REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 Fajar Septiansyah (091321076) Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK Dalam setiap perencanaan dan perancangan instalasi listrik baik instalasi listrik rumah tinggal maupun industri, harus menerapkan prinsip-prinsip dasar instalasi listrik (keandalan, ketersedian, kemudahan, keamanan, keindahan, ekonomis) dan standarisasi yang berlaku ada di negara tersebut. Hal ini dimaksudkan agar instalasi listrik yang akan di pasang dapat bekerja optimal dan meminimalisir bahaya yang diakibatkan kesalahan pemasangan instalasi listrik. Contohnya pada suatu instalasi panel listrik. Panel listrik merupakan elemen penting dalam penyaluran daya menuju beban yang dalam pemasangannya harus se-aman dan se-optimal mungkin agar suplay daya menuju beban tidak terganggu, selain itu dalam pengoperasian dan pemeliharaannya pun harus mudah. Untuk itu dperlukannya penerapan standarisasi, dalam hal ini menurut PUIL 2000. Pada proyek akhir ini akan dilakukan penyesuaian panel PP-IB yang berada di Lab.Instalasi Listrik menurut persyaratan PUIL 2000, mulai dari instalasinya hingga pemilihan komponen dan pengaman arusnya. Hasil akhir yang ingin didapat adalah panel PP-IB dapat bekerja dengan optimal, mudah dioperasikan, mudah dalam pemeliharan dan aman dari bahaya akibat gangguan listrik. Kata Kunci: Rekonstruksi, Standarisasi PUIL 2000, Panel Daya I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada sebuah gedung, perencanaan sistem instalasi listrik haruslah mengacu pada peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan PUIL 2000 dan Undang–Undang Ketenagalistrikan 2002. Pemilihan spesifikasi komponen dilakukan dengan metoda perhitungan dan analisa, sehingga didapatkan ukuran dan spesifikasi komponen yang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan. Perencanaan suatu instalasi listrik sangat dianjurkan untuk mengacu pada standar yang berlaku, seperti IEC, PUIL 2000, JIS, NEMA dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan aturan yang berlaku di suatu negara. Hal ini dimaksudkan untuk menerapkan tujuh prinsip dasar instalasi listrik yaitu, kemanan, keandalan, ketersediaan, kemudahan, ekonomis, estetis dan pengaruh lingkungan. Di Indonesia masih banyak kontraktor dan tenaga ahli kelistrikan yang mengabaikan prinsip dasar dan standar pemasangan instalasi listrik, yang pada akhirnya dapat menimbulkan bahaya pada manusia seperti sengatan listrik bahkan kebakaran. Oleh karena itu, standarisasi suatu perancangan instalasi listrik itu amat penting. Pada Proyek Akhir (PA) ini, penulis akan melakukan rekonstruksi panel distribusi daya listrik di Laboratorium Instalasi Listrik POLBAN yang mengacu pada standar SNI PUIL 2000. Pada rekonstruksi panel distribusi daya listrik ini, penulis akan menggunakan metoda perhitungan dan analisa sebagai pendekatan untuk menentukan spesifikasi komponen-komponen yang akan digunakan dan sistem instalasi listrik akan mengacu pada peraturan dan ketentuan berdasarkan PUIL 2000. Diharapkan apabila panel tersebut sudah sesuai dengan standar PUIL 2000 dapat diterapkan dan dijadikan acuan di seluruh gedung POLBAN khususnya, dan untuk masyarakat luas pada umumnya. 1.2 Tujuan Adapun tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan proyek akhir yang penulis laksanakan adalah: 1. Merekonstruksi panel PP-IB menurut standar PUIL 2000. 