Oleh : Vivit Ayu KusumaWardani

advertisement
ANALISIS RESEPSI PENONTON
TERHADAP KENAKALAN REMAJA
PADA FILM PUTIH ABU-ABU DAN SEPATU KETS
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi
Oleh :
Vivit Ayu KusumaWardani
L100090061
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
2
ABSTRAK
Vivit Ayu KusumaWardani, L100090061, Analisis Resepsi Penonton
terhadap Kenakalan remaja pada Film Putih Abu-abu dan Sepatu Kets,
Program studi Ilmu Komunikasi, broadcast and Cinema, Fakultas
Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2013.
Putih abu-abu dan Sepatu Kets adalah sebuah film yang
menceritakan bagaimana kenakalan remaja, dengan setting di ibu kota
Jakarta. Film ini menggambarkan kehidupan anak SMA yang melakukan
kenakalan seperti misalnya membolos, terlambat datang sekolah, hingga
berpacaran dan hampir masuk kedalam ranah pergaulan bebas. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana resepsi penonton remaja
terhadap adegan-adegan kenakalan remaja pada film tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis resepsi. Analisis
resepsi adalah sebuah metode yang membandingkan antara analisi tekstual
wacana media dan wacana khalayak, yang hasil interpretasinya merujuk
pada konteks, seperti cultural setting dan konteks isi atas media lain.
Penonton mengatakan bahwa realitas kehidupan remaja sekarang ini hampir
sama dengan apa yang disajikan didalam film tersebut. Namun para
informan tidak menyetujui adegan-adegan dalam film tersebut, karena
menurut mereka hal tersebut tidak sesuai dengan etika seorang pelajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa para informan dapat dikelompokkan dalam
posisi decoding khalayak menurut Stuart Hall (posisi dominan hegemonik,
negotiated, dan oppositional). Namun secara keseluruhan informan berada
pada posisi oppositional, dimana para informan tidak setuju/menolak
dengan adegan kenakalan remaja yang ada dalam film Putih Abu-abu dan
Sepatu Kets. Hanya ada beberapa informan yang menunjukkan pada posisi
negotiated.
Keyword: Analisis Resepsi, Kenakalan Remaja, Putih Abu-abu dan
Sepatu Kets.
3
memprihatinkan.
A. PENDAHULUAN
Kenakalan
remaja
Kenakalan-
kenakalan remaja tersebut bisa
sekarang ini sudah menjadi hal
terjadi
yang
di
faktornya, seperti kurangnya
lingkungan kita sendiri, mulai
kasih sayang dari orang tua,
dari hal yang kecil seperti
pengaruh
remaja
buruk, maupun faktor dari
banyak
ditemui
yang
membolos,
terlambat
merokok,
maupun
sekolah.
sengaja
Hal
baik. Ditambah lagi dengan
sinetron
film
yang
kenakalan
sudah
di
bisa
maupun
menampilkan
ibukota
dibilang
yang
sangat
Dalam film Putih Abuabu dan Sepatu Kets (2009),
banyak adegan dari kenakalan
yang
ditonjolkan,
misalnya saja seperti
adegan
berciuman di sekolah, adegan
bertengkar dengan temannya,
membolos sekolah, check in di
hotel, berkelahi, mentato, dan
adegan bunuh diri. Hal inilah
yang
terkadang
membawa
dampak negatif bagi remaja
sekarang ini. Dimana sekarang
ini kenakalan remaja sekarang
ini
lingkungan
yang
dalam diri remaja tersebut.
Dari film ini diharapkan
remaja dapat memaknai apakah
kenakalan yang ada dalam film
tersebut
wajar
sebagai
seorang
dilakukan
pelajar.
Sebagai seorang pelajar yang
pastinya mempunyai etika dan
ekstrim.
remaja
banyak
ini
merupakan contoh yang kurang
banyaknya
karena
sudah
sangat
sopan santun dalam bergaul.
