KONSEP ETIKA SOSIAL HAMKA (Dalam Era Kekinian) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I) Disusun oleh: Ahmad Sirayudin NIM : 10510037 Pembimbing Dr. H. Muhammad Taufik, M. Ag NIP : 197106161997031003 JURUSAN FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: - Kedua Orang Tua Karna sesungguhnya karya ini terwujud dari do’a keduanya, atas harapan dan kasih sayangnya - Kakek-Nenek Karena tanpa adanya gambaran hidup dan motivasi dari beliau, “saya adalah sehelai kapas” - Istriku tercinta - Adik-kakau tersayang - Sahabat dan teman-teman seperjuangan - Almamater tercinta, FA/FUSPI/UIN SUKA Yogyakarta v PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penyusunan skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi dari Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No: 158/1987 dan 0543b/U/1987. I. Konsonan Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ب Bā’ B Be ت Tā’ T Te ث Ṡā’ Ś es titik di atas ج Jīm J Je ح Ḥā’ ḥ ha titik di bawah خ Khā’ Kh ka dan ha د Dāl D De ذ śāl ś zet titik di atas ر Rā’ R Er ز Zai Z Zet س Sin S Es ش Syin SY es dan ye ص Ṣād Ṣ es titik di bawah ض Ḍād ḍ de titik di bawah vi II. II. ط Ṭā’ ṭ Te titik di bawah ظ Ẓā’ ẓ zet titik di bawah ع ‘Ayn ...‘... Koma terbalik di atas غ Gayn G ge ف Fā’ F ef ق Qāf Q qi ك Kāf K ka ل Lām L el م Mīm M em ن Nūn N en و Wāw W we Hā’ H ha ء Hamzah ...‘.... apostrof ي Yā’ Y Ye Konsonan Rangkap karena tasydĭd ditulis rangkap : دة$ّ&'( ditulis Muta’addidah ّة$) ditulis ‘iddah *+,- ditulis ḥikmah *./0 ditulis jizyah III. III. Ta’ Marbutah di akhir kata. 1. Bila dimatikan, ditulis h : (Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). vii 2. Bila diikuti dengan kata sandang 'al' serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. ditulis ء123و4ا(* ا5آ Karămah al-auliyă’ 3.Bila ta’ Marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t atau h 5783ة ا1زآ ditulis Zakăh al-fiṭri ditulis a ditulis fa'ala ditulis i ditulis żukira ditulis u ditulis yażhabu ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ă jăhiliyyah ă tansă ĭ karĭm ŭ furŭḍ IV. IV. Vokal Pendek fathah ل َ ﻌ ﹶﻓ kasrah ﺭ ﻜ ﹸﺫ : ُ >ْ َه.َ dammah V.Vokal Panjang 1. 2. 3. 4. Fathah + alif *?2Aِ ِه1َ0 Fathah + alif maqsur CَDْـFGَ Kasrah + ya’ mati ٌJ.ْ 5ِ آَـ Dammah + wawu mati وض5K VI. VI. Vokal Rangkap 1. 2. VII. VII. VIII. VIII. Fathah + ya’ mati ْJ,ُ Fَ 2ْ Lَ Fathah + wawu mati ٌْلMNَ ditulis ditulis ditulis ditulis ai bainakum au qaul Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof ْJ'ُ Oْ َأَأ ditulis a’antum ْ ت$? ) ِ ُأ ditulis u’iddat ْJGُ ْ5َـ,Q َ ْRSِ 3َ ditulis la’in syakartum Kata Sandang Alif +Lam viii 1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis alنT5U3ا ditulis al-Qur’ăn س12U3ا ditulis al-Qiyăs 2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah. ء1+D3ا ditulis al-Samă’ V+W3ا ditulis al-Syamsu X. Huruf Besar Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) XI. XI. Penulisan KataKata-kata dalam Rangkaian Kalimat Di tulis menurut penulisannya. وض583ذوي ا ditulis ŜawҐ al-furŭḍ *FD3 اXأه ditulis ahl al-sunnah ix MOTTO Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita,untuk mencegah masuknya kemalasan dan penundaan. Janganlah meminta bukti bahwa doamu akan dijawab oleh Tuhan, tapi buktikanlah kesungguhan dari doamu. Bukan kurangnya bakat atau tidak adanya modal yang menghalangi kita dari sukses, tapi tidak cukupnya keberanian. x KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan. Dalam proses penyusunan skripsi di hadapan pembaca ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari dukungan, masukan, serta kritikan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis perlu sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Rektor UIN Sunan Kalijaga. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Bapak Dr. H. Zuhri, S. Ag., M. Ag, selaku Ketua Jurusan Filsafat Agama. Bapak Robby H. Abror, S. Ag., M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Filsafat Agama. 2. Bapak Dr. H. Muhammad Taufik, M. Ag., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak melakukan pengarahan, masukan, dan kritikan yang cukup berarti sehingga dapat merampungkan skripsi ini. 3. Segenap dosen dan tenaga pengajar jurusan Filsafat Agama, dan seluruh civitas akademika UIN Sunan Kalijaga yang memberi sumbangsih dalam proses penulisan skripsi ini serta seluruh karyawan-karyawati di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. 4. Kedua orang tua yang membesarkan dan mendidik saya hingga mampu menyelesaikan studi. Kepada saudaraku, Danie evin, Fahrizal diaz sosilo. yang membantu dan memotivasi semangat belajarku. 5. Teman-teman kuliah, kelas, maupun teman diskusi yang tanpa mereka sadari telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Kepada Rohmatul Izzad, Samsul Bahri, H. Usman Akbar, M. Farhat, didit Nur cahya, Agus Eko cahyono, Nur Kosim, Imam Rifa’i, Fauzan R, Muhammad Muhdar, Miftah Farid, Zainul badar, Bagas Zuhdi, Abdul Mukti, Ruslianto, Supriadi, Sabil Ar-Rasyad, Supriadi, Miftahul Huda, M. Luqmanul Hakim, Lukman Hakim, Imamuddin Ayyub, Supriyatno, Reza, Duha Ali stani, Ita stani, Dian Sulistina, Dia Intan Timur, Suprapti, Nuri, xi Hasriani Mahmud, Ummi Nurhayati, dan masih banyak lagi dan penulis tak bisa sebut satu persatu disini. 