2. Menganalisa manfaat pengacuan standar PUIL 2000 dalam perancangan instalasi panel listrik. 3. Menganalisa bahaya akibat perancangan instalasi panel listrik yang tidak mengacu pada standar PUIL 2000. 4. Membuat hasil proyek akhir sebagai acuan dalam melakukan perancangan panel instalasi listrik yang baik dan sesuai standar PUIL 2000. 1.3 Batasan Masalah Untuk lebih menitikberatkan pada rancang bangun panel distribusi daya listrik ini, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada proyek akhir ini. Permasalahan yang akan diutarakan yaitu mencakup : 1. Gambar Instalasi Panel PP-IB Gambar Instalasi Panel PP-IB menunjukan dengan jelas letak perlengkapan listrik beserta sarana kendalinya, seperti letak kotak kotak kontak. 2. Gambar situasi Panel PP-IB Gambar situasi yang menunjukan dengan jelas letak gedung atau bangunan tempat panel PP-IB terpasang dan rancangan penyambungannya dengan sumber tenaga listrik. 3. Gambar diagram garis tunggal Gambar diagram garis tunggal ini meliputi: a. Diagram PHB lengkap dengan keterangan ukuran pengenal komponennya. b. Sistem pembumiannya. c. Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai 4. Pemasangan Panel dan komponennya menurut PUIL 2000 Disini penulis akan membahas tentang persyaratan dalam pemasangan panel beserta komponennya yang menurut standar PUIL 2000 untuk menunjang tujuh dasar prinsip instalasi listrik. II. Landasan Teori 2.1 Panel Hubung Bagi Panel adalah suatu lemari hubung atau suatu kesatuan dari alat penghubung, pengaman, dan pengontrolan untuk suatu instalasi kelistrikan yang ditempatkan dalam suatu kotak tertentu sesuai dengan banyaknya komponen yang digunakan (Hendra Budianto: 2003). Panel hubung bagi adalah peralatan yang berfungsi menerima energi listrik dari PLN dan selanjutnya mendistribusikan dan sekaligus mengontrol penyaluran energi listrik tersebut melalui sirkit panel utama dan cabang ke PHB cabang atau langsung melalui sirkit akhir ke beban yang berupa beberapa titik lampu dan melalui kotak-kontak ke peralatan pemanfaatan listrik yang berada di dalam bangunan. Sesuai dengankegunaan dari panel listrik, maka dalam perancangannya harus sesuai dengan syarat dan ketentuan serta standar panel listrik yang ada. Untuk penempatan panel listrik hendaknya disesuaikan dengan situasi bangunan dan terletak ditempat yang mudah dijangkau dalam memudahkan pelayanan. Panel harus mendapatkan ruang yang cukup luas sehingga pemeliharaan, perbaikan, pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman. Dalam penempatan panel ini sangat mempengaruhi proses kelangsunganpenyaluran energi listrik, karena apabila penempatan dari paneltersebut tidak diperhatikan maka kontinuitas pelayanan panel tersebut tidak akan bertahan lama dan dapat mengurangi keandalan dalam penyaluran energi listrik. Fungsi panel dapat dikategorikan menjadi beberapa macam yaitu (Aslimeri: 1992): 1. Penghubung Panel berfungsi untuk menghubungkan antara satu rangkaian listrik dengan rangkaian listrik lainnya pada suatu operasi kerja.Panel menghubungkan suplay tenaga listrik dari panel utama sampai ke beban-beban baik instalasi penerangan maupun instalasi tenaga. 