BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Keorganisasian Perilaku adalah keadaan tentang suatu kebiasaan pada seseorang. Organisasi adalah sekumpulan orang yang bersatu membentuk suatu kumpulan yang dipimpin oleh seorang manajer sebagai ketua untuk memberikan arahan kepada anggotanya dalam mencapai tujuan dan misi tertentu yang ingin dicapai bersama. Jadi, Perilaku Organisasi adalah studi tentang individu dan perilaku mereka dalam konteks organisasi dalam pengaturan tempat kerja yang sesuai dengan apa yang telah mereka sepakati bersama (Latifah dan Sabeni, 2007). Perilaku organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Studi dalam bidang interdisipliner yang mencakup sosiologi, psikologi, komunikasi, dan manajemen, dan itu melengkapi studi akademis dari teori organisasi (yang difokuskan pada topik organisasi dan intra-organisasi) dan penelitian sumber daya manusia (yang lebih diterapkan dan berorientasi bisnis). Hal ini juga dapat disebut sebagai studi organisasi atau ilmu organisasi. Perilaku organisasi adalah bidang yang berkembang. Organisasi departemen penelitian umumnya merupakan bagian dari sekolah bisnis, meskipun banyak universitas juga memiliki psikologi industri dan program ekonomi industri. Bidang ini sangat berpengaruh dalam dunia bisnis dengan para praktisi 7 Universitas Mercu Buana 8 seperti Peter Drucker dan Peter Senge yang mengubah penelitian akademik menjadi bisnis praktek. Perilaku organisasi menjadi lebih penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang dan nilai budaya harus bekerja sama secara efektif dan efisien. Hal ini juga di bawah kritik meningkat sebagai lapangan untuk asumsi etnosentris dan pro-kapitalis. Selama 20 tahun terakhir, studi perilaku organisasi dan praktek telah dikembangkan dan diperluas melalui penciptaan integrasi dengan domain lainnya: 1. Antropologi menjadi prisma menarik untuk memahami perusahaan sebagai komunitas, dengan memperkenalkan konsep-konsep seperti budaya organisasi , 'ritual organisasi' dan 'tindakan simbolik' memungkinkan cara-cara baru untuk memahami organisasi sebagai komunitas. 2. Dukungan atasan : peran penting kepemimpinan di berbagai tingkat organisasi dalam proses manajemen perubahan . 3. Etika dan kepentingan mereka sebagai pilar dari visi apapun dan salah satu kekuatan pendorong yang paling penting dalam suatu organisasi. 4. Estetika: Dalam dekade terakhir lapangan muncul yang berfokus pada lingkup estetika keberadaan kita dalam organisasi, menggambar pada teori interdisipliner dan metode dari humaniora dan disiplin ilmu seperti studi teater, sastra, musik, studi visual dan banyak lagi. Latifah dan Sabeni (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor dalam perilaku keorganisasian yang dapat mempengaruhi implementasi laporan keuangan daerah, yaitu pelatihan, kejelasan tujuan, dan dukungan atasan. Dari Universitas Mercu Buana 9 ketiga faktor tersebut, faktor pelatihan dan kejelasan tujuan menjadi faktor yang selanjutnya akan dibahas dalam penelitian ini. 2.2 Pelatihan Pelatihan/training adalah suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai (Nurlela dan Rahmawati, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa training yang dimaksudkan disini adalah training/pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur, dan agar pelatihan menjadi efektif maka di dalam pelatihan harus mencakup suatu pembelajaran atas pengalaman-pengalaman, training harus menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang didalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi. Ini berarti bahwa training biasanya dilaksanakan pada saat para pekerja memiliki keahlian yang kurang atau pada saat suatu organisasi mengubah suatu sistem dan para pekerja perlu belajar tentang keahlian baru. Pelaksanaan program training dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta yang telah mengikuti training tersebut terjadi suatu proses transformasi, diantaranya dalam hal-hal berikut ini: 1. Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas 2. Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja. 3. Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut dilakukan penilaian atau evaluasi atas pelaksanaan pelatihan tersebut. Universitas Mercu Buana 10 Ada beberapa pendapat para ahli mengenai definisi pelatihan yang dikemukakan oleh Cut Zumali (2004), yaitu sebagai berikut: 1. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan bahwa training is a planned effort to facilitate the learning of jobrelated knowledge, skills, and behavior by employee. Hal ini berarti bahwa pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai. 2. Menurut Gomes (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya 3. Menurut Robbins, Stephen P, (2001:282), Training meant formal training that’s planned in advanced and has a structured format. Ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur. 4. Menurut Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy (2001:259), training is usually conducted when employees have a skill deficit or when an organization changes a system and employees need to learn new skill. Ini berarti bahwa pelatihan biasanya dilaksanakan pada saat para pekerja memiliki keahlian yang kurang atau pada saat suatu organisasi mengubah suatu system dan para perlu belajar tentang keahlian baru. Universitas Mercu Buana 11 5. Menurut Never Ending Transfusing - Application Training (NET-at), Pelatihan adalah kegiatan belajar dan praktek untuk sesuatu tujuan baik, dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan (continuously and never end) manusia, dan fitrahnya. Menurut Cut Zurnali (2004), the goal of training is for employees to master knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to apply them to their day-to-day activities. Hal ini berarti bahwa tujuan pelatihan adalah agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian dan perilaku yang ditekankan dalam program-program pelatihan dan untuk diterapkan dalam aktivitas sehari-hari para karyawan. Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang besar bagi pengembangan perusahaan. Cut Zurnali (2004) memaparkan beberapa manfaat pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003), yaitu: 1. Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar, 2. Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan teknologi baru, 3. Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas, Universitas Mercu Buana 12 4. Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi, kreativitas dan pembelajaran, 5. Menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut, 6. Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para wanita. 2.3 Kejelasan Tujuan Kejelasan tujuan (Goal Clarity) mengacu pada tujuan akhir dimana tujuan pekerjaan tersebut dijelaskan dengan teliti dan didefinisikan dengan baik, sedangkan kejelasan proses (Process Clarity) adalah keyakinan individu terhadap hasil kinerjanya (Swayer, 1992). Kejelasan peran merujuk kepada persepsi seorang individu tentang harapan dan perilaku yang berkaitan dengan peranannya (Kahn et al., 1964 dalam Hall, 2004). Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setiap kegiatan organisasinya, baik perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan baru, program penjualan produk baru, maupun perencaan anggarannya. Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, Universitas Mercu Buana 13 perusahaan harus menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan proses-proses perencanaan. A Theory of Goal Setting and Task Performance (Locke dan Latham, 1992) memperkuat argumen kebutuhan untuk menetapkan tujuan secara spesifik dan kompleks serta menyebutkan Lima Prinsip Penetapkan Tujuan : 1. Kejelasan Tujuan harus jelas terukur, tidak ambigu, dan ada jangka waktu tertentu yang ditetapkan untuk penyelesaian tugas. Manfaatnya ketika ada sedikit kesalahpahaman dalam perilaku maka orang masih akan tetap menghargai atau toleran. Orang tahu apa yang diharapkan, dan orang dapat menggunakan hasil spesifik sebagai sumber motivasi. 2. Tantangan Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat tantangan. Orang sering termotivasi oleh prestasi, dan mereka akan menilai tujuan berdasarkan pentingnya sebuah pencapaian yang telah diantisipasi. Ketika orang tahu bahwa apa yang mereka lakukan akan diterima dengan baik, akan ada motivasi alami untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan catatan sangat penting untuk memperhatikan keseimbangan yang tepat antara tujuan yang menantang dan tujuan yang realistis. 3. Komitmen Tujuan harus dipahami agar efektif. Karyawan lebih cenderung memiliki tujuan jika mereka merasa mereka adalah bagian dari Universitas Mercu Buana 14 penciptaan tujuan tersebut. Gagasan manajemen partisipatif terletak pada ide melibatkan karyawan dalam menetapkan tujuan dan membuat keputusan. Mendorong karyawan untuk mengembangkan tujuan-tujuan mereka sendiri, dan mereka menjadi berinisiatif memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di tempat lain dalam organisasi. Dengan cara ini, mereka dapat yakin bahwa tujuan mereka konsisten dengan visi keseluruhan dan tujuan perusahaan. 4. Umpan Balik (feedback) Umpan balik memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi harapan, menyesuaikan kesulitan sasaran, dan mendapatkan pengakuan. Sangat penting untuk memberikan kesempatan benchmark atau target, sehingga individu dapat menentukan sendiri bagaimana mereka melakukan tugas. 