6. Kepada teman-teman KKN angkatan 83 “Bleberan”. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu penulis mengharap kritik dan saran kepada pembaca sebagai upaya perbaikan. Akhirnya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya, semoga Allah Swt., menerima sebagai amal soleh. Amin. Wassalamua’alaikum Wr.Wb. Yogyakarta, 22 Januari 2015 Penulis, Ahmad Sirayudin NIM 10510037 xii ABSTRAKSI Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal luas di Indonesia bahkan di belahan dunia lainnya. Kepopuleran ulama yang serba bisa ini, berangkat dari penerimaan karya-karya cemerlangnya oleh para pembacanya di seluruh dunia. Hamka tidak hanya masuk dalam satu bidang keilmuan, tetapi beliau benar-benar mumpuni dalam disiplin ilmu-ilmu lainnya. Maka tak salah bila, Hamka disebut sebagai ulama, muballigh, pengarang, sastrawan, sejarawan, dan politikus. Salah satu pemikiran Hamka yang menarik perhatian adalah etika sosial Hamka. Beliau tidak menulis buku yang khusus tentang etika sosial itu sendiri, namun bukan berarti dia tidak memiliki pemikiran etika atau tidak menulis pemikiran etikanya, Justru di berbagai karya-karyanya pemikiran etikanya bertebaran dan mudah kita temukan. Berangkat dari hal itu, penulis tertarik untuk meneliti mengenai bangunan konsep etika sosial Hamka. Dan motivasi lainnya yang sangat mendesak adalah kondisi sosial yang berkembang pada hari ini. Perkembangan sosial hari ini banyak mempertontankan kesombongan dan keegoisan manusia yang akut, sehingga seringkali menimbulkan konflik sosial yang tidak bisa dipungkiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library research dengan analisis deskriptif. Penulis dalam mengumpulkan data dengan membagi data primer dan sekunder. Teknik yang digunakan dalam analisa data dalam penelitian ini adalah dengan cara memahami tesis-tesis dari pemikiran tokoh bersangkutan, lalu mendeskripsikan dan menafsirkan pemikiran tokoh tersebut. Dalam analisis pemikiran yang telah dipaparkan juga digunakan analisa historisfilosofis yang melingkupi pemikiran tersebut, yaitu latar belakang yang mempengaruhi munculnya pemikiran tersebut sehingga terungkap makna dan relevansi ketika digunakan untuk mengkaji manusia dan kehidupan sosial pada umumnya. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, menemukan bahwa etika Hamka dapat dibagi menjadi dua, konsep etika secara teoritis dan konsep etika secara praktis. Etika teoritis Hamka menjelaskan tentang bangunan konsep yang dimulai dari struktur eksistensial manusia, sebab etika manusia berangkat dari manusia itu sendiri. Karena bagi Hamka, manusia merdeka dan bertanggung jawab melakukan segala tindakannya. Namun, etika dapat berubah buruk bila tidak dilandasi dengan dasar tauhid. Sementara etika praktisnya, etika Hamka dapat diterapkan pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari etika pemerintahan, etika profesi, hingga etika pengarang. Hal ini bertujuan, bahwa setiap tindakan manusia kelak dipertanggung jawabkan dihadapkan Allah, oleh sebab itu, tindakan manusia perlu diperhatikan dan lebih-lebih harus diisi dengan perbuatan-perbuatan yang baik. xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ii NOTA DINAS ............................................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ..................................................... vi MOTTO .. .................................................................................................... x KATA PENGANTAR ................................................................................. xi ABSTRAK ................................................................................................... xiii DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...................................... 6 D. Telaah Pustaka ................................................................................. 7 E. Kerangka Teori .................................................................................. 9 F. Metode Penelitian ............................................................................ 10 G. Sistematika Pembahasan .................................................................. 13 BAB II. MENGENAL HAMKA: SKETSA BIOGRAFIS .......................... 15 A. Hamka dan Perjalanan Hidupnya ....................................................... 15 1. Masa Kelahiran dan Kehidupannya ............................................. 14 2. Masa Pendidikannya ..................................................................... 21 xiv 3. Aktivitas Gerakan Politiknya .......................................................... 22 4. Karya-Karyanya ............................................................................. 23 BAB III. PANDANGAN UMUM MENGENAI ETIKA SOSIAL ............... 28 A. Pengertian Etika Sosial ...................................................................... 28 B. Tujuan Etika Sosial ............................................................................ 