View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Solidaritas
1. Pengertian Solidaritas
Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim (1858-1917) dalam
mengembangkan teori sosiologi. Durkheim (dalam Lawang, 1994:181) menyatakan bahwa
solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang
didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu
dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai
moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan
melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
2. Jenis-jenis Solidaritas
Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas
positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan
dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan
berdasarkan ciri-ciri:
a.Yang satu mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara. Pada
solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari masyarakat, karena individu
tergantung dari bagian-bagian yang membentuk masyarakat tersebut.
b.Solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang berbeda dan khusus,
yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat
tersebut hanyalah satu saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan
yang sama, namun perlu dibedakan
c. Dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga, yang akan memberi ciri
dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu
merupakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan
fungsinya dalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat
berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama
masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan
masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk
solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern.
Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan
masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan
bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:
a. Solidaritas Sosial Mekanik
Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu
boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan hanya sekedar
mahluk kolektif. Jadi masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.
Argumentasi Durkheim, diantaranya pada kesadaran kolektif yang berlainan dengan
dari kesadaran individual terlihat pada tingkah laku kelompok. Bilamana orang
berkumpul untuk berdemonstrasi politik, huru-hara rasial atau untuk menonton
sepakbola, gotong royong dan sebagainya, mereka melakukan hal-hal yang tidak
mungkin mereka lakukan jika sendirian. Orang melakukan perusakan dan merampok
toko-toko, menjungkirbalikan mobil, atau menunjukkan sikap kepahlawanan, kegiatan
religius, semangat pengorbanan yang luar biasa, semuanya dianggap musatahil oleh yang
bersangkutan.
Solidaritas mekanik tidak hanya terdiri dari ketentuan yang umum dan tidak
menentu dari individu pada kelompok, kenyataannya dorongan kolektif terdapat dimanamana, dan membawa hasil dimana-mana pula. Dengan sendirinya, setiap kali dorongan
itu berlangsung, maka kehendak semua orang bergerak secara spontan dan seperasaan.
Terdapat daya kekuatan 3ocial yang hakiki yang berdasarkan atas kesamaan-kesamaan
3ocial, tujuannya untuk memelihara kesatuan 3ocial. Hal inilah yang diungkapkan oleh
hukum bersifat represif (menekan). Pelanggaran yang dilakukan individu menimbulkan
reaksi terhadap kesadaran kolektif, terdapat suatu penolakkan karena tidak searah dengan
tindakan kolektif. Tindakan ini dapat digambarkan, misalnya tindakan yang secara
langsung mengungkapkan ketidaksamaan yang menyolok dengan orang yang
melakukannya dengan tipe kolektif, atau tindakan-tindakan itu melanggar organ hati
nurani umum.
b. Solidaritas Sosial Organik
Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam
pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala
pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial
yang bersifat umum. Titik tolak perubahan tersebut berasal dari revolusi industri yang
meluas dan sangat pesat dalam masyarakat. Menurutnya, perkembangan tersebut tidak
menimbulkan adanya disintegrasi dalam masyarakat, melainkan dasar integrasi sosial
sedang mengalami perubahan ke satu bentuk solidaritas yang baru, yaitu solidaritas
organik. Bentuk ini benar-benar didasarkan pada saling ketergantungan di antara bagianbagian yang terspesialisasi.
Kesadaran kolektif pada masyarakat mekanik paling kuat perkembangannya pada
masyarakat sederhana, dimana semua anggota pada dasarnya memiliki kepercayaan
bersama, pandangan, nilai, dan semuanya memiliki gaya hidup yang kira-kira sama.
Pembagian kerja masih 4ocial4s rendah, tidak menghasilkan heterogenitas yang tinggi,
karena belum pluralnya masyarakat. Lain halnya pada masyarakat 4ocial4, yang
merupakan tipe masyarakat yang 4ocial4stic, orang merasa lebih bebas. Penghargaan
baru terhadap kebebasan, bakat, prestasi, dan karir individual menjadi dasar masyarakat
4ocial4stic. Kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai hilang. Pekerjaan orang menjadi
lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda dalam
kepercayaan, pendapat, dan juga gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin
beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada umumnya.
