STUDI ANALISIS TENTANG PROFESIONALISME GURU DALAM PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR MENURUT Prof. Dr. H. HAMZAH B. UNO, M.Pd. Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Program Sarjana Strata 1 (S1) Pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Disusun Oleh: Nama : FATHURIN TAUFANA NIM : 131310000272 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2015 NOTA PEMBIMBING Lamp : Hal : Naskah Skripsi A.n. Sdri. Fathurin Taufana Kepada Yth, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Di_tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Fathurin Taufana NIM : 131310000272 Judul : STUDI ANALISIS TENTANG PROFESIONALISME GURU DALAM PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR MENURUT Prof. Dr. H. Hamzah B. UNO, M.Pd. Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan. Demikian harapan kami dan atas kebijaksanaan bapak kami sampaikan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jepara, 14 September 2015 Pembimbing (Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag) ii DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau yang pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yang dijadikkan bahan rujukan. Jepara,14 September 2015 Deklarator Fathurin Taufana iv HALAMAN MOTTO “ING NGARSO SUNG TULODHO ING MADYO MANGUN KARSO TUTWURI HANDAYANI” Seorang guru didepan adalah sebagai contoh atau panutan Seorang guru ditengah adalah sebagai pelopor mencetuskan ide-ide siswa Di belakang seorang guru memberi dorongan dan arahan kepada siswa (Ki Hajar Dewantoro) v PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Allah SWT, Sang Penguasa Alam Semesta 2. Nabi Muhammmad SAW, Suri Tauladan Terbaik Untuk Umat 3. Ayahanda (Sam’an Rofiq) dan Ibunda (Rif’atun), sebagai tanda bakti dan cintaku 4. Kakakku (Taufiq Irfa’i dan Tu’tin Masruroh) dan Adikku tersayang (M.Bayhaqqi As Shifani) 5. Para guru, ustad-ustadzah dan dosen yang telah mencurahkan segala daya dan upaya untuk menjadikanku sebagai manusia yang berilmu 6. Almamater Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) tercinta 7. Sahabat-Sahabat Senasib Seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011/2012 UNISNU Jepara 8. Pembaca yang budiman vi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala karunia, rahmat, hidayah dan taufik-Nya yang sudah memberikan penulis semangat dan kekuatan untuk menyelesaiakan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang yang telah membawa pencerahan dan perubahan terhadap peradaban manusia hingga menjadi lebih maju dan cerdas serta kepada kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya. Amin. Skripsi ini diajukan guna untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan bimbingan dan dukungan, baik dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada: 1. Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara, Prof. Dr. H. Muhtarom, H.M. atas izin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang beliau pimpin. 2. Drs. H. Akhirin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara dan seluruh staffnya yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan. vii 3. Bapak Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini 4. Ayahanda (Sam’an Rofiq) dan Ibunda (Rif’atun) tercinta beserta kakak-kakak dan adikku terkasih yang telah memberikan do’a restu dan dukungan dalam mencapai cita dan asa. 5. Teman-teman Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2011/2012 6. Penulis yang karyanya sudah dijadikan sumber refrensi dalam penyususnan skripsi ini. Skripsi ini tentunya bukan suatu karya ilmiah yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan agar penulis karya ilmiah ini dapat lebih disempurnakan. Akhirnya peenulis berdoa semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca, serta penulis berdoa semoga karya ini bisa memberikan kontribusi untuk suatu kajian keilmuan bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam mendatang. Amiin. Jepara, 14 September2015 Penulis Fathurin Taufana viii ABSTRAK Fathurin Taufana. (Nim.13131000272) Studi Analisis tentang profesionalisme guru dalam pelaksanaan belajar mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. Skripsi. Jepara:Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU). Penelitian bertujuan mengetahui, 1). Bagaimana Profesionalisme Guru menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. 2). Bagaimana kompetensi profesionalisme guru dalam pelaksanaan belajar mengajar. 3).Bagaimana kesesuaian profesionalisme guru terhadap pelaksanaan belajar mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno,M.Pd. Penelitian ini menggunakan metode riset perpustakaan (library research) dengan teknik analisis deskriptif kualitatif (content analisis), data penelitian kemudian dianalisis menggunkan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Dalam karya Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. menjelaskan bahwa guru merupkan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang diluar bidang pendidikan. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah yang berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi kepada peserta didik, dan peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Begitu juga menurut suyanto dan Asep jihad pada prinsipnya, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan, minimal dari latar belakang pendidikan untuk menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan. Dari kedua teori tersebut memiliki persamaan pada metode pembelajaran dan materi bahan ajar. Fokus pengembangan keprofesionalan guru terkait dengan empat kompetensi utama yang harus dimiliki yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Dalam sistem pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Selain kurikulum yang menjadi penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar, Kompetensi profesionalisme guru menjadi salah satu keberhasilan proses belajar menagajar, karena keberhasilan kurikulum terjadi apabila seorang guru memiliki kecakapan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sependapat dengan pemikiran Hamzah B. Uno adalah keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh kompetensi yang telah dikuasai guru dengan pengaplikasiannya pada kegiatan belajar mengajar. ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN DEKLARASI ........................................................................... iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Penegasan Istilah ...................................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8 F. Kajian Pustaka .......................................................................................... 9 G. Metode Penelitian ..................................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................... 15 BAB II: LANDASAN TEORI A. Profesionalisme Guru 1. Pengertian Profesionalisme Guru ........................................................ 17 2. Guru Profesional ................................................................ ................. 20 x 3. Prinsip Profesional ............................................................................. 25 4. Ciri-Ciri Guru Profesional ................................................................. 26 5. Pengembangan Sikap Profesional ....................................................... 27 B. Belajar 1. Pengertian Belajar .............................................................................. 29 2. Hakikat Belajar .................... ............................................................. 32 3. Konsep Belajar ................................................................................... 33 4. Ciri-Ciri Belajar ................................................................................. 35 C. Mengajar 1. Pengertian Mengajar .......................................................................... 38 2. Konsep Pola Dasar Mengajar ............................................................. 40 3. Aspek Belajar Mengajar .................................................................... 43 D. Kompetensi Profesionalisme Guru .......................................................... 45 BAB III: HASIL PENELITIAN A. Riwayat hidup Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. ................................ 55 B. Konsep Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno M.Pd.......................................................................................................... 59 BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. ...... 74 B. Analisis Tentang Kesesuaian Profesionalisme Guru Terhadap Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd ........................................................................................... 83 xi BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................. 90 B. Saran........................................................................................................ 91 C. Penutup.................................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah “Profesi” senantiasa melekat pada “guru” karena tugas guru sesungguhnya merupakan suatu jabatan profesional. Suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarangan orang karena memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk hal tersebut. Ada beberapa istilah dari sebutan profesi yaitu profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi. 1 Profesionalisme adalah suatu paham yang mengatakan bahwa sesuatu pekerjaan harus dikerjakan oleh ahlinya. Dalam Islam ada hadits Nabi SAW yang mengatakan “bila sesuatu pekerjaan dikerjakan oleh bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancuran.” Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita mendengar kata profesi diucapkan orang, arti kata profesi memang pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Kata profesi baru boleh digunakan untuk pekerjaan dengan keahlian dan pekerjaan itu adalah pekerjaan yang baik. 2 Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan 1 Muhammad Surya, LandasanPendidikan Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 76 2 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 261 1 2 peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional.3 Kualitas profesionalisme seseorag akan tercermin dalam penampilan seluruh perilakunya dalam melaksanakan tugasnya, sehingga membedakan dirinya dengan yang bukan profesional atau amatir. 4 Pada umumnya masyarakat awam memaknai profesionalisme bukan hanya digunakan untuk pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan hampir setiap pekerjaan. Muncul ungkapan misalnya sopir profesional, penjahit profesional, dan sebagainya. Dalam bahasa awam pula, seorang tersebut professional jika cara kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya mendapatkan uang atau bentuk imbalan.5 Tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik atau guru, karena guru harus memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon pendidik atau guru sebagaimana yang telah ditetapkan dalan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 yaitu : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi 3 Muhammad Surya, Opcit., hlm.77 Ibid., hlm.79 5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesionalisme Guru dan Tenaga Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.4 4 3 peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidkan dasar, dan pendidikan menengah.6 Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.7 Jadi pada intinya guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang diisyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dalam mengajar peseta didik agar tercapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dengan keahlian dan tingkat pendidikan yang dimiliki dan memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi. Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang diakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya. Dengan perkataan lain tinggi rendahnya pengakuan profeionalisme sangat bergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya.8 Profesionalisme guru dalam buku Profesi Kependidikan (problema, solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia) yang membahas tentang guru sebagai contoh, kompetensi dan tugas guru, peranan guru dalam tatap muka, jika diterapkan pada proses belajar mengajar maka guru akan lebih 6 Undang-Undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 4 Ibid., hlm. 4 8 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm.13 7 4 berkompetensi dalam mengajarkan ilmunya kepada peserta didik. Karena dalam hal ini guru lebih bersifat sebagai fasilitator bukan sebagai pengajar seutuhnya yang memberikan materi sepenuhnya dan siswa hanya mendengarkan materi yang diberikan. Tetapi dalam kaitannya dengan buku profesi kependidikan guru bertindak sebagai pengelola pembelajaran berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadian siswa. Hal tersebut merupakan salah satu yang harus dikembangkan untuk menjadi guru yang professional. Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka penulis mengadakan penelitian tentang professionalisme guru dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. yang penulis tuangkan dalam judul “Studi Analisis Tentang Professionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.”. B. Penegasan Istilah Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Studi Analisis Tentang Profesionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd”. Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami skripsi ini, maka perlu kiranya penulis jelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul diatas, yaitu : 5 1. Studi Analisis Studi berarti kajian, telaah, penyelidikan ilmiah.9 Sedangkan penyelidikan Analisis terhadap dalam suatu kamus peristiwa, bahasa indonesia karangan, berarti perbuatan dan sebagainya dengan tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.10 Jadi, studi analisis adalah kegiatan menyelidiki sesuatu agar jelas duduk perkaranya dalam segala hal yang berhubungan dengan yang diteliti. 2. Profesionalisme Guru Kata profesionalisme dapat dipahami sebagai kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional. Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.11 Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.12 9 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka, 1990), hlm.860 Ibid., hlm.32 11 Kusnandar, Guru Profesional , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.45 12 Ibid., hlm.46 10 6 3. Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan pengetahuannya, dalam berbagai pemahamannya, sikap bentuk, dan seperti tingkah berubah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. 13 4. Mengajar Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Secara umum mengajar diartikan sebagai usaha guru untuk menyampaikan dan menanamkan pengetahuan kepada siswa atau anak didik. Dalam arti yang luas mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar mengajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.14 Dengan demikian, yang dimaksud judul skripsi “Studi Analisis Tentang Profesionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. adalah sebuah penelitian 13 Nana sudjana, Opcit., hlm.28 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.48 14 7 yang membahas teori menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. tentang Profesionalisme Guru dalam pelaksanaan belajar mengajar. C. Rumusan Masalah Dari deskripsi yang dikemukakan di atas, telah memberikan kerangka bagi penyusun untuk merumuskan pokok permasalahan yang relevan dengan judul skripsi tersebut yaitu: 1. Bagaimana Profesionalisme Guru menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. 2. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru dalam pelaksanaan belajar mengajar 3. Bagaimana kesesuaian profesionalisme guru terhadap pelaksanaan belajar mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ilmiah untuk: 1. Untuk mengetahui profesionalisme menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. 2. Untuk mengetahui kompetensi Profesionalisme Guru dalam pelaksanaan belajar mengajar 8 3. Untuk mengetahui kesesuaian Profesionalisme Guru terhadap pelaksanaan belajar mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil pembahasan secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti (informasi) khususnya bagi peningkatan Profesionalisme guru dalam bentuk rangkaian. Disamping itu, dapat pula dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Peneliti ini memiliki tujuan yang penulis klasifikasikan sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Sebagai sebuah bekal pengalaman yang sangat berharga dalam mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di Universitas. b. Bagi Almamater Dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah khasanah keilmuan khususnya bagi mahasiswa tarbiyah yang nantinya akan 9 terjun sebagai tenaga-tenaga pendidik. Dan sebagai tambahan referensi kepustakaan di Universitas Islam Nahdlatul Ulama’. c. Bagi masyarakat Dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pengembangan keilmuan yang diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh pembaca serta referensi untuk peneliti selanjutnya. F. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literatur. Atau literatur review. Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literatur yang relevan degan bidang atau topik tertentu. Ia memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas atau dibicarakan, oleh peneliti atau penulis, teori-teori dan hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metode dan metodologi yang sesuai.15 Berkenaan dengan peneliti ini, penulis akan mengkaji tentang Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. Dalam pelaksanaan Belajar Mengajar yang ditampilkan beberapa buku, diantaranya : 1. Prof. Dr. H. Mohammad Surya Dkk Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik menjelaskan bahwa profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota 15 .Punaji Setyosari, Metode penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta:Kencana Pranada Media Group, 2012) hlm.84 10 suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. 2. Prof. Dr. Sudarman Danim Pengembangan Profesi Guru menerangkan Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya. 3. Atik Hidayati Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap prestasi belajar fiqih siswa Mts Mabda’ul huda kedungkarang wedung demak dan Mts Ribhul ulum kedung mutih wedung demak tahun pelajaran 2010/2011 profesionalisme guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kejibannya secara bertanggung jawab dalam mengorganisasi, memimpin, maupun mengevaluasi kegiatan pembelajaran. 4. Fatihatul Mustabshiroh studi Analisis Tentang Pengembangan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Prof. Dr. H. Muhaimain A.MA Profesionalisme berasal dari kata profesi yang dapat diartikan sebagi jenis pekerjaan yang khas atau pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau dapat juga berarti beberapa keahlian atau ilmu pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain. Dari keterangan diatas dapat disimmpulkan bahwa profesionalisme guru merupakan suatu profesi untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas mengajar guru serta mengembangkan strategi yang digunakan dalam 11 pelaksanaan belajar mengajar sehingga akan muncul sebutan guru profesional. Oleh karena itu, maka penulis memilih judul “ Studi Analisis Tentang Profesionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.” yang memfokuskan pada profesionalisme seorang guru. G. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian, metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya suatu tujuan penelitian, adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu : 1. Jenis penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research). yakni teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.16 Dalam pencarian teori, penulis akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan yang penulis gunakan sebagai penunjang diantaranya: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian, dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). 16 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),hlm. 27 12 2. Pendekatan penelitian Adapun penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif. Dalam peningkatan deskriptif data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan adanya penerapan kualitatif. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Moleong menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.17 3. Sumber data Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian pustaka), maka data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka adalah berupa sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu sebagai berikut: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 18 Dalam hal ini data primer dalam penelitian ini yaitu Buku Profesi Kependidikan problema, solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia. 17 hlm.4 91 18 Lexy J moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung:Rosda Karya,2004), Syaifudin Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, 2010), hlm. 13 b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.19 Adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian sebagai penunjang ialah diantaranya: 1) Buku-buku yang relevan 2) Surat Kabar 3) Internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan tema 4. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data ini berhubungan langsung degan data yang diperoleh, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitan Dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.20 5. Metode analisis data Analisis data dalam kajian pustaka (library research) ini adalah analisis isi (content analysis), analisis isi adalah teknik penelitian untuk 19 20 Ibid., hlm. 91 .Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992) hlm. 131 14 membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. 21 Adapun tahapan analisis ini ditempuh oleh penulis adalah langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan permasalahan b. Menyusun kerangka pemikiran c. Menyusun perangkat metodologi yang terdiri dari rangkaian metodemetode yang mencakup : 1) Menentukan metode pengukuran dan prosedur operasionalisasi konsep 2) Menentukan populasi yang akan diteliti serta bagaimana pengambilan sampelnya 3) Menentukan metode pengumpulan data 4) Menentukan meyode analisis 5) Analisis data 6) Interpretatif data Metode interpretatif adalah metode yang digunakan dengan cara menyelami isi buku, untuk secepatnya menangkap arti yang disajikan. Metode ini penulis gunakan dalam memahami maksud yang terkandung dalam buku, penelitian interpretatif berupaya 21 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 231 15 menciptakan interpretasi (Penafsiran) yang terencana dan cermat yang bisa dipahami dan dimengerti.22 H. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing membahas permasalahan yang diuraikan menjadi beberapa sub bab. Antara satu bab dengan bab yang lain saling berhubungan dan terkait erat. Adapun sistematikanya dapat penulis rumusan sebagai berikut: 1. Bagian Muka Pada bagian ini akan dimuat beberapa halaman, yaitu terdiri dari: halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi. 2. Bagian Isi Pada bagian ini memuat lima bab, yaitu: BAB 1: Pendahuluan, yang isinya meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi. BAB II : Menjelaskan tentang pandangan umum yang berkaitan dengan tema penelitian BAB III : Merupakan Biografi dan Hasil Penelitian, pada bagian ketiga membahas tentang riwayat hidup penulis Buku profesi 22 Arief Furchan, Pengantar Penelitan Dalam pendidikan, ( Yogyakarta :Pustaka Belajar, 2007), hlm.51 16 Kependidikan problema, solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia, Dan konsep profesionalisme guru menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. BAB IV: Pada bagian ini berisi tentang Profesionalisme guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. dan analisis tentang kesesuaian profesionalisme Guru terhadap pelaksanaan belajar mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. BAB V: Penutup yang memuat tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup. 3. Bagian Akhir (Referensi) Pada bagian ini akan memuat halaman daftar pustaka, lampiranlampiran dan daftar riwayat penulis. BAB II PROFESIONALISME GURU DALAM PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR A. Profesionalisme Guru 1. Pengertian Profesionalisme Guru Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata Profesionalisme dan Guru. Profesionalisme ditinjau dari segi bahasa (etimologi), profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian.1 Adapun pengertian profesi secara therminologi atau istilah, sesuai apa yang diungkapkan oleh Dr. Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat Muchtar Lutfi mengatakan profesi harus mengandung keahlian. Artinya suatu program harus ditandai dengan suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu. 2 Akhiran Isme dalam kata profesionalisme dalam bahasa Indonesia berarti sifat. Sehingga istilah Profesionalisme berarti sifat yang harus dimiliki oleh setiap profesional dalam menjalankan pekerjaannya sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan sebaik-baiknya, 1 Wojowasito poerwadarminto, Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris, (Bandung:Hasta,1982), hlm.162 2 Ahmad Tafsir, Opcit., hlm.10 17 18 penuh tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan dilandasi pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya. Menurut Muchtar Lutfi dari Universitas Riau seseorang disebut memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria berikut, (a) profesi harus mengandung keahlian. Artinya, suatu profesi harus ditandai oleh suatu keahlian yang khusus. (b) profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu. (c) profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya terbuka. (d) profesi adalah untuk masyarakat bukan untuk diri sendiri. (e) profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.3 Dalam suatu profesi dibutuhkan suatu kecakapan dan kejujuran, kecakapan dapat diwujudkan melalui program-program pelatihan dan sejenisnya, sedangkan kejujuran merupakan fondasi pokok dalam profesi seseorang. Profesional tidak cukup hanya dengan gaya bicara yang baik dan enak didengar, penampilan yang menarik, dan keterampilan menjelaskan yang baik. Tetapi kejujuran merupakan tonggak utama profesionalisme seorang guru.4 Guru secara etimologi (bahasa) kata guru berasal dari bahasa indonesia yang diartikan orang yang mengajar (pengajar, pendidik, ahli didik). Secara terminologi (istilah) guru atau pendidik yaitu siapa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, dengan kata lain 3 Ibid., hlm. 107 Bagus Herdananto, Menjadi Guru Bermoral Profesional, (Yogyakarta:Kreasi Wacana,2009), hlm.52 4 19 orang yang bertanggung jawab dalam mengupayakan perkembangan peserta didik, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik sampai ketingkat setinggi mungkin dengan ajaran islam. pendidik profesional dengan tugas utama 5 Jadi guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal maupun non formal.6 Sedangkan guru menurut M. Athiyah Al Abrasyi menyatakan bahwa guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, memberi santapan jiwa, pendidikan akhlak dan membenarkannya, menghormati guru itulah mereka hidup dan berkembang.7 Dari pengertian atau definisi “profesionalisme” dan “guru” diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa profesionalisme guru mempunyai pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut. 5 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.42 6 Ertawi Aziz, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Solo:Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), hlm. 51 7 M.Athiyah Al Abrasy, Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), hal.136 20 2. Guru Profesional Sebutan guru profesional dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. 8 Guru dan dosen profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu, keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahlian itu, seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya.9 Disamping dengan keahliannya, sosok profesional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan mampu melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta 8 9 Mohammad Surya, dkk, Opcit., hal.76 Ibid., hlm.78 21 mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.10 Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata proffesion (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi sebagai mata pencaharian.11 Berdasarkan pengertian diatas, maka pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profisiensi) sebagai sumber kehidupan. Kriteria guru profesional adalah memberi pelayanan kepada masyarakat, sekolah atau kampus, mengikuti pelatihan, memberi sumbangan bagi kode etik, tergabung dalam asosiasi profesi, melakukan publikasi karya ilmiah, mengikuti ujian dalam pendidikan tertentu, dan pembatasan perilaku. 10 11 250 Ibid., hlm.78 Abdul Rahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Rajawali Pers,2011), hlm. 22 Guru yang profesional adalah mereka yang memilki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagi pendidik. Menurut Ace Suryani bahwa guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu: pertama, kemampuan profesional, terukur dari ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan serta pelatihan. Kedua,, upaya profesional, terukur dari kegiatan mengajar, pengabdian, dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time) terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar. Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan, terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan spesialisasinya atau tidak. Serta kelima, tingkat kesejahteraan terukur dari upah, honor atau penghaasilan rutinnya. Pendidik yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Pendidik profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketakwaan, disiplin, tanggung jawab, wawasan pendidikan yang luas, kamampuan manajerial, keterampilan, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.12 Guru yang profesional adalah orang yang memilki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau 12 Ibid., hlm. 252 23 dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang lama dibidangnya. 13 Guru yang profesional menurut Muhaimin bukan sekedar mengajar semata-mata mencari kebutuhan hidup (ekonomi) atau mata pencaharian, tetapi juga melaksanakan pengabdian kepada sesuatu, yakni memberikan layanan yang bermutu kepada masyarkat melalui karyanya yang profesional. Dengan demikian dalam diri guru akan timbul kesadaran untuk profesional, menjadi sosok yang militan, serta menjaga prinsipprinsip kode etik guru. 14 Menurut Suyanto (2001), guru profesional ditandai dengan pembelajarannya dikelas yang efektif. Adapun ciri-ciri guru yang profesional dan efektif diantaranya : 1. Memiliki pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar dikelas, yang terdiri atas: (a).memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada anak didik dan ketulusan. (b). memilki hubungan interaksi yang baik dengan anak didik. (c). mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan anak didik secara serius. (d). menunjukkan minat dan antusiasme yang tinggi dalam mengajar. (e). Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok anak didik, dan menghargai haknya untuk berbicara setiap diskusi. 13 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2004) hlm. 15 14 Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter, (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2012 ), hlm 119 24 2. Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang terdiri atas: (a). Memilki kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi anak didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran, dan (b). mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkat berfikir yang berbeda untuk semua anak didik. 3. Memiliki kemampuan terkait dengan pemberian umpan balik (feed back) dan penguatan (reirforcement) yang terdiri atas: (a). mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon anak didik; (b). mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap anak didik yang lamban dalam belajar; (c). mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban anak didik yang kurang memuaskan; dan (d). mampu memberikan bantuan profesional kepada anak didik jika diperlukan. 4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan pribadi, yang terdiri atas : (a). mampu menerapkan kurikulum dan mengajar secara inovatif; (b).mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran, dan (c). mampu memanfaatkan perencanaan guru baik secara kelompok maupun perorangan guna menciptakan relevan.15 15 Ibid., hlm 120 dan mengembangkan metode pembelajaran yang 25 Sebagaimana telah diuraikan pada paragraf-paragraf sebelumnya, guru yang profesional itu dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif. Agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif, maka seorang guru harus mempelajari cara belajar, yang berarti mempelajari tentang cara otak bekerja, cara memori bekerja, cara menyimpan informasi, mengambilnya, menghubungkannya dengan konsep lain dan mencari pengetahuan baru kapanpun diperlukan dengan cepat. 3. Prinsip Profesional Guru profesional madani menunjung tinggi prinsip-prinsip yang disepakati oleh penyandang profesinya. Ukuran seorang guru dapat dikatakan profesional atau belum dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah dimana dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola siswa, dan melakukan tugas-tugas bimbingan. Ketiga, kepemilikan sertifikat pendidik. Dalam UU No 14 Tahun 2005, disebutkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia 26 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas kerpofesionalan 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan 9. Memiliki organisaasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.16 4. Ciri-Ciri Guru Profesional Guru profesional madani memilki ciri-ciri sebagai profesional sungguhan, ciri-ciri tersebut terefleksi dari perilaku kesehariannya sebagai guru profesional madani. Seorang guru yang profesional akan tampak dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Memiliki kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan penguaasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja dapat menjadi guru profesional madani akan tetapi guru yang 16 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru dari Pra-Jabatan, Induksi ke Profesional Madani, (Jakarta:Kencana Pranada Media Group, 2011), hlm. 25 27 sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi dan penguasaan metodologi pembelajaran. c. Menjadi anggota organisasi profesi. d. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain e. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. f. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri g. Mementingkan kepentingan orang lain. h. Memiliki kode etik. i. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas j. Mempunyai sistem upah atau standar gaji k. Budaya profesional l. Melaksanakan pertemuan profesional tahunan17 5. Pengembangan Sikap Profesional Dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional maupun mutu layanan guru harus pula meningkatkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap profesional dapat dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan). 1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan 17 Ibid., hlm.22 28 Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat disekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya dilembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil hasil sampingan (by-product) dari pengetahuan yang diperoleh calon guru. Pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang direncanakan. 2. Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Peningkatan sikap selama jabatan dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Ataupun secara 29 informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan. Sebagai profesional, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terus menerus. Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya. 18 B. Belajar 1. Pengertian Belajar Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Secara lebih khusus belajar adalah menyerap pengetahuan, belajar merupakan proses dasar dari perkembangan manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahanperubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. (yang menyangkut mutu hasil yang ideal). Adapun pengertian belajar menurut kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman sera cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian 18 54 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 30 ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.19 Belajar atau learning merupakan fokus utama dalam psikologi pendidikan. Suryabrata dan Masrun dan Martinah mengemukakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan sebuah proses untuk melakukan perubahan perilaku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah. Proses perubahan tersebut sifatnya relatif permanen dalam artian bahwa kebaikan yang diperoleh berlangsung lama dan proses perubahan tersebut dilakukan secara adaptif, tidak mengabaikan kondisi lingkungannya.20 Dalam perspektif keagamaan (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi : [١١ : ] ا Artinya : ... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Mujadalah:11)21 19 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan, (Jakarta :PT Asdi Mahasatya, 2006), hlm. 54 20 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Gaya Belajar Kajian Teoritik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 ), hlm.4 21 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm ٩٤ 31 Dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Menurut Alsa yang dikutip oleh M. Nur ghufron dan Rini Nisnawati belajar adalah tahapan perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan. Upaya perubahan aspek lahiriah dan batiniah dalam proses belajar tersebut menurut Bloom meliputi tiga komponen : kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif, potensi yang perlu dikembangkan adalah potensi berpikir para peserta didik dengan melatih mereka untuk memahami secara benar, mengingat, menganalisis secara teapat, mengevaluai berbagai masalah yang ada disekitarnya. Pada aspek afektif, para peserta didik perlu dilatih untuk peka pada kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga mereka bisa memahami nilai-nilai dan etika-etika dalam melakukan hubungan relasional dengan lingkungan sekitarnya. Seperti belajar saling menghormati, saling menghargai, dan sebagainya. Pada aspek psikomotorik, peserta didik perlu dilatih untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam aspek kognitif dan afektif dalam perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.22 22 M.Nur Ghufron dan Rini Risnawati, Opcit., hal.5 32 Ormord menjelaskan bahwa definisi belajar berbeda sesuai dengan perspektif dan pendekatan psikologi yang digunakan, namun demikian belajar dapat disaring menjadi dua definisi yaitu : a. Belajar adalah perubahan yang cenderung menetap dalam perilaku sebagai hasil pengalaman b. Belajar adalah perubahan yang cenderung menetap dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil pengalaman. 23 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang berupa perilaku dan representasi atau asosiasi mental. 2. Hakikat Belajar Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Manusia belajar sejak lahir hingga akhir hayatnya. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, kemampuan belajar secara terus menerus bisa semakin meningkatkan kualitas hidupnya, sedangkan bagi masyarakat belajar 23 Ibid., hlm.7 33 berperan penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Secara formal, belajar dilakukan dilembaga pendidikan seperti tingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas dan perguruan tinggi. Proses belajar juga bisa dilakukan secara informal, seperti tempat kursus, pelatihan dan aktivitas pendidikan lainnya yang luas dan tak terbatas. Disini meminjam istilah yang dipakai oleh motivator terkenal Gede Prama, “Alam semesta dan kehidupan merupakan guru yang tertinggi.” atau bisa juga disebut “Alam berkembang menjadi guru.” Belajar dalam arti yang luas adalah proses persentuhan seseorang dengan kehidupan itu sendiri. Dari proses ini seseorang akan memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Dalam metode belajar yang baik, proses belajar dan mengajar sebaiknya tidak selalu dilakukan diruangan tertutup dan terbatas dalam kelas, mealinkan juga dilakukan di luar ruangan yang lebih leluasa, bebas dan tak tebatas. Dengan cara belajar diluar ruangan, suasana menjadi lebih segar dan variatif. Dalam kondisi tersebut peserta didik akan lebih mudah menerima pelajaran, proses belajar mengajarpun berlangsung secara menyenangkan dan optimal.24 3. Konsep Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini 24 Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, (Bandung Nusa Media, 2012), hlm.1 34 memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumya. Dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti serta dapat melaksanakan dan memiliki “sesuatu”. Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. 25 Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian, dan pengarahan mengenai prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan, tadi kedalam peseerta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Namun informasi tersebut harus dianalisis kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas. Menurut Hilgrad dan Bower belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan 25 Ibid., hlm.2 35 informasi atau menemukan. Dengan demikian belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas dan penguasaan tentang sesuatu. Sedangkan belajar menurut Sumadi Suryabrata seorang cendekiawan Indonesia, belajar merupakan upaya yang sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik yang berupa pengetahuan maupun keterampilan. Dalam konteks ini seseorang menjalani aktivitas belajar untuk meningkatkan kualitas hidupnya agar semakin baik, berguna dan bermakna. Adapun kualitas belajar seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperolehnya saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. 26 Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. 4. Ciri-Ciri Belajar Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni perubahan yang terjadi pada anak didik. Menurut Slameto ciri-ciri perubahan dalam belajar meliputi : 26 Ibid., hlm.5 36 a. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain-lain. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagianbagian tetentu secara persial.27 Sebagai sebuah proses menuju perubahan, belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Sebuah proses atau aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar b. Perubahan yang terjadi selama proses belajar harus tampak setelah proses belajar c. Perubahan tersebut relatif lama atau permanen d. Menghasilkan inovasi baru dan e. Perubahan tersebut terjadi karena usaha yang disengaja28 Belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang. Dengan pengertian tersebut, maka belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri: a. Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap 27 Pupuh Fathurrohman dan Sobri Sutekno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:PT Refika Aditama, 2007), hlm.10 28 Nur Ghufron, dan Rini Risnawati, Opcit., hlm. 6 37 Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku, belajar berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman (experience), tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku yang nyata dan dapat diamati. b. Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disengaja, perubahan tersebut bisa berupa dari tidak tahu menjadi tahu. Dari memberikan respon yang salah atas stimulus-stimulus kearah memberikan respon yang benar. Berarti perubahan fisik dari kecil menjadi besar bukanlah karena proses belajar. Dan oleh karena itu tidak dapat disebut sebagai proses belajar c. Belajar berbeda dengan kematangan Kematangan adalah sesuatu yang dialami oleh manusia karena perkembangan-perkembangan bawaan. Kematangan umumnya ditandai oleh adanya perubahan dari diri seseorang semisal dari belum bisa berjalan pada umur tertentu menjadi bisa berjalan pada umur selanjutnya, tidaklah akibat dari aktivitas belajar melainkan karena adanya proses kematangan. Berbeda dengan belajar ia adalah suatu proses yang disengaja dan secara sadar. Belajar adalah suatu aktivitas yang dirancang atau sebagai akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya.29 29 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), hlm.48 38 C. Mengajar 1. Pengertian Mengajar Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Nasution berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. 30 Menurut Biggs seorang pakar psikologi kognitif yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian. a. Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan) b. Pengertian institusional (yang menyangkut kelembagaan atau sekolah) c. Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal)31 Dalam pengertian kuantitatif, mengajar berarti transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru perlu 30 31 Muhibbin Syah, Opcit., hlm.179 Ibid., hlm.180 39 menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Dalam pengertian institusional mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam pengertian ini, guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya. Selanjutnya dalam pengertian kualitatif, mengajar berarti facilitation of learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa sesuai dengan konsep kualitatif, yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makna dan pemahamannya sendiri. Jadi guru tidak menjejalkan pengetahuan kepada murid, tetapi melibatkannya dalam aktivitas belajar yang efisien dan efektif. Pengajaran kualitatif ini lebih terpusat pada siswa (student centred) .sedangkan pengajaran kuantitatif lebih berpusat pada guru (teacher centered).32 Kesimpulannya adalah mengajar diartikan secara representatif dan komprehensif dalam arti menyentuh segenap aspek psikologis siswa. Kedudukan guru dalam pengertian ini tidak dapat lagi dipandang sebagai penguasa tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning (pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap 32 Ibid., hlm.181 40 membimbing dan membantu para siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh menyeluruh. 2. Konsep Pola Dasar Mengajar Pola dasar mengajar ialah langlah-langkah pokok yang harus ditempuh oleh guru dalam proses belajar mengajar. Diantaranya adalah : a. Pola Dasar Mengajar yang Sederhana Pola ini terdiri dari kompoen-komponen sebagai berikut : 1. Tujuan instruksional yang dirumuskan secara khusus dan operasional 2. Perilaku dasar siswa (entry behavior) yang perlu dikenali sebelum pembelajaran yang dimulai 3. Prosedur instruksional yang melipiuti penilaian materi pembelajaran, metode mengajar, media pengajaran, dan waktu yang disusun berdasarkan tujuan instruksional 4. Penilaian untuk mengetahui keberhasilan siswa atau tercapainya tujuan instruksional 5. Balikan, yaitu informasi yang diperoleh melalui prosedur penilaian yang pada gilirannya memberikan umpan balik terhadap tujuan instruksional, perilaku awal, dan prosedur instruksional33 b. Pola Mengajar Formal Step 33 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2012 ), hlm. 59 41 Pola ini dikembangkan oleh J.Herbart yang dilandasi oleh teori belajar asosiasi. Pola mengajar ini terdiri atas lima langkah : 1. Persiapan (preparation). Pada langkah ini guru berusaha mengungkapkan kembali bahan/apersepsi (materi pelajaran yang tersimpan didalam ingatan siswa). 2. Penyajian (presentation). Pada langkah ini guru menyampaikan bahan baku kepada kelas berupa bahan pokok, dilengkapi dengan contoh dan ilustrasi 3. Asosiasi dan perbandingan (association and comparation). Guru menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran lainnya maupun dengan hal-hal praktis di masyarakat. Tujuan langkah ini adalah untuk merencanakan bahan pelajaran baru. 4. Kesimpulan (generalization). Tujuan langkah ini ialah untuk menentukan generalisasi konsep dan prinsip yang telah disajikan 5. Penerapan (application). Pada langkah ini guru memberikan tugas kepada siswa atau sejumlah pertanyaan ulangan.34 c. Pola Mengajar Morrison Plan Urutan prosedur belajar mengajar dalam pola ini adalah : 1. Eksplorasi. Pada langkah ini guru melakukan penjajakan terhadap pengalaman-pengalaman siswa dan menghubungkannya dengan unit 34 Ibid., hal.60 42 2. Presentasi. Pada langkah ini guru menyajikan garis besar tentang unit yang akan dilaksanakan 3. Asimilasi. Pada langkah unit, siswa mempelajari maasalah tersebut dan mempelajri bahan-bahan dari berbagai sumber serta berusaha menguasainya hingga menjadi miliknya 4. Organisasi. Anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan, baik lisan maupun tertulis, materi yang telah dikuasainya, yang disusun dalam satu kesatuan 5. Resitasi. Pada langkah ini diadakan penilaian.35 d. Pola Mengajar yang diajukan oleh the Commision on the Relation of School and College Pola mengajar ini terdiri dari tiga langkah mengajar, yaitu : 1. Menyiapkan Masalah, yakni mencari kriteria untuk merumuskan masalah 2. Periode Kerja, yakni tahap pelaksanaan para siswa bekerja 3. Tahap Kulminasi, yakni siswa melakukan berbagai kegiatan seperti laporan individu mapun kelompok, dramatisasi, dan penilaian.36 e. Pola Pengajaran Unit Pengajaran unit pada dasarnya adalah suatu sistem belajar yang bertitik tolak dari suatu masalah, topik, atau proyek yang bertujuan membentuk pribadi siswa yang terintegrasi secara harmonis, yang mampu bertindak untuk menghadapi berbagai situasi problematis sesuai 35 36 Ibid., hal. 61 Ibid., 43 dengan kemampuan individual, dan berorientasi kepada kehidupan masyarakat, dan yang menuntut keaktifan secara seimbang antara guru dan siswa, dan dilaksanakan secara terpadu, bertahap, dan berkesinambungan. 37 3. Aspek Belajar Mengajar Proses belajar mengajar terdiri atas aspek-aspek yang saling berinteraksi satu degan yang lainnya untuk mencapai tujuan instruksional. Tanpa adanya aspek belajar mengajar tersebut tidak mungkin terjadi proses yang diharapkan. Ada lima aspek belajar mengajar yang masingmasing memiliki fungsi yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan yang bulat, antara lain : a. Aspek Tujuan Istruksional Aspek tujuan instruksional adalah yang paling utama, yang harus dirumuskan secara jelas dan spesifik karena menentukan arah tindakan belajar dan mengajar. Tujuan-tujuan intruksional harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati ketercapaiannya. b. Aspek Materi Pelajaran Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan selanjutnya dirumuskan pula materi pelajaran yang akan disajikan kepada para siswa. 