fasilitasi informasi sumberdaya pesisir dan laut untuk

advertisement
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
FASILITASI INFORMASI SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT UNTUK MENUNJANG
UPAYA PENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT PESISIR TELUK SUMBERKIMA
BALI BARAT
Wawan Andriyanto *), Adi Hanafi *), Dewi Syahidah *)
Arif Rahman Hakim **), Sudarsono ***), Wiranti Saraswati ****)
* ) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol
PO Box 140, Singaraja 81101 Bali
Email : [email protected]
**) LEAD Indonesia ***) REEFCHECK ****) MAC Indonesia
Abstrak
Informasi adalah data yang telah diolah dan menjadi bentuk yang bermanfaat bagi penggunanya
untuk proses pengambilan keputusan baik keputusan yang harus ditetapkan saat ini maupun masa
mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan fasilitasi penyediaan data dan informasi
sumberdaya laut dan pesisir Desa Sumberkima untuk menunjang pengelolaan laut berbasis
masyarakat yang diharapkan berkelanjutan. Pengambilan dan pengumpulan data data dilakukan
dengan serangkaian penelitian secara terpadu melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dalam
bidang sosial ekonomi, karakterisasi biofisik sumberdaya alam, dan pemberdayaan masyarakat di
Sumberkima. Kondisi sosial ekonomi 88 % mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan
ikan hias, 6 % nelayan ikan konsumsi, masing-masing 3 persen adalah nelayan pembudidaya
rumput laut dan pembudidaya keramba jaring apung dengan komoditas seperti kerapu dan bandeng.
Teluk Sumberkima memiliki luas hamparan sekitar 935 ha dengan panjang garis pantai sekitar 10
km. Karakteristik daratan kering saat surut terendah berupa gosong pasir dan pecahan karang 28,00
%; Barrier karang 10,31 %; Padang lamun 7,17 %; Takad 0,35 %; Mangroves 3,98 %; Sedimen
pantai (lumpur berpasir) 14.12 %; Laguna 0.83 % dan Kedalaman >10 m 35,22 %. Kelimpahan
ikan per 400 m2 yang ada sekitar 1922 ekor dengan 127 jenis. Sampai saat ini masyarakat telah
mengorganisasikan diri dalam Badan Pengelola Wilayah Laut dan Pesisir Sumberkima dan
informasi tersebut sangat bermanfaat bagi rencana pelestarian dan pengelolaannya. Dengan
pendampingan dari lembaga dan stake holder yang lain dilakukan serangkaian program,
diantaranya adalah sertifikasi ikan hias dan transplantasi terumbu karang.
Kata Kunci : Informasi, Potensi laut dan pesisir,
Sumberkima
Pengelolaan, Masyarakat Pesisir, Teluk
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
1
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
IDENTIFIKASI BENTUK LAHAN PANTAI KECAMATAN BONEPANTAI
KABUPATEN BONEBOLANGO PROPINSI GORONTALO
David Kuntel
Lab. Morfologi Pantai & Hidro-Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Sam Ratulangi – Manado, Sulawesi Utara.
Kelurahan Batukota Link. III No. 127. Kecamatan Malalayang, Manado (95115), Sulawesi Utara.
Telp: 0431-836516 / 0852-406-79591. E-mail: [email protected])
Abstrak
Untuk kepentingan pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir, Pusat Riset Wilayah Laut dan
Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan, Republik Indonesia mengadakan penelitian untuk mengetahui karakteristik pantai
Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bonebolango, Provinsi Gorontalo. Survei lapangan telah
dilakukan pada kawasan pantai Uabanga, Botungobungo, Tongo, Tihu, Tamboo, Tolotio, dan
Olele. Karakteristik pantai Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bonebolango tergolong dalam
karakteristik pantai tipe II, IV, dan V. Karakteristik pantai daerah ini secara umum diketahui
memiliki tipe pantai yang bertebing, berbatu, berkerikil, dan berpasir. Serta adanya hamparan
terumbu karang dan bangunan pantai. Proses dominan yang terjadi dalam kawasan pantai ini adalah
proses marin dengan gelombang laut yang menerpa material-material yang terdapat di sepanjang
pantai.
