STUDI ANALISIS TENTANG PROFESIONALISME GURU DALAM

advertisement
STUDI ANALISIS TENTANG PROFESIONALISME GURU DALAM
PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR MENURUT
Prof. Dr. H. HAMZAH B. UNO, M.Pd.
Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Program Sarjana Strata 1 (S1)
Pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Disusun Oleh:
Nama : FATHURIN TAUFANA
NIM
: 131310000272
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA
2015
NOTA PEMBIMBING
Lamp :
Hal
: Naskah Skripsi
A.n. Sdri. Fathurin Taufana
Kepada Yth,
Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara
Di_tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya maka
bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama
: Fathurin Taufana
NIM
: 131310000272
Judul
: STUDI
ANALISIS
TENTANG
PROFESIONALISME
GURU DALAM PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR
MENURUT Prof. Dr. H. Hamzah B. UNO, M.Pd.
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat segera
dimunaqosahkan.
Demikian harapan kami dan atas kebijaksanaan bapak kami sampaikan
terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jepara, 14 September 2015
Pembimbing
(Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag)
ii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau yang pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yang dijadikkan bahan
rujukan.
Jepara,14 September 2015
Deklarator
Fathurin Taufana
iv
HALAMAN MOTTO
“ING NGARSO SUNG TULODHO
ING MADYO MANGUN KARSO
TUTWURI HANDAYANI”
Seorang guru didepan adalah sebagai contoh atau panutan
Seorang guru ditengah adalah sebagai pelopor mencetuskan ide-ide siswa
Di belakang seorang guru memberi dorongan dan arahan kepada siswa
(Ki Hajar Dewantoro)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1.
Allah SWT, Sang Penguasa Alam Semesta
2.
Nabi Muhammmad SAW, Suri Tauladan Terbaik Untuk Umat
3.
Ayahanda (Sam’an Rofiq) dan Ibunda (Rif’atun), sebagai tanda bakti dan
cintaku
4.
Kakakku (Taufiq Irfa’i dan Tu’tin Masruroh) dan
Adikku
tersayang
(M.Bayhaqqi As Shifani)
5.
Para guru, ustad-ustadzah dan dosen yang telah mencurahkan segala daya dan
upaya untuk menjadikanku sebagai manusia yang berilmu
6.
Almamater Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) tercinta
7.
Sahabat-Sahabat Senasib Seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prodi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011/2012 UNISNU Jepara
8.
Pembaca yang budiman
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam atas segala karunia, rahmat, hidayah dan taufik-Nya yang sudah
memberikan penulis semangat dan kekuatan untuk menyelesaiakan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang yang telah membawa pencerahan dan
perubahan terhadap peradaban manusia hingga menjadi lebih maju dan cerdas
serta kepada kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya. Amin.
Skripsi ini diajukan guna untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Nahdlatul
Ulama’ (UNISNU) Jepara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan bimbingan dan dukungan, baik
dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih sebanyak-banyaknya kepada:
1.
Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara, Prof. Dr. H.
Muhtarom, H.M. atas izin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang beliau pimpin.
2.
Drs. H. Akhirin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara dan seluruh staffnya
yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan.
vii
3.
Bapak Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag. selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan
arahan dalam penulisan skripsi ini
4.
Ayahanda (Sam’an Rofiq) dan Ibunda (Rif’atun) tercinta beserta kakak-kakak
dan adikku terkasih yang telah memberikan do’a restu dan dukungan dalam
mencapai cita dan asa.
5.
Teman-teman Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan
Agama Islam Tahun Akademik 2011/2012
6.
Penulis yang karyanya sudah dijadikan sumber refrensi dalam penyususnan
skripsi ini.
Skripsi ini tentunya bukan suatu karya ilmiah yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap
penulis harapkan agar penulis karya ilmiah ini dapat lebih disempurnakan.
Akhirnya peenulis berdoa semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca, serta penulis berdoa semoga karya ini bisa
memberikan kontribusi untuk suatu kajian keilmuan bagi Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam mendatang. Amiin.
Jepara, 14 September2015
Penulis
Fathurin Taufana
viii
ABSTRAK
Fathurin Taufana. (Nim.13131000272) Studi Analisis tentang profesionalisme
guru dalam pelaksanaan belajar mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno,
M.Pd. Skripsi. Jepara:Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU).
Penelitian bertujuan mengetahui, 1). Bagaimana Profesionalisme Guru
menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. 2). Bagaimana kompetensi
profesionalisme guru dalam pelaksanaan belajar mengajar. 3).Bagaimana
kesesuaian profesionalisme guru terhadap pelaksanaan belajar mengajar menurut
Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno,M.Pd.
Penelitian ini menggunakan metode riset perpustakaan (library research)
dengan teknik analisis deskriptif kualitatif (content analisis), data penelitian
kemudian dianalisis menggunkan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.
Dalam karya Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. menjelaskan bahwa guru
merupkan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang diluar
bidang pendidikan. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan
dalam mewujudkan sekolah yang berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar.
Pada umumnya sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi
profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk
menggantikan cara mengajar dimana guru hanya menggunakan metode ceramah
untuk menyampaikan materi kepada peserta didik, dan peserta didik hanya
mendengarkan penjelasan dari guru. Begitu juga menurut suyanto dan Asep jihad
pada prinsipnya, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai guru yang dapat
menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan apakah
seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif.
Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan, minimal dari latar belakang pendidikan
untuk menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar,
mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas
bimbingan. Dari kedua teori tersebut memiliki persamaan pada metode
pembelajaran dan materi bahan ajar. Fokus pengembangan keprofesionalan guru
terkait dengan empat kompetensi utama yang harus dimiliki yaitu, kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian.
Dalam sistem pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Selain kurikulum yang menjadi penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar,
Kompetensi profesionalisme guru menjadi salah satu keberhasilan proses belajar
menagajar, karena keberhasilan kurikulum terjadi apabila seorang guru memiliki
kecakapan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sependapat
dengan pemikiran Hamzah B. Uno adalah keberhasilan guru dalam menjalankan
profesinya sangat ditentukan oleh kompetensi yang telah dikuasai guru dengan
pengaplikasiannya pada kegiatan belajar mengajar.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI ........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Penegasan Istilah ...................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
F. Kajian Pustaka .......................................................................................... 9
G. Metode Penelitian ..................................................................................... 11
H. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................... 15
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru ........................................................ 17
2. Guru Profesional ................................................................ ................. 20
x
3. Prinsip Profesional ............................................................................. 25
4. Ciri-Ciri Guru Profesional ................................................................. 26
5. Pengembangan Sikap Profesional ....................................................... 27
B. Belajar
1. Pengertian Belajar .............................................................................. 29
2. Hakikat Belajar .................... ............................................................. 32
3. Konsep Belajar ................................................................................... 33
4. Ciri-Ciri Belajar ................................................................................. 35
C. Mengajar
1. Pengertian Mengajar .......................................................................... 38
2. Konsep Pola Dasar Mengajar ............................................................. 40
3. Aspek Belajar Mengajar .................................................................... 43
D. Kompetensi Profesionalisme Guru .......................................................... 45
BAB III: HASIL PENELITIAN
A. Riwayat hidup Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. ................................ 55
B. Konsep Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno
M.Pd.......................................................................................................... 59
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. ...... 74
B. Analisis Tentang Kesesuaian Profesionalisme Guru Terhadap
Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah
B. Uno, M.Pd ........................................................................................... 83
xi
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 90
B. Saran........................................................................................................ 91
C. Penutup.................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah “Profesi” senantiasa melekat pada “guru” karena tugas guru
sesungguhnya merupakan suatu jabatan profesional. Suatu pekerjaan atau
jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarangan orang
karena memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang
dikembangkan khusus untuk hal tersebut. Ada beberapa istilah dari sebutan
profesi
yaitu
profesional,
profesionalisme,
profesionalitas,
dan
profesionalisasi. 1
Profesionalisme adalah suatu paham yang mengatakan bahwa
sesuatu pekerjaan harus dikerjakan oleh ahlinya. Dalam Islam ada hadits Nabi
SAW yang mengatakan “bila sesuatu pekerjaan dikerjakan oleh bukan
ahlinya maka tunggulah saat kehancuran.” Dalam kehidupan sehari-hari
sering kali kita mendengar kata profesi diucapkan orang, arti kata profesi
memang pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Kata
profesi baru boleh digunakan untuk pekerjaan dengan keahlian dan pekerjaan
itu adalah pekerjaan yang baik. 2
Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan
tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan
1
Muhammad Surya, LandasanPendidikan Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor:Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 76
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
261
1
2
peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan
selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman
sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional.3
Kualitas
profesionalisme
seseorag
akan
tercermin
dalam
penampilan seluruh perilakunya dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
membedakan dirinya dengan yang bukan profesional atau amatir. 4
Pada umumnya masyarakat awam memaknai profesionalisme
bukan hanya digunakan untuk pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu
profesi, melainkan hampir setiap pekerjaan. Muncul ungkapan misalnya sopir
profesional, penjahit profesional, dan sebagainya. Dalam bahasa awam pula,
seorang tersebut professional jika cara kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya
mendapatkan uang atau bentuk imbalan.5
Tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik
atau guru, karena guru harus memiliki beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap calon pendidik atau guru sebagaimana yang telah
ditetapkan dalan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 1 yaitu :
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
3
Muhammad Surya, Opcit., hlm.77
Ibid., hlm.79
5
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesionalisme Guru dan Tenaga Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm.4
4
3
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidkan dasar, dan pendidikan menengah.6
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.7
Jadi pada intinya guru profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang diisyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dalam
mengajar peseta didik agar tercapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dengan keahlian dan tingkat pendidikan yang dimiliki dan
memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi.