Namun terlepas dari itu, masa
remaja
dimana
merupakan
mereka
masa
mengalami
masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa, masa remaja
ini merupakan masa dimana
remaja mulai ingin mencoba
hal-hal baru
mereka
yang menurut
menarik
atau
menantang. Skripsi ini dibuat
dengan memilih judul analisis
resepsi
penonton
terhadap
kenakalan remaja pada film
Putih Abu-abu dan Sepatu Kets
4
(2009). Pemilihan film ini,
Remaja di masa yang
karena film ini termasuk salah
masih penasaran dengan hal-
satu
hal
peserta
FFI
2010
baru
selalu
ingin
(http://officialfilmindonesia.blo
mencobanya,
gspot.com/2010/11/seputar-ffi-
tersebut belum tentu baik untuk
2010.html).
mereka lakukan. Banyak kasus
A. RUMUSAN MASALAH
yang
terjadi
meskipun
pada
hal
remaja,
Bagaimana resepsi penonton
misalnya saja kasus pelecehan,
terhadap kenakalan remaja
bunuh diri, berkelahi dan masih
yang ditampilkan dalam film
banyak lagi. Banyak faktor
Putih Abu-abu dan Sepatu
yang memicu terjadinya hal ini,
Kets (2009)?
bisa saja disebabkan karena
B. LANDASAN TEORI
masalah dalam keluarga, atau
1. Kenakalan Remaja
lingkungan
Perilaku
menyimpang
yang
mempengaruhi
terjadinya
adalah hal yang cukup sulit
kenakalan remaja. Selain itu
dilakukan. Problemnya adalah
juga faktor dari dalam diri
menyimpang
remaja
terhadap
apa?
tersebut,
ditambah
Penyimpangan terhadap orang
dengan faktor pengaruh dari
tua,
teman ataupun orang lain.
seperti
malam
atau
pulang
terlalu
merokok
bisa
Pada masa remaja, emosi
perilaku
masih labil, belum memiliki
menyimpang dan karena itu
pegangan, dan dalam proses
dinamakan kenakalan remaja.
mencari jati diri. Untuk itu
Penyimpangan
terhadap
perlu adanya pengawasan dari
tatakrama masyarakat, seperti
orang tua, agar tidak terjadi
mengangkat
hal-hal yang tidak di inginkan
dikatakan
orang
yang
derajatnya
2012:251).
kaki
dihadapan
lebih
tinggi
(Sarwono,
yang
dapat
merusak
depan remaja tersebut.
masa
5
dengan lokasi pada wacana-
2. Khalayak
Khalayak sering disebut
dengan
lainnya.
Momen
dan
decoding
penerima,
encoding
sasaran, pembaca, pendengar,
mungkin
pemirsa,
decoder
simetris. Hasil dari proses dari
Khalayak
apa yang dimaksudkan dan apa
adalah salah satu aktor dari
yang diterima boleh jadi tidak
proses komunikasi (Cangara,
klop (Storey, 2006:14).
atau
istilah
wacana
audience,
komunikan.
2002:151). Oleh karena itu
tidak
Setiap
benar-benar
pesan
yang
khalayak tidak boleh diabaikan,
diproses oleh encoding, dan di
karena merupakan penentu dari
terima oleh decoding, akan ada
proses komunikasi. Khalayak
pemaknaan
bisa berupa individu, kelompok
Karena
maupun masyarakat.
decoding
Khalayak
merupakan
yang
belum
berbeda.
tentu
mempunyai
pemaknaan yang sama. Karena
salah satu elemen yang penting
ditentukan
oleh
proses komunikasi, terutama
eksistensi
berbeda,
pada
kemungkinan
terjadinya
komunikasi
masa. Bahwa khalayak lah
setiap
kondisi
ada
ada
kesalahpahaman.
yang menjadi elemen utama
untuk
bisa
terjadinya
penerimaan pesan.
Stuart
Hall
menunjukkan
(1974)
bahwa
ada
empat posisi 'tipe ideal' dari
decoding komunikasi massa
3. Encoding-Decoding
Pesan dan makna tidak
sekedar
ditransmisikan
keduanya
harus
saja,
diproduksi;
yang
bisa
dibuat
oleh
khalayak: The dominant of
hegemonic
code,
tingkat
pertama oleh encoding dari
konotatif dari pesan yang di-
bahan
decoding
dalam
dominan
dari
meaning ;
The professional
„mentah‟
sehari-hari;
khalayak
kehidupan
kedua,
dalam
oleh
kaitannya
hal
yang
preferred
6
code
adalah
yang
metode yang membandingkan
broadcaster
antara analisis tekstual wacana
gunakan ketika mentransisikan
media dan wacana khalayak,
pesan ; The negotiated code
yang
mengandung campuran unsur
merujuk pada konteks, seperti
adaptif
cultural setting dan konteks isi
professional
akhirnya
adalah
dan
apa
oposisi,
dan
oppositional
code
atas
mana
1993:139).