Kata kunci: karakteristik pantai, Kecamatan Bonepantai, Gorontalo.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
2
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
PERAN TEKNOLOGI TERUMBU KARANG BUATAN DENGAN FAKTOR
LINGKUNGAN KAITANNYA DISTRIBUSI PERIFITON
DALAM MENUNJANG BUDIDAYA LAUT
Istiyanto Samidjan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang
Abstrak
Peran terumbu karang buatan (TKB) yang ditempatkan di perairan laut sangat besar perannya
dalam keberadaan biota laut dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu, salinitas,
kecerahan, kecepatan arus, oksigen terlarut, BOD, COD dan substrat dasar untuk penempelan
perifiton. Perifiton sangat penting perannya sebagai makanan ikan untuk meningkatkan produksi
perikanan dalam menunjang rekayasa budidaya laut masa kini. Tujuan penelitian untuk mengkaji
kaitan faktor lingkungan dengan keberadaan spesies/komunitas perifiton dan untuk memngetahui
“key factor” yang menentukan keberadaan perifiton sebagai makanan ikan. Serta peranan faktor
lingkungan yang mempengaruhi distribusi komunitas perifiton sebagai pakan potensial untuk
menunjang budidaya laut. Metode penelitian dengan menempatkan TKB berbentuk pyramid ukuran
75x75x125 cm terbuat dari semen ditempatkan di Pulau Menjangan Besar (TKB A1 sesuai arah
angin, TKB A2 lawan arah angin, TKB A3 peralihan arah angin), dan TKB di tempatkan di Gon
Waru (TKB B1 sesuai arah angin, TKB B2 lawan arah angina, TKB B3 peralihan arah angin). TKB
tersebut ditempatkan pada kedalaman perairan 5 meter. Metode penelitian menggunakan metode
eksploratif dengan rancangan non parametrik Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan
perlakuan antar lokasi. Data yang dikumpulkan meliputi:perifiton dilakukan setiap bulan sekali
dengan menggunakan buku identifikasi dari Newell & Newell (1963) dan Yamaji (1979). Faktor
lingkungan seperti kualitas air yakni: oksigen terlarut, NH3, NO2, PO4, BOD, COD, silikat, suhu,
salinitas diamati pada pagi (07.00) dan sore hari (jam 17.00) selama delapan bulan. Sedangkan
komposisi kimia lender pada permukaan TKB yang diamati adalah N, P, C, Ca, K, SiO2 diukur
dengan menggunakan metode Yoshida et al., (1972). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi
Pulau Menjangan besar bersifat mesotropik dan di Gon Waru bersifat oligotropik. Hasil analisis
CCA (Canonical Correspondence Analysis), terdapat perbedaan distribusi perifiton pada TKB yang
ditempatkan di Pulau Menjangan Besar dan di Gon Waru. Di Pulau Menjangan Besar didominasi
perifiton dengan spesies pioneer Bacillia paradoxa dengan kelimpahan 140 indv/cm2 diikuti famili
dari Thalassionemataceae, Periniaceae, Chaetophoraceae, Phaeocystaceae, Dinophysidae,
Thecadiummaceae, Biddulphiaceae, Rhizosoleniaceae dipengaruhi oleh unsur P, C, Ca. Berbeda
halnya dengan di Gon Waru spesies pioneer yang muncul di TKB adalah Rhizosolenia hebetate
100-140 ind/cm2, kemudian diikuti oleh famili Bacillariaceae, Chaetoceraceae, Globorotalidae,
Zygnemataceae, Rhodopheceae, Atlantidae, Ceramiaceae dipengaruhi oleh unsur SiO2. Perifiton
yang potensial untuk menunjang budidaya laut terutama dari famili Chaetoceraceae yang
ditemukan di Pulau Menjangan Besar dan di Gon Waru.
Kata kunci: perifiton, CCA (Canonical Correspondence Analysis), Bacillia paradoxa, Rhizosolenia
hebetate, P, C, Ca, SiO2.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
3
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
REKAYASA TEKNOLOGI TERUMBU KARANG BUATAN SEBAGAI
PENCIPTAAN HABITAT BARU IKAN KARANG UNTUK MENUNJANG
PRODUKSI BUDIDAYA LAUT
Istiyanto Samidjan
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang
Abstrak
Rekayasa teknologi Terumbu Karang Buatan (TKB) dalam menunjang budidaya laut, saat ini
berkembang dengan cepat dan berperan penting dalam inovasi budidaya laut untuk meningkatkan
produksi perikanan. Ditemukannya teknologi TKB sebagai Shelter, penciptaan habitat baru,
pengkayaan habitat, yang bermanfaat sebagai tempat mengumpulnya ikan, berkembang biak,
memijah (spawning ground), mengasuh larva (nursery ground) dan tumbuhnya (pembesaran) ikan.