5. Kompleksitas Tugas Faktor terakhir dalam teori penetapan tujuan memperkenalkan dua persyaratan lebih untuk sukses. Untuk tujuan atau tugas yang sangat kompleks, manajer perlu berhati-hati untuk memastikan bahwa pekerjaan tidak menjadi terlalu berlebihan. Orang-orang yang bekerja dalam peran yang kompleks mungkin sudah memiliki motivasi tingkat tinggi. Namun, mereka sering mendorong diri terlalu keras jika tindakan tidak dibangun ke dalam harapan tujuan untuk menjelaskan kompleksitas tugas, karena itu penting untuk memberikan orang waktu yang cukup untuk memenuhi tujuan atau meningkatkan kinerja. Universitas Mercu Buana 15 Sediakan waktu yang cukup bagi orang untuk berlatih atau mempelajari apa yang diharapkan dan diperlukan untuk sukses. Inti dari penetapan tujuan adalah untuk memfasilitasi keberhasilan. Oleh karena itu pastikan bahwa kondisi sekitar tujuan tidak menyebabkan frustrasi atau menghambat orang untuk mencapai tujuan mereka. Penentuan tujuan adalah sesuatu yang diperlukan untuk kesuksesan. Dengan pemahaman teori penetapan tujuan, kemudian dapat secara efektif menerapkan prinsip-prinsip untuk tujuan yang akan ditetapkan. 2.4 Pelaporan Keuangan Pelaporan keuangan merupakan suatu bentuk pengungkapan informasi keuangan. Pengungkapan berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan (Ghozali dan Chariri, 2007). Tujuan pelaporan keuangan diupayakan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok tertentu saja (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2007). Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial negara. FASB mengartikan pelaporan keuangan sebagai sistem dan sarana penyampaian (means of communication) informasi tentang segala kondisi dan kinerja entitas terutama dari segi keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui Universitas Mercu Buana 16 laporan keuangan. Singkatnya, pelaporan keuangan lebih luas dari pada laporan keuangan (Bastian, 2006). Dari berbagai pengertian pelaporan keuangan yang diungkapkan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulakan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah struktur dan proses akuntansi yang menggambarkan bagaimana informasi tentang keuangan pemerintahan daerah disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial negara. Unsur-unsur di dalam informasi keuangan daerah berdasarkan PP No. 56 tahun 2005 yang dibahas dalam penelitian ini adalah LKPD dan APBD. APBD terdiri atas: 1. Anggaran Pendapatan, diantaranya a. Pendapatan Asli Daerah: pajak daerah, retribusi daerah, dan penerimaan lain-lain b. Dana Perimbangan: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAK) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) c. Lain-lain pendapatan yang sah 2. Anggaran belanja, diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Anggaran belanja digunakan untuk membiayai penyelenggaraan tugas pemerintah daerah 3. Pembiayaan, terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiyaan Peraturan mengenai APBD ditentukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang disampaikan terdiri Universitas Mercu Buana 17 dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh pemerintah daerah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 31 dan UU Nomor 1 tahun 2004. UU Nomor 1 tahun 2004 menyatakan bahwa penyampaian LKPD oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. 2.5 Pengungkapan Laporan Keuangan Wolk et al. (2004) menyatakan bahwa pengungkapan laporan keuangan berhubungan dengan keseluruhan informasi yang ada dalam laporan keuangan (financial statement) dan komunikasi tambahan yang terdiri dari catatan kaki, kejadian setelah tanggal neraca, analisis manajemen dan informasi tambahan di luar biaya historis. Pernyataan yang senada dikemukakan Stecolini (2002) dalam Budi Mulyono (2006) bahwa laporan tahunan, meskipun belum melaporkan akuntabilitas secara keseluruhan dari entitas pemerintahan, secara umum dipertimbangkan sebagai media utama akuntabilitas. Ia juga mengemukakan bahwa undang-undang yang mengatur mengenai akuntabilitas sektor publik sedang mengalami perubahan mendasar, dengan penekanan pada peranan sistem akuntansi dalam pengukuran dan pengevaluasian baik kinerja keuangan maupun pelayanan, mendorong pengungkapan dan pengkomunikasian hasil-hasil kepada stakeholder. Sebagai konsekuensinya, diberbagai Negara, pelaporan eksternal Universitas Mercu Buana 18 sedang ditransformasikan agar lebih konsisten dengan kebutuhan akuntabilitas baru. PSAP nomor 4 tahun 2005 menyatakan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain: 1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target. 