KONSEP ETIKA SOSIAL HAMKA - Digital Library UIN Sunan Kalijaga

advertisement
KONSEP ETIKA SOSIAL HAMKA
(Dalam Era Kekinian)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Disusun oleh:
Ahmad Sirayudin
NIM : 10510037
Pembimbing
Dr. H. Muhammad Taufik, M. Ag
NIP : 197106161997031003
JURUSAN FILSAFAT AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
- Kedua Orang Tua
Karna sesungguhnya karya ini terwujud dari do’a keduanya, atas
harapan dan kasih sayangnya
- Kakek-Nenek
Karena tanpa adanya gambaran hidup dan motivasi dari beliau, “saya
adalah sehelai kapas”
- Istriku tercinta
- Adik-kakau tersayang
- Sahabat dan teman-teman seperjuangan
- Almamater tercinta, FA/FUSPI/UIN SUKA Yogyakarta
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan
transliterasi
Arab-Latin
dalam
penyusunan
skripsi
ini
menggunakan pedoman transliterasi dari Surat Keputusan Bersama (SKB)
Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22
Januari 1988 No: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
I. Konsonan
Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
‫ا‬
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
‫ب‬
Bā’
B
Be
‫ت‬
Tā’
T
Te
‫ث‬
Ṡā’
Ś
es titik di atas
‫ج‬
Jīm
J
Je
‫ح‬
Ḥā’
ḥ
ha titik di bawah
‫خ‬
Khā’
Kh
ka dan ha
‫د‬
Dāl
D
De
‫ذ‬
śāl
ś
zet titik di atas
‫ر‬
Rā’
R
Er
‫ز‬
Zai
Z
Zet
‫س‬
Sin
S
Es
‫ش‬
Syin
SY
es dan ye
‫ص‬
Ṣād
Ṣ
es titik di bawah
‫ض‬
Ḍād
ḍ
de titik di bawah
vi
II.
II.
‫ط‬
Ṭā’
ṭ
Te titik di bawah
‫ظ‬
Ẓā’
ẓ
zet titik di bawah
‫ع‬
‘Ayn
...‘...
Koma terbalik di atas
‫غ‬
Gayn
G
ge
‫ف‬
Fā’
F
ef
‫ق‬
Qāf
Q
qi
‫ك‬
Kāf
K
ka
‫ل‬
Lām
L
el
‫م‬
Mīm
M
em
‫ن‬
Nūn
N
en
‫و‬
Wāw
W
we
Hā’
H
ha
‫ء‬
Hamzah
...‘....
apostrof
‫ي‬
Yā’
Y
Ye
Konsonan Rangkap karena tasydĭd ditulis rangkap :
‫ دة‬$ّ&'(
ditulis
Muta’addidah
‫ّة‬$)
ditulis
‘iddah
*+,-
ditulis
ḥikmah
*./0
ditulis
jizyah
III.
III. Ta’ Marbutah di akhir kata.
1. Bila dimatikan, ditulis h :
(Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
vii
2. Bila diikuti dengan kata sandang 'al' serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
ditulis
‫ء‬123‫و‬4‫ا(* ا‬5‫آ‬
Karămah al-auliyă’
3.Bila ta’ Marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t atau h
5783‫ة ا‬1‫زآ‬
ditulis
Zakăh al-fiṭri
ditulis
a
ditulis
fa'ala
ditulis
i
ditulis
żukira
ditulis
u
ditulis
yażhabu
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ă
jăhiliyyah
ă
tansă
ĭ
karĭm
ŭ
furŭḍ
IV.
IV. Vokal Pendek
fathah
‫ل‬
َ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
kasrah
‫ﺭ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﹸﺫ‬
:
ُ ‫>ْ َه‬.َ
dammah
V.Vokal Panjang
1.
2.
3.
4.
Fathah + alif
*?2Aِ‫ ِه‬1َ0
Fathah + alif maqsur
CَD‫ْـ‬FGَ
Kasrah + ya’ mati
ٌJ.ْ 5ِ ‫آَـ‬
Dammah + wawu mati
‫وض‬5K
VI.
VI. Vokal Rangkap
1.
2.
VII.
VII.
VIII.
VIII.
Fathah + ya’ mati
ْJ,ُ Fَ 2ْ Lَ
Fathah + wawu mati
ٌ‫ْل‬MNَ
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof
ْJ'ُ Oْ ‫َأَأ‬
ditulis
a’antum
ْ‫ ت‬$? )
ِ ‫ُأ‬
ditulis
u’iddat
ْJGُ ْ5‫َـ‬,Q
َ ْRSِ 3َ
ditulis
la’in syakartum
Kata Sandang Alif +Lam
viii
1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al‫ن‬T5U3‫ا‬
ditulis
al-Qur’ăn
‫س‬12U3‫ا‬
ditulis
al-Qiyăs
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah.
‫ء‬1+D3‫ا‬
ditulis
al-Samă’
V+W3‫ا‬
ditulis
al-Syamsu
X. Huruf Besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
XI.
XI. Penulisan KataKata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Di tulis menurut penulisannya.
‫وض‬583‫ذوي ا‬
ditulis
ŜawҐ al-furŭḍ
*FD3‫ ا‬X‫أه‬
ditulis
ahl al-sunnah
ix
MOTTO
Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan
yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita,untuk
mencegah masuknya kemalasan dan penundaan.
Janganlah meminta bukti bahwa doamu akan dijawab oleh
Tuhan, tapi buktikanlah kesungguhan dari doamu.
