REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA

advertisement
 REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM
INSTALASI
LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000
Fajar Septiansyah (091321076)
Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Dalam setiap perencanaan dan perancangan instalasi listrik baik instalasi listrik rumah
tinggal
maupun industri, harus menerapkan prinsip-prinsip dasar instalasi listrik (keandalan,
ketersedian, kemudahan, keamanan, keindahan, ekonomis) dan standarisasi yang berlaku ada di
negara
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar instalasi listrik yang akan di pasang dapat bekerja
optimal dan meminimalisir bahaya yang diakibatkan kesalahan pemasangan instalasi listrik.
suatu instalasi panel listrik. Panel listrik merupakan elemen penting dalam
Contohnya pada
penyaluran daya menuju beban yang dalam pemasangannya harus se-aman dan se-optimal mungkin
agar suplay daya
menuju beban tidak terganggu, selain itu dalam pengoperasian dan
pemeliharaannya pun harus mudah. Untuk itu dperlukannya penerapan standarisasi, dalam hal ini
menurut
PUIL 2000. Pada proyek akhir ini akan dilakukan penyesuaian panel PP-IB yang berada di
Lab.Instalasi Listrik menurut persyaratan PUIL 2000, mulai dari instalasinya hingga pemilihan
komponen dan pengaman arusnya. Hasil akhir yang ingin didapat adalah panel PP-IB dapat bekerja
dengan optimal, mudah dioperasikan, mudah dalam pemeliharan dan aman dari bahaya akibat
gangguan listrik.
Kata Kunci: Rekonstruksi, Standarisasi PUIL 2000, Panel Daya
I.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Pada sebuah gedung, perencanaan sistem
instalasi listrik haruslah mengacu pada
peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai
dengan PUIL 2000 dan Undang–Undang
Ketenagalistrikan 2002. Pemilihan spesifikasi
komponen
dilakukan
dengan
metoda
perhitungan dan analisa, sehingga didapatkan
ukuran dan spesifikasi komponen yang sesuai
dengan fungsi dan kebutuhan.
Perencanaan suatu instalasi listrik sangat
dianjurkan untuk mengacu pada standar yang
berlaku, seperti IEC, PUIL 2000, JIS, NEMA
dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan
aturan yang berlaku di suatu negara. Hal ini
dimaksudkan untuk menerapkan tujuh prinsip
dasar instalasi listrik yaitu, kemanan,
keandalan,
ketersediaan,
kemudahan,
ekonomis, estetis dan pengaruh lingkungan.
Di Indonesia masih banyak kontraktor dan
tenaga ahli kelistrikan yang mengabaikan
prinsip dasar dan standar pemasangan
instalasi listrik, yang pada akhirnya dapat
menimbulkan bahaya pada manusia seperti
sengatan listrik bahkan kebakaran. Oleh
karena itu, standarisasi suatu perancangan
instalasi listrik itu amat penting.
Pada Proyek Akhir (PA) ini, penulis akan
melakukan rekonstruksi panel distribusi daya
listrik di Laboratorium Instalasi Listrik
POLBAN yang mengacu pada standar SNI
PUIL 2000. Pada rekonstruksi panel distribusi
daya listrik ini, penulis akan menggunakan
metoda perhitungan dan analisa sebagai
pendekatan untuk menentukan spesifikasi
komponen-komponen yang akan digunakan
dan sistem instalasi listrik akan mengacu pada
peraturan dan ketentuan berdasarkan PUIL
2000. Diharapkan apabila panel tersebut
sudah sesuai dengan standar PUIL 2000 dapat
diterapkan dan dijadikan acuan di seluruh
gedung POLBAN khususnya, dan untuk
masyarakat luas pada umumnya.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari
pelaksanaan proyek
akhir yang penulis
laksanakan adalah:
1. Merekonstruksi panel PP-IB menurut
standar PUIL 2000.
2. Menganalisa manfaat pengacuan
standar PUIL
2000
dalam
perancangan instalasi panel listrik.
3. Menganalisa
bahaya
akibat
perancangan instalasi panel listrik
yang tidak mengacu pada standar
PUIL 2000.
4. Membuat hasil proyek akhir sebagai
acuan dalam
melakukan perancangan
panel instalasi listrik yang baik dan
sesuai standar PUIL 2000.
