5 BAB II LANDASAN TEORI A.Pengukuran kinerja Pengukuran kinerja merupakan elemen penting bagi suatu perusahaan untuk kesuksesannya. Setiap perusahaan memerlukan pengukuran kinerja untuk mengevaluasi pencapaian tujuan perusahaan. 1. Definisi Kinerja Perusahaan Pengertian kinerja menurut Syahrial (2006:73) adalah : “seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seberapa baik organisasi itu menetapkan dan mencapai tujuan yang memadai.” Kinerja perlu diukur, dievaluasi untuk menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu. Dua aspek yang sering digunakan dalam menilai kinerja adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi menggambarkan hubungan antara input dan output sedangkan efektivitas mencerminkan hubungan output pada suatu tujuan tertentu. Pengertian Kinerja Perusahaan menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:111) adalah : Tingkat pencapaian pelaksanaan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara akrual dan pencapaian misi perusahaan. Bisa juga diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. 6 Pengertian system pengukuran kinerja menurut mulyadi (2007:337) Kinerja adalah keberhasilan personiel tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran srtategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan prilaku yang diharapkan. Sistim merupakan kerangka kerja terpadu yang terdiri dari komponen – komponen yang saling berkaitan dan memiliki sasaran yang ingin dicapai. Menurut mulyadi (2005:19) definisi sistim pengukuran kinerja adalah “penetuan organisasi, secara badan periodic organisasi efektivitas dan operasional karyawan suatu berdasarkan sasaran,standard an criteria yang telah di tetapkan sebelumnya” Secara umum penegertian pengukuran kinerja adalah sebagai suatu usaha formal yang dilaksanakan oleh manajemen untuk mengevaluasi hasil dari aktifitas yang telah dilaksankan dan informasi yang didapat dalam pengukuran kinerja perusahaan, yang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan baik perusahaan kecil, menengah dan atas, hal ini bukan hanya mendukung kegiatan dalam janka pendek, namun juga dalam kegiatan jangka panjang perusahaan, pihak manajemen melakukan usaha pengukuran kinerja dalam rangka mengukur hasil kegiatan yang sudah dilakukan selama ini. 2. Tujuan dan Karakteristik Pengukuran Kinerja Secara umum, tujuan pokok dari sistem pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2005:139) sebagai berikut: 7 a. Menentukan kontribusi suatu bagian dari perusahaan terhadap organisasi secara keseluruhan b. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing – masing manajer. c. Memotivasi para manajer agar secara konsisten melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan pokok perusahaan. Didalam suatu perusahaan semakin banyak kegiatan yang dilakukan semakin kompleks masalah yang dihadapi, khususnya tentang prestasi kerja yaitu tentang penilaian kinerja operasional perusahaan. Dalam organisasi yang berorientasi pada pencapaian laba maupun tidak, akan berguna bagi pimpinan puncak, yaitu bagaimana membagi kegiatan dan mempertanggung jawabkan serta bagaimana mengkoordinasikan sub – sub unit yang ada. Manajer puncak harus mendistibusikan kekuasaannya dalam pengambilan keputusan atas kebijakan masing – masing unit. Untuk melakukan efesiensi serta efektifitas dalam melaksanakan kegiatannya, maka harus ada keseimbangan antara tujan divisi dan tujuan peruasahaan secara keseluruhan, sehingga dapat tercapai tujuan utama organisasi. Selain mempunyai tujuan, pengkuran kinerja pengukuran kinerja mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: 1) Sistem pengukuran kinerja harus berjalan sesuai dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. 8 2) Kesalahan pengukuran harus dihindari karena kesalahan kecil dapat mengakibatkan pimpinan salah dalam mengambil keputusan, juga dapat berakibat menimbulkan ketidakpuasan bawahan. 3) Sistem pengukuran kinerja harus mempertimbangkan waktu dan biaya yang telah dikeluarkan tidak lebih besar dari manfaat yang diperlukan. 4) Sistem pengukran kinerja harus mempertimbangkan akibat yang muncul pada individu yang dievaluasi. Dengan melihat tujuan dan karaktristik tersebut, maka perusahaan dalam menetapkan system pengukuran kinerja perlu melakukan perancangan dengan baik. 3. Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja keuangan menitikberatkan pada hasil – hasil keuangan sebagai tolak ukur kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja tradisional lebih menekankan pada ukuran keuangan sebagai hasil akhir. Pengukuran kinerja yang hanya menitikberatkan pada satu fokus saja, seperti kinerja keuangan, dapat menyebabkan manajeman mengabaikan fokus kinerja yang lain yang sebenarnya juga penting atau bahkan lebih penting. Jenis pengukuran kinerja keuangan yang banyak dipakai oleh perusahaan adalah Return on Investment (ROI). 9 4. Pengukuran Kinerja Non Keuangan Pengukuran kinerja non keuangan merupakan pengukuran yang bersifat kualitatif dan tidak menggunakan nilai uang sebagai dasar pengukuran. 5. Manfaat Pengukuran Kinerja Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut : (Sony Yuwono et al. 2005): a. Menelusuri kinerja tarhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya member kepuasan kepada pelanggan. b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan yang baik kepada pelanggan. c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya – upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut. d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pambelajaran organisasi. 6. Pengukuran Kinerja Tradisional Semua program, inisiatif dan proses perubahan manajemen yang baru pada perusahaan abad informasi, sampai saat ini masih dilaksanakan dalam suatu lingkungan yag diatur oleh berbagai laporan keuangan 10 kuartalan dan tahunan. Proses pelaporan keuangan tetap terikat pada model akuntansi yang dikembangkan ratusan tahun lalu, yang diciptakan untuk sebuah lingkungan transaksi yang wajar antara pihak – pihak yang independen. Model akuntansi ini masih digunakan oleh perusahaan abad informasi pada saat mereka berusaha membangun aktiva dan kemampuan internal dan untuk mendorong keterkaitan dan aliansi strategis dengan berbagai pihak eksternal (Kaplan Robert S dan Norton David P, 2005) Model akuntansi tradisional merupakan bentuk pengukuran sisi aktiva sama dengan sisi pasiva. Aktiva merupakat asset perusahaan baik yang berwujud maupun yang tdak berwujud, sedangkan pada sisi pasiva meliputi utang ditambah dengan modal. Model pengukuran tradisional ini seharusnya dikembangkan dengan mengikutsertakan penilaian atas aktiva intelatual takberwujud perusahaan, seperti produk dan jasa yang bermutu tingg, para pekerja yang memiliki motivasi dan kemampuan tinggi, proses internal yang responsive dan dapat diprediksi, dan pelanggan yang puas dan loyal. Penilaian atas aktiva tak berwujud dan kapabilitas perusahaan akan sangat membantu. Karena bagi perusahaan abad informasi, untuk mencapai keberhasilan, aktiva ini lebih penting dibandingkan aktiva tradisional yang berupa aktiva fisik dan berwujud. Jika aktiva tak berwujud dan kapabilitas perusahaan dapat dinilai dalam model akuntansi keuangan, perusahaan yang meningkatkan aktiva dan kapabilitas ini dapat mengkomuniksikan peningkatan peningkatan ini kepada para pekerja, 11 pemegang saham, kreditor dan masyarakat. Demikian juga sebaliknya, jika perusahaan menghabiskan persediaan aktiva tak berwujud dan kapabilitasnya, efek negatif dapat segera terlihat dalam laporan keuangan perusahaan. Namun pada kenyataannya, kesulitan dalam menghitung nilai financial untuk aktiva seperti kapabilitas proses, keahlian pekerja, motivasi, serta fleksibilitas, loyalitas pelanggan, database dan sistem mungkin akan membuat aktiva – aktiva ini tidak dicantumkan dalam neraca perusahaan, sedangkan aktiva dan kapabilitas itulah yang menjadi faktor penting keberhasilan perusahaan dalan lingkungan persaingan bisnis dewasa ini dan masa depan. B.Pengukuran Kinerja Dengan Balanced Scorecard 1. Kelahiran konsep balanced Scorecard Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah bagian keuangan, mengapa hanya bagian keuangan ? Jawabannya sederhana karena keuangan berbicara mengenai angka, sesuatu yang mudah dihitung dan dianalisa. Dengan perkembangan ilmu manajemen dan kemajuan teknologi informasi, sistem pengukuran kinerja perusahaan yang hanya mengandalkan perspektif keuangan dirasakan banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan. 12 Sesungguhnya ada perspektif non keuangan yang lebih penting yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan. Kenyataan inilah yang menjadi awal terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah Balanced scorecard dimulai dan diperkenalkan pada awal tahun 1990 di USA oleh David P Norton dan Robert Kaplan melalui suatu riset tentang “pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan”. Istilah balanced scorecard terdiri dari 2 kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Kata berimbang (balanced) dapat diartikan dengan kinerja yang diukur secara berimbang dari 2 sisi yaitu sisi keuangan dan non keuangan, mencakup jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan bagian internal dan eksternal. 