PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RINGKASAN EKSEKUTIF Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal Studi Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Pendidikan TIM STUDI Jakarta 2009 A. PENDAHULUAN Krisis keuangan global pada awalnya terjadi di Amerika Serikat yang dipicu oleh macetnya kredit pembelian rumah (KPR) atau subprime mortgage pada lembaga financial raksasa Amerika Serikat pada tahun 2007/2008. Terpuruknya lembaga keuangan terbesar di dunia tersebut menyebabkan kepanikan investor di berbagai negara yang antara lain diindikasikan oleh turunnya bursa saham dunia. Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global selanjutnya mempengaruhi sektor ekonomi riil di berbagai negara, termasuk Indonesia. Krisis keuangan global di Indonesia, mulai dirasakan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional pada kuartal IV 2008. Pada kuartal tersebut, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,2 persen, lebih rendah dibanding kuartal III sebesar 6,1 persen (turun 3,6%). Berdasarkan kondisi tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa Indonesia sudah terkena dampak krisis keuangan global pada kuartal IV tahun 2008. Krisis keuangan global memiliki multiflier effect yang luas terhadap berbagai sektor, yaitu ketenagakerjaan, masyarakat dan pendidikan. kesehatan, kesejahteraan Di bidang ketenagakerjaan, Departemen Tenaga Kerja menyatakan bahwa sampai dengan 27 Februari 2009 sudah 37.905 orang buruh kehilangan pekerjaan karena PHK, dan sebanyak 16.329 buruh telah dirumahkan karena pabrik tak lagi berproduksi secara optimal. Sementara itu, UNICEF Regional Asia Pasifik mengutip hasil penelitian International Monetary Fund (IMF) menyebutkan bahwa krisis keuangan telah mengakibatkan kenaikan harga bahan makanan sehingga sekitar 105 juta warga dunia masuk ke dalam kelompok keluarga miskin yang menghabiskan lebih dari 60 persen pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan. Keadaan ini mengancam anak-anak menjadi kekurangan gizi, terpaksa putus sekolah dan menjadi pekerja anak (www.analisadaily.com). 1 Secara umum studi ini bertujuan untuk merumuskan bahan kebijakan dalam mengantisipasi dampak lebih lanjut krisis keuangan global terhadap pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan tujuan khusus, yaitu memperoleh data dan informasi tentang: 1. pengaruh krisis global terhadap perekonomian nasional, dan khususnya di daerah sentra komoditas ekspor, 2. kondisi pendidikan di daerah yang terkena dampak krisis global, 3. kondisi pendidikan pada periode krisis global di tingkat sekolah di daerah yang terkena dampak krisis global, dan 4. kondisi ekonomi orangtua siswa dalam membiayai pendidikan anaknya pada periode krisis global di daerah yang terkena dampak krisis global. Ruang lingkup studi mencakup lingkup substansi dan jenjang pendidikan. Pada lingkup substansi, studi mengkaji kebijakan, program, dan anggaran pendidikan selama periode krisis global. Sedangkan lingkup jenjang pendidikan difokuskan pada pendidikan dasar dan menengah. Jenjang pendidikan dasar diwakili oleh SMP, sedangkan pendidikan menengah dilakukan di SMA dan SMK. B. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan pendekatan (strategi) analisis dokumen dan data sekunder, dan survey di daerah-daerah yang menurut data indikator ekonomi terkena dampak krisis ekonomi global. Dokumen dan data sekunder yang dianalisis adalah indikator ekonomi yang bersifat makro yang terkait dengan krisis ekonomi global. Sedangkan survey dilakukan di daerah-daerah yang merupakan sentra penghasil komoditas ekspor yang mengalami penurunan nilai ekspor sebagai dampak krisis keuangan global. Selain itu diperhatikan juga banyaknya tenaga kerja yang terkena PHK di sentra tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilih dua kelompok wilayah lokasi survey, yakni (i) kelompok industri pengolahan berbasis perkebunan, dan (ii) Kelompok industri pengolahan padat karya selain perkebunan. Untuk 2 kelompok pertama diwakili oleh daerah sentra perkebunan sawit dan perkebunan karet. Sedangkan untuk kelompok ke dua diwakili oleh sentra industri mesin/peralatan listrik, mesin-mesin/pesawat mekanik, pakaian