LAKUKAN SESUATU
UNTUK INDONESIA BEBAS TB”. Tema ini
dipilih untuk mendorong semua instansi
dan masyarakat meningkatkan kesadaran
dan kapasitasnya terlibat langsung serta
berkolaborasi dalam upaya penanggulangan
TB. Dengan semakin besarnya dukungan bagi
upaya penanggulangan TB ini diharapkan apa
yang menjadi cita-cita kita bersama yakni
mewujudkan Indonesia bebas TB tidak jauh
panggang dari api.
Bentuk kegiatan kongkrit itu antara
lain, kegiatan penyadaran masyarakat
(melalui diskusi, seminar, event talk show),
memperluas jaringan mencari suspek
(berbagai penyuluhan di sekolah, kampus,
balai desa, kelompok profesi), kegiatan
pelayanan kesehatan langsung, hingga
kegiatan yang mendorong masyarakat
berpartisipasi aktif seperti pengumpulan
dana (fund rising). Akhirnya saya ucapkan
SELAMAT MEMPERINGATI HARI TB SEDUNIA.
Wassalamualikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
TATA LETAK
Niken Pratiwi
DARI REDAKSI
PENGADAAN
PSM PR TB ‘Aisyiyah
ALAMAT REDAKSI
Jl Karang Asem Utara Blok C/No 19,
Kuningan Timur
Jakarta Selatan, 12950
Telepon/Fax: 021-52961347
Email: [email protected]
Website: www.pr-tbaisyiyah.or.id
@InfoTB_Aisyiyah
infotb Aisyiyah
Sumber cover :
http://apps.who.int/immunization-week
-posters/en/home/global/index.html
Sesuai dengan semangat peringatan
TB sedunia, edisi kali ini mengangkat
tema bagaimana ‘Aisyiyah melakukan
penetrasi program yang lebih dalam dengan
melebarkan sayap advokasi pencegahan
dan penanggulangan TB ke berbagai lapisan
masyarakat. Sasaran utamanya adalah
Pemerintah dan swasta. Karena dua kelompok
ini yang diharapkan berperan aktif dalam
menyediakan payung hukum dan kebijakan/
regulasi serta pendanaan yang mendukung
dalam pemberantasan TB. Inilah yang akan
diturunkan dalam Laput (hal 4-5).
Di halaman 3, kembali diulas
peringatan TB Day yang akan diisi dengan
seabrek kegiatan kongkrit sesuai temanya
“AYO LAKUKAN SESUATU UNTUK INDONESIA
BEBAS TB”. Perkembangan dan data-data
terkini terkait TB baik skala global maupun
lokal diulas di halaman 6. Kegiatan PWA Sumut
yang berhasil menyabet penghargaan dari
Walikota sebagai organisasi yang berperan
aktif dalam kesehatan (halaman 7). Kader
berprestasi ini mungkin sangat langka dijumpai
karena usianya yang sudah lanjut. Kisahnya bisa
dibaca di halaman 8. Yang tak kalah menarik
edisi kali ini juga mengulas bagaimana kisah
sukses mengembangkan jejaring dengan mitra
(advokasi) di Lampung (halaman 10). Semoga
sajian kali ini bermanfaat. Selamat membaca
dan terus berkarya.
SIDOBINANGUN
ARTIKEL
03
Edisi XII, Maret 2015
WORLD TB DAY:
S
etelah 133 tahun Dr. Robert Koch menemukan Mycobacterium
Tuberculosis, kuman penyebab TB, hingga kini penyakit ini masih
belum bisa diberantas hingga tuntas. Menurut catatan Global
Report TB 2014 yang dikeluarkan oleh WHO, masih ada 9 juta masyarakat
dunia yang terjangkit kuman TB. Dari jumlah itu, sekitar 3 juta pasien TB
yang tak terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang memadai. Sementara
sekitar 1,5 jiwa atau sekitar 16,6 persen, berujung maut dan sekitar 360
ribu jiwa positif TB-HIV.
Saat ini, 24 Maret 2015, masyarakat dunia kembali memperingati Hari
TB sedunia atau World TB Day. Ini adalah saat yang tepat untuk mengajak
berbagai elemen masyarakat bahu membahu berpartisipasi dalam
penanggulangan TB. Masyarakat perlu terus waspada dengan masalah
TB, berusaha mencari solusinya dan tak henti berupaya menanggulangi
penyakit ini. Tujuannya agar tak ada lagi manusia yang terjangkit bahkan
meninggal akibat kuman TB. Selain itu untuk mendorong seluruh warga
dunia terlibat dalam pemberantasan TB.
Bagi ‘Aisyiyah yang mulai tahun 2014 ini hingga 2016 kembali dipercaya
sebagai Principal Recipient Global Fund melalui program Community
TB Care ‘Aisyiyah, perlu memikirkan langkah dan strategi baru untuk
berperan dalam upaya menjangkau mereka yang belum terjangkau.
Mereka penderita TB yang ada di pelosok atau bahkan di tengah-tengah
kota, namun tidak atau belum memiliki akses kesehatan. Community TB
Care ‘Aisyiyah mendorong terbukanya pintu yang selebar-lebarnya untuk
mendeteksi mereka yang potensial terjangkit TB sekaligus memberikan
pendampingan pasien menuju kesembuhan.
