BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kinerja Keuangan
2.1.1
Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat didefinisikan sebagai hasil kerja para manajer
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka yang berhubungan
dengan pengelolaan keuangan perusahaan (Fahmi, 2006:63).
Kinerja keuangan menggambarkan keadaan atau kodisi keuangan
perusahaan yang dapat dilihat dari informasi berupa laporan keuangan (Purba,
2003:56). Hal ini sangat penting untuk mengetahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu.
Menurut Suta (2007:12) kinerja perusahaan dibagi menjadi dua yaitu
kinerja operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional adalah penentuan
secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur
organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan mewakili konsep non keuangan seperti
pangsa pasar, pengenalan produk baru, kualitas produk, efektivitas pemasaran dan
ukuran-ukuran lain dari efesiensi teknologis yang merupakan bagian dari oprasi
perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi
keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu.
10
Pemerintah melalui Departemen Keuangan telah menetapkan kriteriakriteria bagi penilaian kinerja perusahaan BUMN sesuai dengan surat keputusan
menteri keuangan No. 826/KMK.013/1992 tanggal 28 Juni 1992 menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan kinerja perusahaan merupakan penilaian terhadap
efisiensi dan produktivitas perusahaan yang dilakukan secara berkala atas laporan
manajemen dan laporan keuangan. Hasil penilaian kinerja tersebut digunakan
untuk menentukan penggolongan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan sebagai refleksi gambaran dari pencapaian keberhasilan
perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas
yang telah dilakukan. Kinerja keuangan yang dilihat berdasarkan laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen akan memberi arti pada saat dianalisis
terhadap pelaksanaan kinerja yang telah dilakukan.
Dari hasil analisis tersebut nantinya akan dapat diketahui tingkat kesehatan
perusahaan dan juga dapat diketahui kelemahan maupun prestasi yang dimiliki
oleh perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan akan dapat
menggunakannya sebagai bahan dalam pengambilan keputusan.
2.1.2. Tujuan Kinerja Perusahaan
Munawir (2002:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja
keuangan perusahaan adalah :
a. Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
b. Mengetahui tingkat solvabilitas
11
Menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangannya apabia perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangna jangka
pendek maupun jangka panjang.
c. Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d. Mengetahui tingkat stabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutanghutangnya tepat pada waktunya.
2.1.3. Pengukuran Kinerja Keuangan
Menurut Hanafi (2010:76) ada tiga macam ukuran yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja yaitu:
a. Ukuran Kriteria Tunggal
Ukuran kriteria tunggal (single criteria) adalah ukuran kinerja yang hanya
menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kelemahan
apabila kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja yaitu orang
akan cenderung memusatkan usahanya pada kriteria pada usaha tersebut
sehingga akibatnya kriteria lain diabaikan, yang kemungkinan memiliki
arti yang sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya
perusahaan.
b. Ukuran Kriteria Beragam
12
Ukuran kriteria beragam (multiple criteria) adalah ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kriteria manajer.
Kriteria ini mencari berbagai aspek kinerja manajer, sehingga manajer
dapat diukur kinerjanya dari beragam kriteria. Tujuan penggunaan
beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan
usahanya kepada berbagai kinerja.
c. Ukuran Kriteria Gabungan
Ukuran kriteria gabungan (composite criteria) adalah ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran, untuk memperhitungkan bobot
masing-masing ukuran dan menghitung rata - ratanya sebagai ukuran yang
menyeluruh kinerja manajer. Kriteria gabungan ini dilakukan karena
perusahaan menyadari bahwa beberapa tujuan lebih penting dibandingkan
dengan tujuan yang lain, sehingga beberapa perusahaan memberikan bobot
angka tertentu pada beragam kriteria untuk mendapatkan ukuran tunggal
kinerja manajer.
2.1.4. Laporan Keuangan sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan
Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu
tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang
menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam
periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
13
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya
sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut IAI (2007) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
“memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat
keputusan
(stewarship)
ekonomi
manajemen
atas
serta
menunjukkan
penggunaan
pertanggungjawaban
sumber-sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka.”
Melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya
aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan
merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan.
Laporan keuangan menjadi dasar bagi investor untuk membuat keputusan
apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi mereka. Sesuai seperti
yang diungkapkan oleh IAI, laporan keuangan digunakan dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan. Hasil dari kinerja keuangan perusahaan mencerminkan
seberapa sehat perusahaan itu. Analisis kinerja keuangan perusahaan juga dapat
membantu para investor dalam pengambilan keputusan selain itu informasi
mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
manajemen.
Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu
ukuran atau tolok ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio
14
atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan
dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio
masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama.
Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain yang sejenis.
2.2.
Analisis Rasio Keuangan
2.2.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:80) bahwa analisis rasio keuangan
menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang
menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita
hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri. Dalam hubungannya
dengan keputusan yang diambil oleh perusahaan, analisis rasio ini bertujuan untuk
menilai efektifitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka
menjalankan aktivitas usahannya.
Menurut Prihadi (2008:4) kebutuhan analisis ratio bagi manajemen adalah:

Pengukuran kinerja manajerial

Pemberian informasi kepada pemegang saham.
Tentu saja jenis ratio yang digunakan akan berbeda antara pengukuran manajerial
dengan informasi kepada pemegang saham.
15
2.2.2. Keuntungan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2008:49) analisis rasio yang digunakan dalam penilaian
kinerja memiliki beberapa keuntungan yaitu:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan;
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score);
5. Menstandarisir size atau ukuran perusahaan;
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series;
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
Menurut Syahyunan (2004) dalam Sihombing (2010:12) ada beberapa
keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan :
1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang
dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang
berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian
persediaan.
16
3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi
oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil
manipulasi
4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil
manipulasi.
Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama pemakai laporan
keuangan menurut Brigham dan Houston (2010:161) adalah sebagai berikut:
a)
Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis,
mengendalikan, dan kemudian meingkatkan operasi perusahaan.
b)
Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat
obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan
c)
Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, resiko, dan prospek
pertumbuhan perusahaan
Menurut Nainggolan (2004:68) ada beberapa rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan dimana rasio tersebut juga digunakan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Debt to Equity Ratio (DER)
Merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung
melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt equity ratio adalah
instrumen untuk mengetahui kemampuan akuitas atau aktiva bersih suatu
perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan
17
total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak luar (kreditur). Semakin tinggi DER juga menunjukkan
bahwa semakin besar persentase modal asing yang digunakan dalam
operasional perusahaan, atau semakin besar DER juga menandakan
struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang
relatif terhadap ekuitas. DER semakin tinggi menunjukkan semakin
besarnya proporsi hutang terhadap ekuitas, sehingga mencerminkan resiko
perusahaan yang relatif tinggi dan resiko yang ditanggung investor juga
akan semakin tinggi. Pada akhirnya investor akan menghindari saham
perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Jadi semakin tinggi DER
maka akan mengurangi minat investor akan saham perusahaan tersebut,
sebaliknya apabila DER perusahaan tersebut semakin rendah maka para
investor akan semakin meminati saham perusahaan tersebut dan otomatis
akan menaikan harga saham perusahaan tersebut.
Rumus DER sebagai berikut:
Total Hutang
DER =
x 100%
Modal
2. Earning Per Share (EPS)
Rasio ini mengambarkan jumlah laba yang dihasilkan perusahaan untuk
tiap saham yang diterbitkan. Laba per saham merupakan alat ukur yang
berguna untuk membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang
berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu
jika terjadi perubahan dalam struktur modal. Laba per saham telah sejak
18
dulu dihitung dan digunakan oleh para analis keuangan. Perhitungan laba
per saham yang mengarah ke masa depan mencoba memberikan informasi
mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang.
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor
akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi
dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah.
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per
lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk
melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat. Jadi semakin tinggi earning per share suatu
perusahaan maka akan semakin tinggi pula harga saham perusahaan
tersebut.
Rumus EPS sebagai berikut:
Laba Bersih
EPS =
Jumlah saham beredar
19
3. Return on Investment (ROI)
Menerut Prastowo dan Juliaty (2008:90) ROI dapat mengukur tingkat
pengembalian
investasi
yang
telah
dilakukan
oleh
perusahaan
menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan
mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas
perusahaan
karena
menunjukkan
efektifitas
manajemen
dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Semakin besar
pendapatan perusahaan tersebut maka semakin besar kemungkinan
pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Dengan mengetahui
besarnya return on investment suatu perusahaan maka para investor juga
akan mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian dividen yang akan
diterima sehingga saham perusahaan tersebut diminati oleh para investor.
Jadi semakin tinggi return on investment perusahaan tersebut maka para
investor semakin tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut dan
secara otomatis harga saham perusahaan tersebut juga akan meningkat.
