BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia yang semakin cepat menuntut setiap perusahaan untuk memiliki sumber daya manusia yang handal yang mampu beradaptasi dan mengikuti setiap perubahan. Perusahaan akan berusaha untuk menjadi yang paling unggul mengingat abad ke 21 ini adalah abad perdagangan bebas yang membuat tingkat persaingan bisnis menjadi semakin ketat sehingga perusahaan harus bisa untuk bersikap lebih responsif. Untuk bisa menjadi yang terbaik banyak hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan misalnya sumber daya yang dimiliki, lingkungan sekitar perusahaan, struktur perusahaan, strategi yang digunakan atau diterapkan dalam perusahaan, dan sebagainya. Salah satu faktor yang sangat penting dan penentu keberhasilan organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tentunya tidak hanya berupa sumber daya manusia, ada juga sumber daya lain seperti modal, mesin, metode, dan lain-lain. Tetapi tanpa dukungan dari sumber daya manusia maka sumber daya yang lain itu tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Seperti yang dikatakan oleh Abdullah (2014, p.62) bahwa kinerja organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang ada di dalamnya karena selengkap apapun sarana prasarana yang dimiliki oleh organisasi dan secanggih apapun peralatan kerja yang dimiliki, namun kalau sumber daya manusia yang bekerja dalam organisasi itu tidak mempunyai motivasi dan kreativitas untuk mengembangkan inovasi dapat dipastikan organisasi itu tidak akan mempunyai kinerja yang baik. Melihat keadaan tersebut maka dapat dipastikan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki karyawan yang sesuai dengan standarisasi dan kebutuhan perusahaan. Untuk memiliki karyawan yang demikian maka perusahaan harus dapat mengatur, mengembangkan, serta menjaga sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya manusia harus bisa dikelola dengan baik oleh perusahaan sehingga tujuan perusahaan yang telah ditetapkan bisa tercapai. PT. Olahbumi Mandiri adalah salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertambangan yang mengelola sumber daya alam yaitu aspal alam yang berasal dari Buton sebagai produknya. Di Indonesia, total kebutuhan aspal dalam negeri 17 18 mencapai 1,3juta metrik ton dan selama ini Indonesia masih harus mengimpor 50% kebutuhan aspal dari berbagai negara untuk memenuhi keperluan pembangunan dan pemeliharaan jalan (finance.detik, 2014). Dengan kondisi dan keadaan yang demikian, PT. Olahbumi Mandiri adalah salah satu perusahaan yang memilki kontribusi dalam memenuhi kebutuhan aspal nasional sesuai dengan komitmen perusahaan yaitu untuk menjadi salah satu perusahaan yang menghasilkan produk aspal unggulan dalam negeri kebanggaan bangsa yang memberi kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan prasarana transportasi jalan. Ada harapan di mana suatu saat nanti kebutuhan akan aspal nasional dapat tercukupi dan Indonesia tidak perlu lagi mengimpor aspal dari luar negeri. Untuk itu, PT. Olahbumi Mandiri sebagai perusahaan yang memiliki peran dalam memberi kontribusi untuk pemenuhan kebutuhan aspal nasional diharapkan juga bisa meningkatkan kinerjanya dalam rangka untuk meningkatkan produktivitasnya dengan kualitas yang baik agar bisa memberikan kontribusi yang lebih lagi terhadap kebutuhan aspal nasional. Jika perusahaan meningkatkan kinerjanya maka tidak hanya bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan aspal nasional dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap importir aspal saja tetapi juga bagi kemajuan perusahaan itu sendiri. Dalam upaya untuk memenuhi maksud yang telah disebutkan tersebut, hal yang pertama dan sangat penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah kinerja karyawannya. Kinerja dari karyawan yang ada dalam perusahaan dapat mempengaruhi dan menentukan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dengan kata lain, kamajuan suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh kinerja (performance) dari karyawannya. Jika kinerja karyawan baik maka otomatis kinerja perusahaan secara keseluruhan juga akan baik dan sebaliknya jika kinerja karyawan buruk maka kinerja perusahaan secara keseluruhan juga akan buruk. Kinerja dari satu karyawan memiliki kontribusi bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan suatu perusahaan. Berbicara mengenai kinerja karyawan tidak terlepas dari adanya kepuasan kerja. Robbins dan Judge (2013, p.84) mengatakan bahwa dari 300 studi menunjukkan korelasi yang kuat antara kepuasan kerja dan kinerja. Kreitner dan Kinicki (2010, p.176) juga mengatakan bahwa kepuasan kerja dan kinerja cukup terkait. Kepuasan kerja karyawan adalah kunci yang harus dipertimbangkan manajer ketika mencoba untuk meningkatkan kinerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan 19 dapat menyebabkan peningkatan kinerja sehingga karyawan yang puas akan menunjukkan kinerja yang baik pula. Karyawan yang senang dan puas akan bekerja lebih produktif daripada karyawan yang tidak puas. Tugas manajemen adalah untuk memperoleh sumber daya manusia yang puas dan memuaskan bagi perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Funmiola, Sola, dan Olusa (2011) diketahui bahwa kepuasan kerja dapat memprediksi kinerja karyawan. Dimensi-dimensi dari kepuasan kerja secara bersama-sama dan secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Ketika