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus
disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang diakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya. Dengan
perkataan lain tinggi rendahnya pengakuan profeionalisme sangat bergantung
kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya.8
Profesionalisme guru dalam buku Profesi Kependidikan (problema,
solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia) yang membahas tentang guru
sebagai contoh, kompetensi dan tugas guru, peranan guru dalam tatap muka,
jika diterapkan pada proses belajar mengajar maka guru akan lebih
6
Undang-Undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 4
Ibid., hlm. 4
8
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,
2011), hlm.13
7
4
berkompetensi dalam mengajarkan ilmunya kepada peserta didik. Karena
dalam hal ini guru lebih bersifat sebagai fasilitator bukan sebagai pengajar
seutuhnya
yang memberikan materi
sepenuhnya dan siswa hanya
mendengarkan materi yang diberikan. Tetapi dalam kaitannya dengan buku
profesi kependidikan guru bertindak sebagai pengelola pembelajaran berperan
dalam membimbing pengalaman sehari-hari kearah pengenalan tingkah laku
dan kepribadian siswa. Hal tersebut merupakan salah satu yang harus
dikembangkan untuk menjadi guru yang professional.
Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka penulis
mengadakan penelitian tentang professionalisme guru dalam sebuah buku
karya Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. yang penulis tuangkan dalam judul
“Studi Analisis Tentang Professionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar
Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.”.
B. Penegasan Istilah
Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Studi Analisis
Tentang Profesionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar Mengajar Menurut
Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd”.
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami skripsi ini,
maka perlu kiranya penulis jelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan
judul diatas, yaitu :
5
1. Studi Analisis
Studi berarti kajian, telaah, penyelidikan ilmiah.9
Sedangkan
penyelidikan
Analisis
terhadap
dalam
suatu
kamus
peristiwa,
bahasa
indonesia
karangan,
berarti
perbuatan
dan
sebagainya dengan tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.10
Jadi, studi analisis adalah kegiatan menyelidiki sesuatu agar jelas
duduk perkaranya dalam segala hal yang berhubungan dengan yang
diteliti.
2. Profesionalisme Guru
Kata profesionalisme dapat dipahami sebagai kualitas dan tindak
tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif.11
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencaharian.12
9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka, 1990), hlm.860
Ibid., hlm.32
11
Kusnandar, Guru Profesional , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.45
12
Ibid., hlm.46
10
6
3. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat
ditunjukkan
pengetahuannya,
dalam
berbagai
pemahamannya,
sikap
bentuk,
dan
seperti
tingkah
berubah
lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu
belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. 13
4. Mengajar
Mengajar
pada
dasarnya
merupakan
suatu
usaha
untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Secara umum
mengajar diartikan sebagai usaha guru untuk menyampaikan dan
menanamkan pengetahuan kepada siswa atau anak didik. Dalam arti yang
luas mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak,
sehingga terjadi proses belajar mengajar. Atau dikatakan, mengajar
sebagai upaya untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.14
Dengan demikian, yang dimaksud judul skripsi “Studi Analisis
Tentang Profesionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar Mengajar
Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. adalah sebuah penelitian
13
Nana sudjana, Opcit., hlm.28
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2011), hlm.48
14
7
yang membahas teori menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. tentang
Profesionalisme Guru dalam pelaksanaan belajar mengajar.
C. Rumusan Masalah
Dari deskripsi yang dikemukakan di atas, telah memberikan kerangka
bagi penyusun untuk merumuskan pokok permasalahan yang relevan dengan
judul skripsi tersebut yaitu:
1. Bagaimana Profesionalisme Guru menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno,
M.Pd.
2. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru dalam pelaksanaan belajar
mengajar
3. Bagaimana kesesuaian profesionalisme guru terhadap pelaksanaan belajar
mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ilmiah untuk:
1. Untuk mengetahui profesionalisme menurut Prof. Dr. H. Hamzah B.
Uno, M.Pd.
2. Untuk mengetahui kompetensi Profesionalisme Guru dalam pelaksanaan
belajar mengajar
8
3. Untuk
mengetahui
kesesuaian
Profesionalisme
Guru
terhadap
pelaksanaan belajar mengajar menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno,
M.Pd.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil pembahasan secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang berarti (informasi) khususnya bagi peningkatan
Profesionalisme guru dalam bentuk rangkaian. Disamping itu, dapat pula
dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Peneliti ini memiliki tujuan yang penulis klasifikasikan sebagai
berikut :
a. Bagi Peneliti
Sebagai sebuah bekal pengalaman yang sangat berharga dalam
mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di
Universitas.
b. Bagi Almamater
Dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah khasanah
keilmuan khususnya bagi mahasiswa tarbiyah yang nantinya akan
9
terjun sebagai tenaga-tenaga pendidik. Dan sebagai tambahan
referensi kepustakaan di Universitas Islam Nahdlatul Ulama’.
c. Bagi masyarakat
Dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pengembangan
keilmuan yang diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh pembaca
serta referensi untuk peneliti selanjutnya.
F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian
yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literatur. Atau literatur
review. Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi
tentang literatur yang relevan degan
bidang atau topik tertentu. Ia
memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas atau dibicarakan, oleh
peneliti atau penulis, teori-teori dan hipotesis yang mendukung, permasalahan
penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metode dan metodologi yang
sesuai.15
Berkenaan dengan peneliti ini, penulis akan mengkaji tentang
Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. Dalam
pelaksanaan Belajar Mengajar yang ditampilkan beberapa buku, diantaranya :
1. Prof. Dr. H. Mohammad Surya Dkk Landasan Pendidikan Menjadi Guru
yang Baik menjelaskan bahwa profesionalisme adalah sebutan yang
mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota
15
.Punaji Setyosari, Metode penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta:Kencana
Pranada Media Group, 2012) hlm.84
10
suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas
profesionalnya.
2. Prof. Dr. Sudarman Danim Pengembangan Profesi Guru menerangkan
Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus
mengembangkan strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan
sesuai dengan profesinya.
3. Atik Hidayati Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap prestasi belajar
fiqih siswa Mts Mabda’ul huda kedungkarang wedung demak dan Mts
Ribhul ulum kedung mutih wedung demak tahun pelajaran 2010/2011
profesionalisme
guru
adalah
kemampuan
seorang
guru
dalam
melaksanakan kewajiban-kejibannya secara bertanggung jawab dalam
mengorganisasi, memimpin, maupun mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
4. Fatihatul
Mustabshiroh
studi
Analisis
Tentang
Pengembangan
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Prof. Dr. H.