32 C. Aliran-aliran Etika Sosial ................................................................... 35 1. Eudaimonisme ......................................................................... 35 2. Utilitarianisme ......................................................................... 36 3. Deontologis ............................................................................. 36 D. Etika Sosial dalam Islam .................................................................... 36 BAB IV. KONSEP ETIKA SOSIAL HAMKA ............................................. 41 A. Konsep Teoritis Etika Sosial Hamka ................................................. 41 1. Membedah Konsep Etika Hamka ................................................... 41 2. Karakteristik Etika Sosial Hamka: Etika BerbasisTauhid ............... 44 3. Rumusan Konsep Etika Dalam Diri Manusia ................................ 46 B. Konsep Praktis Etika Sosial Hamka ...................................................... 53 1. Etika Pemerintahan ......................................................................... 53 2. Etika Ekonomi dan Bisnis .............................................................. 56 3. Etika Akademis ............................................................................... 59 4. Etika Dokter .................................................................................... 61 5. Etika Pengacara .............................................................................. 62 6. Etika Pengarang .............................................................................. 63 xv C. Sumbangan dan Relevansi Etika Sosial Hamka .................................... 64 1. Sumbangan Etika Sosial Hamka ...................................................... 64 2. Relevansi Etika Sosial Hamka ......................................................... 69 BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 73 A. Kesimpulan .................................................................................. 73 B. Saran-saran .................................................................................. 75 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76 CURICULUM VITAE .................................................................................. 80 xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini sangat mencengangkan. Dari alat transfortasi hingga alat telekomunikasi sudah lumrah menjadi bagian hidup manusia. Dengan begitu, kehidupan manusia terus berkembang hingga ditemukan penemuan-penemuan baru. Kemajuan-kemajuan ini kemudian diikuti gaya hidup manusia yang mulai praktis dan pragmatis. Gaya hidup itulah yang kini menghalalkan sikap permisif, dengan melakukan segala cara. Perkembangan yang lebih parah lagi, ketika manusia memungkiri aspek sosial, tetapi lebih mengabdi pada kepentingan dirinya sendiri. Hal ini yang pada gilirannya memberikan kesempatan terjadinya kejahatan dan kekejaman antar manusia. Di sini pun berlaku motto hutan rimba: siapa yang kuat dia yang selamat. Benar saja, hampir tiap hari kita disuguhkan oleh pemandangan memilukan adanya ketidakadilan pada manusia yang lemah secara fisik maupun ekonomi. Orang-orang yang kaya hanya berani kepada kaum lemah. Bahkan, negara sebagai pelindung rakyatnya, malah memainkan peran penting atas kualitas kesengsaraan rakyatnya. Tidak hanya itu, pembangunan-pembangunan yang berkembang di dunia ketiga, terutama di Indonesia tidak banyak dirasakan nikmatnya oleh kaum pekerja, mereka hanya diberikan efek dan dampak dari model pembangunan tersebut. Kemajaun yang katanya sebagai tolak ukur peradaban manusia, tetapi 1 justru segala kemajuan itu mengabaikan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Kondisi seperti ini terus berlangsung dan bergulir tanpa disadari telah menyeret kehidupan manusia dari pusat eksistensi mereka.1 Masyarakat beradab merupakan tujuan manusia yang hidup di bumi. Namun, tujuan yang sebenarnya sudah hampir sama dengan usia kehidupan manusia itu, terasa lambat dan sulit untuk mewujudkan. Hubungan dan kaitannya dengan usaha manusia dalam mewujudkan masyarakat yang beradab masih banyak yang perlu dipenuhi, dipatuhi dan diindahkan sebagai rambu-rambu atau aturan dalam kehidupan, baik itu dalam hubungan horizontal dengan sesama masyarakat maupun hubungan vertikal individu dengan Tuhan.2 Saat ini, Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang mengalami kekhawatiran bersama terhadap moralitas yang semakin merosot di kalangan anak bangsa. Martabat bangsa yang terkoyak oleh ulah yang tidak bertanggung jawab. Budaya malu dan keberanian untuk mengakui kesalahan hampir tidak dimiliki bangsa ini. Penyakit masyarakat semakin merajalela. Korupsi, kolusi, dan nepotisme dilakukan semakin terang-terangan tanpa menyisakan rasa jera bagi para pelakunya. Kekerasan yang dipicu isu atas nama ras, agama, suku, dan antar golongan kerap kali terjadi. Tindakan asusila diketengahkan ke masyarakat sebagai hiburan. Para pejabat publik dan pemimpin semakin tidak menunjukkan keberpihakan terhadap rakyat kecil. Kemewahan dipertontonkan di tengah 1 Sayed Husein Nasr, Islam dan Nestapa Manusia Modern, ter. Anas Muhyidin (Bandung: Pustaka, 1983), hlm.3. 