SEJARAH ORGANISASI MUHAMMADIYAH DAN PERANNYA DALAM PENYETARAAN GENDER DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2005 – 2010 Fitrotun Ma’unah/[email protected] STKIP PGRI Sidoarjo Jl. Raya Siwalanpanji Buduran Abstract The two decades since the gender discourse and debate on social change become an important topic in development. Gender is different from sex (gender), biological structures or gender, each of which has a biological function that is inherent and can not be exchanged. Muhammadiyah as an Islamic organization founded KH. Ahmad Dahlan in Yogyakarta in 1912 greatly respect the rights of the nature of women and men. In Islam there is no difference between men and women on issues of education, of association, working and performing tasks in the household. As evidence of the establishment Aisyiyah, namely women Muhammadiyah organization that was founded in 1917 which has the ideals and efforts to develop the nation through the areas of life, such as education, social care, and freedom for every human. Abstrak Gender sejak dua dasawarsa ini menjadi wacana perdebatan pada perubahan sosial serta menjadi topik penting dalam pembangunan. Gender berbeda dengan seks (jenis kelamin), struktur biologis atau jenis kelamin yang masing-masing memiliki fungsi biologis yang melekat dan tidak dapat ditukarkan. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang didirikan KH. Ahmad Dahlan 1912 di Yogyakarta sangat menghormati hak-hak kodrat perempuan dan laki-laki. Dalam Islam sendiri tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada masalah pendidikan, berserikat, bekerja dan dalam pengerjaan tugas rumah tangga. Sebagai bukti dengan berdirinya Aisyiyah, yaitu organisasi wanita Muhammadiyah yang berdiri sejak tahun 1917 yang memiliki cita-cita dan usaha untuk memajukan bangsa melalui bidang- bidang kehidupan, seperti pendidikan, kepedulian sosial, dan kemerdekaan bagi setiap insan. Kata kunci: Gender, Muhammadiyah 1 I. Latar Belakang Penulisan karya ini membahas lebih dalam tentang Sejarah Orgnisasi Muhammadiyah dan Perannya dalam Penyetaraan Gender di Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2005 – 2010. Organisasi Muhammadiyah terus melakukan pergerakan berkemajuan dan pembaharuan dengan metode kontekstual, sampai saat ini Muhammadiyah mengidentikkan diri sebagai organisasi pergerakan Islam modern. Identitas ini memberikan pengaruh terhadap perjuangan kesetaraan gender. Gender memiliki arti perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab, harapan dan karakteristik, keperempuanan dan kejantanan antara perempuan dan laki-laki. Salah satu contoh laki-laki menjalankan peran produksi sedangkan perempuan menjalankan peran pemeliharaan. Gender merupakan ilmu yang mengkaji dan memperjuangkan sesuatu hal dari Tuhan. gender juga sangat menghormati halhal yang bersifat pemberian mutlak dari Tuhan yang bersifat biologis.1 Penelitian in dimulai dari kurun tahun 2005 sampai 2010 di awali adanya keterlibatan perempuan dalam kepengurusan organisasi Muhammadiyah dan peran aktifnya di tinggkat publik, yang tidak hanya urusan yang berkaitan dengan perempuan tetapi berkenaan dengan hasrat hidup banyak orang. Penelitian ini lebih fokus pada pergerakan Aisyiyah sebagai wujud peran aktif perempuan dalam penyetaraan gender di Wilayah Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai bahan kajian Muhammadiyah di yakni, Bagaimana sejarah berdirinya organisasi kabupaten Sidoarjo?, Bagaimana peran Organisasi Muhammadiyah dalam isu penyetaraan gender?, Bagaimana Aktivitas dan peran Muhammadiyah dalam penyetaraan Gender di Wilayah Kabupaten Sidoarjo? Rumusan masalah tersebut memiliki tujuan sebagai berikut, Melihat kembali sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah di Sidoarjo. Menjelaskan peran organisasi Muhammadiyah dalam isu penyetaraan gender. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, “Konsep Gender (disampaikan pada kuliah Kebijakan Pembangunan dalam Prespektif Gender): Jakarta.28 Agustus 2012. 1 2 Menjelaskan aktivitas dan peran organisasi Muhammadiyah dalam isu penyetaraan gender di Wilayah Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Dalam implementasinya metode sejarah terbagi menjadi empat tahap yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan penyajiannya (Historiografi).2 II. Pembahasan A. Sejarah Muhammadiyah dan Aktivitasnya Pada tahun 1909 KH. Ahmad Dahlan bertamu ke rumah Dr. Wahidin Sudirhusodo di Kedaten Yogyakarta. Ia menanyakan berbagai hal tentang perkumpulan Budi Utomo dan tujuannya. Setelah mendengar jawaban lengkap dan menurut pikrannya secara umum sesuai dengan cita-citanya, maka ia menyatakan ingin menjadi anggota penggurus. Disini ia belajar berorganisasi, sebab Budi Utomo tergolong organisasi pertama di antara organisasi bangsa Indonesia yang disusun secara modern, mempunyai pengurus tetap serta anggota, tujuan, rancangan pekerjaan dan sebagainya. Dalam organisasi ini KH. Ahmad Dahlan dimohon memberikan pengajian rohani Islam pada setiap akhir rapat pengurus. Kehausan mempelajari organisasi memang ada pada diri beliau. Pada tahun 1910 ia pun menjadi anggota ke 770 perkumpulan Jami’atul khair Jakarta. Yang menarik hatinya selain perkumpulan ini membangun sekolah-sekolah agama dan ahasa Arab serta bergerak dalam bidang sosial, serta giat membina hubungan dengan pemimpin-pemimpin di Negara-negara Islam yang telah maju.3 Aktifitas Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo sebenarnya sudah tampak sejak tahun 1942. Hanya saja pada tahun-tahun tersebut belum terbentuk susunan pengurus secara legal struktural. Pada tahun 1950-an kegiatan-kegiatan Muhammadiyah lebih tampak dan lebih berkembang, terutama melalui 2 Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta, Tiara Wacana Jogja. Hlm.47 Musthafa Kamal, Ahmad Adaby, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. (Yogyakarta.; Citra Karsa mandiri, 2005).hlm.95 3 3 kegiatan-kegiatan kepanduan Hizbul Wathon (HW). Pada era tahun 50-an ini sentra-sentra kegiatan Muhammadiyah berkembang pada empat tempat, yaitu Sidoarjo, Porong, Sepanjang, dan disusul Krian, yang selanjutnya pada tahun 1960-an secara resmi menjadi Pimpinan Cabang Muhammadiyah : Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sidoarjo, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Porong, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sepanjang, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Krian.4 Aktivitas organisasi Muhammadiyah telah terangkum dalam program kerja selama lima tahun, sesuai dengan bidang garap majelis-majelis. Yang kesemuanya tidak bisa dipisahkan dengan ortom Muhammadiyah yang lain. Berhubungan dengan Gender Muhammadiah telah mejadi pelopor pergerakan yang memberi ruang cukup kepada perempuan dengan berdirinya Aisyiyah yaitu organisasi perempuan muhammadiyah. Yang aktivitasnya tidak kalah dengan gerakan organisasi selain perempuan. Aisyiyah telah memiliki sekolahsekolah khususnya tinggat kanak-kanak, Rumah sakit, dll. Selama kurun waktu waktu lima tahun muhammadiyah dan Aisyiyah telah meujudkan aktivitas social kemasyarakatan bersama-sama. Hal ini bisa dirasakan oleh masyarakat Sidoarjo dengan kemajuan Muhammaiyah dibidang pendidikan yang mendirikan Sekolah-sekolah unggulan di tingkat dasar dan menengah, lembaga pendidikan 4 Ahmad Yusuf, Wawancara, 27 Agustus 2013, kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo 4 anak usia dini Aisyiyah yang telah menjadi percontohan merupakan prestasi dari Muhammadiyah