Heterogenitas yang semakin beragam ini tidak menghancurkan solidaritas 4ocial.
Sebaliknya, karena pembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalam
masyarakat merasa semakin tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan
spesialisasinya.
Secara singkat perbedaan solidaritas mekanik dan organik bisa dilihat melalui tabel
di bawah ini:
Solidaritas Mekanik
Solidaritas Organik
Pembagian kerja rendah
Pembagian kerja tinggi
Kesadaran kolektif kuat
Kesadaran kolektif rendah
Hukum represif dominan
Hubungan restitutif dominan
Individualism rendah
Individualism tinggi
Secara relative saling ketergantungan
Saling ketergantungan yang
rendah
tinggi
Bersifat primitive atau pedesaan
Bersifat industrial-perkotaan
Tabel 2.1. Perbedaan Solidaritas Organik dan Mekanik
3. Solidaritas dalam Perusahaan
Dengan mengacu pada konsep solidaritas dari Emile Durkheim, solidaritas dalam
perusahaan merupakan bentuk dari solidaritas organik dimana pembagian kerja jelas dan
kompleks. Meskipun demikian, tetap terdapat ketergantungan satu sama lain yang berbeda
pekerjaan dan spesialisasinya.
Solidaritas yang ingin dibangun dalam suatu perusahaan adalah solidaritas yang
hasllnya positif. Karena Durkheim menekankan adanya pengalaman emosional dalam
solidaritas, maka tidak selamanya solidaritas bersifat positif. Hal ini bisa terjadi apabila
hubungan emosional yang terbentuk terlalu dalam dan mengikis sikap profesionalisme
sehingga bisa mengganggu kinerja dalam perusahaan.
Solidaritas yang positif dalam sebuah perusahaan merupakan solidaritas dalam
mencapai tujuan perusahaan.
B. Hubungan Internal dan Komunikasi Karyawan
1. Hubungan Internal
Hubungan terpenting dalam organisasi adalah hubungan dengan karyawan disemua
level. Istilah publik internal dan publik karyawan mengacu pada baik itu manager maupun
orang-orang yang menjadi bawahannya.
Publik ini merupakan sumber daya terbesar dalam organisasi. Menurut Smith, mantan
direktur komunikasi korporat General Motors dalam Cutlip (2010:254) ada dua faktor yang
mempengaruhi komunikasi internal :
1. Manfaat dari pemahaman teamwork , dan komitmen dalam mencapai hasil yang
diinginkan. Aspek positif dari perilaku karyawan ini sangat dipengaruhi oleh komunikasi
interaktif yang efektif di seluruh organisasi.
2. Kebutuhan untuk membangun jaringan komunikasi manager yang kuat yang membuat
setiap supervisor disemua level dapat melakukan komunikasi secara efektif dengan
karyawannya.
Hubungan internal dalam sebuah perusahaan terkait dengan komunikasi organisasi.
Bungin (2006:274) menjelaskan komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia
(human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi dimana terjadi jaringanjaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung.
Sendjaja dalam Bungin (2006:274), organisasi baik yang berorientasi untuk
mencapai keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit) memiliki empat fungsi organisasi
yaitu:
1.
Fungsi Informatif
Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi mengejakan pekerjaan
secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang
mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.
2.
Fungsi Regulative
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi .
Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulative ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada pada tatanan managemen,
yaitu mereka yang memiliki kewenangn untuk mengedalikan semua informasi yang
disampaikan.
Disamping itu, mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi
atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan
pada lapis atas (position of outhority) supaya perintahnya dilaksanakan sebagaimana
mestinga. Namun, demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah bnayak
bergantung pada:
a.
Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah
b.
Kekuatan pimpinan dalam memberikan sanksi,
c.
Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus
pribadi
d.
Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
Kedua berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulative pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan
tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.
3.
Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya kenyataan ini, maka
banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada member
perintah.
4.