2 Misbah Shoim Haris, Spiritualitas Sosial untuk Mayarakat Beradab, (Yogyakarta: Barokah Offset, 1999), hlm. v. 2 penderitaan dan kemiskinan rakyat. Hukum sudah tidak menjadi solusi yang dipercaya dan berkeadilan karena seringkali ditelikung dan diperjualberlikan. Premanisme dipilih sebagai jalan menyelesaikan persoalan. Etika kehidupan berbangsa runtuh dan tidak menjadi pedoman dalam masyarakat.3 Secara reflektif, persoalan-persoalan hari yang menggoroti bangsa adalah persoalan etika. Ketika manusia tidak lagi mengindahkan etika, maka kehidupan hari ini sama halnya dengan hutan rimba yang penuh kekejaman dan tanpa ampun. Oleh sebab itu, krisis kemanusiaan akan terus berlanjut bila persoalan etika belum diperhatikan diterapkan kepada segala aspek kehidupan. Agama, sebagai basis perbincangan etika, ternyata hari ini hanya menjadi institusi yang tidak menggerakkan pemeluknya menerapkan ajarannya. Salah satu ajaran utama dalam agama, adalah etika. Namun, agama pun jatuh pada formalisme yang akhirnya juga menyebabkan lemah untuk menegakkan etika. Kompleksitas kehidupan yang semakin bebas menuntut manusia untuk lebih cermat dan hati-hati dalam menentukan dan mengambil sikap untuk memutuskan sesuatu. Hal ini disebabkan karena manusia harus mempertimbangkan implikasi dari setiap keputusan yang diambilnya. Kepekaan dan ketelitian dalam mengerjakan sesuatu dan kecermatan dalam memahami setiap persoalan setidaknya sebuah tuntutan mengambil suatu keputusan yang tepat, yakni keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan. 3 Abd. Haris, Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius, (Yogyakarta: LkiS,2012), hlm. v. 3 Satu hal yang mejadi kebutuhan manusia bahwa setiap keputusan yang diambil akan dapat membawa kepada suatu perubahan yang lebih baik. Kondisi yang demikian akan terus membutuhkan sebuah tuntutan nilai dalam masyarakat yang akan memberi keseimbangan bagi manusia ketika menentukan sikap dalam setiap keputusan. Salah satu yang utama di sini adalah etika. Sebab dalam lapisan masyarakat dituntut adanya nilai-nilai atau norma-norma yang dijadikan sebagai aturan dalam masyarakat. Satu yang penting, dalam hal ini bahwa manusia sangat membutuhkan bimbingan tentang konsep etika yang baik guna diterapkan kepada segala aspek kehidupan manusia. Maka, salah satu pemikir besar mengenai etika adalah Hamka. Dialah tokoh sentral yang sangat disegani pada masanya hingga hari ini. Hamka memiliki konsep yang utuh tentang etika. Dia tidak hanya melihat etika atau masalah tingkah laku manusia dari segi nilai baik dan buruk, yang hanya dibahas dari sisi agama, filsafat, atau tasawuf saja. Tetapi, dia membahas etika dengan menggabungkan perspektif agama dan filsafat. Jika menurut pandangan filosof, secara epistemologis, manusia adalah makhluk berakal yang dapat menggunakan pikirannya dengan bebas untuk mencari kebenaran dalam pengetahuannya. Secara etis, manusia adalah makhluk yang mempunyai hati nurani yang memungkinkannya mencapai kebenaran dalam sikap, keputusan, dan tindakan-tindakan. Dengan demikian, kedudukan akal secara epistemologis sejajar dengan kedudukan hati nurani secara etis. Maka, pemikiran Hamka tidak cukup sampai di situ, dia menggunakan pemikiran filsafat tersebut untuk memperkuat 4 argumen religiusnya yang dibangun di atas pondasi tauhid, sehingga konsep etika yang dihasilkannya adalah etika religius.4 Menurut Hamka, manusia dengan akalnya mampu mengetahui dan melakukan perbuatan yang baik karena manusia mempunyai kekuatan yang dominan dalam menentukan perbuatannya. Perbuatan baik dan buruk adalah pilihan bebasnya dan harus bertanggung jawab terhadapnya. Namun, untuk kesempurnaan perjalanan hidup itu tidaklah cukup dengan akal saja, tetapi diturunkan pula syari’at, dikirim dan diutus pula nabi-nabi dan rasul-rasul untuk menyempurnakan bimbingan dari Tuhan. Menurutnya, motivasi perbuatan moral seorang muslim bersifat transendental, yakni mencari ridha Allah Swt., untuk kebahagiaan dunia akhirat. Perbuatan moral seorang muslim hendaknya didasari pandangan dunia tauhid yang melampaui kepentingan pragmatis. Di sinilah tampak sekali dalam pemikiran etika Hamka, perpaduan serasi antara bangunan agama yang religius dan filsafat yang rasional. Tidak salah bila pemikiran etika Hamka disebut dengan corak rasional-religius.5 Menurut Hamka, dalam Islam etika (akhlak) menempati posisi kedua setelah tauhid. Ini berarti bahwa syariah sebagai komponen terakhir harus bertumpu pada tauhid dan etika. Tidak boleh syariah dan pelaksanaannya keluar dari kerangka dan ajaran kedua hal di atas.6 4 Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. vi. Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. vii. 6 Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. 73. 