2. Pengertian Balance Scorecard Pengertian kartu skor (scorecard) adalah suatu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja baik untuk kondisi sekarang ataupun untuk perencanaan di masa yang akan datang. Dari definisi tersebut pengertian sederhana dari balanced scorecard adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan factor internal dan eksternal. Dari hasil studi dan riset yang dilakukan disimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja masa depan, diperlukan pengukuran yang komprehensif yang mencakup 4 perspektif yaitu: 13 keuangan, customer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran-pertumbuhan. Berdasarkan konsep balanced scorecard ini kinerja keuangan sebenarnya merupakan akibat atau hasil dari kinerja non keuangan (costumer, proses bisnis, dan pembelajaran). Menurut (Suwardi dan Prima 2007:19) balanced scorecard adalah: Balanced berarti seimbang. Dengan demikian BSC adalah alat manajemen untuk memjaga keseimbangan antara: a. Indikator finansial dan non-finansial Mengenai indikator finansial dan non finansial : umumnya organisasi, terutama perusahaan swasta, berorientasi pada profit. Hal ini tidaklah salah, tetapi bagaimanapun perlu adanya keseimbangan antara profit dan pencapaiannya dengan faktor – faktor yang ada di luarnya. b. Indikator kinerja masa lampau, masa kini dan masa depan Mengenai indikator kinerja masa lampau, masa kini dan masa depan : pada kenyataannya laporan keuangan adalah indkator yang menilai kinerja organisasi dimasa lampau. Laporan keuangan itu tidak bisa dijadikan patokan tunggal untuk menentukan stratgi dimasa mendatang. Bila memimpin organisasi diibaratkan seperti mengendarai sebuah mobil, laporan keuangan adalah kaca spion yang berfungsi menunjukan hal – hal yang terjadi dimasa lalu. Laporan keuangan hanya menyajikan data – data pencapaian dimasa lampau. c. Indikator internal dan eksternal 14 Mengenai indikator intenal dan eksternal : keseimbangan dari faktor – faktor intenal dan eksternal berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Disini faktor internal merupakan penyebab (input) dan (output) nya berdampak pada faktor ekstrenal. Karena saling berkaitan, kedua indikator ini harus dijaga keseimbangannya dan BSC memungkinkan hal itu. d. Indikator yang bersifat leading (cause/drivers) dan lagging (effect/outcome). Mengenai indikator yang bersifat leading (cause/driver) dan lagging (effect/outcome): kembali ke indikator internal dan eksternal diatas, BSC dapat menggambarkan sebab akibat yang jelas. scorecard Balance memetakan ’’penyebab’’ yang mendorong terciptanya kinerja yang baik atau buruk serta ”akibat”yang dapat ditimbulkan atau dihasilkan dari sebab – sebab tersebut. 3. Manfaat Balance Scorecard Menurut kaplan dan Norton (2005:17) balance scorecard dapat digunakan untuk : a. Mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenai strategi. b. Mengkomunikasikan strategi keseluruh perusahaan. c. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan. 15 d. Mengaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan angaran tahunan. e. Mengidentifikasi dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. f. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematik. g. Mendapatkan umpan balik yang dibtuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki stratgi. 