Bukan kurangnya bakat atau tidak adanya modal yang
menghalangi kita dari sukses, tapi tidak cukupnya keberanian.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan. Dalam proses
penyusunan skripsi di hadapan pembaca ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari
dukungan, masukan, serta kritikan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
perlu sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rektor UIN Sunan Kalijaga. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, MA, selaku
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Bapak Dr. H. Zuhri, S.
Ag., M. Ag, selaku Ketua Jurusan Filsafat Agama. Bapak Robby H. Abror,
S. Ag., M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Filsafat Agama.
2.
Bapak Dr. H. Muhammad Taufik, M. Ag., sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi. Beliau telah banyak melakukan pengarahan, masukan, dan
kritikan yang cukup berarti sehingga dapat merampungkan skripsi ini.
3. Segenap dosen dan tenaga pengajar jurusan Filsafat Agama, dan seluruh
civitas akademika UIN Sunan Kalijaga yang memberi sumbangsih dalam
proses penulisan skripsi ini serta seluruh karyawan-karyawati di Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
4. Kedua orang tua yang membesarkan dan mendidik saya hingga mampu
menyelesaikan studi. Kepada saudaraku, Danie evin, Fahrizal diaz sosilo.
yang membantu dan memotivasi semangat belajarku.
5. Teman-teman kuliah, kelas, maupun teman diskusi yang tanpa mereka
sadari telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Rohmatul Izzad, Samsul Bahri, H. Usman Akbar, M. Farhat, didit
Nur cahya, Agus Eko cahyono, Nur Kosim, Imam Rifa’i, Fauzan R,
Muhammad Muhdar, Miftah Farid, Zainul badar, Bagas Zuhdi, Abdul
Mukti, Ruslianto, Supriadi, Sabil Ar-Rasyad, Supriadi, Miftahul Huda, M.
Luqmanul Hakim, Lukman Hakim, Imamuddin Ayyub, Supriyatno, Reza,
Duha Ali stani, Ita stani, Dian Sulistina, Dia Intan Timur, Suprapti, Nuri,
xi
Hasriani Mahmud, Ummi Nurhayati, dan masih banyak lagi dan penulis
tak bisa sebut satu persatu disini.
6. Kepada teman-teman KKN angkatan 83 “Bleberan”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan karena
itu penulis mengharap kritik dan saran kepada pembaca sebagai upaya perbaikan.
Akhirnya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya, semoga Allah Swt., menerima sebagai amal soleh. Amin.
Wassalamua’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 22 Januari 2015
Penulis,
Ahmad Sirayudin
NIM 10510037
xii
ABSTRAKSI
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal luas di Indonesia
bahkan di belahan dunia lainnya. Kepopuleran ulama yang serba bisa ini,
berangkat dari penerimaan karya-karya cemerlangnya oleh para pembacanya di
seluruh dunia. Hamka tidak hanya masuk dalam satu bidang keilmuan, tetapi
beliau benar-benar mumpuni dalam disiplin ilmu-ilmu lainnya. Maka tak salah
bila, Hamka disebut sebagai ulama, muballigh, pengarang, sastrawan, sejarawan,
dan politikus. Salah satu pemikiran Hamka yang menarik perhatian adalah etika
sosial Hamka.
Beliau tidak menulis buku yang khusus tentang etika sosial itu sendiri,
namun bukan berarti dia tidak memiliki pemikiran etika atau tidak menulis
pemikiran etikanya, Justru di berbagai karya-karyanya pemikiran etikanya
bertebaran dan mudah kita temukan. Berangkat dari hal itu, penulis tertarik untuk
meneliti mengenai bangunan konsep etika sosial Hamka. Dan motivasi lainnya
yang sangat mendesak adalah kondisi sosial yang berkembang pada hari ini.
Perkembangan sosial hari ini banyak mempertontankan kesombongan dan
keegoisan manusia yang akut, sehingga seringkali menimbulkan konflik sosial
yang tidak bisa dipungkiri.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library research
dengan analisis deskriptif. Penulis dalam mengumpulkan data dengan membagi
data primer dan sekunder. Teknik yang digunakan dalam analisa data dalam
penelitian ini adalah dengan cara memahami tesis-tesis dari pemikiran tokoh
bersangkutan, lalu mendeskripsikan dan menafsirkan pemikiran tokoh tersebut.
Dalam analisis pemikiran yang telah dipaparkan juga digunakan analisa historisfilosofis yang melingkupi pemikiran tersebut, yaitu latar belakang yang
mempengaruhi munculnya pemikiran tersebut sehingga terungkap makna dan
relevansi ketika digunakan untuk mengkaji manusia dan kehidupan sosial pada
umumnya.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, menemukan bahwa etika
Hamka dapat dibagi menjadi dua, konsep etika secara teoritis dan konsep etika
secara praktis. Etika teoritis Hamka menjelaskan tentang bangunan konsep yang
dimulai dari struktur eksistensial manusia, sebab etika manusia berangkat dari
manusia itu sendiri. Karena bagi Hamka, manusia merdeka dan bertanggung
jawab melakukan segala tindakannya. Namun, etika dapat berubah buruk bila
tidak dilandasi dengan dasar tauhid. Sementara etika praktisnya, etika Hamka
dapat diterapkan pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari etika
pemerintahan, etika profesi, hingga etika pengarang. Hal ini bertujuan, bahwa
setiap tindakan manusia kelak dipertanggung jawabkan dihadapkan Allah, oleh
sebab itu, tindakan manusia perlu diperhatikan dan lebih-lebih harus diisi dengan
perbuatan-perbuatan yang baik.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................
ii
NOTA DINAS ............................................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB .....................................................
vi
MOTTO .. ....................................................................................................
x
KATA PENGANTAR .................................................................................
xi
ABSTRAK ...................................................................................................
xiii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ......................................