37 Ibid., hal.62 44 c. Aspek Metode atau Strategi Belajar Mengajar Sehubungan dengan tujuan instruksional dan materi pelajaran, selanjutnya ditentukan alternatif metode atau strategi belajar mengajar. d. Aspek Media Instrusional Media merupakan unsur penunjang dalam proses belajar mengajar agar terlaksana lancar dan efektif. Pada aspek ini terdapat juga buku sumber yang digunakan sebagai sumber bahan. e. Aspek Penilaian Aspek penilaian merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan instruksional telah tercapai atau hingga mana terdapat kemajuan siswa, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan instruksional tersebut. f. Aspek Penunjang Fasilitas, Waktu, Tempat, Perlengkapan g. Aspek Ketenagaan Faktor guru dan siswa turut menentukan berhasil tidaknya proses tersebut, sebab faktor-faktor inilah yang harus banyak melibatkan diri dalam situasi mengajar dan belajar. Keaktifan siswa dan guru besar maknanya bagi keberhasilan proses belajar dan mengajar.38 Ketujuh aspek belajar mengajar tersebut merupakan satu kesatuan yang terorganisasi dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional. Dalam pola sistematik, ketujuh aspek tersebut biasanya 38 Ibid., hlm. 62 45 disebut dengan istilah “komponen” dan memegang pengajaran adalah suatu sistem. D. Kompetensi Profesionalisme Guru Menurut Daryanto kata kompetensi berasal dari bahasa inggris yakni “competence” yang berati kecakapan, kemampuan dan kesanggupan. Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, kompetensi adalah kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal.39 Pengertian kompetensi kaitannya dengan sosok guru dikemukakan oleh Teven dan Hanson kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap kompeten dia dianggap mengetahui apa yang dia bicarakan. Untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi, maka diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan empat aspek kompetensi yang ada pada dirinya, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, profesional, dan sosial. Pembinaaan dan pengembangan profesi guru dimaksudkan dilakukan melalui jabatan fungsional. Dengan demikian fokus pengembangan keprofesionalan guru terkait dengan empat kompetensi utama yang harus dimiliki.40 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan 39 40 Agus Wibowo dan Hamrin, Opcit., hlm.102 Ibid., hal.109 46 pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik sering dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran. Mencakup konsep kesiapan mengajar, yang ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar.41 Guru yang mampu merancang pembelajaran secara baik, memiliki karakteristik berupa menerapkan teori belajar dan pembelajaran yang mencakup : a. Membedakan teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, sosial atau yang lain dan menerapkan teori belajar tersebut dalam pembelajaran fakta, konsep, prosedur, dan prinsip b. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan keberadaan anak didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar yang mencakup mendeskripsikan berbagai strategi pembelajaran dan memilih strategi pembelajaran dikaitkan dengan karakteristik anak didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar. c. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang telah dipilih mencakup : a). Menyusun silabus dan rencana pembelajaran, b). merancang kerangka penglaman belajar (tatap muka, terstruktur, dan mandiri) untuk mencapai kompetensi, c). memilih dan mengorganisasikan materi dan bahan ajar, d). memilih dan metancang 41 Ibid., hal.110 47 media dan sumber belajar yang diperlukan, e). Membuat rancangan evaluasi proses dan penilaian hasil belajar. 42 Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar anak didik memiliki karakteristik, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, mencakup : a. Melaksanakan penilaian dengan tes maupun non tes b. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar yang mencakup: a). Menganalisis hasil penilaian proses belajar, b). menganalisis hasil penilaian hasil belajar, c). menginterpretasikan hasil analisis, d). menggunakan hasil analisis untuk menentukan ketuntasan belajar. c. Menggunakan informasi ketuntasan belajar untuk merancang program remidi atau pengayaan yang mencakup: a). Menentukan posisi anak didik dilihat dari ketuntasan belajar yang telah ditetapkan, b). merancang program remidi bagi anak didik yang dibawah ketuntasan minimal, c). merancang program pengayaan bagi anak didik yang mencapai ketuntasan belajar optimal. d. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum yang mencakup: a). Menganalisis kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan, b). 42 Ibid., hal.111 48 menentukan bagian-bagian pembelajaran yang memerlukan perbaikan, c). merancang langkah-langkah pembelajaran.43 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian dari seorang guru merupakan modal dasar bagi yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya secara profesional. Kompetensi kepribadian ini berupa kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, berwibawa, dan akhlak mulia, sehingga bisa menjadi teladan. Menurut Ibn Sahnun kerpibadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para anak didik. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Ibn Sahnun berpandangan bahwa seluruh sikap dan perbuatan seorang guru merupakan suatu gambaran dari kerpibadian guru tersebut, asal dilakukan secara sadar meliputi pengetahuan, keterampilan, ideal dan sikap dan juga perspepsi yang dimilikinya tentang orang lain. Adapun indikator seorang guru yang memiliki kepribadian yang mantap dan stabil tercermin dalam perilakunya yang menunjukan beberapa karakteristik diantaranya : a. Mentaati peraturan perundang-undanagan dan ketentuan lainnya b. Menunjukkan perilaku disiplin c. Bertindak sesuai dengan norma sosial dengan ciri : a). Bertutur kata secara santun, b). berpenampilan secara sopan, c). berperilaku santun. 43 Ibid., hlm. 112 49 d. Bangga sebagai pendidik, yang ditandai dengan menunjukkan komitmen terhadap tugas sebagai pendidik dan menjaga kode etik profesi pendidik e. Memiliki konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri mentaati tata tertib secara konsisten dan memiliki disiplin diri secara konsisten. 44 Menurut Buchari Alma guru yang memiliki kompetensi kepribadian akan menjadi sosok teladan. Guru demikian akan mengubah perilaku anak didiknya, disamping dihormati dan disegani oleh anak didiknya guru yang memiliki kompetensi kepribadian juga akan disenangi. Guru yang disenangi ini akan berkontribusi pada mata pelajaran yang diampu dan siswa akan bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran yang dipelajari tersebut. 3. Kompetensi Profesional Menurut para ahli pendidikan sebuah pekerjaan dikatakan profesi jika dialakukan untuk mencari nafkah, sekaligus dilakukan dengan tingkat keahlian yang tinggi. Agar sebuah profesi dapat mengahasilkan mutu produk yang baik, maka perlu dibarengi dengan etos kerja yang mantap pula. Ada tiga ciri dasar yang dapat dilihat pada setiap profesional yang baik mengenai etos kerjanya, yaitu : a. Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaaan b. Menjaga diri dalam melaksanakan pekerjaan 44 Ibid., hlm. 113 50 c. Keinginan untuk memberikan layanan kepada masyarakat 45 Adapun kompetensi profesional adalah penguasaan guru atas materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional ini memiliki karakteristik menguasai materi ajar yang luas dan mendalam, serta menguasai struktur dan metode keilmuan bidang studi yang diajarkan. menurut Buchari Alma kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam serta metode dan teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan. Kompetensi profesional guru juga ditunjukkan oleh kemampuan guru dalam mengembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian, dan secara nyata menghasilkan karya-karya produktif seperti penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.46 4. Kompetensi Sosial . kompetensi ini adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi, menjalin kerja sama dan berinteraksi secara efektif dan efisien, baik itu dengan anak ddik, sesama pendidik, orang tua atau wali, maupun dengan masyarakat sekitar. Menurut Buchari Alma kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Guru profesonal berusaha 45 46 Ibid., hal.117 Ibid., hlm. 118 51 untuk mengembangkan komunikasi dengan orangtua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada umumnya. Selain itu, bergaul secara efektif bagi guru mencakup mengembangkan hubungan secra efektif dengan anak didik, sejawat, orang tua ataua wali, dan masyarakat dengan beberapa ciri, yaitu: pertama, mengembangkan hubungan atas dasar prinsip saling menghormati. Kedua, mengembangkan hubungan atas dasar prinsip keterbukaan dan mengembangkan hubungan asah, asih, asuh. Ketiga, bekerja sama secara efektif dengan anak didik, sejawat, orang tua atau wali, dan masyarakat dengan ciri: a). Bekerja sama atas dasar prinsip saling menghormati, b). bekerja sama atas dasar prinsip keterbukaan dan c). bekerja sama atas dasar prinsip saling memberi dan menerima.47 R.M. Guion dalam Spancer dan Spencer mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir dalam segala situasi, dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Spancer membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut : 1. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu 2. Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi 47 Ibid., hlm 123 52 3. Konsep diri, yaitu sikap nilai dan image diri seseorang 4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu 5. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental48 Kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep hakikat guru dan hakikat tugas guru. Kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu. Ace suryadi mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, seorang guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang profesional tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan, awalnya harus dibina melalui penguatan landasan profesi, seperti pembinaan tenaga pendidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan yang memadai, efesiensi dalam sistem perencanaan, serta pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.49 Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Nana Sudjana membagi kompetensi guru dalam tiga bagian: 48 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan problema solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia , (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 63 49 Ibid., hlm.65 53 a. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pembinaan tentang penyuluhan, pembinaan admistrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya. b. Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya c. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku.50 Kompetensi guru profesional menurut pakar pendidikan seperti Soedarto menuntut dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain:(a). Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber pelajaran, (b). bahan ajar yang diajarkan, (c). pengetahuan tentang karakteristik siswa, (d). pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, (e). Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar, (f). Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, (g). Pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan. 51 Disamping berarti kemampuan, kompetensi juga berarti keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Adapun kompetensi guru menurut Barlow ialah 50 51 Ibid., hal.69 Ibid., hlm.64 kompetensi guru merupakan 54 kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya, guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.52 52 Supriyadi, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta:Cakrawala Ilmu, 2011), hlm. 42 BAB III HISTORIKA BIOGRAFI DAN PROFESIONALISME GURU DALAM PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR MENURUT Prof. Dr. H. HAMZAH B. UNO, M.Pd. A. Biografi dan Intelektual Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno M.Pd. 1. Riwayat Kehidupan Hamzah B. Uno Namanya adalah Hamzah B. Uno dilahirkan di Limbato kabupaten gorontalo pada tanggal 1 Juni 1963. Hamzah adalah seorang dosen di Universitas Negeri Gorontalo. Berbagai organisasi pernah ia ikuti, seperti organisasi ikatan sarjana pendidikan MIPA, ikatan profesi teknologi pendidikan indonesia dan persatuan guru republik indonesia.1 2. Pendidikan dan Karir Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno M.Pd. Pendidikan Hamzah B. Uno dimulai di SD Ombulo (1977), SLTP tahun (1980) di Limboto, SMA Thridarma tahun (1984) di kota Gorontalo. Kemudian menyelesaikan sarjana S-I pada FKIP Universitas Sam Ratulangi Manado jurusan Pendidikan Matematika tahun (1989). Pada tahun (1995) menyelesaikan pendidikan S-2 pada jurusan Teknologi Pembelajaran PPS IKIP Malang. Memperoleh gelar Doktor dalam bidang Teknologi Pendidikan di PPS Universitas Negeri Jakarta pada tahun (2003). 