1.3
Batasan Masalah
Untuk lebih menitikberatkan pada rancang
bangun panel distribusi daya listrik ini, maka
penulis membatasi permasalahan yang akan
dibahas pada proyek akhir ini. Permasalahan
yang akan diutarakan yaitu mencakup :
1. Gambar Instalasi Panel PP-IB
Gambar Instalasi Panel PP-IB
menunjukan dengan jelas letak
perlengkapan listrik beserta sarana
kendalinya, seperti letak kotak kotak
kontak.
2. Gambar situasi Panel PP-IB
Gambar situasi yang menunjukan
dengan jelas letak gedung atau
bangunan tempat panel PP-IB
terpasang
dan
rancangan
penyambungannya dengan sumber
tenaga listrik.
3. Gambar diagram garis tunggal
Gambar diagram garis tunggal ini
meliputi:
a. Diagram PHB lengkap
dengan keterangan ukuran
pengenal komponennya.
b. Sistem pembumiannya.
c. Ukuran
dan
jenis
penghantar yang dipakai
4. Pemasangan Panel dan komponennya
menurut PUIL 2000
Disini penulis akan membahas tentang
persyaratan dalam pemasangan panel beserta
komponennya yang menurut standar PUIL
2000 untuk menunjang tujuh dasar prinsip
instalasi listrik.
II.
Landasan Teori
2.1
Panel Hubung Bagi
Panel adalah suatu lemari hubung atau
suatu kesatuan dari alat penghubung,
pengaman, dan pengontrolan untuk suatu
instalasi kelistrikan yang ditempatkan dalam
suatu kotak tertentu sesuai dengan banyaknya
komponen yang digunakan (Hendra Budianto:
2003). Panel hubung bagi adalah peralatan
yang berfungsi menerima energi listrik dari
PLN dan selanjutnya mendistribusikan dan
sekaligus mengontrol penyaluran energi
listrik tersebut melalui sirkit panel utama dan
cabang ke PHB cabang atau langsung melalui
sirkit akhir ke beban yang berupa beberapa
titik lampu dan melalui kotak-kontak ke
peralatan pemanfaatan listrik yang berada di
dalam bangunan.
Sesuai dengankegunaan dari panel
listrik, maka dalam perancangannya harus
sesuai dengan syarat dan ketentuan serta
standar panel listrik yang ada. Untuk
penempatan
panel
listrik
hendaknya
disesuaikan dengan situasi bangunan dan
terletak ditempat yang mudah dijangkau
dalam memudahkan pelayanan. Panel harus
mendapatkan ruang yang cukup luas sehingga
pemeliharaan, perbaikan, pelayanan dan lalu
lintas dapat dilakukan dengan mudah dan
aman.
Dalam penempatan panel ini sangat
mempengaruhi
proses
kelangsunganpenyaluran energi listrik, karena
apabila penempatan dari paneltersebut tidak
diperhatikan maka kontinuitas pelayanan
panel tersebut tidak akan bertahan lama dan
dapat
mengurangi
keandalan
dalam
penyaluran energi listrik.
Fungsi panel dapat dikategorikan
menjadi beberapa macam yaitu (Aslimeri:
1992):
1. Penghubung
Panel
berfungsi
untuk
menghubungkan
antara
satu
rangkaian listrik dengan rangkaian
2.1.1
listrik lainnya pada suatu operasi
kerja.Panel
menghubungkan suplay
tenaga listrik dari panel utama
sampai ke beban-beban baik instalasi
penerangan maupun instalasi tenaga.
2. Pengaman
Suatu panel akan bekerja secara
melepas sumber atau suplay
otomatis
tenaga
listrik
apabila
terjadi
gangguan
pada
rangkaian.
Komponen yang berfungsi sebagai
pengaman pada panel listrik ini
adalah MCCB dan MCB.
3. Pembagi
Panel membagi
kelompok beban baik
pada instalasi penerangan maupun
pada instalasi tenaga.Panel dapat
memisahkan atau membagi suplay
tenaga listrik berdasarkan jumlah
beban dan banyak ruangan yang
merupakan pusat beban.Pembagian
tersebut dibagi menjadi beberapa
group beban dan juga untuk
membagi fasa R, fasa S, fasa T agar
mempunyai beban yang seimbang
antar fasa.