2. Pengaman Suatu panel akan bekerja secara otomatis melepas sumber atau suplay tenaga listrik apabila terjadi gangguan pada rangkaian. Komponen yang berfungsi sebagai pengaman pada panel listrik ini adalah MCCB dan MCB. 3. Pembagi Panel membagi kelompok beban baik pada instalasi penerangan maupun pada instalasi tenaga.Panel dapat memisahkan atau membagi suplay tenaga listrik berdasarkan jumlah beban dan banyak ruangan yang merupakan pusat beban.Pembagian tersebut dibagi menjadi beberapa group beban dan juga untuk membagi fasa R, fasa S, fasa T agar mempunyai beban yang seimbang antar fasa. 4. Penyuplai Panel menyuplai tenaga listrik dari sumber ke beban.Panel sebagai penyuplai, dan mendistribusikan tenaga listrik dari panel utama, panel cabang sampai ke pusat beban baik untuk instalasi penerangan maupun instalasi tenaga. 5. Pengontrol Fungsi panel sebagai pengontrol merupakan fungsi paling utama, karena dari panel tersebut masingmasing rangkaian beban dapat dikontrol.Seluruh beban pada bangunan baik instalasi penerangan maupun instalasi tenaga dapat dikontrol dari satu tempat. 2.1.1 Jenis dan Tipe Panel Panel listrik memiliki banyak tipe dan jenisnya, sesuai dengan kegunaan dan penempatannya. Menurut PUIL 2000 (6.3.2) jenis panel hubung bagi terdiri-dari: 1. Panel Hubung Bagi tertutup pasang dalam Panel Hubung Bagi tertutup pasang dalam adalah panel yangkomponenkomponennya sudah ditempatkan didalam kotak panel yang tertutup dan terpasang didalam ruangan. 2. Panel Hubung Bagi tertutup pasang luar Panel Hubung Bagi tertutup pasang luar adalah panel yang seluruh komponen-komponen ditempatkan didalam kotak panel yang tertutup dan dipasang diluar ruangan. Bahan yang digunakan harus tahan cuaca. 3. Panel Hubung Bagi terbuka pasang dalam Panel Hubung Bagi terbuka pasang dalam tidak boleh ditempatkan dekat saluran gas, saluran uap, saluran air atau saluran lainnya yang tidak ada kaitannya dengan Panel Hubung Bagi (PHB) tersebut. 4. Panel Hubung Bagi terbuka pasang luar Tampat pemasangan Panel Hubung Bagi (PHB) terbuka pasang luar harus merupakan perlengkapang yang tahan cuaca. Perlengkapan atau harus mempunyai saluran air sehingga dapat dicegah terjadinya genangan air. Pada Laboratorium Instalasi Tenaga, jenis dan tipe panel yang digunakan adalah panel hubung bagi tertutup pasang dalam, yaitu panel yang seluruh komponenkomponennya ditempatkan di dalam kotak panel yang tertutup dan dipasang di dalam ruangan. Panel Hubung Bagi (PHB) tertutup pasang dalam banyak dijumpai pada konsumen atau pemakai yang digunakan sebagai tempat untuk menampung energi listrik dari jaringan PLN dan sebagai penyalur energi listrik ke pusat beban serta untuk menempatkan pengaman-pengaman instalasi listrik. Penempatan panel harus memenuhi syarat-syarat berikut ini sesuai dengan PUIL 2000 (6.3-6.4) yaitu : 1. Tinggi maksimal dari lantai 1,2 – 2m. 2.Di depan panel harus memiliki ruang bebas yang cukup luas. 3. Saat membuka panel ini tidak terganggu oleh benda apapun. 4. Pintu harus bisa terbuka penuh. 5. Panel dipasang pada tempat yang sesuai, kering dan berventilasi cukup. 2.1.2 Pendistribusian Panel Seperti yang kita ketahui erdapat beberapa macam panel menurut fungsi dan pendistribusiannya. Setiap panel memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing tanpa harus memiliki ketergantungan dengan panel lainnya. Berikut adalah beberapa macam jenis panel : 1. LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel) LVMDP adalah sebagai panel penerima daya dari trafo dan mendistribusikan power tersebut ke panel SDP (Sub Distribution Panel). 