Community TB Care ‘Aisyiyah sadar upaya ini bukan hal yang mudah,
namun juga bukan hal mustahil. Selama masyarakat memiliki kepedulian
dan tekad yang kuat, bersama-sama mereka bisa. Karena itu, dengan
penuh semangat Community TB Care ‘Aisyiyah mengusung tema
peringatan TB Day 2015 dengan sebuah ajakan kongkrit “AYO LAKUKAN
SESUATU UNTUK INDONESIA BEBAS TB”. Kegiatan ini akan dilaunching
secara khusus oleh Ketua Umum PPA dan Menteri Kesehatan, yang
rencananya akan dimeriahkan dengan Panggung dan Pentas Kesenian
pada acara car free day di Bundaran HI.
Untuk keperluan itu Community TB Care ‘Aisyiyah akan mengadakan
banyak kegiatan dari yang bersifat nasional hingga lokal. Kegiatan ini akan
melibatkan pelayanan TB di 12 Provinsi meliputi 48 kabupaten. Kegiatan
ini juga akan didukung oleh mitra maupun 90 Kelompok Masyarakat
Peduli TB di berbagai daerah.
Bentuk kegiatan kongkrit yang akan dilakukan cukup beragam.
Di antaranya kegiatan penyadaran masyarakat (melalui public event,
seminar, talk show dll). Kegiatan ini menjadi media untuk berbagi
pengalaman apa yang sudah dilakukan ‘Aisyiyah dalam penanggulangan
TB. Juga kegiatan yang dimaksudkan untuk memperluas penjaringan
suspek (melalui berbagai kegiatan penyuluhan di sekolah, kampus,
maupun balai desa), dan pelayanan langsung bagi mereka yang ingin
deteksi TB. Kegiatan-kegiatan yang bersifat partisipatif juga digelar, di
antaranya melalui malam amal atau penggalangan dana (fund rising)
agar masyarakat luas, baik individual, kelompok, maupun perusahaan
melihat peluang ini sebagai ladang untuk berkhidmat bagi masyarakat
yang kurang beruntung.
Kegiatan ini akan menyasar masyarakat terduga TB yang belum
terjangkau dan khalayak umum di ruang publik. Juga komunitaskomunitas maupun kelompok profesi, seperti guru, pengajian,
paguyuban. Tidak ketinggalan kegiatan juga diarahkan bisa menjaring
angkatan muda. Selain agar mereka semakin sadar akan bahayanya
penyakit TB, sekaligus menjadi harapan sebagai generasi yang aktif
memberantas TB di masa depan. Selain itu, yang tidak kalah penting
adalah kelompok masyarakat di tingkat akar rumput. Mereka warga
tingkat RT, RW, di sebuah desa atau kelurahan. Aksi kegiatan penyadaran
masyarakat juga akan dilakukan dalam bentuk yang kreatif. Misalnya
dengan menyelenggarakan Lomba Foto Nasional dengan tema : “Ayo
Lakukan Sesuatu Untuk Indonesia Bebas TB”.
Aksi untuk bisa menjangkau masyarakat yang belum terpapar
informasi terkait TB juga akan digelar dengan melibatkan sosial media.
Dengan memanfaatkan jaringan sosial media antara lain twitter,
instagram, fb, dll berbagai informasi dan layanan diharapkan akan
semakin mudah diterima masyarakat luas.
04
LAPORAN UTAMA
www.thepurposeisprofit.com
Edisi XII, Maret 2015
ADVOKASI
SEPENUH HATI
UNTUK INDONESIA BEBAS TB
K
ebanyakan gagalnya program-program besar konon karena
lemahnya pendanaan. Pendanaan boleh jadi salah satu
sebab, namun tidak sedikit program yang didukung dengan
pendanaan penuh juga berakhir tanpa raihan kesuksesan.
Itu terjadi, salah satunya, karena absennya dukungan dan bantuan
dari pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Akankah program
penanggulangan TB kira-kira juga akan berakhir seperti itu?
Hampir satu dasawarsa, ‘Aisyiyah yang memiliki struktur
yang kuat di masyarakat, telah dipercaya menjadi partner atau
mitra kerjasama Global Fund (lembaga keuangan internasional)
untuk menanggulangi TB di Indonesia. Peran sertanya ini membuat
‘Aisyiyah memahami dan menguasai berbagai masalah TB yang
terjadi di negara ini. Namun ‘Aisyiyah menyadari, tidak semua aspek
yang menyebabkan penularan dan penyembuhan TB mendapatkan
dukungan program dalam bentuk pendanaan. ‘Aisyiyah merasa
perlu untuk terus menggandeng dengan pihak-pihak terkait untuk
mengatasi penyakit TB ini, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari pengalaman keterlibatannya ini, ‘Aisyiyah menilai
masih banyak para pemegang kekuasaan di dalam negeri yang
belum memberikan perhatian pada masalah TB. Kesadaran para
pengambil kebijakan akan bahaya TB masih sangat lemah. Sehingga
tidak ada perhatian yang diberikan melalui kebijakan-kebijakan
yang mendukung. Apalagi masalah TB ini tidak hanya disebabkan
oleh masalah kesehatan, tapi juga faktor sosial dan ekonomi, juga
keterbatasan akses informasi, perumahan, bahkan transportasi.
Tak terbayangkan jika bantuan-bantuan kerjasama dari
luar negeri itu sudah berhenti, apakah upaya penanggulangan TB
akan juga terhenti? Sudah cukupkah payung kebijakan yang akan
mendorong upaya penanggulangan TB di Indonesia jika tak ada lagi
dukungan dari pihak luar?