jadi bukan rajutan, industri kertas, kayu, barang dari kayu, perabot & penerangan rumah. Selanjutnya, diidentifikasi sampel kabupaten/kota yang mewakili sentra komoditas tersebut sambil memperhatikan keterwakilan wilayah (Jawa dan luar Jawa). Di setiap sentra komoditas (kecamatan) dalam kabupaten sampel, diambil dua SMP dan dua SMA/SMK (negeri atau swasta). Namun demikian dalam pelaksanaannya sangat tergantung kondisi di lapangan. Di setiap sekolah sampel dipilih orangtua siswa yang terkena dampak krisis global baik langsung (misalnya terkena PHK) maupun tidak langsung (memiliki usaha yang terkait dengan perusahaan/karyawan yang terkena dampak krisis, seperti: berjualan di sekitar pabrik, catering, dll). Dari setiap sampel sekolah diambil tiga responden orang tua yang memiliki kriteria tersebut. Pengumpulan data dilakukan di kabupaten/kota terpilih melalui wawancara dan pengisian daftar isian kepada petugas terkait di Dinas Pendidikan, Bappeda, Kantor BPS, Kantor Disnaker, dan kepala sekolah. kepada responden orangtua siswa hanya dilakukan wawancara. Sedangkan Data dan informasi yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. 3 C. TEMUAN 1. Pengaruh krisis keuangan global terhadap perekonomian di tingkat nasional, dan di sentra komoditas ekspor pada beberapa daerah Pada tingkat nasional, krisis keuangan global mengakibatkan terjadinya penurunan beberapa indikator ekonomi antara lain laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), nilai ekspor, jumlah investasi, lapangan kerja, dan daya beli masyarakat. Penurunan tersebut terjadi pada kurun waktu triwulan ke empat dibandingkan dengan triwulan ke tiga tahun 2008. Demikian halnya di sentra komoditas ekspor pada beberapa daerah, krisis keuangan global mengakibatkan penurunan produksi untuk komoditas plywood, pulp dan kertas, tekstil dan garmen, furniture, dan onderdil mobil, serta penurunan harga untuk komoditas kelapa sawit, dan karet. Namun demikian penyebab penurunan tersebut tidak sepenuhnya diakibatkan oleh krisis keuangan global. Untuk komoditas plywood, pulp dan kertas, lebih disebabkan oleh kurangnya bahan baku, yang sebenarnya sudah mulai berlangsung sejak diberlakukannya kebijakan pembatasan penebangan kayu. Untuk komoditas onderdil mobil, penurunan produksi lebih disebabkan oleh makin meningkatnya persaingan. Pada kenyataannya krisis global sangat terasa dampaknya pada komoditas kelapa sawit, karet, tekstil dan garmen, serta furniture. 2. Kondisi pendidikan di Daerah yang terpengaruh krisis keuangan global a. Anggaran Belanja Pendidikan Anggaran belanja pendidikan di hampir semua daerah sampel yang terkena dampak krisis keuangan global pada umumnya tidak terpengaruh. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan anggaran pendidikan yang secara nominal semakin meningkat setiap tahunnya. Persentase 4 alokasi anggaran pendidikan pada umumnya telah mencapai lebih dari 20 persen dari APBD baik untuk tahun 2008 maupun tahun 2009. b. Program-program untuk meringankan beban biaya pendidikan Selama ini pemerintah pusat sudah berupaya untuk membantu masyarakat dalam meringankan beban biaya pendidikan dengan menggulirkan berbagai macam program bantuan, antara lain Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sejak tahun 2005 dan BOS Buku mulai tahun 2007. Bantuan ini diberikan kepada siswa di jenjang pendidikan dasar (SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat). Selain dalam bentuk BOS dan BOS Buku, Pemerintah juga memberikan beasiswa, antara lain Beasiswa Siswa Miskin (BSM), dan Beasiswa Prestasi. Daerah sampel yang diduga terkena dampak krisis umumnya telah memiliki program untuk meringankan biaya pendidikan sebagaimana yang dilakukan Pemerintah. Program-program untuk meringankan biaya pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di daerah sampel pada umumnya hampir sama, meliputi pendamping BOS (BOS Daerah), beasiswa, biaya pengganti uang pangkal, bantuan perlengkapan sekolah, dan lain-lain. 3. Kondisi pendidikan pada periode krisis global di tingkat sekolah di daerah yang terpengaruh krisis keuangan global Di tingkat sekolah pada jenjang pendidikan menengah di daerah sentra komoditas yang diduga terpengaruh krisis global (a.l. perkebunan sawit, karet, dan kertas), pada awal krisis global (Oktober-Nopember 2008) terjadi fenomena penunggakan pembayaran SPP. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, pada awal tahun 2009 kondisinya membaik karena harga-harga komoditas ekspor mulai meningkat. Sementara itu pada jenjang pendidikan dasar, krisis global tidak memberikan pengaruh yang berarti karena adanya kebijakan pendidikan 5 gratis dimana SD/MI dan SMP/MTs diberikan bantuan dana operasional melalui program BOS dari Pusat dan tambahan BOS dari Pemda setempat. Selain itu, Pemerintah dan Pemda memberikan beasiswa bagi siswa kurang mampu dan siswa berprestasi. 4. Kondisi ekonomi orangtua siswa pada periode krisis global di daerah yang terpengaruh krisis keuangan global. Pada kelompok orangtua berpenghasilan rendah (< 1,5 juta/bulan) terjadi peningkatan proporsi dari periode Juli-Desember 2008 ke periode JanuariJuni 2009. Sedangkan pada kelompok orangtua berpenghasilan tinggi (>1,5 juta/bulan) terjadi keadaan sebaliknya yaitu, proporsinya menurun diantara kedua periode tersebut. Dengan kata lain jumlah orangtua miskin semakin bertambah. Adapun penyebabnya antara lain adalah harga kebutuhan semakin meningkat, banyaknya saingan pada usaha yang sama (dagang dan ojek motor), melakukan pekerjaan lain dengan pendapatan yang lebih rendah dari pekerjaan sebelumnya, atau kehilangan pekerjaan karena terkena PHK. Walaupun orangtua mengalami penurunan penghasilan, namun tidak mengakibatkan anaknya putus sekolah, khususnya bagi anak yang bersekolah pada jenjang pendidikan dasar. Hal ini dikarenakan adanya program BOS yang menggratiskan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan adanya bantuan beasiswa. Namun untuk orangtua yang anaknya bersekolah pada jenjang pendidikan menengah, penurunan penghasilan mengakibatkan keterlambatan dalam membayar SPP atau iuran sekolah (menunggak), bahkan ada anaknya yang putus sekolah. Di lain pihak adanya program beasiswa untuk sekolah menengah cukup membantu meringankan beban orangtua dalam membiayai pendidikan anaknya. 6 D. SARAN KEBIJAKAN Beberapa alternatif kebijakan yang disarankan dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari krisis keuangan global adalah sebagai berikut. 1. Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk lebih meningkatkan daya tarik investasi bagi investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Peningkatan investasi akan berimplikasi terhadap peningkatan lapangan pekerjaan yang diharapkan akan mengurangi pengangguran dan sekaligus akan meningkatkan pendapatan negara. Pemerintah dan pemda perlu melakukan pemberian akses informasi yang lebih luas terkait bisnis global supaya masyarakat lebih siap menghadapi dampak lanjutan dari krisis. Di samping itu Pemerintah dan Pemda perlu menetapkan kebijakan perluasan pasar dalam negeri supaya tingkat produktivitas komoditas yang terkena dampak tetap terjaga. 2. Pemerintah dan Pemda agar lebih memperhatikan kelompok masyarakat miskin dalam melaksanakan program-program pendidikan. Programprogram yang sudah berjalan selama ini seperti bantuan biaya operasional sekolah dan pemberian beasiswa perlu ditingkatkan alokasi anggarannya untuk mengantisipasi inflasi dan meningkatnya kemiskinan. Di samping itu Pemerintah dan Pemda perlu mengalokasikan dana tanggap darurat dalam pos bantuan sosial atau pos lainnya untuk mengatasi berbagai kendala pendidikan yang tidak/belum bisa diperkirakan sebelumnya (krisis ekonomi, bencana banjir, longsor, gempa, kebakaran, atau lainnya). 3. Mengingat keterbatasan anggaran pemerintah, maka pengalokasian anggaran harus menekankan target yang akan dicapai (penajaman prioritas) dan dilakukan secara efisien. Untuk keperluan tersebut sharing pendanaan antara Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota mutlak diperlukan. 7 4. Pemerintah dan Pemda perlu meningkatkan bantuan pada jenjang pendidikan menengah khususnya bantuan bagi siswa miskin karena kuota beasiswa yang ada saat ini tidak mencukupi. Dengan adanya penurunan pendapatan orangtua karena krisis global jumlah siswa miskin terus bertambah, tidak sebanding dengan kuota beasiswa yang dialokasikan. ---000--- 8