Muhaimain A.MA Profesionalisme berasal dari kata profesi yang dapat
diartikan sebagi jenis pekerjaan yang khas atau pekerjaan yang
membutuhkan pengetahuan atau dapat juga berarti beberapa keahlian atau
ilmu pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan
dengan orang lain.
Dari keterangan diatas dapat disimmpulkan bahwa profesionalisme
guru merupakan suatu profesi untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas
mengajar guru serta mengembangkan strategi yang digunakan dalam
11
pelaksanaan belajar mengajar sehingga akan muncul sebutan guru
profesional. Oleh karena itu, maka penulis memilih judul “ Studi Analisis
Tentang Profesionalisme Guru Dalam Pelaksanaan Belajar Mengajar
Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.” yang memfokuskan pada
profesionalisme seorang guru.
G. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, metode merupakan suatu hal yang sangat
penting karena metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya
suatu tujuan penelitian, adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini
yaitu :
1. Jenis penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (library research). yakni teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan.16 Dalam pencarian teori, penulis akan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang
berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan yang penulis gunakan sebagai
penunjang diantaranya: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian, dan
sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll).
16
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),hlm. 27
12
2. Pendekatan penelitian
Adapun penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah
kualitatif. Dalam peningkatan deskriptif data yang dikumpulkan adalah
data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini
disebabkan adanya penerapan kualitatif. Dengan demikian laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan. Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Moleong
menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.17
3. Sumber data
Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian pustaka),
maka data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka adalah berupa sumber
data primer dan sumber data sekunder, yaitu sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 18
Dalam hal ini data primer dalam penelitian ini yaitu Buku Profesi
Kependidikan problema, solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia.
17
hlm.4
91
18
Lexy J moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung:Rosda Karya,2004),
Syaifudin Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, 2010), hlm.
13
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah
tersedia.19 Adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan dalam
penelitian sebagai penunjang ialah diantaranya:
1) Buku-buku yang relevan
2) Surat Kabar
3) Internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan tema
4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data ini berhubungan langsung degan data
yang diperoleh, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitan Dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen,
yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.20
5. Metode analisis data
Analisis data dalam kajian pustaka (library research) ini adalah
analisis isi (content analysis), analisis isi adalah teknik penelitian untuk
19
20
Ibid., hlm. 91
.Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992) hlm. 131
14
membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data
dengan memperhatikan konteksnya. 21
Adapun tahapan analisis ini ditempuh oleh penulis adalah langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Menentukan permasalahan
b. Menyusun kerangka pemikiran
c. Menyusun perangkat metodologi yang terdiri dari rangkaian metodemetode yang mencakup :
1) Menentukan metode pengukuran dan prosedur operasionalisasi
konsep
2) Menentukan
populasi
yang
akan
diteliti
serta
bagaimana
pengambilan sampelnya
3) Menentukan metode pengumpulan data
4) Menentukan meyode analisis
5) Analisis data
6) Interpretatif data
Metode interpretatif adalah metode yang digunakan dengan cara
menyelami isi buku, untuk secepatnya menangkap arti yang
disajikan. Metode ini penulis gunakan dalam memahami maksud
yang terkandung dalam buku, penelitian interpretatif berupaya
21
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, aktualisasi Metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 231
15
menciptakan interpretasi (Penafsiran) yang terencana dan cermat
yang bisa dipahami dan dimengerti.22
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing membahas
permasalahan yang diuraikan menjadi beberapa sub bab. Antara satu bab
dengan bab yang lain saling berhubungan dan terkait erat. Adapun
sistematikanya dapat penulis rumusan sebagai berikut:
1. Bagian Muka
Pada bagian ini akan dimuat beberapa halaman, yaitu terdiri dari:
halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman
motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi.
2. Bagian Isi
Pada bagian ini memuat lima bab, yaitu:
BAB 1: Pendahuluan, yang isinya meliputi latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika
penulisan skripsi.
BAB II : Menjelaskan tentang pandangan umum yang berkaitan dengan
tema penelitian
BAB III : Merupakan Biografi dan Hasil Penelitian, pada bagian ketiga
membahas tentang riwayat hidup penulis Buku profesi
22
Arief Furchan, Pengantar Penelitan Dalam pendidikan, ( Yogyakarta :Pustaka Belajar,
2007), hlm.51
16
Kependidikan problema, solusi, dan reformasi pendidikan di
Indonesia, Dan konsep profesionalisme guru menurut Prof.
Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.
BAB IV: Pada bagian ini berisi tentang Profesionalisme guru Menurut
Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. dan analisis tentang
kesesuaian profesionalisme Guru terhadap pelaksanaan
belajar mengajar
menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno,
M.Pd.
BAB V: Penutup yang memuat tentang kesimpulan, saran-saran dan
penutup.
3. Bagian Akhir (Referensi)
Pada bagian ini akan memuat halaman daftar pustaka, lampiranlampiran dan daftar riwayat penulis.
BAB II
PROFESIONALISME GURU DALAM PELAKSANAAN
BELAJAR MENGAJAR
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang
masing-masing
mempunyai
pengertian
tersendiri,
yaitu
kata
Profesionalisme dan Guru. Profesionalisme ditinjau dari segi bahasa
(etimologi), profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profession yang
berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian.1
Adapun pengertian profesi secara therminologi atau istilah, sesuai
apa yang diungkapkan oleh Dr. Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat
Muchtar Lutfi mengatakan profesi harus mengandung keahlian. Artinya
suatu program harus ditandai dengan suatu keahlian yang khusus untuk
profesi itu. 2
Akhiran Isme dalam kata profesionalisme dalam bahasa Indonesia
berarti sifat. Sehingga istilah Profesionalisme berarti sifat yang harus
dimiliki oleh setiap profesional dalam menjalankan pekerjaannya sehingga
pekerjaan tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan sebaik-baiknya,
1
Wojowasito poerwadarminto, Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris,
(Bandung:Hasta,1982), hlm.162
2
Ahmad Tafsir, Opcit., hlm.10
17
18
penuh tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan
dilandasi pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya.
Menurut Muchtar Lutfi dari Universitas Riau seseorang disebut
memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria berikut, (a) profesi harus
mengandung keahlian. Artinya, suatu profesi harus ditandai oleh suatu
keahlian yang khusus. (b) profesi dipilih karena panggilan hidup dan
dijalani sepenuh waktu. (c) profesi memiliki teori-teori yang baku secara
universal. Artinya profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal
umum, teorinya terbuka. (d) profesi adalah untuk masyarakat bukan untuk
diri sendiri. (e) profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan
kompetensi aplikatif.3
Dalam suatu profesi dibutuhkan suatu kecakapan dan kejujuran,
kecakapan dapat diwujudkan melalui program-program pelatihan dan
sejenisnya, sedangkan kejujuran merupakan fondasi pokok dalam profesi
seseorang. Profesional tidak cukup hanya dengan gaya bicara yang baik
dan enak didengar, penampilan yang menarik, dan keterampilan
menjelaskan yang baik. Tetapi kejujuran merupakan tonggak utama
profesionalisme seorang guru.4
Guru secara etimologi (bahasa) kata guru berasal dari bahasa
indonesia yang diartikan orang yang mengajar (pengajar, pendidik, ahli
didik). Secara terminologi (istilah) guru atau pendidik yaitu siapa yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, dengan kata lain
3
Ibid., hlm. 107
Bagus Herdananto, Menjadi Guru Bermoral Profesional, (Yogyakarta:Kreasi
Wacana,2009), hlm.52
4
19
orang yang bertanggung jawab dalam mengupayakan perkembangan
peserta didik, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik sampai
ketingkat setinggi mungkin dengan ajaran islam.
pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
5
Jadi guru adalah
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik
pada jalur pendidikan formal maupun non formal.6
Sedangkan guru menurut M. Athiyah Al Abrasyi menyatakan
bahwa guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid,
memberi santapan jiwa, pendidikan akhlak dan membenarkannya,
menghormati guru itulah mereka hidup dan berkembang.7
Dari pengertian atau definisi “profesionalisme” dan “guru” diatas
dapat ditarik suatu pengertian bahwa profesionalisme guru mempunyai
pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam
menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan
pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk
mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru
tersebut.