4. Penyuplai
Panel menyuplai tenaga listrik dari
sumber ke beban.Panel sebagai
penyuplai, dan mendistribusikan
tenaga listrik dari panel utama, panel
cabang sampai ke pusat beban baik
untuk instalasi penerangan maupun
instalasi tenaga.
5. Pengontrol
Fungsi panel sebagai pengontrol
merupakan fungsi paling utama,
karena dari panel tersebut masingmasing rangkaian beban dapat
dikontrol.Seluruh
beban
pada
bangunan baik instalasi penerangan
maupun instalasi tenaga dapat
dikontrol dari satu tempat.
Jenis dan Tipe Panel
Panel listrik memiliki banyak tipe dan
jenisnya, sesuai dengan kegunaan dan
penempatannya. Menurut PUIL 2000 (6.3.2)
jenis panel hubung bagi terdiri-dari:
1. Panel Hubung Bagi tertutup pasang
dalam
Panel Hubung Bagi tertutup pasang
dalam adalah panel yangkomponenkomponennya sudah ditempatkan
didalam kotak panel yang tertutup
dan terpasang didalam ruangan.
2. Panel Hubung Bagi tertutup pasang
luar
Panel Hubung Bagi tertutup pasang
luar adalah panel yang seluruh
komponen-komponen ditempatkan
didalam kotak panel yang tertutup
dan dipasang diluar ruangan. Bahan
yang digunakan harus tahan cuaca.
3. Panel Hubung Bagi terbuka pasang
dalam
Panel Hubung Bagi terbuka pasang
dalam tidak boleh ditempatkan dekat
saluran gas, saluran uap, saluran air
atau saluran lainnya yang tidak ada
kaitannya dengan Panel Hubung
Bagi (PHB) tersebut.
4. Panel Hubung Bagi terbuka pasang
luar
Tampat pemasangan Panel Hubung
Bagi (PHB) terbuka pasang luar
harus merupakan perlengkapang
yang tahan cuaca. Perlengkapan atau
harus mempunyai saluran air
sehingga dapat dicegah terjadinya
genangan air.
Pada Laboratorium Instalasi Tenaga,
jenis dan tipe panel yang digunakan adalah
panel hubung bagi tertutup pasang dalam,
yaitu panel yang seluruh komponenkomponennya ditempatkan di dalam kotak
panel yang tertutup dan dipasang di dalam
ruangan.
Panel Hubung Bagi (PHB) tertutup
pasang dalam banyak dijumpai pada
konsumen atau pemakai yang digunakan
sebagai tempat untuk menampung energi
listrik dari jaringan PLN dan sebagai penyalur
energi listrik ke pusat beban serta untuk
menempatkan pengaman-pengaman instalasi
listrik.
Penempatan panel harus memenuhi
syarat-syarat berikut ini sesuai dengan PUIL
2000 (6.3-6.4) yaitu :
1. Tinggi maksimal dari lantai 1,2 – 2m.
2.Di depan panel harus memiliki ruang
bebas yang cukup luas.
3. Saat membuka panel ini tidak
terganggu oleh benda apapun.
4. Pintu harus bisa terbuka penuh.
5. Panel dipasang pada tempat yang
sesuai, kering dan berventilasi cukup.
2.1.2 Pendistribusian Panel
Seperti yang kita ketahui erdapat
beberapa macam panel menurut fungsi dan
pendistribusiannya. Setiap panel memiliki
fungsi
dan kegunaan masing-masing tanpa
harus memiliki ketergantungan dengan panel
lainnya.
Berikut adalah beberapa macam jenis
panel :
1. LVMDP
(Low Voltage Main
Distribution Panel)
LVMDP
adalah sebagai panel
penerima daya dari trafo dan
mendistribusikan power tersebut ke
panel SDP (Sub Distribution Panel).
2. SDP (Sub Distribution Panel)
SDP adalah panel pembagi daya ke
sirkit akhir yang berupa panel
penerangan (LP), Panel Kontrol
(CP), Panel Daya (PP).
3. LP (Lighting Panel)
LP adalah suatu panel yang seluruh
bebannya berupa penerangan.
4. CP (Control Panel)
CP adalah suatu panel untuk
mengoperasikan
beban
berupa
tenaga (Motor).
5. PP (Power Panel)
PP adalah panel yang digunakan
untuk
mendistribusikan
beban
melalui kotak kontak.
III.