6
D. Telaah Pustaka .................................................................................
7
E. Kerangka Teori ..................................................................................
9
F. Metode Penelitian ............................................................................
10
G. Sistematika Pembahasan ..................................................................
13
BAB II. MENGENAL HAMKA: SKETSA BIOGRAFIS ..........................
15
A. Hamka dan Perjalanan Hidupnya .......................................................
15
1. Masa Kelahiran dan Kehidupannya .............................................
14
2. Masa Pendidikannya .....................................................................
21
xiv
3. Aktivitas Gerakan Politiknya ..........................................................
22
4. Karya-Karyanya .............................................................................
23
BAB III. PANDANGAN UMUM MENGENAI ETIKA SOSIAL ...............
28
A. Pengertian Etika Sosial ......................................................................
28
B. Tujuan Etika Sosial ............................................................................
32
C. Aliran-aliran Etika Sosial ...................................................................
35
1. Eudaimonisme .........................................................................
35
2. Utilitarianisme .........................................................................
36
3. Deontologis .............................................................................
36
D. Etika Sosial dalam Islam ....................................................................
36
BAB IV. KONSEP ETIKA SOSIAL HAMKA .............................................
41
A. Konsep Teoritis Etika Sosial Hamka .................................................
41
1. Membedah Konsep Etika Hamka ...................................................
41
2. Karakteristik Etika Sosial Hamka: Etika BerbasisTauhid ............... 44
3. Rumusan Konsep Etika Dalam Diri Manusia ................................
46
B. Konsep Praktis Etika Sosial Hamka ......................................................
53
1. Etika Pemerintahan .........................................................................
53
2. Etika Ekonomi dan Bisnis ..............................................................
56
3. Etika Akademis ...............................................................................
59
4. Etika Dokter ....................................................................................
61
5.
Etika Pengacara ..............................................................................
62
6.
Etika Pengarang .............................................................................. 63
xv
C. Sumbangan dan Relevansi Etika Sosial Hamka .................................... 64
1. Sumbangan Etika Sosial Hamka ...................................................... 64
2. Relevansi Etika Sosial Hamka ......................................................... 69
BAB V. PENUTUP .......................................................................................
73
A. Kesimpulan ..................................................................................
73
B. Saran-saran ..................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
76
CURICULUM VITAE ..................................................................................
80
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini sangat
mencengangkan. Dari alat transfortasi hingga alat telekomunikasi sudah lumrah
menjadi bagian hidup manusia. Dengan begitu, kehidupan manusia terus
berkembang hingga ditemukan penemuan-penemuan baru. Kemajuan-kemajuan
ini kemudian diikuti gaya hidup manusia yang mulai praktis dan pragmatis.
Gaya hidup itulah yang kini menghalalkan sikap permisif, dengan
melakukan segala cara. Perkembangan yang lebih parah lagi, ketika manusia
memungkiri aspek sosial, tetapi lebih mengabdi pada kepentingan dirinya sendiri.
Hal ini yang pada gilirannya memberikan kesempatan terjadinya kejahatan dan
kekejaman antar manusia. Di sini pun berlaku motto hutan rimba: siapa yang kuat
dia yang selamat. Benar saja, hampir tiap hari kita disuguhkan oleh pemandangan
memilukan adanya ketidakadilan pada manusia yang lemah secara fisik maupun
ekonomi. Orang-orang yang kaya hanya berani kepada kaum lemah. Bahkan,
negara sebagai pelindung rakyatnya, malah memainkan peran penting atas
kualitas kesengsaraan rakyatnya.
Tidak hanya itu, pembangunan-pembangunan yang berkembang di dunia
ketiga, terutama di Indonesia tidak banyak dirasakan nikmatnya oleh kaum
pekerja, mereka hanya diberikan efek dan dampak dari model pembangunan
tersebut. Kemajaun yang katanya sebagai tolak ukur peradaban manusia, tetapi
1
justru segala kemajuan itu mengabaikan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Kondisi seperti ini terus berlangsung dan bergulir tanpa disadari telah
menyeret kehidupan manusia dari pusat eksistensi mereka.1
Masyarakat beradab merupakan tujuan manusia yang hidup di bumi.
Namun, tujuan yang sebenarnya sudah hampir sama dengan usia kehidupan
manusia itu, terasa lambat dan sulit untuk mewujudkan. Hubungan dan kaitannya
dengan usaha manusia dalam mewujudkan masyarakat yang beradab masih
banyak yang perlu dipenuhi, dipatuhi dan diindahkan sebagai rambu-rambu atau
aturan dalam kehidupan, baik itu dalam hubungan horizontal dengan sesama
masyarakat maupun hubungan vertikal individu dengan Tuhan.2
Saat ini, Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang mengalami
kekhawatiran bersama terhadap moralitas yang semakin merosot di kalangan anak
bangsa. Martabat bangsa yang terkoyak oleh ulah yang tidak bertanggung jawab.
Budaya malu dan keberanian untuk mengakui kesalahan hampir tidak dimiliki
bangsa ini. Penyakit masyarakat semakin merajalela. Korupsi, kolusi, dan
nepotisme dilakukan semakin terang-terangan tanpa menyisakan rasa jera bagi
para pelakunya. Kekerasan yang dipicu isu atas nama ras, agama, suku, dan antar
golongan kerap kali terjadi. Tindakan asusila diketengahkan ke masyarakat
sebagai hiburan. Para pejabat publik dan pemimpin semakin tidak menunjukkan
keberpihakan terhadap rakyat kecil. Kemewahan dipertontonkan
di tengah
1
Sayed Husein Nasr, Islam dan Nestapa Manusia Modern, ter. Anas Muhyidin
(Bandung: Pustaka, 1983), hlm.3.