karyawan tidak puas dengan pekerjaan mereka maka dapat menyebabkan beberapa hal yang merugikan, seperti tingkat turnover meningkat, terjadi peningkatan kejenuhan, stress karyawan, dan sebagainya. Hal tersebut jelas sekali dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Bahkan bagi banyak orang terutama yang berpendidikan dan berkemampuan baik, salah satu tujuan bekerja adalah untuk memperoleh kepuasan kerja. Kondisi kepuasan kerja akan tercapai bila pekerjaan dapat menggerakan motivasi yang kuat untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Salah satu efek dari ketidakpuasan diterjemahkan oleh karyawan dalam bentuk turnover. Menurut Robbins and Judge (2013, p.85) kepuasan kerja dan turnover memilki hubungan yang kuat. Apalagi jika dipengaruhi oleh prospek pekerjaan alternatif yang sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan. Kondisi sekarang di mana semakin banyak lapangan pekerjaan yang tersedia dan permintaan akan tenaga kerja yang semakin tinggi membuat karyawan yang tidak memiliki kepuasan kerja dengan mudah memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Kreitner and Kinicki (2010, p.177) menyebutkan bahwa meskipun ada berbagai hal yang bisa dilakukan manajer untuk mengurangi turnover karyawan tetapi banyak di antara mereka berkisar hanya dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja dan turnover memiliki hubungan negatif di mana ketika kepuasan kerja meningkat maka tingkat turnover berkurang. Melalui wawancara dengan pihak perusahaan PT. Olahbumi Mandiri yang diwakili oleh Jeffry Ficher Manoppo sebagai KA. Departemen HRD dan Legalitas diketahui bahwa tingkat turnover 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut: 20 Tabel 1.1 Data Turnover Karyawan Tahun Tingkat Turnover 2012 10,9% 2013 11,4% 2014 12,8% Sumber: PT. Olahbumi Mandiri, 2014 Dari data tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan tingkat turnover dari tahun ke tahun. Setiap perusahaan tentunya akan berusaha menekan tingkat turnover sampai 0%. Dari data tersebut diketahui bahwa ada indikasi masalah dalam kepuasan kerja karyawan dalam perusahaan. Selain itu, melalui wawancara dengan pihak perusahaan diketahui juga jumlah karyawan yang absen dalam tiga bulan terkahir adalah sebagai berikut: Bulan Tabel 1.2 Data Jumlah Karyawan Absen Total Karyawan yang Karyawan Karyawan Hadir Sebulan yang Penuh Absen September – 112 Oktober 2014 Agustus – 112 September 2014 Juli – Agustus 112 2014 Sumber: PT. Olahbumi Mandiri, 2014 Presentase Karyawan yang Absen 69 43 38,39% 80 32 28,57% 71 41 36,61% Dapat dilihat bahwa jumlah karyawan yang absen pada tiga bulan terakhir tinggi dan memprihatinkan. Menurut Suwarto (2014, p.80) karyawan yang memiliki kinerja yang baik akan tetap melakukan dengan antusias dan berusahan sekuat tenaga sebagaimana yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya sendiri dengan sukses sehingga ia akan berusaha untuk tidak melewatkan pekerjaannya. Dari data di atas dapat diindikasi bahwa terdapat masalah pada kinerja karyawan dalam perusahaan. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa hal, bisa berasal dari dalam diri karyawan bisa juga berasal dari luar diri karyawan itu sendiri. Menurut Robbins dan Judge (2013, p.82) kepuasan kerja bukan hanya tentang kondisi kerja, kepribadian juga memainkan peran. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki positive core self evaluations yang percaya pada dalam diri mereka dan kompetensi dasar lebih puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan dengan mereka yang memilki negative core self evaluations. Salah satu variabel kepribadian adalah locus of 21 control. Menurut Kreitner dan Kinicki (2010, p.135) locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Seorang karyawan akan memiliki kepuasan kerja, apabila mereka dapat menampilkan perilaku yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya sebagai hasil pengaruh dalam dirinya (internal) maupun lingkungan di luar dirinya (eksternal). Melalui locus of control yang dimiliki, perilaku pekerja dapat dijelaskan ketika seorang karyawan merasakan hasil pekerjaan yang mereka lakukan merupakan hasil kontrol internal atau eksternal. Kepuasan kerja juga bisa dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu faktor yang berasal dari luar diri karyawan. Menurut Hasibuan (2007, p.203) kepuasan kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan dalam kepemimpinan. Peningkatan kepuasan kerja karyawan pada suatu organisasi tidak terlepas dari peranan pemimpin dalam organisasi tersebut, kepemimpinan merupakan kunci utama dalam manajemen yang memainkan peran penting dan strategis dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan. Gaya kepemimpinan dapat dikatakan penting karena tiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda sesuai dengan lingkungan dan sifat dari pemimpin itu sendiri. Ketidakcocokan antara karyawan yang ada dalam perusahaan dan gaya kepemimpinan yang diterapkan atasan bisa menyebabkan kepuasan kerja karyawan menurun. Sebaliknya, jika terdapat kecocokan antara karyawan dan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan maka bisa menyebabkan peningkatan kepuasan kerja. Selain dilakukan wawancara penulis juga melakukan observasi awal melalui penyebaran kuesioner pendahuluan untuk mengetahui kecenderungan locus of control yang dimiliki karyawan dan