5
Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta:Raja
Grafindo Persada, 2001), hlm.42
6
Ertawi Aziz, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Solo:Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2003), hlm. 51
7
M.Athiyah Al Abrasy, Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,
1979), hal.136
20
2. Guru Profesional
Sebutan guru profesional dapat mengacu kepada pengakuan
terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. 8
Guru dan dosen profesional akan tercermin dalam penampilan
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik
dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru
profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses
pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu,
keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam
bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang
(pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahlian itu, seorang guru
mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun sebagai
pemangku profesinya.9
Disamping
dengan
keahliannya,
sosok
profesional
guru
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan mampu
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang
tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan
spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami
dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta
8
9
Mohammad Surya, dkk, Opcit., hal.76
Ibid., hlm.78
21
mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui
kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif
yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan
berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral
diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama
yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama
dan moral.10
Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata proffesion
(pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata
benda, profesional berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi
dengan menggunakan profesiensi sebagai mata pencaharian.11
Berdasarkan pengertian diatas, maka pengertian guru profesional
adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi
(profisiensi) sebagai sumber kehidupan.
Kriteria guru profesional adalah memberi pelayanan kepada
masyarakat, sekolah atau kampus, mengikuti pelatihan, memberi
sumbangan bagi kode etik, tergabung dalam asosiasi profesi, melakukan
publikasi karya ilmiah, mengikuti ujian dalam pendidikan tertentu, dan
pembatasan perilaku.
10
11
250
Ibid., hlm.78
Abdul Rahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Rajawali Pers,2011), hlm.
22
Guru yang profesional adalah mereka yang memilki kemampuan
profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagi pendidik. Menurut Ace
Suryani bahwa guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator,
yaitu: pertama, kemampuan profesional, terukur dari ijazah, jenjang
pendidikan, jabatan dan golongan serta pelatihan. Kedua,, upaya
profesional, terukur dari kegiatan mengajar, pengabdian, dan penelitian.
Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time)
terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar. Keempat, kesesuaian
antara keahlian dan pekerjaan, terukur dari mata pelajaran yang diampu,
apakah telah sesuai dengan spesialisasinya atau tidak. Serta kelima, tingkat
kesejahteraan terukur dari upah, honor atau penghaasilan rutinnya.
Pendidik yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah
unggulan. Pendidik profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas
intelektual, moral, keimanan, ketakwaan, disiplin, tanggung jawab,
wawasan pendidikan yang luas, kamampuan manajerial, keterampilan,
kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi,
karakteristik
dan
masalah
perkembangan
peserta
didik,
mampu
mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki
kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.12
Guru yang profesional adalah orang yang memilki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau
12
Ibid., hlm. 252
23
dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik, serta memiliki pengalaman yang lama dibidangnya. 13
Guru yang profesional menurut Muhaimin bukan sekedar mengajar
semata-mata mencari kebutuhan hidup (ekonomi) atau mata pencaharian,
tetapi juga melaksanakan pengabdian kepada sesuatu, yakni memberikan
layanan yang bermutu kepada masyarkat melalui karyanya yang
profesional. Dengan demikian dalam diri guru akan timbul kesadaran
untuk profesional, menjadi sosok yang militan, serta menjaga prinsipprinsip kode etik guru. 14
Menurut Suyanto (2001), guru profesional ditandai dengan
pembelajarannya dikelas yang efektif. Adapun ciri-ciri guru yang
profesional dan efektif diantaranya :
1. Memiliki pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar dikelas, yang
terdiri atas: (a).memiliki keterampilan interpersonal, khususnya
kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada anak
didik dan ketulusan. (b). memilki hubungan interaksi yang baik dengan
anak didik. (c). mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan anak
didik secara serius. (d). menunjukkan minat dan antusiasme yang tinggi
dalam mengajar. (e). Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya
kerjasama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok anak didik, dan
menghargai haknya untuk berbicara setiap diskusi.
13
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya,
2004) hlm. 15
14
Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter, (Yogyakarta:Pustaka Belajar,
2012 ), hlm 119
24
2. Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran,
yang terdiri atas: (a). Memilki kemampuan untuk menghadapi dan
menanggapi anak didik yang tidak mempunyai perhatian, suka
menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi
substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran, dan (b). mampu
bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkat berfikir yang
berbeda untuk semua anak didik.
3. Memiliki kemampuan terkait dengan pemberian umpan balik (feed
back) dan penguatan (reirforcement) yang terdiri atas: (a). mampu
memberikan umpan balik yang positif terhadap respon anak didik; (b).
mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap anak
didik yang lamban dalam belajar; (c). mampu memberikan tindak lanjut
terhadap jawaban anak didik yang kurang memuaskan; dan (d). mampu
memberikan bantuan profesional kepada anak didik jika diperlukan.
4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan pribadi, yang
terdiri atas : (a). mampu menerapkan kurikulum dan mengajar secara
inovatif;
(b).mampu
memperluas
dan
menambah
pengetahuan
mengenai metode-metode pembelajaran, dan (c). mampu memanfaatkan
perencanaan guru baik secara kelompok maupun perorangan guna
menciptakan
relevan.15
15
Ibid., hlm 120
dan
mengembangkan
metode
pembelajaran
yang
25
Sebagaimana telah diuraikan pada paragraf-paragraf sebelumnya,
guru yang profesional itu dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif.
Agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif, maka seorang guru
harus mempelajari cara belajar, yang berarti mempelajari tentang cara otak
bekerja, cara memori bekerja, cara menyimpan informasi, mengambilnya,
menghubungkannya dengan konsep lain dan mencari pengetahuan baru
kapanpun diperlukan dengan cepat.
3. Prinsip Profesional
Guru profesional madani menunjung tinggi prinsip-prinsip yang
disepakati oleh penyandang profesinya. Ukuran seorang guru dapat
dikatakan profesional atau belum dapat dilihat dari tiga perspektif.
Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang
pendidikan untuk jenjang sekolah dimana dia menjadi guru. Kedua,
penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola siswa, dan
melakukan
tugas-tugas
bimbingan.
Ketiga,
kepemilikan
sertifikat
pendidik. Dalam UU No 14 Tahun 2005, disebutkan bahwa profesi guru
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut :
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
26
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas kerpofesionalan
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan
9. Memiliki organisaasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.16
4. Ciri-Ciri Guru Profesional
Guru profesional madani memilki ciri-ciri sebagai profesional
sungguhan, ciri-ciri tersebut terefleksi dari perilaku kesehariannya sebagai
guru profesional madani. Seorang guru yang profesional akan tampak
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah
sebuah kekhususan penguaasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja
dapat menjadi guru profesional madani akan tetapi guru yang
16
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru dari Pra-Jabatan, Induksi ke
Profesional Madani, (Jakarta:Kencana Pranada Media Group, 2011), hlm. 25
27
sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi dan penguasaan
metodologi pembelajaran.
c. Menjadi anggota organisasi profesi.
d. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh
orang lain
e. Memiliki
teknik
kerja
yang
dapat
dikomunikasikan
atau
communicable.
f. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri
g. Mementingkan kepentingan orang lain.
h. Memiliki kode etik.
i. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas
j. Mempunyai sistem upah atau standar gaji
k. Budaya profesional
l. Melaksanakan pertemuan profesional tahunan17
5. Pengembangan Sikap Profesional
Dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional maupun
mutu layanan guru harus pula meningkatkan sikap profesionalnya.
Pengembangan sikap profesional dapat dilakukan baik selagi dalam
pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan
17
Ibid., hlm.22
28
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu
menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat
disekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap
pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan
masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja,
tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya dilembaga
pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan
aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional
dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan
prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil
hasil sampingan (by-product) dari pengetahuan yang diperoleh calon
guru. Pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang direncanakan.
2. Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon
guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan
dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Peningkatan sikap selama
jabatan dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan penataran,
lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Ataupun secara
29
informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun
publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional
keguruan.
