Tugas Etika Bisnis “ Kliping Etika Bisnis Dalam Beriklan” Disusun Oleh: Nama : Lussiana NIM : 01110027 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA TAHUN 2012 PENGANTAR Saat ini perlu kita ketahui bahwa banyak sekali iklan-iklan yang ditayangkan di televisi. Berbagai produk saling berlomba dalam menayangkan iklan tersebut agar produk mereka diminati oleh para khalayak umum dan mereka tertarik untuk membelinya. Bukan lewat media televisi saja, tetapi para produsen produk tersebut juga membuat semacam baliho di jalan raya. Secara tidak sengaja para pengguna jalan raya pun melihat iklan yang dipasang itu. Mungkin saja tidak melalui media televisi atau baliho tetapi lewat selebaran juga bisa. Contohnya saja minimarket-minimarket yang sekarang sudah dapat kita jumpai di daerah mana pun. Dalam memasarkan produk yang mereka jual, cara yang mereka lakukan yakni dengan menampilkan gambar produk tersebut beserta dengan harga masing-masing produk, tetapi kadang mereka juga menambahkan iming-iming berupa diskon agar para konsumen tergiur untuk membeli produk tersebut. Dalam masing-masing iklan yang ditayangkan di televisi ataupun di pajang dengan menggunakan baliho tersebut mempunyai arti dan maksud tersendiri. Mayoritas dari produsen iklan tersebut memasang iklan tersebut dengan maksud untuk mengenalkan merek kepada masyarakat umu dan memaksa mereka untuk membeli produk tersebut. Dengan kalimatkalimat yang berada dengan serangkaian gambar tersebut itu mempunyai makna memaksa konsumen untuk membeli dan menggunakan produk tersebut. Terlebih lagi masyarakat indonesia ini adalah masyarakat yang konsumtif. Sekalinya melihat produk baru keluar langsung mereka mencoba untuk membeli tanpa memikirkan ekonomi mereka dan dari segala aspek. Yang terpenting bagi orang yang konsumtif adalah barang keluaran baru harus di dapatkannya. Sebenarnya iklan itu sebagian besar adalah membohongi publik agar produk mereka dikenal oleh orang banyak. Mereka mempunyai cara banyak dalam mengenalkan produk mereka sampai para konsumen terbohongi oleh kalimat yang di ucapkan oleh model iklan tersebut. Definisi Iklan Definisi atau pengertian iklan menurut KBBI adalah “berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.” Dari definisi diatas, terdapat beberapa komponen utama dalam sebuah iklan yakni “mendorong dan membujuk”. Dengan kata lain, sebuah iklan harus memiliki sifat persuasi. Komponen lain dari sebuah iklan adalah adanya barang atau jasa yang ditawarkan. Di era sekarang ini, pengertian iklan menjadi diperluas lagi bukan hanya barang dan jasa yang ditawarkan, namun juga kondisi tertentu. Kita mengenal adanya istilah “iklan layanan masyarakat”. Dalam sebuah iklan layanan masyarakat, isi iklan tidak membujuk seseorang untuk membeli barang atau jasa tertentu. Iklan layanan masyarakat menawarkan suatu kondisi ideal atau sebuah kondisi yang lebih baik dalam sebuah masyarakat. Macam Jenis Iklan Iklan komersial Yaitu iklan yang bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran produk atau jasa. Contohnya saja iklan yang di edarkan melalui selebaran-selebaran. Iklan strategis Yaitu iklan ini digunakan untuk membangun merek dan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Contohnya saja iklan ponds, baterei alkaline,dll. Iklan taktis Yaitu iklan ini mempunyai sifat mendesak, maksudnya untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek yang di iklankan. Contohnya saja iklan semir sepatu. Iklan corporate Yaitu iklan ini digunakan untuk membangun citra suatu perusahaan yang sedang memasarkan produk atau jasa yang sedang di produksi oleh perusahaan tersebut. Contohnya saja iklan kartu perdana GSM, cat tembok, dll. Iklan layanan masyarakat Yaitu iklan ini untuk menjual gagasan atau ide untuk kepentingan masyarakat bersama. Contohnya saja iklan yang berisi ajakn untuk segera membayar pajak. Ciri-ciri iklan yang baik Etis : berkaitan dengan kepantasan. Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus ditayangkan?). Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak. Contoh Penerapan Etika Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok. Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan daerah kepribadian wanita tersebut Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh. ETIKA SECARA UMUM Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang diiklankan Tidak memicu konflik SARA Tidak mengandung pornografi Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Tidak melanggar etika bisnis, ex: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya. Tidak plagiat Tata Krama Isi Iklan 1. Hak Cipta Penggunaan materi yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari pemilik atau pemegang merek yang sah. 2. Bahasa yaitu: (a) Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut. (b) Tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”, atau kata-kata berawalan “ter“. (c) Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan sesuatu kandungan harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik. (d) Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produk-produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau lembaga yang berwenang. 