Scanned by CamScanner - Kementerian Luar Negeri

advertisement
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
BAB I
1
PENDAHULUAN
A.
Kondisi Umum
1. Perubahan
paradigma
pengawasan
dan
pengendalian
intern
dalam
organisasi pemerintahan yang modern tidak dapat dihindari. Sejalan dengan
tuntutan untuk mempertajam pelaksanaan diplomasi, proses pengawasan
dan pengendalian perlu diredefinisikan agar mampu merespons pencapaian
kepentingan
nasional
dan
khususnya
meningkatkan
peran
Aparat
Kementerian Luar Negeri yang profesional.
2. Sebagai bagian dari Kementerian Luar Negeri, Inspektorat Jenderal bertugas
membantu Menteri Luar Negeri dalam melaksanakan tugas pengawasan dan
pengendalian intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan
RI. Peran Inspektorat Jenderal adalah untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa seluruh Satker Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI
melakukan Tugas & Fungsi guna mendukung implementasi Visi dan Misi
yang telah ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri.
3. Agar dapat mencapai hasil optimal, transparan, dan akuntabel, Inspektorat
Jenderal merumuskan kebijakan dan strategi pencapaian tujuan serta
sasaran
melalui
pengendalian
intern
terhadap
kondisi
lingkungan
Kementerian Luar Negeri (Satuan Kerja Pusat dan Perwakilan RI), khususnya
kondisi yang berpotensi dapat menghambat pencapaian tujuan Kementerian
Luar Negeri.
4. Perencanaan Inspektorat Jenderal disusun berdasarkan orientasi kebijakan
Kementerian
Luar
Negeri
sebagaimana
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
tercantum
dalam
Renstra
1
Kementerian Luar Negeri. Perencanaan Inspektorat Jenderal tersebut juga
merupakan implementasi dari Tugas Pokok & Fungsi Inspektorat Jenderal
sebagaimana dimuat dalam pasal 932 butir b Peraturan Menteri Luar Negeri
No. 07 Tahun 2011, yaitu pelaksanaan pengawasan intern di Kementerian
Luar Negeri terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
B.
Analisa SWOT
Dalam menjabarkan potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh Inspektorat
Jenderal,
dilakukan
berdasarkan
pendekatan
Analisa
SWOT
(Strengths,
Weaknesses, Opportunities dan Threats), yang dijabarkan sebagai berikut:
1.
Strengths
a. Kualitas Sumber Daya Manusia yang berkompeten.
b. Perubahan Paradigma Pengawasan untuk mewujudkan Quality
Assurances melalui kemitraan, pendampingan dan konsultasi.
c. Sarana dan Prasarana yang memadai.
2.
Weaknesses
a. Anggaran yang sangat terbatas.
b. Jumlah SDM yang belum memadai sementara beban kerja
meningkat.
c. Struktur Organisasi belum mendukung pelaksanaan tugas fungsi
secara optimal.
3.
Opportunities
a. Semakin berkembangnya peraturan perundang-undangan dalam
mengatur segala segi pelaksanaan kinerja
b. Meningkatnya pemahaman auditan terhadap pengendalian internal
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
2
c. Semakin meluasnya dukungan pemangku kepentingan atas upaya
pemberantasan korupsi dan perwujudan tata kelola pemerintahan
yang baik
d. Semakin meningkatnya kemitraan dengan aparat pengawas dan
instansi terkait lainnya
4.
Threats
a. Masih terdapat perbedaan interpretasi dengan aparat pengawas
eksternal dalam beberapa peraturan
b. Situasi kondisi politik, keamanan dan ekonomi pada beberapa
kawasan yang rawan dan tidak stabil
c. Adanya perbedaan sistem dan peraturan di masing-masing negara
akreditasi yang mempersulit pengawasan internal
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
3
02
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
INSPEKTORAT JENDERAL
A.
Visi Inspektorat Jenderal
Sebagai bagian dari organisasi Kementerian Luar Negeri yang memiliki tugas
dan fungsi di bidang pengawasan, Inspektorat Jenderal melakukan langkahlangkah korektif dan pembinaan untuk mendorong terwujudnya good
governance dan clean government di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
Visi Inspektorat Jenderal dirumuskan dengan memperhatikan hasil evaluasi
atas pelaksanaan tugas pengawasan selama 5 tahun terakhir, kompetensi dan
kemampuan institusi, serta perubahan paradigma Inspektorat Jenderal.
Perubahan paradigma dimaksud tercermin dari pola pendekatan pengawasan
dan pengendalian yang dikembangkan oleh Inspektorat Jenderal yaitu:
1.
Kemitraan & Konsultasi
2.
Manajemen Resiko & Pencegahan Dini
3.
Jaminan Kualitas & Peningkatan Kapasitas SDM
Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan Visi Inspektorat Jenderal tahun
2015 – 2019, sebagai berikut:
“Terwujudnya Pengawasan dan Pengendalian Intern yang dilakukan secara
independen, objektif, profesional, berintegritas, dan akuntabel guna
mendukung keberhasilan diplomasi untuk kepentingan rakyat”
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
4
Pernyataan Visi tersebut menunjukkan keterkaitan langsung dengan Visi
Kementerian Luar Negeri. Dalam Visi Inspektorat Jenderal terkandung 2 hal
yaitu:
1.