5 5 Hamka mengungkapkan bahwa dengan menjalankan perintah agama secara sungguh-sungguh akan mampu menciptakan kebahagiaan yang hakiki, sebagaimana yang ditulis dalam buku Tasawuf Modern. Kebahagiaan manusia dicapai bila manusia mampu menjalankan perintah Tuhan dan mampu menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu cara dengan mengikuti jalan tasawuf, yaitu dengan menjalankan ajaran agama secara konsisten dan tetap memelihara hubungan dengan manusia lainnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan formulasi masalah sebagai berikut: 1. Apa itu etika sosial? 2. Bagaimana konsep etika sosial Hamka? 3. Bagaimana Relevansi konsep etika sosial Hamka pada kehidupan hari ini? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini, antara lain: 1. Turut memperluas keilmuan Etika sosial, khususnya dalam konteks kajian etika sosial Hamka. 2. Untuk menambah wawasan pemikiran etika sosial Hamka yang dapat dijadikan sebagai acuan pembenahan moral bangsa. 3. Menyebarkan dan mengkontekstualkan pemikiran etika sosial Hamka yang sangat berperan penting terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Adapun kegunaan yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah: 6 1. Memberikan kontribusi terhadap khazanah filsafat sosial. 2. Merangsang perkembangan ilmu-ilmu sosial, terutama dalam meneliti Sosiologi Islam maupun Sosiologi Barat. 3. Sebagai usaha memenuhi syarat yang diberlakukan untuk meraih gelar kesarjanaan Filsafat pada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. D. Telaah Pustaka Sudah banyak penelitian atau karya tentang pemikiran Hamka. Namun demikian, tulisan-tulisan yang menjelaskan tentang konsep etika sosial Hamka sangat jarang. Untuk buku-buku maupun skripsi atau disertasi lumayan banyak yang menulis tentang pemikiran politik, sosiologi, dan pandangan-pandangan lainnya. Beberapa karya yang menjelaskan pemikiran Hamka yang mendekati kajian penulis skripsi ini, secara umum antara lain, tesis Moh. Damami berjudul, Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka. Tulisan ini mencoba melihat pemikiran-pemikiran tasawuf yang dikembangkan Hamka. Dalam tesis ini dijelaskan, sebagaimana usaha manusia untuk menemukan hakikat kehidupan yang benar dalam ketekunan beribadah sehingga menimbulkan suatu dampak positif bagi pemeluknya.7 Dalam tulisan Sukron, berjudul “Etika Sosial dalam Pandangan Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)”. Dalam skripsi ini, Sukron 7 Moh. Damami, Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000), hlm. 271. 7 lebih membahas etika sosial Hamka kajiannya pada buku andalan Hamka, Tasawuf Modern. Namun, ia tidak menjelaskan etika sosial secara umum.8 Selanjutnya karya Junus Amir Hamzah, menulis Hamka sebagai Pengarang Roman. Dalam buku ini, mencoba menggali jiwa kemampuan mengarang Hamka yang sangat mengagumkan. Hamzah menilai, bahwa roman yang dihasilkan Hamka kental dengan nuansa ajaran Islam.9 Ada pula, tulisan Yunan Yusuf berjudul Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, sebuah buku yang menjelaskan kemampuan Hamka dalam menafsirkan al-Qur’an secara rasional.10 Beberapa buku lain, Muhammad Abduh Almanar, Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf.11 Selain itu terdapat hasil tulisan Abd. Chair, Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik. Sebuah disertasi yang cukup komprehensif pemikiran Hamka. Dalam kesimpulannya, bahwa akal menurut Hamka mempunyai kemampuan untuk mengetahui lima perkara, yaitu akal dapat mengetahui tentang Tuhan, baik-buruk, kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk, dan mengetahui adanya kehidupan akhirat.12 Beberapa telaah pustaka yang disebutkan di atas, sama sekali berbeda dengan kajian penulis sendiri. Beberapa tema di atas tentu memberikan kekhasan 8 Sukron, “Etika Sosial dalam Pandangan Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)“ Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014. 9 Junus Amir Hamzah, Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Stadi Sastra, (Jakarta: Megabookstore, 1964). 10 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990). 11 Muhammad Abduh Almanar, Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Prima Aksara,tt). 12 Abd. Chair, Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik, (Jakarta: tp., 1996). 8 bagi penulis, bahwa tema yang penulis angkat belum banyak diangkat para pengkaji lainnya. Begitupun dengan metode yang penulis gunakan dalam meneliti pemikiran Hamka. E. Kerangka Teori Etika dapat didefinisikan menjadi tiga bagian13; Pertama, kata “etika” bisa dipakai dalam arti nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Tiga, etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk. Secara luas, tindakan etika menyangkut perbuatan dalam kerangka baik dan benar. Analisis etis cenderung berpusat pada istilah-istilah berikut ini14: 1. Para filsuf dapat digolongkan ke dalam filsuf yang mengerjakan Etika Normatif dan filsuf yang membuat Metaetika. Etika Normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petujunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan menyangkut baik dan buruk, benar dan salah. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan “baik” dan “buruk”, “benar” dan”salah”. 