MATERI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

advertisement
Menteri Perindustrian Republik Indonesia
Menghidupkan Kembali Sektor Industri
Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional
Surabaya, 8 Oktober 2015
DAFTAR ISI
Hal
I
Kinerja Makro Sektor Industri
3
II
Visi, Misi, dan Strategi Pembangunan Industri
6
III
Sasaran dan Tahapan Pembangunan Industri
8
IV
Bangun Industri Nasional
11
V
Arah Kebijakan dan Strategi Industri Manufaktur
15
VI
Beberapa Fasilitasi/Insentif Untuk Investor
16
VII Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
20
A. Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Industri Non-Migas Indonesia
Triwulan II Tahun 2015
(tahun dasar 2010, persen)
8
7.46
6
6.98
6.03
6.17
5.58
5.45
5.61
5.02
5.59
5.03
5.27
4,67
4
2
2011
2012
2013
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas
2014
2014 TW I
Pertumbuhan PDB Ekonomi
2015 TW I
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR INDUSTRI NON-MIGAS
Jenis
Pertumbuhan
PDB INDUSTRI
NON MIGAS
PDB EKONOMI
2011
2012
2013
2014
2014 TW II
2015 TW II
7,46
6,98
5,45
5,61
5,59
5,27
6,17
6,03
5,58
5,02
5,03
4,67
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Pertumbuhan Industri Non Migas pada triwulan II tahun 2015 sebesar
5,27%, atau mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan II
tahun 2014 sebesar 5,59%. Pertumbuhan industri Non Migas tersebut lebih
besar dari pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 4,67%.
3
B. Perkembangan Ekspor Dan Impor Industri Non-Migas s.d Juli
Tahun 2015
(US$ Juta)
PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI NON-MIGAS S.D JULI TAHUN 2015
Jenis Perkembangan
2011
2012
2013
2014
Ekspor (US$ Juta)
122.188,7
116.125,1
113.030,0 117.329,9
Impor (US$ Juta)
126.099,5
139.734,1
Neraca Defisit (US$ Juta)
-3.910,80
-23.609,00
s.d Juli 2014 s.d Juli 2015
131.400,7 123.826,4
68.506,5
71.633,3
63.268,4
63.038,2
-18.370,70 -6.496,50
-3.126,80
230,20
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Ekspor produk industri s.d Juli tahun 2015 sebesar US$ 63,27 miliar
turun sebesar 7,65% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar US$
68,51 miliar. Ekspor produk industri ini memberikan kontribusi sebesar
70,49% dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 89,76 miliar.
Impor produk industri s.d Juli tahun 2015 sebesar US$ 63,04 miliar
turun sebesar 12% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar US$
71,63 miliar.
Neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas s.d Juli tahun 2015 adalah
US$ 0,23 miliar (neraca surplus) sedangkan pada periode yang sama tahun
lalu defisit sebesar 3,13 miliar.
4
C. Perkembangan Investasi PMDN dan PMA Sektor Industri
Triwulan II Tahun 2015
65.000
50.000
59.034,70
49.888,90
22.000
51.171,10
15.858,80
17.000
38.533,80
35.000
25.562,80
7.000
20.000
13.019,30
11.770,00
12.000
6.789,60
2.508,90
2.000
5.000
2011
2011
2012
2013
2014
2012
2013
2014
TW II 2015
TW II
2015
PMDN
PMA
PERKEMBANGAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI s.d TW II TAHUN 2015
Jenis Investasi
PMDN
(Rp Miliar)
PMA
(US$ Juta)
Total Investasi
(US$ Juta)
2011
2012
P
I
P
706
38.533,8
714
1.643
6.789,6
2013
I
P
2014
I
49.888,9 1.225 51.171,1
P
I
942
59.034,7
2014 TW II
2015 TW II
P
P
I
264 12.067,6
I
811 25.562,8
1.714 11.770,0 3.322 15.858,8 3.075 13.019.3 1231
3.218,6 1.886
2.508,9
2.349 10.643,0 2.428 16.758,9 4.547 20.975,9 4.017 18.922,8 1.495
4.425,4 2,697
5.065,2
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Nilai investasi PMDN sektor industri triwulan II pada tahun 2015 sebesar Rp 25,56
triliun atau tumbuh sebesar 111,83% dibanding triwulan II tahun 2014 sebesar Rp 12,06
triliun. Sedangkan nilai investasi PMA sektor industri pada triwulan II tahun 2015
mencapai US$ 2,51 miliar atau menurun sebesar 22,05% dibandingkan triwulan II tahun
2014 sebesar US$ 3,21 miliar. Sehingga nilai total investasi yang masuk pada triwulan II
pada tahun 2015 mencapai US$ 5,07 miliar.