Keprihatinan inilah yang kemudian membuat ‘Aisyiyah
LAPORAN UTAMA
05
Edisi XII, Maret 2015
www.euro-webonline.com
melalui program Community TB Care ‘Aisyiyah sejak tahun 2014,
mendorong adanya kegiatan advokasi untuk pengentasan TB di
Indonesia. Karena sejak terlibat dalam penanggulangan TB, ‘Aisyiyah
telah banyak melakukan perubahan pada level masyarakat, maka
desakan untuk melakukan perubahan juga harus dilakukan pada
para pengambil kebijakan baik eksekutif, legislatif ataupun para
pemegang kuasa kebijakan lainnya (termasuk dunia usaha).
Seperti juga advokasi bidang kesehatan lainnya, advokasi
TB yang digagas ‘Aisyiyah dimaksudkan adalah agar terciptanya
kebijakan yang berpihak pada masyarakat. Artinya, jangan sampai
masyarakat semakin banyak yang terpapar TB bahkan tak tertolong
jiwanya akibat tidak adanya kebijakan-kebijakan yang memudahkan
masyarakat mendapatkan informasi yang cukup tentang TB serta
akses layanannya. Tujuan akhirnya adalah bagaimana angka
kesakitan dan kematian akibat TB di Indonesia akan terus berkurang.
Dan pada suatu saat TB hanya menjadi sejarah atau kenangan bagi
bangsa Indonesia.
‘Aisyiyah tak main-main dalam melakukan advokasi untuk
TB di 48 kabupaten/ kota yang berada di 12 Provinsi (Sumut,
Sumsel, Lampung, Banten, DKI, jabar, Jateng, Jatim, Sulsel, Sultra,
Papua dan Papua Barat). Ada empat kegiatan utama yang digagas
untuk mendukung kegiatan advokasi ini yakni: (1) penelitian dan
analisa; (2) kampanye dan penyadaran publik; (3) lobi-lobi baik
eksekutif, legislatif dan dunia usaha; serta (4) membangun jaringan
dan koalisi.
Apa yang diharapkan ‘Aisyiyah dari para pengambil kebijakan
dalam penanggulangan TB ini? Seperti kebanyakan advokasi bidang
kesehatan, maka advokasi TB ini juga menyasar adanya dukungan
kebijakan, komitmen politik serta dukungan sistem. Semuanya
demi terwujudnya Indonesia Bebas TB.
USAHA YANG MULAI MEMBERIKAN HASIL
Hampir semua kegiatan advokasi memerlukan proses yang
panjang, namun kekuatan ‘Aisyiyah yang sudah memiliki kisah
sukses dalam penanggulangan TB di masyarakat mampu membantu
proses penerimaan dari para pengambil kebijakan. Indikasinya bisa
dilihat dari mulai berseminya berbagai kegiatan hasil advokasi
melalui politik anggaran.
Di antara upaya untuk membangun lobi yang intensif baik
dengan eksekutif maupun legislatif yang sebagian sudah mulai
menunjukkan hasil. Di wilayah kerja Sulawesi Selatan, misalnya,
Perda TB telah diusulkan secara resmi menjadi Program Legislasi
Daerah (Prolegda 2015) Kabupaten Gowa. Sementara Pemda
Soppeng telah menyanggupi akan menyiapkan anggaran untuk
pengadaan kendaraan dinas bagi kader TB yang dituangkan dalam
APBD Perubahan 2015.
Yang tidak kalah menarik, lobi juga menembus Pemerintah
Daerah untuk lebih memperhatikan pasien TB, yang kebanyakan
berlatarbelakang dari ekonomi lemah. Karena itu, patut diapresiasi
kerja kader yang telah berhasil menyakinkan Pemda untuk lebih
memperhatikan mereka seperti yang dilakukan Dinas Sosial Kab.
Pinrang yang akhirnya menyanggupi TB akan mendapat bantuan
sosial.
Perkembangan yang menggembirakan juga bisa dilihat
di wilayah kerja Sulawesi Tenggara. Kader di Konawe, Muna, dan
Kendari berhasil mendorong agar pihak legeslatif segera melahirkan
PERDA tentang TB. Sementara di Konawe Selatan, meskipun tidak
setingkat PERDA, Bupati mempertimbangkan untuk membuat
Peraturan Bupati terkait TB. Tidak itu saja, untuk tiga daerah
(Konawe, Kendari, dan Muna) Pemda masing-masing juga sudah
menyetujui untuk mengusulkan anggaran pendampingan bagi
PMO dalam APBDP 2015 sebesarRp 50juta/tahun.
Kebijakan yang mendukung pemberantasan TB tidak hanya
diajukan melalui legeslatif, tapi juga melalui lembaga yang memiliki
akses penyuluhan. Sebagaimana yang terjadi pada Universitas
Muhammadiyah Kendari. Rektor UMK bahkan menyetujui untuk
memasukkan materi TB sebagai bahan pembekalan mahasiswa
yang akan melakukan Kuliah Kerja Amaliah (KKA). Di Lampung,
‘Aisyiyah mampu mengadvokasi pihak Polres Lampung untuk ikut
mensosialisasikan TB.
KERJASAMA MEDIA
Advokasi juga gencar dilakukan melalui media. SR Jakarta,
misalnya, berhasil menggandeng kerjasama dalam bentuk Talkshow
yang difasilitasi Bens Radio selama 6 bulan. Sementara di SR Papua,
kader berhasil menjalin kerjasama dengan RRI Distrik Muara.
Bentuk kerjasama adalah memfasilitasi siaran selama 6 bulan yang
akan dilakukan sepekan sekali. Mereka juga berhasil mendapatkan
perhatian dua media lokal untuk menyiarkan kegiatan-kegiatan dan
keberhasilan pemberantasan TB: antara lain melalui Cenderawasih
Pos dan Bintang Papua.