4. Lampu Indikator (Indicator Lamp)
5. Kabel Penghantar
6. Sepatu Kabel
7. Busbar
8. Cable Tidy atau Spiral
Rekonstruksi
3.1
Flow Chart Sistem
3.2
Diagram Satu Garis
Diagram satu garis adalah diagram yang
menggambarkan suatu instalasi sistem secara
singkat. Diagram satu garis pada pengasutan
motor biasanya hanya merupakan rangkaian
dari simbol-simbol listrik yang dihubungkan
dengan satu garis.
Gambar 2.1 Distribusi Panel
2.2
Komponen yang Digunakan
Dalam suatu panel listrik terdapat
komponen-komponen listrik yang diantaranya
adalah:
1. Miniature Circuit Breaker (MCB)
2. Pengaman Lebur (Fuse)
3. Kontaktor Magnetik (Magnetic
Contactor)
Gambar 3.2 Diagram satu garis panel PP-IB
3.3
Gambar Sistem Pembumian
Sistem Pembumian yang dipakai pada
panel PP-IB adalah sistem TN-C. Pada sistem
TN-C
semua bagian konduktif terbuka
dihubungkan ke sistem netral melalui
gabungan konduktor
netral (N) dan
pengaman. Kawat yang masuk ke dalam panel
kawat, yaitu kawat fasa R,
berjumlah empat
fasa S, fasa T dan kawat penghantar proteksi.
Kemudian
kawat proteksi di hubung secara
paralel
ke terminal (Busbar) pembumian dan
terminal (Busbar) netral sehingga antara
terminal pembumian
dan termnial netral
terhubung.
1. MCB
Gambar 3.5 MCB 3 Fasa
Merk: SK STOTZ-BBC Brown
Boveri 3 Fasa Tipe S163 380V/415V
Ratting 6A berjumlah 6 buah
Ratting 16A berjumlah 8 buah
Ratting 25A berjumlah 6 buah
Total berjumlah 20 buah MCB
2. Fuse
Gambar 3.3 Sistem Pembumian Panel PP-IB
3.4
Komponen dan Spesifikasi Panel
PP-IB
Panel PP-IB merupakan panel daya
(PP) komponennya berupa penghantar,
pengaman lebur, pengaman arus hubung
singkat dan beban lebih, busbar dan
kontaktor.
Berikut
adalah
spesifikasi
komponen yang terdapat dalam panel.
1. Kontaktor
Gambar 3.4 Kontaktor
Merk: BBC Brown Boveri
Type: AC1 210A/660V
SLA 140-0
Jumlah: 1 Buah
Gambar 3.6 Pengaman Lebur
Merk: SIBA
Type: NH 00 gL
Ratting: 125A 500V
I1 120kV
Jumlah: 3 buah
3.5 Pendistribusian Beban
Dari 20 MCB yang tersedia pada
panel PP-IB, tidak semua digunakan untuk
pendistribusian daya listrik, berikut tabel
lampiran beban panel PP-IB.
Tabel 3.1 Pendistribusian Beban
No
MCB
1
Rating MCB
Beban
6A
2
6A
6
16A
Beban
Konvensional,
1Fasa
Beban
Konvensional,
1Fasa
Penerangan
Ruang Mesin
8
9
10
16A
16A
25A
11
14
15
16A
16A
25A
Beban 3 Fasa
Beban 3 Fasa
Televisi,
Pemanas Air,
Komputer,
Lemari Es
Beban 3 Fasa
Beban 3 Fasa
Beban 3 Fasa
Bagian Yang Direkonstruksi
Ada beberapa hal pada panel PP-IB
yang menurut penulis masih perlu diperbaiki
dalam hal instalasinya dan penggunaan
komponennya. Dengan
melakukan
penyesuaian standar ini, diharapkan panel PP IB dapat beroperasi
dengan baik, mudah
dalam
pengoperasian dan pemeliharaannya
serta sesuai dengan kegunaannya. Berikut
beberapa hal yang masih belum sesuai dengan
yang disyaratkan PUIL 2000:
lampu indikator mati, maka telah
terjadi gangguan di salah satu fasa
tersebut.
3.7 1. Nama Panel
Setiap panel harus memiliki nama
atau pengenal yang tertera dengan
baik. Namun pada panel PP-IB
pengenal tersebut sudah tidak
terpasang dengan baik, oleh karena
itu penulis mengganti papan nama
pengenal panel tersebut dengan
yang baru. Ini dimaksudkan agar
memudahkan
operator
untuk
mengenali panel mana yang akan
dioperasikan.