2. SDP (Sub Distribution Panel) SDP adalah panel pembagi daya ke sirkit akhir yang berupa panel penerangan (LP), Panel Kontrol (CP), Panel Daya (PP). 3. LP (Lighting Panel) LP adalah suatu panel yang seluruh bebannya berupa penerangan. 4. CP (Control Panel) CP adalah suatu panel untuk mengoperasikan beban berupa tenaga (Motor). 5. PP (Power Panel) PP adalah panel yang digunakan untuk mendistribusikan beban melalui kotak kontak. III. 4. Lampu Indikator (Indicator Lamp) 5. Kabel Penghantar 6. Sepatu Kabel 7. Busbar 8. Cable Tidy atau Spiral Rekonstruksi 3.1 Flow Chart Sistem 3.2 Diagram Satu Garis Diagram satu garis adalah diagram yang menggambarkan suatu instalasi sistem secara singkat. Diagram satu garis pada pengasutan motor biasanya hanya merupakan rangkaian dari simbol-simbol listrik yang dihubungkan dengan satu garis. Gambar 2.1 Distribusi Panel 2.2 Komponen yang Digunakan Dalam suatu panel listrik terdapat komponen-komponen listrik yang diantaranya adalah: 1. Miniature Circuit Breaker (MCB) 2. Pengaman Lebur (Fuse) 3. Kontaktor Magnetik (Magnetic Contactor) Gambar 3.2 Diagram satu garis panel PP-IB 3.3 Gambar Sistem Pembumian Sistem Pembumian yang dipakai pada panel PP-IB adalah sistem TN-C. Pada sistem TN-C semua bagian konduktif terbuka dihubungkan ke sistem netral melalui gabungan konduktor netral (N) dan pengaman. Kawat yang masuk ke dalam panel berjumlah empat kawat, yaitu kawat fasa R, fasa S, fasa T dan kawat penghantar proteksi. Kemudian kawat proteksi di hubung secara paralel ke terminal (Busbar) pembumian dan terminal (Busbar) netral sehingga antara terminal pembumian dan termnial netral terhubung. 1. MCB Gambar 3.5 MCB 3 Fasa Merk: SK STOTZ-BBC Brown Boveri 3 Fasa Tipe S163 380V/415V Ratting 6A berjumlah 6 buah Ratting 16A berjumlah 8 buah Ratting 25A berjumlah 6 buah Total berjumlah 20 buah MCB 2. Fuse Gambar 3.3 Sistem Pembumian Panel PP-IB 3.4 Komponen dan Spesifikasi Panel PP-IB Panel PP-IB merupakan panel daya (PP) komponennya berupa penghantar, pengaman lebur, pengaman arus hubung singkat dan beban lebih, busbar dan kontaktor. Berikut adalah spesifikasi komponen yang terdapat dalam panel. 1. Kontaktor Gambar 3.4 Kontaktor Merk: BBC Brown Boveri Type: AC1 210A/660V SLA 140-0 Jumlah: 1 Buah Gambar 3.6 Pengaman Lebur Merk: SIBA Type: NH 00 gL Ratting: 125A 500V I1 120kV Jumlah: 3 buah 3.5 Pendistribusian Beban Dari 20 MCB yang tersedia pada panel PP-IB, tidak semua digunakan untuk pendistribusian daya listrik, berikut tabel lampiran beban panel PP-IB. Tabel 3.1 Pendistribusian Beban No MCB 1 Rating MCB Beban 6A 2 6A 6 16A Beban Konvensional, 1Fasa Beban Konvensional, 1Fasa Penerangan Ruang Mesin 8 9 10 16A 16A 25A 11 14 15 16A 16A 25A Beban 3 Fasa Beban 3 Fasa Televisi, Pemanas Air, Komputer, Lemari Es Beban 3 Fasa Beban 3 Fasa Beban 3 Fasa Bagian Yang Direkonstruksi Ada beberapa hal pada panel PP-IB yang menurut penulis masih perlu diperbaiki dalam hal instalasinya dan penggunaan komponennya. Dengan melakukan penyesuaian standar ini, diharapkan panel PPIB dapat beroperasi dengan baik, mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya serta sesuai dengan kegunaannya. Berikut beberapa hal yang masih belum sesuai dengan yang disyaratkan PUIL 2000: lampu indikator mati, maka telah terjadi gangguan di salah satu fasa tersebut. 