Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala ISSN 2088-9321 pp. 171- 180 ANALISIS NILAI EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG (EMP) PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA BANDA ACEH Ika Yusra1, Renni Anggraini 2, Irin Caisarina3 1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala/Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh [email protected]; [email protected] Abstract: Signalized intersection operationally is determined by traffic flows, vehicle composition, geometric of intersection, traffic signal control, and saturated flow. In order to classify the traffic flow, it is required a conversion factor so that the various types of vehicle (veh/h) in the flow is equivalent to light vehicle, called as passenger car unit (PCU) per hour. Its convertion factor is known as passenger car equivalent (PCE). This study aimed to determine the PCE of motorcycle (MC), heavy vehicle (HV), and rickshaw (RS) at the fourarmed signalized intersections in Banda Aceh City (Simpang Surabaya and Simpang Jambo Tape). Having known the PCE of those vehicles, the results will be compared to the PCE values of Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM) 1997 and other research. Synchronous regression method was employed in this study. The result showed that the average PCE of MC was 0.29, HV was 1.93, and RS was 0.955. The validation results of new PCE to IHCM 1997 showed that the highest deviation occurs on HV (197%) followed by MC (45%). Meanwhile the validation of RS PCE was compared to the previous study done by Koeswandono (2007), and showed that the deviation was the lowest (38%) among two other vehicles. Keywords : Passenger car unit, passenger car equivalent, synchronous regression, saturation flow rate, signalized intersections Abstrak: Pengoperasian simpang bersinyal ditentukan oleh arus lalu lintas, komposisi arus lalu lintas, kondisi geometik persimpangan, pengaturan sinyal dan arus jenuh. Dalam mengklasifikasikan arus lalu lintas diperlukan sebuah faktor konversi sehingga berbagai jenis kendaraan (kend/jam) di dalam arus arus lalu lintas setara dengan kendaraan ringan atau mobil penumpang (smp/jam). Faktor untuk mengkonversikan satuan arus lalu lintas ini dikenal dengan ekivalensi mobil penumpang (emp). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekivalensi sepeda motor (MC), kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS) pada simpang bersinyal berlengan empat di Kota Banda Aceh (Simpang BPKP dan Simpang Jambo Tape). Setelah mengetahui nilai emp dari kendaraan-kendaraan tersebut, dibandingkan nilai emp hasil analisis dengan nilai emp dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan manipulasi data secara statistik yang dikenal dengan synchronous regression method. Dari hasil penelitian diperoleh nilai emp baru untuk jenis MC 0,29; HV 2,065 dan RS sebesar 0,96. Hasil validasi dengan nilai emp dari MKJI 1997 memperlihatkan bahwa deviasi paling besar terjadi pada jenis kendaraan berat (197%) diikuti oleh deviasi pada jenis sepeda motor (45%). Validasi nilai emp becak mesin dilakukan terhadap nilai emp Koeswandono (2007) dan menunjukkan deviasi yang terendah (38%) dibandingkan kedua kendaraan lainnya. Kata kunci : Satuan mobil penumpang, ekivalensi mobil penumpang, synchronous regression method, arus jenuh dasar, simpang bersinyal Arus yang melintas sebuah ruas jalan terdiri Dalam mengklasifikasikan arus lalu lintas dari berbagai jenis kendaraan, antara lain diperlukan sebuah