FUND RISING
Selain publikasi melalui media, pelibatan masyarakat
khususnya swasta juga terus digiatkan. Di antaranya adalah kegiatan
amal dan penggalangan dana (fund rising). Beberapa SR berhasil
mengumpulkan dana yang lumayan. Di Jawa Timur, capaian fund
rising lebih dariRp 101 juta. Disusul kemudian Sulawesi Selatan
(Rp 92,8 juta), Jawa Barat (Rp 87,9 juta), Papua (Rp 19 juta), dan
Lampung (Rp 14 juta).
Untuk menuju Indonesia bebas TB tentunya masih akan
melalui jalan yang terjal dan berliku. Usaha keras tak kenal lelah dari
pasien TB tentunya akan terbantu bila ada dukungan menyeluruh
dari berbagai pemangku kepentingan. Karena itu dukungan dari
eksekutif, legeslatif, pihak swasta, NGO, dan masyarakat luas mutlak
diperlukan. Bila tidak, menghapus TB dari bumi Indonesia masih
akan sebatas mimpi.
06
FAKTA
Edisi XII, Maret 2015
FAKTA-FAKTA
BARU
TB DUNIA
(WHO PER OKTOBER 2014)
FAKTA UMUM:
• T uberkulosis (TB) adalah yang kedua setelah HIV / AIDS
sebagai pembunuh terbesar di seluruh dunia karena
agen infeksi tunggal.
• Sepanjang 2013, 9 juta jiwa mengidap TB, 1,5 juta di
antaranya berakhir dengan kematian
• Lebih dari 95% kematian TB terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, dan itu adalah
di antara 5 penyebab kematian bagi perempuan berusia
15-44 tahun.
• Pada 2013, diperkirakan terdapat 550.000 anak terjangkit
•
•
•
•
TB dan 80.000 lainnya terinfeksi HIV-negatif meninggal
karena TB.
TB adalah pembunuh utama Odha, penyebab seperempat
90
dari semua kematian terkait HIV.
Secara global pada tahun 2013, diperkirakan 480.000
70
orang mengalami kebal obat TB (MDR-TB).
Tingkat kematian TB turun 45% antara tahun 1990 dan
50
2013.
Diperkirakan 37 juta jiwa diselamatkan melalui diagnosis
30
dan
antara2003
tahun2005
2000 2007
dan 2013.
1995pengobatan
1997 1999TB 2001
2009 2011
DATA-DATA TERKAIT TB DI INDONESIA
TOTAL BUDGET PENANGGULANGAN TB (JUTA DOLAR AS)
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013 : 242.376.900
Jumlah
Penduduk yang
sehat
Jumlah
penduduk yang
beresiko
Terduga TB
237.470.490
4.906.410
1.893.248
150
Seluruh kasus TB
Kasus termotifikasi
Tidak termotifikasi
374.094
??
Sumber: Kemenkes RI Februari 2015
100
50
HASIL PENGOBATAN KASUS TB YANG TERNOTIFIKASI
Sembuh dan PL
Default
Gagal
Pindah
Mati
87%
(284,079)
5.5%
(18,143)
0.5%
(1,69)
3,8%
(12,535)
2,9%
(9,566)
Tidak terdanai
Didanai internasional
Didanai lokal
0
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: Kemenkes RI Februari 2015
KEMATIAN KARENA TB (TIDAK TERMASUK HIV+TB) PER
100 RIBU JIWA PER TAHUN
TINGKAT KEBERHASILAN PENGOBATAN TB (%)
90
50
30
1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011
• Baru
• Pengobatan ulang (Retreatment)
• MDR TB
150
100
http://www.medweb.ru
70
PENGEMBANGAN PROGRAM ‘AISYIYAH
07
Edisi XII, Maret 2015
PWA SUMUT RAIH
PENGHARGAAN KESEHATAN WALIKOTA
K
erja keras dulu, penghargaan kemudian. Begitulah yang diraih
Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Sumatera Utara. PWA memiliki
kader-kader militan yang bekerja keras tak kenal lelah. Mereka
bekerja secara mandiri maupun menjalin kerja sama dengan Dinas
Kesehatan Kota Medan dan beberapa pihak lain untuk mencari suspek TB
hingga mendampingi proses penyembuhan mereka.
Sebagai bentuk apresiasi, PWA Sumut dinobatkan sebagai organisasi
masyararakat yang peduli kesehatan Kota Medan. Penghargaan ini
langsung diserahkan oleh Walikota Medan, Drs H.T Dzulmi Eldin dalam
peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 50 di lapangan Merdeka
Medan, akhir tahun 2014 lalu.
Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sumut, Hj Ellynita yang menerima
penghargaan tersebut, mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
kota Medan yang sudah mengapresiasi program kesehatan ‘Aisyiyah
Sumut yakni dalam penanggulangan penyakit Tuberkulosis di kota
Medan. “Masalah kesehatan masyarakat memang menjadi program
‘Aisyiyah Sumut khususnya pada majelis kesehatan, Insya Allah,
penghargaan ini menjadikan ‘Aisyiyah untuk lebih giat lagi dalam mencari
dan menyembuhkan pasien TB, “ ujar Ellynita. “Aisyiyah tetap istiqomah
mendorong pembangunan masyarakat berbasis kesehatan khususnya
bagi masyarakat ekonomi lemah, kita juga mengajak keterlibatan
masyarakat untuk sama-sama bergandengan tangan untuk membantu
masyarakat yang terkena TB,” ia menambahkan. Sementara itu, Koordinator Program TB Care ‘Aisyiyah Sumut, Ridha
Yuanita Sutomo mengatakan , pihaknya juga mengajak partisipasi
masyarakat untuk sama-sama membantu pasien TB, khususnya
memberikan paket bantuan untuk mereka yang positif TB dengan
memberikan makanan sebagai tambahan gizi. “ Banyak pasein positif
TB berasal dari masyarakat kurang mampu, maka kita ajak masyarakat
untuk membantu tambahan gizi mereka, kalau obat sudah gratis dari
pemerintah, “ kata Ridha.