3.7 1. Nama Panel Setiap panel harus memiliki nama atau pengenal yang tertera dengan baik. Namun pada panel PP-IB pengenal tersebut sudah tidak terpasang dengan baik, oleh karena itu penulis mengganti papan nama pengenal panel tersebut dengan yang baru. Ini dimaksudkan agar memudahkan operator untuk mengenali panel mana yang akan dioperasikan. Gambar 3.7 Nama pengenal panel PP-IB 2. Lampu Indikator Untuk lebih memudahkan operator dalam mengoperasikan panel, penulis menambahkan tiga buah lampu indikator pada pintu panel untuk mengindikasikan tegangan disetiap fasa. Apabila salah satu Gambar 3.12 Lampu indikator pada pintu panel 3. Kunci Panel Kunci Panel PP-IB tidak berfungsi, sehingga dikhawatirkan bisa dioperasikan oleh orang yang tidak berwenang. Panel PP-IB memiliki ketinggian 118 cm dari atas permukaan lantai, menurut PUIL 2000 (4.13.1.4) suatu Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) yang memiliki ketinggian kurang dari 120cm harus tertutup seluruhnya dengan pintu atau panel, dan tidak boleh dicapai tanpa kunci penutup. Panel PP-IB tidak memiliki pengunci panel yang berfungsi dengan baik, oleh karena itu penulis mengganti kunci panel tersebut dengan yang baru. Gambar 3.8 Pintu Panel sebelum dan sesudah diberi kunci pengaman. 4. Pentanahan BKT Pada Pintu Panel Menurut PUIL 2000 (3.3.1.5.) mengenai persyaratan untuk sirkit yang dibumikan, Bagian Konduktif Terbuka (BKT) harus dihubungkan ke penghantar proteksi ke terminal pembumian. Dalam hal ini pintu panel PP-IB yang merupakan BKT belum dihubungkan ke termninal pembumian. Oleh karena itu penulis mengubungkan pintu panel dengan penghantar proteksi ke terminal pembumian. Ini dimaksudkan untuk mengamankan manusia dari kegagalan isolasi penghantar yang bisa menyebabkan kebocoran arus ke pintu panel. Selain itu bagian penutup penghantar masukan ke panel yang terbuat dari bahan konduktor pun ikut diamankan oleh penghantar proteksi. Menurut PUIL 2000 (3.16.1.2) luas penampang setiap penghantar proteksi yang tidak merupakan bagian kabel suplai tidak boleh kurang dari 2,5mm² jika terdapat proteksi mekanis atau 4mm² jika tidak terdapat proteksi mekanis. Penulis menggunakan penghantar proteksi 2,5mm² untuk mengamankan BKT dari kebocoran arus. antarpenghantar yang bisa menyebabkan hubung singkat antarfasa. Penggunaan selobong vinyl sebagai pengganti kodifikasi warna ini untuk menekan biaya dibandingkan harus mengganti seluruh penghantar dengan warna yang sesuai dengan warna fasa menurut PUIL 2000. Untuk bagian busbar, penulis memberi kodifikasi warna dengan cat yang warnanya sesuai dengan warna fasa. Gambar 3.10 Penghantar yang tidak sesuai kodifikasi warna. Gambar 3.11 Peghantar setelah diberi kodifikasi warna. Gambar 3.9 Proteksi BKT pada pintu panel. 5. Kodifikasi Warna Penghantar Warna hitam digunakan untuk seluruh penghantar fasa. Untuk menyikapi hal tersebut, penulis memasangkan selobong vinyl disetiap ujung penghantar yang warnanya disesuaikan dengan warna penghantar fasa menurut persyaratan PUIL 2000, penyesuaian warna fasa ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan saat penyambungan 6. Input Penghantar Pada mulanya di panel PP-IB, penghantar input dari busbar yang di supply ke setiap MCB masuk ke bagian throw MCB. Seharusnya dalam penyaluran input penghantar ke sakelar dan MCB harus masuk ke bagian pole, lalu penghantar output menuju beban keluar dari bagian throw. Menyikapi hal tersebut, penulis merubah penghantar input yang masuk ke MCB yang semula melalui throw menjadi melalui pole, dan penghantar output menuju beban keluar dari bagian throw. Gambar 3.12 Pemindahan penghantar input dari sumber ke beban. 