5
II. VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI
A. Visi Pembangunan Industri
Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
B. Misi Pembangunan Industri
1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
2. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;
3. meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
Industri Hijau;
4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah
pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau
perseorangan yang merugikan masyarakat;
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;
dan
7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan.
6
C. Strategi Pembangunan Industri Nasional
Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan
industri nasional adalah sebagai berikut:
1. mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber
daya alam;
2. pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi;
3. meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia
(SDM) industri;
4. menetapkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI);
5. mengembangkan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan
Peruntukan Industri, Kawasan Industri, dan Sentra Industri Kecil dan
Menengah;
6. menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan
kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas
kepada industri kecil dan menengah;
7. pembangunan sarana dan prasarana Industri;
8. pembangunan industri hijau;
9. pembangunan industri strategis;
10. peningkatan penggunaan produk dalam negeri; dan
11. kerjasama internasional bidang industri.
7
III. SASARAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
A. Sasaran Pembangunan Industri
1. Sasaran Kualitatif Pembangunan Industri
a. Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai
pertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusi
industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 30% (tiga
puluh persen);
b. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan
mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan
penolong, dan barang modal, serta meningkatkan ekspor produk
industri;
c. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke
seluruh wilayah Indonesia;
d. Meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan
industri nasional;
e. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;
f. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor
industri; dan
g. Menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan
industri antara yang berbasis sumber daya alam.
8
2. Sasaran kuantitatif Pembangunan Industri
NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2015
1 Pertumbuhan sektor industri
%
6,8
nonmigas
2 Kontribusi industri nonmigas
%
21,2
terhadap PDB
3 Kontribusi ekspor produk industri
terhadap total ekspor
4 Jumlah tenaga kerja di sektor
industri
5 Persentase tenaga kerja di sektor
industri terhadap total pekerja
6 Rasio impor bahan baku sektor
industri terhadap PDB sektor
industri nonmigas
7 Nilai Investasi sektor industri
8 Persentase nilai tambah sektor
industri yang diciptakan di luar
Pulau Jawa
2020
8,5
2025
9,1
2035
10,5
24,9
27,4
30,0
%
67,3
69,8
73,5
78,4
Juta
orang
15,5
18,5
21,7
29,2
%
14,1
15,7
17,6
22,0
%
43,1
26,9
23,0
20,0
Rp
Trilyun
270
618
1.000
4.150
%
27,7
29,9
33,9
40,0
9
B. Penahapan Capaian Pembangunan Industri
Tahap I 2015-2019
Meningkatkan nilai
tambah sumber
daya alam
Tahap II 2020-2024
Keunggulan
kompetitif dan
berwawasan
lingkungan
Tahap III 2025-2035
Indonesia sebagai
Negara Industri
Tangguh
Catatan :
Pentahapan pembangunan industri prioritas sejalan dengan tahapan pembangunan
industri dalam RPJPN 2005-2025.
10
A. Bangun Industri Nasional
11
B. Penetapan Industri Prioritas
1.
2.
KRITERIA KUANTITATIF
(BERDASARKAN PAST
PERFORMANCE)
3.
4.
5.
6.
KRITERIA KUALITATIF
(BERDASARKAN VISI
KEDEPAN)
1.
2.
3.
Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor (memiliki
potensi pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri);
Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja (
berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja
produktif);
Memiliki daya saing internasional (memiliki potensi untuk tumbuh
dan bersaing di pasar global);
Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di dalam negeri (
memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian);
Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri;
dan
Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku, dan
teknologi.
Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional.
Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi.
Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.
12
C. Industri Prioritas Tahun 2015-2035
Industri Pangan
Industri Pembangkit Energi
Industri Farmasi, Kosmetik
dan Alat Kesehatan
Industri Barang
Modal, Komponen, Bahan
Penolong dan Jasa Industri
Industri Tekstil, Kulit, Alas
Kaki dan Aneka
Industri Hulu Agro
Industri Alat Transportasi
Industri Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan Logam
Industri Elektronika dan
Telematika / ICT
Industri Kimia Dasar
Berbasis Migas dan
Batubara
13
D. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Industri
1
PENETAPAN
INDUSTRI PRIORITAS
Pembangunan 10 (sepuluh)
Kelompok Industri yaitu: (1) Industri
Pangan; (2) Industri
Farmasi, Kosmetik dan Alat
Kesehatan; (3) Industri
Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka;
(4) Industri Alat Transportasi; (5)
Industri Elektronika dan
Telematika/ICT; (6) Industri
Pembangkit Energi; (7) Industri
Barang Modal, Komponen, dan
Bahan Penolong; (8) Industri Hulu
Agro; (9) Industri Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan Logam; dan
(10) Industri Kimia Dasar Berbasis
PEMBANGUNAN
Migas dan Batubara
SUMBER DAYA
2
INDUSTRI
1.