posisi
di
penonton dengan
sempurna
memahami baik infleksi literal
dan konotatif yang diberikan
ke
hasil
suatu
acara,
tetapi
menentukan untuk meng-code
'dengan
cara
bertentangan
yang
(Hall
dalam
Alasuutari, 1999: 4).
media
interpretasinya
lain
(Jensen,
Penelitian
dengan
menggunakan analisis resepsi,
dimana
untuk
mengetahui
bagaimana khalayak memaknai
isi dari film Putih Abu-abu dan
Sepatu
Kets
(2009),
yang
mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian disini
C. METODE PENELITIAN
adalah remaja. Remaja yang
1. Jenis Penelitian
Penelitian
menggunakan
dipilih untuk menjadi nforman
ini
dalam penelitian ini adalah
penelitian
remaja SMA. Informan dengan
kualitatif
dengan
metode
kriteria yang dianggap cukup
analisis
resepsi.
Dalam
mewakili remaja, dengan latar
penelitian ini peneliti akan
belakang yang berbeda. Dalam
mencari
tahu
penelitian ini diambil remaja
khalayak
terhadap
pemaknaan
kenaklan
dengan
background
kristen
dan
sekolah
remaja dalam film Putih Abu-
islam,
abu dan Sepatu Kets (2009).
negeri.
Analisis Resepsi adalah sebuah
tersebut terdiri dari 6 remaja
Pemilihan
sekolah
informan
7
yang berasal dari sekolah yang
dari para informan kemudian
berbeda-beda, yaitu dari SMA
ditulis dalam bentuk laporan.
Muhammadiyah, SMA Negeri,
Selanjutnya akan didapatkan
dan
SMA
Kristen.
Pada
hasil analsis bahwa informan
khususnya
remaja
yang
termasuk dalam jennis yang
bersekolah
di
kota
mana
Karanganyar.
Karanganyar
merupakan kota kecil yang
berada di Surakarta. Peneliti
ingin mengetahui bagaimana
pemaknaan remaja yang berada
di kota kecil ini terhadap
kenakalan remaja yang ada di
film tersebut.
peneliti
melakukan
yaitu
wawancara
terhadap informan mengenai
pemaknaan informan terhadap
kenakalan remaja pada film
akan
Kemudian
peneliti
mentransfer
hasil
rekaman wawancara kedalam
bentuk
tulisan.
Selanjutnya
peneliti
akan
menganalisis
adegan dalam film Putih Abuabu dan Sepatu Kets (2009),
dengan penerimaan serta hasil
wawancara
pemaknaan kenakalan remaja.
D. HASIL PENELITIAN
1. Encoding
Film merupakan salah
satu bentuk media massa, film
dapat
memberikan
sekaligus
informasi
hiburan
kepada
media yang bisa kita nikmati
Teknik analisis data yang
tersebut.
memahami
penontonnya. Film merupakan
3. Teknik Analisis Data
dilakukan
dalam
dan
penerimaan
sebagai media hiburan, namun
juga
sebagai
penyampai
informasi. Banyak film yang
diproduksi
dengan
berbagai
macam
genre.
Remaja
mungkin
sebagai
penonton
yang selalu antusias menunggu
film-film terbaru. Banyak film
yang
adegan
menampilkan
yang
adegan-
mengandung
sensualitas, kenakalan remaja,
pergaulan bebas dan hanya
sedikit
film
yang
menghadirkan cerita tentang
pendidikan, nasionalisme, dan
8
cerita-cerita yang mendidik.
check in di hotel. Dalam film
Remaja dimana mereka sedang
ini
mengalami
kenakalan
remaja,
identitas diri, seharusnya bisa
pengaruh
keluarga
memilih film-film yang baik
mengalami ketidak harmonisan
bagi mereka, dan tidak asal
sampai dari dalam diri mereka
melihat film dan menirukan
sendiri.
masa
pencarian
semua adegan yang ada dalam
mengambil cerita percintaan
remaja dan kenakalan remaja
sebagai contohnya, film Putih
Abu-abu
dan
Sepatu
Kets
(2009). Dalam film Putih Abuabu dan Sepatu Kets (2009)
banyak ditampilkan adeganadegan
yang
menunjukkan
kenakalan remaja. Dalam film
ini
menceritakan
kehidupan
banyak
mengenai
remaja
adegan
kenakalan
yang
seperti
membolos
datang
terlambat,
melihat
SMA,
kenakalandilakukan
sekolah,
berkelahi,
video
mesum,
digambarkan
karena
yang
2. Decoding
film tersebut.
