Tajuk Edisi 2009 PENGARUH MEDIA DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MANGGA (Mangifera mdka L) Oleh. Zulfitrr,*) Abstract The research in effect of fertilizer on growth of mangga has been conducted at Agriculture Experiment Land of Mercubuana University. The purpose of this research is to determine the media and fertilizer concentration on mangga. Randomized block experimental design is utilized in factorial treatment pattern with 3 replication. The result indicates that there isno significant difference among all the variable Keyword: fertilizer, composition medium, mangga and media *) Dosen tetap Fakultas Manajemen Agribisnis Pendahuluan Mangga merupakan salah satu komoditas yang sangat penting, baik sebagai sumber penghidupan bagi jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat diperlukan untuk produksi makanan, kue-kue, dan berbagai jenis minuman. Usaha tanaman mangga di Indonesia mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi, sebab. selain merupakan sumber devisa Negara, juga merupakan tempat te'sedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi para petani mangga, terutama di daerah-daerah sentra produksi. Maka untuk membantu para petani mangga tersebut perlu adanya pemasaran yang lancar. Di lain pihak, semakin banyak diperlukan mangga untuk bahan makanandan minuman Masalahnya sekarang adalah; anakah produksi mangga dapat d! tingkatkan untuk memenuhi kebutuhan mangga dimasa-masa mendatang. Produksi mangga dapat masih bisa di tingkatkan secara besar-besaran, jika di lakukan perkebunan melalui perluasan daerah penanamannya. Usaha-usaha untuk memperluas areal penanaman mangga dihadapkan pada berbagai masalah, terutama ketersediaan bibit yang bermutu baik, Dalam mengusahakan tanaman mangga, tujuan utama adalah untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya, baik kuantitas maupun kualitasnya. -158- Tajuk Edisi 2009 Keberhasilan tanaman mangga di samping ditentukan faktor luar (tanah, iklim dan pemeliharaan) juga faktor daiam tanaman itu sendiri (genetik) turut mengambil peranan penting. Bertanam tanaman mangga dimulai dari tahap pembibitan, dan dari tahap ini nanti akan menentukan keberhasilan tanaman. Di dalam masa pembibitan ini harus didapatkan bibit dengan akar tunggang yang lurus dan kuat karena kelak akan menjadi alat untuk mencari makan, Akar tunggang pada tanaman dewasa yang tumbuh lurus ke bawan akan dapat mengambil unsur-unsur makanan yang jauh di bawah permukaan tanah (Soeratno, 1980). Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, air tanah, dan aerasi di dalam tanah. Pada tanah yang drainasenya jelek dan permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih dari 45 cm. Hal yang sama juga akan terjadi bila permukaan tanah terlalu dalam (Siregar, dkk. 1988). Tanaman dalam pertumbuhan dan perkenbangannya membutuhkan unsur hara dalam jumlah cukup. Bila terjadi kekurangan unsur hara esensial, maka akan t terjadi gejala kekurangan unsur-unsur hara (defisiensi) pada tanaman. Untuk memperbaiki keadaan sifat fisika tanah dapat dipupuk dengan pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, maupun pupuk bokashi. Tjasadiharja (1980) mengungkapkan bahwa penggunaan media tumbuh dalam kantong plastik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bibit yang baik. Oleh karena itu untuk mendapatkan bibit yang baik faktor tumbuh dari bibit harus diperhatikan. Selanjutnya Soedarsono (1977) menyatakan bahwa untuk campuran media tumbuh haruslah yang benar-benar subur agar mampu mensuplai makanan sampai bibit tanaman siap tanam. Campuran yang biasa digunakan adalah tanah kebun yang subur (Top soil) dicampur dengan pupuk kandang. -159- Tajuk Edisi 2009 Usaha untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman selain dilakukan pemberian pupuk melalui akar dapat pula melalui daun. Pada umumnya kandungan pupuk melalui daun mengandung unsur hara mikro yang juga diperlukan oleh tanaman.walaupun dalam jumlah sedikit. Pemupukan melalui daun dengan konsentrasi yang tepat akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Penggunaan konsentrasi terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya plasmolisis yaitu keluarnya cairan sel tanaman akibat konsentrasi di luar sel terlalu tinggi (Syarief, 1989). Tinjauan Pustaka Tanaman mangga yang ber_>sa! dari biji (generatif) memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah. Tanaman yang berasal dari stek dan cangkok tidak mempunyai akar tunggang, namun akar berkembang 2-' 3 buah akar yang berfungsi seperti akar tunggang, sehingga tanaman dapat tegak dan kuat. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, terutama berkaitan dengan air dan udara dalam tanah (Sunanto, 1992). Menurut Mulyana (1982), pada tanah yang air tanahnya jarang tinggi terutama pada lereng-lereng gunung, akar tunggangnya akan tumbuh panjang dan akar-akar lateral menembus sangat dalam ke dalam tanah. Sebaliknya pada tanah liat yang air tanahnya tinggi untuk waktu yang lama dalam tiap tahunnya, akar tunggang akan tumbuh tak begitu dalam akan tetapi akar lateral berkembang dekat tanah.Tanaman mangga akan mempunyai perakaran lengkap setelah tanaman berumur 3 tahun, tetapi hal ini masih bergantung pada faktor-faktor tanah dan jenis tanaman serta pemupukannya. Pada akar mangga terdapat juga jamur mikoriza yang berperan dalam penyerapan hara tertentu, terutama Fosfor (Siregar, dkk. 1 Diawal pertumbuhannya tanaman mangga yang diperbanyak melalui biji akan membutuhkan batang utama sebelum menumbuhkan cabang- - 160- Tajuk Edisi 2009 cabang primer. Pada tanaman mangga yang diperbanyak secara vegetatif tidak didapati cabang-cabang primer (Siregar, dkk. 1988). Tanaman mangga mempunyai percabangan yang bersifat dimorphous (2 tipe percabangan). Cabang yang tumbuh vertikal disebut orthotroph, dan cabang yang tumbuh horizontal disebut plagiothroph. Percabangan orhotroph berasal dari cabang kipas (Sunanto, 1992). Pohon mangga mempunyai daun yang sederhana sekali pa<Ja batang pokok dan cabang. Orthottoph rumus daun 3/3 dan pada cabang lateral dengan rumus daun /.. Daun-daun yang muda sangat bervareasi, sedangkan warnanya tergantung dari varitas tanaman, yaitu dari hijau pucat, atau kemerah-merahan dan sampai pada merah tua. Daun-daun muda diiindungi oleh stipula pada basis dari tangkainya yang segera akan runtuh bila daun-daun telah dew?sa (Mulyana, 1982) Daun berfungsi sebagai tempat beriangsung proses fotosintesis. Hasil fotosintesis adalah karbohidrat yang jumlahnya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Termasuk kedalam faktor internal yang terpenting ialan cahaya matahari, gas C02, dan suhu udara yang menentukan suhu daun (Tjasadihardja, 1960) Mulut daun (stomata) terletak pada bagian bawah permukaan daun, jumlah mulut daun sangat bergantung pads imensitas sinai* matahari, karena mangga termasuk tanaman lindung, maka pengaturan pertumbuhan tanaman cara pengurangan daun untuk menyerap sinar matahari akan sangat menentukan pembungaan dan pembuahan. Hasil penelitian di Jati Runggo diperoleh rata-rata bahwa permukaan bawah daun mempunyai 70stomata per-mm2 (Siregar, dkk. 1988). Penyerbukan bunga mangga dibantu oleh serangga. Sebanyak 75 persen dari bunga yang menyerbuk diketahui dibantu oleh serangga Forcipomya sp, sedangkan 25 persen lagi oleh serangga lain yang didapati pada bunga. Ada tiga ordo serangga penyerbuk pada tanaman mangga, yaitu Homoptera, Hymenoptera, dan Diptera. Penyerbukan biasanya beriangsung pada pagi hari, yaitu pada jam 7.00-10.30. - 161 - Tajuk Edisi 2009 Pengamatan selanjutnya menyatakan bahwa rata-rata sebanyak 3 ekor serangga mengunjungi bunga setiap jam. Ungkungan yang lembab, dingin, dan gelap karena tajuk sudah tumbuh rapat merupakan kondisi; yang disenangi serangga tersebut. Lingkungan hidup serangga penyerbuk terutama Forcipomya sp, adalah bahan-bahan organik yang lembab dan gelap, seperti daun-daun busuk di lapangan {Siregar, dkk. 1988). Buah mangga berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji akan terlepas dari kulit buah. Buah yang demikian akan berbunyi bila digoncang (Siregar, dkk. 1988). Kehilangan buah terjadi karena adanya persaingan pengambilan atau penyerapan air dan hara antara buah muda buah dewasa dan pertumbuhan vegetatif. Buah mangga yang telah berumur 3 bulan (panjang buah 5-10 cm), pada umumnya sudah tidak akan mengalami kering dan mengeras (cherelle wilt). Buah mangga menjadi masak setelah 5-6 bulan dari proses penyerbukannya. Setiap tongkol berisi 30-50 biji kakao. Berat biji kering sekitar 0,8-1,3 gram/biji untuk jenis Forastero (Sunanto, 1992). Syarat Tumbuh Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Dengan demikian curah hujan, temperatur. dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara (Siregar, 1988). Tanaman mangga juga dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang memiliki curah hujan 1.600 - 3.000 mm/tahun atau rata-rata optimumnya sekitar 1,500 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang tahun (tidak ada bulan kering). Tanaman mangga sangat peka terhadap kekeringan yang panjang (3^4 bulan). -162- Tajuk Edisi 2009 Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman mangga itu sesungguhnya juga dipengaruhi oleh sifat fisik dari tanah itu