2. Etika dipandang sebagai kata kunci tingkah laku etis, teori etika yang dihasilkan ditandai kepenuhan nilai. Yang benar (kebenaran) menjadi satu aspek dari kepenuhan tersebut, yaitu seperangkat kewajiban kepada yang 13 14 K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 6 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 217-219. 9 lain yang mesti dihormati dalam pencapaian kebaikan. Teori yang demikian disebut Aksiologis (menekankan arahnya kepada tujuan akhir). 3. Bila kebenaran dianggap sebagai kunci perilaku etis, etika menjadi bertujuan kepada ide kewajiban dan tugas, berkisar pada pernyataan tentang prinsip-prinsip perilaku, dan bukan pada penelusuran konsekuensikonsekuensi. Teori-teori seperti ini disebut deontologis (menekankan kewajiban), atau formalistik (menekankan prinsip). 4. Tetapi kebaikan maupun kebenaran dapat dilihat sebagai objektif (menggantikan sebuah faktor real dalam hal-hal), atau subjektif (hanya mewakili proposal manusia). maka lahirlah objektivisme etis atau subjektivisme etis. 5. Ada pula yang disebut Non-Kognitivisme. Penganut teori ini menganggap bahwa istilah-istilah etika tidak mewakili apapun juga yang objektif. Bagi mereka, istilah-istilah dan keputusan-keputusan etis mewakili emosi, sikap kecondongan, keinginan dan lain-lain. F. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach)15. Secara garis besar metode penelitian terbagi menjadi dua tahap. Pertama, pengumpulan sumber data. Kedua, metode pengolahan dan analisis data, 1. Sumber Data a. Sumber Primer 15 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I (Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM, 1984), hlm. 23-24. 10 Buku pokok Hamka antara lain, Revolusi Agama, Mutiara Filsafat, Pelajaran Agama Islam, Dari Perbendaharaan Lama, Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia, 1001 Soal-Soal Hidup, Lembaga Hikmat, Beberapa Tantangan terhadap Umat Islam di Masa Kini, Dari Lembah Cita-Cita, Lembaga Budi, Lembaga Hidup, Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, Akhlaqul Karimah, Pandangan Hidup Muslim. b. Data Sekunder Adapun untuk pembantu (sekunder), peneliti terbuka terhadap berbagai macam literatur, seperti buku-buku, majalah, koran, buletin, jurnal maupun juga situs-situs di internet yang tentu menyangkut, mengenai pemikiran Ali Syariati dan terutama konsep sosialitas manusia. Beberapa di antaranya buku sekunder yang penulis pakai adalah, Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. A. Charis Zubair, Kuliah Etika. Fachry Ali, “Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia”. Nasir Tamara (dkk), Hamka di Mata Umat. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar. Panitia 70 Tahun Hamka, Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Junus Amir Hamzah, Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Studi Sastra. K. Bertens, Etika. Franz-Magnis Suseno, Etika Dasar MasalahMasalah Pokok Filsafat Moral. 2. Metode Pengolahan Data 11 a. Deskriptif Menjelaskan pokok-pokok pemikiran yang sedang diteliti, yaitu pemikiran Hamka. Penjelasan deskriptif digunakan ketika menjelaskan pemikiran Hamka dalam pemaparan seperlunya dan bersifat substansial. b. Interpretasi Memahami kandungan konsep etika sosial Hamka membutuhkan penafsiran tertentu. Metode ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam. Sebab, ada beberapa kata kunci yang dipertahankan di sini untuk tidak menghilangkan substansi pemikiran Hamka. Penulis selalu berusaha memahami dan menafsirkan seperlunya bila itu di haruskan. c. Analisis Dalam hal ini, penulis berupaya untuk menjelaskan konsep-konsep Hamka yang berkaitan dengan etikanya. Kajian analisis penulis lakukan ketika terdapat pernyataan maupun konsep yang perlu ditekankan atau dijabarkan secara luas. d. Explanatory Suatu analisis yang memberikan penjelasan lebih mendalam dari sekedar mendiskripsikan sebuah makna teks. Dalam pembahasan ini akan diungkap secara detail dan mendalam mengenai 12 katerangan-keterangan, konsepsi-konsepsi,16 dari pemikiran Hamka. Dalam hal ini, penulis menekankan pada etika berbasis tauhid. Konsep ini bagi penulis perlu penjelasan yang memadai guna memberikan karakteristik Hamka dengan pemikiran Islam lainnya yang menggunakan kerangka tauhid sebagai basis pemikiran. Kajian penelitian ini menggunakan pendekatan historis-filosofis. Pendekatan ini menandai suatu usaha dalam penelitian yang mencoba melihat sisi historis kehidupan tokoh pembahasan. Setelah itu, membahas bahwa pemikirannya tetap berdasar pada sejarah hidup sang tokoh. Dengan kata lain, pertimbangan pendekatan ini mengacu pada karakter dan realitas hidup yang dihadapi oleh seorang Hamka. Selain itu, beberapa poin pemikirannya dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan terhadap zamannya yang ia hidup di dalamnya. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dapat disistematikan penyajiannya sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan. Di dalamnya berisi subbab lainnya yaitu, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan, telaah pustaka, metode penelitian dan dilanjutkan dengan sistematika pembahasan. 16 Anton Bakker dan Ahmad Haris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 65. 