Rumus ROI sebagai berikut:
Laba Bersih
ROI =
x100%
Total Aset
20
4. Return on Equity (ROE)
ROE menunjukan
berapa besar laba yang diperoleh perusahaan dan
menjadi hak pemegang saham sebagai imbalan penyetoran sejumlah
equitas (Djohanputro, 2008:26). Rentabilitas modal sendiri (ROE) dalam
hal ini adalah pengembalian atas ekuitas saham biasa digunakan untuk
mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham.
Investor memandang bahwa return on equity merupakan indikator
profitabilitas yang penting, karena return on equity merupakan indikator
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka melakukan
tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para
pemilik modal. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa
return on equity adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk
melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa
yang akan datang. Atau dengan kata lain, dengan return on equity yang
tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang
besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini akan berdampak pada
peningkatan harga saham.
Rumus ROE sebagai berikut:
Laba bersih
ROE =
x 100%
Modal
21
2.3.
Saham
2.3.1. Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) (pada situs bursa efek Indonesia).
Husnan dan Pudjiastuti (2002:303) menyebutkan bahwa sekuritas (saham)
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Saham memberikan
indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak
menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2.3.2
Keuntugan dan Resiko Saham
Menurut buku panduan pemodal oleh BEI (2008:3) keuntungan yang
diberikan oleh saham adalah berupa dividen dan capital gain. Dimana deviden
merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham
sedangkan capital gain adalah keuntungan dari hasil jual beli saham berupa
keuntungan nilai jual dari nilai beli saham. Selain keuntungan yang di peroleh,
saham juga mempunyai resiko sebagai berikut:
a)
Capital loss
22
Merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu kondisi dimana harga
jual saham lebih rendah dibandingkan dengan harga beli.
b)
Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan
atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini klaim dari pemegang
saham mendapat perioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan
dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih
terdapat sisa tersebut dibagi secara proposional kapada selutuh pemegang
saham. Namu jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka
pemegang saham tidak mendapatkan apa-apa.
2.3.3
Jenis-jenis Saham
Menurut Darmadji (2006:7) dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih
atau klaim, maka saham terbagi atas:
1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya
pada posisi yang paling junior dalam pembagian deviden dan hak atas
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa mendatangkan hasil
seperti yang dikehendaki investor.
2.3.4
Harga Saham
Harga saham menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar
modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap
investor untuk penyertaan dalam perusahaan.
23
Menurut Anaroga (2006:59) harga pasar (market price) merupakan harga
pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena
merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika
pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price). Naik
turunnya harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para
investor.
Harga saham yang terjadi merupakan konsensus yang terjadi di pasar
keuangan terhadap prospek dan risiko perusahaan di masa mendatang. Harga
tersebut mencerminkan informasi besarnya aliran kas, timing, risiko, dan lainnya
yang dianggap relevan oleh investor.
2.3.5
Estimasi Harga Saham
Menurut Samsul (2006:166) terdapat beberapa pendekatan untuk
mengestimasi harga saham, yaitu :
1. Price Earning Ratio
Menurut pendekatan price earning ratio (PER), harga saham dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu laba per saham dan tingkat risiko investasi atas suatu
saham yang disebut rasio.
2. Siklus Ekonomi
Dalam siklus ekonomi, akan tampak gerakan awal dari kenaikan indeks
harga saham gabungan. Pada periode berikutnya akan terjadi gerakan
kenaikan harga saham secara terus menerus selama beberapa bulan, dan ini
akan berlangsung selama beberapa tahun sampai mencapai siklus
prosperity.
24
3. Price Book Value Ratio
Price Book Value Ratio (PBR) adalah suatu metode estimasi harga saham
yang mengunakan veriabel nilai buku per saham (book value per share)
dan suatu rasio atau multipliyer.
4. Price Dividend Ratio (PDR)
Price Dividend Ratio (PDR) adalah metode estimasi harga saham yang
didasarkan pada variabel deviden tunai dan tingkat risiko.
5. Dividend Discounted Model (DDM)
Dividend Discounted Model merupakan model penghitungan harga saham
yang dilakukan dengan cara menilai tunai semua cash flow yang akan
diterima di masa datang. Cash flow disini adalah dividen tunai yang akan
diterima setiap tahun dan harga saham terakhir pada saat akan dijual
(terminal value).
