Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017 Determinan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil Trimester III di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang Susi Irianti * Abstrak Wanita hamil di Indonesia, sebagian besar dapat mengalami komplikasi selama kehamilan atau persalinannya. Salah satu intervensi yang bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir adalah melalui kunjungan K4. Di Kabupaten Pandeglang masih terdapat 34% ibu hamil yang belum melakukan K4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 ibu hamil di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sejumlah 84 ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu yang telah memeriksakan kehamilannya ke Poli Kebidanan menjadi sampel dalam penelitian ini yang diambil secara random. Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian besar kunjungan K4 yang tidak lengkap (54,8%), berusia 20-35 tahun (51,2%), paritas primipara (56,0%), pendidikan rendah (60,7%), pengetahuan kurang baik (52,2%), sikap negatif (53,6%), dan dukungan keluarga tidak mendukung (54,8%). Hasil uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ANC berhubungan secara signifikan dengan pendidikan (nilai P 0,008), pengetahuan (nilai P 0,002), usia (nilai P 0,017), dan paritas (nilai P 0,015), namun tidak berhubungan dengan dukungan keluarga dan sikap. Kesimpulan dari penelitian ini adalah angka kunjungan K4 dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, usia, dan paritas responden. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus lebih memperhatikan tingkat penddikan dan pengetahuan ibu hamil untuk memotivasi ibu dalam melakukan ANC. Kata Kunci : Kunjungan K4, ibu hamil. Abstract The Most of pregnant women in Indonesia experienced complications during pregnancy or birth. One intervention aimed for reducing morbidity and mortality of mothers and newborns is visit health facilities (K4). In Pandeglang district still have 34% of pregnant women who did not visit health facility. The purpose of this study is to determine the factors associated with pregnancy examination at obstetrics facilities at Pandeglang district. This study used crosssectional design. Counted 84 pregnant women aged 32 weeks gestation who have pregnancy examination in obstetrics facilities taken randomly. The results showed most of the pregnancy examination was less than 4 times (54.8%), respondents ages between 20 to 35 year (51.2%), primiparous parity (56.0%), have low education (60.7% ), have poor knowledge (52.2%), have negative attitude (53.6%), and does not have family support 54.8%. Statistical test results showed that the ANC significantly related to education (Pvalue 0,008), knowledge (P value 0,002), age (P value 0,017), and parity (P value 0,015), but not related with family support also attitude. The conclusion of this study is the number of pregnancy examination depends on knowledge, education, age, and parity. Midwife as health professionals should pay more attention on education level and knowledge of pregnant women to motivate mothers in the ANC. Keyword : Pregnancy examination, pregnancy woman * Prodi Kebidanan STIKes Faletehan Serang ([email protected]) 158 Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 3, Maret 2017 Pendahuluan Pemeriksaan kehamilan sangat dipengaruhi oleh faktor internal ibu hamil. Faktor internal yang mungkin muncul dari seorang ibu hamil terhadap kunjungan K4 ibu hamil antara lain seperti: usia, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga1. Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester I dan II, 2 kali pada trimester III. Idealnya ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali yaitu setiap bulan pada trimester I dan III. Pada usia kehamilan 28 sampai 32 minggu 2 kali dan 4 kali kunjungan pada usia kehamilan 36 minggu2. Pada tahun 2010 cakupan kunjungan keempat (K4) di Indonesia baru belum ada provinsi yang mencapai target. Secara nasional antenatal care di Indonesia dengan cakupan K4 sebesar (61,4%)3. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2014, jumah ibu hamil sebanyak 39,163 orang dengan cakupan K4 sebesar (84,8%)2. Dampak atau akibat ibu tidak melakukan antenatal care secara teratur adalah: tidak dapat diketahui kelainan-kelainan pada ibu dan janin, tidak dapat diketahui faktor-faktor resiko yang mungkin terjadi pada ibu, tidak dapat mendekteksi secara dini penyakit yang ada pada ibu selama masa hamil2. Data Profil Kesehatan Dinkes Pandeglang pada tahun 2014 diketahui cakupan kunjungan pertama kali (K1) ke f asilitas kesehatan adalah 90% sedangkan cakupan K4 adalah 66%, ini berarti masih terdapat 34% ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan4. Berdasarkan data yang diambil di RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2014 cakupan K1 jumlah kunjungan sebanyak 1.088 ibu hamil (57%) dan untuk cakupan K4 jumlah kunjungan sebanyak 835 ibu hamil (43%) ini berarti masih terdapat 57% ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan ulang ke Poli Kebidanan5. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kunjungan K4 adalah dengan menyediakan tempat pelayanan kesehatan yang dekat dan terjangkau, dan menyediakan program berobat gratis seperti BPJS, Jamkesmas, dan Jamkesda4. Melihat rendahnya angka kunjungan K4 khususnya di Kabupaten Pandeglang, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor– faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 ibu hamil di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang5. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan menggunakan pendekatan crosssectional. Studi seksional silang adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat (point time approach)6. Penelitian dilaksanakan di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang bulan Januari-Juni 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan ≥ 32 minggu yang telah memeriksakan kehamilannya pada bulan Januari–April ke Poli Kebidanan Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebanyak 517 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang yang diambil dengan tehnik simple random sampling. Hasil dan Pembahasan Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan usia ibu hamil, 41 responden yang berusia <20 tahun atau >35 tahun sebagian besar responden memiliki ANC tidak lengkap yaitu 28 orang (68,3%), sedangkan responden yang berusia 20– 35 tahun sebagian besar memiliki kelengkapan ANC yaitu 25 orang (58,1%). Hasil uji ChiSquare diperoleh nilai p 0,017 (p < α 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dengan kelengkapan ANC dengan nilai OR 2,991 yang berarti bahwa ibu hamil yang berusia<20 tahun atau >35 tahun berisiko 2,991 lebih besar untuk memiliki kelengkapan ANC tidak lengkap bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia 20 sampai 35 tahun. Berdasarkan paritas, hasil penelitian juga menunjukkan hampir sebagian besar responden primigravida memiliki ANC lengkap yaitu 27 orang (57,5%) dan sebagian besar responden multigravida memiliki ketidaklengkapan ANC yaitu 26 orang (70,3%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,015 (p < α 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara paritas ibu hamil dengan kelengkapan ANC. 159 Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017 Tabel 1 juga menunjukkan bahwa dari 51 responden yang pendidikan rendah, sebagian besar responden tidak lengkap dalam pemeriksaan ANC (66,7%) sedangkan dari 33 orang responden yang berpendidikan tinggi, sebagian besar memiliki kelengkapan dalam ANC (63,6%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,008 (p < α 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kelengkapan ANC, dengan nilai OR 3,500 yang berarti bahwa ibu hamil yang berpendidikan rendah berisiko 3,5 lebih besar untuk memiliki riwayat pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan variabel pengetahuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 responden yang pengetahuannya baik, melakukan pemeriksaan ANC secara lengkap (63,4%) sedangkan dari 43 responden yang pengetahuannya kurang baik sebagian besar memiliki ANC tidak lengkap (72,1%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,002 (p < α 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kelengkapan ANC. Berdasarkan sikap, Tabel 1 mengungkapkan responden yang memiliki sikap positif hampir sebagian besar memiliki kelengkapan ANC (53,8%) sedangkan responden yang memiliki sikap negatif sebagian besar memiliki ketidaklengkapan ANC (62,2%). Hasil uji ChiSquare diperoleh nilai p 0,188 (p >α 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat sikap ibu hamil dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan variabel dukungan keluarga, ditemukan dari 38 responden yang mendapatkan dukungan keluarga hampir sebagian besar lengkap melakukan pemeriksaan ANC (55,3%), sedangkan dari 46 responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebagian besar tidak lengkap melakukan pemeriksaan ANC (63,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,124 (p > α 0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kelengkapan pemeriksaan ANC. Tabel 1: Hubungan Faktor Predisposisi dengan Kelengkapan ANC Di Poli Kebidanan Kabupaten Pandeglang Variabel Predisposisi