4. Hubungan Balanced Scorecard dengan Visi, Misi dan Strategi Perusahaan Sistem pengukuran kinerja harus dapat memotivasi manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan strategi unit bisnisnya. Perusahaan yang dapat menerjemahkan strateginya kedalam sistem pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan strategi tersebut, sebab mereka telah mengkomunikasikan tujuan dan targetnya kepada para pegawai. Komunikasi ini akan memfokuskan mereka pada pemicu – pemicu kritis, memungkinkan mereka untuk mengarahkan investasi, inisiatif dan tindakan – tindakan dengan menyempurnakan tujuan – tujuan srategis. a. Pengertian Visi, misi dan strategi perusahaan Menurut Mulyadidan johny(2006:436) visi adalah ” suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu yang kita ciptakan 16 yang belum ada sebelumnya, suata keadaan yang akan kita wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya.” Menurut sondang (2005:43-44) yang dimaksud dengan misi adalah ” kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.” Menurut jhonson dan scholes yang dikutip oleh Triton P.B. (2007:15) strategi adalah: Arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka panjang yang lebih panjang, dan menyesuikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara khusus, dengan pasarannya, dengan pelanggannya dan kliennya untuk memenuhi harapan stekholder. b. Keterkaitan Balanced Scorecard dengan Misi dan Strategi Ke dalam berbagai tujuan dan ukuran,yang tersusun dalam empat perspektif: financial, pelanggan, proses bisnis internal,serta pembelajaran dan pertumbuhan. Scorecard member kerangka kerja, bahasa, untuk mengkomunikasi misi dan strategi; scorecad menggunakan penhukuran untuk memberi informasi kepada para pekerja tentang faktor yang mendorong keberhasilan saat ini dan yang akan datang. (Kaplan dan Norton, 2005:22) Kaplan dan Norton (2005: 149) mengemukakan tiga prinsip yang memungkinkan Balance Scorecard perusahaan terhubung dengan strategi yaitu: cause and effect relationship, performance drivers, linkage to financial. 17 1) Cause and effect relationship Prinsip ini sangat penting bagi Balanced Scorecard karena prinsip inilah yang membedakan Balanced Scorecard dengan konsep – konsep yang lain. Dengan ini, Balanced Scorecard mampu menjabarkan tujuan dan pengukuran masing – masing perspektif dengan baik dalam satu kesatuan yang padu. Menurut Kaplan dan Norton, sebuah strategi adalah seperangkat model yang dapat diekspresikan melalui kaitan antara peryataan ifthen. Pengembangan Balanced Scorecard yang baik harus dapat menjelaskan rangkaian cerita dari seluruh strategi unit bisnis dalam hubungan cause and effect. Melalui model cause and effect ini pula, suatu strategi dapat kritisi bersama. 2) Performance Drivers Sebuah Balanced Scorecard yang baik harus memiliki bauran hasil (lagging indicators) yang memadai dan pemicu kinerja (leading indicators) yang di gunakan oleh strategi unit bisnis. Outcomes (lagging indicators) mencerminkan tujuan umum dari berbagai strategi yang dimiliki oleh kebanyakan perusahaan seperti profitability,market share,custumer satisfaction, custumer retention dan employee skills. Sedangkan perfomance drivers ( leading indicators) mencerminkan keunikan strategi unit bisnis. 3) Link to Financials 18 Adanya kritik terhadap pengukuran kinerja berbasis laporan keuangan tidak serta menghasilkan rekonebdasi untuk membuang tolok ukur keuangan. Keberhasilan perusahaan dalam pencapaian berbagi tujuan seperti kualitas, kepuasan pelanggan, inovasi dan pemberdayaan karyawan tidak memberikan perbaikan terhadap perusahaan apabila hal tersebut hanya dianggap sebagai tujuan akhir. Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitkan dengan tujuan keuangan sebagai tujuan akhir. Sebagai ilustrasi adalah pertandingan sepak bola. Apapun strategi yang digunakan pemenang pertandingan adalah tim yang lebih banyak mencetak gol. Mencetak gol diumpamakan sebagai outcome measures, strategi permainan itulah yang dikenal dalam Balance Scorecard dengan performance driver. 5. Aspek – Aspek yang di ukur dalam Balanced Scorecard Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa keseimbangan diperoleh dengan menerapkan ukuran kinerja dari empat perspektif yang berbeda. Kerangka keseimbangan ini cenderung menekankan pada perspektif keuangan yang berhubungan dengan keuntungan (profitabilitas) jangka panjang yaitu ukuran proses internal, ukuran pembelajaran dan pertumbuhan dan ukuran kepuasan pelanggan. 19 Hubungan sebab - akibat antara keempat perspektif ini dapat diilustrasikan melalui gambar (2.1) Sumber : Kaplan, Robert S, David P. Norton, balance scorecard Menerapkan strategi menjadi aksi. a. Untuk menjadi perusahaan penciptan kekayaan, kekayaan kondisi yang perlu diwujudkan oleh organisasi adalah mempunyai pelanggan yang puas terhadap barang / jasa perusahaan. b. Selain pelanggan, juga memiliki personal yang produktif dan berkomitmen. c. Mampu menghasilkan finansial return yang memadai sebagai dana perusahaan. d. Pelanggan yang puas berdampak terhadap mengalirnya pendapatan kedalam perusahaan (financial return). 