2.3.6
Analisis Harga Saham
Menurut Sartono (2012:8) bahwa analisis harga saham dibagi atas dua
cara, yaitu:
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental umumnya menggunakan informasi yang berkaitan
dengan profitabilitas perusahaan baik saat ini maupun prospeknya dimasa
datang untuk mengukur nilai saham yang wajar.
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal secara implisit mengasumsikan bahwa pola perubahan
harga saham pada masa lalu akan terulang dimasa akan datang.
25
2.4.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham tercantum pada tabel 1 berikut
ini :
Tabel 1: Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
Judul
Penelitian
1.
Citra Noveli
Sitepu (2010)
Universitas
Sumatra
Utara,
Fakultas
Ekonomi,
Medan.
(Skripsi)
Pengaruh
kinerja
keuangan
terhadap
harga saham
pada
perusahaan
industri
makanan
dan
minuman
yang
terdaftar di
BEI.
2.
Victorya Elisa
Meir S.
(2011)
Universitas
Sumatera
Utara,
Medan.
(Skripsi)
Analisis
pengaruh
kinerja
keuangan
terhadap
harga saham
pada
industri
makanan
dan
minuman
Di BEI.
Sumber : Data olahan, 2012
Variabel
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Variable
independen
(X) yaitu
Debt to
Equity Ratio
(DER),
Price
Earning
Ratio (PER)
dan Return
On Equity
(ROE) dan
variable
dependen
(Y) adalah
harga
Saham.
Variabel
independen
(X) return
on asset
(ROA),
return on
equity
(ROE),
return on
sales
(ROS),
operating
profit
margin
(OPM),
economic
value added
(EVA), dan
market
value added
(MVA) dan
variable
dependen
(Y) adalah
harga saham
Pengujian hipotesis
dilakukan dengan
analisis regresi
linear berganda dan
analisis regresi
linear sederhana.
Uji statistik juga
dilakukan dengan
uji t dan uji f
(ANOVA), dimana
sebelum uji ini
dilakukannya
terlebih dahulu
dilakukan uji
asumsi klasik.
ROE berpengaruh
terhadap harga saham.
Debt Equity Ratio (DER)
dan Price Earning Ratio
(PER) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap
harga saham. Secara
simultan, Debt Equity
Ratio (DER), Price
Earning Ratio (PER), dan
Return on Equity (ROE)
berpengaruh terhadap
harga saham.
Metode penelitian
yang digunakan
adalah metode
analisis deskriptif
dan analisis regresi
linear berganda, dan
pengujian hipotesis
dilakukan dengan
pengujian
signifikansi
pengaruh secara
simultan (serempak)
dengan
menggunakan F-test
serta pengujian
signifikansi
pengaruh parsial
dengan
menggunakan t–
test.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
secara simultan
(serempak) efektifitas
operasional (return on
asset, return on equity,
return on sales, operating
profit margin, economic
value added, dan market
value added) mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Secara parsial terdapat
pengaruh positif dan
signifikan antara return
on equity dan return on
sales terhadap harga
saham. Secara parsial
terdapat pengaruh secara
positif dan tidak
signifikan antara OPM
dan MVA terhadap harga
saham. Secara parsial
terdapat pengaruh secara
negatif dan tidak
signifikan antara EVA
terhadap harga saham.
26
2.5.
Kerangka Konseptual
Menurut Djohanputro (2008:7) bahwa setiap perbaikan kinerja perusahaan
atau kinerja keuangan baru langsung tercermin pada kenaikan harga saham. Jadi,
jika kinerja keuangan membaik maka diharapkan harga saham juga akan
mengalami kenaikan. Sebaliknya, jika kinerja keuangan perusahaan mengalami
penurunan maka akan menyebabkan penurunan harga saham perusahaan tersebut
pula.
Untuk memastikan kinerja keuangan perusahaan baik atau buruk dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis rasio. Perubahan harga saham di bursa
atau pasar sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah
faktor internal perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan faktor internal
perusahaan yang dapat dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori – teori yang dikemukan
maka peneliti memilih menggunakan rasio-rasio keuangan seperti Debt to Equity
Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Return on Investment (ROI), Return on
Equity (ROE) sebagai variabel independen.
Secara sistematis, kerangka teoritis ini dapat diperlihatkan pada gambar
berikut ini:
27
Gambar 1: Kerangka Konseptual
Djohanputro (2008:7) bahwa
setiap perbaikan kinerja
perusahaan atau kinerja
keuangan baru langsung
tercermin pada kenaikan harga
saham.