gaya kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan. Dari kuesioner yang disebarkan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1.3 Data Respon Locus of Control Karyawan Locus of Control Jumlah Presentase Internal 23 76,7% Eksternal 7 23,3% Total 30 100% Sumber: PT. Olahbumi Mandiri, 2014 22 Dari data di atas dapat diketahui bahwa karyawan yang cenderung memiliki internal locus of control berjumlah 23 orang sedangkan sisanya cenderung memiliki external locus of control. Jadi secara umum Locus of control yang dimiliki oleh karyawan pada PT. Olahbumi Mandiri cenderung lebih ke Locus of control internal. Menurut Kreitner dan Kinicki (2010, p.135) hasil yang dicapai oleh individu yang memiliki internal locus of control dianggap berasal dari aktivitas dirinya. Keberhasilan atau kegagalan yang dialami oleh individu dirasakan sebagai akibat dari perbuatannya sendiri. Berdasarkan penelitian dari Vijayashree dan Jagdischchandra (2011) diketahui bahwa internal locus of control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Sementara itu, external locus of control memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan kerja tetapi tidak signifikan. Melalui kuesioner pendahuluan juga diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam perusahaan cenderung lebih ke gaya kepemimpinan transformasional. Menurut survei sesuai dengan situasi dan kondisi nyata dalam perusahaan, karyawan yang memilih gaya kepemimpinan transformasional ada 26 orang dari 30 karyawan yang dipilih secara acak sedangkan sisanya memilih gaya kepemimpinan transaksional seperti pada tabel di berikut ini: Tabel 1.4 Data Respon Karyawan mengenai Gaya Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan Jumlah Presentase Transformasional 26 86,6% Transaksional 4 13,4% Total 30 100% Sumber: PT. Olahbumi Mandiri, 2014 Menurut Colquitt, Lepine, dan Wesson (2013, p.462) pemimpin transformasional dapat menghasilkan perubahan organisasi yang signifikan dan hasil kinerja karena bentuk kepemimpinan mendorong tingkat yang lebih tinggi dari motivasi intrinsik, kepercayaan, komitmen, dan loyalitas dari bawahan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Von et al. (2011) diketahui bahwa gaya kepemimpinan transformasional memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja sedangkan gaya kepemimpinan transaksional memiliki hubungan yang negatif terhadap kepuasan kerja. 23 Bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PENGARUH LOCUS OF CONTROL INTERNAL TRANSFORMASIONAL DAN GAYA TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPUASAN KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN PT. OLAHBUMI MANDIRI”. 1.2 Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada PT. Olahbumi Mandiri? 2. Bagaimana pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada PT. Olahbumi Mandiri? 3. Bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1) dan Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2) secara simultan terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada PT. Olahbumi Mandiri? 4. Bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri? 5. Bagaimana pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri? 6. Bagaimana pengaruh Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri? 7. Bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1), Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2), dan Kepuasan Kerja (Y) secara simultan terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri? 1.3 Ruang Lingkup Dalam melakukan penelitian, penulis membatasi ruang lingkup penelitian dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan tenaga. Peneliti membatasi penelitian dengan hanya meneliti beberapa variabel yaitu variabel Locus of Control Internal, Gaya Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Karyawan. Penelitian dilakukan di kantor pusat PT. Olahbumi Mandiri (Jl. Raya Pegangsaan 24 Dua Km 3, Kelapa Gading, Jakarta Utara 14250) yang melibatkan seluruh karyawan perusahaan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada PT. Olahbumi Mandiri. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2) terhadap Kepuasan Kerja pada PT. Olahbumi Mandiri. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1) dan Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2) secara simultan terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada PT. Olahbumi Mandiri. 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri. 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri. 6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri. 7. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Locus of Control Internal (X1), Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2), dan Kepuasan Kerja (Y) secara simultan terhadap Kinerja Karyawan (Z) pada PT. Olahbumi Mandiri. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukkan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja serta kepuasan kerja karyawannya melalui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu variabel kepribadian locus of control internal dan gaya kepemimpinan transformasional yang diterapkan dalam perusahaan. 2. Bagi Institusi Pendidikan 25 Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukkan dan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia 3. Bagi Penulis Melalui penelitan ini penulis mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia. 26