Banyak contoh film yang
banyak
Menurut informan I ,
realitas
kehidupan
sekarang
ini
remaja
sudah
sama
dengan yang ada dalam film
tersebut. Terlihat sekarang ini
banyak remaja yang berpacaran
seperti layaknya orang dewasa.
Banyak remaja dengan gaya
hidup
yang
berlebihan,
menurut informan hal tersebut
merupakan gaya hidup yang
salah. Remaja sekarang ini
tidak bisa mengendalikan diri,
mereka
mengikuti
perkembangan zaman, namun
dengan cara yang salah.
Sama
halnya
dengan
bisa
Informan II menurut informan
dikatakan masuk pada ranah
film Putih Abu-abu dan Sepatu
pergaulan bebas seperti adegan
Kets (2009) ini sudah mewakili
berciuman
realitas
berpacaran,
hingga
di
sekolah,
merekam adegan mesra dan
kehidupan
remaja
sekarang ini. Remaja saat ini
9
hanya
mementingkan
bangga. Bagi informan realitas
kepuasannya
sendiri
tanpa
kehidupan remaja sekarang ini
memikirkan akibat yang akan
hampir sama dengan yang ada
didapatkannya.
Menurut
dalam film tersebut. Banyak
remaja
pelajar yang membolos, karena
informan
kenakalan
saat
sudah
ini
ditolerir,
tidak
banyaknya
bisa
tidak suka dengan gurunya,
kasus
maupun karena ingin mencari
pergaulan
bebas
akan
menambah
nilai
hitam
hiburan.
Kehidupan
remaja
sekarang ini sudah jauh dari
kehidupan remaja sekarang ini.
norma-norma
Menurut
jenis
banyak remaja yang dewasa
kenakalan remaja yang adal
sebelum waktunya. Sekarang
dalam
ini
informan
film
tersebut
membolos,
yaitu,
berkelahi
dan
pergaulan bebas.
Menurut
kenakalan
tingkat
yang
nakalan
semakin
baik,
remaja
meningkat,
seharusnya orang tua dapat
informan
remaja
III
terjadi
karena faktor yaitu, kurangnya
perhatian dari orang tua, dari
keluarga yang broken home,
mengawasi anaknya. Apalagi
dengan
semakin
majunya
yang
semakin
teknologi
canggih ini.
Sedangkan dalam realitas
karena
pergaulan
bebas
sekarang ini menurut informan
sehingga
perilakunya
tidak
V sudah seperti dalam film
dari
tersebut, karena banyak juga
terkendali,
dan
faktor
dalam dirinya sendiri.
Menurut
adegan-adegan
tersebut
tidak
pelajar
informan
IV
dalam
film
sepantasnya
dilakukan oleh seorang pelajar,
seharusnya
sebagai
pelajar
harus bisa membuat orang tua
yang
melakukan
perkelahian, membolos sekolah
dan berpacaran di sekolah.
Menurut informan hal seperti
itu sudah biasa terjadi.
Informan
VI
menganggap bahwa adegan-
10
adegan
yang
ada
di
film
masuk sekolah, atau bahkan
tersebut hampir sama dengan
melakukan
kehidupan
kenakalan remaja lainnya.
remaja
di
lingkungan informan. Informan
mengatakan banyak juga anak
yang masih SMP sudah tahu
tentang berpacaran, dan gaya
berpacaran
mereka
sudah
seperti dalam film-film.
kenakalan-
Pada penelitian dalam
film
Putih
Abu-abu
dan
Sepatu Kets (2009), tidak
ditemukan informan dengan
posisi dominant hegemonic
yaitu menerima semua yang
3. Pembahasan
ada dalam film tersebut, tanpa
Dari fokus permasalahan
ada
sedikti
penolakan.
yang diteliti oleh peneliti,
Kenakalan yang ada di dalam
yaitu mengenai pemaknaan
film
yang
infroman tidak selayaknya
diberikan
penonton
tersebut,
terhadap kenakalan remaja
dilakukan
pada film Putih Abu-abu dan
pelajar, seharusnya pelajar itu
Sepatu
(2009).
mematuhi peraturan sekolah,
Pemilihan informan dengan
menghargai gurunya dengan
latar belakang remaja SMA
datang tepat waktu, dan bisa
Muhammadiyah
menjaga diri mereka dari
Kets
1
Karanganyar, SMA Negeri 1
Karangpandan, Karanganyar
dan SMA Kanisius Barata,
masing-masing
latar
seorang
pergaulan bebas.