7. Penerangan Melihat diagram satu garis dan tabel 3.1 mengenai pendistribusian beban panel PP-IB, ada beban berupa penerangan yang di supply dari panel PP-IB. Penerangan ruang mesin di laboratorium instalasi listrik menggunakan enam buah lampu TL, masingmasing memiliki daya 40 Watt dioperasikan dari MCB6 pada panel PP-IB. Seharusnya antara PHB instalasi penerangan dan PHB daya tidak boleh berada dalam satu panel untuk menghindari saling ketergantungan karena apabila terjadi gangguan pada panel 9. tersebut baik penerangan maupun daya akan sama-sama terganggu. Contoh apabila diterapkan pada industri, bila PHB penerangan terganggu akan ikut mengganggu juga kerja daya motor-motor, dan sebaliknya apabila PHB daya mengalami gangguan maka penerangan pun akan ikut terganggu. Untuk itu penulis memindahkan beban penerangan yang ada di panel PP-IB ke panel khusus penerangan yang terdapat di Lab. M&R melalui saluran kabel bawah tanah menggunakan kabel NYAF 2,5mm² yang di masukan kedalam pipa PVC 5/8 inch. Setelah melakukan pemindahan beban, penulis juga merevisi diagram satu garis yang terdapat pada panel PP-IB. 8. Bagian penghantar telanjang Menurut PUIL 2000 (6.2.9) Mengenai jarak minimum antar bagian yang telanjang harus sekurang-kurangnya 5cm. Kawat penghantar fasa input ke panel PPIB menggunakan penghantar pejal 3 tiga buah yang luas penampangnya 70mm² dan terdapat cable skun namun tidak terisolasi. Posisinya sangat berdekatan antara ketiga penghantar dan terhadap badan panel. Terkadang terjadi kebocoran arus ke badan panel sehingga badan panel bertegangan. Untuk menghindari hal tersebut, penulis menggunakan selobong vinyl pada cable skun yang warnanya disesuaikan dengan warna fasa menurut PUIL 2000. Gambar 3.13 Bagian penghantar telanjang 9. Komponen tidak terdapat label informasi yang lengkap Untuk beberapa komponen panel yang ada di PP-IB tidak terdapat label standar SNI dan label informasi spesifikasi komponen seperti yang disyaratkan PUIL 2000 (2.2.1) bahwa di setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan jelas nama pembuat dan merk dagang, daya, tegangan serta arus pengenal, juga data teknis lain yang disyaratkan SNI. Tetapi perlengkapan listrik yang ada di panel PP-IB masih bisa digunakan untuk sementara waktu. Berikut adalah komponennya: a. Penghantar Penghantar yang dipakai tidak terdapat informasi luas penampang penghantar, label standar seperti SPLN, SNI dan LMK. Sebaiknya dilakukan pergantian dengan penghantar yang memiliki standar dan data teknis lainnya. b. MCB dan mengganggu kinerja MCB. Kemudian penulis menggantinya dengan MCB yang masih layak pakai, berikut spesifikasinya: MCB yang digunakan adalah produk BBC - SK STOTZ. MCB tersebut tidak tercantum nilai breaking capacity nya serta kodifikasi standar menurut SNI. Untuk itu, MCB tersebut harus dilakukan pergantian sesegera mungkin. Ada 19 Buah MCB yang harus dilakukan pergantian. Merk: Merlin Gerin Type: multi9 NC45a C10 Tegangan 400V Breaking Capacity : 450 Gambar 3.15 MCB Merlin Gerin IV Gambar 3.14 MCB BBC SK STOTZ 3.4 Pemeliharaan Panel Disamping melakukan penyesuaian standar, penulis juga melakukan perbaikan dan pemeliharaan beberapa komponen panel. Ini dimaksudkan agar seluruh perangkat panel PP-IB bisa berjalan optimal. Berikut beberapa perlengkapan listrik yang diperbaiki: 1. Kontaktor Kontaktor yang terdapat di panel PPIB mengeluarkan suara berdengung kencang. Ini bisa diakibatkan karena koil dan kontak pada kontaktor sudah kotor dan berkarat. Kemudian langkah yang diambil adalah membongkar kontaktor tersebut untuk kemudian dibersihkan dari debu dan karat dengan WD-40. Setelah dilakukan pemeliharaan, suara yang dikeluarkan kontaktor sudah mulai berkurang. 