faktor konversi sehingga mobil penumpang, sepeda motor dan truk. berbagai jenis kendaraan (kend/jam) di dalam Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 - 171 Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala arus lalu lintas setara dengan kendaraan kendaraan di stop line, reaksi pengemudi dan ringan/satuan mobil penumpang (smp) per jam. karakter pengemudi. Faktor untuk mengkonversikan satuan arus Arus jenuh dasar (S0) adalah jumlah lalu lintas ini dikenal dengan ekivalensi mobil kendaraan maksimum yang dapat melewati penumpang (emp). garis henti simpang pada saat waktu hijau Menurut Hadiuzzaman (2008), nilai emp efektif. dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kendaraan yang bergerak di Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) Ekivalensi mobil penumpang (emp) persimpangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekivalensi sepeda motor (motorcycle, MC), kendaraan berat (heavy vehicle, HV), dan becak mesin (rickshaw, RS) pada dua simpang bersinyal berlengan empat di Kota Banda Aceh. Lokasi penelitian adalah pada Simpang BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) dan Sim-pang Jambo Tape. Setelah diperoleh nilainya, akan dibandingkan nilai emp lapangan dengan nilai emp dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia, adalah faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang atau kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada perilaku lalu lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan lainnya, emp = 1,0) (Anonim, 1997:16) . Menurut Hadiuzzaman (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai ekivalensi kendaraan, yaitu: (1) Karak-teristik kendaraan (dimensi panjang, lebar, tenaga MKJI (Anonim, 1997). mesin, kemampuan akselerasi dalam KAJIAN KEPUSTAKAAN bergerak); (2) Karakteristik arus lalu lintas Arus Jenuh di Persimpangan (distribusi Kendaraan yang bergerak melewati garis henti di karakteristik kecepatan kendaraan, dan persentase komposisi kelas persimpangan kendaraan yang berbeda); (3) Karakteristik menunjukkan bahwa ketika lampu hijau jalan (alinyemen horizontal, kelandaian dan mulai menyala, kendaraan membutuhkan lokasi; waktu beberapa saat untuk mulai bergerak bundaran, dan simpang bersinyal; Kondisi dan menuju permukaan perkerasan, jenis perkerasan, lebar kecepatan normal, tetapi setelah beberapa perkerasan; Kondisi lingkungan (hambatan detik, antrian kendaraan mulai bergerak samping, radius lengkung untuk belok kiri); pada kecepatan yang relatif konstan, Kondisi iklim; dan Kondisi sinyal; dan (4) disebut arus jenuh (Khisty dan Lall, Kondisi geometik simpang (panjang landai 2005:293). jalur pendekat, kondisi simpang (simetris atau melakukan sebuah arus, percepatan Arus jenuh sangat dipengaruhi oleh karakteristik pada saat pelepasan arus 172 - Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 pengendalian simpang: prioritas, asimetris), jumlah lajur dan lebar lengan simpang efektif, lebar per lajur lalu lintas, Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala jarak garis henti dari area konflik, dimensi area kuning, tetapi periode pertama dan menengah konflik simpang, dan keberadaan jalur kiri dapat dipilih antara : langsung). 