Maka dari itu, jika ada masyarakat yang ingin membantu dapat
mengubungi dirinya ke Nomor Hp 081362337316 atau dengan SR
Sumut, yang diwakili Hj. Radesnir 081397644859. Sejak Januari hingga
akhir 2014, ‘Aisyiyah menjaring 2.000 orang pasein yang terduga TB. Dari
jumlah itu, sebanyak 350 pasien positif TB.
Peringatan HKN ke-50 ini juga dimeriahkan 1.500 dokter kecil dan
dokter berasal dari 21 kecamatan untuk dilantik Wali Kota. Mantan
Sekda kota Medan dalam sambutannya mengatakan, peringatan Hari
Kesehatan Nasional ini dimaksudkan untuk menjadikan perjalanan
pembangunan kesehatan Indonesia selama setengah abad terakhir ini
sebagai inspirasi guna mempercepat terwujudnya bangsa Indonesia
yang sehat jasmani, rohani dan sosial, serta bermutu, produktif dan
berdaya saing. “Percepatan ini dilaksanakan dengan mengutamakan
upaya promotif dan preventif dalam pembangunan kesehatan agar
perilaku hidup bersih dan sehat, benar-benar diterapkan setiap waktu
dan sepanjang hayat oleh seluruh masyarakat Indonesia,” kata Wali kota.
Selanjutnya ungkap Wali kota, upaya mewujudkan bangsa
dan negeri Indonesia yang sehat sejahtera merupakan tanggung
jawab seluruh komponen masyarakat. Untuk itulah pada peringatan
Hari Kesehatan Nasional ke-50 Kota Medan ini, dilakukan upaya
menggelorakan semangat untuk mengutamakan upaya promotif dan
preventif serta melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan komitmen
kuat. (Rholand Muary / SR SUMUT).
Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sumut, Hj. Ellynita disampingi pelaksana program TB usai menerima penghargaan dari Walikota Medan
08
KISAH KADER TB KOMUNITAS
Edisi XII, Maret 2015
Kerja Cerdas
Seorang Nenek
Apa yang Anda bayangkan ketika melihat nenek berusia 75 tahun? Mungkin banyak yang beranggapan,
ia pasti banyak menghabiskan waktunya di tempat tidur. Berbagai penyakit mungkin telah
menggerogoti tubuhnya yang renta. Namun itu tidak berlaku bagi Daeng Caya. Nama panggilan dari
Ibu Hj. Syamsiyah Daeng Caya.
U
sia bukan kendala baginya dalam mengabdikan diri bagi
masyarakat sekitarnya. Bersama Community TB Care
‘Aisyiyah Gowa, Daeng Caya mendedikasikan usia pensiunnya
untuk menanggulangi penyakit Tuberculosis (TB) di Kabupaten
Gowa. Sejak tahun 2012, ia telah aktif sebagai kader TB ‘Aisyiyah.
Awal keterlibatannya sebagai kader, bermula ketika ia mendapat
kesempatan dari Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah untuk menjadi peserta
pelatihan kader TB. Sejak itu, ia tak kenal lelah menemukan orang
yang diduga terjangkit TB serta melakukan pendampingan terhadap
pasien tersebut hingga sembuh.
Sejak bergabung empat tahun lalu, Daeng Caya juga bukan
kader biasa. Ia mencatatkan diri sebagai salah satu kader terbaik
di Community TB Care ‘Aisyiyah. Ia bukan hanya lincah di lapangan,
namun juga memiliki sistem pencatatan yang rapi. Catatan pencapaian
suspeknya, ia torehkan pada selembar kertas karton. “Tahun 2012,
saya mendapat 140 orang suspek, dengan 12 orang BTA Positif. Tahun
2013, 116 orang suspek, 13 orang BTA positif. Tahun 2014, 147 Suspek
dengan 17 orang BTA Positif. Tahun 2015 ini, saya baru menemukan 2
orang BTA Positif,” urainya bersemangat ketika membacakan catatan
suspeknya.
Namun ia tidak sekadar mengandalkan kerja keras, ia juga kerja
cerdas. Bukan hanya menghabiskan waktu menyisir rumah ke rumah
saja, Ia juga menebar informan ke tengah masyarakat. Jaringan
informan inilah yang membantunya menemukan suspek. Selain itu,
ia juga memaksimalkan penyuluhan di kampungnya. “Sudah tujuh
kali saya bikin penyuluhan di kampung. Alhamdulillah, hasilnya sudah
kelihatan,” papar pensiunan Guru Madrasah Tsanawiyah ini.
Keluarganya pun tak keberatan dengan kesibukan Daeng Caya,
bahkan mereka sangat mendukung. “Untuk melakukan pencarian
suspek, saya sering dibonceng oleh anak atau cucu saya. Mereka
senang, di masa tua saya bisa hidup bermanfaat bagi orang lain,”
tandasnya.
Kebahagiaan, itulah yang diperjuangkan Dg. Caya dalam hidupnya.
Salah satu momen yang membahagiakan baginya, ketika berkumpul
bersama teman-temannya sebagai sesama kader TB ‘Aisyiyah. “Kami
para kader berkumpul, saling kenal-mengenal dan menyemangati satu
sama lain. Apalagi kalau kumpul dengan kader-kader TB dari berbagai
daerah. Seperti acara di Benteng Sombaopu, atau di permandian alam
Lejja Soppeng,” jelasnya bersemangat.