Komitmen Inspektorat Jenderal untuk melaksanakan pengendalian intern
guna memastikan terlaksananya Visi dan Misi Kementerian Luar Negeri.
2.
Komitmen Inspektorat Jenderal untuk mendukung sepenuhnya program
Pemerintah dalam pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,
sesuai
dengan
kompetensi
Inspektorat
Jenderal
sebagai
Aparat
Pengawasan Intern Kementerian Luar Negeri.
B.
Misi Inspektorat Jenderal
Dalam rangka mewujudkan dan menjabarkan Visi Inspektorat Jenderal tersebut
di atas maka Misi Inspektorat Jenderal ditetapkan sebagai berikut:
1.
Meningkatkan fungsi konsultasi, deteksi dini
pada pengawasan dan
pengendalian intern.
2.
Memperkuat implementasi penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) di Kemlu.
3.
Meningkatkan
kualitas
Audit
Kinerja
dalam
pengawasan
dan
pengendalian intern.
4.
Meningkatkan kualitas pengawasan terhadap sistem akuntabilitas kinerja
dan pelaporan pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya publik.
5.
Memperkuat
infrastruktur manajemen pengawasan dan pengendalian
intern.
6.
Meningkatkan tata kelola yang akuntabel guna mendukung kemajuan
pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
5
Formulasi peran Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern
Pemerintah sebagaimana diatur dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) memuat 5 unsur pengendalian intern yaitu:
1.
Lingkungan Pengendalian, yaitu kondisi dalam Instansi Pemerintah yang
memengaruhi efektivitas pengendalian intern.
2.
Penilaian Resiko, yaitu kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian
yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah.
3.
Kegiatan Pengendalian, yaitu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
resiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk
memastikan bahwa tindakan mengatasi resiko telah dilaksanakan secara
efektif.
4.
Informasi dan Komunikasi, yaitu data yang telah diolah dan dapat
digunakan
untuk
pengambilan
keputusan
dalam
rangka
penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah.
5.
Pemantauan Pengendalian Intern, yaitu proses penilaian atas mutu
kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan
keyakinan
bahwa
temuan
audit
dan
evaluasi
lainnya
segera
ditindaklanjuti.
C.
Tujuan
Dalam rangka mengimplementasikan Misi yang telah ditetapkan dalam jangka
waktu 1-5 tahun, Inspektorat Jenderal menetapkan Tujuan yang hendak
dicapai dalam kurun waktu 2015 – 2019:
1.
Mewujudkan unit pengawas dan pengendali internal yang handal,
berintegritas, dan akuntabel.
2.
Mendorong terwujudnya tata kelola organisasi Kemlu yang efisien,
efektif, ekonomis, transparan, dan akuntabel (3 ETA).
3.
Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang profesional.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
6
Pengawas dan Pengendali:
Adalah Kegiatan atau proses untuk mengetahui hasil - hasil pelaksanaan,
kesalahan, kegagalan, untuk diperbaiki kemudian dan mencegah terulangnya
kembali kesalahan kesalahan dan juga mencegah agar pelaksanaan tidak
menyimpang dari perencanaan yang telah di tetapkan
Handal, berintegritas, dan akuntabel:
Adalah suatu sifat yang dapat dipercaya, memiliki sifat yang prinsipal dan
dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku
Organisasi:
adalah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang bekerja bersama untuk
mencapai tujuan yang sama.
Tata Kelola:
Adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan insitusi yang
memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu organisasi.
Tata Kelola juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan
(stakeholders) yang terlibat dalam pengelolaan tujuan organisasi
Efisien:
Adalah kemampuan untuk menjalankan tugas dengan tepat dan cermat serta
tidak membuang-buang waktu,tenaga, dan biaya
Efektif:
Adalah suatu usaha atau proses tindakan yang dapat menghasilkan kegunaan
Ekonomis:
Adalah tindakan bersifat hati-hati dalam pengeluaran uang, penggunaan
barang, dan waktu
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
7
Transparan:
Adalah bersifat terbuka tidak terbatas pada sekelompok orang saja
Akuntabel:
Adalah
dapat
dipertanggungjawabkan
baik
itu
dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
APIP:
adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas
dan fungsi organisasi.
Indikator Tujuan:
Tujuan
IKU
Target
Tingkat Kapabilitas
APIP berdasarkan
unit pengawas
IACM
dan pengendali
2015
2016
2017
2018
2019
Level
Level
Level
Level
Level
2
2
3
3
3
7
7,35
7,40
7,50
7,70
Mewujudkan
internal
yang
handal,
berintegritas,
dan akuntabel
Mendorong
Nilai
terwujudnya
Penguatan
tata
kelola Pengawasan untuk
organisasi
Kemlu
efisien,
Pokja
Reformasi
yang Birokrasi Kemlu
efektif,
ekonomis,
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
8
transparan, dan
akuntabel
(3
ETA).
Mewujudkan
Persentase
Aparat
peningkatan
Pengawas
Internal
kompetensi APIP
Pemerintah
yang profesional
D.
100%
100%
100%
100%
100%
Sasaran
Sasaran Strategis Inspektorat Jenderal disusun berdasarkan hasil identifikasi
potensi dan permasalahan yang akan dihadapi dalam rangka mendukung
pelaksanaan visi misi Kementerian Luar Negeri. Sasaran Strategis Inspektorat
Jenderal ditetapkan sebagai berikut:
1.