Sebagai
profesional,
guru
harus
selalu
meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terus menerus. Sebagai
jabatan
yang
harus
dapat
menjawab
tantangan
perkembangan
masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan.
Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan
tuntutan tugasnya. 18
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar
adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Secara lebih khusus belajar
adalah menyerap pengetahuan, belajar merupakan proses dasar dari
perkembangan manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahanperubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
(yang menyangkut mutu hasil yang ideal). Adapun pengertian belajar
menurut kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman sera
cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian
18
54
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2009), hlm.
30
ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.19
Belajar atau learning merupakan fokus utama dalam psikologi
pendidikan. Suryabrata dan Masrun dan Martinah mengemukakan bahwa
pada dasarnya belajar merupakan sebuah proses untuk melakukan
perubahan perilaku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah. Proses
perubahan tersebut sifatnya relatif permanen dalam artian bahwa kebaikan
yang diperoleh berlangsung lama dan proses perubahan tersebut dilakukan
secara adaptif, tidak mengabaikan kondisi lingkungannya.20
Dalam perspektif keagamaan (dalam hal ini Islam), belajar
merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu
pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan
dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :
            
[١١ :
‫ ] ا‬ 
Artinya : ... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS.Al-Mujadalah:11)21
19
Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan, (Jakarta
:PT Asdi Mahasatya, 2006), hlm. 54
20
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Gaya Belajar Kajian Teoritik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012 ), hlm.4
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm ٩٤
31
Dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan
tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
Menurut Alsa yang dikutip oleh M. Nur ghufron dan Rini
Nisnawati belajar adalah tahapan perubahan perilaku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungan. Upaya perubahan aspek lahiriah dan batiniah dalam proses
belajar tersebut menurut Bloom meliputi tiga komponen : kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Pada aspek kognitif, potensi yang perlu dikembangkan adalah
potensi berpikir para peserta didik dengan melatih mereka untuk
memahami secara benar, mengingat,
menganalisis secara teapat,
mengevaluai berbagai masalah yang ada disekitarnya.
Pada aspek afektif, para peserta didik perlu dilatih untuk peka pada
kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga mereka bisa memahami nilai-nilai
dan etika-etika dalam melakukan hubungan relasional dengan lingkungan
sekitarnya. Seperti belajar saling menghormati, saling menghargai, dan
sebagainya.
Pada aspek psikomotorik, peserta didik perlu dilatih untuk
mengimplementasikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam aspek
kognitif dan afektif dalam perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.22
22
M.Nur Ghufron dan Rini Risnawati, Opcit., hal.5
32
Ormord menjelaskan bahwa definisi belajar berbeda sesuai dengan
perspektif dan pendekatan psikologi yang digunakan, namun demikian
belajar dapat disaring menjadi dua definisi yaitu :
a. Belajar adalah perubahan yang cenderung menetap dalam perilaku
sebagai hasil pengalaman
b. Belajar adalah perubahan yang cenderung menetap dalam representasi
atau asosiasi mental sebagai hasil pengalaman.
23
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari
pengalaman, serta tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan
psikologis yang berupa perilaku dan representasi atau asosiasi mental.
2. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak harus
dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Manusia belajar sejak lahir hingga
akhir hayatnya.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik
penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Belajar mempunyai keuntungan baik bagi individu maupun masyarakat.
Bagi individu, kemampuan belajar secara terus menerus bisa semakin
meningkatkan kualitas hidupnya, sedangkan bagi masyarakat belajar
23
Ibid., hlm.7
33
berperan penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari
generasi ke generasi.
Secara formal, belajar dilakukan dilembaga pendidikan seperti
tingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas dan
perguruan tinggi. Proses belajar juga bisa dilakukan secara informal,
seperti tempat kursus, pelatihan dan aktivitas pendidikan lainnya yang luas
dan tak terbatas. Disini meminjam istilah yang dipakai oleh motivator
terkenal Gede Prama, “Alam semesta dan kehidupan merupakan guru yang
tertinggi.” atau bisa juga disebut “Alam berkembang menjadi guru.”
Belajar dalam arti yang luas adalah proses persentuhan seseorang
dengan kehidupan itu sendiri. Dari proses ini seseorang akan memperoleh
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Dalam metode belajar yang
baik, proses belajar dan mengajar sebaiknya tidak selalu dilakukan
diruangan tertutup dan terbatas dalam kelas, mealinkan juga dilakukan di
luar ruangan yang lebih leluasa, bebas dan tak tebatas. Dengan cara belajar
diluar ruangan, suasana menjadi lebih segar dan variatif. Dalam kondisi
tersebut peserta didik akan lebih mudah menerima pelajaran, proses belajar
mengajarpun berlangsung secara menyenangkan dan optimal.24
3. Konsep Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar
memiliki arti “Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini
24
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, (Bandung
Nusa Media, 2012), hlm.1
34
memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk
mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumya. Dengan
belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti serta dapat
melaksanakan dan memiliki “sesuatu”.
Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai
pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.
Dengan
demikian belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan
penguasaan tentang sesuatu. 25
Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik
secara sistematis. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap
informasi, transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap
informasi adalah proses penjelasan, penguraian, dan pengarahan mengenai
prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tahap
transformasi adalah proses peralihan prinsip-prinsip struktur pengetahuan,
keterampilan, tadi kedalam peseerta didik. Proses transformasi dilakukan
melalui informasi. Namun informasi tersebut harus dianalisis kedalam
bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan dalam
konteks yang lebih luas.
Menurut Hilgrad dan Bower belajar memiliki pengertian
memperoleh
pengetahuan
atau
menguasai
pengetahuan
melalui
pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan
25
Ibid., hlm.2
35
informasi atau menemukan. Dengan demikian belajar memiliki arti dasar
adanya aktivitas dan penguasaan tentang sesuatu.
Sedangkan
belajar
menurut
Sumadi
Suryabrata
seorang
cendekiawan Indonesia, belajar merupakan upaya yang sengaja untuk
memperoleh perubahan tingkah laku, baik yang berupa pengetahuan
maupun keterampilan. Dalam konteks ini seseorang menjalani aktivitas
belajar untuk meningkatkan kualitas hidupnya agar semakin baik, berguna
dan bermakna. Adapun kualitas belajar seseorang ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman yang diperolehnya saat berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. 26
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara
sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa
penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan
pengalamannya.
4. Ciri-Ciri Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam
diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Belajar memiliki
tujuan yang bersifat permanen, yakni perubahan yang terjadi pada anak
didik. Menurut Slameto ciri-ciri perubahan dalam belajar meliputi :
26
Ibid., hlm.5
36
a. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya
sadar
bahwa
pengetahuannya
bertambah,
sikapnya
berubah,
kecakapannya berkembang, dan lain-lain.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.
c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagianbagian tetentu secara persial.27
Sebagai sebuah proses menuju perubahan, belajar memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Sebuah proses atau aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
seseorang yang belajar
b. Perubahan yang terjadi selama proses belajar harus tampak setelah
proses belajar
c. Perubahan tersebut relatif lama atau permanen
d. Menghasilkan inovasi baru dan
e. Perubahan tersebut terjadi karena usaha yang disengaja28
Belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek
dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang.
Dengan pengertian tersebut, maka belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri:
a. Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap
27
Pupuh Fathurrohman dan Sobri Sutekno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:PT
Refika Aditama, 2007), hlm.10
28
Nur Ghufron, dan Rini Risnawati, Opcit., hlm. 6
37
Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku, belajar
berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman
(experience), tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku
yang nyata dan dapat diamati.
b. Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disengaja,
perubahan tersebut bisa berupa dari tidak tahu menjadi tahu. Dari
memberikan respon yang salah atas stimulus-stimulus kearah
memberikan respon yang benar. Berarti perubahan fisik dari kecil
menjadi besar bukanlah karena proses belajar. Dan oleh karena itu
tidak dapat disebut sebagai proses belajar
c. Belajar berbeda dengan kematangan
Kematangan adalah sesuatu yang dialami oleh manusia karena
perkembangan-perkembangan
bawaan.