1 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan problema solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia , (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hlm 145 55 56 Riwayat pekerjaan yang dijalani oleh Hamzah B.Uno, diantaranya adalah: a. Dosen Universitas Negeri Gorontalo b. Kepala UPBJ-UT Gorontalo c. Dosen MIPA Universitas Negeri Gorontalo d. Dosen tidak tetap STAIN Sultan Amai Gorontalo e. Dosen tidak tetap UNTIKA Luwuk Sulawesi Tengah f. Dosen tidak tetap program pasca sarjana UNG g. Dosen pasca sarjana IAIN Sultan Amai Gorontalo h. Dosen pasca sarjana STIE Bina Taruna Gorontalo Selain itu Hamzah juga pernah menjadi yang tersebut dibawah ini : a. Kepala laboratorium matematika STKIP Gorontalao b. Sekretaris bidang penelitian STKIP Gorontalo c. Kepala Unit publikasi Ilmiah STKIP Gorontalo d. Sekretaris PPL STKIP Gorontalo e. Kepala pusat komputer STKIP Gorontalo f. Kepala Unit pelaksana STKIP Gorontalo g. Pimpinan dewan redaksi journal penelitian STKIP Gorontalo h. Pemimpin dewan redaksi journal penelitian dan pendidikan Normalita PPS UNG i. Pembantu Rektor III UNG j. Ketua lembaga pendidikan dan pembelajaran UNG k. Dalam madrasah Development Center provinsi Gorontalo 57 Hamzah juga memilki berbagai macam pengalaman-pengalaman dalam menjalankan tugas sejak masih muda, yakni sebagai berikut : 1. Sekretaris senat mahasiswa FKIP Unsrat Manado (1984-1986) 2. Ketua senat mahasiswa FKIP Unsrat Manado (1986-1988) 3. Sekretaris mahasiswa Huluya FKIP Unsrat (1987-1990) 4. Ketua bidang pembinaan anggota HMI cabang Gorontalo (1986-1990) 5. Sekretaris DPD I AMPI Kabupaten Gorontalo (1991-1994) 6. Sekretaris ICMI Orsat Limboto (1996- sekarang) 7. Pengurus IPTPI Pusat (2005- Sekarang) 8. Ketua ICMI Kabupaten Gorontalo (2007) 9. Ketua Tim Pakar KAHMI Gorontalo (2006) 2 3. Karya-karya Hamzah B. Uno Dalam menerbitkan Buku, Hamzah bekerja sama dengan penerbitpenerbit terkenal seperti Nurul Jannah, Alawiyah Press, Biaya Dikti, Bumi Aksara Jakarta. Adapun buku-bukunya adalah : 1. Buku panduan mahasiswa kerangka perkuliahan dan bahan ajar mata kuliah Deskriptif (1994) penerbit Nurul Jannah 2. Metodologi penelitian kuantitatif dalam bidang pendidikan (1977) penerbit Nurul Jannah 3. Pengantar teori belajar dan pembelajaran (1977) penerbit Nurul Jannah 4. Media pendidikan (1997) penerbit Nurul Jannah 5. Pengantar penilaian (1998) penerbit Nurul Jannah 2 Ibid., hlm. 147 58 6. Perencanaan pembelajaran teori praktek (1999) penerbit Nurul Jannah 7. Pengembangan instrumen untuk penelitian (2002) penerbit Alawiyah Press 8. Metodologi penelitian kuantitatif (2002) penerbit Nurul Jannah 9. Teori motivasi dan aplikasinya dalam penelitian (2003) penerbit Nurul Jannah 10. Landasan pembelajaran (2003) penerbit Nurul Jannah 11. Model pembelajaran (2003) penerbit Nurul Jannah 12. Sosiologi pendidikan paradigma ganda (2003) penerbit Nurul Jannah 13. Landasan pendidikan (2005) penerbit Nurul Jannah 14. Landasan keilmuan pembelajaran (2005) penerbit Biaya Dikti 15. Filsafat ilmu (2006) penerbit Nurul Jannah 16. Orientasi baru dalam psikologi (2006) penerbit Bumi Aksara Jakarta 17. Profesi kependidikan (2007) penerbit Bumi Aksara Jakarta 18. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran (2007) penerbit Bumi Aksara Jakarta 19. Pengantar pendidikan (2008) penerbit Nurul Jannah 20. Teknologi komunikasi dan informasi pendidikan penerbit Bumi Aksara Jakarta 21. Strategi pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM penerbit Bumi Aksara Jakarta3 3 Ibid., hlm. 148 59 B. Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno M.Pd. 1. Hakikat Profesi Guru Guru merupkan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang diluar bidang pendidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut : 1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi 2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan. 3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan penyesuainnya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik 4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya 5. Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas 60 6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan seharihari 7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya 8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun diluar kelas 9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. 4 Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta melakukan perbaikan dan pengembangan. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, pemimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi yang telah diperoleh. 4 Ibid., hlm. 15 61 2. Guru Sebagai Contoh (Suri Tauladan) Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik. Untuk itu, maka seorang guru harus dapat menjadi contoh (suri tauladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru. Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya. Perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya sebagai berikut : 1. Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta didik yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang peserta didik untuk berpikir dan bekerja (melakukan). 2. Mengubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta didik yang baru dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi guru), atau baru belajar kalau ada guru 3. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar, sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat 62 orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.5 3. kompetensi dan Tugas Guru Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya disekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetenasi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan. Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif dilibatkan dalam memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi serta menyajikan dan mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat dan lainnya.6 Berikut akan diuaraikan tentang kompetensi profesional yang harus menjadi andalan guru dalam melaksanakan tugasnya : a. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimilki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimilki seorang guru, terdiri dari tiga, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 5 6 Ibid., hlm.17 Ibid., hal.18 63 1. Kompetensi pribadi Seorang guru harus memilki pengetahuan penunjang kondisi fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari para peserta didik yang dihadapinya. Beberapa kompetensi pribadi yang mestinya ada pada seorang guru, yaitu memilki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan juga mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara individual. 2. Kompetensi sosial Kompetensi sosial yang dimilki oleh seorang guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga dan sesama teman). 3. Kompetensi profesional mengajar Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan : a. Merencanakan sistem pembelajaran - Merumuskan tujuan - Memilih prioritas materi yang akan diajarkan - Memilih dan menggunakan metode - Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada - Memilih dan menggunakan media pembelajaran b. Melaksanakan sistem pembelajaran - Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat 64 - Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat c. Mengevaluasi sistem pembelajaran - Memilih dan menyusun jenis evaluasi - Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses d. Mengembangkan sistem pembelajaran - Mengoptimalisasi potensi peserta didik - Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri - Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.7 b. Seperangkat Tugas Guru Menurut Uzer yang dikutip oleh Hamzah B. Uno dalam buku Profesi Kependidikan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru disekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai mahluk bermain (homoludens) sebagai mahluk remaja atau berkarya (homopither) dan sebagai mahluk berpikir atau dewasa (homosapiens). Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. 8 7 8 Ibid., hal.19 Ibid., hal.20 65 Sedangkan secara khusus tugas guru dalam proses pembelajaran tatap muka sebagai berikut : 1. Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran a). Tugas Manajerial Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal maupun eksternal. Yang berhubungan dengan peserta didik, alat perlengkapan kelas (material), tindakan-tindakan profesional. b). tugas Edukasional Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:motivasional, pendisiplinan, dan sanski sosial (tindakan hukuman) c). tugas Instruksional Menyangkut fungsi mengajar, bersifat:penyampaian materi, pemberian tugas-tugas pada peserta didik, mengawasi dan memeriksa tugas. 2. Tugas pengajar sebagai pelaksana (Executive Teacher) Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Sedangkan secara khusus tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran sebagai berikut : 66 a. Menilai kemajuan program pembelajaran b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja (learning by doing) c. Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar d. Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas e. Bertindak sebagai manusia sumber f. Mengarahkan peserta didik agar mandiri g. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil ynag optimal. 9 4. peranan Guru dalam Pembelajaran Tatap Muka Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh Moon, yaitu sebagai berikut : 1. Guru sebagai perancang pembelajaran a. Membuat dan merumuskan TIK b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis, dan fungsional efektif c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa d. Menyediakan sumber belajar 9 Ibid., hlm. 21 67 e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memerhatikan materi, efektif dan efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis. 10 2. Guru sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction) Guru berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari peserta didik kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri. Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik mengendalikan pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.11 3. Guru sebagai pengarah pembelajaran Seorang guru hendaknya senantiasa berusaha menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam hal ini adalah pendekatan pribadi, dimana guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam hingga dapat membantu dalam keseluruhan PBM. 4. Guru sebagai evaluator (Evaluator of student learning) 10 11 Ibid., hal. 22 Ibid., hal. 23 68 Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian, proses pembelajaran akan terus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. 12 5. Guru sebagai konselor Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi didalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipesriapkan agar: - Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya - Dapat memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia. Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya.13 6. Guru sebagai pelaksana kurikulum 12 13 Ibid., hal. 24 Ibid., 69 Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi.14 Peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara aktif dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Dalam perencanaan kurikulum Kurikulum ditingkat nasional dirancang dan dirumuskan oleh pakar dari berbagai bidang disiplin ilmu yang terkait, sedangkan guru-guru yang sudah berpengalaman biasanya terlibat untuk memberikan masukan berupa saran, ide, atau tanggapan terhadap kemungkinan pelaksanaannya disekolah. b. Dalam pelaksanaan dilapangan Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikulum, baik secara keseluruhan maupun tugas sebagai penyampaian mata pelajaran sesuai dengan GBPP yang telah dirancang dalam suatu kurikulum c. Dalam proses penilaian Selama pelaksanaan kurikulum akan dinilai seberapa jauh tingkat ketercapaiannya. 