a) Oppositional Reading
Penerimaan makna oleh
diharapkan dapat mewakili
dari
oleh
menurut
remaja
terhadap
kenakalan
belakang. Anak SMA yang
remaja pada film Putih Abu-
masih tergolong remaja, besar
abu dan Sepatu Kets (2009)
kemungkinan mereka pernah
dapat
mengalami
membolos
informan I dan informan II
sekolah, berkelahi, terlambat
berada pada posisi oppositional
disimpulkan
bahwa
11
atau
tidak
sesuai
dengan
Pada
adegan
Flory
tubuh
Dion,
informan. Atau kedua informan
mentato
itu tidak menyetujui bentuk
Informan, III dan IV tidak
kenakalan yang ada dalam film
senang
tersebut.
tersebut karena mentato dapat
Seperti
dalam
adegan
dimana
Kemala
membolos
masuk
sekolah,
Kemala
terbiasa melakukan hal ini
disaat dia sedang berkencan
dengan
pacarnya.
Bagi
Informan, I dan Informan, II,
hal
ini
tidak
seharusnya
dilakukan oleh seorang pelajar.
Informan IV yang bersekolah
di SMA Negeri dan berasal
dari keluarga yang ekonominya
kurang
mengatakan
setuju
dengan
membolos
pada
Informan,
seharusnya
tidak
adegan
film
ini,
mengatakan
kita
bisa
dengan
adegan
melukai tubuh. Informan, III
mengatakan bahwa
adegan
tersebut merupakan perilaku
yang menyimpang dan dapat
membahayakan tubuh, karena
jarumnya
dapat
melukai
tubuh. Sedangkan infroman
IV mengatakan bahwa hal
yang sama, seharusnya tubuh
itu harus kita sayangi dan
dijaga.
Informan I dan II
yang berasal dari sekolah
Muhammadiyah
juga
memiliki pendapat yang sama
dengan
Informan
III dan
Informan IV.
Dalam
agama
Islam
menghargai orang tua yang
mentato merupakan hal yang
membiayai kita untuk sekolah,
dilarang, seperti dalam hadist
namun apa balasan kita kalau
Bukhari dan Muslim
yang
membolos dari sekolah, hal itu
mengatakan
Allah
dapat merugikan diri sendiri.
melaknat
para
Sebagai pelajar harusnya bisa
pembuat
tato
menghargai
meminta ditato, para wanita
menimba ilmu.
waktu
untuk
bahwa:
perempuan
dan
yang
yang mengerok alisnya dan
12
perempuan
yang
meratakan
ayat Al-Quran Al-Israa ayat
gigi untuk mempercantik diri,
32 yang artinya adalah “Dan
yang merubah ciptaan Allah.
janganlah kamu mendekati
Penerimaan Informan, I
(Rina)
dan
Informan,
II
(Dena) yang bersekolah di
Muhammadiyah menyatakan
tidak setuju dengan adegan
yang dilakukan Fahri yang
mengajak kemala ke hotel,
dan
meraba-raba
tubuh
Kemala. Informan, I dan
Informan, II yang merupakan
remaja SMA Muhammadiyah
mengatakan
bahwa
hal
tersebut sangat tidak sopan
dan sudah mendekati zina,
sedangkan
Informan,
II
bahwa
hal
mengatakan
tersebut
terjadi
karena
kurangnya sex education dan
perbuatan
Fahri
mementingkan
hanyalah
kepuasan
sesaat saja tanpa memikirkan
masa depannya.
Dalam agama Islam hal
tersebut
oleh
memang
Allah,
dilarang
karena
hal
tersebut sudah termasuk dosa
yang besar. Seperti dalam
zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang
buruk”.