1. Pengamatan disembarang titik dalam MKJI 1997 memberikan angka ekivalen- satuan waktu (perhitungan dihentikan si mobil penumpang (emp) pada simpang ditengah-tengah bersinyal seperti yang terlihat dalam Tabel 1. kendaraan berturut-turut), disebut sebagai Tabel 1. Nilai emp pada simpang bersinyal menurut MKJI 1997 Emp Tipe kendaraan Pendekat Pendekat terlindung terlawan LV 1,0 1,0 HV 1,3 1,3 MC 0,2 0,4 Sumber : Anonim (1997) Penentuan EMP antara keberangkatan perhitungan asynchronous dan; 2. Pengamatan saat keberangkatan kendaraan tertentu, disebut sebagai perhitungan synchronous. Synchronous Multiple Regression pada Dalam metode ini jumlah setiap jenis Simpang keberangkatan Bersinyal kendaraan dicatat selama Belanda periode waktu mulai dan berakhir dengan (Branson and Zuylen, 1978, Branson and cepat keberangkatan kendaraan (beberapa Gipps, 1981) menggunakan model regresi detik pertama disebabkan oleh kehilangan linier untuk menentukan nilai emp pada waktu ketika pengemudi memerlukan waktu simpang bersinyal. Branson and Gipps (1981) untuk bereaksi menuju kecepatan normal) dan memperkenalkan 2 (dua) metode yang dikenal periode perhitungan didefinisikan sebagai : Peneliti sebagai dari Inggris asynchronous dan dan synchronous multiple regression. Dalam dua metode ini, T = a0 + a1x1 + a2x2 + ... + anxn periode waktu hijau dibagi dalam tiga periode dimana : waktu. Periode pertama dimulai pada saat a0 T a1 a2, menunjukkan lampu hijau dan berakhir pada saat tingkat keberangkatan arus jenuh (kendaraan berangkat sebelum lampu hijau termasuk dalam periode ini), selanjutnya periode tengah ketika waktu : : : ..., (1) intercept; waktu hijau jenuh; koefisien untuk jenis mobil penumpang; an : koefisien untuk masing-masing jenis kendaraan; x1, ..., xn : jumlah kendaraan untuk masing masing jenis dalam interval waktu T; tingkat keberangkatan konstan dan dalam keadaan Kemudian nilai emp untuk jenis jenuh, dan periode terakhir berakhir ketika kendaraan i diperoleh dengan menggunakan menunjukkan lampu kuning (keberangkatan persamaan (2). kendaraan terjadi selama kuning dan setelah lampu merah termasuk dalam periode ini). Akhir dari perhitungan periode siklus jenuh sepenuhnya tetap ketika perubahan lampu empi = (2) dimana : a i = koefisien regresi untuk jenis kendaraan i; Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 - 173 Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala a 1 = koefisien regresi untuk kendaraan ringan (LV) Metode regresi lebih mudah digunakan untuk kondisi lalu lintas campuran yang pergerakan lalu lintasnya sembarang dan tidak mengikuti sistem aliran platooning. jenuh yang teramati di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah dua simpang bersinyal yang sebidang tanpa bundaran di kota Banda Aceh. Kedua simpang tersebut adalah Sp. BPKP dan Sp. Jambo Tape dengan asumsi bahwa simpang-simpang tersebut METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan untuk memiliki kondisi arus lalu lintas jenuh hingga mendapatkan data primer, yaitu data jumlah sangat jenuh dengan lebar lengan simpang pergerakan kendaraan untuk sepeda motor efektif yang bervariasi. (MC), kendaraan ringan (LV), kendaraan berat Secara visual lokasi kedua persimpangan (HV), dan becak mesin (RS) yang bergerak yang dipilih tersebut dapat dilihat pada dari arah lurus dan belok kanan. Pengolahan Gambar 3 dan Gambar 4. hasil Proses ekstrak data dilakukan dengan rekaman video arus jenuh dasar teramati yang menghitung jumlah kendaraan yang melewati telah dikumpulkan dilakukan selama 30 siklus stop line saat waktu hijau efektif. Komposisi waktu hijau efektif (effective green time) pada pergerakan kendaraan yang melewati stop line setiap ini dihitung dan dicatat berdasarkan klasifikasi menggunakan metode regresi linier berganda sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), dengan method. kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS). Metode ini mengacu pada perhitungan jumlah Potongan waktu (time slices) yang digunakan setiap kendaraan yang lepas dari stop line untuk memudahkan pengamatan kondisi arus simpang bersinyal terhadap lamanya waktu jenuh adalah 4 detik. data dilakukan lengan berdasarkan simpang. synchronous pada Penelitian regression Gambar 3 . Simpang BPKP 174 - Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Gambar 4 . Simpang Jambo Tape HASIL PEMBAHASAN simpang yang didominasi oleh pergerakan lalu Komposisi Arus Lalu Lintas lintas bergerak lurus kecuali pendekat Selatan Rekapitulasi data arus jenuh dasar lapangan untuk kedua simpang pengamatan yaitu Sp. BPKP dan Sp. Jambo Tape dapat Tabel 2. Rekapitulasi data arus jenuh dasar pada Sp. BPKP Pendekat 1 Utara Selatan Barat Timur Arus lurus (TH) (kend/jam hijau) 2 3 816 1,301 634 1,154 550 268 166 776 kendaraan berbelok ke kanan. Komposisi kendaraan di delapan pendekat pada Sp. BPKP dan Sp. Jambo Tape dilihat dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Arus belok kanan (RT) (kend/jam hijau) Sp. Jambo Tape yang sebagian besar arus TH+RT (kend/jam hijau) didominasi oleh pengguna kendaraan jenis sepeda motor (MC) dengan persentase rata- rata sebesar 74,78 % seperti ditunjukkan Gambar 4. Hasil 4 =(2)+(3) 1,366 1,569 800 1,930 perhitungan arus lalu lintas menunjukkan bahwa persentase kendaraan sepeda motor (MC) pada kedua simpang mencapai 74,24 % dari arus lalu lintas total yang melewati simpang pengamatan seperti Tabel 3. Rekapitulasi data arus jenuh dasar pada Sp. Jambo Tape Arus lurus (TH) (kend/jam hijau) Arus belok kanan (RT) (kend/jam hijau) 1 Utara 2 3 Selatan Barat Timur 886 1,404 1,487 Pendekat 771 Dari hasil pengamatan di lapangan pada TH+RT (kend/jam hijau) 4 =( 2)+(3) 249 1,020 2,640 800 320 terlihat pada Gambar 5. 3,098 2,204 1,807 semua pendekat persentase kendaraan berat jenis bus dan truk tergolong sangat kecil. Hal ini disebabkan karena saat pengambilan data dilakukan pada jam 7.00 – 9.00 WIB, kendaraan berat tidak diperbolehkan melewati jalan arteri perkotaan khususnya pada saat jam puncak pagi. Dari Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat bahwa Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 - 175 Komposisi Arus Lalu Lintas (%) Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 LV M C Pendekat Simpang Gambar 4. Komposisi lalu lintas pada 2 simpang 0,41 2,79 LV MC HV RS 22,57 74,24 Gambar 5. Komposisi lalu lintas pada 2 simpang penelitian Penentuan Nilai Emp dengan Synchronous Regression Method Dari hasil analisis regresi linear berganda dibuat dalam bentuk model persamaan regresi Hasil analisis yang dilakukan dengan linier sesuai dengan bentuk persamaan 1 untuk bantuan software SPSS akan diperoleh koefi- Sp. BPKP dan Sp. Jambo Tape sebagai sien regresi dari masing-masing kendaraan. berikut : 176 - Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala naikkan 0,12 detik waktu jenuh. Setiap peY = 9,64+0,6X1+0,11X2+0,14X3+0,75X4 (3) Y =14,72+0,3X1+0,12X2+1,17X3+0,2X4 (4) nambahan 1 unit kendaraan berat jenis bus dan truk (HV) akan menaikkan 1,17 detik waktu Nilai a0 sebagai intercept dalam persa- jenuh. Setiap penambahan 1 unit becak mesin maan di atas mewakili kondisi paling ideal (RS) akan menaikkan 0,2 detik waktu jenuh. untuk waktu jenuh masing-masing simpang. Tabel 4 dan Tabel 5 memperlihatkan hasil Dengan variasi dari jumlah analisis dengan menggunakan metode regresi sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), kendaraan berat linier pada kedua simpang. (HV), dan becak mesin (RS), maka kondisi Tabel 4. Hasil analisis menggunakan regresi linier pada Sp. BPKP paling ideal waktu jenuh dalam 120 siklus untuk Sp. BPKP terjadi rata-rata selama 9,64 detik. Demikian juga kondisi paling ideal LV MC HV RS emp 1 0,18 0,23 1,25 % kendaraan 76,24 20,65 0,32 2,79 waktu jenuh dalam 120 siklus untuk Sp. Adjusted R2 0,61 detik. Koefisien a1, a2, a3, dan a4 merupakan Standar error 3,15 prediksi nilai headway. Prediksi nilai headway F-test 46,81 Jambo Tape terjadi rata-rata selama 14,72 ini didapatkan dari hasil analisis regresi linier dengan menggunakan metode synchronous regression karena sangat sulit untuk menghitung prediksi headway secara langsung di Tabel 5. Hasil analisis menggunakan regresi linier pada Sp. Jambo Tape LV MC HV RS emp 1 0,40 3,9 0,67 % kendaraan 72,84 23,90 0,47 2,79 lapangan karena kondisi arus lalu lintas Kota Banda Aceh yang tergolong campuran (mixed traffic). Pada Sp. BPKP setiap penambahan 1 unit Adjusted R2 0,74 Standar error F-test 2,52 87,34 kendaraan ringan (LV) akan menaikkan 0,6 detik waktu jenuh. Setiap penambahan 1 unit sepeda motor (MC) akan menaikkan 0,11 detik waktu jenuh. Setiap penambahan 1 unit kendaraan berat jenis bus dan truk (HV) akan menaikkan 0,14 detik waktu jenuh. Setiap penambahan 1 unit becak mesin (RS) akan menaikkan 0,75 detik waktu jenuh. Sedangkan pada Sp. Jambo Tape untuk setiap penambahan 1 unit kendaraan ringan (LV) akan menaikkan 0,3 detik waktu jenuh. Setiap penambahan 1 unit sepeda motor (MC) akan me- Besarnya nilai Adjusted R Square yang diperoleh pada kedua model persamaan hasil analisis regresi linier adalah 0,61 untuk Sp. BPKP, dan 0,74 untuk Sp. Jambo Tape. Hal ini berarti 61% varians tiap sampel pada variabel terikat (waktu jenuh) bisa diprediksi atau dijelaskan oleh variabel-variabel bebas. Sedangkan sisanya 39% dijelaskan dengan varians lainnya seperti kondisi geometrik simpang, karakteristik perilaku pengemudi dan ketelitian dalam proses ekstraksi data. Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 - 177 Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Demikian juga untuk Sp. Jambo Tape, dimana dan 87,34. Hasil uji F menunjukkan bahwa 74% varians tiap sampel pada variabel terikat nilai Fhitung > Ftabel, dimana Ftabel = 2,45. (waktu jenuh) bisa diprediksi atau dijelaskan Dengan kata lain terdapat hubungan linear oleh variabel-variabel bebas dan sisanya 26% antara variabel bebas jumlah dan tipe ken- dengan varians lainnya. Dari kedua model daraan yang teramati dengan variabel teri- tersebut dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R kat waktu jenuh yang teramati di lapangan. Square pada Sp. Jambo Tape merupakan yang paling besar dibandingkan dengan simpang Validasi Nilai EMP Surabaya. Nilai emp yang didapatkan dari hasil Untuk menguji apakah serangkaian analisis menggunakan regresi linier akan variabel bebas secara serentak mempenga- divalidasi dengan nilai emp yang terdapat pada ruhi variabel terikat pada tingkat keper- MKJI 1997. Validasi juga dilakukan dengan cayaan 5 %, maka dilakukan uji F. Nilai F nilai emp hasil penelitian Koeswandono hitung pada Sp. BPKP dan Sp. Jambo Tape (2007). Hasil validasi diperlihatkan pada diperoleh masing-masing sebesar 46,81 Gambar 6 berikut. 