213 KETERAMPILAN TIK GURU PRODUKTIF SMK DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Herry Fitriyadi SMK Negeri 2 Amuntai [email protected] Abstrak: Keterampilan TIK Guru Produktif SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Implementasinya dalam Pembelajaran. Guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan dituntut harus dengan cepat memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), tak terkecuali guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dalam realitas masih minimnya implementasi TIK dalam pembelajaran dan adanya kendala internal dan eksternal SMK dalam pelaksanaan program TIK. Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi penguasaan keterampilan TIK guru produktif SMK dan implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK, serta mengidentifikasi kendala-kendala yang menjadi penghambat implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1) Keterampilan TIK guru produktif SMK secara keseluruhan termasuk dalam kategori rendah. 2) Implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK secara keseluruhan termasuk dalam kategori menengah. 3) Kendala-kendala implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah, pendanaan program, pengembangan profesional di bidang TIK, ketersediaan sumber daya TIK, dan penggunaan TIK di sekolah. Kata kunci: keterampilan TIK, implementasi TIK THE ICT SKILLS OF PRODUCTIVE TEACHERS IN VHS IN THE REGENCY OF HULU SUNGAI UTARA AND THE IMPLEMENTATION IN TEACHING Abstract: The ICT Skills of Productive Teachers in VHS in the Regency of Hulu Sungai Utara and the Implementation in Teaching. The teachers as the main actors in the process of education is required to quickly renew their knowledge, skills and competence in the field of Information and Communicaton Technology (ICT), no exception vocational high schools (VHS) productive teachers’, in reality the lack of implementation of ICT in learning, and the internal and external constraints in the implementation of ICT in VHS. Based on these things, this study was conducted to investigate the ICT skill mastery of productive teachers in VHS and the ICT implementation in the productive teaching in VHS, and to identify the constraints that inhibit theICT implementation in productive teaching in VHS in the Regency of HSU, the Province of South Kalimantan. The conclusions of the study are as follows. 1) The VHS productive teachers’ ICT skills in general are in the low category. 2) The ICT implementation in productive teaching in VHS in general is in the moderate category. 3) The constraints in the ICT implementation in productive teaching in VHS are related to the local government’s policies, program funding, professional development in ICT, availability of ICT resources, and ICT utilization in schools. Keywords: ICT skills, ICT implementation Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 214 sekolah yang tidak merata dan tidak dengan PENDAHULUAN Tantangan pendidikan pada abad ke-21 mudah bisa disesuaikan. adalah membangun masyarakat berpengetahuan Realitas saat ini guru-guru di Indonesia (knowledge-based society) yang dapat dibangun pada umumnya masih banyak yang belum melalui pengintegrasian Teknologi Informasi mengimplementasikan TIK dalam pembelajaran. dan proses Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana Dalam konteks pendidikan, yang lengkap dan memadai di suatu sekolah Komunikasi pembelajaran. sesungguhnya (TIK) peran sebagai maupun yang merupakan milik pribadi guru, untuk memungkinkan sering tidak diiringi dengan kemampuan para terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan guru untuk memanfaatkannya sebagai media efisien serta menyenangkan. Dalam hal ini TIK pendukung dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sehingga peralatan TIK tersebut masih terkesan bukan tujuan itu sendiri. hanya “enabler” atau alat TIK dalam adalah Dalam pendidikan modern, guru dituntut pembelajaran dijadikan secara pajangan optimal, sebagai simbol kekinian teknologi. untuk mampu mengintegrasikan TIK dalam Di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) proses pembelajaran. Dilihat dari sisi peran TIK Provinsi Kalimantan Selatan, perkembangan bagi guru, maka pengintegrasian TIK dalam pengimplementasian TIK dalam pembelajaran proses pembelajaran seharusnya memungkinkan secara lebih terarah dimulai pada tahun 2003 dirinya fasilitator, sejak dibentuknya Jaringan Informasi Sekolah kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan (JIS) Amuntai, sebagai salah satu pelaksanaan teman belajar dan (2) dapat memberikan pilihan program dari Direktorat Pembinaan SMK dan tanggung jawab yang besar kepada siswa Kemendikbud. untuk mengalami peristiwa belajar (UNESCO, selanjutnya 2002: 22-23). kelembagaan cenderung stagnan, karena semua untuk: (1) menjadi Guru sebagai aktor utama dalam proses kegiatan Dalam kegiatan tergantung perkembangan JIS pada Amuntai secara program dan pendidikan di sekolah perlu mendapatkan pendanaan dari pemerintah pusat. Namun secara perhatian lebih melalui kegiatan pelatihan dan individu beberapa anggota JIS Amuntai tetap pendidikan yang sistematis dalam penguasaan berupaya untuk mengembangkan TIK untuk TIK. Guru yang dituntut harus dengan cepat bidang pendidikan secara mengupdate pengetahuan, keterampilan, dan terbentuknya Komunitas e-edukasi Hulu Sungai kompetensinya dalam bidang TIK, ternyata Utara (EDUHUSURA) pada tahun 2009, dengan tidak dapat begitu saja dengan mudah dalam kegiatan utama melaksanakan pelatihan TIK upaya menguasai bidang TIK ini. Banyak untuk kendala mulai dari faktor usia, dukungan sarana SMA/MA/SMK di Kabupaten HSU, selain juga peralatan, kesempatan, dukungan kebijakan dari senantiasa atasan, hingga ketersediaan infrastruktur di keterampilan TIK sesama guru di sekolah. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 guru TK/RA, mendorong mandiri sampai SD/MI, SMP/MTs, terjadinya sharing 215 Sementara di sisi lain peran aktif Dinas Berangkat dari hal-hal yang telah Pendidikan Kabupaten HSU dalam upaya dikemukakan sebelumnya, maka sangat penting mendorong dan memfasilitasi pengintegrasian untuk diteliti dan dikaji lebih mendalam tentang TIK dalam proses pembelajaran di sekolah dapat keterampilan TIK guru produktif SMK di dikatakan sangat minim, karena lebih pada Kabupaten HSU dan implementasinya dalam tataran koordinasi pelaksanaan program seperti pembelajaran, pada program ICT Center, Jardiknas, dan menjadi penghambat implementasi tersebut. Schoolnet. kendala-kendala yang Rumusan permasalahan yang dibahas Seperti halnya pada satuan pendidikan lainnya, serta upaya implementasi TIK dalam dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. pembelajaran di sekolah menengah kejuruan (SMK) diduga juga menghadapi banyak kendala Seberapa jauh keterampilan TIK guru produktif SMK di Kabupaten HSU? 2. Seberapa jauh implementasi TIK dalam yang dapat mengganggu upaya implementasi pembelajaran produktif SMK di Kabupaten tersebut, baik pada mata pelajaran normatif, HSU? adaptif, maupun produktif. Kendala-kendala 3. Kendala-kendala apa saja yang menjadi tersebut baik yang bersifat internal yang penghambat berhubungan dengan kemampuan sekolah, guru, pembelajaran produktif SMK di Kabupaten siswa, HSU? kurikulum, maupun yang bersifat eksternal yang berhubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Lebih produktif khusus dalam Berdasarkan definisi yang diberikan oleh UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for untuk TIK TIK pembelajaran bahwa TIK adalah teknologi yang digunakan media belajar, memfasilitasi guru untuk berkomunikasi dan untuk membuat, mengembangkan alat peraga, meningkatkan mengelola dan mendistribusikan informasi. Dari keterampilan animasi definisi yang luas, TIK termasuk komputer, untuk meningkatkan pemahaman siswa dari hal internet, telepon, televisi, radio, dan peralatan yang abstrak menjadi visual, dalam rangka audiovisual (UNESCO, 2008: 11). dalam idealnya Education and Commonwealth of Learning, digunakan sebagai SMK, implementasi menggunakan meningkatkan produktivitas hasil meningkatkan interaksi belajar, belajar, Bondan S. Prakoso dan Rakhmat dan Januardy (2005: 6) mengemukakan bahwa memamerkan produk belajar yang pada akhirnya program TIK di lingkungan Kemendikbud meningkatkan kebanggaan siswa serta dirancang, disusun, dan dilaksanakan agar dapat meningkatkan akuntabilitas guru dalam memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi meningkatkan kapasitas pribadi siswa sesuai semua pihak, khususnya komunitas dengan tujuan pembelajaran yang telah sekolah Kemendikbud, yaitu: pimpinan, guru, siswa, tetapkan. pegawai, dan alumni. Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 216 Banyak perubahan yang terjadi dalam ditransfer, dan digunakan sebagai alat untuk pendidikan, dimana TIK merupakan salah satu membantu transformasi pembelajaran dalam kekuatan pendorongnya. Salah satu bentuk hubungannya perubahan itu adalah meningkatnya akses ke lainnya TIK di kalangan siswa dan guru baik di rumah pemecahan masalah (MCEETYA, 2005: 2). maupun di sekolah, tak terkecuali di Indonesia. dengan seperti keterampilan membaca, penting berhitung dan Definisi lainnya bahwa keterampilan TIK Sebagaimana yang dilansir oleh Communication adalah and Information Unit UNESCO Bangkok (2008: teknologi digital, alat komunikasi atau jaringan 6-10) bahwa penggunaan TIK di lingkungan untuk memecahkan masalah informasi dengan pendidikan tepat di Indonesia yang telah kemampuan sesuai untuk fungsinya dalam informasi paling dominan adalah untuk email; (2) TIK dikemukakan oleh CETF (2008: 3) bahwa dimasukkan dalam kurikulum di beberapa keterampilan TIK/digital adalah kemampuan sekolah; (3) pusat pelatihan swasta menawarkan untuk menggunakan peralatan komunikasi dan kursus singkat terkait TIK (misalnya, MS teknologi Office, desain web, animasi); (4) anggaran telah mengakses, dialokasikan untuk fasilitas TIK dan koneksi mengevaluasi, internet di sekolah; dan (5) pelatihan komputer mengkomunikasikan informasi sesuai fungsinya dasar disediakan untuk guru. Sama halnya dalam masyarakat berpengetahuan. Demikian dengan negara-negara lain, Indonesia bertekad juga untuk memanfaatkan penggunaan TIK untuk kemampuan individu untuk menggunakan TIK meningkatkan daya saing nasional. secara tepat untuk mengakses, mengelola dan juga terjadi dalam cara digital bahwa mengevaluasi 2005: 3). masyarakat teridentifikasi, yaitu: (1) penggunaan TIK yang Perubahan (ETS, menggunakan dan/atau mengelola, Hal jaringan untuk mengintegrasikan, membuat keterampilan informasi, senada dan TIK adalah mengembangkan pandang memahami keterampilan TIK. Pada pemahaman baru, dan berkomunikasi dengan awalnya, keterampilan TIK didefinisikan hanya orang lain untuk berpartisipasi secara efektif sebagai dalam masyarakat (MCEETYA, 2005: 2). keterampilan kemampuan untuk teknis, aplikasi Keterampilan TIK/digital dapat dirinci pengolah kata atau aplikasi database, kadang- dalam beberapa komponen. Nutt (2010: 14) kadang bahkan keterampilan pemrograman. mengemukakan bahwa keterampilan digital Dewasa ini, definisi keterampilan TIK adalah mencakup tiga kemampuan, yaitu kemampuan keterampilan digital sebagai kompetensi dalam untuk: (1) menggunakan teknologi digital, alat konteks yang lebih luas (Ilomäki, 2008: 11-12). komunikasi atau jaringan untuk menemukan, Keterampilan TIK adalah kompetensi pada mengevaluasi, menggunakan, dan menciptakan bidang mencerminkan informasi; (2) memahami dan menggunakan pemerataan yang luas dalam keterampilan informasi dalam berbagai format dari berbagai penggunaan TIK. Keterampilan TIK diadaptasi, sumber ketika disajikan melalui komputer; dan pembelajaran, menggunakan misalnya yang Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 217 (3) melakukan tugas mereka secara efektif tentang kisi-kisi kompetensi keterampilan TIK dalam lingkungan digital, yaitu keterampilan yang akan diteliti tingkat penguasaannya, yaitu yang mencakup kemampuan untuk membaca pada aplikasi: (1) navigasi file komputer; (2) dan menginterpretasikan media, mereproduksi email; (3) internet; (4) pengolah kata/naskah; (5) data dan gambar melalui manipulasi digital, presentasi; (6) pengolah angka/lembar kerja; dan serta (7) database. mengevaluasi pengetahuan baru dan yang menerapkan diperoleh dari Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap lingkungan digital. Hal senada dan lebih rinci penguasaan keterampilan TIK tersebut dengan dikemukakan ETS (2005: 4) bahwa terdapat membagi menjadi tiga tingkat penguasaan, tujuh komponen keterampilan TIK sebagai yaitu: rendah, menengah, dan tinggi. berikut: (1) menentukan (define); (2) mengakses (access); (3) (4) tercantum dalam Undang-Undang RI No. 14 mengintegrasikan (integrate); (5) mengevaluasi Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab (evaluate); (6) membuat (create); dan (7) IV Bagian Kedua Pasal 20 bahwa dalam mengkomunikasikan (communicate). melaksanakan tugas keprofesionalannya guru Dari mengelola beberapa (manage); Salah satu kewajiban guru sebagaimana definisi tentang