3. Tanda Asteris (*)yaitu: (a) Tanda asteris tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya dari produk yang diiklankan, ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu produk. (b) Tanda asteris hanya boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut. 4. Penggunaan Kata ”Satu-satunya”: Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satusatunya” atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satusatunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan. 5. Pemakaian Kata “Gratis”: Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan, bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas. 6. Pencantum Harga: Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut. 7. Garansi: Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggung- jawabkan. 8. Janji Pengembalian Uang (warranty): (a) Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan lengkap, antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu berlakunya pengembalian uang. (b) Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah diiklankannya. 9. Rasa Takut dan Takhayul: Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif. 10. Kekerasan: Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung -menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan. 11. Keselamatan: Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang diiklankan. 12. Perlindungan Hak-hak Pribadi: Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat massal, atau sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut tidak merugikan yang bersangkutan. 13. Hiperbolisasi: Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan sebagai penarik perhatian atau humor yang secara sangat jelas berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dari khalayak yang disasarnya. 14. Waktu Tenggang (elapse time): Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut. 15. Penampilan Pangan: Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang tidak pantas lain terhadap makanan atau minuman. 16. Penampilan Uang: (a) Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam iklan haruslah sesuai dengan norma-norma kepatutan, dalam pengertian tidak mengesankan pemujaan ataupun pelecehan yang berlebihan. (b) Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga merangsang orang untuk memperolehnya dengan cara-cara yang tidak sah. (c) Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang dalam format frontal dan skala 1:1, berwarna ataupun hitam-putih. (d) Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan tanda “specimen” yang dapat terlihat Jelas. 17. Kesaksian Konsumen (testimony): (a) Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas. (b) Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa maksud untuk melebih-lebihkannya. (c) Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda tangani oleh konsumen tersebut. (d) Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga penegak etika, harus dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi pada hari dan jam kantor biasa. 18. Anjuran (endorsement): (a) Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan harus terkait dengan kompetensi yang dimiliki oleh penganjur. (b) Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak diperbolehkan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas. 19. Perbandingan: (a) Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis produk, dan dengan kriteria yang tepat sama. (b) Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara riset tersebut. (c) Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan khalayak. 20. Perbandingan Harga: Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan penggunaan produk, dan harus diserta dengan penjelasan atau penalaran yang memadai. 21. Merendahkan: Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung. 22. Peniruan: (a) Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti. (b) Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir. 23. Istilah Ilmiah dan Statistik: Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan statistik untuk menyesatkan khalayak, atau menciptakan kesan yang berlebihan. 24. Ketiadaan Produk: Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian tentang tersedianya produk yang diiklankan tersebut. 