dalam penyetaraan gender. B. Perkembangan Organisasi Muhammadiyah Sidoarjo Muhammadiyah memiliki amal usaha diantarnya: bidang keagamaan Dasar dan jiwa setiap amal usaha organisasi Muhammadiyah, dan apa yang dilaksanakan dalam bidang lainnya tak lain dari dorongan keagamaan. Baik kegiatan itu bersifat kemasyarakatan, perekonomian, pendidikan, sampai pada gerakan politik semua tidak lepas dari jiwa dan semangat keagamaan. Dengan mendirikan mushallah dan masjid bagi perempuan merupakan usaha pertama kali yang dilakukan warga Islam Indonesia. Hal ini menunjukkan organisasi muhammadiyah peka terhadap penyetaraan gender diawali pada ranah Ibadah. Bidang pendidikan mendirikan sekolah-sekolah yang tidak memisahkan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, pada hakekatnya merupakan usaha yang penting dan besar. Karena sistem menjadikan bangsa Indonesia dididik menjadi bangsa yang utuh kepribadiannya, tidak hanya pribadi berilmu umum tetapi berilmu agama juga. Bidang kemasyarakatan Muhammadiyah adalah gerakan yang memiliki tugas dakwah Islam Amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) dalam bidang kemasyarakatan. Usahausaha tersebut diantaranya: a) mendirikan Rumah Sakit modern, b)mendirikan panti asuhan, c) mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan dan took buku dan telah banyak mempublikasikan majalah-majalah serta buku-buku sebagai sarana penyebarluasan dakwah Islam. 5 C. Gender dan Organisasi Muhammadiyah Menganalisis persoalan ketidakadilan gender perlu dipahami terlebih dahulu pengertian gender dengan seks atau jenis kelamin. Seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara bilogis melekat pada jenis kelamin tertentu. Seks berarti perbedaan antara laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin, seks mengandung pengertian laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik kuat, otot kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, testis, sperma yang berfungsi sebagai alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Lakilaki dan perempuan memiliki cirri yang berbeda. Perempuan memiliki hormone yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi menstruasi, perasaan yang sensitive, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki seperti, bentuk pinggul yang besar dan adanya payu dara. Secara biologis alat-alat biologis tersebut melekat pada lelaki dan perempuan selamuanya, fungsinya tidak dapat ditukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologi atau ketentuan Tuhan (kodrat). Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sangat menghormati hak-hak kodrat perempuan dan laki-laki, tetapi permasalahan kewajiban Muhammadiyah memberikan hak yang sama antara laki-laki dan perempuan. Dalam Islam sendiri tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada masalah pendidikan, berserikat, bekerja dan dalam pengerjaan tugas rumah tangga. Sebagai bukti dengan berdirinya Aisyiyah, yaitu organisasi wanita 6 Muhammadiyah yang berdiri sejak tahun 1917 yang memiliki cita-cita dan usaha untuk memajukan bangsa melalui bidang- bidang kehidupan, seperti pendidikan, kepedulian sosial, dan kemerdekaan bagi setiap insan. Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah melekatkan gerakannya dengan dasar Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104 maksudnya setiap gerakan dan amal usahanya berprinsip pada nilai-nilai Islam. Aisyiyah yang lahir tahun 1917 hadir pada situasi dan kondisi masyarakat dalam keterbelakangan, kemiskinan, tidak terdidik, awam dalam pemahaman keagamaan, dan berada dlam zaman penjajahan Belanda.5 Kondisi perempuan semakin memprihatinkan ketika, pada waktu yang sama dibalut dengan budaya masyarakat yang bersifat patriakhi dan menempatkan perempuan tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam yang memuliakan dan menjujung tinggi martabat perempuan. Sejak itulah hadir perubahan baru dalam pandangan perempuan muslim dari ranah domestik ke ranah pablik sejalan dengan prinsip dan misi Islam sebagai agama yang membawa risalah rahmatan lil alamin. Dengan demikian kelahiran dan kehadiran Aisyiyah merupakan bentuk pembaharuan yang menjunjung tinggi dan memuliakan kaum perempuan serta mendorongnnya untuk berkiprah di ruang publik guna membawa misi dakwah dan tajdid bagi kemajuan hidup umat manusia. Penelitian berperspektif Gender jelas menunjukkan keberpihakan pada perempuan dan permasalahannya. Artinya gener dipandang sebagai 5 Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tanfidz Putusan Muktamar Aisyiyah ke 46 di Jogyakarta, (Yogyakarta:Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2010).hlm.7 7 faktor yang berpengaruh terhadap penentuan persepsi dan kehidupan perempuan, membentuk kesadarannya, keterampilannya, dan membentuk pula kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. Fokus penelitian adalah masalah khas yang dihadapi perempuan sebagai konsekwensi yang dari hubungan gender, dimana perempuan dan permasalahannya dikaji dengan memilih cara yang dapat menjadikan masalah perempuan terungkap. Contoh penelitian tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dalam ajaran Islam yang dijadikan Muhammadiyah dasar beramal Usaha bahwa bertindak aniaya pada salah satu pasangan, bukan hanya merusak tujuan perkawinan, tetapi juga meruntuhkan fondasi social peradaban masyarakat yang dibangun mulai dari sebuah keluarga. Hal yang terpenting adalah penganiayaan merupakan bentuk penghianatan seorang hamba kepada Tuhannya. Kiprah Muhammadiyah dalam penyetaraan gender secara langsung bisa dilihat dalam susunan kepengurusan yang melibatkan unsur wanita dalam setiap majelisnya, tetapi lebih kongkritnya perannya dalam penyetaraan gender diwujudkan oleh Aisyiyah sebagai kelompok perempuan Muhammadiyah. Aktivitas Aisyiyah selalu mengususng nilai-nilai yang berbau gender. Organisasi Aisyiyah merupakan amanat umat yang didirikan dan dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan dan dipelopori oleh istrinya Nyai Siti Walidah untuk kepentingan menjunjung tinggi dan menegakkan agama Islam sehingga, terwujud masyarakat utama yang diridhoi Allah SWT, karena itu menjadi tanggung jawab seluruh warga dan lebih-lebih pimpinan Aisyiyah diberbagai tigkatan. Setiap kader dan pimpinan Aisyiyah berkewajiban 8 memelihara, melangsungkan, dan menyempurnakan gerakan, langkah persyarikatan dengan penuh komitmen yang istiqoah, kepribadian yang mulia, wawasan dan pemikiran serta visi yang luas, sehingga Aisyiyah benar-benar menjadi manfaat bagi semua orang khususnya perempuan. Sejak berdirinya Aisyiyah terus berjuang untuk memajukan perempuan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sehingga menjadi saksi sejarah bagi perkembangan bangsa bernegara umumnya dan kecamatan Tulangan khususnya. Gerakan Organisasi Aisyiyah dari waktu kewaktu terus menunjukkan perannya dan memperluas kerjanya dalam rangka mengangkat harkat dan martabat wanita di Sidoarjo. Dengan mempelopori berdirinya sekolah taman kanak-kanak yang berbasis Islam yang diberi nama Taman kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal, kemudian pelopor pendidikan Anak Usia Dini yang awalnya disebut Kelompok bermain, mendirikan Sekolah Luar Biasa selam kurun waktu sampai akhir 2009 sudah memiliki SDLB, SMPLB dan SMALB yang merupakan satu-satunya di kecamatan Tulangan, hal ini menjadikan Aisyiyah mendapat apresiasi dari masyarakat maupun pihak pemerintahan sebab sudah membantu pemerintah dalam penyediaan pendidikan anak untuk kebutuhan khusus. Ini juga membuktikan