3.86 4.00 3.50 3.00 emp 2.50 1.00 2.00 0.57 1.50 0.29 0.20 1,53 1,91 1,00 1.00 0.50 0.96 1.00 1.30 0.00 Sepeda Motor (MC) emp MKJI 1997 emp Koeswandono, 2007 Kendaraan Ringan (LV) Becak Mesin (RS) Kendaraan Berat (HV) Jenis Kendaraan Gambar 6. Validasi nilai emp hasil analisis dengan emp MKJI 1997 dan emp Koeswandono (2007) Terjadinya deviasi nilai emp dikarenakan ukuran kendaraan yang digunakan masyarakat oleh adanya perbedaan ukuran dimensi pada saat ini, kondisi geometrik simpang kendaraan yang dipakai MKJI 1997 dengan lokasi penelitian, dan juga faktor komposisi 178 - Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala kendaraan dalam arus lalu lintas yang ran kendaraan maka semakin besar nilai melewati persimpangan. Nilai emp untuk jenis empnya. Volume dan komposisi tiap jenis kendaraan berat (HV) 2,6 kali lebih besar jika kendaraan dalam suatu aliran lalu lintas dibandingkan dengan nilai emp sepeda motor akan mempengaruhi nilai emp. (MC) 0,24. Hal ini dikarenakan semakin besar dimensi kendaraan maka ruang yang Saran Nilai emp baru dapat dijadikan sebagai diperlukan kendaraan tersebut untuk bergerak semakin besar. Semakin besar ukuran kendaraan, maka kecepatan yang diperlukan untuk mulai bergerak lebih kecil jika alternatif, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk tipe simpang bersinyal lainnya yang terdapat di Kota Banda Aceh dengan adanya pengaruh belok kiri langsung dibandingkan dengan sepeda motor (MC). Deviasi juga terlihat jelas dari hasil validasi emp hasil analisis terhadap emp dan blocking yang terjadi di lokasi pengamatan; Koeswandono (2008). Hal ini disebabkan DAFTAR KEPUSTAKAAN karena dan Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan komposisi tiap jenis kendaraan pada saat Indonesia, Direktorat Jenderal Bina dilakukannya penelitian. Marga, Departemen adanya perbedaan volume SIMPULAN DAN SARAN Umum, Jakarta, Indonesia. Branston, D.M. and Van Zuylen, J.H., Simpulan 1. Nilai emp pada Simpang BPKP untuk jenis sepeda motor adalah 0,18, kendaraan berat adalah 0,23 dan becak mesin adalah 1978, ‘ The Estimation of Saturation Flow, Effective Green Time and Passenger Car Equivalents at Traffic Signals by 1,25; 2. Nilai emp pada Simpang Jambo Tape untuk jenis sepeda motor adalah 0,4; kendaraan berat 3,9 dan becak mesin Multiple Linear Regression’, Journal of Transportation Research, 12:47-33. Branston, D.M. and Gipps, P., 1981, adalah 0,67; 3. Nilai emp rata-rata pada kedua simpang bersinyal berlengan empat di Kota Banda Aceh diperoleh Pekerjaan untuk sepeda motor sebesar 0,29; kendaraan berat sebesar 2,065; dan becak mesin 0,96; 4. Nilai emp yang diperoleh untuk setiap jenis kendaraan tidaklah konstan pada persimpangan yang berbeda. Semakin besar uku- ‘Some Experience With a Multiple Linear Regression Estimating Method Parameters of of the Traffic Signal Departure Process’, Journal of Transportation Research, 6:445-458. Hadiuzzaman, M.D., 2008, Development of Saturation Flow and Delay Models for Signalised Intersection Volume 4, Nomor 2, Januari 2015 - 179 Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala in Dhaka City, Departement of Civil Engineering Bangladesh University of Engineering and Technology, Dhaka. Khisty, C.J. and Lall, B.K., 2003, Dasardasar Rekayasa Transportasi, jilid 1 Ed. 3, Penerbit Erlangga, Jakarta. Khisty, C.J. and Lall, B.K., 2003, Dasardasar Rekayasa Transportasi, jilid 2 Ed. 3, Penerbit Erlangga, Jakarta. Koeswandono, W., 2007, Pengaruh Kendaraan Tidak Bermotor pada Jalan 2 Lajur 2 Arah Tanpa Median (Studi Kasus Jalan Parangtritis Kota Yogyakarta), Tesis, Program Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang. 180 - Volume 4, Nomor 2, Januari 2015