Kematangan
umumnya
ditandai oleh adanya perubahan dari diri seseorang semisal dari belum
bisa berjalan pada umur tertentu menjadi bisa berjalan pada umur
selanjutnya, tidaklah akibat dari aktivitas belajar melainkan karena
adanya proses kematangan. Berbeda dengan belajar ia adalah suatu
proses yang disengaja dan secara sadar. Belajar adalah suatu aktivitas
yang dirancang atau sebagai akibat interaksi antara individu dengan
lingkungannya.29
29
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), hlm.48
38
C. Mengajar
1. Pengertian Mengajar
Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik,
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan
proses belajar.
Nasution berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi
atau
mengatur
lingkungan
sebaik-baiknya
dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas tetapi juga
meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya
yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. 30
Menurut Biggs seorang pakar psikologi kognitif yang dikutip oleh
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, membagi konsep
mengajar dalam tiga macam pengertian.
a. Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang
diajarkan)
b. Pengertian institusional (yang menyangkut kelembagaan atau sekolah)
c. Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal)31
Dalam pengertian kuantitatif, mengajar berarti transmission of
knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru perlu
30
31
Muhibbin Syah, Opcit., hlm.179
Ibid., hlm.180
39
menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada
siswa dengan sebaik-baiknya.
Dalam pengertian institusional mengajar berarti the efficient
orchestration of teaching skills yakni penataan segala kemampuan
mengajar secara efisien. Dalam pengertian ini, guru dituntut untuk selalu
siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam
siswa yang berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
Selanjutnya
dalam
pengertian
kualitatif,
mengajar
berarti
facilitation of learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan
belajar siswa. Dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan
siswa sesuai dengan konsep kualitatif, yakni agar siswa belajar dalam arti
membentuk makna dan pemahamannya sendiri. Jadi guru tidak
menjejalkan pengetahuan kepada murid, tetapi melibatkannya dalam
aktivitas belajar yang efisien dan efektif. Pengajaran kualitatif ini lebih
terpusat pada siswa (student centred) .sedangkan pengajaran kuantitatif
lebih berpusat pada guru (teacher centered).32
Kesimpulannya adalah mengajar diartikan secara representatif
dan komprehensif dalam arti menyentuh segenap aspek psikologis siswa.
Kedudukan guru dalam pengertian ini tidak dapat lagi dipandang sebagai
penguasa tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai
manager of learning (pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap
32
Ibid., hlm.181
40
membimbing dan membantu para siswa dalam menempuh perjalanan
menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh menyeluruh.
2. Konsep Pola Dasar Mengajar
Pola dasar mengajar ialah langlah-langkah pokok yang harus ditempuh
oleh guru dalam proses belajar mengajar. Diantaranya adalah :
a. Pola Dasar Mengajar yang Sederhana
Pola ini terdiri dari kompoen-komponen sebagai berikut :
1. Tujuan instruksional yang dirumuskan secara khusus dan
operasional
2. Perilaku dasar siswa (entry behavior) yang perlu dikenali sebelum
pembelajaran yang dimulai
3. Prosedur
instruksional
yang
melipiuti
penilaian
materi
pembelajaran, metode mengajar, media pengajaran, dan waktu
yang disusun berdasarkan tujuan instruksional
4. Penilaian untuk mengetahui keberhasilan siswa atau tercapainya
tujuan instruksional
5. Balikan, yaitu informasi yang diperoleh melalui prosedur penilaian
yang pada gilirannya memberikan umpan balik terhadap tujuan
instruksional, perilaku awal, dan prosedur instruksional33
b. Pola Mengajar Formal Step
33
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,
2012 ), hlm. 59
41
Pola ini dikembangkan oleh J.Herbart yang dilandasi oleh teori
belajar asosiasi. Pola mengajar ini terdiri atas lima langkah :
1.
Persiapan
(preparation). Pada
langkah
ini
guru berusaha
mengungkapkan kembali bahan/apersepsi (materi pelajaran yang
tersimpan didalam ingatan siswa).
2. Penyajian (presentation). Pada langkah ini guru menyampaikan
bahan baku kepada kelas berupa bahan pokok, dilengkapi dengan
contoh dan ilustrasi
3. Asosiasi dan perbandingan (association and comparation). Guru
menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran
lainnya maupun dengan hal-hal praktis di masyarakat. Tujuan
langkah ini adalah untuk merencanakan bahan pelajaran baru.
4. Kesimpulan (generalization). Tujuan langkah ini ialah untuk
menentukan generalisasi konsep dan prinsip yang telah disajikan
5. Penerapan (application). Pada langkah ini guru memberikan tugas
kepada siswa atau sejumlah pertanyaan ulangan.34
c. Pola Mengajar Morrison Plan
Urutan prosedur belajar mengajar dalam pola ini adalah :
1. Eksplorasi. Pada langkah ini guru melakukan penjajakan terhadap
pengalaman-pengalaman siswa dan menghubungkannya dengan
unit
34
Ibid., hal.60
42
2. Presentasi. Pada langkah ini guru menyajikan garis besar tentang
unit yang akan dilaksanakan
3. Asimilasi. Pada langkah unit, siswa mempelajari maasalah tersebut
dan mempelajri bahan-bahan dari berbagai sumber serta berusaha
menguasainya hingga menjadi miliknya
4. Organisasi. Anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan, baik
lisan maupun tertulis, materi yang telah dikuasainya, yang disusun
dalam satu kesatuan
5. Resitasi. Pada langkah ini diadakan penilaian.35
d. Pola Mengajar yang diajukan oleh the Commision on the Relation of
School and College
Pola mengajar ini terdiri dari tiga langkah mengajar, yaitu :
1. Menyiapkan Masalah, yakni mencari kriteria untuk merumuskan
masalah
2. Periode Kerja, yakni tahap pelaksanaan para siswa bekerja
3. Tahap Kulminasi, yakni siswa melakukan berbagai kegiatan seperti
laporan individu mapun kelompok, dramatisasi, dan penilaian.36
e.
Pola Pengajaran Unit
Pengajaran unit pada dasarnya adalah suatu sistem belajar yang
bertitik tolak dari suatu masalah, topik, atau proyek yang bertujuan
membentuk pribadi siswa yang terintegrasi secara harmonis, yang
mampu bertindak untuk menghadapi berbagai situasi problematis sesuai
35
36
Ibid., hal. 61
Ibid.,
43
dengan kemampuan individual, dan berorientasi kepada kehidupan
masyarakat, dan yang menuntut keaktifan secara seimbang antara guru
dan siswa, dan dilaksanakan
secara terpadu, bertahap, dan
berkesinambungan. 37
3. Aspek Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar terdiri atas aspek-aspek yang saling
berinteraksi satu degan yang lainnya untuk mencapai tujuan instruksional.
Tanpa adanya aspek belajar mengajar tersebut tidak mungkin terjadi
proses yang diharapkan. Ada lima aspek belajar mengajar yang masingmasing memiliki fungsi yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan
yang bulat, antara lain :
a. Aspek Tujuan Istruksional
Aspek tujuan instruksional adalah yang paling utama, yang harus
dirumuskan secara jelas dan spesifik karena menentukan arah tindakan
belajar dan mengajar. Tujuan-tujuan intruksional harus berpusat pada
perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya harus
dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati
ketercapaiannya.
b. Aspek Materi Pelajaran
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan selanjutnya dirumuskan pula
materi pelajaran yang akan disajikan kepada para siswa.
37
Ibid., hal.62
44
c. Aspek Metode atau Strategi Belajar Mengajar
Sehubungan dengan tujuan instruksional dan materi pelajaran,
selanjutnya ditentukan alternatif metode atau strategi belajar mengajar.
d. Aspek Media Instrusional
Media merupakan unsur penunjang dalam proses belajar mengajar agar
terlaksana lancar dan efektif. Pada aspek ini terdapat juga buku sumber
yang digunakan sebagai sumber bahan.
e. Aspek Penilaian
Aspek penilaian merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk
mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan instruksional telah tercapai
atau hingga mana terdapat kemajuan siswa, dan bagaimana tingkat
keberhasilan sesuai dengan tujuan instruksional tersebut.
f. Aspek Penunjang Fasilitas, Waktu, Tempat, Perlengkapan
g. Aspek Ketenagaan
Faktor guru dan siswa turut menentukan berhasil tidaknya proses
tersebut, sebab faktor-faktor inilah yang harus banyak melibatkan diri
dalam situasi mengajar dan belajar. Keaktifan siswa dan guru besar
maknanya bagi keberhasilan proses belajar dan mengajar.38
Ketujuh aspek belajar mengajar tersebut merupakan satu kesatuan
yang terorganisasi dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan-tujuan
instruksional. Dalam pola sistematik, ketujuh aspek tersebut biasanya
38
Ibid., hlm. 62
45
disebut dengan istilah “komponen” dan memegang pengajaran adalah
suatu sistem.