Fungsi Integrative
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan
dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua jenis saluran komunikasi
dalam organisasi yaitu komunikasi formal dan non formal. Komuniaksi formal dapat
berupa komunikasi tertulis dengan menerbitkan media internal yang dapat berupa
majalah, bulletin atau newsletter. sedangkan
komunikasi nonformal dapat berupa
perbincangan pribadi selama masa istirahat, dan kegiatan lain yang dapat menumbuhka
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar terhadap orgaisasi
3. Komunikasi Karyawan
Menurut Morissan (2008:206) keberhasilan komunikasi dalam organisasi sangat
ditentukan oleh tujuh hal al:
a. Kredibilitas, komunikasi dimulai dengan iklim atau situasi kepercayaan. Iklim
dibangun melalui tindakan oleh perusahaan yang menggambarkan kesungguhan untuk
melayani pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat. Penerima pesan harus
memiliki kepercayaan pada diri pengirim serta memiliki penghormatan terhadap
kompetensi pengirim pesan atas masalah yang menjadi perhatian.
b. Konteks, suatu program komunikasi harus disesuaikan dengan realita lingkungan.
Komunikasi yang efektif memerlukan lingkungan social yang mendukung.
c. Isi pesan, pesan harus memiliki makna bagi mereka yang menerimanya dan harus
sesuai dengan sistem nilai yang mereka anut. Pesan harus memiliki relevansi dengan
situasi yang dihadapi penerima pesan. Pada umumnya, orang akan memilih sejumlah
informasi yang dapat memberikan keuntungan besar bagi mereka.
d. Kejelasan, pesan harus disampaikan dengan menggunakan istilah-istilah yang
sederhana.Kata-kata harus mengandung makna yang sama, baik bagi penerima
maupun pengirimnya.
e. Kontinuitas dan konsistensi, komunikasi adalah proses yang tiada akhir. Komunikasi
memerlukan repetisi (pengulangan) untuk mencapai penetrasi.
f. Saluran, untuk menyampaikan pesan harus menggunakan saluran yang sudah mapan
(established) untuk menyampaikan pesan. Saluran yang dipilih haruslah saluran yang
digunakan dan juga dihormati oleh khalayak sasaran.
g. Kemampuan penerima, komunikasi akan menjadi sangat efektif ketika penerima
memerlukan upaya yang paling sedikit untuk memahami pesan yang disampaikan.
C. Media Internal
1. Pengertian Media Internal
Media internal merupakan salah satu bentuk komunikasi formal dalam perusahaan.
Selain media internal bentuk komunikasi formal yang lain adalah melalui komuniasi lisan
ynag bersifat dua arah yaitu dalam rapat dan pelatihan resmi yang diadakan oleh perusahaan.
Namun komunikasi lisan membutuhkan waktu yang lama dan sulit dalam menjangkau
karyawan disemua level. Oleh karenanya media internal dapat dijadikan sarana komunikasi
yang lebih efektif dan efisien dalam menciptakan solidaritas positif dalam perusahaan.Media
Internal adalah media informasi yang digunakan oleh perusahaan sebagai salah satu bentuk
komunikasi dengan karyawan. Dalam praktik Publik Relations Internal media Internal juga
sering disebut house journal. Salah satu bentuk media internal adalah majalah internal.
Effendy Onong dalam bukunya Human Relations dan Public Relations (2009:155)
mengungkapkan bahwa majalah organisasi merupakan sarana yang penting dalam kegiatan
Public Relations dalam rangka memelihara hubungan yang harmonis antara pimpinan
organisasi dengan publik internal.
Lebih lanjut Effendy menjelaskan bahwa majalah internal harus membuat para
karyawan merasa dirinya “termasuk organisasi “(belong to organization)” dan memupuk
rasa saling pengertian dan tenggang rasa antara pemimpin dengan karyawan dan
antarkaryawan dengan karyawan.
Dari rasa saling pengertian dan tenggang rasa tersebut akan timbul solidaritas
antarkaryawan yang akan berdampak positif bagi organisasi.
Selain dari Effendi fungsi media internal juga disebutkan oleh Kriyantono Rachmat
(2008: 154) sebagai berikut:
1. Memberikan dorongan untuk memperkuat komitmen memberikan yang terbaik bagi
perusahaan serta perbaikan moral kerja karyawan-karyawannya.