2
Misbah Shoim Haris, Spiritualitas Sosial untuk Mayarakat Beradab, (Yogyakarta:
Barokah Offset, 1999), hlm. v.
2
penderitaan dan kemiskinan rakyat. Hukum sudah tidak menjadi solusi yang
dipercaya dan berkeadilan karena seringkali ditelikung dan diperjualberlikan.
Premanisme dipilih sebagai jalan menyelesaikan persoalan. Etika kehidupan
berbangsa runtuh dan tidak menjadi pedoman dalam masyarakat.3
Secara reflektif, persoalan-persoalan hari yang menggoroti bangsa adalah
persoalan etika. Ketika manusia tidak lagi mengindahkan etika, maka kehidupan
hari ini sama halnya dengan hutan rimba yang penuh kekejaman dan tanpa
ampun. Oleh sebab itu, krisis kemanusiaan akan terus berlanjut bila persoalan
etika belum diperhatikan diterapkan kepada segala aspek kehidupan. Agama,
sebagai basis perbincangan etika, ternyata hari ini hanya menjadi institusi yang
tidak menggerakkan pemeluknya menerapkan ajarannya. Salah satu ajaran utama
dalam agama, adalah etika. Namun, agama pun jatuh pada formalisme yang
akhirnya juga menyebabkan lemah untuk menegakkan etika.
Kompleksitas kehidupan yang semakin bebas menuntut manusia untuk
lebih cermat dan hati-hati dalam menentukan dan mengambil sikap untuk
memutuskan
sesuatu.
Hal
ini
disebabkan
karena
manusia
harus
mempertimbangkan implikasi dari setiap keputusan yang diambilnya. Kepekaan
dan ketelitian dalam mengerjakan sesuatu dan kecermatan dalam memahami
setiap persoalan setidaknya sebuah tuntutan mengambil suatu keputusan yang
tepat, yakni keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan.
3
Abd. Haris, Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius, (Yogyakarta:
LkiS,2012), hlm. v.
3
Satu hal yang mejadi kebutuhan manusia bahwa setiap keputusan yang
diambil akan dapat membawa kepada suatu perubahan yang lebih baik. Kondisi
yang demikian akan terus membutuhkan sebuah tuntutan nilai dalam masyarakat
yang akan memberi keseimbangan bagi manusia ketika menentukan sikap dalam
setiap keputusan. Salah satu yang utama di sini adalah etika. Sebab dalam lapisan
masyarakat dituntut adanya nilai-nilai atau norma-norma yang dijadikan sebagai
aturan dalam masyarakat.
Satu yang penting, dalam hal ini bahwa manusia sangat membutuhkan
bimbingan tentang konsep etika yang baik guna diterapkan kepada segala aspek
kehidupan manusia. Maka, salah satu pemikir besar mengenai etika adalah
Hamka. Dialah tokoh sentral yang sangat disegani pada masanya hingga hari ini.
Hamka memiliki konsep yang utuh tentang etika. Dia tidak hanya melihat etika
atau masalah tingkah laku manusia dari segi nilai baik dan buruk, yang hanya
dibahas dari sisi agama, filsafat, atau tasawuf saja. Tetapi, dia membahas etika
dengan menggabungkan perspektif agama dan filsafat. Jika menurut pandangan
filosof, secara epistemologis, manusia adalah makhluk berakal yang dapat
menggunakan pikirannya dengan bebas untuk mencari kebenaran dalam
pengetahuannya. Secara etis, manusia adalah makhluk yang mempunyai hati
nurani yang memungkinkannya mencapai kebenaran dalam sikap, keputusan, dan
tindakan-tindakan. Dengan demikian, kedudukan akal secara epistemologis sejajar
dengan kedudukan hati nurani secara etis. Maka, pemikiran Hamka tidak cukup
sampai di situ, dia menggunakan pemikiran filsafat tersebut untuk memperkuat
4
argumen religiusnya yang dibangun di atas pondasi tauhid, sehingga konsep etika
yang dihasilkannya adalah etika religius.4
Menurut Hamka, manusia dengan akalnya mampu mengetahui dan
melakukan perbuatan yang baik karena manusia mempunyai kekuatan yang
dominan dalam menentukan perbuatannya. Perbuatan baik dan buruk adalah
pilihan bebasnya dan harus bertanggung jawab terhadapnya. Namun, untuk
kesempurnaan perjalanan hidup itu tidaklah cukup dengan akal saja, tetapi
diturunkan pula syari’at, dikirim dan diutus pula nabi-nabi dan rasul-rasul untuk
menyempurnakan bimbingan dari Tuhan. Menurutnya, motivasi perbuatan moral
seorang muslim bersifat transendental, yakni mencari ridha Allah Swt., untuk
kebahagiaan dunia akhirat. Perbuatan moral seorang muslim hendaknya didasari
pandangan dunia tauhid yang melampaui kepentingan pragmatis. Di sinilah
tampak sekali dalam pemikiran etika Hamka, perpaduan serasi antara bangunan
agama yang religius dan filsafat yang rasional. Tidak salah bila pemikiran etika
Hamka disebut dengan corak rasional-religius.5
Menurut Hamka, dalam Islam etika (akhlak) menempati posisi kedua
setelah tauhid. Ini berarti bahwa syariah sebagai komponen terakhir harus
bertumpu pada tauhid dan etika. Tidak boleh syariah dan pelaksanaannya keluar
dari kerangka dan ajaran kedua hal di atas.6
4
Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. vi.
Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. vii.
6
Abd. Haris, Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional Religius, hlm. 73.
5
5
Hamka mengungkapkan bahwa dengan menjalankan perintah agama
secara sungguh-sungguh akan mampu menciptakan kebahagiaan yang hakiki,
sebagaimana yang ditulis dalam buku Tasawuf Modern. Kebahagiaan manusia
dicapai bila manusia mampu menjalankan perintah Tuhan dan mampu menjauhi
segala larangan-Nya. Salah satu cara dengan mengikuti jalan tasawuf, yaitu
dengan menjalankan ajaran agama secara konsisten dan tetap memelihara
hubungan dengan manusia lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan formulasi
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu etika sosial?
2. Bagaimana konsep etika sosial Hamka?
3. Bagaimana Relevansi konsep etika sosial Hamka pada kehidupan hari ini?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini, antara lain:
1. Turut memperluas keilmuan Etika sosial, khususnya dalam konteks kajian
etika sosial Hamka.
2. Untuk menambah wawasan pemikiran etika sosial Hamka yang dapat
dijadikan sebagai acuan pembenahan moral bangsa.
3. Menyebarkan dan mengkontekstualkan pemikiran etika sosial Hamka
yang sangat berperan penting terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
Adapun kegunaan yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah:
6
1. Memberikan kontribusi terhadap khazanah filsafat sosial.
2. Merangsang perkembangan ilmu-ilmu sosial, terutama dalam meneliti
Sosiologi Islam maupun Sosiologi Barat.
3. Sebagai usaha memenuhi syarat yang diberlakukan untuk meraih gelar
kesarjanaan Filsafat pada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
D. Telaah Pustaka
Sudah banyak penelitian atau karya tentang pemikiran Hamka. Namun
demikian, tulisan-tulisan yang menjelaskan tentang konsep etika sosial Hamka
sangat jarang. Untuk buku-buku maupun skripsi atau disertasi lumayan banyak
yang menulis tentang pemikiran politik, sosiologi, dan pandangan-pandangan
lainnya.
Beberapa karya yang menjelaskan pemikiran Hamka yang mendekati
kajian penulis skripsi ini, secara umum antara lain, tesis Moh. Damami berjudul,
Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka. Tulisan ini mencoba melihat
pemikiran-pemikiran tasawuf yang dikembangkan Hamka. Dalam tesis ini
dijelaskan, sebagaimana usaha manusia untuk menemukan hakikat kehidupan
yang benar dalam ketekunan beribadah sehingga menimbulkan suatu dampak
positif bagi pemeluknya.7 Dalam tulisan Sukron, berjudul “Etika Sosial dalam
Pandangan Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)”. Dalam skripsi ini, Sukron
7
Moh. Damami, Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka, (Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru, 2000), hlm. 271.
7
lebih membahas etika sosial Hamka kajiannya pada buku andalan Hamka,
Tasawuf Modern. Namun, ia tidak menjelaskan etika sosial secara umum.8
Selanjutnya karya Junus Amir Hamzah, menulis Hamka sebagai
Pengarang Roman. Dalam buku ini, mencoba menggali jiwa kemampuan
mengarang Hamka yang sangat mengagumkan. Hamzah menilai, bahwa roman
yang dihasilkan Hamka kental dengan nuansa ajaran Islam.9 Ada pula, tulisan
Yunan Yusuf berjudul Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, sebuah buku
yang menjelaskan kemampuan Hamka dalam menafsirkan al-Qur’an secara
rasional.10 Beberapa buku lain, Muhammad Abduh Almanar, Pemikiran Hamka:
Kajian Filsafat dan Tasawuf.11
Selain itu terdapat hasil tulisan Abd. Chair,
Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik. Sebuah
disertasi yang cukup komprehensif pemikiran Hamka. Dalam kesimpulannya,
bahwa akal menurut Hamka mempunyai kemampuan untuk mengetahui lima
perkara, yaitu akal dapat mengetahui tentang Tuhan, baik-buruk, kewajiban
mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk, dan mengetahui adanya
kehidupan akhirat.12
Beberapa telaah pustaka yang disebutkan di atas, sama sekali berbeda
dengan kajian penulis sendiri. Beberapa tema di atas tentu memberikan kekhasan
8
Sukron, “Etika Sosial dalam Pandangan Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)“
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014.
9
Junus Amir Hamzah, Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Stadi Sastra, (Jakarta:
Megabookstore, 1964).
10
Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1990).
11
Muhammad Abduh Almanar, Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf,
(Jakarta: Prima Aksara,tt).
12
Abd. Chair, Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik,
(Jakarta: tp., 1996).
8
bagi penulis, bahwa tema yang penulis angkat belum banyak diangkat para
pengkaji lainnya. Begitupun dengan metode yang penulis gunakan dalam meneliti
pemikiran Hamka.
E. Kerangka Teori
Etika dapat didefinisikan menjadi tiga bagian13; Pertama, kata “etika” bisa
dipakai dalam arti nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika
berarti juga kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode
etik. Tiga, etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk.
Secara luas, tindakan etika menyangkut perbuatan dalam kerangka baik
dan benar. Analisis etis cenderung berpusat pada istilah-istilah berikut ini14:
1. Para filsuf dapat digolongkan ke dalam filsuf yang mengerjakan Etika
Normatif dan filsuf yang membuat Metaetika. Etika Normatif berarti
sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petujunjuk atau
penuntun dalam mengambil keputusan menyangkut baik dan buruk, benar
dan salah. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan
“baik” dan “buruk”, “benar” dan”salah”.