Tujuan penelitian untuk mengkaji peran rekayasa teknologi TKB sebagai penciptaan habitat baru,
sehingga mendorong ikan karang untuk berkumpul (recruitment) dan sebagai benih ikan karang
yang potensial untuk meningkatkan produksi budidaya laut. Metode penelitian dengan
menempatkan bangunan laut berupa TKB berbentuk pyramid ukuran 75x75x125 cm yang terbuat
dari semen, terumbu tersebut di tempatkan pada dasar perairan berpasir (lokasi Pulau Menjangan
Besar adalah TKB A1,A2,A3) dan dasar perairan rusak (Gon Waru adalah TKB B1,B2,B3)
Kepulauan Karimunjawa, Jepara. TKB tersebut ditempatkan pada kedalaman perairan 5 meter.Data
yang dikumpulkan meliputi parameter kualitas air yakni: suhu, salinitas, O2, NH3, NO2, PO4, BOD,
COD, silica dan data biologis seperti: jenis, jumlah ikan, kelimpahan ikan karang. Metode
penelitian dengan menggunakan statistik non parametric uji-KruskalWallis untuk membedakan dua
lokasi yang berbeda. Kemudian untuk mengetahui respon ikan dengan faktor lingkungan digunakan
uji CCA (Canonical Correspondence Analysis) dan soft ware Biplot. Penelitian dilakukan sejak
Oktober 2002 sampai Mei 2003 di perairan Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan karang hasil produksi TKB antara lain dari
famili Caesionidae produksinya 20 ekor/m2(TKB B2), 16 ekor/m2(TKB B1), 7 ekor/m2(TKB A1,
A2), 5 ekor/m2(TKB A3), Serranidae 21 ekor/m2(TKB-B2), 17 ekor/m2(TKB-B1), 13
ekor/m2(TKB-B3), 8 ekor/m2(TKB-A2), 6 ekor/m2(TKB A1), 4 ekor/m2(TKB A3), serta siganidae
26 ekor/m2 (TKB B2), 22 ekor/m2(TKB-B1), 18 ekor/m2(TKB A2), 15 ekor/m2(TKB A3), 14
ekor/m2(TKB A1). Adapun jenis ikan kerapu dan beronang yang memungkinkan untuk
dibudidayakan dengan system karamba jaring apung (KJA) adalah dari produksi TKB antara lain
Epinephelus coeruleopunctatus (2-7 ekor/m2), Euxiphipops navarchus (2-6 ekor/m2), Siganus
coralinus (1-3 ekor/m2), S. virgatus (3-11 ekor/m2), S. lineatus (1-2 ekor/m2), S. stellatus (1-2
ekor/m2).
Kata kunci: TKB (Terumbu Karang Buatan), Siganidae, Serranidae, Caesionidae, Chaetodontidae.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
4
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
ANALISIS STABILITAS KAPAL IKAN MULTI-PURPOSE
Djauhar Manfaat1) dan Arif Rachman Hakim2)
1)
Staf Pengajar, 2)Alumni
Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Tekonologi Kelautan, ITS Surabaya
Telp./Fax: 031-5947254/5964182, Email: [email protected]
Abstrak
Pemanfaatan potensi perikanan di daerah perairan Pantai Utara Jawa Timur belum dilakukan secara
maksimal. Pada daerah perairan ini, dimana terdapat berbagai jenis ikan, kapal-kapal ikan singlepurpose, yaitu kapal ikan dengan alat tangkap tunggal, misalnya purse seine, longline atau trawl,
dioperasikan. Dengan alat tangkap tunggal, potensi ikan yang ada pada daerah perairan ini kurang
dapat dimanfaatkan secara optimal, karena hanya jenis ikan yang sesuai dengan salah satu jenis dari
alat tangkap tersebut yang dapat ditangkap. Salah satu cara utama untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan mengoperasikan kapal ikan multi-purpose, yaitu kapal ikan yang dilengkapi dengan
berbagai macam alat tangkap, misalnya purse seine, longline dan trawl. Perancangan kapal ikan
multi-purpose yang optimal dan mempunyai daerah jelajah yang jauh di daerah perairan Pantai
Utara Jawa Timur telah dilakukan. Ukuran utama optimal kapal ini adalah sebagai berikut: panjang
(Lpp) = 27.00 m, lebar (Bmoulded) = 5.50 m, tinggi (Hmoulded) = 3.00 m, sarat (T) = 2.31 m, dan
kecepatan dinas (Vs) = 9 knots. Kapal ikan ini dilengkapi dengan tiga macam alat tangkap, yaitu
purse seine, longline dan trawl. Namun demikian, analisis stabilitas kapal ikan multi-purpose ini
belum dilakukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini, analisis stabilitas kapal ikan multi-purpose
ini yang dihitung dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Barnhart & Thewlis
diuraikan. Dari hasil analisis ini didapatkan bahwa desain kapal ikan multi-purpose ini memenuhi
persyaratan stabilitas yang ditentukan dalam Peraturan International Maritime Organization
(IMO).