Meningkatnya akuntabilitas
kinerja Satker yang terencana, terukur,
ekonomis, efektif & efisien;
2.
Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta
pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan;
3.
Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk memberikan
keyakinan yang memadai bagi akuntabilitas kinerja Satker;
4.
Meningkatnya dukungan manajemen yang baik dalam mendukung
keberhasilan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
E.
Indikator Kinerja Utama
Dalam mendukung tercapainya sasaran strategis dimaksud, Inspektorat
Jenderal merumuskan indikator kinerja utama, untuk mengukur keberhasilan
pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
9
Indikator Kinerja Utama Inspekorat Jenderal dijabarkan sebagai berikut:
1. Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang
memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja
Yang dimaksud dengan Standar Penilaian Audit Kinerja adalah suatu ukuran
penilaian yang dilakukan dalam pelaksanaan audit kinerja, dengan
mempertimbangkan faktor 3 ETA (efisiensi, efektifitas, ekonomis, transparan
dan akuntabel) dalam pengelolaan sumber daya publik.
Standar penilaian audit kinerja menggunakan kertas kerja indeks penilaian
akuntabilitas tata kelola sumber daya publik. Satker dapat memenuhi kriteria
apabila hasil penilaian masuk dalam kategori ‘Baik’ atau total indeks bernilai
di atas 70.
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah Satker yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja
dengan Kategori Baik / Jumlah Satker yang diaudit) x 100%
Sumber Data:
•
Kertas kerja indeks penilaian akuntabilitas tata kelola sumber daya
publik
•
Laporan Hasil Audit
•
Laporan APIP Itjen
2. Persentase Laporan Keuangan (LK) Satuan Kerja Kemlu Pusat dan
Perwakilan yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP)
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
10
Yang dimaksud dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan Pemerintah.
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah LK yang memenuhi SAP / Jumlah LK yang direviu) x 100%
Sumber Data:
•
Laporan Rekonsiliasi SAKPA-SIMAK BMN
•
Laporan Hasil Reviu
•
Laporan Rekonsiliasi SAKPA-SIMAK BMN
3. Nilai indeks akuntabilitas kinerja dan penganggaran Satuan Kerja
Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi unsur Sistem
Pengendalian Intern
Nilai Indeks akuntabilitas kinerja dan penganggaran Satuan Kerja diukur
berdasarkan pembagian 3 (tiga) komponen kegiatan, yakni:
a. Evaluasi AKIP
b. Review RKA-KL
c. Penilaian SPIP
Formulasi Pengukuran:
Indeksasi dari setiap pelaksanaan komponen kegiatan.
Sumber Data:
• Kertas Kerja Penilaian SPIP
•
Laporan Hasil Audit
•
Laporan Hasil Audit SPIP BPKP
4. Persentase peningkatan dukungan manajemen yang baik dalam
mendukung keberhasilan pengawasan intern Kemlu
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
11
Dukungan manajemen yang baik menjadi salah satu faktor yang penting dan
turut menentukan keberhasilan pengawasan intern di lingkungan Kemlu.
Dukungan manajemen meliputi antara lain ketersediaan SDM yang
berkualitas, anggaran yang memadai, perencanaan yang baik, kebutuhan
sarana prasarana perkantoran yang memadai, pemantauan tindak lanjut
pemeriksaan yang baik, ketersediaan database yang baik, dan keberhasilan
kegiatan pengawasan dan pengendalian lainnya.
Formulasi Pengukuran:
Indeks kualitas dukungan manajemen
Sumber Data:
•
Laporan Rekapitulasi Pelaksanaan SPIP
•
Laporan Realisasi Anggaran
•
Dokumen SAKIP Itjen
•
Renstra Itjen
•
Laporan Monev, PKK dan Renaksi Itjen
•
Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit
•
Laporan Kunjungan Pengawasan dan Pengendalian Irjen
•
Laporan Kunjungan Pengawasan dan Pengendalian Sesitjen
•
Laporan Rekapitulasi Pelaksanaan SPIP
•
Laporan BMN
•
Laporan Pelaksanaan Evaluasi AKIP
•
Laporan Rekapitulasi Pelaksanaan SPIP
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
12
BAB II
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan Kementerian Luar Negeri
Kementerian Luar Negeri memiliki 8 Arah Kebijakan yang terdiri dari:
1. Penguatan Diplomasi Maritim dalam rangka menjaga kedaulatan Indonesia
2. Penguatan kepemimpinan Indonesia di ASEAN
3. Peningkatan peran dan pengaruh Indonesia sebagai negara middle power di
dunia internasional
4. Penguatan diplomasi ekonomi
5. Peningkatan pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri serta
pemberdayaan diaspora
6. Peningkatan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan
7. Peningkatan
kapasitas
organisasi,
tata
kelola
yang
akuntabel,
serta
kompetensi SDM Kemenlu yang berbasis teknologi informasi
8. Perwujudan kebijakan luar negeri yang berkualitas melalui penguatan
peraturan perundangan nasional yang terkait dengan penyelenggaraan
diplomasi
B. Strategi Kementerian Luar Negeri
Atas seluruh Arah kebijakan tersebut, Kementerian Luar Negeri telah merumuskan
strategi-strategi dari setiap arah kebijakan sebagai berikut:
1) Arah Kebijakan 1, Penguatan diplomasi maritim dalam rangka menjaga
kedaulatan Indonesia memiliki 10 strategi, antara lain:
i. Mempertahankan integritas wilayah NKRI
ii. Memperkuat kerja sama sub-kawasan (BIMP-EAGA, IMT-GT, dsb) untuk
meningkatkan konektivitas Indonesia
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
13
iii. Mendorong kerja sama pengamanan, pengelolaan, dan perlindungan
sumber daya alam hayati non hayati laut.