2. Kotak Kontak Panel PP-IB menyuplai daya ke kotak kontak satu fasa yang terdapat di meja ruang workshop. Namun setelah di lakukan survey, kotak kontak yang terdapat di meja 4 dan 5 sudah rusak dan tidak terhubung dengan panel. Maka dari itu penulis melakukan penggantian dan perbaikan sehingga kotak kontak di meja 4 dan 5 sudah siap dioperasikan kembali. 3. MCB MCB 17 yang terdapat di panel PP-IB sudah hangus dan tidak layak pakai. Terdapat suatu lubang di permukaan MCB yang bisa mengakibatkan masuknya debu Analisa Hasil Perancangan 4.1 Analisa Penerapan Standar PUIL 2000 Setelah mengamati dan merekonstruksi panel PP-IB, penulis melakukan analisa terhadap penggunaan standarisasi dalam perencanaan instalasi listrik, dalam hal ini panel daya listrik PP-IB. Tujuan dari analisa ini adalah: 1. Menganalisa bahaya akibat tidak menerapkan standar PUIL 2000 dalam pemasangan panel listrik. 2. Menganalisa manfaat dari penerapan PUIL 2000 dalam pemasangan panel listrik. 4.1.1 Tujuan Penerapan Standarisasi(PUIL 2000) Apabila instalatir mengabaikan standar PUIL 2000, tentu ada bahaya yang akan ditimbulkan dan dapat menyebabkan kerugian materi bahkan korban jiwa. Begitu juga dengan menerapkan standar PUIL 2000 dalam kegiatan instalasi, ada manfaat yang bisa didapat dan rasa aman yang bisa dirasakan. Berikut adalah bahaya dan manfaat penerapan PUIL 2000 pada instalasi panel PP-IB: 1. Penandaan Panel Setiap panel harus memiliki nama atau pengenal yang tertera dengan baik. Namun pada panel PP-IB pengenal tersebut sudah tidak terpasang dengan baik, sehingga dapat membingungkan operator yang akan mengoperasikan panel PP-IB. Dengan adanya pengenal panel, operator dapat dengan mudah mengenali Panel PP-IB. 2. Kodifikasi warna penghantar Pada mulanya warna penghantar yang digunakan untuk seluruh penghantar fasa pada panel PP-IB adalah warna hitam. Ini dapat membingungkan operator yang akan melakukan pemeliharaan panel atau penambahan beban baru, apabila terjadi kesalahan penyambungan penghantar yang berbeda fasa, maka akan terjadi hubung singkat dan mengganggu pendistribusian daya. Lain halnya jika warna penghantar disesuaikan dengan yang disyaratkan PUIL 2000, operator akan lebih mudah mengidentifikasi penghantar fasa dan meminimalisir kesalahan penyambungan penghantar. 3. Isolasi bagian penghantar aktif telanjang Penghantar aktif atau penghantar fasa yang terapat dalam suatu panel sudah seharusnya terisolasi dengan baik. Apabila penghantar aktif telanjang tersebut bersentuhan dengan BKT, dapat menimbulkan kebocoran arus dan tegangan sentuh sehingga membahayakan manusia atau hewan yang menyentuh BKT, dalam hal ini badan panel dan pintu panel. Setelah mengisolasi penghantar aktif telanjang yang ada di panel PP-IB, bahaya kebocoran arus dapat diminimalisir. 