Kata kunci: kapal ikan multi-purpose, trawl, purse seine, longline, stabilitas kapal.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
5
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
PERTUMBUHAN KERANG BAKAU Polymesoda erosa
(MOLLUSKA, BIVALVE) YANG DITRANSPLANTASIKAN
Ita Widowati, Jusup Suprijanto dan Nirmala Kristiani
Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
[email protected]
Abstrak
Pertumbuhan Polymesoda erosa, yang ditransplantasikan dari Segara Anakan-Cilacap ke Teluk
Awur-Jepara, Jawa Tengah; telah diamati dan dibandingkan diantara 3 (tiga) kelas ukuran yaitu: I.
(21-40) mm II.(41-60) mm and III.(61-80) mm. Sejumlah 324 kerang dipelihara selama 3 bulan di
dalam sedimen di daerah bakau. Dengan tujuan untuk mempertahankan jumlah dan mempermudah
penangkapan, kerang dipelihara dalam keranjang yang terbuat dari kayu dan bambu. Sebanyak 12
keranjang kayu persegi (1m x 1m x 15 cm) dibenamkan kedalam sedimen sampai setengah
tingginya. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan, yaitu berkisar
antara 1,29 mm sampai 15,71 mm. Pertumbuhan tebal adalah yang terbesar dibandingkan tinggi
dan panjang cangkangnya (α=0,05). Tingkat pertumbuhan tertinggi ditemukan pada kelas ukuran I
(α = 0,05).
Kata kunci: pertumbuhan, Polymesoda erosa, transplantasi.
PEMELIHARAAN KERANG SIMPING Amusium pleuronectes
(MOLLUSKA, BIVALVIA): SUATU STUDI PENDAHULUAN
Jusup Suprijanto dan Ita Widowati
Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
[email protected]
Abstrak
Kerang simping (Amusium plueronectes) diperoleh dari perahu nelayan yang beroperasi di perairan
Pekalongan, pantai Utara Jawa. Prosedur penangkapan telah dimodifikasi pada waktu dan
tekniknya dalam upaya untuk mendapatkan biota yang hidup. Kerang simping dipelihara dalam
wadah 150 liter dengan menggunakan air laut yang telah disaring, dengan suhu sekitar 27°C.
Selama pemeliharaan, dilakukan penggantian sebanyak 50% dari volume air laut setiap 2 hari
sekali atau kadang-kadang setiap hari. Kerang simping diberi pakan alga campuran yang berasal
dari kultur yaitu: Chaetoceros sp., Dunaliella sp. and Chlorella sp. dengan kepadatan 30.00090.000 cells/ ml. Kecepatan filtrasi dari kerang simping diukur dengan menggunakan pakan
tersebut.Hasil penelitian menunjukkan kecepatan filtrasi yang berbeda, berkisar antara 0,0461
liter/jam sampai 0,4405 liter/jam.