2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan 3. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya. 4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. 5. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas. 6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. Laporan keuangan berfungsi sebagai sarana komunikasi antara manajemen dengan para stakeholders-nya. Kinerja keuangan, tanggung jawab (stewardship) manajer kepada pemilik dan informasi lain mengenai perusahaan disampaikan dalam laporan keuangan. Fokus utama yang seringkali menjadi perhatian Universitas Mercu Buana 19 pengguna laporan keuangan adalah informasi tentang laba. Berbagai informasi yang disampaikan di laporan keuangan akan digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan oleh penggunanya. Laporan keuangan tidak dirancang untuk mengukur nilai suatu perusahaan secara langsung tetapi informasi yang disediakan dimaksudkan untuk mengestimasi nilai perusahaan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya (FASB 1978). Informasi asimetri yang terjadi antara manajer dan pengguna laporan keuangan menyebabkan informasi mengenai prospek dan kinerja perusahaan tidak tersampaikan secara sempurna. Dalam situasi dimana pengguna laporan keuangan memiliki informasi yang lebih sedikit, pihak manajemen dapat menggunakan fleksibilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Hal itu mengakibatkan timbulnya jurang informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan para pengguna laporan keuangan. Dalam tataran normatif laporan keuangan seharusnya memiliki kualitas andal dimana terbebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan merupakan penyajian yang tulus atau jujur yang secara wajar diharapkan dapat disajikan (IAI,1999:6). Tingkat pengungkapan didalam laporan keuangan akan membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami informasi yang disampaikan. Terdapat tiga tingkatan pengungkapan laporan keuangan, yaitu: 1. Pengungkapan penuh Mengacu pada penyampaian seluruh informasi kondisi perusahaan agar stakeholder dapat membuat keputusan untuk masa mendatang. Universitas Mercu Buana 20 Informasi yang disamapaikan meliputi informasi keuangan maupun non keuangan. 2. Pengungkapan cukup Mengacu kepada informasi yang harus disampaikan terbatas hanya yang diwajibkan leh standar yang berlaku (PSAK). 3. Pengungkapan wajar Syarat-syarat pengungkapan cukup ditambah dengan informasi lain yang berpengaruh terhadap keawajaran laporan keuangan. Seperti pernyataan manajemen dan analisis laporan keuangan, komitmen perusahaan, MD&A (Management Discussion and Analysis), dan lain sebagainya. Tinggi rendahnya informasi yang disampaikan didalam laporan keuangan dapat dinilai dari tiga hal berikut: 1. Relevansi informasi, informasi yang diungkapkan di laporan keuangan seharusnya dapat digunakan untuk mengambil keputusan ekonomi penggunanya. 2. Informasi yang bersifat tambahan, penambahan informasi mengenai kinerja dan keadaan perusahaan dimana informasi tersebut sulit untuk disajikan di dalam laporankeuangan. Misalnya, informasi mengenai dampak inflasi, corporate action, penilaian wajar aktiva, masalah hokum yang dihadapi dan lain sebagainya. Universitas Mercu Buana 21 Terdapat beberapa metode dalam pengungkapan laporan keuangan yang pemilihannya tergantung pada sifat informasi dan kepentingan relatifnya. Metodemetode pengungkapan yang umum diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Bentuk dan susunan laporan formal Bentuk dan susunan laporan keuangan dapat diubah secara efektif untuk menampilkan jenis informasi tertentu yang tidak diungkapkan dalam laporan yang tradisional baik di neraca, laporan rugi laba maupun di laporan arus kas 2. Terminologi dan penyajian yang terinci Judul deskripsi yang tepat untuk pos-pos dalam laporan keuangan akan menjadi penjelas bagi pembaca. 3. Informasi parentesis Jika judul pos dalam laporan tidak cukup menjelaskan,, diperlukan definisi tambahan berbentuk parentesis (dalam tanda kurung) setelah judul laporan tersebut. 