2. Sebagai media komunikasi yang menjembatani pihak menagemen dan karyawan,
sehingga terjadi komunikasi dua arah. Karyawan misalnya bisa memperoleh informasi
tentang strategi dan tujuan perusahaan serta informasi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik..
3. Sebagai media publikasi melalui penyampaian informasi tentang kegiatan atau apa saja
yang berkaitan dengan perusahaan kepada pihak lain.
2. Peran Media Internal
Siregar (2004:34) menjelaskan peran media corporasi al:
1. Menanamkan budaya korporasi
Berdasarkan kebiasaan, pertemuan tatap muka atau latihan lebih banya dipilih
sebagai media untuk menanamkan budaya organisasi. Namun bukan berarti media
korporasi atao organisasi tidak dapat difungsikan untuk tujuan tersebut.
Menanamkan budaya organisasi melalui media internal dapat ditempuh dengan
berbagai cara. Slogan atau simbol , misalnya , dapat dipaparkan dalam format artikel
popular. Bagaimana symbol atau slogan itu dibuat, apa makna setiap unsur dan apa
tujuannya.
2. Mempartahankan Budaya korporasi
Media korporasi dapat pula difungsikan untuk mempertahankan budaya
perusahaan. Budaya dalam perusahaan harus dipertahankan terutama apabila organisasi
telah melewati tahap awal dan memasuki mondisi yang mapan.
Media inernal dapat difungsikan untuk menyegarkan kebali penghayatan atas
nilai-nilai yang dianut
korporasi atau organisasi. Tulisan-tulisan yang menceritakan
kembali mengapa cara kerja tertentu dilakukan , mengapa kebiasaan tertentu dilakukan ,
bisa disajikan untuk tujuan tersebut.
Cara lain yang dapat ditempuh yaitu menggambarkan prestasi seseorang atau
kelompok kerja , lalu menyajikan dalam format profile feature. Dalam kisah keberhasilan
itu, secara tersirat diperlihatkan bagaimana-nilai-nilai yang dianut korporasi atau
organisasi berperan dalam keberhasilan yang dicapai.
Mempertahankan budaya organisasi melalui media internal dapat ditempuh
dengan menyajikan tulisan yang memberikan isyarat dini bahwa erosi budaya korporasi
sedang berlangsung. Sebagai peringatan dini, tulisan seperti ini selain untuk menyadarkan
kembali ingatan akan nilai-nilai yang selama ini dianut, juga berfungsi menjadi masukan
bagi pengambil keputusan , agar mengambil upaya yang sesuai.
3. Mensosialisasikan Perubahan
Sebagai media komunikasi, media internal perusahaan mempunyai posisi strategis
untuk mensosialisasikan perubahan, termasuk perubahan yang berkaitan dengan budaya
korporasi dan organisasi. Media internal yang terbit secara periodik dapat dimanfaatkan
untuk menyampaikan perubahan yang sedang atau akan terjadi.
Perubahan, baik perubahan organisasi kerja , waktu kerja, perubahan cara atau
bentuk kerja, tempat kerja, potensil mengundang masalah, terutama apabila perubahan itu
terkesan hanya menguntungkan perusahaan.
Sosialisasi perubahan sejak awal sangat membantu setiap orang untuk
mempersiapkan diri menghadapi perubahan.
4. Bentuk bentuk media Internal
Menurut Siregar (2004:112) media korporasi dapat diterbitkan dalam beberapa
format seperti newsletter, majalah, tabloid, atau surat kabar. Setiap format memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
a. Newsletter
Newsletter umumnya menggunakan kertas HVS (atau kertas berkualitas lebih
baik. Ukuran kertas yang digunaka biasanya A4 atau sedikit lebih kecil. Jumlah
halaman berkisar antara 4-12 halaman atau lebih. Newsletter bisa dijilid atau tidak.
Biasanya, newsletter lebih mudah dan lebih cepat diproduksi. Biaya produksinya
juga lebih murah.