Dg. Caya menceritakan bahwa Wasor TB Dinas Kesehatan
Kabupaten Gowa, Hendradini, sering menjadikan dirinya sebagai
teladan dalam penanggulangan TB. “Pak Hendra, sering menjadikan
saya contoh, setiap kali beliau melatih kader atau memberi penyuluhan.
Malah, suatu waktu, ada acara TB, Pak Hendra sebenarnya sedang sakit,
tapi begitu mendengar saya hadir dalam kegiatan itu, dia memaksakan
diri untuk tetap datang. Dia malu kalau nenek seperti saya saja bisa
datang,” jelas penasihat Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Gowa ini.
Perjuangan Dg. Caya dalam penanggulangan TB juga mendapat
perhatian dari banyak kalangan. Ia pernah mendapat tali asih Rp
1 juta dari Haji Nasrun, tokoh masyarkat setempat. “Saya bukan
melihat nilai uangnya, tapi saya bahagia karena masih ada orang yang
menghargai orang tua seperti saya,” jelasnya.
Berkiprah di Community TB Care ‘Aisyiyah, tak selamanya berjalan
mulus, Dg Caya juga mengalami sejumlah kendala. “Kendala utama
di lapangan tentu saja soal transportasi. Karena tidak bisa membawa
kendaraan sendiri, saya biasa mengandalkan anak atau cucu saya.
Kalau mereka sedang sibuk, saya juga sering menggunakan bentor
(motor yang dimodifikasi menyerupai becak-red.). Saya juga kadang
memberikan uang sewa bentor kepada pasien yang tidak mampu,”
terangnya. (SR. ‘Aisyiyah Sulsel)
KISAH PASIEN TB
09
Edisi XII, Maret 2015
Nurmala (kiri) didampingi kader Community TB Care ‘Aisyiyah Tangsel, Nurul Samini.
Nurmala Octaviani
Berawal dari Batuk Berdarah
P
enyakit TB tidak mengenal usia. Anak muda pun bisa
terjangkit. Inilah yang dialami Nurmala Octaviani (24
tahun). Ia semula tidak menduga bakal terinveksi
virus Mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab
penyakit TB. Gejala batuk yang tiada sembuh ia acuhkan
sampai ketika kemudian peristiwa itu terjadi. “Saya dapati
batuk saya berdarah. Dari sinilah awal saya ditolong oleh Ibu
Nurul Samini Kader Community TB Care ‘Aisyiyah,” ungkap
ibu yang berdomisili di Pondok Aren Rt. 01/Rw.01. Pondok
Aren, Tangerang Selatan itu.
Setelah pertemuannya dengan Ibu Samini, ia pun
diantarkan untuk periksa dahak di Puskesmas Pondok
Aren. Dari situ ia tahu dirinya terkena TB aktif. Dokter
pun memberikan obat khusus TB yang harus dikonsumsi
secara rutin. “Kalau obat habis saya biasanya ambil sendiri
ke PUskesmas. Namun kalau Ibu Samini sempat, kadang
beliau membantu mengambilkan obatnya,” ujar ibu yang
sedang mengandung anak ketiga ini. Salah satu yang cukup
sulit bagi Nurmala adalah menjaga agar konsumsi obatnya
tidak telat atau lupa. Dalam hal ini, ia mengakui dan
berterimakasih kepada Ibu Samini selaku PMO yang selalu
memantau kedisiplinan dalam meminum obat. “Beliau juga
menganjurkan agar saya berjemur matahari tiap pagi.” Tidak
kalah penting, yang ia rasakan adalah dukungan keluarga.
“Anak-anak saya adalah motivasi saya untuk sembuh.”
Di akhir wawancara, Nurmala menyampaikan terimakasih
kepada ‘Aisyiyah yang telah menempatkan kader-kadernya
untuk menjangkau orang-orang yang sakit sepertinya.
“Kegiatan penyuluhan yang dilakukan ‘Aisyiyah untuk saya
dan warga sekitar sangat bermanfaat. Tambahan lagi,
‘Aisyiyah juga menyediakan bantuan transport. Ini sangat
membantu bagi pasien TB yang kurang mampu,” terangnya.
(SR ‘Aisyiyah Tangsel)
10
ADVOKASI TB ‘AISYIYAH
Edisi XII, Maret 2015
LOMPATAN ADVOKASI
SSR TB ‘AISYIYAH
BANDAR LAMPUNG
M
embangun kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga kesehatan,
bukan perkara gampang. Apalagi menggerakkan mereka terlibat
aktif terlibat dalam memberantas penyakit menular seperti
TB, pasti membutuhkan energi lebih. Namun bagi kader dan pengelola
program di SSR TB ‘Aisyiyah Bandar Lampung justru menjadi tantangan
tersendiri. Bermodalkan semangat serta niat jihad agar Lampung bebas TB,
mereka bekerja, berkeliling mencari suspek dari rumah ke rumah sembari
mensosialisasikan bahaya penyakit TB.
Namun, tentu ini saja belum cukup. Dibutuhkan keterlibatan semua
pihak baik pemerintah daerah maupun swasta. Sebab, merekalah yang bisa
membantu dengan dukungan kebijakan dan pendanaan sebagai penunjang
program kerja CTCA Bandar Lampung. Tercatat SSR Bandar Lampung sudah
merintis kerjasama dan meraih beberapa dukungan. Di antaranya kerjasama
dengan UM Lampung yang menyediakan Aula sebagai tempat kegiatan kader.