D. Kompetensi Profesionalisme Guru
Menurut Daryanto kata kompetensi berasal dari bahasa inggris yakni
“competence” yang berati kecakapan, kemampuan dan kesanggupan.
Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia
Lengkap, kompetensi adalah
kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal.39
Pengertian kompetensi kaitannya dengan sosok guru dikemukakan
oleh Teven dan Hanson kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau
keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap kompeten dia dianggap
mengetahui apa yang dia bicarakan.
Untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi, maka
diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan empat aspek
kompetensi yang ada pada dirinya, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian,
profesional, dan sosial. Pembinaaan dan pengembangan profesi guru
dimaksudkan dilakukan melalui jabatan fungsional. Dengan demikian fokus
pengembangan keprofesionalan guru terkait dengan empat kompetensi utama
yang harus dimiliki.40
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak
didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
39
40
Agus Wibowo dan Hamrin, Opcit., hlm.102
Ibid., hal.109
46
pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi pedagogik sering dimaknai sebagai kemampuan
mengelola pembelajaran. Mencakup konsep kesiapan mengajar, yang
ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar.41
Guru yang mampu merancang pembelajaran secara baik, memiliki
karakteristik berupa menerapkan teori belajar dan pembelajaran yang
mencakup :
a. Membedakan teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik,
sosial atau yang lain dan menerapkan teori belajar tersebut dalam
pembelajaran fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
b. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan keberadaan anak didik,
kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar yang mencakup
mendeskripsikan berbagai strategi pembelajaran dan memilih strategi
pembelajaran dikaitkan dengan karakteristik anak didik, kompetensi
yang ingin dicapai dan materi ajar.
c. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang telah
dipilih mencakup : a). Menyusun silabus dan rencana pembelajaran, b).
merancang kerangka penglaman belajar (tatap muka, terstruktur, dan
mandiri)
untuk
mencapai
kompetensi,
c).
memilih
dan
mengorganisasikan materi dan bahan ajar, d). memilih dan metancang
41
Ibid., hal.110
47
media dan sumber belajar yang diperlukan, e). Membuat rancangan
evaluasi proses dan penilaian hasil belajar. 42
Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar anak didik
memiliki karakteristik, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode, mencakup :
a. Melaksanakan penilaian dengan tes maupun non tes
b. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
menentukan
tingkat
ketuntasan
belajar
yang
mencakup:
a).
Menganalisis hasil penilaian proses belajar, b). menganalisis hasil
penilaian hasil belajar, c). menginterpretasikan hasil analisis, d).
menggunakan hasil analisis untuk menentukan ketuntasan belajar.
c. Menggunakan informasi ketuntasan belajar untuk merancang program
remidi atau pengayaan yang mencakup: a). Menentukan posisi anak
didik dilihat dari ketuntasan belajar yang telah ditetapkan, b).
merancang program remidi bagi anak didik yang dibawah ketuntasan
minimal, c). merancang program pengayaan bagi anak didik yang
mencapai ketuntasan belajar optimal.
d. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran secara umum yang mencakup: a). Menganalisis
kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan, b).
42
Ibid., hal.111
48
menentukan bagian-bagian pembelajaran yang memerlukan perbaikan,
c). merancang langkah-langkah pembelajaran.43
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian dari seorang guru merupakan modal dasar
bagi yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya secara profesional.
Kompetensi kepribadian ini berupa kepribadian yang mantap dan stabil,
dewasa, berwibawa, dan akhlak mulia, sehingga bisa menjadi teladan.
Menurut Ibn Sahnun kerpibadian guru mempunyai pengaruh
langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar
para anak didik. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah keseluruhan
dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Ibn Sahnun
berpandangan bahwa seluruh sikap dan perbuatan seorang guru merupakan
suatu gambaran dari kerpibadian guru tersebut, asal dilakukan secara sadar
meliputi pengetahuan, keterampilan, ideal dan sikap dan juga perspepsi
yang dimilikinya tentang orang lain.
Adapun indikator seorang guru yang memiliki kepribadian yang
mantap dan stabil tercermin dalam perilakunya yang menunjukan beberapa
karakteristik diantaranya :
a. Mentaati peraturan perundang-undanagan dan ketentuan lainnya
b. Menunjukkan perilaku disiplin
c. Bertindak sesuai dengan norma sosial dengan ciri : a). Bertutur kata
secara santun, b). berpenampilan secara sopan, c). berperilaku santun.
43
Ibid., hlm. 112
49
d. Bangga sebagai pendidik, yang ditandai dengan menunjukkan
komitmen terhadap tugas sebagai pendidik dan menjaga kode etik
profesi pendidik
e. Memiliki konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri
mentaati tata tertib secara konsisten dan memiliki disiplin diri secara
konsisten. 44
Menurut
Buchari
Alma
guru
yang
memiliki
kompetensi
kepribadian akan menjadi sosok teladan. Guru demikian akan mengubah
perilaku anak didiknya, disamping dihormati dan disegani oleh anak
didiknya guru yang memiliki kompetensi kepribadian juga akan disenangi.
Guru yang disenangi ini akan berkontribusi pada mata pelajaran yang
diampu dan siswa akan bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata
pelajaran yang dipelajari tersebut.
3. Kompetensi Profesional
Menurut para ahli pendidikan sebuah pekerjaan dikatakan profesi
jika dialakukan untuk mencari nafkah, sekaligus dilakukan dengan tingkat
keahlian yang tinggi. Agar sebuah profesi dapat mengahasilkan mutu
produk yang baik, maka perlu dibarengi dengan etos kerja yang mantap
pula. Ada tiga ciri dasar yang dapat dilihat pada setiap profesional yang
baik mengenai etos kerjanya, yaitu :
a. Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaaan
b. Menjaga diri dalam melaksanakan pekerjaan
44
Ibid., hlm. 113
50
c. Keinginan untuk memberikan layanan kepada masyarakat 45
Adapun kompetensi profesional adalah penguasaan guru atas materi
pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional ini
memiliki karakteristik menguasai materi ajar yang luas dan mendalam,
serta menguasai struktur dan metode keilmuan bidang studi yang
diajarkan.
menurut Buchari Alma kemampuan profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam serta metode dan
teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap,
tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan. Kompetensi profesional guru
juga ditunjukkan oleh kemampuan guru dalam mengembangkan materi
studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian, dan secara nyata
menghasilkan karya-karya produktif seperti penulisan bahan ajar, termasuk
menulis buku yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.46
4. Kompetensi Sosial
.
kompetensi ini adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi,
menjalin kerja sama dan berinteraksi secara efektif dan efisien, baik itu
dengan anak ddik, sesama pendidik, orang tua atau wali, maupun dengan
masyarakat sekitar.
Menurut Buchari Alma kompetensi sosial adalah kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Guru profesonal berusaha
45
46
Ibid., hal.117
Ibid., hlm. 118
51
untuk mengembangkan komunikasi dengan orangtua siswa, sehingga
terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang
tua, serta masyarakat pada umumnya.