25. Ketaktersediaan Hadiah: Iklan tidak boleh menyatakan “selama persediaan masih ada” atau kata-kata lain yang bermakna sama. 26. Pornografi dan Pornoaksi: Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara apa pun, dan untuk tujuan atau alasan apa pun. 27. Khalayak Anak-anak: (a) Iklan yang ditujukan kepada khalayak anakanak tidak boleh menampilkan hal-hal yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka. (b) Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran khalayak anakanak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata “BimbinganOrangtua” atau simbol yang bermakna sama. Keuntungan dan Kerugian Iklan Mengikuti dokumen yang dikeluarkan oleh komisi kepausan bidang komunikasi sosial mengenai etika dalam iklan,[6] paling kurang ada empat keuntungan dan ketugian yang bisa diperoleh dari iklan, yakni keuntungan dan kerugian di dalam bidang ekonomi, politik,kultural dan agama, serta moral. Keempat hal tersebut akan dideskripsikan berikut. a. Bidang ekonomi Dalam kerangka tindakan ekonomi secara luas, iklan merupakan sebuah jaringan kerja yang amat kompleks karena melibatkan produsen (pemasang iklan), pembuat iklan (advertiser), agen-agen, media iklan, para peneliti pemerintah, maupun masyarakat itu sendiri. Maka keuntungan-keuntungan maupun kerugian-kerugian di bidang ekonomi juga berpengaruh secara langsung terhadap para pelaku ekonomi itu. b. Bidang Politis Seringkali juga media massa menampilkan atau menayangkan iklan-iklan politik. Ini bisa menguntungkan semua pihak sejauh tidak dipakai semata-mata demi kepentingan tiranis pihak penguasa, tetapi sebagai ekspresi daru sebuah kehidupan politik yang demokratis. Artinya, dengan iklan politik, masyarakat tidak hanya mendapatkan informasi perihal segala kebiakan yang tengah dn akan diambil pemerinth, tetapi juga—sebagai konsekuensi—semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik, yakni dalam menentukan pilihan-pilihan politisnya. c. Bidang Kultural Secara ideal harus dikatakan bahwa iklan semestinya dikemas sebegitu rupa supaya tidak hanya bernilai secara moral, tetapi juga intelektual dan estetis. Selain itu, para pemasang iklan juga mesti mempertimbangkan kebudayaan dari masyarakat yang menjadi “sasaran” iklan. Prinsip umum yang dianut adalah bahwa masyarakat harus selalu diuntungkan secara kultural. Hal ini hanya bisa terwujud kalau isi iklan bukan merupakan cerminan dari kehidupan glamor kelompok kecil masyarakat kaya atau pun masyarakat dunia pertama yang wajib diimitasi secara niscaya oleh mayoritas masyarakat miskin atau pun masyarakat dunia ketiga, tetapi merupakan cerminan dan dinamisme kehidupan masyarakat miskin itu sendiri, karena iklan menginformasikan barang dan jasa yang sungguh-sungguh mereka butuhkan, dan itu berarti sesuai dengan stadar hidup mereka. Prinsip yang secara etis dipegang teguh adalah bahwa iklan tidak harus pertama-tama menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru, atau mengekspos pola kehidupan baru yang malah mengasingkan masyarakat dari kebudayaannya sendiri. d. Bidang Moral dan Agama Ajaran-ajaran moral dan agama juga seringkali disampaikan lewat iklan. Ajaranajaran moral dan agama tersebut—kepatuhan kepada kehendak Yang Ilahi, toleransi, belaskasihan, pelayanan dan conta kasih kepada sesama yang lebih membutuhkan pertolongan, pesan-pesan mengenai kesehatan dan pendidikan, dll—bertujuan untuk memotivasi masyarakat ke arah kehidupan yang baik dan membahagiakan. Masalah muncul ketika iklan bertentangan dengan ajaran-ajaran moral dan agama. Bagi kaum moralis maupun agamawan, hal yang secara jelas bertentangan dengan aharan moral dan agama adalah pornografi dalam iklan. Mengapa demikian? Karena, menurut mereka, pornografi yang diekspos itu merupakan sisi gelap dari kodrat manusia—kaum agamawan menyebut sisi ini sebagai “gudang dosa”—dan pelecehan terhadap martabat manusia. Selain itu, iklan yang diwarnai oleh kekerasan juga bertentangan dengan ajaran moral serta agama, dengan alasan yang kurang lebih sama seperti pada pornografi. Fungsi Periklanan Periklanan dibedakan dalam dua fungsi : fungsi informatif dan fungsi persuasif. Tetapi pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata informatif dan tidak ada iklan yang semata-mata persuasif. Beberapa Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan Terdapat paling kurang 3 prinsip moral yang bisa dikemukakan di sini sehubungan dengan penggagasan mengenai etika dalam iklan. Ketiga prinsip itu adalah: 1. Masalah kejujuran dalam iklan / Prinsip kejujuran Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan realitas sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga. 2. Masalah martabat manusia sebagai pribadi / Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutn imperatif (imperative requirement). Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang dalam memilih secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini berhubungan dengan dimensi kebebasan yang justru menjadi salah satu sifat hakiki dari martabat manusia sebagai pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih apa pun, setiap orang seharusnya bisa dengan bebas dan bertanggung jawab memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak. Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan-akan dideterminir untuk memilih barang dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke dalam sebuah keniscayaan pilihan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan dewasa ini dikemas sebegitu rupa sehingga menyaksikan, mendengar atau membacanya segera membangkitkan “nafsu” untuk memiliki barang dan jasa yang ditawarkan (lust), kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa tertentu menentukan status sosial dalam masyarkat, dll. 3. Tanggung jawab sosial yang mesti diemban / Iklan dan Tanggung Jawab Sosial. Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan kebutuhankebutuhan baru karena perananya yang utama selaku media informasi mengenai kelangkaan barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, namun dalam kenyataannya sulit dihindari bahwa iklan meningkatkan konsumsi masyarakat. Artinya bahwa karena iklan manusia “menumpuk” barang dan jasa pemuas kebutuhan yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan primer. Penumpukan barang dan jasa pada orang atau golongan masyarkat tertentu ini disebut sebagai surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan. Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh sebagai kecil masyarakat. Bahwa sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup dalam kelimpahan, toh terus memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara mayoritas masyarakat hidup dalam kemiskinan. Berikut adalah contoh – contoh iklan yang ada di Indonesia : 1. Iklan Shampo Clear Sumber : http://iklanindonesiaonline.blogspot.com/2008/10/clear-ads-19-oct-08-iklanshampoo-clear.html 2. Iklan Shampo Sunsilk Sumber : http://hms27010yeyen.wordpress.com/tugas/tugas-3/penghargaan/ Pembahasan dari Iklan 2 iklan diatas 1. Berdasarkan Ciri – ciri Iklan yang baik Kedua iklan di atas telah memenuhi ciri – ciri iklan dari segi Estetis dan Artistik Namun kedua iklan tersebut belum memenuhi ciri iklan dari segi Etis 2. Berdasarkan Prinsip Moral dalam Iklan a. Prinsip Kejujuran Dari segi kejujuran kedua iklan di terkesan hiperbola karena memberikan gambaran tentang hal yang tidak ada hubungannya dengan manfaat produk tersebut. Namun dari segi harga yang ditawarkan dan dipasaran tidak terjadi kecurangan. b. Prinsip Martabat Manusia Pribadi Gambaran dari iklan diatas telah memenuhi prinsip martabat manusia pribadi karena mereka tidak menekankan paksaan maupun konflik SARA karena mereka memberikan tawaran yang semuanya dikembalikan kepada konsumen untuk melakukan pilihan penggunaan. c. Prinsip Tanggung Jawab Sosial Iklan – iklan diatas menggambarkan tentang konsumsi secara terus menerus yang membuat tingkat konsumsi meningkat. Itu karena tawaran yang diberikan memberikan kesan penggunaan secara berkala dapat menghasilkan seperti yang ditampilkan dalam iklan dan mendapat hadiah yang dijanjikan. 3. Etika Iklan secara Umum Secara umum iklan diatas secara kejujuran masih belum memenuhi karena tidak sesuai dengan konten yang disampaikan. Iklan tersebut tidak menimbulkan konflik SARA Iklan diatas sedikit mengandung Pornografi dan bertentangan dengan norma ketimuran Iklan diatas tidak melanggar etika bisnis, dan Tidak Plgiat Iklan Mobil EVEREST dari Ford Sumber : Koran Jawa Pos Edisi Senin, 10 Desember 2012 Iklan Mobil Suzuki ERTIGA Sumber: Koran Jawa Pos Edisi Senin, 3 Desember 2012 Pembahasan dari 2 iklan diatas 1. Berdasarkan Ciri – ciri Iklan yang baik Kedua iklan di atas telah memenuhi ciri – ciri iklan dari segi Etis, Estetis dan Artistik 2. Berdasarkan Prinsip Moral dalam Iklan a. Prinsip Kejujuran Dari segi kejujuran kedua iklan tersebut telah memenuhi prinsip ini karena penyampaian iklan diatas diikuti dengan bukti penghargaan yang telah dicapai. b. Prinsip Martabat Manusia Pribadi Kedua iklan diatas cukup mampu membangkitkan “Nafsu” pembaca untuk membeli barang yang diiklankan diatas dengan menampilkan kelebihan produk dan penawaran yang menarik dengan syarat & ketentuan yang ditawarkan di iklan tersebut. c. Prinsip Tanggung Jawab Sosial Iklan – iklan diatas menggambarkan tentang konsumsi saja tanpa menerangkan tentang kelebihan maupun keamanan bagi lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab Sosial. 3. Etika Iklan secara Umum Dari segi kejujuran telah memenuhi. Iklan tersebut tidak menimbulkan konflik SARA Iklan di atas tidak mengandung unsur pornografi Iklan diatas tidak melanggar etika bisnis, dan Tidak Plgiat Kesimpulan Contoh iklan diatas adalah sebagian saja yang saya ketahui. Diantaranya memiliki tujuan untuk menciptakan kesadaran pada suatu merek di dalam benak konsumen. Saat ini banyak sekali iklan pada televisi yang menggunakan durasi lumayan lama padahal iklan itu mempunyai aturan durasi sendiri. Apabila durasi iklan itu sama dengan program yang lain maka penonton akan kebingungan bagaimana cara membedakan program televisi dengan iklan. Maka dari itu ada baiknya apabila iklan-iklan yang menggunakan durasi lama itu ditegur agar masyarakat tidak kebingungan. Serta adanya unsur hiperbola dan pornografi yang dapat menimbulkan konflik pada masyarakat luas sebagai konsumen hendaknya dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam melakukan seleksi tayangan iklan yang memenuhi syarat dan ketentuan periklanan di Indonesia.