iv. Mendorong
peningkatan
kerja
sama
dalam
bidang
keamanan
dan
keselamatan laut, serta search and rescue, penanganan bencana di laut,
serta perlindungan lingkungan laut.
v. Meningkatkan upaya-upaya diplomasi dalam mewujudkan kerangka kerja
sama maritim yang mendukung perwujudan konektivitas maritim dan
mengedepankan jati diri Indonesia sebagai negara maritim
vi. Memperjuangkan kepentingan Indonesia sebagai poros maritim dunia dalam
forum-forum internasional, termasuk masa keketuaan Indonesia di IORA.
vii. Mempercepat penyelesaian permasalahan perbatasan Indonesia, termasuk
perbatasan darat dengan 3 negara dan perbatasan laut dengan 10 negara
tetangga dan pemberlakuan serta pendaftarannya ke PBB.
viii.Memanfaatkan klaim Indonesia berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum
Laut 1982 atas hak-hak berdaulat di Landas Kontinen di luar 200 mil laut.
ix. Mendorong kerja sama dan penanganan berbagai kasus pelanggaran
wilayah serta meningkatkan upaya pengamanan perbatasan.
x. Membantu pembangunan kekuatan pertahanan maritim melalui diplomasi
pertahanan dengan berbagai negara sahabat.
2) Arah Kebijakan 2, Penguatan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, memiliki
13 strategi, antara lain:
i.
Memperjuangkan prakarsa Indonesia di ASEAN dan forum terkait ASEAN
dalam mewujudkan kawasan yang aman, stabil, dan sejahtera, sejalan
dengan tujuan dan target ketiga pilar masyarakat ASEAN
ii.
Mendorong kohesivitas dan sentralitas ASEAN dalam hubungan internal dan
eksternal, serta terlibat aktif dalam penyelesaian masalah regional dan
internasional
iii.
Memantapkan implementasi Traktat South East Asia Nuclear Weapon Free
Zone (SEANWFZ) dan Plan of Action 2013-2017 serta mendorong aksesi
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
14
Protokol Traktat SEANWFZ oleh Nuclear-Weapon States (AS, Inggris, RRT,
Rusia, Prancis)
iv.
Mendorong universalisasi TAC (Treaty of Amity and Cooporation) dan
implementasi Bali Declaration of the East Asia Summit on the Principles for
Mutually Beneficial Relations (Bali Principles) ke kawasan yang lebih luas.
v.
Meningkatkan
peran
Indonesia
dalam
pengelolaan
konflik
kawasan
termasuk sengketa Laut Tiongkok Selatan melalui mekanisme ASEAN,
terutama mendorong
implementasi secara efektif dan menyeluruh
Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DoC),
termasuk penyelesaian code of conduct in the South China Sea, serta
melalui upaya-upaya preventive diplomacy.
vi.
Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam mendorong kerja sama ASEAN
dengan mitra wicara ASEAN serta ASEAN-led mechanisms secara lebih
produktif dan konstruktif bagi penciptaan arsitektur kawasan yang sejalan
dengan kepentingan nasional.
vii.
Meningkatkan kerja sama ASEAN dengan pihak eksternal secara lebih
sejajar dan saling menguntungkan.
viii.
Menyelesaikan visi Masyarakat ASEAN 2025 beserta dokumen pendukung
(attendant documents) mengenai ketiga pilar Masyarakat ASEAN, serta
mengawal pelaksanaannya sejalan dengan kepentingan nasional.
ix.
Mendorong penguatan Sekretariat ASEAN yang mampu melaksanakan
mandatnya secara lebih efektif dan efisien sejalan dengan dinamika dan
tantangan yang dihadapi ASEAN.
x.
Memperkuat fungsi koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait
dengan upaya meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia tentang
Masyarakat ASEAN, memantapkan posisi nasional dalam pertemuan ASEAN,
serta implementasi kesepakatan ASEAN di tingkat nasional.
xi.
Meningkatkan peran dan kontribusi Pusat Studi ASEAN dan lembaga think
tank lainnya dalam perumusan kebijakan nasional terkait kerja sama
ASEAN.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
15
xii.
Mengintensifkan diplomasi untuk meredam ketegangan maritim di kawasan
serta mendorong penyelesaian sengketa secara damai (catatan: konflik di
negara tetangga berpotensi mengganggu kedaulatan /keutuhan wilayah
Indonesia).
xiii.
Memperkuat langkah-langkah diplomasi dalam meningkatkan pemanfaatan
Masterplan on ASEAN Connectivity (MPAC) bagi pembangunan infrastruktur
dan konektivitas domestik, termasuk melalui pemanfaatan secara maksimal
Pendanaan Infrastruktur ASEAN (ASEAN Infrastructure Fund).