13 Bab kedua membahas biografi Hamka yang memuat subbab masa kelahiran dan kehidupannya, dilanjutkan masa pendidikannya, aktivitas gerakan politiknya, dan ditutup dengan bab mengenai karya tulis Hamka. Bab ketiga membahas etika sosial secara umum. Dalam bahasan ini memuat subbab pengertian etika sosial, tujuan utama etika sosial, aliran-aliran etika sosial dan penjelasan dalam bagian ini diakhiri dengan penjelasan bab etika sosial dalam Islam. Bab keempat menguraikan konsep etika sosial Hamka. Dalam bab ini meliputi bahasan poin-poin penting bagaimana Hamka menunjukkan pandangan etika sosialnya. Dalam bab ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian etika sosial secara teoritis dan konsep etika sosial Hamka secara praktis. Kemudian pembahasan diakhiri dengan pembahasan sumbangan dan relevansi etika sosial Hamka. Bab kelima menyimpulkan uraian di atas dalam bentuk penutup yang berisi kesimpulan serta saran dari penulis berdasarkan pada hasil pembahasan yang dilakukan selama proses awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. 14 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan penjelasan-penjelasan yang telah dilakukan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, etika sosial adalah salah satu bagian etika teoritis yang mengandaikan bahwa setiap tindakan manusia selalu berdasarkan pada tindakan bersama. Pernyataan ini berangkat dari suatu tesis, bahwa manusia pada dasarnya makhluk sosial. Jadi, segala aktivitas manusia senantiasa dilakukan dan berdampak pada yang lain. Etika sosial bermaksud bagaimana manusia dengan yang lainnya memperhatikan tindakannya guna menemukan keserasian yang tanpa konflik dan pertarungan. Tidak bisa dipungkiri, pertengkaran dan persoalanpersoalan sosial yang berkembang orde ini setidaknya didasari oleh sistem etika sosial-nya yang rusak. Setiap orang menjadi dirinya sendiri, dan melupakan orang lain. Dan ini tujuan Hamka membicarakan etika sosial yang menginginkan bagaimana manusia antar sesama tercipta pergaulan yang sehat. Kedua, Hamka menjelaskan konsep etika sosialnya berangkat dari struktur eksistensial manusia. Manusia dalam dirinya memiliki daya dan kekuatankekuatan tertentu yang kemudian mempengaruhi tingkah laku. Daya-daya itu adalah, daya akal, daya marah, dan daya syahwat. Ketiga daya ini yang selalu mempengaruhi suasana manusia sehingga berdampak pula pada tindakannya. Namun begitu, manusia juga memiliki kekuatan suara hati yang dapat menuntun manusia ke jalan yang benar bila manusia mengikuti bisikan-bisikannya. Menurut 73 Hamka, perbuatan manusia adalah perbuatan yang merdeka. Perbuatan manusia tidak diciptakan seperti gerak boneka. Manusia yang menggerakkan dirinya sendiri. Hamka memperkuat bangunan pemikiran etika sosialnya mulai dari pandangan bahwa penilaian tentang baik-buruk harus dibangun di atas pondasi tauhid. Dengan pandangan, maka konsep etika sosial Hamka merupakan etika religius, tetapi pada waktu yang sama, etika Hamka dipaparkan secara rasional dan krtitis sehingga dengan ini, penulis tidak ragu menyebut etika Hamka dengan etika rasional-religius. Etika Hamka terbagi menjadi dua yaitu, etika teoritis dan etika terapan. Etika yang pertama menjelaskan tentang konsep teoritis bagaimana Hamka menjelaskan etikanya. Yang kedua, Hamka memiliki rumusan konsep etika yang dapat diterapkan ke segala bidang kehidupan manusia, seperti etika pemerintahan, ekonomi dan bisnis, etika akademis, etika dokter, etika pengacara, dan etika pengarang. Ketiga, mengacu pada sumbangan dan relevansi konsep etika sosial Hamka dapat ditegaskan bahwa keberadaan corak etika seperti rumusan Hamka ini perlu diterapkan dalam kehidupan hari ini. Mengingat bangsa Indonesia dikepung oleh kasus-kasus kriminal dan ketidakadilan terhadap satu dengan yang lain. Maka etika sosial Hamka sesungguhnya berupaya untuk mencegah dan menjalankan tuntunan etika sosial yang sejalan dengan cita-cita sosial ajaran Islam. Sumbangan dan relevansi etika sosial Hamka terdapat dalam istilah etika yang membebaskan. Etika pembebasan ini mendasari sumbernya pada tauhid, sehingga dengan begitu konsep etika sosial Hamka sangat kuat dan bercorak rasional-religius. Sementara untuk relevansinya, etika sosial dapat diterapkan 74 dalam segala dimensi kehidupan manusia. Namun begitu, setidaknya ada dua lapangan kehidupan yang dapat diaplikasikan teori Hamka yaitu: sosial-budaya dan lingkungan hidup manusia. B. Saran-Saran Penelitian ini perlu ditindaklanjuti oleh para ahli, mengingat banyak sekali tebaran pemikiran Hamka yang belum tuntas dikupas habis, terutama mengenai konsep etika sosialnya. Hamka tidak menulis satu buku khusus etikanya, namun, pemikiran etikanya berserakan dalam karya-karyanya yang lain. Bagi penulis, hal ini menimbulkan ketertarikan sendiri. Penulis menyarankan, penelitian etika sosial Hamka masih perlu diteliti, dibongkar, dan direkontruksi agar menemukan rumusan yang utuh dan lengkap. Menggali melalui penelitian dan usaha mengembangkan pemikiran keislaman dari para tokoh muslim di Indonesia, seperti Hamka, terasa sangat perlu, karena akan menjadi mata rantai pemikiran keislaman yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan tersendiri bagi perkembangan pemikiran Islam di dunia, khususnya negera tercinta ini, Indonesia. 