2. Etika dipandang sebagai kata kunci tingkah laku etis, teori etika yang
dihasilkan ditandai kepenuhan nilai. Yang benar (kebenaran) menjadi satu
aspek dari kepenuhan tersebut, yaitu seperangkat kewajiban kepada yang
13
14
K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 6
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.
217-219.
9
lain yang mesti dihormati dalam pencapaian kebaikan. Teori yang
demikian disebut Aksiologis (menekankan arahnya kepada tujuan akhir).
3. Bila kebenaran dianggap sebagai kunci perilaku etis, etika menjadi
bertujuan kepada ide kewajiban dan tugas, berkisar pada pernyataan
tentang prinsip-prinsip perilaku, dan bukan pada penelusuran konsekuensikonsekuensi. Teori-teori seperti ini disebut deontologis (menekankan
kewajiban), atau formalistik (menekankan prinsip).
4. Tetapi kebaikan maupun kebenaran dapat dilihat sebagai objektif
(menggantikan sebuah faktor real dalam hal-hal), atau subjektif (hanya
mewakili proposal manusia). maka lahirlah objektivisme etis atau
subjektivisme etis.
5. Ada pula yang disebut Non-Kognitivisme. Penganut teori ini menganggap
bahwa istilah-istilah etika tidak mewakili apapun juga yang objektif. Bagi
mereka, istilah-istilah dan keputusan-keputusan etis mewakili emosi, sikap
kecondongan, keinginan dan lain-lain.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach)15.
Secara garis besar metode penelitian terbagi menjadi dua tahap. Pertama,
pengumpulan sumber data. Kedua, metode pengolahan dan analisis data,
1. Sumber Data
a. Sumber Primer
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I (Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM,
1984), hlm. 23-24.
10
Buku pokok Hamka antara lain, Revolusi Agama, Mutiara
Filsafat, Pelajaran Agama Islam, Dari Perbendaharaan Lama,
Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia, 1001 Soal-Soal Hidup,
Lembaga Hikmat, Beberapa Tantangan terhadap Umat Islam di
Masa Kini, Dari Lembah Cita-Cita, Lembaga Budi, Lembaga
Hidup, Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, Akhlaqul Karimah,
Pandangan Hidup Muslim.
b. Data Sekunder
Adapun untuk pembantu (sekunder), peneliti terbuka terhadap
berbagai macam literatur, seperti buku-buku, majalah, koran,
buletin, jurnal maupun juga situs-situs di internet yang tentu
menyangkut, mengenai pemikiran Ali Syariati dan terutama
konsep sosialitas manusia.
Beberapa di antaranya buku sekunder yang penulis pakai adalah,
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. A. Charis Zubair, Kuliah Etika.
Fachry Ali, “Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia”. Nasir
Tamara (dkk), Hamka di Mata Umat. Yunan Yusuf, Corak
Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar. Panitia 70 Tahun Hamka,
Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Junus Amir Hamzah,
Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Studi Sastra. K.
Bertens, Etika. Franz-Magnis Suseno, Etika Dasar MasalahMasalah Pokok Filsafat Moral.
2. Metode Pengolahan Data
11
a. Deskriptif
Menjelaskan pokok-pokok pemikiran yang sedang diteliti, yaitu
pemikiran
Hamka.
Penjelasan
deskriptif
digunakan
ketika
menjelaskan pemikiran Hamka dalam pemaparan seperlunya dan
bersifat substansial.
b. Interpretasi
Memahami kandungan konsep etika sosial Hamka membutuhkan
penafsiran tertentu. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
pemahaman lebih mendalam. Sebab, ada beberapa kata kunci yang
dipertahankan di sini untuk tidak menghilangkan substansi
pemikiran Hamka. Penulis selalu berusaha memahami dan
menafsirkan seperlunya bila itu di haruskan.
c. Analisis
Dalam hal ini, penulis berupaya untuk menjelaskan konsep-konsep
Hamka yang berkaitan dengan etikanya. Kajian analisis penulis
lakukan ketika terdapat pernyataan maupun konsep yang perlu
ditekankan atau dijabarkan secara luas.
d. Explanatory
Suatu analisis yang memberikan penjelasan lebih mendalam dari
sekedar mendiskripsikan sebuah makna teks. Dalam pembahasan
ini akan diungkap secara detail dan mendalam mengenai
12
katerangan-keterangan,
konsepsi-konsepsi,16
dari
pemikiran
Hamka. Dalam hal ini, penulis menekankan pada etika berbasis
tauhid. Konsep ini bagi penulis perlu penjelasan yang memadai
guna memberikan karakteristik Hamka dengan pemikiran Islam
lainnya yang menggunakan kerangka tauhid sebagai basis
pemikiran.
Kajian
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
historis-filosofis.
Pendekatan ini menandai suatu usaha dalam penelitian yang mencoba melihat sisi
historis
kehidupan
tokoh
pembahasan.
Setelah
itu,
membahas
bahwa
pemikirannya tetap berdasar pada sejarah hidup sang tokoh. Dengan kata lain,
pertimbangan pendekatan ini mengacu pada karakter dan realitas hidup yang
dihadapi oleh seorang Hamka. Selain itu, beberapa poin pemikirannya dapat
dilihat sebagai respon atau tanggapan terhadap zamannya yang ia hidup di
dalamnya.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika
pembahasan
dalam
skripsi
ini
dapat
disistematikan
penyajiannya sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan. Di dalamnya berisi subbab lainnya yaitu,
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan, telaah
pustaka, metode penelitian dan dilanjutkan dengan sistematika pembahasan.
