BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin menarik
perhatian. Permasalahannya semakin meningkat, bukan dalam frekuensinya
tetapi yang lebih mengkhawatirkan adalah juga karena variasi intensitasnya.1
Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma
sosial, di antaranya adalah pergi tanpa pamit orang tua, berani pada orang tua,
suka keluyuran, suka bohong, membolos sekolah, begadang malam hari, minum
minuman keras dan narkoba, membaca buku-buku porno dengan sadis,
berpakaian tidak senonoh, berpakaian tidak wajar dan lain sebagainya.
Salah satu perilaku yang cukup memprihatinkan semua pihak adalah
kebebasan seksual yang dilakukan kawula muda dengan segala dampak
negatifnya sehingga menanggulangi taraf ketentraman dan kebahagiaan hidup
bermasyarakat.2 Kebebasan seksual bukan harus berarti bebas dalam hal
melakukan hubungan
seksual. Akan tetapi hal-hal yang terkait atau dapat
menyebabkan terjadinya praktek hubungan seks seperti melihat VCD, Film,
majalah tabloid porno pergaulan bebas, serta hal-hal yang dilakukan siswa.
1
2
Hasan Basri, Remaja Berkualitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hal. 3.
Ibid., hal. 3.
1
2
Di sinilah peran guru BK dalam menanggulangan kenakalan remaja
sangat diperlukan, guna mencegah pergaulan bebas antar lawan jenis yang
banyak digandrungi kaum muda mudi, jaman sekarang setiap remaja merasa
harus punya pacar, pemicunya adalah nonton VDC porno yang dijual bebas,3
bahkan fakta mengatakan sekelompok muda mudi berseragam dan yang tidak
berseragam tampak memenuhi warung internet. Mereka tampak asyik melihat
layar monitor komputer dengan raut wajah melongo dan mulut terbuka yang
sesekali
diselingi
senyum
karena
menyaksikan
tayangan
film
porno.
Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi pasca-maraknya peredaran film
porno yang diduga dilakukan sejumlah artis. Penayangan film porno di internet,
media cetak maupun elektronik dinilai sejumlah pihak sangat memprihatinkan
dan berdampak negatif, sehingga berkeinginan agar diberikan pendidikan seks di
sekolah kepada siswa.
Langkah terpenting yang harus dilakukan adalah melalui dunia
pendidikan. Hanya sayang pendidikan kita tidak pernah mengajarkan pendidikan
seks secara formal,4 dengan demikian guru BK di sekolah sangat penting untuk
menjelaskan fungsi seks itu sebenarnya, sehingga mereka bisa menempatkan dan
memandang seks itu sebagai sesuatu yang sakral sebagai upaya mencegah
membengkaknya kehidupan seks bebas, kehamilan di luar nikah, jumlah
penderita AIDS dan meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual lainnya.
3
4
Mudrikah Rofin, Remaja dalam Pelukan Dosa, (Jombang: Darul Hikmah, 2009), hal. 53
Wijayanto, Sex in the ‘Kost’, (Yogyakarta: Tirta, 2003), hal. 57.
3
Keberhasilan penanggulangan kenakalan remaja sangat ditentukan oleh
keterkaitan semua komponen pendidikan dan pengajaran sebagai satu kesatuan
yang salah satunya adalah guru. Guru adalah komponen utama pendidik karena
para guru lebih banyak berinteraksi dan sebagai pembentuk pola pikir dan
kepribadian anak didik. Pola pikir dan keberhasilan belajar anak didik sangat
ditentukan oleh kemampuan/profesionalisme guru dalam bidangnya.
Kebebasan bergaul yang mengacu pada kebebasan seksual sudah sampai
pada tingkat yang mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul
antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para
remaja saling berangkulan mesra tanpa mempedulikan masyarakat sekitarnya.5
Tahun 1990, Soejepto dari Fakultas Psikologi UGM melaporkan bahwa
90% Remaja di Bali pernah melakukan seks pra pernikahan.6 Begitu pula pada
saat ini khususnya kebebasan seksual para siswa yang marak terjadi diberbagai
sekolah. Maka penulis merasa tertarik untuk meneliti penanggulangan kenakalan
remaja terutama Sek bebas di MTs Safi’iyah Gondang.
Semua itu terjadi karena begitu maraknya berbagai sarana melalui media
seperti kamus khusus dewasa, novel, games, situs pornografi di internet yang
sangat melimpah, iklan, klip vidio, film, dan program yang ditunjukkan kepada
pasangan suami istri, disaat dikatan sebagai faktor pendukung dengan dianggap
berpotensi mempengaruhi perilaku seks, selain pendukung yang dianggap
5
Musa Sueb, Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Ilmua Jaya, 1996),
hal. 126
6
Ibid., 36.
4
berpotensi mempengaruhi perilaku seks, ada juga faktor-faktor yang lainnya,
seperti faktor lemahnya peran dan kontrol orang tua. Teori yang diperoleh secara
formal di sekolah kurang dapat pengawasan dari guru untuk mempraktikkannya,
lalu pengetahuan secara teoritis tidak menjamin dapat mewujudkan pembentukan
tingkah laku.7
Disadari atau tidak guru yang profesional akan sangat mempengaruhi
terhadap kelancaran dan keberhasilan penanggulangan kenakalan remaja tersebut.
Akan tetapi kita tidak bisa membebaskan permasalahan ini hanya kepada guru
yang merupakan komponen terpenting dalam sebuah lembaga pendidikan. Selain
itu melalui pendidikan formal, keluarga merupakan tempat yang sangat signifikan
untuk teraplikasikannya apa yang diperoleh anak dan pendidikan formal ke dalam
praktek kehidupan. Di sini peran orang tua terkait dengan pendidikan seks Islam.