Kata kunci: Amusium pleuronectes, pemeliharaan, tingkat filtrasi.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
6
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN BUJUK (Channa cyanospilos)
DI DAS MUSI, SUMATERA SELATAN
Azwar Said
Peneliti Balai Riset Perikanana Perairan Umum
Jl. Beringin No. 308 Tlp/Fax. (0711) 537194/527205 HP: 0813 73926001
Email: [email protected] Palembang 30763
Abstrak
Ikan bujuk (Channa cyanospilos) merupakan spesies asli (native species) yang terdapat di
Sumatera (Sungai Musi) dan Kalimantan (Sungai Kapuas, Kalimantan Barat) dan juga
kemungkinan ikan asli di Semenanjung Malaysia. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data
biologi ikan bujuk meliputi distribusi panjang dan berat ikan, hubungan panjang berat (pola
pertumbuhan), berat gonad, indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, pakan alami dan habitat
ikan. Hasil yang didapatkan ukuran ikan panjang total yang diperoleh berkisar 19,5-35,5 cm
dengan berat berkisar 70 – 600 g. Pola pertumbuhan ikan bujuk adalah isometrik (nilai b= 3,1892
dengan taraf signifikansi 0,05). Berat gonad berkisar 1,33-6,8 g dengan rata-rata 3,775, indeks
kematangan gonad (IKG) berkisar 0,348-1,331 dengan rata-rata 0,801, fekunditas berkisar 1.2094.563 butir dengan rata-rata 2.303 butir diameter telur antara 0,27 – 0,45 mm dan puncak
pemijahan terjadi pada bulan Mei, Juli dan September. Dapat diprediksi ikan bujuk memijah
sepanjang tahun.
Kata kunci: Channa cyanospilos, spesies asli, biologi, indeks kematangan gonad, fekunditas,
pertumbuhan.
STUDI PENDAHULUAN DOMESTIKASI IKAN CLOWN
(Amphiprion ocellaris) PADA BERBAGAI SUBSTRAT
Daniar Kusumawati1), Ketut Maha Setiawati1), Wardoyo1) dan Yunus2)
1)
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol
PO Box 140, Singaraja 81101 Bali
2)
CV. Dinar, Denpasar
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis substrat yang berbeda sebagai
habitat tempat pemeliharaan ikan clown terhadap laju pertumbuhan beratnya. Hewan uji yang
digunakan adalah 32 ekor ikan clown yang berasal dari hasil tangkapan di Makasar. Ikan clown
tersebut di masukkan dalam aquarium secara berpasangan (jantan dan betina). Pakan yang
diberikan adalah pelet dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yang diberikan pada pagi
dan sore hari secara adlibitum. Perlakuan yang diuji coba adalah pemberian substrat pasir (P),
substrat karang (K), dan tanpa substrat/control (T). Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian berbagai jenis substrat sebagai tempat pemeliharaan ikan clown pada aquarium
tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap laju pertumbuhan berat pada masingmasing perlakuan selama penelitian yaitu perlakuan substrat pasir (P) = 0,2987% + 0,05, substrat
karang (K) = 0,7525% + 0,43 dan tanpa substrat/control (T) = 0,4548% + 0,10.
Kata kunci: pemeliharaan, induk, ikan clown, substrat.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
7
Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006
UPAYA DOMESTIKASI DAN PEMIJAHAN IKAN BELIDA YANG
DIPELIHARA DALAM WADAH BUDIDAYA
Anang Hari Kristanto, Jojo Subagja dan Estu Nugroho
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor
E-mail: [email protected]
Abstrak
Ikan belida hasil tangkapan dari sungai Cisadane, mempunyai berat berkisar 2,3-6,5 kg dengan
rataan 3,9 kg, sebanyak 10 ekor ( 6 jantan dan 4 betina), ditempatkan dalam kolam berukuran 250
m2. Selama pemeliharaan 5 bulan, induk ikan belida diberikan pakan ikan hidup berupa nila dan
anakannya yang berasal dari induk yang memijah. Pada awal musim kemarau, induk betina di
kanulasi untuk melihat telur yang ada. Telur yang diperoleh berdiameter 1,5-2 mm, kemudian
masing-masing induk betina diimplant dengan hormon 100 µg.kg-1 LHRHa (1 ekor), 500 IU.kg-1
hCG (2 ekor) dan 500 IU.kg-1 hCG dan 100 µg.kg-1 17 α methiltestoteron (1 ekor). Dua bulan
setelah implantasi, induk-induk betina di coba untuk dipijahkan secara buatan, dengan menyuntikan
hormon ovaprim, dengan dosis 0,5 ml.kg-1. Dari hasil peliritan, hanya 1 ekor induk yang
menghasilkan 20 butir telur, dengan kondisi telur yang belum matang sempurna sehingga tidak
terjadi proses pembuahan.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
8
Download