wajib meningkatkan dan mengembangkan keterampilan TIK dan cakupan kompetensi kualifikasi akademik dan kompetensi secara penguasaan dan pemanfaatan TIK yang telah berkelanjutan sejalan dengan perkembangan dikemukakan dapat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal disimpulkan bahwa keterampilan TIK adalah tersebut dipertegas lagi dalam Peraturan Menteri keterampilan digital sebagai kompetensi dalam Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 konteks yang lebih luas, mencakup kemampuan tentang Standar Kualifikasi Akademik dan untuk: menggunakan teknologi digital, alat Kompetensi Guru bahwa salah satu kompetensi komunikasi atau jaringan untuk menemukan, guru mengevaluasi, menggunakan, dan menciptakan memanfaatkan informasi; menggunakan pembelajaran, yaitu memanfaatkan TIK dalam informasi dalam berbagai format dari berbagai pembelajaran yang diampu. Disebutkan juga sumber; dan melakukan tugas secara efektif bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang dalam Dengan Profesional adalah memanfaatkan TIK untuk mempertimbangkan kondisi objektif tentang mengembangkan diri, yaitu memanfaatkan TIK perkembangan TIK di Kabupaten HSU yang dalam berkomunikasi dan pengembangan diri. menjadi sebelumnya, memahami lingkungan tempat dan maka digital. TIK Pedagogik untuk adalah kepentingan Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 yang Tahun 2008 tentang Guru pada Bab I Pasal 1 digunakan oleh Department of Education and ayat (21) disebutkan bahwa Sekolah Menengah Training Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk ICT Western Teacher Australia maka bidang dengan mengadaptasi penelitian, dalam Survey seperti yang dikemukakan oleh AES (2006: 8) dirumuskan satuan pendidikan formal yang Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 218 menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada didominasi untuk guru menjadi berpusat pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan siswa. Lebih lanjut UNESCO (2005: 161) dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat menyatakan atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama lingkungan belajar dan mengajar yang baru, TIK atau setara SMP atau MTs. Mata pelajaran yang menawarkan disajikan di SMK dikelompokkan menjadi mata memberikan pelajaran: normatif, adaptif, dan produktif. memfasilitasi belajar anak-anak yang memiliki Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka gaya belajar dan kemampuan yang berbeda, penyebutan guru SMK disesuaikan dengan termasuk kelompok mata pelajaran yang diampu, yaitu: beruntung secara sosial, cacat mental dan fisik, guru mata pelajaran normatif, guru mata yang berbakat, dan mereka yang tinggal di pelajaran adaptif, dan guru mata pelajaran daerah terpencil; (b) membuat belajar lebih produktif. efektif, melibatkan indra lebih dalam konteks bahwa dalam berbagai keuntungan dan untuk: (a) kesempatan lambat penciptaan dalam belajar, kurang Dari beberapa definisi tentang guru dan multimedia dan lebih banyak koneksi dalam SMK yang telah dikemukakan sebelumnya, konteks hypermedia; dan (c) menyediakan maka dapat disimpulkan bahwa guru produktif konteks internasional yang lebih luas untuk SMK mendekati masalah sebagai respon yang lebih adalah mempunyai pendidik profesional kedudukan sebagai yang tenaga peka terhadap kebutuhan lokal. profesional pengampu mata pelajaran produktif pada satuan pendidikan formal Dalam konteks Indonesia, UNESCO yang (2004: 80-81) mengemukakan bahwa pada menyelenggarakan pendidikan kejuruan yaitu sejumlah sekolah di Indonesia TIK telah SMK. digunakan secara terpadu dalam pendidikan. Suroso dan Adi Winanto (2009: 6) Guru yang mempunyai kompetensi TIK ditunjuk menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran sebagai koordinator TIK, yang bertanggung TIK dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu jawab atas pengelolaan penggunaan TIK di pembelajaran dapat berupa: (1) alat bantu sekolah. Realitas yang ada adalah kebanyakan mengajar bagi guru; (2) alat bantu interaksi koordinator TIK tidak memiliki latar belakang antara guru dengan siswa; dan (3) alat bantu pendidikan TIK. Oleh karena itu, melatih belajar bagi siswa. mereka dalam TIK yang berhubungan dengan Penggunaan TIK dalam sistem sekolah di keterampilan yang diperlukan. JIS (Jaringan Asia-Pasifik, sebagaimana yang dikemukakan Informasi Sekolah), sebuah program diprakarsai UNESCO (2003: 9) bahwa seperti di bagian lain oleh di dunia telah tersebar luas dan berkembang. memberikan pelatihan TIK bagi guru dalam Banyak jaringan. yang percaya bahwa TIK akan mendorong guru untuk mentransformasi proses belajar dan mengajar, dari yang sangat Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 Direktorat Dari PSMK, beberapa bertujuan kajian untuk tentang implementasi TIK dalam pembelajaran yang 219 telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ketepatan pengiriman konten; (2) administrasi, disimpulkan harus dimana sistem harus menyediakan sumber daya memandang TIK dari sudut pandang pedagogi. yang memadai dan dukungan untuk integrasi Dalam hal ini TIK tidak hanya tentang berapa teknologi; (3) pembelajaran, dimana TIK harus macam peralatan teknologi dan keterampilan digunakan untuk meningkatkan pembelajaran; TIK yang dimiliki, (4) pengajaran, dimana guru harus siap untuk bahwa pendidikan namun lebih kepada bagaimana guru menggunakan produk teknologi menggunakan TIK dan keterampilan TIK dalam mewujudkan memfasilitasi belajar pembelajaran yang menarik dan bermanfaat bagi pengembangan konten yang dapat menjadi siswa. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap mahal dan memakan waktu, dan konten itu implementasi TIK dalam pembelajaran tersebut sendiri dapat memiliki umur simpan pendek, dengan sementara membagi menjadi tiga tingkat untuk mengajar siswa; mengembangkan dan dan dan (5) menjaga implementasi, yaitu: rendah, menengah, dan kualitas tinggi produk pembelajaran yang up-to- tinggi. date merupakan tantangan utama bagi TVET. Upaya untuk mengimplementasikan TIK dalam pembelajaran, kendala-kendala yang ternyata Bondan S. Prakoso dan Rakhmat menghadapi Januardy (2005: 12-15) mengemukakan bahwa menjadi penghambat dalam konteks Indonesia terdapat lima jenis upaya implementasi tersebut. kendala yang dihadapi saat ini dalam proses Sebagaimana dikemukakan oleh Pelgrum pengembangan TIK, yaitu : (1) dukungan (2001: 173), bahwa hasil survey yang dilakukan kebijakan dari pemerintah daerah; (2) pendanaan terhadap sekolah di 24 negara menunjukkan dan kesinambungan program; (3) implementasi hambatan serius yang dirasakan oleh praktisi program; pendidikan dalam upaya mewujudkan tujuan infrastruktur mereka terkait TIK, antara lain: (1) kurangnya pengembangan lokal konten. jumlah komputer; (2) guru tidak memiliki Dari (4) ketersediaan dan kajian teknologi konektifitas; tentang dan (5) kendala-kendala pengetahuan/keterampilan; (3) kesulitan untuk implementasi TIK dalam pembelajaran yang mengintegrasikan (4) telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat supervisi dari staf tidak cukup; dan (5) tidak diidentifikasi kendala-kendala yang potensial cukup kesempatan mengikuti pelatihan. menjadi penghambat, yaitu: dukungan kebijakan dalam pembelajaran; Dalam lingkup pendidikan dan pelatihan dari pemerintah daerah, dan kejuruan, menurut Haughey sebagaimana yang kesinambungan dikutip UNESCO (2005: 116) diidentifikasi lima program, ketersediaan teknologi infrastruktur isu kebijakan dan perhatian sehubungan dengan dan konektifitas, dan pengembangan lokal hambatan terhadap implementasi TIK dalam konten. pembelajaran: (1) infrastruktur yang tepat harus tersedia untuk menjamin pemerataan akses dan program, pendanaan implementasi Balanskat, Blamire, dan Kefala (2006: 5) mengemukakan beberapa temuan tentang Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 220 kompetensi dan penggunaan TIK oleh guru, bahwa TIK tidak hanya sebagai alat untuk antara lain: (1) guru pengajar sains, matematika, membuat bahan pelajaran, tetapi juga sebagai ilmu komputer, dan yang aktif di pendidikan alat untuk menyampaikan, kolaborasi, dan kejuruan adalah pengguna komputer paling diskusi meskipun masih terbatas; Buntat, Saud, intensif di kelas, dengan penggunaan lebih dari Dahar, 50% pada pelajaran mereka; (2) dampak mengemukakan bahwa TIK memainkan peranan terbesar yang ditemukan terkait dengan guru penting yang merupakan pengguna berpengalaman dan pengajaran. Perubahan sangat penting untuk yang dari awal sudah terlibat jauh dengan program VET dalam mendukung pengembangan integrasi TIK dalam pembelajaran; dan (3) guru tenaga kerja; Omar dan Paryono (2008: 17) belum memanfaatkan potensi kreatif TIK dan mengemukakan bahwa TIK dalam pendidikan melibatkan lebih banyak siswa aktif dalam telah diidentifikasi sebagai trend dan isu teratas produksi pengetahuan. dalam VET; dan Summak dan Samancioğlu Beberapa hasil penelitian lain terkait TIK Arifin, dan untuk (2011: 1) Zaid membantu (2010: guru mengemukakan bahwa dan pendidikan kejuruan antara lain: Paryono perbedaan signifikan dan Quito (2010: 2-22) mengemukakan bahwa implementasi di bidang pendidikan dan pelatihan kejuruan komputer berdasarkan gender dan usia. TIK dan antara skor 645) dalam terdapat tingkat penggunaan (Vocational Education and Training/VET), Kerangka pikir dalam penelitian ini integrasi TIK tidak hanya pilihan tapi juga sebagaimana tergambar pada Gambar 1 sebuah berikut: kebutuhan untuk membuat proses pendidikan lebih menarik. Temuan penelitian Peranan TIK dalam Aspek Proses Belajar Mengajar sebagai Alat Bantu Pembelajaran Keterampilan TIK Guru Produktif SMK Kendala-kendala Implementasi TIK Implementasi TIK dalam Pembelajaran Produktif SMK Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran produktif SMK, TIK dalam lingkup peranan TIK dalam aspek proses digunakan sebagai alat bantu pembelajaran, belajar mengajar, maka pada implementasi TIK yaitu alat bantu untuk: mengajar bagi guru, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 221 belajar bagi siswa, interaksi antara guru dan Education and Training Western Australia, yang siswa. Di sisi lain, diasumsikan penguasaan disesuaikan dengan tujuan penelitian. keterampilan TIK guru produktif SMK Instrumen pengumpulan data yang merupakan penunjang untuk implementasi TIK digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. dalam 1. pembelajaran sebaliknya produktif terdapat SMK, kendala-kendala dan yang Kuesioner Implementasi Pembelajaran, terdiri TIK dari dalam 26 item menjadi pengambat implementasi TIK dalam pernyataan/pernyataan dengan empat buah pembelajaran produktif SMK. alternatif Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang jawaban menggunakan skala Likert. 2. Kuesioner Kendala-kendala Implementasi penguasaan keterampilan TIK guru produktif TIK dalam Pembelajaran, terdiri dari 48 SMK, implementasi TIK dalam pembelajaran item pernyataan/pernyataan dengan dua produktif SMK, dan untuk mengidentifikasi buah alternatif jawaban menggunakan skala kendala-kendala Guttman. yang menghambat implementasi TIK dalam pembelajaran. 3. Soal Tes Unjuk Kerja Keterampilan TIK, terdiri dari 10 buah tes unjuk kerja, pada METODE masing-masing tes unjuk kerja terdapat Penelitian ini adalah penelitian deskriptif indikator-indikator menggunakan pendekatan survei. Penelitian keterampilan TIK. dilaksanakan pada empat unit SMK di Kabupaten HSU, yaitu: SMKN 1 Amuntai, kompetensi Pengujian validitas instrumen sebagai berikut. SMKN 2 Amuntai, SMKN 3 Amuntai, dan SMK Shalatiyah Bitin. Waktu pelaksanaan Pengujian Validitas Isi Dalam penelitian ini, untuk menguji penelitian ini dimulai dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru produktif SMK di Kabupaten HSU berjumlah 45 orang yang tercatat sebagai guru aktif pada saat Jenis data penelitian ini adalah data secara statistik deskriptif. Instrumen penelitian ini disusun dengan mengadaptasi implementasi TIK dan dari ahli (expert judgement), yaitu dikonsultasikan dengan dosen di lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mempunyai keahlian di bidang TIK, dalam hal penelitian dilaksanakan. kuantitatif. Data dianalisis validitas isi digunakan pertimbangan pendapat indikator-indikator indikator-indikator ini dengan Dr. Eko Marpanaji, M.T. dan Dr. Ratna Wardani, M.T. Pengujian Validitas Konstruk Untuk pengujian validitas konstruk, dilakukan dengan cara: (1) analisis faktor, yaitu kompetensi keterampilan TIK pada ICT Teacher dengan Survey yang digunakan oleh Department of instrumen mengkorelasikan dalam antar suatu skor butir faktor, dan Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 222 mengkorelasikan skor faktor dengan skor total; belahan genap, sehingga instrumen penelitian dan dinyatakan reliabel. (2) analisis butir, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor butir dengan skor Untuk dapat menjawab rumusan masalah total. Dari kedua analisis tersebut akan diperoleh dan pertanyaan penelitian, maka dilakukan koefisien korelasi (rxy) yang akan diuji untuk langkah-langkah analisis sebagai berikut. memvalidasi konstruk instrumen, yaitu dengan kriteria: jika rxy > 0,3 maka faktor atau butir Analisis Penguasaan Keterampilan TIK Guru Produktif SMK tersebut valid. 