Gambar 3.7 Nama pengenal panel PP-IB
2. Lampu Indikator
Untuk lebih memudahkan operator
dalam mengoperasikan panel,
penulis menambahkan tiga buah
lampu indikator pada pintu panel
untuk mengindikasikan tegangan
disetiap fasa. Apabila salah satu
Gambar 3.12 Lampu indikator pada pintu panel
3. Kunci Panel
Kunci
Panel
PP-IB
tidak
berfungsi, sehingga dikhawatirkan
bisa dioperasikan oleh orang yang
tidak berwenang. Panel PP-IB
memiliki ketinggian 118 cm dari
atas permukaan lantai, menurut
PUIL 2000 (4.13.1.4) suatu
Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)
yang memiliki ketinggian kurang
dari
120cm
harus
tertutup
seluruhnya dengan pintu atau
panel, dan tidak boleh dicapai
tanpa kunci penutup. Panel PP-IB
tidak memiliki pengunci panel
yang berfungsi dengan baik, oleh
karena itu penulis mengganti kunci
panel tersebut dengan yang baru.
Gambar 3.8 Pintu Panel sebelum dan sesudah diberi
kunci pengaman.
4. Pentanahan BKT Pada Pintu Panel
Menurut PUIL 2000 (3.3.1.5.)
mengenai persyaratan untuk sirkit
yang
dibumikan,
Bagian
Konduktif Terbuka (BKT) harus
dihubungkan
ke
penghantar
proteksi ke terminal pembumian.
Dalam hal ini pintu panel PP-IB
yang merupakan BKT belum
dihubungkan
ke
termninal
pembumian. Oleh karena itu
penulis
mengubungkan pintu panel
dengan penghantar proteksi ke
terminal
pembumian.
Ini
dimaksudkan untuk mengamankan
manusia
dari kegagalan isolasi
penghantar
yang
bisa
menyebabkan kebocoran arus ke
pintu panel. Selain itu bagian
penutup penghantar masukan ke
panel yang terbuat dari bahan
konduktor pun ikut diamankan
oleh penghantar proteksi.
antarpenghantar
yang
bisa
menyebabkan hubung singkat
antarfasa. Penggunaan selobong
vinyl sebagai pengganti kodifikasi
warna ini untuk menekan biaya
dibandingkan harus mengganti
seluruh penghantar dengan warna
yang sesuai dengan warna fasa
menurut PUIL 2000. Untuk bagian
busbar,
penulis
memberi
kodifikasi warna dengan cat yang
warnanya sesuai dengan warna
fasa.
Menurut PUIL 2000 (3.16.1.2)
luas penampang setiap penghantar
proteksi yang tidak merupakan
bagian kabel suplai tidak boleh
kurang dari 2,5mm² jika terdapat
proteksi mekanis atau 4mm² jika
tidak terdapat proteksi mekanis.
Penulis menggunakan penghantar
proteksi
2,5mm²
untuk
mengamankan
BKT
dari
kebocoran arus.
Gambar 3.10 Penghantar yang tidak
sesuai kodifikasi warna.
Gambar 3.11 Peghantar setelah diberi
kodifikasi warna.
Gambar 3.9 Proteksi BKT pada pintu panel.
5. Kodifikasi Warna Penghantar
Warna hitam digunakan untuk
seluruh penghantar fasa. Untuk
menyikapi hal tersebut, penulis
memasangkan selobong vinyl
disetiap ujung penghantar yang
warnanya disesuaikan dengan
warna penghantar fasa menurut
persyaratan
PUIL
2000,
penyesuaian warna fasa ini
dimaksudkan agar tidak terjadi
kekeliruan saat penyambungan
6. Input Penghantar
Pada mulanya di panel PP-IB,
penghantar input dari busbar yang
di supply ke setiap MCB masuk ke
bagian throw MCB. Seharusnya
dalam
penyaluran
input
penghantar ke sakelar dan MCB
harus masuk ke bagian pole, lalu
penghantar output menuju beban
keluar
dari
bagian
throw.
Menyikapi hal tersebut, penulis
merubah penghantar input yang
masuk ke MCB yang semula
melalui throw menjadi melalui
pole, dan penghantar output
menuju beban keluar dari bagian
throw.