3) Arah Kebijakan 3: Peningkatan peran dan pengaruh Indonesia sebagai
negara middle power di dunia internasional, memiliki 17 strategi, antara
lain:
i.
Memperkuat postur
diplomasi
sehingga
mampu meredam
ancaman
disintegrasi bangsa di berbagai forum internasional yang relevan.
ii.
Memperkuat diplomasi dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah,
khususnya penyelesaian konflik Palestina-Israel.
iii.
Meningkatkan
kontribusi
Indonesia
untuk
mencapai
“Visi
4000
Peacekeepers” pada misi pemeliharaan perdamaian (peacekeeping) PBB dan
dukungan terhadap bina perdamaian (peacebuilding).
iv.
Memperkuat kerjasama internasional dalam mengatasi masalah-masalah
global yang mengancam umat manusia, antara lain: senjata pemusnah
massal,
penyakit
menular,
degradasi
lingkungan,
perubahan
iklim,
kelangkaan air, krisis pangan dan energi.
v.
Mengintensifkan kerja sama bilateral, regional dan internasional dalam
menanggulangi
kejahatan
transnasional,
seperti:
korupsi,
terorisme,
penyelundupan manusia, perdagangan orang, perdagangan gelap narkoba,
perompakan perdagangan senjata ilegal, illegal fishing.
vi.
Meningkatkan kerja sama peningkatkan kapasitas melalui skema Kerjasama
Selatan-Selatan (KSS) dan triangular untuk mendukung politik luar negeri.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
16
vii.
Memperkuat dialog dan kerja sama konstruktif di bidang pemajuan
demokrasi, pemajuan dan perlindungan HAM, toleransi agama, di forum
Internasional.
viii.
Memperkuat peran Indonesia sebagai negara Middle Power dengan
memanfaatkan forum terkait di antaranya melalui MIKTA.
ix.
Meningkatkan peran Indonesia di tingkat global dan internasional melalui
penguatan kerja sama bilateral, khususnya dengan negara mitra strategis
dan organisasi intra dan antar kawasan.
x.
Menggunakan diplomasi publik yang berkarakter soft power
Indonesia
melalui kerja sama kebudayaan, pemberian beasiswa, people to people
contact, jejaring diaspora Indonesia.
xi.
Mengelola dan memperkuat jaringan alumni asing penerima beasiswa
Indonesia dan jaringan alumni WNI penerima beasiswa asing untuk
memperkuat diplomasi publik.
xii.
Mendorong peran Indonesia dalam perumusan norma-norma/aturan-aturan
kerja sama ekonomi dan perdagangan internasional.
xiii.
Menguatkan peran Indonesia dalam koordinasi kebijakan ekonomi global
melalui forum G-20.
xiv.
Memajukan kepentingan Indonesia dalam kerjasama internasional dalam
melakukan implementasi agenda pembangunan global pasca 2015.
xv.
Mendorong keterwakilan WNI pada badan-badan internasional baik secara
profesional maupun melalui keterlibatan aktif dalam kelompok kerja dan
penyusunan norma-norma di tingkat internasional.
xvi.
Memanfaatkan keanggotaan Indonesia pada forum internasional untuk
menyuarakan dan mendorong inisiatif-inisiatif baru yang mengakomodasi
kepentingan nasional dan kepentingan negara berkembang.
xvii.
Meningkatkan kerjasama konektivitas kawasan melalui IORA, APEC, ASEAN,
ASEM, FEALAC.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
17
4) Arah Kebijakan 4, Peningkatan diplomasi ekonomi, memiliki 12 strategi,
antara lain:
i.
Memperkuat diplomasi ekonomi pada forum bilateral, regional, dan global
untuk menopang kemandirian ekonomi nasional.
ii.
Memperluas dan meningkatkan akses pasar bagi produk barang dan jasa
Indonesia, serta meningkatkan arus investasi, dan pariwisata ke Indonesia,
serta mendorong perlindungan pasar domestik dari praktek perdagangan
yang tidak adil.
iii.
Memanfaatkan forum regional dan internasional untuk membentuk norma
dan arsitektur keuangan, investasi, dan perdagangan internasional yang
memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi Indonesia.
iv.
Memperkuat diplomasi Indonesia pada pasar prospektif.
v.
Mendorong masuknya investasi asing pada sektor-sektor prioritas bagi
Indonesia, serta memfasilitasi dan mendorong serta melindungi investasi
Indonesia di luar negeri. Perhatian khusus diberikan pada Perjanjian
Promosi dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M) bilateral serta
kelanjutan perundingan perjanjian investasi.
vi.
Merumuskan saran kebijakan terkait pengelolaan perundingan berbagai
kerja sama ekonomi seperti Preferential Tariff Agreement (PTA), Free Trade
Agreement (FTA), Comprehensive Economic Partnership (CEPA) termasuk
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) sesuai dengan
kepentingan nasional.
vii.
Memberikan saran kebijakan terkait implementasi kesepakatan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).
viii.
Mendorong implementasi kerja sama perdagangan dan investasi yang
berimbang dan berkelanjutan.
ix.