A.
B.
C.
D.
Pratidina (2011) menemukan bahwa debt to
equity ratio (DER) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Sihombing (2010) yang menemukan bahwa
EPS berpengaruh signifakan terhadap harga
saham
Rijah (2008) menemukan bahwa ROI
berpengaruh kuat terhadap harga saham.
Sitepi (2010) dan menemukan bahwa return on
equity berpengaruh signifikan terhadap harga
saham
DER (X1)
EPS (X2)
ROI (X3)
HARGA SAHAM
(Y)
ROE (X4)
Sumber : Olahan, 2012
2.6.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. DER merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung
melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. DER yang tinggi
menunjukan semakin besarnya proporsi hutang terhadap equitas, sehingga
mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi. Hal ini akan
mengurangi minat investor untuk membeli saham perusahaan sehingga
harga saham akan turun. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Pratidina (2011) menemukan bahwa debt to equity ratio (DER)
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dimana diperoleh angka
28
signifikansinya sebesar 0.04 < 0.05 setelah dilakukan uji t. Hal ini berarti
bahwa Ha diterima atau debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap
perubahan harga saham. Dimana, jika DER naik, maka harga saham akan
turun. Dari penjelasan dan penelitian terdahulu di atas, maka peneliti
mengambil hipotesis :
H1 :
Debt to equity ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap harga
saham.
2. EPS merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham.
Semakin tinggi EPS yang diberikan perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk
melakukan investasi yang labih besar lagi sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat. Dan sesuai penelitian yang dilakukan oleh
Yessica (2010) yang menemukan bahwa EPS berpengaruh signifikan
terhadap
harga
saham.
sebagaimana
ditunjukkan
oleh
angka
signifikansinya sebesar 0.000 < 0.05 setelah dilakukan uji t. Hal ini berarti
bahwa H2 diterima atau earning per share berpengaruh positif terhadap
perubahan harga saham. Dari teori dan penelitan terdahulu di atas, maka
peneliti mengambil hipotesis :
H2 :
Earning per share mempunyai pengaruh positif terhadap harga
saham.
3. ROI merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian investasi yang
telah dilakukan oleh perusahaan menggunakan total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan. Dengan mengetahui seberapa besarnya return on
29
investment suatu perusahaan maka para investor juga akan mengetahui
seberapa besar tingkat pengembalian dividen yang akan diterima sehingga
perusahaan tersebut diminati oleh para investor. Penelitian yang dilakukan
oleh Rijah (2008) menemukan bahwa ROI berpengaruh kuat terhadap
harga saham. Dilihat dari koefisien determinan (KD) diketahui pengaruh
tingkat profitabilitas (ROI) terhadap harga saham sebesar 45,3% dan
sisanya 44,7 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi
yang berkaitan dengan indikator ekonomi, gerak pasar (market movement)
dan kondisi politik suatu negara. Dari hasil uji t diketahui bahwa H0 ada
pada daerah penolakan berarti H1 profitabilitas memberikan pengaruh
yang positif terhadap harga saham. Artinya, jika ROI naik, harga saham
juga akan ikut naik. Dari penjelasan dan penelitian terdahulu, maka
peneliti mengambil hipotesis yaitu :
H3 :
Return on investment mempunyai pengaruh positif terhadap harga
saham.
4. ROE mengambarkan seberapa besar sumbangan keuntungan terhadap
pemegang saham. Return on equity adalah rasio yang digunakan oleh para
investor untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan
keuntungan dimasa yang akan datang. Dengan ROE yang tinggi maka
perusahaan berpeluang memberikan pendapatan yang besar bagi
pemegang saham, hal ini akan menaikan harga saham. Dan penelitian
yang dilakukan oleh Sitepu (2010) dan menemukan bahwa return on
equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dimana return on
30
equity (ROE) memiliki t hitung 3,670 dengan nilai signifikansi 0,001 lebih
kecil dari 0,05. Dengan menggunakan tabel t, diperoleh t tabel sebesar
2,015. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung sebesar -3,670 lebih besar
dari t tabel sebesar 2,015 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dimana
artinya, ROE mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Dari
penjelasan diatas dan beberapa hasil penelitian, maka peneliti mengambil
hipotesis :
H4 :
Return on Equity mempunyai pengaruh positif terhadap harga
saham.
5. H6 : Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return on Investment,
Return on Equity secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Download