Tulisan yang dimuat pada newsletter biasanya lebih pendek. Kalimat yang
digunakan lebih ringkas dan langsung ke pokok masalah.
Sampul depan newsletter, selain menampilkan nama media , tanggal terbit
dan nomor edisi, jga memuat daftar isi dan sebuah tulisan lengkap. Kebanyakan
newsletter tidak memuat foto. Halaman newsletter biasanya dibagi atas 2-3 kolom.
b. Tabloid
Kebanyakan menggunakan kertas Koran. Ukuran kertas yang digunakan
sekitar setengah kali ukuran kertas Koran. Sampul tabloid umumnya juga
mneggunakan jenis kertas yang sama dengan jenis kertas yang digunakan pada
halaman dalam.
Tampilan tabloid tampak lebih popular biasanya dicetak berwarna. Penataan
perwajahan tabloid merupakan paduan antara desain yang ditetapkan pada majalah
dan surat kabar. Halaman tabloid biasanya dibagi atas 3-5 kolom.Untuk media
korporasi biasanya digunakan 8-16 halaman.
c. Surat kabar
Merupakan format yang jarang dipilih untuk media korporasi. Meskipun
demikian, sejumlah korporasi menggunakan format ini bersamaan dengan format
majalah atau newsletter. Biasanya format surat kabar dipilih untuk penerbitan
mingguan.
d. Majalah
Majalah merupakan salah satu bentuk media cetak yang terbit berkala dan
dapat dinikmati lebih lama dan dicetak dengan ukuran lebih kecil dari pada koran
dan tabloid serta dijilid seperti buku.Dari segi tampilan umumnya majalah dibuat
lebih menarik dari pada surat kabar atau tabloid.
D. Penerapan Prinsip Human Relations
Menurut Abdurrahman (2001:79), istilah human relations dapat diterapkan secara luas
dalam interaksi manusia disegala bidang termasuk bidang bisnis atau perusahaan. Dalam
sebuah perusahaan, solidaritas positif terjabarkan dengan tercapainya semua prinsip-prinsip
human relations dalam sebuah perusahaan. Human Relations merupakan komunikasi
persuasive antara orang-orang yang berada dalam struktur formal untuk mencapai tujuan
Human relationship di dalam korporasi atau organisasi hanya dapat terbentuk secara baik
apabila didukung oleh komunikasi internal yang baik pula. Sebaliknya, kualitas komunikasi
internal bisa mencerminkan apakah terdapat human relationship yang baik antara pihak yang
berkomunikasi. Siregar (2004:50) memberikan batasan mengenai human relations dalam
organisasi sebagai komunikasi persuasive antara orang-orang yang berada dalam struktur
formal untuk mencapai tujuan.
Prinsip-prinsip Human Relations antara lain sebagai berikut:
1. Importance of the Individual (Pentingnya Individu)
Importance of the Individual atau pentingnya individu berarti untuk membangun human
relationship yang baik dalam suatu perusahaan sehingga tercipta solidaritas, perushaan
harus memperhatikan perasaan pegawai , mengakui dan memperhatikan kepentingannya.
2. Mutual Acceptance (Saling Menerima)
Mutual Acceptance diartikan sebagai adanya saling menerima dan memahami
antarkaryawan atau antar karyawan dan pimpinan. Pimpinan yang dipimpin dan
organisasi adalah satu badan yang harus bersatu. Mereka satu sama lain harus menerima
sebagai individu dan kelompok. Harus saling menghormati dan menghargai tugas dan
kewajiban masing-masing.
3.
Common Interest (Kepentingan Bersama)
Merupakan salah satu prinsip untuk mengutamakan kepentikan bersama diatas
kepentingan individu dalam mencapai tujuan bersama dalam perusahaan. Pimpinan,
pegawai, dan organisasi satu sama lain terikat oleh kepentigan bersama . Karena mereka
bersatu, mereka mampu untuk mencapai sukses dalam pekerjaannya, dan terjaminnya
kebutuhan tiap individu tergantung pada sukses itu.
4.