Gambar 3.12 Pemindahan penghantar input dari
sumber ke beban. 7. Penerangan
Melihat diagram satu garis dan
tabel 3.1 mengenai pendistribusian
beban panel PP-IB, ada beban
penerangan yang di supply
berupa
dari panel PP-IB. Penerangan
ruang mesin di laboratorium
instalasi listrik menggunakan
enam buah lampu TL, masingmasing memiliki daya 40 Watt
dioperasikan dari MCB6 pada
panel PP-IB. Seharusnya antara
PHB instalasi penerangan dan
PHB daya tidak boleh berada
dalam
satu
panel
untuk
menghindari
saling
ketergantungan karena apabila
terjadi gangguan pada panel
9.
tersebut baik penerangan maupun
daya akan sama-sama terganggu.
Contoh apabila diterapkan pada
industri, bila PHB penerangan
terganggu akan ikut mengganggu
juga kerja daya motor-motor, dan
sebaliknya apabila PHB daya
mengalami
gangguan
maka
penerangan
pun
akan
ikut
terganggu. Untuk itu penulis
memindahkan beban penerangan
yang ada di panel PP-IB ke panel
khusus penerangan yang terdapat
di Lab. M&R melalui saluran
kabel bawah tanah menggunakan
kabel NYAF 2,5mm² yang di
masukan kedalam pipa PVC 5/8
inch.
Setelah
melakukan
pemindahan beban, penulis juga
merevisi diagram satu garis yang
terdapat pada panel PP-IB.
8. Bagian penghantar telanjang
Menurut PUIL 2000 (6.2.9)
Mengenai jarak minimum antar
bagian yang telanjang harus
sekurang-kurangnya 5cm. Kawat
penghantar fasa input ke panel PPIB menggunakan penghantar pejal
3
tiga
buah
yang
luas
penampangnya
70mm²
dan
terdapat cable skun namun tidak
terisolasi.
Posisinya
sangat
berdekatan
antara
ketiga
penghantar dan terhadap badan
panel.
Terkadang
terjadi
kebocoran arus ke badan panel
sehingga badan panel bertegangan.
Untuk menghindari hal tersebut,
penulis menggunakan selobong
vinyl pada cable skun yang
warnanya disesuaikan dengan
warna fasa menurut PUIL 2000.
Gambar 3.13 Bagian penghantar telanjang
9. Komponen tidak terdapat label informasi
yang lengkap
Untuk beberapa komponen panel yang
ada di PP-IB tidak terdapat label standar SNI
dan label informasi spesifikasi komponen
seperti yang disyaratkan PUIL 2000 (2.2.1)
bahwa di setiap perlengkapan listrik harus
tercantum dengan jelas nama pembuat dan
merk dagang, daya, tegangan serta arus
pengenal, juga data teknis lain yang
disyaratkan SNI. Tetapi perlengkapan listrik
yang ada di panel PP-IB masih bisa
digunakan untuk sementara waktu. Berikut
adalah komponennya:
a. Penghantar
Penghantar yang dipakai tidak
terdapat informasi luas penampang
penghantar, label standar seperti
SPLN, SNI dan LMK. Sebaiknya
dilakukan
pergantian
dengan
penghantar yang memiliki standar dan
data teknis lainnya.
b. MCB
dan mengganggu kinerja MCB. Kemudian
penulis menggantinya dengan MCB yang
masih layak pakai, berikut spesifikasinya:
MCB yang digunakan adalah
produk BBC - SK STOTZ. MCB
tersebut tidak tercantum nilai breaking
capacity nya serta kodifikasi standar
menurut SNI. Untuk itu, MCB
tersebut harus dilakukan pergantian
sesegera mungkin. Ada 19 Buah MCB
dilakukan pergantian.
yang harus
Merk: Merlin Gerin
Type: multi9
NC45a
C10
Tegangan 400V
Breaking Capacity : 450
Gambar 3.15 MCB Merlin Gerin
Gambar 3.14 MCB BBC SK STOTZ
3.4 Pemeliharaan Panel
Disamping
melakukan
penyesuaian
standar, penulis juga melakukan perbaikan
dan pemeliharaan beberapa komponen panel.