Meningkatkan
pemanfaatan
keanggotaan
Indonesia
di
Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) dan organisasi terkait komoditi, hak kekayaan
intelektual (HKI) dan pembangunan industri guna membuka akses pasar,
peningkatan perlindungan HKI, dan pengembangan SDM nasional.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
18
x.
Menguatkan peran Indonesia dalam perundingan untuk pembentukan dan
peninjauan kembali kerangka hukum internasional (international legal
framework) di bidang ekonomi, keuangan dan pembangunan, baik di tingkat
bilateral, regional dan multilateral.
xi.
Memanfaatkan forum kerja sama global dan APEC untuk mendorong
perlindungan dan pemanfaatan kekayaan laut melalui pembahasan isu blue
economy serta mendorong implementasi prakarsa Indonesia di bawah
forum kerja sama global dan APEC Initative on Mainstreaming Ocean-
related Issues (MOI).
xii.
Mendorong perluasan potensi perdagangan, investasi, pariwisata, dan
pengembangan infrastruktur maritim serta pengelolaan kekayaan maritim.
5) Arah Kebijakan 5, Peningkatan kualitas pelayanan dan perlindungan
WNI dan BHI di luar negeri serta pemberdayaan diaspora, memiliki 5
strategi, antara lain:
i.
Memastikan kehadiran negara dalam pelayanan dan perlindungan WNI/BHI
di luar negeri dengan mengedepankan kepedulian dan keberpihakan.
ii.
Memperkuat sistem kelembagaan Perlindungan WNI/BHI di dalam negeri
dan luar negeri dengan memperhatikan aspek pencegahan (prevention),
deteksi dini (early detection), dan perlindungan secara cepat dan tepat
(immediate response).
iii.
Memperkuat Diplomasi Perlindungan WNI/BHI di luar negeri melalui
pembentukan instrumen internasional untuk perlindungan WNI, upaya
pengampunan bagi WNI yang terancam hukuman mati, dan repatriasi WNI
serta meneruskan kebijakan moratorium penempatan TKI sektor domestik.
iv.
Mengoptimalisasikan langkah-langkah pencegahan, deteksi dini dan cepat
tanggap dalam penyelesaian kasus WNI/BHI di luar negeri.
v.
Memperkuat sinergi dalam Perlindungan WNI di luar negeri dengan
Komunitas Indonesia di luar negeri serta pelayanan dan pemberdayaan
Diaspora dan Masyarakat Madani.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
19
6) Arah Kebijakan 6, Peningkatan kerja sama dengan seluruh pemangku
kepentingan, memiliki 4 strategi, antara lain:
i.
Meningkatkan efektivitas kebijakan luar negeri melalui perumusan kebijakan
yang melibatkan peran/partisipasi/ dukungan para pemangku kepentingan.
ii.
Mendorong implementasi komitmen nasional atas kesepakatan bilateral,
regional, interregional, multilateral, dan global.
iii.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut/ implementasi
oleh pemangku kepentingan atas hasil diplomasi atau kesepakatan
internasional.
iv.
Mewujudkan Kerangka Kelembagaan dan
Regulasi yang melibatkan
pemangku kepentingan serta harmonisasi kebijakan antar K/L.
7) Arah Kebijakan 7, peningkatan kapasitas organisasi, tata kelola yang
akuntabel, serta kompetensi SDM Kemenlu yang berbasis teknologi
informasi, memiliki 11 strategi, antara lain:
i.
Melakukan penataan organisasi yang adaptif, peningkatan evaluasi kinerja,
dan tata kelola Kemenlu dan Perwakilan RI.
ii.
Memperkuat sistem manajemen kinerja Kemenlu dan Perwakilan RI dengan
dukungan IT.
iii.
Mewujudkan manajemen SDM Kemenlu yang berbasis kompetensi dan
kinerja yang transparan dan akuntabel.
iv.
Memperluas kerja sama pendidikan dan pelatihan diplomasi dalam rangka
peningkatan kapasitas SDM Kemenlu.
v.
Meningkatkan kompetensi SDM Kemenlu melalui pengembangan keahlian
khusus yang mendukung penyelenggaraan hubungan luar negeri, dengan
prioritas pada keahlian seperti asset recovery, hukum laut internasional, dan
riset strategis.
vi.
Melakukan akreditasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
vii.
Membangun sistem komunikasi dan teknologi informasi yang terintegrasi
berdasarkan IT Master Plan Kemenlu.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
20
viii.
Meningkatkan anggaran Kemenlu dan memperkuat sistem penganggaran
berbasis kinerja.
ix.
Memperkuat penganggaran yang mengadopsi pengarusutamaan gender.
x.
Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang dan pendorong
kinerja Kemenlu.
xi.
Meningkatkan akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta
kepatuhan terhadap peraturan perundangan.
8) Arah Kebijakan 8, perwujudan kebijakan luar negeri yang berkualitas
melalui penguatan peraturan perundangan nasional yang terkait
dengan penyelenggaraan diplomasi, memiliki 4 strategi, antara lain:
i.
Mendorong penyempurnaan norma hukum nasional yang mengatur
mengenai diplomasi, hubungan luar negeri dan pembentukan perjanjian
internasional, khususnya melalui revisi UU tentang Hubungan Luar Negeri
dan UU tentang Perjanjian Internasional.
ii.