perhatian Aisyiyah terhadap pendidikan anak tanpa memandang apakah ia normal atau memiliki kebutuhan khusus sebab memperoleh pendidikan adalah hak semua anak, begitu juga yang diajarkan dalam Islam. mendirikan Rumah Sakit Siti Fatimah yang awal berdirinya hanya merupakan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) Aisyiyah, dengan berjalannya waktu sampai akhir tahun 9 2010 berkembang menjadi Rumah Sakit, memiliki Koperasi Wanita yang dipercaya Pemerintahan tingkat Kecamatan sebagai pelaksananya dengan nama koperasi wanita Amrih Rahayu yaitu koperasi yang memberikan pinjaman lunak kepada anggotanya untuk melakukan usaha ekonomi mikro dengan system tanggungrenteng. Melakukan pembinaan pada Taman Pendidikan Al-Qur’an di Pimpinan Ranting Aisyiyah ataupun Muhammadiyah. Adanya binaan keterampilan ibu-ibu Aisyiyah dalam bidang ekonomi yang sekarang sudah memunculkan pengerajin kain batik celup ikat, pengerajin kue juwadah, dan pengerajin minuman instan di bebrapa ranting. Memiliki kantin sehat (sebab dalam berjualan Aisyiyah tidak menjual makanan yang berbahan pengawet dan zat-zat yang berakibat mengganggu kesehatan) di sekolah Muhammadiyah. III. Penutup Aktivitas Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo sebenarnya sudah tampak sejak tahun 1942. Tahun 50-an ini sentra-sentra kegiatan Muhammadiyah berkembang pada empat tempat, yaitu Sidoarjo, Porong, Sepanjang, dan disusul Krian, yang selanjutnya pada tahun 1960-an secara resmi menjadi Pimpinan Cabang Muhammadiyah. Beberapa faktor yang mendukung Muhammadiyah dalam isu penyetaraan gender adalah, dukungan dari semua anggota Muhammadiyah, pimpinan, dan kader sebagai pengelolah organisasi dimanapun mereka berkiprah hendaknya bertanggungjawab atas apa yang mereka emban khususnya masalah hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam Islam untuk berorganisasi atau berserikat. b)Ajaran Islam tentang profesi tidak membatasi antara laki-laki dan perempuan asalkan profesi tersebut tidak melanggar syariat Islam. c)Perempuan Muhammadiyah yang banyak menjadi aktivis organisasi 10 kewanitaan di tingkat kabupaten sebagai patner untuk menjalankan program kerja bersama memajukan Sidoarjo khususnya, dan Indonesia pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Arsip-arsip Keputusan Sidang Tanwir Aisyiyah 2005/2010 Keputusan Musykerda (Musyawarah Kerja Daerah) PD Aisyiyah Keputusan rapat pimpimnan Aisyiyah Sidoarjo Buku-buku Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta, LP3ES, 1982 Hambali, Hamdan, Ideologi dan strategi Muhammadiyah.Yogyakarta: Suara muhammadiyah.2008 Handayani, Trisakti, sugiarti. Konsep dan teknik Penelitian Gender. Malang, UMM press, 2006 Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Yogyakarta, UII Press Yogyakarta, 2007. Mulkhan, Munir Aisyiyah Jogyakarta. suara Muhammadiyah press,1990 Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Renika Rosyda Karya,2005 Nurhaeni, Ismi Dwi Astuti, Kebijakan Dalam Perspektif Gender, Penelitian di Yogyakarta Tahun 2011. Pasha , Musthafa Kamal, Ahmad Adaby Darba, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam,Yogyakarta: Citra karsa Mandiri.2005 Pimpinan Pusat Aisyiyah, AD/ART Aisyiyah, Jogyakarta, Citra Karsa Mandiri, 1995 Pimpinan Pusat Aisyiyah, Laporan PP Aisyiyah Periode 2005-2010, Yogyakarta.2010 11 Pimpinan Pusat Aisyiyah, TANFIDZ Keputusan Muktamar Aisyiyah ke-46. Yogyakarta, 2010 _______________________, Wacana Gerakan Perempuan Kontemporer, Yogyakarta.2006 _______________________, Pemberdayaan Perempuan dalam Perspektif Islam, Yogyakarta.2005 Sazali, Muhammadiyah dan Masyarakat Madani, Jogyakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005. Umar, Nasaruddin. Fikih Wanita untuk semua, Jakarta:Serambi Ilmu, 2010 12