Sedangkan Informan III
dan
Informan
IV
yang
berstatus bersekolah di SMA
Negeri dan informan IV yang
beragama hindu menyatakan
hal
yang
sama
dengan
Informan I dan Informan II,
dalam agama Hindu
pun
perbuatan seperti itu dilarang
karena
hal
merupakan
sakral
yang
seperti
itu
sesuatu
yang
hanya
boleh
dilakukan oleh mereka yang
sudah menikah. Informan III
mengatakan
bahwa
tidak
sepantasnya pelajar bermain
ke hotel, menurut Informan,
Fahri
tidak
bisa
berfikir
jernih, dan tidak memikirkan
masa depannya. Informan, IV
menganggap
bahwa
perbuatan Fahri tersebut tidak
menghargai
perempuan,
seorang
dan
tidak
13
seharusnya
mereka
Informan, berada di posisi
melakukan itu, karena hal itu
Negotiated
belum
berkelahi yang dilakukan Dea
waktunya
untuk
dilakukan.
dan
Kemala.
adegan
Menurut
Informan, hal ini sah-sah saja
b) Negotiated
Pada
dalam
adegan
ciuman,
dilakukan, karena sesuatu itu
Informan, IV berada pada
pasti ada penyebabnya. Dan
posisi Negotiated. Informan,
Informan, sendiri juga pernah
cowok yang bersekolah di
mengalaminya.
SMA Negeri ini berada di
posisi
Negotiated
dalam
adegan
ciuman
yang
dilakukan
Dea.
Informan
Informan II berada pada
posisi Negotiated pada saat
adegan
dimana
melakukan
bunuh
diri,
yang beragama Hindu ini
memang
menyetujui adegan tersebut,
tidak melakukan hal tersebut,
karena merupakan sesuatu hal
tapi seharusnya keluarga dan
yang
sahabatnya
tidak
memojokkan
Dea.
dianggapnya
Dalam
agama
seru.
Hindu,
seharusnya
Dea
Dea
berpacaran itu diperbolehkan
Seharusnya orang tua Dea
namun
bisa membantu masalah yang
ada
batasan-
batasannya. Di Bali juga ada
dihadapi Dea.
sebuah tradisi dimana para
muda mudi melakukan omedomedean
atau
melakukan
E. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan
ciuman masal sehari setelah
informan
hari
Menurut
tersebut, mereka mengatakan
Informan, hal ini boleh saja
tidak setuju dengan adegan-
dilakukan
adegan kenakalan yang ada
nyepi.
asalkan
mengetahui batas-batasnya.
Informan V juga berada
pada
posisi
Negotiated,
terhadap
film
dalam film tersebut. Mereka
menganggap
kenakalan
bahwa
tersebut
tidak
14
sepantasnya dilakukan oleh
sama Tuhan.
seorang
Dan
yang bersekolah di SMA
kenakalan dalam film Putih
Negeri mereka memberikan
Abu-abu dan Sepatu Kets
pemaknaan bahwa encoding
(2009) itu sudah termasuk
dalam film tersebut tidak
kedalam
sesuai
pelajar.
pergaulan
bebas,
menurut informan. Sebagai
dengan
Sedangkan
etika
dan
kesopanan.
seorang pelajar harus bisa
bergaul yang baik, supaya
F. Saran
tidak terpengaruh kedalam
pergaulan yang buruk.
Informan
yang
bersekolah
dengan
latarbelakang
agama,
memberikan
dengan
tanggapan
membawa
nama
Tuhan dan agama. Seperti
informan
dari
Muhammadiyah
SMA
yang
mengatakan adegan check in
di hotel itu dilarang dalam
agama, karena hal itu sudah
Secara
akademis
diharapkan
banyak
adanya
penelitian
dengan
analisi
resepsi, karena masih sedikit
penelitian
dengan
menggunakan
teori
ini.
Diharapkan adanya penelitian
lebih
lanjut
kenakalan
remaja
mengenai
dengan
menggunakan
analisis
fenomenologi
maupun
etnografi.
mendekati zina, seharusnya
bisa menjaga diri mereka.
Daftar Pustaka
Dan pada adegan berciuman
itu sudah masuk kedalam
Alasuutari, Pertti. 1999. Rethingking
jurang kemaksiatan. Begitu
The
juga dengan informan dari
London:
SMA
Publication.
Kristen
mengatakan
bahwa adegan bunuh diri itu
dilarang agama, dan dibenci
Media
Audience.
Sage
15
Cangara,
Hafied.2002.
Pengantar
Ilmu Komunikasi. Jakarta
: RajaGrafindo Persada.
Jensen, Klaus Bruhn dan Jankwoski,
Bicholas W. 1993. A
Handbook a Qualitatife
Methodologies for Mass
Communication
Research.
London
and
Newyork: Routledge.
Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi
Remaja. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Storey, John. 2006. Cultural Studies
dan Kajian Budaya Pop.
Yogyakarta: Jalasutra.
http://officialfilmindonesi
a.blogspot.com/2010/11/s
eputar-ffi-2010.html
Download