Menggagas serta mengawal pembentukan norma-norma hukum nasional
yang bersentuhan serta berimplikasi dengan hubungan luar negeri.
iii.
Memantapkan peran Kemenlu sebagai penjuru dalam perumusan kebijakan
luar negeri dan sebagai fungsi koordinator dalam penyelenggaraan
hubungan luar negeri.
iv.
Menguatkan peran Kemenlu sebagai juru runding dan penasehat hukum
(legal adviser) dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri, pembentukan
norma hukum dan/atau perjanjian internasional dengan negara asing
dan/atau organisasi internasional.
Dalam hal ini, tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal merupakan penjabaran dari
Arah Kebijakan 7, peningkatan kapasitas organisasi, tata kelola yang
akuntabel, serta kompetensi SDM Kemenlu yang berbasis teknologi
informasi, yang dilakukan antara lain melalui :
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
21
a.
Upaya peningkatan penyusunan laporan keuangan Kementerian Luar Negeri
untuk mendapatkan opini BPK dengan predikat ‘Wajar Tanpa Pengecualian’
b.
Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan kinerja dan anggaran sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kementerian Luar Negeri.
d.
Penguatan
pelaksanaan
Sistem
Pengawasan
Intern
Pemerintah
(SPIP)
Kementerian Luar Negeri.
C. Arah Kebijakan Inspektorat Jenderal
Arah Kebijakan Pengawasan dan Pengendalian oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Luar Negeri ditekankan kepada peningkatan kualitas pengawasan
dan pengendalian Satuan Kerja Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI,
sehingga dapat memberikan kontribusi positif pada implementasi Rencana
Strategis dan target Kementerian Luar Negeri serta mengawal proses Reformasi
Birokrasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, ditetapkan kebijakan-kebijakan
sebagai berikut:
1.
Peningkatan kualitas kinerja Kementerian dan Perwakilan;
2.
Peningkatan Tata Kelola Organisasi, Aset Negara, Keuangan dan BMN;
3.
Peningkatan evaluasi kinerja dan reviu Laporan Keuangan;
4.
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);
5.
Peningkatan kualitas Konsultasi, Pendampingan dan Bimbingan Teknis;
6.
Penanganan dan tindak lanjut Pengaduan Masyarakat.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
22
D. Program Inspektorat Jenderal
Program merupakan instrumen kebijakan yang menjadi cluster/kumpulan atas
satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian/Satker dan
Perwakilan guna mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi
anggaran,
dan/atau
kegiatan
masyarakat
yang
dikoordinasikan
oleh
Kementerian/Satker dan Perwakilan RI. Hasil program merupakan manfaat
langsung yang diperoleh dan dapat mencerminkan telah berfungsinya keluaran
dari seluruh kegiatan dalam satu cluster program.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, Inspektorat Jenderal melakukan program
pengawasan dan peningkatan akuntabilitas Aparatur Kementerian Luar Negeri
yang dilaksanakan melalui kegiatan:
1. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengawasan, Inspektorat Jenderal
menyusun Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) berdasarkan hasil
pemetaan permasalahan pada Satker & Perwakilan RI di masing-masing
Inspektorat Wilayah.
2. Reviu Laporan Keuangan
Berdasarkan Surat Tugas Inspektur Jenderal, Inspektorat Jenderal melakukan
Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri yang meliputi neraca,
laporan realisasi anggaran (LRA), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
3. Pendampingan DIPA Satker
Kegiatan Pendampingan terhadap DIPA pada Satker Kementerian Luar Negeri
dilaksanakan sebagai upaya pencegahan dini penyimpangan pengelolaan
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
23
keuangan negara, khususnya pengadaan barang/jasa dan kegiatan-kegiatan
yang memerlukan anggaran besar dan koordinasi dengan Satker atau instansi
lain.
4. Monitoring
Inspektorat Jenderal melakukan monitoring terhadap permasalahan dengan
membentuk Gugus Tugas keuangan, kepegawaian, perlengkapan, dan kinerja.
Disamping itu, dilakukan juga pemantauan yang berkesinambungan terhadap
SP2D; PNBP; PFK Minus; penyerapan anggaran dan data kasus.
5. Koordinasi penyelesaian tindak lanjut
Dalam rangka penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit, Inspektorat Jenderal
melakukan koordinasi baik dengan Satker di lingkungan Kementerian Luar
Negeri maupun dengan instansi lainnya seperti Bareskrim POLRI, Kejaksaan
Agung, BPK-RI, BPKP, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan Sekretariat Negara.
6. Pemetaan Kinerja Satker
Dalam rangka pelaksanaan audit kinerja, dilakukan penentuan objek audit
melalui Pemetaan Kinerja Satker atas pengelolaan Organisasi, Kepegawaian,
Keuangan, dan Barang Milik Negara.
7. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Inspektorat
Jenderal
memiliki
Layanan
Pengaduan
Masyarakat
yang
disampaikan melalui surat elektronik dan pembentukan sistem Whistle Blowing
System (WBS) yang terkoneksi dengan portal Kementerian Luar Negeri.
Pengaduan masyarakat yang berkaitan langsung dengan Tugas dan Fungsi
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
24
Inspektorat Jenderal, ditindaklanjuti oleh Sekretariat Inspektorat Jenderal dan
Inspektorat Wilayah. Sedangkan pengaduan masyarakat yang berkaitan
dengan Tugas dan Fungsi Satker lain di lingkungan Kementerian Luar Negeri,
diteruskan kepada Satker terkait dan dipantau tindak lanjutnya.