4. Pembumian BKT Semua bahan yang bersifat konduktif yang terdapat dalam perlengkapan listrik harus dibumikan. Ini dimaksudkan untuk meminimalisir kebocoran arus akibat kegagalan isolasi. Apabila terdapat kebocoran arus terhadap bagian yang bersifat konduktif tersebut, dapat menimbulkan tegangan sentuh yang dapat membahayakan manusia. 5. Kuat hantar arus dan rating pengaman Instalatir kerap kali melupakan hal yang terpenting dalam melakukan pemasangan instalasi listrik, yaitu menentukan penghantar dan pengaman yang akan digunakan. Penggunaan luas penampang dan rating pengaman yang tidak sesuai dengan beban yang digunakan dapat menyebabkan kegagalan isolasi bahkan hingga menyebabkan kebakaran. PUIL 2000 telah menetapkan rating pengaman dan luas penampang yang boleh digunakan dengan mengacu pada arus nominal beban. 6. Pembatasan beban pada kotak kontak Kotak kontak sebaiknya diberi keterangan batasan maksimal daya yang boleh dibebankan. Pada kotak kontak yang di supply oleh panel PPIB, untuk kotak kontak satu fasa dibatasi hingga 500VA, dan kotak kontak tiga fasa 16A. Ini dimaksudkan untuk meminimalisir beban lebih yang ditanggung kotak kontak. V. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan survey pada panel PP-IB lalu menganalisa serta menerapkan standar yang disyaratkan PUIL 2000, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan. Berikut yang bisa penulis simpulkan: 1. Sebagian besar instalasi dan komponen panel PP-IB sudah disesuaikan dengan standar PUIL 2000. Meski ada beberapa hal yang belum bisa disesuaikan karena keterbatasan waktu dan dana. 2. Dengan menerapkan standar PUIL 2000 pada panel listrik, kita dapat lebih mudah dalam mengoperasikan, memelihara dan memperbaiki suatu panel listrik. 3. Dengan menganalisa KHA penghantar, rating pengaman dan breaking capacity gawai proteksi kemudian disesuaikan dengan persyaratan yang ada dalam PUIL 2000, kita dapat meminimalisir bahaya akibat kesalahan dalam pemasangan instalasi listrik. 4. Panel PP-IB dapat dijadikan contoh dalam penyesuaian pemasangannya menurut PUIL 2000 agar panel lain yang belum sesuai standar, dapat disesuaikan. 5.2 Saran Ada beberapa poin yang dijelaskan di Bab IV sebelumnya mengenai beberapa komponen panen hal yang belum disesuaikan dengan standar PUIL 2000, penulis menyarankan agar komponen tersebut dapat dilakukan pergantian, terlebih usia pemakaian komponen tersebut sudah lama sehingga mengurangi ke optimalan kerja panel. Selain itu, penulis menyarankan agar seluruh panel yang ada di laboraturium instalasi listrik khususnya dan panel listrik yang ada di kampus POLBAN pada umumnya dapat disesuaikan menurut standar yang disyaratkan PUIL 2000. DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.breaker.com. Tanggal unduh: 17.35 ; 13-06-12 2. http://www.lke-electric.com. 18.40 ; 15-06-12 3. Imam Sugandi, Ir. dkk ; Panduan Instalasi Listrik untuk Rumah Berdasarkan PUIL 2000 ; Yayasan Usaha Penunjang Tenaga Listrik, Jakarta 2001. 4. Madia Putra, Adhitya ; Perancangan Instalasi Listrik Rumah Tinggal ; Laporan Kerja Praktek Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 2004. 5. Muhaimin ; Instalasi Listrik 1 ; Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung 1995. 6. Nur Yuliyawati, Sri dan Hazma. 2009. Kiat Penulisan Laporan Ilmiah untuk Program Diploma. Bandung. Upt Penerbit Politeknik Negeri Bandung. 7. Panitia Revisi PUIL, 1987 ; PUIL 2000 ; BSN, Jakarta. 2000. 8. P. Van Harten, E. Setiawan, Ir ; Instalasi Listrik arus Kuat 1 ; Bina Cipta, Bandung. 1992.