75 DAFTAR PUSTAKA Ali, Fahri. Kenang-kenangan 70 Tahun Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1979. Almanar,Muhammad Abduh. Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf. Jakarta: Prima Aksara,tt. Al-Sambasy, Muhammad Ahmad. Mengenal Doktor Hamka dalam KenangKenangan 70 Tahun Buya Hamka, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1983. Bagir, Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Arasy Mizan, 2005. Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996. Bertens, K. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000. Chair, Abd. Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik. Jakarta: tp., 1996. Damami, Moh. Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000. Dinoto, Anton.“Konsep Fitrah Manusia dalam al-Qur’an dan Impilikasinya Terhadap Pendidikan Islam : Studi Tafsir Al-Azhar Karya Hamka Surah Ar-Rum Ayat 30”, Skripsi. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Islam Sunan Kalijaga, 2007. Djatnika, Rachmat. Sistem Etika Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996. Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat IV. Jakarta: Bulan Bintang, 1981. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM, 1984. Hamka, Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000. 76 --------------- Ghirah dan Tantangan terhadap Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982. --------------- Kenang-kenangan Hidup, Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang, 1982. --------------- Lembaga Budi. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996 --------------- Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1996. --------------- Dari Hati ke Hati tentang Agama, Sosial-Budaya, Politik, (Jakarta: Pustaka Panjimas,2002. -------------- Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1992. --------------- Tafsir Al-Azhar Jilid I-XXX. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985. ----------------- Akhlaqul Karimah. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992. Hamersma, Harry. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: Gramedia, 1992. Hamka,Rusdi. Hamka Di Mata Umat. Jakarta: Sinar Harapan, 1996. ------------------ Pribadi dan Martabat Buya Hamka. Jakarta: Panjimas, 1981. Hamzah, Junus Amir. Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Stadi Sastra. Jakarta: Megabookstore, 1964. Haris, Abd. Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius. Yogyakarta: LkiS, 2012. Haris, Misbah Shoim. Spritualitas Sosial untuk Mayarakat Beradab. Yogyakarta: Barokah Offset, 1999. Harisuwanto, A. (dkk.). Etika Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1994. Keraf,A. Sonny. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas, 2002. 77 Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1987. Mangunhardjana, A. Isme-isme Dalam Etika: dari A Sampai Z. Yogyakarta: Kanisius, 2006. Muchsin. Menggagas Etika & Moral di Tengah Modernitas. Surabaya: Adis, 2002. Murata, Sachico. The Tao of Islam. Bandung: Mizan 2004. Nasr, Sayyed Husain. Islam dan Nestapa Manusia Modern. ter. Anas Muhyidin.Bandung: Pustaka, 1983. Rais, M. Amien Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1992. Syafiie, Inu Kencana. Filsafat Pemerintahan; Mencari Bentuk Good Government yang Sebenarnya Secara Universal, (Jakarta: PT. Perca, 2001. Sukron. “Etika Sosial dalam Pandangn Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)“ Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014. Sunoto. Mengenal Filsafat Pancasila 3 Pendekatan Melalui Etika Pancasila. Yogyakarta: Hanindita, 1985. Suseno, Franz Magnis, Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991. Suseno, Franz Magnis, (dkk.). Etika Sosial (Buku Panduan Mahasiswa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993. Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka, Teori Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Belukar, 2004. 78 Tim Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994 Tjahyadi,S.P. Lili. Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan Imperatif Kategoris. Yogyakarta: Kanisius, 1991. Ya’kub, Hamzah. Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar ), Bandung : CV. Diponegoro, 1983. Yusuf,Yunan. Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990. Weij, P. A. Van Der. Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia. Yogyakarta: Kanisius, 2005. 79 CURRICULUM VITAE Nama : Ahmad Sirayudin Nim : 10510037 TE/Tgl Lahir : Sumenep, 09-10-1992 Jenis kelamin : Laki-Laki Alamat : Dusun Cang-CangRT/RW: 018/004Desa/Kel Lombang Kecamatan Gili Genting Alamat sekarang : Sapen JL. Bimokurdo No. 47 Kewarganegaraan : WNI Gol. Darah :A Tinggi badan : 165 Berat badan : 70 Status : Pelajar/Mahasiswa Agama : Islam No. HP : 08199901945 Email : [email protected] Pendidikan 1999-2004 : MI Nurul Hikmah Gili Raje 2004-2006 : MTS Al-amien Prenduan 2006-2008 : MA Al-amien prenduan 2010-Sekarang: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Riwayat Organisasi 2010-2012: PMII UIN SUKA 2012-sekarang: SEMA UIN SUKA 80