8. Penerbitan buku-buku Panduan Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan
Sebagai salah satu bentuk early warning system, Inspektorat Jenderal
menerbitkan buku-buku Panduan Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
25
Matriks Rencana Strategis Inspektorat Jenderal
Rencana Strategis Inspektorat Jenderal
Tahun 2015 – 2019
Visi : Terwujudnya Pengawasan dan Pengendalian Intern yang dilakukan secara
independen, objektif,
profesional, berintegritas, dan akuntabel guna
mendukung keberhasilan diplomasi untuk kepentingan rakyat
Misi
:
1.
Meningkatkan fungsi konsultasi, deteksi dini
pada pengawasan dan
pengendalian intern.
2.
Memperkuat implementasi penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) di Kemlu.
3.
Meningkatkan
kualitas
Audit
Kinerja
dalam
pengawasan
dan
pengendalian intern.
4.
Meningkatkan kualitas pengawasan terhadap sistem akuntabilitas kinerja
dan pelaporan pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya publik.
5.
Memperkuat
infrastruktur manajemen pengawasan dan pengendalian
intern.
6.
Meningkatkan tata kelola yang akuntabel guna mendukung kemajuan
pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri.
Tujuan
1. Mewujudkan
unit pengawas
dan pengendali
internal
yang
handal,
berintegritas,
dan akuntabel.
2. Mendorong
terwujudnya
tata
kelola
Sasaran
Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran
Uraian
Indikator
Kebijakan
Program
1. Meningkat1. Persentase
1. Peningkatan
Pengawasan
dan
nya
Satuan Kerja
kualitas
Peningkatan
akuntabilitas
Kemlu Pusat
kinerja
Akuntabilitas
kinerja
dan
Kementerian
Aparatur
Satker yang
Perwakilan
dan
Kementerian
Luar
terencana,
yang
Perwakilan;
Negeri
terukur,
memenuhi
2. Peningkatan
ekonomis,
kriteria
Tata
Kelola
efektif
&
Standar
Organisasi,
efisien;
Penilaian Audit
Aset Negara,
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
26
Tujuan
organisasi
Kemlu
yang
efisien, efektif,
ekonomis,
transparan, dan
akuntabel.
3. Mewujudkan
Aparat
Pengawas
Internal
Pemerintah
yang
profesional.
Sasaran
Uraian
Indikator
2. MeningkatKinerja
nya
2. Persentase
akuntabilitas
Laporan
3.
pengelolaan
Keuangan (LK)
anggaran
Satuan Kerja
dan
aset
Kemlu Pusat
negara serta
dan
pencegahan
Perwakilan
4.
dini
yang
terjadinya
memenuhi
risiko
Standar
permasalahAkuntansi
an;
Pemerintahan
3. Meningkat(SAP)
5.
nya
3. Nilai
indeks
efektifitas
akuntabilitas
kegiatan
kinerja
dan
pengendalian
penganggaran
untuk
Satuan Kerja
memberikan
Kemlu Pusat
keyakinan
dan
6.
yang
Perwakilan
memadai
yang
bagi
memenuhi
akuntabilitas
unsur Sistem
kinerja
Pengendalian
Satker;
Intern
4. Meningkat4. Persentase
nya
peningkatan
dukungan
dukungan
manajemen
manajemen
yang
baik
yang
baik
dalam
dalam
mendukung
mendukung
keberhasilan
keberhasilan
pengawasan
pengawasan
intern
di
intern Kemlu
lingkungan
Kementerian
Luar Negeri.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran
Kebijakan
Program
Keuangan dan
BMN;
Peningkatan
evaluasi
kinerja
dan
reviu Laporan
Keuangan;
Penyelenggar
aan
Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah
(SPIP);
Peningkatan
kualitas
Konsultasi,
Pendampinga
n
dan
Bimbingan
Teknis;
Penanganan
dan
tindak
lanjut
Pengaduan
Masyarakat.
27
BAB IV
PENUTUP
Rencana Strategik Inspektorat Jenderal menggambarkan Visi, Misi, Tujuan, dan
Sasaran Strategik yang akan diwujudkan berbentuk program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan selama 5 tahun (2015 – 2019) sesuai dengan Visi dan Misi
Kementerian Luar Negeri.
Melalui pengawasan dan pengendalian intern diharapkan akuntabilitas kinerja
Satker di lingkungan Kementerian Luar Negeri dapat terlaksana secara
ekonomis, efektif, dan efisien, serta bermanfaat dalam mendukung perwujudan
Visi dan Misi Kementerian Luar Negeri. Lebih dari itu, melalui pengawasan dan
pengendalian kegiatan serta mekanisme pengendalian manajemen yang
dilaksanakan terus-menerus dalam keseluruhan proses kegiatan seluruh Satker
di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI, Inspektorat Jenderal
diharapkan mampu mendorong terlaksananya berbagai kebijakan Pimpinan dan
memberikan jaminan yang memadai bagi terselenggaranya tata kelola bisnis di
Kementerian Luar Negeri.
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
28
Rencana Strategis 2015 – 2019 Inspektorat Jenderal
1
Download