Pembangunan Sumber Daya
Manusia;
2.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam;
3.
Pengembangan dan Pemanfaatan
Teknologi Industri;
4.
Pengembangan dan Pemanfaatan
Kreativitas dan Inovasi;
5.
Penyediaan Sumber Pembiayaan
3
1.
2.
3.
PEMBANGUNAN SARANA
DAN PRASARANA
INDUSTRI
Pengembangan Standardisasi
Industri
Pembangunan Infrastruktur
Industri
Pembangunan Sistem
Informasi Industri Nasional
5
1.
Penetapan Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri (WPPI);
Pengembangan Kawasan
Peruntukan Industri;
Pembangunan Kawasan
Industri;
Pengembangan Sentra IKM
2.
3.
4.
6
4
PEMBERDAYAAN
INDUSTRI
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Pengembangan Industri Hijau
Pengembangan Industri
Strategis,
Peningkatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri (P3DN)
dan
Kerjasama Internasional di
bidang industri.
4.
5.
6.
7.
PERWILAYAHAN
INDUSTRI
PENGEMBANGAN IKM
Pemberian insentif;
Meningkatkan akses IKM
terhadap pembiayaan;
Standardisasi, procurement
dan pemasaran bersama;
Perlindungan dan fasilitasi
terhadap inovasi baru
Diseminasi informasi dan
fasilitasi promosi dan
pemasaran di pasar domestik
dan ekspor
Peningkatan kemampuan
kelembagaan;
Kerjasama kelembagaan.
14
V. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INDUSTRI MANUFAKTUR
A. Pengembangan Perwilayahan Industri
Pengembangan Perwilayahan Industri di luar pulau Jawa dilakukan melalui
beberapa hal, antara lain: (1) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama
yang berada dalam Koridor ekonomi; (2) Kawasan Peruntukan Industri; (3)
Kawasan Industri; (4) Sentra IKM; (5) Kawasan Ekonomi Khusus; (6) Kawasan
Berikat / Export Processing Zone (EPZ); dan (7) Kawasan Perdagangan Bebas
(FTZ).
Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah:
1. Fasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI) di luar pulau Jawa.
2. Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari
11
di
Kawasan
Timur
Indonesia
khususnya
Papua,
Papua
Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur), dan 11 di
Kawasan Barat Indonesia.
B. Penumbuhan Populasi Industri
Penumbuhan Populasi Industri dilakukan dengan menambah paling tidak
sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50% tumbuh di
luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha.
Strategi utama penumbuhan populasi adalah dengan mendorong investasi baik
melalui penanaman modal asing maupun modal dalam negeri.
C. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas
Peningkatan daya saing dan produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per
tenaga kerja).
15
VI. BEBERAPA FASILITASI/INSENTIF UNTUK INVESTOR :
1. Fasilitas Tax Holiday
1
Industri logam dasar
Industri pengilangan minyak
bumi dan/atau industri
kimia dasar organik yang
bersumber dari minyak bumi
dan gas alam
2
Diberikan
kepada
industri
pionir:
3
 Minimal investasi
Rp. 1 Triliun
 Badan Hukum
setelah 15
Agustus 2010
4
5
Industri permesinan
Industri di bidang
sumber daya alam
terbarukan
Bentuk fasilitas:
Pembebasan PPh Badan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun
sampai paling lama 10 (sepuluh)
tahun
Pengurangan PPh Badan
sebesar 50 % dari PPh Badan
terutang selama 2 (dua) tahun
Industri peralatan
komunikasi
16
2. Fasilitas Tax Allowance
Fasilitas ini diberikan kepada investasi baru atau perluasan di
sektor industri yang memenuhi syarat tertentu. Kriteria umum
sesuai PP No. 18 Tahun 2015, antara lain:
1) Memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor;
2) Memiliki penyerapan tenaga kerja yang besar; atau
3) Memiliki kandungan lokal yang tinggi.
Bentuk fasilitas yang diberikan:
1) Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen)
dari jumlah Penanaman Modal, dibebankan selama 6 (enam)
tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun;
2) Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
3) Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan
kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10% (sepuluh persen),
atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda yang berlaku; dan
4) Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi
tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun dengan beberapa ketentuan.