sendiri. Untuk tanah yang berat (misalnya lempung), tanaman mangga dapat tumbuh baik jika curah hujannya 1.500 mm/tahun. Sedangkan tanah berstruktur ringan (misalnya tanah berpasir) membutuhkan curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun dan pembagiannya cukup merata sepanjang tahun. Menurut Sunanto (1992), suhu sehari-hari yang terbaik untuk tanaman mangga 3dalah sekitar 24°C-28CC, dan kelembaban udaranya konstan dan relatif tinggi yaitu sekitar 80 %. Kelembaban yang rendah akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen. Temperatur yang lebih rendah 10°C dari yang dituntut oleh tanaman mangga akan mengakibatkan gugur daun d_in mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang, Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur. Pembungaan akan lebih baik jika beriangsung pada temperatur 26°C-30°C pada siang hari dibandingkan bila terjadi pada temperatur 23°C. Demikian juga temperatur 26°C, pads malam hari masih lebiii baik pengaruhnya terhadap pembungaan daripada temperatur 23°C-30°C (Siregar, dkk. 1988). Menurut Gunanto (1992), intensitas sinar matahari yang diterima sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman mangga. Intensitas sangat berhubungan dengan kesuburan tanah. Jika keadaan tanah subur, intensitas bisa naik menjadi 70%-80%. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks Luas Daun (ILD) optimum. Hal itu dapat diperoleh dengan penataan naungan atau pohon pelindung serta penataan tajuk melalui pemangkasan. Mangga tergolong sebagai tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum (Pmax) diperoleh pada -163- Tajuk Edisi 2009 saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Penanaman tanpa pelindung saat ini giat diteliti dan diamati karena berhubungan dengan biaya tanaman maupun pemeliharaan,"Penanaman yang dilaksanakan di pagi hari pada musim hujan ternyata lebih baik hasilnya kalau sore/malam harinya hujan turun dibandingkan dengan jika hujan yang turun 2 hari kemudian (Siregar, dkk. 1988). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman mangga memiliki sifat- sifat (1) Tebal lapisan tanah (solum) minimum 90 cm dan cukup gembur, (2) banyak mengandung humus atau bahan organik, terutama pada lapisan tanah bagian atas (sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah), (3) memiliki kadar hara yang tinggi dan dalam keseimbangan yang baik, (4) memiliki pH tanah optimum 6-7,5 dan mengandung cukup udara dan air, dan (5) kemiringan tanah maksimum 40°, permukaan tanah yang miring perlu dibuat teras-teras atau sengkedan (Sunanto, 1992). Di samping faktor kemasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah faktor zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen Usaha meningkatkan kadar zat organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman mangga adalah lempung Nat berpasir dengan komposisi 30-40 persen fraksi liat, 50 persen pasir, dan 10-20 persen debu Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aeraci tanah. Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanahtanah lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 1987). Di samping faktor fisik di atas, kakao juga menginginkan solum tanah minimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung - 164- > Tajuk Edisi 2009 pertumbuhan tanaman mangga, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan mangga. Faktor kemiringan lahan sangat menentukan kedalaman air tanah. Sedemikian miring suatu areal, semakin dalam pula air tanah yang dikandungnya (Siregar, dkk. 1988). Metode Penelitian Perlakuan yang akan digunakan adalah perlakuan media dan konsentrasi Plant Catalyst 2006. Perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah penggunaan media tanam dalam polybag dengan 4 taraf perlakuan. Sedangkan faktor kedua adalah pemberian Plant Catalyst 2006 dengan 4 taraf periakuan. Adapun bentuk perlakuan dari masing-masing level adalah sebagai berikut: faktor pertama Media Tanam (M) dimana M0: Tanah (kontrol), M1 : Tanah + pupuk kandang (1:1), M2 • Tanah + pupuk kandang {1:2), M3 : Tanah + pupuk kandang (2:1). Faktor kedua Pupuk Daun (riant Catalyst 2006) {P> : P0 : Tanpa Plant Catalyst 2006, P1: Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,10 % ( 1 g/lt), P2: Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,25 % ( 2,5 g/lt), P3: Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi q,50% (5 g,jt) Dengan demikian kombinasi perlakuan dalam percobaan ini, yaitu menjadi :16 perlakuan, untuk banyaknya ulangan dalam perlakuan ini ditentukan sebanyak tiga ulangan. Jumlah tanoman seluruhnya 480 tanaman dan 384 tanaman sampel (80%). Penempatan ke enam belas kombinasi dalam petak-petak percobaan akan dilakukan secara acak menggunakan RAK. Penelitian ini akan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)dengan pola faktorial (Nazir, 1988). Modeliinier rancangan percobaan yang digunakan adalah : Yiik = M+Pi + aj + Pj + <ap)Jk +E|jh Analisa Data -165- Tajuk Edisi' 2009 Data hasil percobaan akan diolah dengan Sidik Ragam dan untuk membandingkan dua nilai tengah digunakan Uji Jarak Berganda Duncan. Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 1%(satu persen). Pelaksanaan Penelitian * Petak percobaan akan dibuat dengan ukuran 90 cm x 600 cm sebanyak 3 (tiga) buah untuk menyimpan polybag. Jarak perlakuan dibatasi dengan bambu dan jarak petak ulangan sekitar 0,5 meter, yang masing-masing dirancang untuk menggunakan pelindung paranet. Polybag yang akan digunakan berwarna hitam, ukuran 20 cm x 30 cm, dan diisi media tanam yang dicampur dengan rata, terdiri dari tanah dan pupuk kandang sapi dengan komposisi perbandingan (M0) Top Soil tanpa pupuk kandang, (M1) Tup Soil tambah pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1, (M2) Top Soil tambah pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1 : 2, (M3) Top Soil tambah pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2:1. Sebelum diisi dengan kecambah, polybag diatur dengan jarak 15 cm X 30 cm. Benih yang digunakan yaitu biji mangga varietas yang diambil dari nohon induk yang telah berumur 13 tahun. Benih mangga yang telah bersih didesinfeksi dengan fungisida (Kacide 77 WP), dengan dosis 0,2 % atau 2 gram fungisida dalam 1 liter air, kemudian benih direndam dalam larutan tersebut selama 5 menit. Segera setelah benih dipindahkan ke polybag diberi sungkup plastik putin transparan, dengan maksud menjaga kestabilan suhu. Sungkup dilepas setelah hipokotil sudah memanjang atau kotiledon sudah membuka. Adapun pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dilakukan dua kali sehari, pagi hari dan sore hari dan penyiangan gulma dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, pemupukan, pengaturan naungan. dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan bibit dilakukan setiap 2 minggu sekali dimulai 30 hari setelah tanam sampai bibit berumur 75 hari setelah tanam, dengan cara menyemprotkan larutan pupuk Plant Catalyst 2006 secara merata pada - 166- Tajuk Edisi 2009 permukaan bawah daun. Konsentrasi larutan pupuk Plant Catalyst 2006 yang digunakan masing-masing adalah konsentrasi 0,10 %, 0,25 %, dan 0,50 % sebanyak 10 ml/pohon sampai umur tanaman 60 hari setelah tanam. Pemupukan terakhir dilakukan pada saat tanaman berumur 75 hari setelah tanam sebanyak 15 ml/pohon, hal ini sejalan dengan pertambahan daun tanaman itu sendiri. Pengamatan Peubah-Deubah yang diamati sebagai parameter pengaruh perlakuan meliputi : Perakaran , Tinggi Tanaman, Diamater Batang Jumlah Daun , Bobot Basah, Bobot Kering Hasil dan Pembahasan Hasil analisis statistik secara umum untuk faktor yang diteliti, menunjukkan tidak terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan pupuk daun terhadap pertumbuhan bib!t mangqa pada tmbangan yang telah ditetapkan. Walaupun terjadi perbedaan terhadap perlakuan yang telah ditetapkan berdasarkan lata letak percobaan, tetapi nilai yang dihasilkan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap interaksi antara komposisi media tanam dan pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit mangga Panjang Akar Tunggang Berdasarkan analisis statistika, menunjukkan bahwa kombinasi antara komposisi media tanam dengan pemberian pupuk daun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tunggang bibit mangga, sedangkan pengaruh mandiri komposisi media tanam menurut Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihatpada Tabel 2 Tabel 2. Pengaruh Media Tanam terhadap Panjang Akar (cm) Tunggang BibitMangga (Mangifera indica.L) Perlakuan Rata-rata M0 70,99 69,60 69,01 70,68 M1 M2 M3 Hasil Uji Kelerangan : Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 0.05 dengan notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata. -167- Tajuk Edisi 2009 Pengaruh pupuk daun terhadap. panjang akar tunggang bibit mangga yangdihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Panjar^ (cm) Akar Tunggang Bibit Mangga (Mangifera indica.l) Perlakuan PO P1 P2 P3 Rata-rata 95,09 Hasil Uji a 95,11 a 90.53 a 92,97 a yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata Seperti teriihat pada Tabel 2 dan 3 bahwa pemberian komposisi media tanam yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk daun pada berbagai perlakuan secara mandiri, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tunggang