14 Ibid., hal.26 Biasanya guru diminta saran maupun menilai 70 kurikulum yang sedang berjalan guna melihat kebaikan dan kelemahan yang ada. Dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek filosofis, sosiologis, dan metodologis d. Pengadministrasian Guru harus menguasai tujuan kurikulum, isi program (pokok bahasan, subpokok bahasan) yang harus diberikan kepada peserta didik e. Perubahan kurikulum Guru sebagai pelaku kurikulum mau tidak mau tentu akan selalu terlibat dalam pembaharuan yang sedang dilakukan sebagai suatu usaha untuk mencari format kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. 15 Seorang guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelajarn yang harus diberikan kepada peserta didik bukan sebagai barang mati, sehingga apa yang terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh guru menjadi suatu materi yang menarik untuk disajikan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 7. Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Posisi dan peranan guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, dimana guru harus menempatkan diri sebagai : 15 Ibid., 71 a. Pemimpin belajar b. Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk c. Moderator belajar, guru sebagai moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar, tetapi juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik d. Motivator belajar e. Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif. 16 8. Tugas dan tanggung jawab guru Ada beberapa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat menumbuhkan minat dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut : a. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi b. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya belajar yang dimilki oleh peserta didik secara individual c. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesuai denagan kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya dalam proses pembelajaran 16 Ibid., hal. 27 72 d. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal. e. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik dengan mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi peserta didik, suasana belajar, dan faktor yang berkenaan dengan diri guru f. Memahami sifat dan karakteristik peserta didik g. Terampil dalm menggunakan sumber-sumber belajar h. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenagkan.17 9. Syarat guru yang baik dan berhasil Syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain berijazah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah mempunyai sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran. Syarat-syarat untuk menjadi guru yang baik dan berhasil adalah : a. Guru harus berijazah Yang dimaksud berijazah adalah ijazah yang dapat memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai seorang guru disuatu sekolah tertentu b. Guru harus sehat jasmani dan rohani 17 Ibid., hal.28 73 c. Guru harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan tugas utama seorang guru, karena itulah guru harus terlebih dahulu berjiwa nasional.18 Keberhasilan seorang guru dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar sangat tergantung pada diri pribadi masing-masing guru dalam lingkungan tempat ia bertugas. 18 Ibid., hlm.29 BAB IV ANALISIS PROFESIONALISME GURU DALAM PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR MENURUT Prof. Dr. H. HAMZAH B. UNO, M.Pd. A. Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. Didalam pendidikan guru adalah seorang pendididk, pembimbing, pelatih, pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana yang kondusif bagi para peserta didiknya, yaitu lingkungan yang bersifat menantang, dan merangsang peserta didik untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Menurut Hamzah B. Uno guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang di luar bidang pendidikan. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar.1 Menurut para ahli pendidikan, bahwa kegiatan atau pekerjaan itu dilakukan dikatakan profesi bila ia dilakukan untuk mencari nafkah dan sekaligus dilakukan dengan tingkat keahlian yang cukup tinggi. Agar suatu 1 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan problema solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia , (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hal.15 74 75 profesi dapat menghasilkan mutu produk yang baik, maka ia perlu dibarengi dengan etos kerja yang mantap pula. Ada tiga ciri dasar yang selalu dapat dilihat pada setiap profesional yang baik mengenai etos kerja, yaitu: a) Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan; b) Menjaga harga diri dalam melaksanaan pekerjaan; c) Keinginan untuk memberi layanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya.2 ketiga ciri dasar diatas merupakan etos kerja yang seharusnya melekat pada setiap pekerjaan profesional. Menurut suyanto dan Asep jihad pada prinsipnya, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan, minimal dari latar belakang pendidikan untuk menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lainlain. 3 Menurut Hamzah B. Uno Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah yang berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya sekolah-sekolah yang 2 hal.222 3 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,), Suyanto dan Asep jihad, Menjadi Guru Profesional , (Jakarta:Erlangga,2013), hal.25 76 memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi kepada peserta didik, dan peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari guru.4 Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif, secara terpola, formal, dan sistematis. Guru yang profesional yaitu guru yang memiliki kemapuan profesional, personal, dan sosial. Sebutan guru profesional dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.5 Hal ini sejalan dengan pemikiran Hamzah B. Uno bahwa, seorang guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi yaitu, kompetensi pribadi atau personal, kompetensi sosial, kompetensi profesional mengajar. Kompetensi pribadi atau personal, pada dasarnya adalah perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru, sehingga seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu, guru harus dapat menjadi contoh atau suri teladan bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah 4 5 Hamzah B. Uno, Opcit., hal.18 Muhammad surya, Opcit., hal.77 77 representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru. Menurut Oemar Hamalik kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan komulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud dengan kepribadian disini meliputi pengetahuan, keterampilan, ideal, dan sikap, dan juga persepsi yang dimilikinya tentang orang lain. Sejumlah percobaan dan hasil-hasil observasi menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali yang dipelajari oleh siswa dari gurunya. Para siswa menyerap sikap-sikap gurunya, merefleksikan perasaan-perasaannnya, menyerap keyakinan-keyakinannya, meniru tingkah lakunya dan mengutip pernyataan-pernyataannya. Pengalaman menunjukkan bahwa masalahmasalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan hasrat belajar yang terus menerus itu semuanya bersumber dari kepribadian guru.6 Menurut Athiyah Al-Abrosy, yang dikutip oleh Agus Wibowo dan Hamrin seorang guru sebelum mengajarkan pendidikan hendaknya memilki sifat-sifat mulia, antara lain: a. Menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar b. Hubungan guru dengan anak didik harus baik c. Guru harus selalu memperhatikan anak didik serta pelajaran mereka d. Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar anak didik e. Guru wajib menjadi contoh atau teladan didalam keadilan dan keindahan, serta kemuliaan bagi anak didiknya 6 Oemar Hamalik, Algensindo,2012) hal. 34 Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung:Sinar Baru 78 f. Guru wajib ikhlas didalam pekerjaannya g. Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan h. Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan atau penelitian i. Guru harus mampu mengajar, bagus penyiapannya, dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya j. Guru harus sarat dengan ide sekolah yang modern k. Guru harus mempunyai niat yang tetap l. Guru harus sehat jasmaninya m. Guru harus mempunyai pribadi yang mantap7 Menurut Muhammad AR guru itu bukan orang sembarangan. Ia adalah manusia yang memiliki kualitas dalam hal ilmu pengetahuan, moral, cinta, serta ketaatan kepada agama. Sedangkan kompetensi sosial berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis, ia harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai optimalisai, potensi, pada diri masing-masing peserta didik. Ia harus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Kompetensi sosial yang dimilki seorang guru adalah menyangkut 7 Agus Wibowo dan Hamrin, Opcit., hal.62 79 kemampuan berkomunikasi, dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman). Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimilki guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut : 1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, dengan melakukan hal tersebut guru bisa memahami keinginan dan harapan siswa 2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan, misalnya bisa berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi siswa serta solusinya 3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali siswa dan masyarakat sekitar. Contohnya, guru bisa emberikan informasi tentang bakat, minat, dan kemampuan siswa kepada orang tua siswa8 Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan 8 Suyanto dan Asep Jihad, Opcit., hal.43 80 materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut : a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi dan koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antarmata-pelajaran yang terkait, dan menerapakan konsep-konsep keilmuan dalam proses belajar mengajar b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memilki implikasi bahwa guru harus menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.9 Seorang guru yang profesional selain harus memiliki beberapa kompetensi, juga memiliki beberapa tugas menurut Hamzah B. Uno tugas seorang guru antara lain tugas edukasional yang menyangkut fungsi mendidik, bersifat motivasional, pendisiplinan, sanksi sosial (tindakan hukuman). Tugas manajerial menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal maupun eksternal, yang berhubungan dengan peserta didik, alat perlengkapan kelas dan tindakan-tindakan profesional. Menurut Suyanto dan Asep Jihad tugas guru sebagai menejer belajar, guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan. Dia membimbing siswanya 9 Ibid., 81 belajar, mengambil prakarsa, mengeluarkan ide terbaik yang dimilikinya. Dia bertindak sebagai bagian dari siswa dengan ikut belajar bersama mereka selain itu, guru juga harus belajar dari teman seprofesinya. Sosok guru itu diibaratkan segalanya bisa.10 Sedangkan tugas guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Guru akan menjadi sahabat siswa, teladan dalam pribadi, yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa, menciptakan suasana dimana siswa belajar dalam kelompok kecil di bawah bimbingan guru.11 Secara umum tugas dan tanggung jawab guru menurut Hamzah B. Uno adalah mampu menjabarkan bahan pembelajaran kedalam berbagai cara penyampaian, mampu merumuskan tujuan pembelajaran sehingga kegiatan belajar peserta didik dapat berjalan lebih aktif, menguasai berbagai gaya belajar yang efektif bagi peserta didik. Memahami sifat dan karakter peserta didik terutama kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap pelajaran, motivasi belajar dan hasil belajar. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Peters yang dikutip oleh Nana Sudjana antara lain: a. Guru sebagai pengajar 10 11 Ibid., hlm.31 Ibid., 82 Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar b. Guru sebagai pembimbing Guru sebagai pembimbing memberi tekanan pada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya c. Guru sebagai administrator kelas Pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.12 Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kearah perwujudan profesional. Kualitas profesionalisme didukung oleh lima kompetensi berikut: a. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal b. Meningkatkan dan memelihara citra profesi c. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya d. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi e. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya13 12 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Menagajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2011), hal.14 83 B. Kesesuaian Profesionalisme Guru Terhadap Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru-siswa, siswa-siswa pada saat pelajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Keterpaduan proses belajar siswa dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar (terjadinya proses pengajaran) tidak datang begitu saja dan tidak dapat tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang harus ada dalam proses pengajaran. Perencanaan dimaksudkan merumuskan dan menetapkan interelasi sejumlah komponen dan variabel sehingga memungkinkan terselenggaranya pengajaran yang efektif.14 kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : a. Aspek tujuan instruksional b. Aspek materi pelajaran c. Aspek metode atau strategi belajar mengajar d. Aspek media instruksional 13 14 Muhammad surya, Opcit., hal.78 Nana Sudjana, Opcit., hal.28 84 e. Aspek penilaian f. Aspek penunjang, fasilitas,waktu, tempat, perlengkapan g. Aspek ketenagaan15 Selain aspek belajar mengajar faktor penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar seperti yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno adalah peran guru sebagai pelaksana kurikulum. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak ditangan pribadi guru. 16 Guru memegang peranan yang penting dalam kurikulum, karena guru merupakan unsur yang penting yang menentukan berhasil atau gagalnya pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan (sekolah). Guru terlibat langsung secara aktif dalam pelaksanaan kurikulum bersama para siswa. Guru yang menentukan topik pengajaran, bahan-bahan yang akan diajarkan, metode yang digunakan, alat yang dipilih dan dipergunakan, serta mengevaluasi hasil pelaksanaan kurikulum. Dalam sistem pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran 15 16 Oemar Hamalik, Opcit., hal.62 Hamzah B. Uno, Opcit., hal.25 85 serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. 17 Guru sebagai pembelajaran mengetahui kondisi, situasi, dan bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru juga bertanggung jawab atas keberlakuan dalam pembangunan kurikulum. Oleh karena itu, sewajarnya guru berperan optimal dalam pengembangan kurikulum. Peran guru dalam pengembangan kurikulum terwujud dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Perumusan tujuan khusus pengajaran b. Perencanaan kegiatan pembelajaran yang efektif c. Pelaksanaan program pembelajaran dalam pembelajaran sesungguhnya d. Mengevaluasi proses belajar dan hasil belajar siswa e. Mengevaluasi interaksi antara komponen-kompenem kurikulum yang diimplementasikan. 18 Kelima kegiatan tersebut merupakan tuntutan bagi guru yang profesional. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno bahwa berhasil atau gagalnya kurikulum terletak ditangan pribadi seorang guru. Terdapat beberapa alasan dalam pendapat tersebut, yaitu : a. Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum disuatu kelas b. Gurulah yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran, karena ia melakukan : 17 18 289 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2001), hal.64 Dimiyati dan Mujiyono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 2009), hlm. 86 1). Menganalisis tujuan berdasarkan apa yang tertuang dalam kurikulum resmi 2). Mengembangkan alat evaluasi berdasarkan tujuan 3). Merumuskan bahan yang sesuai dengan isi kurikulum 4). Merumuskan bentuk kegiatan belajar yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam melaksanakan apa yang telah diprogramkan c. Gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum di kelas d. Tugas gurulah yang mencarikan upaya memecahkan segala permasalahan yang dihadapi dan melaksanakan upaya itu.19 Guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam pendidikan, adapun kurikulum yang berlaku dan apapun sarana dan prasarana pendidikan yang ada, akhirnya gurulah yang menetapkan badan mengggunkannya disekolah. Kurikulum yang tidak baik, hasilnya tidak akan maksimal. Sarana atau prasarana yang lengkap ditangan guru yang tidak cakap, juga tidak akan bermanfaat dengan baik. Sebaliknya kurikulum dan sarana yang sederhana, tetapi ditangani guru yang profesional sering kali hasilnya lebih baik. Kompetensi profesional guru harus senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan guna menambah pengetahuan dan keterampilan, terutama untuk 19 Hamzah B. Uno, Opcit., hal.25 87 menjadi guru profesional. Untuk itu perlu adanya suatu upaya atau usaha dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, khususnya profesional guru . Suyanto (2001) mengemukakan empat persyaratan agar seorang guru dapat dikatakan profesional : a. Kemampuan guru mengolah atau menyiasati kurikulum b. Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan c. Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri d. Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai bidang studi atau mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh20 Salah satu faktor agar seorang guru dikatakan profesional adalah kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Hamzah B. Uno, yang mengatakan bahwa guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan perananya tidak kalah aktifnya dengan peserta didik. Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, dimana guru harus menempatkan diri sebagai : a. Pemimpin belajar, dalam arti guru harus sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk 20 Suyanto dan Asep Jihad, Opcit., hal.28 88 c. Moderator belajar, guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. 21 Selain kurikulum yang menjadi penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar, kompetensi profesionalisme guru juga menjadi salah satu keberhasilan proses belajar menagajar, karena keberhasilan kurikulum terjadi apabila seorang guru memiliki kecakapan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sependapat dengan pemikiran Hamzah B. uno adalah keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh kompetensi yang telah dikuasai guru dengan pengaplikasiannya pada kegiatan belajar mengajar. Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat modern, sifatnya yang selalu menantang mengharuskan adanya pendidikan yang profesional. Hal ini berarti dimasyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah diperlukan orang tua yang baik, dan disekolah dibutuhkan guru yang profesional. Akan tetapi, dengan tidak adanya pegangan persyaratan pendidikan profesional. Maka hal tersebut menyebabkan 21 Hamzah B. Uno, Opcit., hal.27 89 timbulnya bermacam-macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik atau profesional. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah semua yang penulis paparkan dan telah menganalisis, maka dapat penulis simpulkan : Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, guru memiliki peranan yang sangat penting. karena guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan nasional, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih maju. 1. Profesionalisme Guru menurut Prof. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. profesionalisme guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan suatu sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Dengan demikian, keahlian guru harus terus dikembangkan. Pada umumnya sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi kepada peserta didik, dan peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari guru. 2. Kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan seseorang yang dinyatakan kompeten dibidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang 90 91 bersangkutan. Untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi, maka diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan empat aspek kompetensi yang ada pada dirinya, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. 3. Kesesuaian Profesionalisme seorang guru menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. dalam pelaksanaan belajar mengajar diharuskan memiliki pengetahuan meliputi pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Begitu juga menurut suyanto dan Asep jihad pada prinsipnya, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan, minimal dari latar belakang pendidikan untuk menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan. Dari kedua teori tersebut memiliki persamaan pada metode pembelajaran dan materi bahan ajar, dan telah memiliki kesesuaian dengan pelaksanaan belajar mengajar. B. SARAN-SARAN Dari paparan diatas, penulis memberikan saran-saran : 92 1. Sebagai pendidik harus selalu mengembangkan kemampuannya untuk terus menerus meningkatkan keahliannya, dengan terus belajar dan melakukan penelitian meningkatkan mutu pendidikan 2. Kiranya perlu memahami tentang kompetensi yang harus dimilki oleh seorang guru, karena guru yang piawai adalah guru yang menguasai tentang kompetensi. Jika guru dianggap kompeten dia dianggap mengetahui apa yang dia bicarakan. B. PENUTUP Demikianlah tulisan ini diakhiri dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, mudah-mudahan tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi siapapun yang dapat memetik ilmu, hikmah, dan pengetahuan tulisan ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dan dapat diterima sebagai amal yang baik dihadapan Allah SWT. DAFTAR PUSTAKA Al-Abrasyi, Moh Athiyah. 1979. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:Bulan Bintang Anwar, Syaiful. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Belajar Offset Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta:PT Rineka Assegaf, Abdul Rahman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Rajawali Pers Aziz, Ertawi. 2003. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo:Tiga Serangkai Pustaka Mandiri B.Uno, Hamzah. 2011. Profesi Kependidikan Problema Solusi Dan Reformasi Kependidikan Di Indonesia. Jakarta:PT Bumi Aksara Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatifn, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru dari Pra-Jabatan Induksi kearah Profesional Madani. Jakarta:Kencana Pranada Media Group Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka Dimiyanti dan Mujiyono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:rineka Cipta Fathurrohman, Pupuh dan Sutekno Sobri. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:PT Refika Aditama Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar Ghufron, Moh Nur dan Risnawati Rini. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algensindo Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara Herdananto, Bagus. 2009. Menjadi Yogyakarta:Kreasi Wacana Guru Bermoral Profesional. Kusnandar. 2011. Guru Profesional. Jakarta:PT Raja Grafindo Lexy J moeleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosda Karya. Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Nata Abudin. 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid. Jakarta:Raja Grafindo Persada Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia Poerwodarminto, wojowasito. 1989. Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris. Bandung:Hasta Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung:Nusa Media Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesionalisme Guru dan Tenaga Pendidikan. Bandung:Alfabeta Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:Kencana Pranada Media Group Soemanto, Wasti. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta:PT Asdi Mahasatya Soetjipto dan Kosasi Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta:PT Rineka Cipta Sudirman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algensindo Supriyadi. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:Cakrawala Ilmu Surya, Muhammad. 2010. Landasan Pendidikan. Bogor:Ghalia Indonesia Suyanto dan Jihad Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta:Erlangga Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Rosda Karya Tafsir, Ahmad.2012. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung:PT Remaja Rosda Karya Undang-undang Guru dan Dosen. 2009. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Usman, Moh Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung:PT Remaja Rosda Karya Wibowo, Agus dan Hamrin. Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2012. Menjadi Guru Berkarakter. DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Fathurin Taufana Tempat/Tanggal Lahir : Jepara, 25 Juli 1992 NIM : 131310000272 Alamat : Srikandang, Sumur Balai Romo RT.01 RW.06, Kec. Bangsri Kab. Jepara Agama : Islam Status : Belum Menikah Jenjang Pendidikan Formal 1. TK TA 03 Tarbuyatul Athfal Srikandang Jepara (1997-1998) 2. MI Miftahul Ulum Srikandang Jepara (1998-2004) 3. MTs. Darul Ulum Srikandang Jepara (2004-2007) 4. MA. Hasyim Asy’ari Bangsri Jepara (2007-2010) 5. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara tahun 2011 Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Jepara, 14 September 2015 Peneliti Fathurin Taufana