Ini dimaksudkan agar seluruh perangkat panel
PP-IB bisa berjalan optimal. Berikut beberapa
perlengkapan listrik yang diperbaiki:
1. Kontaktor
Kontaktor yang terdapat di panel PPIB mengeluarkan suara berdengung kencang.
Ini bisa diakibatkan karena koil dan kontak
pada kontaktor sudah kotor dan berkarat.
Kemudian langkah yang diambil adalah
membongkar kontaktor tersebut untuk
kemudian dibersihkan dari debu dan karat
dengan
WD-40.
Setelah
dilakukan
pemeliharaan, suara yang dikeluarkan
kontaktor sudah mulai berkurang.
2. Kotak Kontak
Panel PP-IB menyuplai daya ke kotak
kontak satu fasa yang terdapat di meja
ruang workshop. Namun setelah di
lakukan survey, kotak kontak yang
terdapat di meja 4 dan 5 sudah rusak dan
tidak terhubung dengan panel. Maka dari
itu penulis melakukan penggantian dan
perbaikan sehingga kotak kontak di meja
4 dan 5 sudah siap dioperasikan kembali.
3. MCB
MCB 17 yang terdapat di panel PP-IB
sudah hangus dan tidak layak pakai.
Terdapat suatu lubang di permukaan MCB
yang bisa mengakibatkan masuknya debu
IV
Analisa Hasil Perancangan
4.1 Analisa Penerapan Standar PUIL 2000
Setelah mengamati dan merekonstruksi
panel PP-IB, penulis melakukan analisa
terhadap penggunaan standarisasi dalam
perencanaan instalasi listrik, dalam hal ini
panel daya listrik PP-IB. Tujuan dari analisa
ini adalah:
1. Menganalisa bahaya akibat tidak
menerapkan standar PUIL 2000 dalam
pemasangan panel listrik.
2. Menganalisa manfaat dari penerapan
PUIL 2000 dalam pemasangan panel
listrik.
4.1.1 Tujuan Penerapan Standarisasi(PUIL
2000)
Apabila instalatir mengabaikan standar
PUIL 2000, tentu ada bahaya yang akan
ditimbulkan dan dapat menyebabkan kerugian
materi bahkan korban jiwa. Begitu juga
dengan menerapkan standar PUIL 2000 dalam
kegiatan instalasi, ada manfaat yang bisa
didapat dan rasa aman yang bisa dirasakan.
Berikut adalah bahaya dan manfaat penerapan
PUIL 2000 pada instalasi panel PP-IB:
1. Penandaan Panel
Setiap panel harus memiliki nama atau
pengenal yang tertera dengan baik.
Namun pada panel PP-IB pengenal
tersebut sudah tidak terpasang dengan
baik, sehingga dapat membingungkan
operator yang akan mengoperasikan panel
PP-IB. Dengan adanya pengenal panel,
operator dapat dengan mudah mengenali
Panel PP-IB.
2. Kodifikasi warna penghantar
Pada mulanya warna penghantar yang
digunakan untuk seluruh penghantar fasa
pada panel PP-IB adalah warna hitam. Ini
dapat membingungkan
operator yang akan
melakukan pemeliharaan panel atau
penambahan beban baru, apabila terjadi
kesalahan penyambungan penghantar
yang berbeda
fasa, maka akan terjadi
hubung
singkat
dan
mengganggu
pendistribusian daya. Lain halnya jika
warna penghantar disesuaikan dengan
yang disyaratkan PUIL 2000, operator
akan lebih mudah mengidentifikasi
penghantar fasa dan meminimalisir
kesalahan penyambungan
penghantar.
3. Isolasi bagian penghantar aktif
telanjang
Penghantar aktif atau penghantar fasa
yang terapat dalam suatu panel sudah
seharusnya terisolasi dengan baik. Apabila
penghantar aktif telanjang tersebut
bersentuhan
dengan
BKT,
dapat
menimbulkan kebocoran arus dan
tegangan sentuh sehingga membahayakan
manusia atau hewan yang menyentuh
BKT, dalam hal ini badan panel dan pintu
panel. Setelah mengisolasi penghantar
aktif telanjang yang ada di panel PP-IB,
bahaya
kebocoran
arus
dapat
diminimalisir.