1. Menentukan Kompetensi Untuk kuesioner Implementasi TIK dalam skor: Prosedur Indikator Keterampilan TIK, Bobot Kendala- Indikator Kompetensi Keterampilan TIK, kendala Implementasi TIK dalam Pembelajaran, Indikator Kompetensi Keterampilan TIK, setelah dilakukan analisis faktor dan analisis Bobot Kompetensi Keterampilan TIK, dan butir, hasil perhitungan menunjukkan koefisien Kompetensi Keterampilan TIK. Pembelajaran maupun kuesioner korelasi besarnya lebih dari 0,3. Dengan 2. Memetakan Kompetensi Keterampilan TIK, demikian demikian instrumen memiliki validitas dengan mengikuti kurva normal, dengan konstruk yang baik. cara menghitung rerata ideal (Mi) dan Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan konsistensi internal (internal simpangan baku ideal (SBi) Kompetensi Keterampilan TIK dengan consistency), yaitu dengan cara mencobakan menggunakan rumus sebagai berikut. instrumen sekali saja. Perhitungan koefisien Rerata ideal (Mi ) = reliabilitas instrumen (ri) dengan data skor interval adalah dengan menggunakan teknik skor . (X +X ) (1) Simpangan baku ideal (SBi ) = Alfa Cronbach. Untuk kuesioner Implementasi . (X −X ) (2) TIK dalam Pembelajaran, setelah dilakukan perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas = 0,963 > 0,6. Dengan demikian demikian instrumen dinyatakan reliabel. Perhitungan koefisien reliabilitas instrumen (ri) dengan data skor dikotomi dan jumlah Keterangan: Xmaks = skor maksimum kompetensi Xmin = skor minimum kompetensi Tabel 1. Kategori Penguasaan Kompetensi butir pernyataan/pernyataan genap adalah dengan Skor Kompetensi menggunakan teknik Spearman Brown cara pertama yaitu Teknik Belahan Ganjil-Genap. X < (Mi - 1 SBi) Untuk kuesioner Kendala-kendala Implementasi (Mi - 1 SBi) ≥ X > (Mi + 1 SBi) TIK dalam Pembelajaran, setelah dilakukan perhitungan diperoleh ada hubungan antara pengukuran belahan ganjil dengan pengukuran Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 X ≥ (Mi + 1 SBi) Kategori Penguasaan Kompetensi Rendah Menengah Tinggi 223 3. Menentukan skor: Bobot Keterampilan TIK Tabel 3. dan Keterampilan TIK. 4. Kategori Implementasi TIK dalam Pembelajaran Skor Implementasi Katergori TIK dalam Implementasi TIK kriteria pada ICT Teacher Survey yang Pembelajaran dalam Pembelajaran digunakan oleh Department of Education X < (Mi - 1 SBi) Rendah Memetakan produktif Keterampilan SMK, dengan TIK guru mengadaptasi and Training Western Australia (AES, (Mi - 1 SBi) ≥ X > 2006: 5-6), yaitu: Menengah (Mi + 1 SBi) Tabel 2. Kategori Penguasaan Ketermapilan TIK Skor Kategori Penguasaan Keterampilan TIK Keterampilan TIK 0,00 s.d. 39,89 Rendah 39,90 s.d 60,59 Menengah 60,60 s.d. 100,00 Tinggi X ≥ (Mi + 1 SBi) Tinggi Mengelompokkan Guru SMK Berdasarkan Skor Keterampilan TIK dan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran 1. Menghitung proporsi untuk sembilan kelompok, untuk memperoleh gambaran Analisis Implementasi Pembelajaran 1. TIK dalam jawaban pada kuesioner. Menentukan skor perolehan total berdasarkan hasil jawaban pada kuesioner, dengan cara menjumlahkan keseluruhan skor perolehan item pernyataan/pertanyaan. 3. Memetakan Implementasi TIK dalam Pembelajaran, dengan mengikuti kurva normal, dengan acuan: keterampilan TIK dan implementasi TIK dalam pembelajaran. Menentukan skor perolehan tiap item pernyataan/pertanyaan berdasarkan hasil 2. penguasaan 2. Selanjutnya dari kesembilan kelompok tersebut di atas menjadi lima dikelompokkan kelompok, yaitu: lagi (1) penguasaan keterampilan TIK tinggi dan implementasi TIK dalam pembelajaran tinggi; (2) penguasaan keterampilan TIK lebih tinggi daripada implementasi TIK dalam pembelajaran; keterampilan TIK (3) penguasaan seimbang dengan implementasi TIK dalam pembelajaran; (4) implementasi TIK dalam pembelajaran lebih tinggi daripada keterampilan TIK; dan (5) penguasaan penguasaan keterampilan TIK rendah dan implementasi TIK dalam pembelajaran rendah. Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 224 Analisis Kendala-kendala Implementasi TIK dalam Pembelajaran 1. Tidak pada tiap item pernyataan/pernyataan. Mengidentifikasi sepuluh besar kendala implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi dari masing-masing variabel berdasarkan hasil tes unjuk kerja maupun penyebaran kuesioner, hasilnya dapat dijelaskan % Kurang dari 20 tahun 0 0,00 21 hingga 25 tahun 3 6,67 26 hingga 35 tahun 29 64,44 36 hingga 45 tahun 5 11,11 46 hingga 55 tahun 8 17,78 Lebih dari 55 tahun 0 0,00 Sudah bersertifikat profesi 8 17,78 Belum bersertifikat profesi 37 82,22 SMK Negeri 1 Amuntai 16 0,36 SMK Negeri 2 Amuntai 20 0,44 SMK Negeri 3 Amuntai 6 0,13 SMK Shalatiyah Bitin 3 0,07 Karakteristik Responden Karakteristik Responden Karakteristik Pemasaran 3 6,67 Administrasi Perkantoran 4 8,89 Usia Tingkat Profesionalitas Unit Kerja sebagaimana di bawah ini. Tabel 4. Responden Jumlah Menghitung besaran prosentase jawaban Ya dan 2. Karakteristik Responden Jumlah % Gender Kompetensi Keahlian Laki-laki 26 57,78 Akuntansi 4 8,89 Perempuan 19 42,22 Teknik Komputer Jaringan 2 4,44 Multimedia 3 6,67 Tata Boga 4 8,89 Tata Busana 9 20,00 Teknik Gambar Bangunan 3 6,67 Teknik Kendaraan Ringan 4 8,89 Teknik Sepeda Motor 3 6,67 Teknik Elektro 6 13,33 Status Kepegawaian Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) 35 77,78 Guru Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 4 8,89 Guru Tetap Yayasan (GTY) 0 0,00 Guru Tidak Tetap (GTT) 6 13,33 Pendidikan Terakhir D.3 5 11,11 D.4/S.0 0 0,00 S.1 39 86,67 S.2 1 2,22 Perolehan Skor Kecenderungan Kompetensi Ketermapilan TIK Keseluruhan perolehan kecenderunagn kompetensi keterampilan TIK dirangkum sebagaimana gambae berikut. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 skor Proporsi (%) 225 100 84,44 90 82,22 80 70 60 48,89 46,67 48,89 50 42,22 40,67 37,78 35,56 33,33 40 31,11 28,89 30 22,22 22,22 20,00 20,00 17,78 15,56 13,33 20 10 2,22 0,00 0 Navigasi file komputer Internet/www Presentasi Database Rendah Gambar 2. Menengah Tinggi Rangkuman skor kecenderungan kompetensi keterampilan TIK Keterampilan TIK Guru Produktif SMK Proporsi (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 42,22 35,56 22,22 Guru Produktif SMK (45) Rendah Menengah Tinggi Gambar 3. Keterampilan TIK guru produktif SMK secara keseluruhan Berdasarkan Gambar 3 di atas, dari keseluruhan 45 orang guru, terdapat 42,22% termasuk dalam kategori rendah, 22,22% yang ditunjukkan oleh prosentase terbesar pada pemetaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih termasuk dalam kategori menengah, dan 35,56% diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan termasuk keterampilan TIK demikian secara keseluruhan keterampilan TIK menunjang implementasi guru produktif SMK di Kabupaten HSU pembelajaran. Upaya agar guru harus dengan termasuk dalam kategori rendah, sebagaimana cepat mengupdate pengetahuan, keterampilan, dalam kategori tinggi. Dengan tersebut, agar TIK dapat dalam dan kompetensinya dalam bidang TIK, mungkin Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 226 tidak dapat begitu saja dengan mudah dilakukan. sarana/peralatan, kesempatan, dukungan Penyebabnya selain faktor perkembangan TIK kebijakan dari atasan, hingga ketersediaan yang sangat cepat, di sisi lain terdapat kendala- infrastruktur di sekolah yang tidak merata dan kendala umum mulai dari faktor usia, dukungan tidak dengan mudah bisa disesuaikan. Implementasi TIK dalam Pembelajaran Produktif SMK 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Proporsi (%) 64,44 28,89 6,67 Guru Produktif SMK (45) Rendah Menengah Gambar 4. Tinggi Implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK secara keseluruhan Berdasarkan Gambar 4 di atas, dari lingkungan belajar dan mengajar yang baru, keseluruhan 45 orang guru, terdapat 6,67% yaitu keuntungan dan kesempatan untuk: (1) termasuk 64,44% memfasilitasi belajar anak-anak yang memiliki termasuk dalam kategori menengah, dan 28,89% gaya belajar dan kemampuan yang berbeda, termasuk termasuk dalam dalam kategori kategori rendah, tinggi. Dengan lambat dalam belajar, kurang demikian secara keseluruhan implementasi TIK beruntung secara sosial, cacat mental dan fisik, dalam di yang berbakat, dan mereka yang tinggal di Kabupaten HSU termasuk dalam kategori daerah terpencil; (2) membuat belajar lebih menengah, sebagaimana yang ditunjukkan oleh efektif, melibatkan indra lebih dalam konteks prosentase terbesar pada pemetaan tersebut. multimedia dan lebih banyak koneksi dalam pembelajaran Hal ini produktif SMK menunjukkan bahwa masih konteks hypermedia; dan (3) menyediakan diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan konteks internasional yang lebih luas untuk implementasi TIK tersebut, agar peranan TIK mendekati masalah sebagai respon yang lebih dalam aspek proses belajar mengajar sebagai peka terhadap kebutuhan lokal. alat bantu pembelajaran mencapai hasil yang maksimal. Guru harus dapat menyambut apa yang ditawarkan TIK dalam penciptaan Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 Pengelompokkan Guru Produktif SMK Berdasarkan Skor Keterampilan TIK dan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran 227 Tabel 5. Pengelompokkan Guru Produktif SMK Berdasarkan Skor Keterampilan TIK dan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran secara Keseluruhan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran Proporsi Guru SMK dalam Tiap Kelompok Skor Penguasaan Keterampilan TIK Tinggi Menengah Rendah Tinggi 17,78 % 17,78% 0,00% Menengah 4,44% 17,78% 0,00% Rendah 6,67% 28,89% 6,67% Dari 45 orang guru diperoleh gambaran Sebanyak 6,67% guru menunjukkan penguasaan keterampilan TIK dan implementasi penguasaan keterampilan TIK rendah dan TIK dalam pembelajaran, yaitu implementasi TIK dalam pembelajaran rendah. Sebanyak 17,78% guru menunjukkan penguasaan keterampilan TIK tinggi dan implementasi TIK dalam pembelajaran tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan baik keterampilan TIK maupun implementasi Sebanyak 17,78% guru menunjukkan TIK. Satu hal yang harus menjadi perhatian penguasaan keterampilan TIK lebih tinggi adalah perkembangan TIK yang sangat cepat, daripada implementasi TIK dalam pembelajaran. terkadang membuat penggunanya belum siap Sebanyak 17,78% guru menunjukkan untuk memanfaatkannya secara maksimal. Hal penguasaan keterampilan TIK seimbang dengan inilah yang menjadi tantangan bagi guru untuk implementasi TIK dalam pembelajaran. mencapai kondisi yang ideal yaitu keterampilan Sebanyak 40,00% guru menunjukkan TIK tinggi dan implementasi TIK juga tinggi. implementasi TIK dalam pembelajaran lebih tinggi daripada penguasaan keterampilan TIK. Kendala-kendala Implementasi TIK dalam Pembelajaran Produktif SMK Kendala Terkait Dukungan Kebijakan dari Pemerintah Daerah Tabel 6. Tabel 3. Kendala Terkait Dukungan Kebijakan dari Pemerintah Daerah Faktor-faktor Kebijakan Pemerintah Daerah Komitmen pemerintah daerah untuk pengembangan TIK Supervisi dari Dinas Pendidikan Tim Kerja bidang TIK di Dinas Pendidikan Bantuan teknis dari Dinas Pendidikan Apakah mengetahuinya? Ya (Jumlah) 40,00% (18) 37,78% (17) 17,78% (8) 28,89% (13) Tidak (Jumlah) 60,00% (27) 62,22% (28) 82,22% (37) 71,11% (32) Jika mengetahuinya, apakah hal tersebut mendukung implementasi TIK? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 83,33% 16,67% (15) (3) 64,71% 35,29% (11) (6) 100,00% 0,00% (8) (0) 76,92% 23,08% (10) (3) Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 228 Besaran prosentase kendala menunjukkan di era otonomi daerah yang menuntut inisiatif masih diperlukannya kebijakan yang lebih jelas dan kreativitas masing-masing daerah terutama dan terarah dari pemerintah daerah, khususnya untuk pengembangan TIK. Dinas Pendidikan selaku pemangku kepentingan utama bidang pendidikan di daerah, terlebih lagi Tabel 7. dan Kendala Terkait Pendanaan dan Kesinambungan Program Apakah mengetahuinya? Faktor-faktor Pendanaan dan Kesinambungan Program Ya (Jumlah) 31,11% (14) 46,67% (21) 8,89% (4) Dukungan dana dari Dinas Pendidikan Dukungan dana dari anggaran sekolah Dukungan dana dari pihak swasta/ masyarakat Besaran prosentase kendala menunjukkan masih diperlukannya komitmen yang lebih berpihak pada Kendala Terkait Pendanaan Kesinambungan Program hal-hal penting pada saat Jika mengetahuinya, apakah hal tersebut mendukung implementasi TIK? Tidak (Jumlah) 68,89% (31) 53,33% (24) 91,11% (41) Ya (Jumlah) 78,57% (11) 85,71% (18) 75,00% (3) Tidak (Jumlah) 21,43% (3) 14,29% (3) 25,00% (1) pendidikan adalah tanggung jawab bersama pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Kendala Terkait Implementasi Program perencanaan anggaran pendidikan, mengingat Tabel 8. Pengembangan Profesional di Bidang TIK Pelatihan penggunaan komputer dasar Pelatihan Pengolah kata/naskah Pelatihan Internet Pelatihan Manajemen file Pelatihan Email Pelatihan Presentasi Pelatihan Pengolah angka/lembar kerja Pelatihan Database Pelatihan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran Kendala Terkait Implementasi Program Apakah pernah mengikuti? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 66,67% (30) 55,56% (25) 42,22% (19) 24,44% (11) 26,67% (12) 40,00% (18) 33,33% (15) 8,89% (4) 35,56% (16) 33,33% (15) 44,44% (20) 57,78% (26) 75,56% (34) 73,33% (33) 60,00% (27) 66,67% (30) 91,11% (41) 64,44% (29) Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 Apakah dikelola oleh sekolah? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 60,00% (18) 72,00% (18) 57,89% (11) 45,45% (5) 50,00% (6) 50,00% (9) 46,67% (7) 50,00% (2) 37,50% (6) 40,00% (12) 28,00% (7) 42,11% (8) 54,55% (6) 50,00% (6) 50,00% (9) 53,33% (8) 50,00% (2) 62,50% (10) Apakah pengelolaan tersebut efektif? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 83,33% (15) 77,78% (14) 81,82% (9) 100,00% (5) 100,00% (6) 88,89% (8) 100,00% (7) 100,00% (2) 83,33% (5) 16,67% (3) 22,22% (4) 18,18% (2) 0,00% (0) 0,00% (0) 11,11% (1) 0,00% (0) 0,00% (0) 16,67% (1) 229 Besaran prosentase kendala menunjukkan masih diperlukannya inisiatif program dan strategi pengembangan profesional yang lebih Tabel 9. terarah dari pemangku kepentingan di masa yang akan datang. Kendala Terkait Ketersediaan Infrastruktur dan Konektifitas Teknologi Kendala Terkait Ketersediaan Teknologi Infrastruktur dan Konektifitas Apakah tersedia? Sumber daya TIK Komputer/Laptop untuk guru Komputer/Laptop pribadi Akun email pribadi Intranet sekolah Internet sekolah (LAN/hotspot) Internet pribadi Webcam Printer Kamera digital Scanner Handycam/camcoder Program aplikasi khusus (CAD, dll.) LCD projector Komputer/Laptop di kelas Komputer/Laptop di laboratorium Komputer/Laptop di perpustakaan Komputer/Laptop di ruang Jurusan Dukungan teknis, perawatan, perbaikan Ya (Jumlah) Tidak (Jumlah) 80,00% (36) 84,44% (38) 66,67% (30) 68,89% (31) 66,67% (30) 24,44% (11) 26,67% (12) 95,56% (43) 75,56% (34) 80,00% (36) 55,56% (25) 37,78% (17) 93,33% (42) 20,00% (9) 82,22% (37) 77,78% (35) 82,22% (37) 77,78% (35) 20,00% (9) 15,56% (7) 33,33% (15) 31,11% (14) 33,33% (15) 75,56% (34) 73,33% (33) 4,44% (2) 24,44% (11) 20,00% (9) 44,44% (20) 62,22% (28) 6,67% (3) 80,00% (36) 17,78% (8) 22,22% (10) 17,78% (8) 22,22% (10) Jika tersedia, pernahkah menggunakannya? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) Ya (Jumlah) Tidak (Jumlah) 94,44% (34) 89,47% (34) 90,00% (27) 70,97% (22) 76,67% (23) 90,91% (10) 75,00% (9) 83,72% (36) 64,71% (22) 63,89% (23) 52,00% (13) 64,71% (11) 76,19% (32) 100,00% (9) 59,46% (22) 42,86% (15) 78,38% (29) 62,86% (22) 79,41% (27) 97,06% (33) 96,30% (26) 81,82% (18) 82,61% (19) 90,00% (9) 100,00% (9) 100,00% (36) 100,00% (22) 100,00% (23) 100,00% (13) 81,82% (9) 100,00% (32) 100,00% (9) 100,00% (22) 93,33% (14) 93,10% (27) 81,82% (18) 20,59% (7) 2,94% (1) 3,70% (1) 18,18% (4) 17,39% (4) 10,00% (1) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 18,18% (2) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 6,67% (1) 6,90% (2) 18,18% (4) 5,56% (2) 10,53% (4) 10,00% (3) 29,03% (9) 23,33% (7) 9,09% (1) 25,00% (3) 16,28% (7) 35,29% (12) 36,11% (13) 48,00% (12) 35,29% (6) 23,81% (10) 0,00% (0) 40,54% (15) 57,14% (20) 21,62% (8) 37,14% (13) Apakah mudah untuk diakses? Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 230 Besaran prosentase kendala menunjukkan diperlukan diperlukannya perhatian lebih lanjut dalam penunjang. manajemen sumber daya TIK tersebut, agar juga penyediaan prasarana Kendala Terkait Pengembangan Lokal Konten dapat dimanfaatkan secara maksimal Untuk itu Tabel 10. Kendala Terkait Pengembangan Lokal Konten Penggunaan TIK di sekolah Sekolah saya memiliki arah yang jelas dalam bagaimana menggunakan TIK untuk meningkatkan pembelajaran siswa Sekolah saya mendorong penggunaan TIK oleh semua guru Sekolah saya memberikan dukungan strategis yang sama untuk semua guru Penggunaan TIK didorong dalam praktik belajar dan mengajar di sekolah Penggunaan TIK disediakan akses yang sesuai Guru di sekolah saya didorong untuk berpartisipasi dalam pengembangan profesional Guru di sekolah saya didukung untuk berpartisipasi dalam pengembangan profesional TIK digunakan untuk memonitor, mengevaluasi dan melaporkan prestasi siswa di sekolah saya Sumber daya TIK yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan TIK untuk guru dan siswa Guru di sekolah saya didorong untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK Sekolah saya memberikan penghargaan bagi guru yang mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK Media pembelajaran berbasis TIK yang dibuat guru mendapat penilaian angka kredit Besaran prosentase kendala menunjukkan 1. masih diperlukannya penciptaan iklim yang kondusif yang penggunaan mendukung TIK penyempurnaan di optimalnya sekolah manajemen Tidak (Jumlah) 31,11% (14) 13,33% (6) 20,00% (9) 13,33% (6) 31,11% (14) 15,56% (7) 13,33% (6) 28,89% (13) 60,00% (27) 13,33% (6) 75,56% (34) 82,22% (37) Tidak mengetahui adanya dukungan dana dari pihak swasta/ masyarakat (91,11%). 2. melalui pengembangan Ya (Jumlah) 68,89% (31) 86,67% (39) 80,00% (36) 86,67% (39) 68,89% (31) 84,44% (38) 86,67% (39) 71,11% (32) 40,00% (18) 86,67% (39) 24,44% (11) 17,78% (8) Tidak pernah mengikuti pelatihan Database (misal MS-Access) (91,11%). 3. sekolah. Tidak mengetahui adanya Tim Kerja bidang TIK di Dinas Pendidikan (82,22%). Selanjutnya dari keseluruhan kendala 4. Tidak adanya penilaian angka kredit untuk tersebut di atas dapat diidentifikasi sepuluh media besar (82,22%). kendala implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK, yaitu: Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 pembelajaran berbasis TIK 231 5. 6. Tidak tersedianya komputer/laptop di kelas HSU (80,00%). pemerintah daerah dalam bidang TIK, Tidak pernah mengikuti pelatihan Manajemen File (75,56%). 7. Tidak tersedianya Tidak program, kebijakan pengembangan internet pribadi sumber daya TIK, dan penggunaan TIK di sekolah. adanya penghargaan pengembangan 9. pendanaan dengan profesional di bidang TIK, ketersediaan (75,56%). 