Open Communication (Komunikasi Terbuka)
Dengan adanya komunikasi yang terbuka, karyawan akan lebih mudah untuk berterusterang mengenai ide, perasaan , mengenai segala sesuatu yang mneyangkut kepentingan
bersama. Kemudian, komunikasi yang sifatnya terbuka juga akan menimbulkan
pengertian yang baik dan menghasilkan keputusan-keputusan yang tepat.
5.
Participation Officials (Partisipasi Pegawai)
Adanya pasrtisipasi seluruh karyawan akan menciptakan hasil-hasil yang efisien yang
disebabkan karena adanya keseimbangan dalam pandangan-pandangan dan solidaritas
pun akan tercapai karena segala masalah dihadapi dan dipecahkan bersama-sama.
6.
Local Identity (identitas setempat)
Local Identity berkaitan dengan bagaimana seorang karyawan diakui sehingga merasa
memiliki identitas sebagai bagian dari perusahaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan
memberikan pujian yang tepat pada seseorang, sehingga orang itu merasa bagian dari
perusahaan dimana ia ditugaskan.
7.
Local Decision (Keputusan setempat)
Dalam sebuah perusahaan menerapkan prinsip local decision berarti memberi wewenang
pada orang- orang untuk memecahkan sendiri masalah-masalah yang timbul di tengahtengah mereka.
8.
High Moral Standards (standar moral yang tinggi)
Dalam sebuah perusahaan penerapan standar moral yang tinggi sangat penting, sebab
kebenaran dan keadilan mengenai suatu tindakan dapat disebut benar dan adil bila
didasarkan pada moral dan hak-hak asasi manusia.
E. Uses and Gratifications
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan (Uses and Gratification Theory) adalah
salah satu teori komunikasi dimana titik-berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu
pemilihan pesan dan media.
Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab
dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya
menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain.
Praktisi Public Relations (PR) kerap menggunakan media massa untuk menyebarkan
pesan. Praktisi PR harus mengetahui bagaimana khalayak menggunakan media massa.
Pengetahuan ini sangat dibutuhkan agar pesan yang ditempatkan (disiarkan) dimedia massa
dapat efektif mencapai sasarannya.
Berbagai penggunaan dan pemuasan terhadap media ini dapat dikelompokan ke dalam
empat tujuan yaitu:
1. Pengetahuan
Seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui sesuatu
atau
memperoleh informasi tentang sesuatu. Hasil survey menunjukkan alasan orang
mengunakan media adalah untuk memperoleh pengetahuan.
2. Hiburan
Kebutuhan dasar lainnya pada manusia dalah hiburan dan salah satu wadah mencari
hiburan adalah media massa. Hiburan dapat diperoleh melalui beberapa bentuk yaitu :
a. Stimulasi atau pencarian untuk mengurangi rasa bosan atau melepaskan diri dari
kegiatan rutin.
b. Relaksasi atau santai yang merupakan bentuk pelarian dari tekanan dan masalah, dan
c. Pelepasan emosi dari perasaan dan energy terpendam.
3. Kepentingan Sosial
Media disini beperan untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan yang
lainnya dalam masayrakat.
4. Pelarian
Ornag menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai tapi juga sebagai bentuk
pelarian. Orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan antara mereka
dengan orang lain, atau menghindari aktivitas lain.
Versi lain dari pendekatan Uses and Gratification dikemukakan oleh Karl Erik Rosengren
(1974), yang menyatakan bahwa:
1. Kebutuhan mendasar tertentu dalam interaksinya dengan berbagai kombinasi antara
karakteristik intra dan ekstra individu dan juga dengan struktur masyarakat temasuk
struktur media menghasilkan berbagai kombinasi persoalan individu dan juga persepsi
mengenai solusi bagi persoalan tersebut.
2. Kombinasi persoalan dan solusinya menunjukkan berbagai motif untuk mencari
pemenuhan dan penyelesaian persoalan yang menghasilkan perbeddaan pola konsumsi
media dan perbedaan pola perilaku lainnya yang menyebabkan perbedaan pola
pemenuhan yang dapat memengaruhi kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu
yang sekaligus akan mempengaruhi pola struktur media dan berbagai struktur politik,
cultural dan ekonomi dalam masyarakat.
Download