20 e. Untuk menghasilkan pelanggan yang puas, perusahaan harus memiliki personal yang produktif dan berkomitmen. f. Personil yang produktif dan berkomitmen akan mampu menghasilkan barang/jasa secara cost effective sehingga berdampak terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan finansial retun yang memadai. g. Untuk mewujudkan pelanggan yang puas, perusahaan perlu memfokuskan usahanya kepada konsumen. h. Membangun bisnis internal yang cost effective. i. Untuk memiliki personal yang produktif dan berkomitmen perusahaan perlu membangun personal melalui pembelajaran dan pertumbuhan. j. Untuk menghasilkan financial return yang diinginkan perusahaan perlu memfokuskan pula pada perspektif keuangan dengan selalu mempertimbangkan setiap kegiatan pada perspektif lainnya. 6. Perspektif dalam Balanced Scorecard a. Perspektif Keuangan Pembentukan balanced scoredcard seharusnya akan mendorong unit bisnis untuk mengaitkan tujuan keuangan dengan strategi keuangan perusahaan. Tujuan keuangan adalah menjadi tujuan utama dan ukuran disemua aspek scorecard lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan bagian dari keterkaitan yang tujuan akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan dan ukuaran keuangan inilah yang harus memainkan peran ganda, untuk menentukan kinerja 21 keuangan yang diharapkan mulai dari strategi dan akhirnya menjadi sasaran akhir dan aspek-aspek scorecard lainnya. Tujuan keungan pasti berbeda-beda dari segmentasi bisnis, strategi bisnis menawarkan beberapa strategi yang berbeda yang dijanani oleh masing-masing segmentasi bisnis, dimulai dari yang melihat pasar secara agresif, melakukan konsolidasi bisnis. Tujuan dan ukuran keuangan memainkan peran ganda yaitu menentukan kinerja keuangan yang diharapkan dari strategi yang menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif secorecard lain. Tujuan keuangan mungkin berbeda untuk setiap tahap siklus hidup bisnis. Secara sederhana kaplan dan norton membagi ke dalam tiga siklus bisnis yaitu : 1) Pertumbuhan (Growth) Perusahaan yang baru mulai tumbuh, adalah perusahaan yang berada pada awal siklus hidup perusahaan. Perusahaan menghasilkan produk dan jasa yng memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Perusahaan harus melihat kemampuan untuk tumbuh dan berkembang yang harus didukung oleh sumber daya yang cukup memadai agar dapat berkembang dan mampu menghasilkan berbagai produk dan jasa, membangun dan memperluas jaringan serta fasilitas produksi, mengembangkan sistem kerja atau operasional dengan menanamkan investasi pada sistem, jaringan distribusi yang kesemuanya akan mendukung 22 tercapainya kepuasan pelanggan. Tujuan keuangan dalam tahap ini adalah meningkatkan pertumbuhan dari segi pertumbuhan penjualan, yang akan menghasilkan pertumbuhan pendapatan dalam dengan menanamkan investasi pada sistem, jaringan distribusi yang kesemuanya akan mendukung tercapainya kepuasan pelanggan. Tujuan keuangan dalam tahap ini adalah meningkatkan pertumbuhan dari segi pertumbuhan penjualan, yang akan menghasilkan pertumbuhan pendapatan dalam segmentasi bisnisnya dalam wilayah pelanggannya. Ini adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk yang secara potensi dapat berkmbang atau tumbuh dengan baik. Di sini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk baru, fasilitas baru, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem memiliki produk yang secara potensi dapat berkembang atau tumbuh dengan baik, membangun jaringan distribusi secara global dan membina hubungan baik dengan pelanggan. 