17
3. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP)
a. Dasar Hukum.
UU APBN
PMK
Induk
Peraturan Menteri
Perindustrian (Verifikasi
Industri)
PMK Sektor
Perdijen
DJBC Tata cara
pemberian BMDTP
Peraturan Menteri
Perindustrian (Penunjukan
Verifikator)
Peraturan Kepala BPKIMI
(Juknis Pelaksanaan Verifikasi Industri)
Peraturan Dirjen Pembina Sektor Industri
(Tata cara penandasahan RIB dan Penetapan Alokasi Pagu Anggran BMDTP)
18
19
VII. PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN)
1.
Tujuan dan Sasaran P3DN
Tujuan :
Sasaran :
1. Meningkatkan penggunaan
produk dalam negeri oleh
pemerintah, badan usaha
dan masyarakat.
2. Memberdayakan industri
dalam negeri melalui
pengamanan pasar
domestik, mengurangi
ketergantungan kepada
produk impor, dan
meningkatkan nilai
tambah di dalam negeri.
3. Memperkuat struktur
industri dengan
meningkatkan
penggunaan barang
modal, bahan
baku, komponen, teknolog
i dan SDM dari dalam
negeri.
P3DN
1. Peningkatan
penggunaan produk
dalam negeri oleh
Kementerian / Lembaga
Negara, Badan Usaha
Milik Negara, Badan
Usaha Milik
Daerah, Badan Usaha
Swasta maupun
masyarakat.
2. Peningkatan capaian
nilai Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN).
3. Peningkatan jumlah
produk yang
tersertifikasi TKDN.
4. Peningkatan kecintaan
dan kebanggaan
masyarakat akan
produk dalam negeri.
20
2. Kewajiban Pengguna P3DN
a) Kewajiban bagi Kementerian, Lembaga dan satuan kerja perangkat daerah dalam
pengadaan barang/jasa dengan sumber pembiayaannya dari APBN, APBD,
termasuk pinjaman atau hibah dari dalam dan luar negeri; (Pemerintah &
Pemerintah Daerah)
b) BUMN, BUMD dan swasta dalam pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya
berasal dari APBN, APBD dan/atau pekerjaannya dilakukan
melalui pola
kerjasama antara Pemerintah dengan badan usaha swasta dan/atau
mengusahakan sumber daya yang dikuasai negara.
c) Wajib menggunakan barang produksi dalam negeri, apabila terdapat produk
dalam negeri yang memiliki penjumlahan nilai TKDN barang dan nilai Bobot
Manfaat Perusahaan (BMP) minimal 40% dengan nilai TKDN Barang minimal
25%.
d) Wajib mencantumkan persyaratan Produk dalam negeri yang wajib digunakan;
e) Harus memberikan informasi mengenai rencana kebutuhan
termasuk spesifikasi teknis, jumlah, harga dan pelaksanaan
barang/jasa.
barang/jasa
pengadaan
f) Harus mempertimbangkan kemampuan industri dalam negeri;
g) Informasi harus diumumkan melalui media elektronik, media cetak dan/atau
melalui Sistem Informasi Industri Nasional Kementerian Perindustrian.
h) Wajib memberikan preferensi harga atas produk dalam negeri yang memiliki nilai
TKDN barang lebih besar atau sama dengan 25); dan jasa konstruksi yang
dikerjakan oleh perusahaan jasa dalam negeri paling tinggi 7,5% di atas harga
penawaran terendah dari perusahaan jasa asing.
21
3.
Proyek – Proyek Infrastruktur Yang Menggunakan P3DN
a) Usaha Hulu Migas yang dikoordinasikan oleh SKK Migas dan di
lakukan oleh Kontrak Karya Kerjasama (K3S) dibawah Kementerian
ESDM.
b) Pembangunan Power Plant & Transmisi, Energi,
dibawah Kementerian BUMN.
PT. PLN, PT. PGN
c) Pembangunan Infrastruktur jalan, bendungan, jembatan, gedung
perumahan dibawah Kementerian PU & Perumahan Rakyat.
d) Pembangunan Jalan Kereta Api, Pelabuhan, Bandara, Transportasi,
poros maritim, dibawah Kementerian Perhubungan.
e) Pembangunan Telekomunikasi & IT
Kementerian Komunikasi dan Informasi.
PT.
Telkom
dibawah
22
Menteri Perindustrian Republik Indonesia
TERIMAKASIH
23
Download