4. Pembumian BKT
Semua bahan yang bersifat konduktif
yang terdapat dalam perlengkapan listrik
harus dibumikan. Ini dimaksudkan untuk
meminimalisir kebocoran arus akibat
kegagalan isolasi. Apabila terdapat
kebocoran arus terhadap bagian yang
bersifat
konduktif
tersebut,
dapat
menimbulkan tegangan sentuh yang dapat
membahayakan manusia.
5. Kuat hantar arus dan rating pengaman
Instalatir kerap kali melupakan hal
yang terpenting dalam melakukan
pemasangan instalasi listrik, yaitu
menentukan penghantar dan pengaman
yang akan digunakan. Penggunaan luas
penampang dan rating pengaman yang
tidak sesuai dengan beban yang digunakan
dapat menyebabkan kegagalan isolasi
bahkan hingga menyebabkan kebakaran.
PUIL 2000 telah menetapkan rating
pengaman dan luas penampang yang
boleh digunakan dengan mengacu pada
arus nominal beban.
6. Pembatasan beban pada kotak kontak
Kotak kontak sebaiknya diberi
keterangan batasan maksimal daya
yang boleh dibebankan. Pada kotak
kontak yang di supply oleh panel PPIB, untuk kotak kontak satu fasa
dibatasi hingga 500VA, dan kotak
kontak tiga fasa 16A. Ini dimaksudkan
untuk meminimalisir beban lebih yang
ditanggung kotak kontak.
V.
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan
Setelah melakukan survey pada panel
PP-IB lalu menganalisa serta menerapkan
standar yang disyaratkan PUIL 2000, penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan. Berikut
yang bisa penulis simpulkan:
1. Sebagian
besar
instalasi
dan
komponen panel PP-IB sudah
disesuaikan dengan standar PUIL
2000. Meski ada beberapa hal yang
belum bisa disesuaikan karena
keterbatasan waktu dan dana.
2. Dengan menerapkan standar
PUIL 2000 pada panel listrik,
kita dapat lebih mudah dalam
mengoperasikan, memelihara dan
memperbaiki suatu panel listrik.
3. Dengan
menganalisa
KHA
penghantar, rating pengaman dan
breaking capacity gawai proteksi
kemudian disesuaikan dengan
persyaratan yang ada dalam
PUIL
2000,
kita
dapat
meminimalisir bahaya akibat
kesalahan dalam pemasangan
instalasi listrik.
4. Panel PP-IB dapat dijadikan
contoh
dalam
penyesuaian
pemasangannya menurut PUIL
2000 agar panel lain yang belum
sesuai standar, dapat disesuaikan.
5.2
Saran
Ada beberapa poin yang dijelaskan di
Bab IV sebelumnya mengenai beberapa
komponen panen hal yang belum disesuaikan
dengan standar PUIL 2000, penulis
menyarankan agar komponen tersebut dapat
dilakukan pergantian, terlebih usia pemakaian
komponen tersebut
sudah lama sehingga
mengurangi ke optimalan kerja panel. Selain
itu, penulis menyarankan
agar seluruh panel
yang ada di laboraturium instalasi listrik
khususnya
dan panel listrik yang ada di
kampus POLBAN pada umumnya dapat
disesuaikan menurut
standar yang disyaratkan
PUIL 2000.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.breaker.com.
Tanggal
unduh: 17.35 ; 13-06-12
2. http://www.lke-electric.com. 18.40 ;
15-06-12
3. Imam Sugandi, Ir. dkk ; Panduan
Instalasi
Listrik untuk Rumah
Berdasarkan PUIL 2000 ; Yayasan
Usaha Penunjang Tenaga Listrik,
Jakarta 2001.
4. Madia Putra, Adhitya ; Perancangan
Instalasi Listrik Rumah Tinggal ;
Laporan Kerja Praktek Program Studi
Teknik Listrik, Politeknik Negeri
Bandung, Bandung 2004.
5. Muhaimin ; Instalasi Listrik 1 ; Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung 1995.
6. Nur Yuliyawati, Sri dan Hazma. 2009.
Kiat Penulisan Laporan Ilmiah untuk
Program Diploma. Bandung. Upt
Penerbit Politeknik Negeri Bandung.
7. Panitia Revisi PUIL, 1987 ; PUIL
2000 ; BSN, Jakarta. 2000.
8. P. Van Harten, E. Setiawan, Ir ;
Instalasi Listrik arus Kuat 1 ; Bina
Cipta, Bandung. 1992.
Download