bibit kakao yang dihasilkan, Walaupun pemberian komposisi media tanam dan pemberian pupuk daun secara mandiri, apabila dilihat dari tabel terdapat perubahan pada setiap perlakuan. Hal tersebut lebih dikarenakan oleh peran akar yang berfungsi sebagai sarana untuk menyerap nuthsi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bibit mangga. Menurut Susanto (1993), perakaran mangga akan tumbuh cepat pada bibit yang baru berkecambah, dari panjang akar 1cm pada umur 1minggu akan tumbuh menjadi 16-18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 t_:hun, semakin lama kecopatan pertumbuhan akar semakin berkurang, Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis statistika, menunjukkan bahwa kombinasi antara komposisi media tanam dengan pemberian pupuk daun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman bibit mangga, -1< TajukEdisi 2009 sedangkan pengaruh mandiri komposisi media tanam menurut Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Pengaruh Media Tanam terhadap Tinggi (cm) Tanaman Bibit Mangga (Mangifera indica.L) KMaran9an-Lilian"p-Ean raO-r-t, pe„ak-a„ yang nya.a Berdasarkan Tabel 4, bahwa komposisi media tanam secara nyata tldak membenkan pengaruh nyata berdasarkan has,l uji statistika. Akan .etapi bila dilihat dari perubahan tinggi tanaman, terliha. semakin banyak pupuk kandang dalam media tanam yang dibenkan akan membenkan rangsangan pada tanaman untuk tumbuh lebih cepat Perlakuan M1, M2 dan M3 lebih baik pertumbuhannya d,band,ng dengan perlakuan MO. Hal ini dikarenakan penambahan pupuk kandang pada media tanam dapat merangsang percepatan tinggi tanaman. Karena pupuk kandang akan mempengaruhi struktur tanah. air tanah dan aerasi di dalam tanah (Siregar, dkk. 2003). Di samping itu, tingg, tanaman juga akan terban.u dengan adanya akar-akar cabang (m_x fete**) V^g akan menghasilkan akar-akar rambut (ffM-4 yang jumlahnya sangat banyak. Pada bagian ujung akar terdapat bulu yang berfungs, untuk menghisap larutan dan garam-garam tanah yang akan membantu pertumbuhan tanaman. Pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan tanaman bibit kakao dapat dilihat pada Tabel 5. -169- Tajuk Edisi2009 Tabel 5. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Tinggi (cm) Tanaman Bibit Mangga (Mangifera indica.L) Perlakuan PO 30HSS 45HSS 60HSS 75HSS 90HSS 60.58 a 70.19 a 77.28 a 84.46 a 90.97 a P1 64.10 b 74.00 a 80.64 a 87.26 a 94.70 a P2 67.14 c 76.19 a 83.52 a 89.13 a 95.90 a 65.82 c 75.10 a 81.66 a 88.27 a 95.36 a P3 yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata periakuan yang nyata. Pada Tabel 5 teriihat, secara umum pengaruh pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit mangga. Akan tetapi terjadi perbedaan yang nyata terhadap perlekuan PO jika dibandingkan dengan perlakuan P1, P2, dan P3 pada pengamatan 30 HSS, Perbedaan ini dimungkunkan karena tersedianya nutrisi pada pupuk daun yang disemprotkan. Penyerapan pupuk melalui daun diperlukan untuk pertumbuhan bibit mangga Meskipun pemberian pupuk daun yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Akan tetapi pemberian pupuk daun dengan konsentrasi yang lebih pekat memberikan pengaruh terhadap tinggi bibit mangga (P3) jika dibandingkan dengan PO , dimana periakuan tersebut tanpa diberi pupuk daun. Perbedaan tinggi tanaman tersebut dikarenakan kebutuhan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan akar, da.i batang dapat terpenuK Menurut Winamo (1988), sebagian nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan 96 %terdiri dari bahan organik dan air, sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Dalam pupuk daun unsur mineral makro seperti Natrium, Kalsium, Chlor. Fosfor, Magnesium dan Belerang cukup tersedia dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam tanaman selanjutnya, mineral-mineral tersebut akan bersenyawa dengan zat organik lain dan ada juga yang berbentuk ion-ion bebas. - 170- Tajuk Edisi2009 Fungsi secara umum dari mineral tersebut adalah sebagai zat pembangun dan pengatur pertumbuhan tanaman. Diameter Batang Hasil uji statistik, menunjukkan tidak terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan pupuk daun terhadap diameter batang pada pertumbuhan bibit mangga, hasil Uji Beda Nyata Terkecil dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Meaia Tanam ternadap Diameter (mm) Batang Bibit Mangga (Mangifera indica.L) Perlakuan 30HSS MO 34.07 M1 M2 M3 45HSS a 39.90 33.66 b 33.39 b 34.95 b 60HSS 90HSS 75HSS a 43.64 a 46.34 a 50.21 39.59 b 43.63 b 46.40 b 50.27 b 39.25 c 43.06 c 46.01 c 49.91 c 39.85 c 43.60 d 46.31 C 49.69 c a menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata. Hasil pengujian menunjukkan semakin banyak imbangan pupuk kandang yang ditambahkan pada bibit mangga mengakibatkan diameter batang lebih kecil jika dibandingkan dengan kontrol (MO). Diameter batang yang dihasilkan antara MO dengan M3 lebih lebar jika dibandingkan dengan M1 dan M2, hal ini disebabkan dimana imbangan pupuk kandang yang ditambahkan cenderung lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan terpenuhinya nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan diameter batang pada bibit mangga. Pengaruh media tanam terhadap diameter batang bibit mangga Teriihat bahwa perlakuan MO dengan M3 diameter batang yang dihasilkan lebih lebar jika dibandingkan dengan perlakuan M1 dan M2. Menurut Lingga (1994), perubahan yang terjadi pada diameter batang yang dihasilkan disebabkan adanya kenaikan terhadap kondisi kehidupan yang berada di dalam tanah. -171- Tajuk Edisi 2009 Terutama yang berkaitan dengan organisme pengurai senyawa organik yang diperlukan oleh tanaman. Kondisi ini tentunya akan sangat membantu dalam menguraikan pupuk kandang yang diberikan untuk diuraikan melalui proses pembusukan oleh organisme tersebut. Pengecilan diameter batang pada perlakuan M1 dan M2 disebabkan oleh tingginya pemberian pupuk kandang pada media tanam. Hal ini diakibatkan oleh ketidak seimbangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dibandingkan dengan rendahnya volume tanah yang diperlukan untuk media tumbuh. Kondisi ini berdasarkan perbedaan diameter batang yang dihasilkan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit mangga yang dihasilkan (Susanto, 1993). Pengaruh pupuk daun terhadap diameter batang yang dihasilkan berdasarkan uji statistika dapat dilihat pada Tabel 7. Dan Tabel 7 teriihat, bahwa pada perlakuan P1 memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan diameter batang bibit mangga yang dihasilkan secara mandiri jika dibandingkan dengan periakuan PO, P2 dan P3. Tabel 7. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Diameter (mm) Batang Bibit Mangga (Mangifera indica.L) Perlakuan 30H3S 45HSS 60HSS 75HSS 90HSS PO 32.16 a 37.60 a Pi 34.73 a 40.52 a 44.53 a 47.31 a 50.71 a P2 34./6b 40.45 a 44.16 a 46.30 a 50.53 a P3 34.42 c 40.02 a 43.42 a 46.04 a 49.85 a 41.81 a 44.82 a 48.99 a yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata Tetapi semakin tinggi konsentrasi pupuk daun yang diberikan akan menghambat diameter batang yang dihasilkan. Pengaruh pupuk daun terhadap perubahan diameter batang bibit mangga -172- Tajuk Edisi 2009 Perlakuan P1 dan P2 memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang yang dihasilkan. Mai ini disebabkan konsentrasi pupuk daun yang diberikan kurang pekat. Menurut l.ingga (1994), apabila konsentrasi pupuk yang diberikan kurang atau melebihi takaran akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini diakibatkan terlalu pekatnya konsentrasi pupuk daun yang diberikan. Jumlah Daun Hasil analisis statistik , menunjukkan tidak terjadi interaksi antara media tanam dengan pemberian pupuk daun terhadap jumlah daun bibit mangga, sedangkan pengaruh mandiri pemberian media tanam terhadap jumlah daun berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 8. Pada Tabel 8, bahwa rata-rata nemberian media tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan. Dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi media tanam menunjukkan perbedaan nilai yang cukup signifikan. Tabel 8. Pengaruh Media Tanam terhadap Jumlah Daun (helai) Bibit Mangga (Mangifera indica.l) Periakuan 30HSS MO 34,62 a 42,54 a 46,02 a 51,59 e M1 34,62 a 42,54 a 46,29 a 51,85 b 58,08 b M2 34,62 a 41,91 a 46,29 a 51,61 b 57,64 b M3 34,62 a 40,65 a 47,11 a 51,34 b 56,68 b 45HSS 60HS3 75HSS 90HSS 57,40 a berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata periakuan yang nyata. Pengaruh pupuk daun terhadap jumlah daun bibit mangga yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9, Tabel 9. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Jumlah Daun (helai) Bibit Mangga (Mangifera indica.l) - 173- Tajuk Edisi 2009 Perlakuan 30HSS 45HSS 60HSS 75HSS 90HSS PO 34,62 a 41,60 a 46,02 a 50,06 a 55,75 a P1 34,62 a 41,91 b 46,57 a 52,12 a 58,09 a P2 34,62 a 41,91 b 46,84 a 52,35 a 58,10 a P3 34,62 a 42,23 b 46,29 a 51,85 a 57,86 a yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata. Berdasarkan Tabel 9 teriihat, bahwa konsentrasi pupuk daun yang semakin pekat secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap jumlah daun bibit mangga yang dihasilkan. Walaupun tidak terjadi pengaruh yang nyata, akan tetapi aalam pupuk daun terdapat unsur-unsur nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan daun. Pemenuhan ini terjadi karena unsur makro dan mikro yang diperlukan untuk daun tercukupi dengan adanya pemberian pupuk untuk daun. Semakin tinggi konsentrasi pupuk daun diberikan semakin baik pula jumlah daun yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran daun yang merata dengan seluruh ruang tajuk terisi daun dengan kedudukan mendekati vertikal bagian atas dan semakin mendatar pada bagian bawah. Pemberian pupuk daun akan menyebabkan penyerapan nutrisi berjalan lebih cepat, sehingga tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak mengalami kerusakan (Lingga, 1986). Keuntungan lain dengan adanya pemberian pupuk daun adalah daun tempak hijau dan tunas-tunas oaru akan tumbuh subur. Keuntungan lain adalah torpenuhii ,ya unsur nutrisi mikro yang diperlukan. Bobot Basah Menurut uji statistika , tidak terjadi interaksi antara komposisi media tanam dengan pemberian pupuk daun terhadap bobot basah bibit mangga. Pengaruh komposisi media tanam terhadap bobot basah dapat dilihat pada Tabel 10. -174- TajukEdisi 2009 Tabel 10. Pengaruh Media Tanam terhadap Bobot Basah Bibit Mangga (Mangifera indica.l) Rata-rata (g) Hasil Uji MO 119.65 a M1 129.65 a M2 124.52 a M3 126.35 a Perlakuan Keterangan : Hasil Uji 3eda Nyata Terkecil" 0,05 dengan notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata. Pada Tabel 10, bahwa perlakuan MO tanpa pupuk kandang berbeda nyata dengan M1, M2 dan M3 berdasarkan oobot basah yang dihasilkan. Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah rata-rata perlakuan secara keseluruhan. Pengaruh pupuk daun terhadap bobot basah bibit manqga dapat dilihat pada Tabel 11. Pemberian pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah bibit mangga yang dihasilkan. Berdasarkan hasil uji, perubahan niiai terjadi dikarenakan pupuk daun dalam tanaman terdispersi dalam air membentuk solute kompleks yang disebutsuspensi. Tabel 11. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Bobot Basah Bibit Mangga (Mangifera indica.l) Perlakuan Rata-rata (g) PO 113.37 P1 131.73 P2 129.77 P3 125.30 Hasil Uji Keterangan ; Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 0,05 dengan notasi berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata. Akibat pekatnya konsentrasi pupuk daun maka suspensi tersebut selanjutnya membentuk koloid sehingga mempengaruhi bobot basah bibit - 175- Tajuk Edisi 2009 mangga. Menurut Winarno (1988), dalam bentuk dispersi keloid, partikel- partikel yang ada dalam air bentuknya tidak begitu besar sehingga konsentrasi larutan tidak mengendap. Hampir semua nutrisi dan komponennya, berada dalam sistem koloid. Kebanyakan komponen dari organisme hidup seperti enzim, nutrisi, cairan semuanya terlibat dalam sistem koloid. Perbedaan terletak pada sifat fungsional tergantung partikel yang terdispersi, apakah partikelnya bersifat hidrofob atau bersifat hidrofil. Tingginya konsentrasi pemberian pupuk daun terhadap bobot basah bibit mangga. Bobot Kering Hasil uji statistik, menunjukkan tidak terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan pupuk daun terhadap berat kering bibit mangga, hasil Uji Beda Nyata Terkecil dapat dilihat pada Tabel 12. Pada Tabel 12 teriihat, bahwa perbedaan komposisi media tanam berpengaruh terhadap kadar air bibit mangga yang dihasilkan Tabel 12. Pengaruh Media Tanam terhadao Bobot Kering Sibit rridngqa (Mangifera indica.l) Perlakuan Rata-rata (g) MO 47.14 M1 50.49 M2 48.63 M3 49.39 Hasil Uji Keterangan : Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 005 dengan notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata. •Pada perlakuan MO dan M2 bobot kering bibit mangga yang dihasilkan berbeda dengan perlakuan M3 dan M1. Perbedaan ini disebabkan oleh ketersediaan unsur hara dan mineral lainnya pada setiap - 176- su;:*: Tajuk Edisi 2009 •, i komposisi media tanam. Menurut Winarno dan Aman (1981), pada media tanam yang ketersediaan unsur hara dan mineral yang cukup akan menyebabkan air mengalami difusi dan masuk kedalam bahan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan sel-sel. Persenyawaan antara atom Hidrogen dengan atom Oksigen menghasilkan molekul yang berat sebelah dan membentuk sudut 104,5°. Adanya sifat fisik dan kimia air yang berkaitan dengan daya larut dan mudahn/a mengikat unsur-unsur iain Hal ini menyebabkan komposisi kimia air tidak hanya terdiri dari unsur Hidrogen dan Oksigen saja, tetapi terdapat unsur lain seperti Kalsium, Nitrogen, Magnesium yang berasal dari unsur-unsur tanah sebagai media. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya karakteristik hidratasi yang menghasilkan kurva iso.ermik sebaoai bentuk hubungan antara kadar air bahan dengan kelembaban relatif kesetimbangan (Aw) pada keadaan suhu tertentu. Teriihat adanya perbedaan terhadap bobot kering bibit mangga yang dihasilkan. Perbedaan bobot kering bibit mangga sangat dipengaruhi oleh komposisi media tanam yang diberikan sehingga mempengaruhi kadar air yang terdapat dalam bibit mangga yang dihasilkan. Menurut Sudarmadji, dkk (1986), air dalam bahan terbagi menjadi tiga yaitu (1) Air yang diabsorpsi oleh bahan selama pertumbuhan, (2) air bebas dan (3) air terikat dalam jaringan. Air yang diabsorpsi dan air bebas tidak terikat dalam bahan sehingga mudah menguap pada saat tumbuhan melakukan metabolisme, sedangkan air terikat dalam jaringan sulit menguap. Hal ini terjadi karena pada saat metabolisme tumbuhan menjadi katalisator nutrisi yangdiperlukan oleh tumbuhan pada saat pertumbuhan. Pengaruh pupuk daun terhadap bobot kering bibit mangga yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 13. -177- Tajuk Edisi 2009 Tabel!3. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Bobot Kering Bibit Mangga (Mangifera indica.l) Rata-rata (g) Perlakuan Hasil Uji PO 45.07 P1 51.11 a P2 50.41 a P3 49.05 a a Keterangan : Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 0,05 dengan notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata. Pengaruh pupuk daun terhadap bobot kering bibit mangga yang dihasilkan tidak memberikan pengaruh nyata, bahkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami peningkatan akibat kepekatan pupuk daun yang diberikan. Menurut Lingga (198S), peningkatan bobot kenng bibit mangga yang dihasilkan dipengaruhi oleh penyerapan konsentrasi pupuk daun yang diberikan sehingga mempengaruhi metabolisme. Ketersediaan nutrisi inilah yang akan mempengaruhi peningkatan bobot kering bibit mangga. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh media tanam yang baik pada perbandingan tanah + pupuk kandang (1:1), rata-rata perlakuan terhadap panjang akar tunggang, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, bobot basah, dan bobot kei.ng jika dibandingkan dengan perbandingan tanah + pupuk kandang (1 : 2) dan (2:1) baik pada 30 HSS, 45 HSS. 60 HSS, 75 HSS dan 90 HSS 2. Pengaruh pupuk daun yang baik pada konsentrasi 0,10 %, rata-rata perlakuan terhadap diameter daun, bobot basah, bobut kering, dan tinggi tanaman, jika dibandingkan dengan konsentrasi 0,25 % dan 0,50 %, baik pada 30 HSS, 45 HSS, 60 HSS, 75 HSS dan 90 HSS. Untuk - 178- •£&&-• Tajuk Edisi 2009 jumlah daun yang baik terjadi pada konsentrasi pupuk daun 0,50 % untuk rata-rata pengamatan 3. Pengaruh media tanam yang dikombinasikan dengan pupuk daun tidak memberikan interaksi terhadap pertumbuhan bibit kakao yang dihasilkan. Daftar Pustaka Anonim. 1992. Pusat Penel't'an dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Vol. XXIII. No. 4, hal 18. Darmawan, J dan Justika B. 1983. Dasar-dara Ilmu Fisiologi Tanaman, Hardjowigeno. 1989. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Cet 5 hal 7. Inr'rarada. 1989. Pengelohan Kpsubur^n Tanah Bina Ak-_rra. Jakarta Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Cec.8 hal 97. Mulyani, MS. 1994. Pupuk dan cara Pemupukan. Rineka Cipta Jakarta. Muljana, W. 1982. Befcocok Tanam Mangga. Aneka Ilmu. Semarang. Nasir, M. 1933. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Sarief, S. 1993. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung Sudarmadj!, S., dkk. 1986. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Lyberty Yogyakarta. Susanto, F.X. 1993. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Setjamidjaja, D. dan Ignatius, W. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UT. Jakarta, Setjamidjaja, Dj, 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simple. Jakarta. -179- Tajuk Edisi 2009 Sunanto, H. 1992. Budidaya, Pengolahan Hasil. dan Aspek Ekonominya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Siregar, T. Slamet R. dan Laeli, N. 1988. Budidaya, Pertgolahan dan Pemasaran Mangga. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Soedarsono. 1977, Jarak Tanam pada Kakao dan Kopi, Menara Perkebunan, tahun Ke 45 No 4BPP Bogor. Soeratno. 1980. Pembibitan Mangga, Kumpulan Makalah Konferensi Kakao Nasional Vol. I, Medan. Tjasadihardja.A. 1980. Beberapa Proses Fisiologis Utama Penentu Produksi Tanaman Kakao, Kumpulan Makalah Konferensi Kakao Nasional Vol, I. Medan. Winarno, FG. 1988. Ilmu Pangan. Penerbit PT. Gramedia Prass,ndo. Jakarta Winarno, FG. dan Aman, M. 1981. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pressindo. Jakarta. -180-