Dukungan serupa juga didapat dari Jiddan Tullipware. Mereka menyediakan
hadiah berupa alat-alat cantik rumah tangga bagi kader dengan capaian
suspek dan BTA terbanyak. Hadiah juga diperebutkan saat lomba atau even
memeriahkan TB Day.
Membangun komunikasi dengan berbagai pihak menjadi kunci sukses
advokasi di SSR Bandar lampung. Di Q4-RSSF tahun lalu SSR Bandar Lampung
membentuk kelompok kerja bersama NGO/CSO yang melahirkan banyak
kesepakatan. Diantaranya bersama-sama mendorong pemerintah daerah
untuk menambah atau membuat anggaran khusus untuk TB/HIV dan
menerbitkan peraturan mengenai penyakit menular khusus TB/HIV.
Capaian advokasi di atas bukanlah tanpa kendala. Hambatan yang paling
mengemuka justru datang dari masyarakat, khususnya swasta. Mereka
beranggapan penanggulangan penyakit TB/HIV ranahnya pemerintah dalam
hal ini dinas kesehatan dan memandang sebelah mata terhadap pengelola
program (SSR). Lantaran itu, SSR Bandar Lampung gencar melakukan
sosialisasi baik melalui pencarian suspek oleh kader maupun memanfaatkan
media massa seperti koran dan televisi. Peran media begitu penting untuk
menjadi corong atas berbagai keberhasilan dan peran serta SSR Bandar
Lampung dalam menanggulangai menyebarnya penyakit TB/HIV.
Hambatan yang tak kalah menariknya terkait politik kekuasaan para
pemegang kepentingan. Isu penanggualangan TB/HIV dianggap bukanlah
isu yang hangat dan banyak membantu bagi keberlangsungan jabatan politik
pemegang kekuasaan. Itulah kenapa mereka tampak enggan untuk secara full
memberikan dukungan kebijakan dan anggaran.
Untuk membuka kebuntuan itu, ada beberapa langkah penting advokasi.
Pertama, membuka kran komunikasi personal pengelola program (SSR dan
SR) dengan stakeholder secara berkesinambungan dengan memanfaatkan
jejaring dan nama besar institusi (Muhammadiyah, ‘Aisyiyah) sehingga
terjalin kedekatan dan rasa peduli. Selanjutnya, diharapkan timbul
kepercayaan dan saling membantu untuk mendukung program. Kedua,
dengan mempublikasikan kerja CTCA SSR Bandar lampung ke publik sehingga
masyarakat mengakui keberadaan dan prestasi nyata. Termasuk, bisa menjadi
kebanggaan atau menjadi bagian dari prestasi pemerintah daerah sehingga
mau memberikan dukungan.
Kota Bandar Lampung menempati urutan pertama pengindap Tb di
Provinsi Lampung. Data Dinas Kesehatan Provinsi menyebutkan, di Bandar
Lampung tercatat 1.028 orang dinyatakan positif terinfeksi TB, disusul
Kabupaten Lampung Tengah (772) dan Lampung Timur (766).
Ketika mengawali program, Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
meminta untuk mengikutkan Kecamatan Kedamaian sebagai salah satu
wilayah kerja, dengan alasan banyak wilayah yang tidak terjangkau oleh
mereka. Sedangkan di wilayah tersebut belum ada PCM maupun PCA, dan
masyarakatnya yang sulit didekati. Kami melakukakan pendekatan ke lurah
dan RT di wilayah kantong-kantong TB. Dengan upaya yang kami lakukan
akhirnya terbentuk PCA di Kecamatan Kedamaian, dan capaian Kader
‘Aisyiyah tahun 2014 dibandingkan capaian Puskesmas Satelit (Kecamatan
Kedamaian) sebesar 71% (Suspek) berbanding 92% (CNR). Advokasi tersebut
juga kami lakukan untuk wilayah-wilayah yang lain.
Saat kami melakukan Audiensi dengan bapak Wakil Walikota Bandar
Lampung, awalnya beliau tidak percaya. Seketika itu beliau meminta Kepala
Dinas Kesehatan Bandar Lampung untuk hadir untuk konfirmasi data. “Luar
biasa gerakan ‘Aisyiyah dalam memberantas TB. Patut menjadi contoh,”
jawab Kepala Dinas yang menambah semangat kami.
Pada Kegiatan Roadmap, ternyata salah satu peserta yaitu Ketua
Majelis Kesehatan PDM adalah sekretaris Pokdar Kamtibmas Polresta
Bandar Lampung. Ini tidak kami sia-siakan untuk melakukan advokasi secara
informal. Saat ini SSR ‘Aisyiyah Bandar Lampung menggandeng mereka
untuk sosialisasi TB bersama Kasatreskrim Polresta Bandar Lampung. Kami
berupaya untuk selalu hadir pada kegiatan mereka, meskipun yang berada di
luar wilayah kerja dan seringkali malam hari.
Tidak kalah pentingnya juga mengadvokasi kader, karena kader adalah
ujung tombak kami dilapangan, pendekatan secara emosional terhadap
kader sangat berpengaruh terhadap capaian mereka. Karena itu, mereka
diperlakukan selayaknya keluarga.