2) Bertahan (Sustain) Perusahaan yang berada dalam posisi mempertahankan bisnisnya adalah perusahaan yang berada pada siklus dimana perusahaan masih memiliki peluang bagi penanam investasi, tetapi yang mana investasi diharapkan telah dapat memberikan tingkat pengembalian modal yang cukup tinggi. Perusahaan yang seperti 23 ini diharapkan sudah memiliki pangsa pasar tertentu dan setiap tahun akan tumbuh dan memberikan profit kepada pemilik modal atas setiap penanaman investasinya. Perusahaan yang berada pada tahap ini mengalami situasi dimana investasi masih menarik untuk dilakukan tetapi juga harus mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Proyek investasi lebih diarahkan untuk mengatasi berbagai kemacetan, perluasan kapasitas, dan peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan, dibandingkan investasi yang mampu menghasilkan pengembangan modal yang lebih cukup tinggi. Proyek investasi yang lebih diarahkan untuk mengatasi peningkatan berbagai kemacetan, aktivitas perluasan perbaikan yang kapasitas, dan berkelanjutan, dibandimgkan investasi yang memberikan pengembalian modal dan pertumbuhan jangka panjang seperti yang dilakukan pada tahap pertama(pertumbuhan). a) Perusahaan tahap ini kebanyakan menerapkan tujuan keuangan yang terkait dengan keuntungan seperti laba operasi dan margin kotor. Ukuran ini dianggap investasi modal didalam perusahaan masih tetap (guiven) sehingga perusahaan lebih berkonsentrasi kepada pendapatan. b) Selain ukuran tersebut ada pula perusahaan yang menyeimbangkan antara investasi dan pendapatan melalui 24 penyelarasan laba akuntansi yang dihasilkan dengan tingkat investasi yang ditanamkan. Contoh : c) Ukuran keuangan yang dipakai perusahaan pada tahap ini adalah tingkat pengembalian investasi, return on capital employaed (ROCE) nilai tambah ekonomi (EVA) dan lainnaya. 3) Menuai (Harvest) Perusahaan yang telah mencapai tahap ini akan menghadapi situasi dimana bisnis tidak lagi memerlukan investasi yang besar, cukup untuk untuk memelihara peralatan dan kapabilitas, bukan perluasan atau pembangunan berbagai kapabilitas baru. Tujuan utamanya adalah memaksimalakan arus kas kembali ke perusahaan melalui peningkatan kas operasi. Perusahaan yang ada dalam posisi mencapai keuntungan adalah perusahaan yang berada dalam siklus kedewasaan perusahaan. Dimana pada siklus ini perusahaan hanya tinggal memetik keuntungan atas investasi dua tahap yang telah dilaluinya. Tujuan keuangan keseluruhan untuk perusahaan pada tahap ini adalah arus kas operasional dari pendapatan perusahaan meningkatkan efesiensi disetiap tahap produksinya. Standard Penilaian Perspektif Keuangan dan 25 ROI = Laba sebelum pajak (EBT)+ Penyusutan Total Asset Cash Ration = & X 100% Current Ration = Collection Ration = Perputaran Persediaan = Perputaran Total Aktiva = TMS terhadap TA = X 100% X 100% : X 365 hari x 100% x 100% b. Perspektif Pelanggan Dalam proses balanced scorecard aspek pelanggan adalah tahapan perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmentasi pasar yang akan dipilih oleh perusahaan. Segmentasi pasar merupakan 26 sumber yang menjadi komponen penghasilan tujuan keuangan perusahaan. Aspek pelanggan memungkinkan perusahaan untuk : 1) Menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan utama seperti kepuasan, loyalitas, retensi akuisisi serta profitabilitas dari pelanggan serta segmentasi pasar atas pelanggan.Semua ukuran tersebut dapat dikelompokan didalam suatu rantai hubungan sebab akibat seperti gambar (2.2) PANG SA PASAR AKUI SISI PROFI TABILITAS RETE NSI PELA NGGAN PELA NGGAN KEPU ASAN PELA NGGAN Sumber : Balanced scorecard, menuju organisasi yang berfokus PELA NGGAN pada strategi. 2) Pangasa pasar (market share) Pengukuran ini menggambarkan proporsi pelanggan yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ttersedia yang meliputi antara lain : jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan. 3) Akuisisi pelanggan(Customer acquisition) 27 Mengukur secara lelatif ataupun absolut, keberhasilan perusahaan untuk menarik atau memenangkan pelanggan atau unit bisnis baru. 4) Kepuasan pelanggan (Customer satisfication) Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam proposal nilai. 5) Profitabilitas pelanggan (Customer profitability) Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen pasar tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. 6) Retensi pelanggan (customer retention) Mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan lainnya. a) Melakukan pengukuran proporsi Nilai Pelanggan dengan melihatnya melalui nilai tambah yang diberikan perusahaan untuk produk barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan guna menambah loyalitas pelanggan. Nilai tambah tersebut apakah telah melebihi harapan pelanggan terhadap perusahaan atau hanya sebatas memenuhi harapan pelanggan. Melakukan identifikasi dan pengukuran terhadap proporsi nilai yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan dan pasar sasaran. Ukuran ini sering disebut sebagai faktor pendorong kinerja 28 proporsi, nilai pelanggan menyatakan atribut yang diberikan perusahaan kepada produk dan jasanya untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas pelanggan. b) Tribut produk / jasa (Product/Service attributes) Pelanggan memiliki pandangan yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan. 7) Hubungan pelanggan (Customer relationship) Proporsi pelanggan ini sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan mereka. 