8. berkaitan media untuk Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, pembelajaran pembahasan, dan simpulan di atas, maka berbasis TIK (75,56%). implikasinya adalah keterampilan TIK guru Tidak pernah mengikuti pelatihan Email produktif (73,33%). terhadap implementasi TIK dalam pembelajaran 10. Tidak tersedianya webcam (73,33%). SMK produktif rendah SMK, serta akan berdampak berpotensi untuk mempengaruhi hasil pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa kendala implementasi TIK dalam pembelajaran Teknologi informasi adalah suatu alat produktif SMK berkaitan dengan kebijakan kemampuan pemerintah menggunakannya. daerah, pendanaan program, untuk Tiap dan komunikasi yang membutuhkan memiliki individu dan memiliki pengembangan profesional di bidang TIK, kemampuan yang berbeda untuk memiliki dan ketersediaan sumber daya TIK, dan penggunaan menggunakannya TIK di sekolah. kesenjangan digital (digital divide). Kemajuan sehingga memunculkan dan sifat teknologinya serta harga perangkatnya SIMPULAN DAN SARAN menyebabkan tingkat perbedaan pemanfaatan Keterampilan TIK guru produktif SMK, implementasi pengembangan TIK untuk memenuhi kebutuhan kendala-kendala dengan cara menyiapkan fasilitas penghubung pembelajaran TIK yang lengkap dengan personelnya untuk produktif SMK di Kabupaten HSU, dapat dapat mengeliminasi faktor penyebab terjadinya disimpulkan sebagai berikut. kesenjangan digital tersebut dalam jangka 1. Keterampilan TIK guru produktif SMK di pendek. Kabupaten dalamnya guru dan siswa harus disiapkan sejak SMK, implementasi dalam rencana pembelajaran produktif TIK TIK. Untuk itu diperlukan suatu serta TIK HSU dalam secara keseluruhan termasuk dalam kategori rendah. 2. 3. SMK di Kabupaten pendidikan, termasuk di dini menjadi akrab dengan TIK. Implementasi TIK dalam pembelajaran produktif Institusi HSU Terkait kendala-kendala implementasi TIK, perlunya disadari bahwa tidak semua termasuk dalam kategori menengah. kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi Kendala-kendala implementasi TIK dalam melalui pendekatan teknologi, karena akar pembelajaran produktif SMK di Kabupaten permasalahannya tidak selalu terletak pada Keterampilan TIK Guru Produktif SMK 232 ketidakmampuan dalam mengembangkan teknologi yang sesuai, tetapi kadang lebih disebabkan oleh faktor-faktor non-teknologi, misalnya kebijakan yang tidak kondusif bagi pengguna TIK. Mengingat luasnya hal-hal yang terkait serta luasnya dampak yang ditimbulkan, maka untuk dapat mengembangkan memanfaatkan TIK secara dan sistematik dan berkelanjutan, dibutuhkan suatu usaha untuk mengintegrasikan dan menyamakan langkah berbagai kebijakan kedalam suatu kerangka kebijakan yang terpadu. DAFTAR PUSTAKA AES. 2006. Teacher ICT Skills: Evaluation of the Information and Communication Technology Knowledge and Skill Levels of Western Australian Government School Teachers, http://www.aes.asn.au/conferences/200 6/papers/012%20Karen%20Trimmer .pdf. (Diakses 30 Juli 2011). Balanskat, A., Blamire, R., & Kefala, S. 2006. The ICT Impact Report, A Review of Studies of ICT Impact on Schools in Europe. European Schoolnet in the framework of the European Commission’s ICT cluster. Bondan S. Prakoso & Rakhmat Januardy. 2005. Cetak Biru Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Depdiknas. Jakarta: Ditjen Mandikdasmen, Depdiknas. Buntat, Y., Saud M., S., Dahar A., et al. 2010. Computer Technology Application and Vocational Education: A Review of Literature and Research. European Journal of Social Sciences. 14, Artikel 4, http://www.eurojournals.com/ejss_14_4_ 15.pdf. (Diakses 25 Juli 2011). CETF. 2008. California ICT Digital Literacy Assessments and Curriculum Framework, http://www.ictliteracy.info/rf.pdf/Californ ia%20ICT%20Assessments%20and%20C Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 urriculum%20Framework. pdf. (Diakses 20 Juli 2011). Depdiknas. 2008. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74, Tahun 2005, tentang Guru. ________. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16, Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. ________. 2005. Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen. ETS. 2005. Beyond Technical Competence: Literacy in Information and Communication Technology Work, http://www.ets.org/Media/Tests/ICT_ Literacy/pdf/ICT_Beyond_ Technical_Competence.pdf. (Diakses 22 Juli 2011). Ilomäki, L. 2008. The Effects of ICT on School: Teachers’ and Students’ Perspectives. Finland: Department of Teacher Education. University of Turku. MCEETYA. 2005. National Assessment Program Information and Communication Technology Literacy 2005 Years 6 and 10, An Assessment Domain for ICT Literacy, http://www.iste.org/Libraries/PDFs/Austr alia_ICT_Assessment.sflb.ashx/. (Diakses 21 Juli 2011). Nutt, J. 2010. Professional Educators and The Evolving Role of ICT in Schools, http://www.cfbt.com/ evidenceforeducation/pdf/ICTinSchoolsweb.pdf. (Diakses 31 Juli 2011). Omar, M. S. H. & Paryono. 2008. Current trends and issues in VTET: Seameo Voctech’s response, http://ojs.voctech.org/index.php/seavern/a rticle/view/78/108. (Diakses 30 Juli 2011). Paryono & Quito, B. G. 2010. Meta-Analysisof ICT Integration in Vocational and Technical Education in Southeast Asia, http://www.academicjournals.org/ajb m/PDF/pdf2011/ 18Aug/Saud%20et%20al.pdf. (Diakses 30 Juli 2011). Pelgrum, W. J. 2001. Obstacles To The Integration of ICT in Education: Results 233 From A Worldwide Educational Assessment, http://www. users.ntua.gr/vvesk/ictedu/article5_ pelgrum.pdf. (Diakses 30 Juli 2011). Summak, M. S. & Samancıoğlu, M.. 2011. Assessment of Technology Integration in Vocational Education and Training Schools. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology (IJEDICT). 7, Artikel 1259, http://www.ijedict.dec.uwi.edu/includ e/getdoc.php?id=4465&article= 1259...pdf. (Diakses 25 Juli 2011). Suroso & Adi Winato. 2009. Pemanfaatan ICT Dalam Pembelajaran dan Peningkatan Profesionalisme Guru, http://www.pjjpgsd.dikti.go.id/file.php /1/repository/dikti/BA_ DIPBPJJ_BATCH_1/Manajemen%20Ber basis%20Sekolah/UNIT%209.pdf. (Diakses 25 Juli 2011) UNESCO. 2008. Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in The AsiaPacific Region. Bangkok: Asia and Pacific Regional Bureau for Education, UNESCO Bangkok. ________. 2005. ICT in Schools: A Handbook for Teachers or How ICT Can Create New, Open Learning Environments. Division of Higher Education, UNESCO. ________. 2005. ICT Application in Technical and Vocational Education and Training. Specialized Training Course. Moscow: Institute for Information Technologies in Education, UNESCO. ________. 2004. Integrating ICTs Into Education: Lessons Learned. Bangkok: Asia and Pacific Regional Bureau for Education, UNESCO Bangkok. ________. 2003. Developing and Using Indicators of ICT Use in Education. Bangkok: Asia and Pacific Regional Bureau for Education, UNESCO Bangkok. ________. 2002. Information and Communication Technologies in Teacher Education: A Planning Guide. Division of Higher Education, UNESCO. Keterampilan TIK Guru Produktif SMK