Seharusnya diajarkan di rumah sejak usia dini.8 Fase ini berkisar kira-kira pada
usia 7 tahun, ditandai dengan kesukaan anak dalam bermain dan lepas dari
tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang memerlukan aturan yang jelas.9
Sebelum memasuki lembaga formal, orang tua harus membekali anak
tentang keimanan dan selalu memberi dorongan kepada anak agar selalu
memupuk imannya serta mengajarkan etika-etika yang terkait dengan pendidikan
seks, sehingga nantinya pengetahuan yang diperoleh anak dalam lembaga formal
7
8
Yatimin, Etika Seks dan Penyimpangan dalam Islam, (Pekan Baru: Amzah, 2003), hal. 3.
Shahid Ashar, Bimbingan Seksi sebagai Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), hal.
9
Yusuf Madani, Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), hal.
19.
101
5
tidak hampa, karena adanya sinkronasi dari apa yang diajarkan gurunya dengan
apa yang diajarkan oleh orang tuanya.
Tugas seorang guru BK atau konselor adalah membantu perubahan
tingkah laku konseli atau siswa dalam menanggulangi kenakalan remaja atau
pergaulan bebas menuju kondisi yang lebih baik dan berakhlakul karimah.
Sedangkan orang tua sebagai pendidik di rumah harus juga menanamkan aqidah
islamiyah yang kuat, untuk membentengi perubahan tingkah laku anak terutama
di zaman yang serba teknologi dan maraknya video porno. Dengan demikian
strategi guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaja terutama kebebasan
bergaul yang pada akhirnya mengarah pada kebebasan seksual harus segera
ditindaklanjuti.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Strategi Guru BK (Bimbingan Konseling) dalam
Menanggulangi Kenakalan Remaja
(Studi Kasus Di MTs As-Safi’iyah
Gondang)”.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana pendekatan yang dilakukan guru BK dalam menanggulangi
kenalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Safi’iyah Gondang?
2. Bagaimana strategi guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaja
khususnya kebebasan seksual di MTs As-Safi’iyah Gondang?
6
3. Bagaimana peran guru BK dalam Menanggulangi kenakalan remaja
khususnya kebebasan seksual di MTs As-Syafi’iyah Gondang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan pendekatan yang dilakukan guru BK dalam
menanggulangi kenalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs AsSafi’iyah Gondang.
2. Untuk mendeskripsikan strategi guru BK dalam menanggulangi kenakalan
remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Safi’iyah Gondang.
3. Untuk mendeskripsikan peran guru BK dalam Menanggulangi kenakalan
remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Syafi’iyah Gondang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian dan
pengembangan teori tentang Strategi guru BK dalam menanggulangi
kenakalan remaja di sekolah.
b. Sebagai tambahan khazanah keilmuwan dibidang pendidikan agama
Islam, khususnya tentang Strategi Guru BK dalam menanggulangi
kenakalan remaha di sekolah.
7
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini berguna untuk memberikan penyuluhan dan pemahaman
kepada peserta didik tentang bahaya seks bebas.
b. Orang Tua
Penelitian ini berguna bagi orang tua sebagai kontribusi untuk
menanamkan nilai-nilai keislaman secara mendalam kepada anak, yang
bersifat kontinuitas, sehingga anak tidak sampai melakukan kesalahan
yang fatal, yang akan merugikan masa depan dan cita-citanya.
c. Masyarakat
Penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
akan urgensi pemberdayaan tenaga kependidikan. Adapun pemberdayaan
ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
baik secara teori maupun praktis dan secara tidak langsung berpengaruh
produktifitas kerja.
E. Penegasan Istilah
1. Penegasan Konseptual
a. Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki empati, respek, menerima,
menghargai, memahami, jujur dan mempunyai pengetahuan yang cukup
luas, sehingga dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah.10
10
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 197
8
b. Remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas
tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa transisi dari kanak-kanak ke
dewasa.11
2. Penegasan Operasional
Strategi guru BK (Bimbingan Konseling) dalam penanggulangan
kenakalan remaja sangat penting dengan jalan memberikan pengarahan dan
pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, guru BK hendaknya
bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin
muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus
banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan guru BK
disekolah yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyisembunyi. Agar tidak terjadi pergaulan bebas karena kebebasan bergaul sudah
sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan guru BK atau konselor membantu
perubahan tingkah laku konseli atau siswa dalam menanggulangi kebebasan
seksual atau pergaulan bebas menuju kondisi yang lebih baik yaitu
berakhlakul karimah. Strategi guru BK dalam membentengi siswa dengan
menanamkan aqidah islamiyah yang kuat, untuk membentengi perubahan
tingkah laku anak terutama di zaman yang serba teknologi dan maraknya
11
Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT Remaja Rosakarya Offset, 2005), hlm.
9
video porno, akan lebih efektif dan terhindar dari pengaruh teknologi dan
lingkungan.
F. Sistematika Pembahasan
Tata urutan skripsi dari pendahuluan sampai penutup, agar mudah bagi
pembaca untuk mempelajari dan memahami isi dari skripsi ini. Adapun
kerangkanya sebagai berikut:
1. Bagian Awal meliputi:
Halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan,
kata pengantar, daftar isi, abstrak.
2. Bagian Teks, terdiri atas:
BAB I :
Pendahuluan, kemudian diuraikan menjadi beberapa sub bab yang
meliputi: latar belakang masalah, permasalahan kajian, tujuan
kajian, kegunaan kajian, penegasan istilah, metode penelitian,
sistematika pembahasan.
BAB II: Landasan Teori
Bab III :
Metodologi Penelitian
10
Bab IV :
Paparan Data dan Temuan Penelitian
Bab V :
Penutup berisi kesimpulan dan saran.
3. Bagian akhir terdiri dari lampiran-lampiran
Download