Disamping keberhasilan, ada juga advokasi yang belum berhasil, yaitu
dengan RSUD Dr Dadi Tjokropdipo. Pada awalnya untuk HQ DOTS kami
memilih Rumah Sakit tersebut dengan alasan milik pemerintah dan pasiennya
banyak. Di luar dugaan, niat baik kami ditolak. Penolakan ini tak membuat
kami berhenti. Beberapa hari kemudian kami melakukan audiensi dengan
Kepala Rumah Sakit TK IV 02.07.04/DKT. Alhamdulillah kami diterima dengan
baik, dan MoU sudah ditandatangani, saat ini pasien DKT yang dirujuk ke
Puskesmas didampingi oleh kader kami, namun ada beberapa yang tidak
dapat kami dampingi, karena wilayah yang tidak memungkinkan dijangkau
oleh kader. Keberhasilan advokasi kami dengan pihak kepolisian mendorong
kami untuk melakukan MoU dengan RS Bhayangkara, sayangnya, rumah sakit
tersebut belum menerapkan strategi DOTS. (SR ‘Aisyiyah lampung)
11
KABAR KMP
Edisi XII, Maret 2015
DUKUNGAN MENGALIR
BAGI KMP TB SRUWENG, KEBUMEN
K
eberhasilan memberantas penyakit yang mengancam
masyarakat, apalagi penyakit menular, tidaklah hanya
menjadi tugas Pemerintah. Pengendalian penyakit menular
adalah tugas berat yang harus melibatkan eksponen masyarakat:
tokoh agama, tokoh masyarakat, para petugas abdi Negara, mantan
pasien dan keluarga pasien, serta masyarakat umum lainnya.
Lantas,bagaimana bisa menggerakkan mereka? Bagaimana
bisa menyadarkan peran strategis mereka? Di sini perlu “kendaraan”
perlu wahana yang menjadi medium pertemuan, diskusi dan sharing
pengetahuan, sebelum akhirnya melakukan aksi nyata: melakukan
sosialisasi pada masyarakat, mencari target (suspek) dan kemudian
mendampingi menuju proses penyembuhan. Dan tentunya itu
semua dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
Inilah yang hendak dibidik oleh SR (Sub Recipient) Jawa
Tengah dalam menginisiasi pendirian Kelompok Masyarakat Peduli
TB (KMP TB) di daerah Sruweng. Meski baru dalam proses awal
pendirian, namun keberadaan KMP TB ‘Aisyiyah Sruweng sudah
mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah setempat
dalam hal ini Camat.
Menurut rencana, pada awal Maret, KMP ini akan secara
resmi dideklarasikan pendiriannya. Bertempat di balai desa Sruweng,
kegiatan ini akan dihadiri oleh stakeholder kecamatan. Meski baru
berdiri, Keberadaan KMP TB ini juga mulai mendapatkan perhatian
berbagai pihak. Pada acara pendeklarasian juga akan dilaksanakan
pelayanan kesehatan cuma-cuma untuk kurang lebih 250 pasien
yang didukung oleh RS PKU Sruweng. Dukungan dari pihak RS PKU
tidak hanya itu, pihak RS juga menyediakan tempat bagi KMP untuk
melaksanakan kegiatannya yang berlokasi di Jalan Raya Sruweng
No. 5, Kebumen. Selain dari RS PKU Muhammadiyah, dukungan juga telah
diberikan oleh beberapa donor lokal yang ada di wilayah KMP
tersebut. “LAZISMU mendonasikan 5 juta pertahunnya untuk
mensupport KMP TB di Sruweng. Dari situ Kecamatan melihat
keseriusan internal Muhammadiyah-’Aisyiyah dan siap membantu
memfasilitasi kegiatan awal untuk deklarasi KMP TB dan siap untuk
membantu kegiatan yang lainnya,” papar Nur Hidayati, koordinator
SSR Kebumen.
Meski kehidupan dan dukungan mulai tampak dari KMP
TB Sruweng ini, namun dukungan program untuk memperkuat
kelembagaan KMP TB agar terus tumbuh secara mandiri dalam ikut
mengendalikan TB di kecamatan Sruweng perlu terus diupayakan.
Salah satu bentuknya adalah dengan memberikan pelatihan dan
pendampingan dalam pembuatan proposal dan mempertemukan
dengan para donor yang potensial dalam mendukung kegiatan
KMP TB kedepan. Kegiatan lain yang diperlukan adalah dengan
menfasilitasi pertemuan antara KMP dengan mitra-mitra NGO
lainnya. Diharapkan dengan dukungan ini, keberadaan KMP dapat
dikenal dan mendapat dukungan dari masyarakat luas. Meski kehidupan dan dukungan mulai tampak dari KMP
TB Sruweng ini, namun dukungan program untuk memperkuat
kelembagaan KMP TB hingga terus tumbuh secara mandiri
dalam ikut mengendalikan TB di kecamatan Sruweng. Salah satu
dukungan adalah memberikan pelatihan dan pendampingan dalam
pembuatan proposal dan mempertemukan dengan para donor
yang potensial dalam mendukung kegiatan KMP TB kedepan.
Dukungan lain adalah dengan menfasilitasi pertemuan antara KMP
dengan mitra-mitra NGO lainnya sehingga keberadaan KMP dapat
dikenal dan mendapat dukungan dari NGO lainnya. (SR ‘Aisyiyah
Jawa Tengah)
SUSUNAN PENGURUS KMP SRUWENG
Pelindung
:Drs. Aris Subiyakto
Penasihat
:Mahfudzo, S.Pd.I
Ketua
:Hj. Nur Hidayati
Sekretaris:Supriyono
Bendahara
:Siti Rokhayati
PR TB ‘Aisyiyah
Jl. Karangasem Utara Blok C5 No.19, Kuningan Timur, Jakarta Selatan 12950 Indonesia
phone/fax : 021 529 61347 | email : [email protected] | http://www.pr-tbaisyiyah.or.id •
info tb Aisyiyah
@InfoTB_Aisyiyah
Download