Usia 20 atau >35tahun 20 – 35 tahun Paritas Primigravida Multigravida Pendidikan Rendah Tinggi Pengetahuan Baik Kurang Baik Sikap Positif Negatif Dukungan keluarga Mendukung Tidak Mendukung Jumlah 160 Tidak Kelengkapan ANC % Lengkap % Jumlah Nilai p OR (CI 95%) 28 18 68,3 41,9 13 25 31,7 58,1 41 43 0,017 2,991 (1,223-7,316) 20 26 42,5 70,3 27 11 57,5 29,7 47 37 0,015 0,313 (0,126-0,780) 34 12 66,7 36,4 17 21 33,3 63,6 51 33 0,008 3,500 (1,398-8,762) 15 31 36,6 72,1 26 12 63,4 27,9 41 43 0,002 0,223 (0,089-0,561) 18 28 46,2 62,2 21 17 53,8 37,8 39 45 0,188 17 29 46 44,7 63,0 54,8 21 17 38 55,3 37,0 45,2 38 46 84 0,124 Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 3, Maret 2017 Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kelengkapan ANC K4 Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemeriksaan ANC. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo6, dimana semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan antenatal care6. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mugiarti7, dimana hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara usia dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan ANC di kecamatan Batealit Kabupaten Jepara tahun 2008 (p : value 0,02)7. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehinggga menambah pengetahuannya.Ibu hamil perlu mengetahui jadwal kunjungan pemeriksaan kehamilan. Pada kunjungan pertama, wanita hamil akan senang diberitahu jadwal kunjungan berikutnya. Untuk memenuhi kebutuhan ibu dibutuhkan kunjungan yang lebih sering. Hal ini tidak sesuai dengan teori Wiknjosastro9 bahwa wanita hamil yang diprioritaskan untuk mendapatkan perhatian khusus antara lain adalah wanita hamil dengan < 20 tahun dan > 35 tahun. Hal itu disebabkan karena pada ibu hamil dengan usia kurang 20 tahun dan 35 tahun ke atas berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi atau penyulit saat kehamilan maupun persalinan, yang dapat berdampak pada peningkatan angka kematian ibu dan bayi9. Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kelengkapan ANC K4 Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dan pemeriksaan ANC, dimana ibu primigravida memiliki kelengkapan ANC lebih lengkap dibandingkan dengan ibu multigravida. Hasil penelitian Hidayatun10 di Puskesmas Siwalankerto Kota Surabaya menunjukkan bahwa dari 54 responden sebagian besar adalah primigravida 35%10. Akan tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Wiknjosastro9 yang menyatakan bahwa ibu hamil dengan paritas yang lebih dari tiga juga perlu mendapat prioritas dalam pelayanan, karena pada paritas yang lebih dari tiga, komplikasi atau penyulit akan lebih mudah muncul bila dibandingkan dengan yang paritasnya kurang dari tiga. Berdasarkan uraian tersebut menggambarkan bahwa masih banyak ibu hamil yang berada di Poli Kebidanan RSU Berkah Kabupaten Pandeglang yang membutuhkan perhatian lebih, sehingga mereka dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifasnya dengan nyaman dan aman. Untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan pada ibu maupun bayi yang akan dilahirkannya, maka perlu adanya kegiatan yang lebih intensif berupa penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan keluarga berencana. Hal itu sesuai dengan yang dinyatakan oleh Notoatmodjo6 yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan penting dilakukan untuk menunjang program-program kesehatan; dalam jangka waktu pendek pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan dalam pengetahuan masyarakat, yang dalam jangka panjang dapat mengubah perilaku masyarakat6. Hubungan Pendidikan Ibu Hamil dengan Kelengkapan ANC K4 Hasil penelitian menujukkan bahwa tingkat pendidikan ibu hamil di Poli Kebidanan masih sangat rendah, sehingga akses informasi menjadi sangat terbatas bagi ibu. Pendidikan yang sangat rendah identik dengan ketidakmampuan ibu dalam menerima informasi karena pada umumnya orang yang berpendidikan rendah daya saingnya rendah, sehingga mereka cenderung tidak dapat bekerja di tempat yang memungkinkan memberikan tingkat kesejahteraan yang baik dan memungkinkan keterbukaan dengan dunia luar sehingga akses informasi dapat berjalan dengan baik. Padahal diketahui bahwa melalui pendidikan, setiap individu akan memperoleh pengetahuan, karena dalam lembaga pendidikan banyak informasi yang diperoleh. Dengan pengetahuan yang lebih baik, maka orang tersebut diharapkan dapat lebih mengembangkan diri, termasuk dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya. 161 Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan ANC K4 Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan ANC. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurlaila11, dimana hasil uji chi square didapatkan p :0,000 value yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil trimester III dalam melakukan ANC di Puskesmas Menes tahun 201311. Pengetahuan yang adekuat akan memudahkan individu dalam menerima dan menterjemahkan suatu informasi yang diberikan. Hal itu akan menimbulkan pemikiran yang positif pada individu terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo12 yang menyatakan bahwa faktorfaktor yang merupakan penyebab perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkenaan dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Kelengkapan ANC Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap ibu hamil dengan kelengkapan ANC. Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin. Hubungan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Kelengkapan ANC Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan ANC. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Effendy13 yang menyatakan bahwa Ibu yang sedang hamil sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap. Motivasi ibu dalam pelaksanaan antenatal care akan semakin teratur jika mendapat dukungan besar dari keluarga karena keluarga merupakan 162 orang yang terdekat yang dapat memberika motivasi pada proses antenatal care. Dukungan sosial suami sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukan kebahagiaan dalam kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istriya, tidak menyakiti istrinya, berdoa untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan. Simpulan dan Saran Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil di RSU Berkah Pandeglang tidak lengkap dalam melakukan ANC, terdapat hubungan antara faktor usia, paritas, pendidikan dan pengetahuan dengan kelengkapan ANC di RSU Berkah Pandeglang tahun 2015. Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah perlunya meningkatkan cakupan K4, maka dibutuhkan upaya koordinasi dalam rangka meningkatkan kemampuan bidan untuk dapat memotivasi ibu hamil, sehingga ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya secara lengkap (minimal empat kali). Diperlukan kerja sama secara lintas program dan lintas sektor dalam rangka pemahaman dukun paraji tentang fungsi kemitraan dengan bidan dalam pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan pada masyarakat yang ada di sekitarnya. Selain itu, bidan sebagai tenaga yang langsung berhadapan dengan masyarakat maupun pemberi layanan kesehatan bukan tenaga kesehatan (dukun paraji) harus memiliki kemampuan dalam memotivasi masyarakat untuk dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin dan lengkap ke tenaga kesehatan. Bidan juga dituntut memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan kemitraan bidan dengan dukun paraji, sehingga para dukun paraji dapat menjadi mitra kerja yang baik bagi bidan, dalam arti bahwa dukun paraji dapat mengirimkan pasienpasiennya ke bidan terdekat. Oleh karena itu bidan perlu mengikuti kegiatan-kegiatan formal seperti pendidikan berjenjang dan berkelanjutan, non-formal seperti pelatihan-pelatihan; baik secara mandiri maupun dengan melalui ijin belajar atau tugas belajar. Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 3, Maret 2017 Referensi 1. Prawirohardjo,S., Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. 2. Dinkes Prov.Banten. Profil Dinas Kesehatan Provisi Banten. 2013. 3. Depkes R.I. Profil Kesehatan Indonesia Jakarta. 2008. 4. Dinkes Pandeglang. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang. 2012. 5. RSU Pandeglang. Profil RSUD Berkah Kab. Pandeglang. 2014. 6. Notoadmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta. 2010. 7. Mugiarti, Ari. Hubungan Beberapa Faktor Ibu Dengan Pemeriksaan Kehamilan [K4] Di Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Oktober-Desember [Triwulan Iv] 2008.undergraduate thesis, diponegoro university. http://www.fkm.undip.ac.id. 2009. [Diakses tanggal 23 Januari 2010]. 8. Manuaba,IBG. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC. 2010. 9. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006. 10. Hidayatun , MS,. Analisis Faktor Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care di uskesmas Siwalan Kerto Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, Vol 2 No. 1 Juli 2014 : 39-48. 2014. 11. Nurlaila. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil trimester III dalam melakukan ANC di Puskesmas Menes tahun 2013. 12. Notoatmodjo. Pendidikan dan prilaku kesehatan.Rineka cipta.Jakarta. 2002. 13. Effendy, OU,. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya. 2006. 163