8) Citra dan Reputasi (Image & Reputation) Menggambarkan seorang faktor-faktor konsumen untuk intangibel berhubungan yang menarik dengan suatu 29 perusahaan. Membangun citra dan reputasi dapat dilakuakan perusahaan dengan cara proaktif mengkomunikasikan dirinya kepada pelanggan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan. 9) Layanan purna jual Layanan purna jual adalah layanan kepada pelanggan setelah penjualan atau penyampaian produk atau jasa, yang mencakup garansi atau berbagai aktivitas perbaikan, penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan, serta proses pembayaran kinerja layanan purna jual dapat diukur dengan menyertakan beberapa ukuran waktu, mutu, dan biaya, seperti pengukuran proses operasi. Misalnya lama siklus, dari permintaan pelanggan, sampai dengan pemecahan masalah, dapat disertakan untuk mengukur kecepatan dalam menanggapi kerusakan. Ukuran biaya dapat dipakai untuk mengukur efesiensi dalam proses layanan purna jual. Dalam proses bisnis internal yang terakhir ini adanya layanan yang menyeluruh, yang memberikan layanan pasca penjualan dan opersional perusahaan. Layanan ini berpengaruh kembali kepada efesiensi, efektifitas serta mutu dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. 30 c. Perspektif proses bisnis internal Berbagai ukuran kinerja dalam perspektif pelanggan harus diterjemahkan kedalam ukuran – ukuran tentang apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi harapan pelanggan. Kinerja perusahaan dari perspektif pelanggan diperoleh dari proses bisnis internal yang diselenggarakan oleh perusahaan. Manajer harus memfokuskan perhatiannya kepada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan (perspektif pelangggan). Perusahaan harus memilih proses dan mempotensi yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran – ukuran untuk menilai kinerja proses dan kompetensi tersebut dan juga untuk peningkatan nilai bagi pemegang saham (perspektif keuangan). Analisis atas proses bisnis internal yang biasanya digunakan untuk balance scorecard adalah model mata rantai nilai proses internal yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1) Proses inovasi (Inovation Processes) 2) Dalam proses ini perusahaan melakukan riset tentang kebutuhan pelanggan dimasa kini dan masa mendatang dan mengubah data tentang kebutuhan pelanggan tersebut menjadi berbagai atibut yang didesain kedalam produk dan jasa. Proses inovasi dilandasi oleh kegiatan pokok pendisainan produk dan jasa yang pas dengan kebutuhan pelanggan. Inovasi tidak hanya dapat dilakukan dengan 31 mengeluarkan produk dan jasa yang baru tetapi juga dapat dilakukan dengan menambah ciri-ciri pada produk yang sudah ada, mempercepat penyerahan produk ke pasar. 3) Proses Operasional (Operating Processes) Produk dan jasa yang sudah didesain kemdian di produksi dan di serahkan kepada pelanggan. Proses operasi dilandasi oleh dua kegiatan pokok, diantaranya: a) Produksi produk dan jasa dengan biaya yang efektif (cost effektive). Sumber-sumber pemborosan dalam proses operasional di identifikasi dan solusi atas masalah yang terdapat dalam proses operasional di kembangkan. b) Pemasaran produk dan jasa pelanggan secara efektif. Memperpendek waktu siklus sehingga meningkatkan penyerahan produk tepat waktu. c) Proses layanan pasca penjualan Perusahaan menyediakan layanan bagi pelanggan secara cepat dan melakukan tindak lanjut secara pro aktif setelah produk dan jasa di serahkan pada pelanggan. Proses ini dilandasi oleh kegiatan pokok pemasaran secara efektif pada pelanggan. 32 Contohya seperti penanganan garansi dan perbaikan atas barang yang rusak. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Untuk dapat menjelaskan proses bisnis internal, guna menghasilkan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan, perusahaan membutuhkan karyawan yang produktif dan berkomitmen. Produktivitas karyawan yang ditentukan oleh kompetensi karyawan dan tersedianya prasarana yang diperlukanuntuk menjalankan proses bisnis internal, sedangkan komitmen karyawan ditentukan oleh kualitas lingkungan kerja yang dibangun dalam perusahaan. Kebutuhan yang senantiasa berkembang dan berubah perusahaan seerta untuk semakin melakukan ketatnya perubahan persaingan, pada menuntut proses bisnis internalnya yang akan memacu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk dan jasa yang bernilai. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang memilki kemampuan belajar secara berkelanjutan, dengan begitu perusahaan akan mampu memasuki pasar baru, meningkatkan pendapatan, perusahaan mampu bertumbuh dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Melalaui perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, kemampuan internal perusahaan dalam upaya mengembangkan 33 kegiatannya dapat diketahui. Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem dan prosedur organisasi. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memilki tiga tujuan utama menurut Hansen dan Mowen (2006:519) diantaranya 1) Kemampuan karyawan Tingkat pengukuran hasil utama bagi kemampuan karyawan adalah tingkat kepuasan karyawan, kemampuan mempertahankan karyawan dan program peningkatan kualitas karyawan. Beberapa elemen tingkat kepuasan karyawan adalah: keterlibatan dalam pengambalian keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan aktif untuk melakkukan kreatifitas dan inisiatif, serta dukungan yang besar dari manajer menengah sampai manajer tingkat atas. 2) Motivasi, pemberdayaan dan pensejajaran Selain memiliki keahlian yang diperlukan bagi kemajuan perusahaa, karyawan juga memiliki kebebasan, motivasi dan inisiatif untuk mengggunakan keahlian tersebut secara efektif. 3) Kemampuan sistem informasi Peningkatan sistem informasi yang lebih akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan guna membanttu karywaan sehingga mereka memperbaiki proses yang sudah terjamin seacara efektif melaksanakan proses baru. Jadi tidak hanya memotivasi dan 34 menambah karyawan. Dalam pelaksanaannya, ketersediaan informasi mengenai tolak ukur yang harus diperhatikan. 7. Penggunaan Balanced Scorecard a. Pembuatan Balanced Scorecard Implementasi BSC dalam perusahaan sangat ditentukan oleh konsep visi, misi dan strategi yang akan dikembangkan oleh sebuah perusahaan. Para pembuat keputusan dalam sebuah perusahaan perlu memperjelas arah tujuan perusahaan yang dibuat dalam sebuah peta strategi. Peta strategi tersebut dijabarkan secara jelas dari top management sampai dengan individu dalam perusahaan tersebut. Peta strategi yang telah dibuat oleh top management akan di uraikan menjadi peta strategi ditingkat unit maupun divisi. Kaplan dan Norton (2005) membagi empat tahap yang harus dilakukan oleh perusahaan yang akan menggunakan BSC, empat tahap tersebut disebut dengan empat komponen sistem manajemen strategis. 1) Memformulasikan dan mentransformasikan visi dan strategi perusahaan a) Strategi adalah titik tolak atau referensi bagi keseluruhan proses manajemen b) Shared vision adalah fondasi bagi pembelajaran strategis 2) Membuat tujuan dan menghubungkan tujuan-tujuan dengan strategi 35 a) Seluruh tujuan perusahaan harus selaras dari manajemen tingkat atas sampai individu paling bawah b) Pendidikan dan komunikasi yang terbuka tentang strategi adalah basis bagi pemberdayaan pegawai c) System kompensasi harus terhubung dengan strategi 3) Merencanakan, menyusun target-target dan menyelaraskan inisiatifinisiatif strategis a) Stretch target dibuat dan disetujui b) Inisiatif strategis secara jelas diidentifikasi c) Investasi ditentukan oleh strategi d) Anggaran tahunan dihubungkan ke perencanaan jangka panjang 4) Menyiapkan umpan balik dan pembelajaran strategis Umpan balik digunakan untuk menguji hipotesis yang didasarkan oleh : dibentuknya problem solving dan pengembangan strategi dilakukan secara berkesinambungan. Berdasarkan keempat tahap di atas, maka penyusunan balanced scorecard di awali dengan penciptaan visi dan misi perusahaan yang kemudian dijabarkan dalam bentuk peta strategi pada tingkat top management. 36 visi perspektif tujuan keua ngan Pelan ggan visi Prose s bisnis Pertu mbuh an & pemb elajar an Gambar 2.1 Kerangka Manajemen Faktor sukses Ukuran Rencana pelaksan aan