4. Catatan kaki Catatan kaki digunakan untuk menyajikan data kuantitatif yang terinci yang tidak cukup signifikan untuk dicantumkan dalam tubuh laporan, tapi data ini disajikan dalam bentuk daftar pelengkap, antara lain : a. Kebijakan akuntansi dan perubahan akuntansi b. Hak kreditor untuk didahulukan c. Aktiva kontinjen dan kewajiban kontinjen Universitas Mercu Buana 22 d. Pembatasan pada pembayaran dividen e. Hak-hak pemegang equitas f. Dan lain-lain 5. Laporan dan data pelengkap Data keuangan diikhtisarkan dan disajikan dalam laporan secara ringkas dan untuk dapat lebih dimengerti oleh pembaca sebagaian informasi yang terinci dan signifikan harus dikeluarkan dari laporan dan disajikan dalam daftar pelengkap. Daftar ini kadang dimasukkan dalam catatan kaki dan kadang dalam satu bagian setelah laporan dan catatan kaki 6. Laporan Auditor Laporan ini bertujuan mengungkapkan jenis-jenis informasi berikut : a. Dampak materil dari penggunaan metode akuntansi yang berbeda dengan yang lazim b. Dampak materil dari perubahan satu metode ke metode akuntansi yang lazim lainnya. c. Perbedaan pendapat antara auditor dan klien mengenai kelaziman suatu metode akuntansi yang digunakan dalam laporan. 7. Pembahasan dan analisis manajemen serta surat direktur utama Hal-hal yang dapat diidentifikasi manajemen a. Hasil-hasil arbiter yang disebabkan oleh konvensi pembagian operasi yang kontinyu menjadi periode-periode akuntansi yang tetap Universitas Mercu Buana 23 b. Estimasi, pertimbangan, dan asumsi yang mereka gunakan dalam pelaporan keuangan. c. Ketidakpastian yang signifikan yang mendasari estimasi atau asumsi. 2.6 Transparansi Menurut Mardiasmo (2006:1-17), transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak–pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi lainya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak– pihak yang berkepentingan. Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi (Shende dan Bennett, 2004). Sementara itu, Mohamad dkk. (2004) menyatakan bahwa esensi dari demokrasi adalah akuntabilitas, sedangkan esensi dari akuntabilitas adalah keterbukaan (transparansi). Transparansi pertanggungjawaban dan akuntabilitas pemerintah keuangan daerah adalah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui informasi tersebut. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka Universitas Mercu Buana 24 penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan bahwa asas umum pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut: 1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. 2. Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundangundangan. 4. Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program dengan arget yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil. Universitas Mercu Buana 25 5. Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. 6. Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah. 7. Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasluasnya tentang keuangan daerah. 8. Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 9. Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanannya dan atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif. 10. Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional. 11. Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Universitas Mercu Buana 26 Kemudahan dalam mengakses informasi yang dimiliki oleh pemerintah merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara transparansi dan isu-isu mengenai etika, korupsi, penyimpangan administrasi dan akuntabilitas (Piotrowski dan Bartelli, 2010). Transparansi merupakan salah satu prasyarat akuntabilitas administratif kepada publik. Transparansi merupakan salah satu elemen kunci di dalam good governance yang berupa penjaminan akses dan kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pengelolaan keuangan publik. Keterbukaan informasi diharapkan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan pemerintah dibuat berdasarkan pada preferensi kebutuhan publik. Menurut Asian Development Bank (1999) dalam Arifianto (2005) transparansi dalam pengambilan keputusan pemerintah dan pelaksanaan kebijakan publik dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu mencegah korupsi oleh aparat pemerintah. Folscher (2000) mengungkapkan beberapa keuntungan dari adanya transparansi: 1. Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan kontribusi pada stabilitas fiskal dan makro ekonomi sehingga penyesuaian-penyesuaian dikemudian hari dapat diminimalisir. 2. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Legislatif, media dan masyarakat dapat melaksanakan fungsi kontrol terhadap pemerintah lebih baik jika mereka mempunyai informasi tentang kebiijakan, pelaksanaan kebijakan dan penerimaan atau pengeluaran pemerintah. Universitas Mercu Buana 27 para pejabat publik akan berlaku lebih bertanggungjawab jika keputusan yang diambil dilakukan secara terbuka atau transparan untuk publik dan dapat mencengah adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. 3. Transparansi dapat meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan membangun hubungan sosial yang lebih erat, misalnya masyarakat dapat memahami kebijakan pemerintah dan bahkan mendukung kebijakan tersebut. 4. Meningkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi lebih banyak. Prinsip transparansi dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu komunikasi kepada publik oleh pemerintah dan hak masyarakat untuk mengakases informasi. Keduanya dapat terpenuhi apabila pemerintah bersedia untuk terus memperbaiki kinerjanya menuju pemerintahan dan tata kelola yang lebih baik. Media juga memiliki peran yang penting bagi transparansi pemerintah. Perannya dapat diartikan sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi kepada publik maupun untuk menjelaskan berbagai informasi yang relevan dan juga sebagai “watchdog” atas setiap tindakan pemerintah terhadap perilaku menyimpang dari otoritas pemerintahan. Universitas Mercu Buana 28 2.7 Prinsip Transparansi : Definisi, Indikator & Alat Ukurnya Transparansi ditandai dengan adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik (Meutiah, 2012:151)). Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Komunikasi publik menuntut usaha afirmatif dari pemerintah untuk membuka dan mendiseminasi informasi maupun aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang, juga, dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasiinformasi yang mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan menghasilkan data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi professional, bukan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan keputusankeputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut. Peran media juga sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan berbagai informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” atas berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi. Jelas, media tidak akan dapat melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan pers, Universitas Mercu Buana 29 bebas dari intervensi pemerintah maupun pengaruh kepentingan bisnis. Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-lebihan dari masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu, kewajiban akan keterbukaan harus diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup kriteria yang jelas dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang mereka berikan dan pada siapa informasi tersebut diberikan. Tetapi secara ringkas dapat disebutkan bahwa, prinsip transparasi paling tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti : 1. mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses-proses pelayanan publik 2. mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam sektor publik. 3. mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani Keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik, pada akhirnya akan membuat pemerintah menjadi bertanggung gugat kepada semua stakeholders yang berkepentingan dengan proses maupun kegiatan dalam sektor publik. 2.8 Transparansi Keuangan Daerah Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta Universitas Mercu Buana 30 hasil-hasil yang dicapai (Mardiasmo, 2006:1-17). Prinsip Transparansi memiliki 2 aspek, (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Menurut Schiavo-Campo and Tomasi (1999) yang dikutip Mardiasmo (2006) pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan (opennes) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami. Transparansi dapat dilakukan apabila ada kejelasan tugas dan kewenangan, ketersediaan informasi kepada publik, proses penganggaran yang terbuka, dan jaminan integritas dari pihak independen mengenai prakiraan fiskal, informasi, dan penjabarannya. Masyarakat sebagai pihak yang memberi kepercayaan kepada pemerintah untuk mengelola keuangan publik berhak untuk mendapatkan informasi keuangan pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap pemerintah (Mardiasmo, 2002). Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Yani (2009), pemerintah selaku perumus dan pelaksana kebijakan APBN berkewajiban untuk terbuka dan bertanggungjawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan menyediakan informasi keuangan yang komperhensif kepada masyarakat luas termasuk informasi keuangan daerah. Universitas Mercu Buana 31 Reformasi di bidang pengelolaan keuangan daerah terus bergulir yang ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan Daerah sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah yang mendahuluinya (Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000). Hal ini merupakan upaya sinkronisasi menyusul keluarnya paket Undang-Undang pengelolaan keuangan negara (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004) dan revisi paket Undang-Undang otonomi daerah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004) serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 (Pasal 1), keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah terebut. Bila dilihat dari ruang lingkupnya, keuangan daerah meliputi kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan pengurusannya. Kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah meliputi APBD dan barang-barang inventaris milik daerah, sedangkan kekayaan daerah yang dipisahkan pengurusannya meliputi badanbadan usaha milik daerah (Halim, 2002). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur Universitas Mercu Buana 32 melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui informasi tersebut. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pesatnya kemajuan teknologi serta potensi pemanfaatannya secara luas, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan memberdayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi prinsip akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). SIKD adalah sistem informasi terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat (UU No. 33 Tahun 2004). Ini berarti bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan daerah melalui surat kabar, internet atau cara lainnya (Permendagri No.13 Tahun 2006). .Pada saat ini, Pemerintah sudah mempunyai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan (PP No. 24 Tahun 2005). Menurut Sri Wisnu (2007) persepsi adanya transparansi pada laporan keuangan dipengaruhi oleh kriteria-kriteria sebagai berikut: Universitas Mercu Buana 33 1. Pemda mempunyai sistem informasi keuangan daerah yang memungkinkan laporan keuangannya dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat, misalnya melalui internet. 2. Pertanggungjawaban laporan keuangan oleh kepala daerah kepada DPRD akhir tahun bersifat terbuka untuk masyarakat umum. 3. Laporan keuangan pemda tidak sekedar dapat diakses (diketahui/diperoleh) oleh DPRD dan auditor, tetapi juga oleh masyarakat luas. 4. Laporan keuangan yang telah diperiksa (diaudit) oleh BPK diumumkan / dipublikasikan di media masa. 5. Selain DPRD dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda), masyarakat mempunyai hak (pada tingkat tertentu) untuk mengetahui hasil pemeriksaan (audit) laporan keuangan yang telah diperiksa (auditor) independent. 6. Hasil kinerja keuangan dan non keuangan pemerintah daerah selama periode tersebut tersedia untuk umum. 2.9 Penelitian Terdahulu Banyak literatur yang menegaskan bahwa perilaku keorganisasian dan tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh dan memiliki hubungan positif dengan transparansi keuangan daerah. berpengaruh dan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil temuan Peggy Sande (2013) dan pengujian hipotesis yang telah diajukan dapat disimpulkan bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas Universitas Mercu Buana 34 pengelolaan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas pengelolaan kaeuangan daerah. Febriyani Syafitri (2012) kemudian mengmbangkan penelitian dan menemukan bahwa umur administratif pemerintahan daerah, kekayaan pemerintah daerah, dan ukuran legislatif memiliki pengarus positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan daerah, sedangkan intergovernmental revenue memiliki pengaruh negatif. Ukuran pemerintah daerah, diferensi fungsional, spesialisasi pekerjaan, rasio kemandirian kauangan pemerintah daerah dan pembiayaan utang terbukti tidak memppunyai pengaruh terhadap tingkat pengungkapak laporan keunagan pemerintah daerah. Siti Aliyah dan Aida Nahar (2012) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap ransparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah,dan Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil Sukhemi (2011) menjelaskan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap transparansi keuangan daerah. Tidak signifikannya variabel tingkat pengungkapan kemungkinan disebabkan pengguna laporan keuangan daerah belum menganggap bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan daerah yang lengkap termasuk informasi tentang Universitas Mercu Buana 35 kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target termasuk kendalanya, dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi, dan informasi tambahan lain, diperlukan dalam transparansi keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin Zul Hilmi dan Dwi Martani (2009) mencoba melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi tahun 2006-2009. Berdasarkan pengujian dan analisis dalam penelitian ini kekayaan daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan Pemerintah Provinsi. Pemerintah Provinsi memiliki kekayaan yang lebih besar yang dapat digunakan untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar. Variabel tingkat ketergantungan dan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan PemerintahP rovinsi. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis Lyna Latifah dan Arifin Sabeni (2007), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari faktor organisasional yang diuji, hanya dukungan atasan yang berpengaruh untuk meningkatkan kegunaan SAKD. Pengaruh pelatihan dan kejelasan tujuan terhadap kegunaan SAKD tidak berhasil dibuktikan. Konflik kognitif tidak berhubungan positif dengan kegunaan SAKD. Konflik afektif berhubungan negatif dengan kegunaan SAKD. Hipotesis tersebut diterima pada tingkat signifikansi 10%. Penelitian ini mendukung penelitian dari Chenhall (2004) dimana faktor konflik afektif berhubungan dengan kegunaan sistem ABCM. Hubungan tidak langsung antara faktor organisasional Universitas Mercu Buana 36 dengan kegunaan sistem yang dimediasi dengan konflik kognitif ada perbedaan yang sangat kecil. Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian terdahulu terangkum dalam table dibawah: Tabel 2.1 Penelitian Judul Penelitian Variabel Peggy Sande Pengaruh Penyajian Penyajian laporan Penyajian (2013) Laporan Keuangan keuangan daerah dan keuangan berpengaruh dan Aksesibilitas aksesibilitas laporan dan Laporan Keuangan keuangan daerah sebagai laporan Terhadap variabel independen dan berpengaruh Akuntabilitas akuntabilitas pengelolaan signifikan Pengelolaan keuangan daerah variabel terhadap akuntabilitas Keuangan Daerah dependen. pengelolaan keuangan (Studi Empiris Pada Hasil Penelitian laporan aksesibilitas keaungan positif daerah Pemerinaha Provinsi Sumatera Barat) Febriyani Analisis Pengaruh Variable Syafitri Karakteristik (2012) Pemerintah Daerah pemerintah Terhadap Tingkat tingkat adalah independen Umur administratif karakteristik pemerintahan daerah, daerah dan kekayaan pemerintah pelaporan daerah, dan ukuran Pengungkapan kauangan sebagai variable legislatif Lapoan Kuangan dependen pengarus memiliki positif Universitas Mercu Buana 37 terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan daerah Siti Aliyah dan Pengaruh Penyajian Penyajian laporan Penyajian laporan Aida Nahar Laporan Keuangan keuangan daerah dan keuangan daerah, (2012) Daerah dan aksesibilitas laporan aksesibilitas laporan Aksesibilitas keuangan daerah sebagai keuangan daerah Laporan Keuangan variabel independen dan berpengaruh positif Daerah Terhadap transparansi dan dan signifikan Transparansi Dan akuntabilitas pengelolaan terhadap ransparansi Akuntabilitas keuangan daerah variabel Pengelolaan dependen. Keuangan Daerah Kabupaten Jepara Sukhemi Pengaruh Tingkat Transparansi Keuangan Tingkat (2011) Pengungkapan Daerah Laporan variabel Keuanganterhadap sedangkan Transparansi Pengungkapan merupakan tidak berpengaruh Keuangan Daerah variabel independen. merupakan pengungkapan laporan dependen keuangan, Tingkat transparansi keuangan secara signifikan terhadap transparansi keuangan daerah. Universitas Mercu Buana 38 Amiruddin Zul Analisis Faktor- Karakteristi pemerintah, Kekayaan daerah Hilmi dan Dwi Faktor yang kompleksitas berpengaruh positif Martani Mempengaruhi pemerintahan dan hasil terhadap tingkat (2009) Tingkat audit sebagai variabel pengungkapan laporan Pengungkapan independen dan tingkat keuangan Pemerintah Laporan Keuangan pengungkapan sebagai Provinsi. Variabel Pemerintah Provinsi variabel dependen tingkat ketergantungan dan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan PemerintahP rovinsi. Lyna Latifah Faktor Keprilakuan Kegunaan Sistem Hanya dukungan dan Organisasi dalam Akuntansi Keuangan atasan yang Arifin Sabeni Implementasi Daerah sebagai variable berpengaruh untuk (2007) Sistem Akuntansi dependen sedangkan meningkatkan Keuangan Daerah organisasional seperti kegunaan SAKD. dukungan atasan, kejelasan tujuan, dan pelatihan adalah variabel independen Universitas Mercu Buana 39 2.10 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor perilaku keorganisasian terhadap transparansi keuangan daerah. Faktor-faktor perilaku keorganisasian seperti pelatihan, kejelasan tujuan dan pengungkapan laporan keuangan menjadi variabel independen, sedangkan tranparansi keuangan daerah menjadi variabel depanden. Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel lainnya sedangkan variabel depanden merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Karakteristik daerah yang dijadikan objek penelitian adalah ukuran pemerintah daerah, tingkat kemandirian daerah, dan kompleksitas pemerintahan. Pelatihan (X1) Transparansi Keuangan Kejelasan Tujuan (X2) Daerah (Y) Pengungkapan Laporan Keuangan (X3) Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Universitas Mercu Buana