16
Anton Bakker dan Ahmad Haris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), hlm. 65.
13
Bab kedua membahas biografi Hamka yang memuat subbab masa
kelahiran dan kehidupannya, dilanjutkan masa pendidikannya, aktivitas gerakan
politiknya, dan ditutup dengan bab mengenai karya tulis Hamka.
Bab ketiga
membahas etika sosial secara umum. Dalam bahasan ini
memuat subbab pengertian etika sosial, tujuan utama etika sosial, aliran-aliran
etika sosial dan penjelasan dalam bagian ini diakhiri dengan penjelasan bab etika
sosial dalam Islam.
Bab keempat menguraikan konsep etika sosial Hamka. Dalam bab ini
meliputi bahasan poin-poin penting bagaimana Hamka menunjukkan pandangan
etika sosialnya. Dalam bab ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian etika
sosial secara teoritis dan konsep etika sosial Hamka secara praktis. Kemudian
pembahasan diakhiri dengan pembahasan sumbangan dan relevansi etika sosial
Hamka.
Bab kelima menyimpulkan uraian di atas dalam bentuk penutup yang
berisi kesimpulan serta saran dari penulis berdasarkan pada hasil pembahasan
yang dilakukan selama proses awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan penjelasan-penjelasan yang telah dilakukan oleh
penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, etika sosial adalah salah satu bagian etika teoritis yang
mengandaikan bahwa setiap tindakan manusia selalu berdasarkan pada tindakan
bersama. Pernyataan ini berangkat dari suatu tesis, bahwa manusia pada dasarnya
makhluk sosial. Jadi, segala aktivitas manusia senantiasa dilakukan dan
berdampak pada yang lain. Etika sosial bermaksud bagaimana manusia dengan
yang lainnya memperhatikan tindakannya guna menemukan keserasian yang
tanpa konflik dan pertarungan. Tidak bisa dipungkiri, pertengkaran dan persoalanpersoalan sosial yang berkembang orde ini setidaknya didasari oleh sistem etika
sosial-nya yang rusak. Setiap orang menjadi dirinya sendiri, dan melupakan orang
lain. Dan ini tujuan Hamka membicarakan etika sosial yang menginginkan
bagaimana manusia antar sesama tercipta pergaulan yang sehat.
Kedua, Hamka menjelaskan konsep etika sosialnya berangkat dari struktur
eksistensial manusia. Manusia dalam dirinya memiliki daya dan kekuatankekuatan tertentu yang kemudian mempengaruhi tingkah laku. Daya-daya itu
adalah, daya akal, daya marah, dan daya syahwat. Ketiga daya ini yang selalu
mempengaruhi suasana manusia sehingga berdampak pula pada tindakannya.
Namun begitu, manusia juga memiliki kekuatan suara hati yang dapat menuntun
manusia ke jalan yang benar bila manusia mengikuti bisikan-bisikannya. Menurut
73
Hamka, perbuatan manusia adalah perbuatan yang merdeka. Perbuatan manusia
tidak diciptakan seperti gerak boneka. Manusia yang menggerakkan dirinya
sendiri. Hamka memperkuat bangunan pemikiran etika sosialnya mulai dari
pandangan bahwa penilaian tentang baik-buruk harus dibangun di atas pondasi
tauhid. Dengan pandangan, maka konsep etika sosial Hamka merupakan etika
religius, tetapi pada waktu yang sama, etika Hamka dipaparkan secara rasional
dan krtitis sehingga dengan ini, penulis tidak ragu menyebut etika Hamka dengan
etika rasional-religius. Etika Hamka terbagi menjadi dua yaitu, etika teoritis dan
etika terapan. Etika yang pertama menjelaskan tentang konsep teoritis bagaimana
Hamka menjelaskan etikanya. Yang kedua, Hamka memiliki rumusan konsep
etika yang dapat diterapkan ke segala bidang kehidupan manusia, seperti etika
pemerintahan, ekonomi dan bisnis, etika akademis, etika dokter, etika pengacara,
dan etika pengarang.
Ketiga, mengacu pada sumbangan dan relevansi konsep etika sosial
Hamka dapat ditegaskan bahwa keberadaan corak etika seperti rumusan Hamka
ini perlu diterapkan dalam kehidupan hari ini. Mengingat bangsa Indonesia
dikepung oleh kasus-kasus kriminal dan ketidakadilan terhadap satu dengan yang
lain. Maka etika sosial Hamka sesungguhnya berupaya untuk mencegah dan
menjalankan tuntunan etika sosial yang sejalan dengan cita-cita sosial ajaran
Islam. Sumbangan dan relevansi etika sosial Hamka terdapat dalam istilah etika
yang membebaskan. Etika pembebasan ini mendasari sumbernya pada tauhid,
sehingga dengan begitu konsep etika sosial Hamka sangat kuat dan bercorak
rasional-religius. Sementara untuk relevansinya, etika sosial dapat diterapkan
74
dalam segala dimensi kehidupan manusia. Namun begitu, setidaknya ada dua
lapangan kehidupan yang dapat diaplikasikan teori Hamka yaitu: sosial-budaya
dan lingkungan hidup manusia.
B. Saran-Saran
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti oleh para ahli, mengingat banyak sekali
tebaran pemikiran Hamka yang belum tuntas dikupas habis, terutama mengenai
konsep etika sosialnya. Hamka tidak menulis satu buku khusus etikanya, namun,
pemikiran etikanya berserakan dalam karya-karyanya yang lain. Bagi penulis, hal
ini menimbulkan ketertarikan sendiri. Penulis menyarankan, penelitian etika sosial
Hamka masih perlu diteliti, dibongkar, dan direkontruksi agar menemukan
rumusan yang utuh dan lengkap.
Menggali melalui penelitian dan usaha mengembangkan pemikiran
keislaman dari para tokoh muslim di Indonesia, seperti Hamka, terasa sangat
perlu, karena akan menjadi mata rantai pemikiran keislaman yang pada gilirannya
akan memberikan sumbangan tersendiri bagi perkembangan pemikiran Islam di
dunia, khususnya negera tercinta ini, Indonesia.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Fahri. Kenang-kenangan 70 Tahun Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam,
1979.
Almanar,Muhammad Abduh. Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf.
Jakarta: Prima Aksara,tt.
Al-Sambasy, Muhammad Ahmad. Mengenal Doktor Hamka dalam KenangKenangan 70 Tahun Buya Hamka, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1983.
Bagir, Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Arasy Mizan, 2005.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Bertens, K. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Chair, Abd. Pemikiran Hamka dalam Bidang Akidah, Tasawuf, dan Sosial-Politik.
Jakarta: tp., 1996.
Damami, Moh. Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2000.
Dinoto, Anton.“Konsep Fitrah Manusia dalam al-Qur’an dan Impilikasinya
Terhadap Pendidikan Islam : Studi Tafsir Al-Azhar Karya Hamka Surah
Ar-Rum Ayat 30”, Skripsi. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Islam Sunan Kalijaga, 2007.
Djatnika, Rachmat. Sistem Etika Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996.
Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat IV. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi
UGM, 1984.
Hamka, Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000.
76
--------------- Ghirah dan Tantangan terhadap Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas,
1982.
--------------- Kenang-kenangan Hidup, Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
--------------- Lembaga Budi. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996
--------------- Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
--------------- Dari Hati ke Hati tentang Agama, Sosial-Budaya, Politik, (Jakarta:
Pustaka Panjimas,2002.
-------------- Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
--------------- Tafsir Al-Azhar Jilid I-XXX. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.
----------------- Akhlaqul Karimah. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992.
Hamersma, Harry. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: Gramedia, 1992.
Hamka,Rusdi. Hamka Di Mata Umat. Jakarta: Sinar Harapan, 1996.
------------------ Pribadi dan Martabat Buya Hamka. Jakarta: Panjimas, 1981.
Hamzah, Junus Amir. Hamka sebagai Pengarang Roman: Sebuah Stadi Sastra.
Jakarta: Megabookstore, 1964.
Haris, Abd. Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius.
Yogyakarta: LkiS, 2012.
Haris, Misbah Shoim. Spritualitas Sosial untuk Mayarakat Beradab. Yogyakarta:
Barokah Offset, 1999.
Harisuwanto, A. (dkk.). Etika Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta:
PT. Cipta Adi Pustaka, 1994.
Keraf,A. Sonny. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas, 2002.
77
Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan,
1987.
Mangunhardjana, A. Isme-isme Dalam Etika: dari A Sampai Z. Yogyakarta:
Kanisius, 2006.
Muchsin. Menggagas Etika & Moral di Tengah Modernitas. Surabaya: Adis,
2002.
Murata, Sachico. The Tao of Islam. Bandung: Mizan 2004.
Nasr, Sayyed Husain. Islam dan Nestapa Manusia Modern. ter. Anas
Muhyidin.Bandung: Pustaka, 1983.
Rais, M. Amien Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan,
1992.
Syafiie, Inu Kencana. Filsafat Pemerintahan; Mencari Bentuk Good Government
yang Sebenarnya Secara Universal, (Jakarta: PT. Perca, 2001.
Sukron. “Etika Sosial dalam Pandangn Hamka (Telaah Buku Tasawuf Modern)“
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2014.
Sunoto. Mengenal Filsafat Pancasila 3 Pendekatan Melalui Etika Pancasila.
Yogyakarta: Hanindita, 1985.
Suseno, Franz Magnis, Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafi Tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Suseno, Franz Magnis, (dkk.). Etika Sosial (Buku Panduan Mahasiswa). Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih: Kajian atas Asumsi Dasar,
Paradigma dan Kerangka, Teori Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Belukar,
2004.
78
Tim Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994
Tjahyadi,S.P. Lili. Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan
Imperatif Kategoris. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Ya’kub, Hamzah. Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar ),
Bandung : CV. Diponegoro, 1983.
Yusuf,Yunan. Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1990.
Weij, P. A. Van Der. Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia. Yogyakarta: Kanisius,
2005.
79
CURRICULUM VITAE
Nama
: Ahmad Sirayudin
Nim
: 10510037
TE/Tgl Lahir
: Sumenep, 09-10-1992
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Dusun Cang-CangRT/RW: 018/004Desa/Kel Lombang Kecamatan
Gili Genting
Alamat sekarang
: Sapen JL. Bimokurdo No. 47
Kewarganegaraan
: WNI
Gol. Darah
:A
Tinggi badan
: 165
Berat badan
: 70
Status
: Pelajar/Mahasiswa
Agama
: Islam
No. HP
: 08199901945
Email
: [email protected]
Pendidikan
1999-2004
: MI Nurul Hikmah Gili Raje
2004-2006
: MTS Al-amien Prenduan
2006-2008
: MA Al-amien prenduan
2010-Sekarang: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Riwayat Organisasi
2010-2012: PMII UIN SUKA
2012-sekarang: SEMA UIN SUKA
80
Download