Selain
itu,
bergaul
secara
efektif
bagi
guru
mencakup
mengembangkan hubungan secra efektif dengan anak didik, sejawat, orang
tua ataua wali, dan masyarakat dengan beberapa ciri, yaitu: pertama,
mengembangkan hubungan atas dasar prinsip saling menghormati. Kedua,
mengembangkan
hubungan
atas
dasar
prinsip
keterbukaan
dan
mengembangkan hubungan asah, asih, asuh. Ketiga, bekerja sama secara
efektif dengan anak didik, sejawat, orang tua atau wali, dan masyarakat
dengan ciri: a). Bekerja sama atas dasar prinsip saling menghormati, b).
bekerja sama atas dasar prinsip keterbukaan dan c). bekerja sama atas
dasar prinsip saling memberi dan menerima.47
R.M. Guion dalam Spancer dan Spencer mendefinisikan kompetensi
sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan
cara-cara berperilaku atau berpikir dalam segala situasi, dan berlangsung
terus dalam periode waktu yang lama.
Spancer membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut :
1. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan
sesuatu
2. Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau
informasi
47
Ibid., hlm 123
52
3. Konsep diri, yaitu sikap nilai dan image diri seseorang
4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu
5. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang
berkaitan dengan fisik dan mental48
Kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep
hakikat guru dan hakikat tugas guru. Kompetensi guru mencerminkan tugas
dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan
guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu. Ace suryadi mengemukakan
bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, seorang guru memerlukan waktu
lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang profesional tidak diberikan
oleh siapapun, tetapi harus dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan,
awalnya harus dibina melalui penguatan landasan profesi, seperti pembinaan
tenaga pendidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan
yang memadai, efesiensi dalam sistem perencanaan, serta pembinaan
administrasi dan pembinaan kepegawaian.49
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya
tujuan
pembelajaran
dan
pendidikan
disekolah,
namun
kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar
belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar.
Nana Sudjana membagi kompetensi guru dalam tiga bagian:
48
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan problema solusi, dan reformasi pendidikan di
Indonesia , (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 63
49
Ibid., hlm.65
53
a.
Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti
penguasaan mata pelajaran, cara mengajar, pengetahuan tentang belajar
dan tingkah laku individu, pembinaan tentang penyuluhan, pembinaan
admistrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa,
pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya.
b.
Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya
c.
Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam
berbagai keterampilan atau perilaku.50
Kompetensi guru profesional menurut pakar pendidikan seperti
Soedarto menuntut dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis,
mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan. Guru yang memiliki
kompetensi profesional perlu menguasai antara lain:(a). Disiplin ilmu
pengetahuan sebagai sumber pelajaran, (b). bahan ajar yang diajarkan, (c).
pengetahuan tentang karakteristik siswa, (d). pengetahuan tentang filsafat
dan tujuan pendidikan, (e). Pengetahuan serta penguasaan metode dan model
mengajar, (f). Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran,
(g). Pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin,
guna kelancaran proses pendidikan.
51
Disamping berarti kemampuan, kompetensi juga berarti keadaan
berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Adapun
kompetensi guru menurut Barlow ialah
50
51
Ibid., hal.69
Ibid., hlm.64
kompetensi guru merupakan
54
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya
secara bertanggung jawab dan layak. Jadi profesionalisme guru dapat
diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya. Artinya, guru yang piawai dalam melaksanakan
profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.52
52
Supriyadi, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta:Cakrawala Ilmu, 2011), hlm. 42
BAB III
HISTORIKA BIOGRAFI DAN PROFESIONALISME GURU DALAM
PELAKSANAAN BELAJAR MENGAJAR MENURUT
Prof. Dr. H. HAMZAH B. UNO, M.Pd.
A. Biografi dan Intelektual Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno M.Pd.
1. Riwayat Kehidupan Hamzah B. Uno
Namanya adalah Hamzah B. Uno dilahirkan di Limbato kabupaten
gorontalo pada tanggal 1 Juni 1963. Hamzah adalah seorang dosen di
Universitas Negeri Gorontalo. Berbagai organisasi pernah ia ikuti, seperti
organisasi ikatan sarjana pendidikan MIPA, ikatan profesi teknologi
pendidikan indonesia dan persatuan guru republik indonesia.1
2. Pendidikan dan Karir Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno M.Pd.
Pendidikan Hamzah B. Uno dimulai di SD Ombulo (1977), SLTP
tahun (1980) di Limboto, SMA Thridarma tahun (1984) di kota Gorontalo.
Kemudian menyelesaikan sarjana S-I pada FKIP Universitas Sam
Ratulangi Manado jurusan Pendidikan Matematika tahun (1989). Pada
tahun (1995) menyelesaikan pendidikan S-2 pada jurusan Teknologi
Pembelajaran PPS IKIP Malang. Memperoleh gelar Doktor dalam bidang
Teknologi Pendidikan di PPS Universitas Negeri Jakarta pada tahun
(2003).
1
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan problema solusi, dan reformasi pendidikan di
Indonesia , (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hlm 145
55
56
Riwayat pekerjaan yang dijalani oleh Hamzah B.Uno, diantaranya
adalah:
a. Dosen Universitas Negeri Gorontalo
b. Kepala UPBJ-UT Gorontalo
c. Dosen MIPA Universitas Negeri Gorontalo
d. Dosen tidak tetap STAIN Sultan Amai Gorontalo
e. Dosen tidak tetap UNTIKA Luwuk Sulawesi Tengah
f. Dosen tidak tetap program pasca sarjana UNG
g. Dosen pasca sarjana IAIN Sultan Amai Gorontalo
h. Dosen pasca sarjana STIE Bina Taruna Gorontalo
Selain itu Hamzah juga pernah menjadi yang tersebut dibawah ini :
a. Kepala laboratorium matematika STKIP Gorontalao
b. Sekretaris bidang penelitian STKIP Gorontalo
c. Kepala Unit publikasi Ilmiah STKIP Gorontalo
d. Sekretaris PPL STKIP Gorontalo
e. Kepala pusat komputer STKIP Gorontalo
f. Kepala Unit pelaksana STKIP Gorontalo
g. Pimpinan dewan redaksi journal penelitian STKIP Gorontalo
h. Pemimpin dewan redaksi journal penelitian dan pendidikan Normalita
PPS UNG
i. Pembantu Rektor III UNG
j. Ketua lembaga pendidikan dan pembelajaran UNG
k. Dalam madrasah Development Center provinsi Gorontalo
57
Hamzah juga memilki berbagai macam pengalaman-pengalaman
dalam menjalankan tugas sejak masih muda, yakni sebagai berikut :
1. Sekretaris senat mahasiswa FKIP Unsrat Manado (1984-1986)
2. Ketua senat mahasiswa FKIP Unsrat Manado (1986-1988)
3. Sekretaris mahasiswa Huluya FKIP Unsrat (1987-1990)
4. Ketua bidang pembinaan anggota HMI cabang Gorontalo (1986-1990)
5. Sekretaris DPD I AMPI Kabupaten Gorontalo (1991-1994)
6. Sekretaris ICMI Orsat Limboto (1996- sekarang)
7. Pengurus IPTPI Pusat (2005- Sekarang)
8. Ketua ICMI Kabupaten Gorontalo (2007)
9. Ketua Tim Pakar KAHMI Gorontalo (2006) 2
3. Karya-karya Hamzah B. Uno
Dalam menerbitkan Buku, Hamzah bekerja sama dengan penerbitpenerbit terkenal seperti Nurul Jannah, Alawiyah Press, Biaya Dikti, Bumi
Aksara Jakarta. Adapun buku-bukunya adalah :
1. Buku panduan mahasiswa kerangka perkuliahan dan bahan ajar mata
kuliah Deskriptif (1994) penerbit Nurul Jannah
2. Metodologi penelitian kuantitatif dalam bidang pendidikan (1977)
penerbit Nurul Jannah
3. Pengantar teori belajar dan pembelajaran (1977) penerbit Nurul Jannah
4. Media pendidikan (1997) penerbit Nurul Jannah
5. Pengantar penilaian (1998) penerbit Nurul Jannah
2
Ibid., hlm. 147
58
6. Perencanaan pembelajaran teori praktek (1999) penerbit Nurul Jannah
7. Pengembangan instrumen untuk penelitian (2002) penerbit Alawiyah
Press
8. Metodologi penelitian kuantitatif (2002) penerbit Nurul Jannah
9. Teori motivasi dan aplikasinya dalam penelitian (2003) penerbit Nurul
Jannah
10. Landasan pembelajaran (2003) penerbit Nurul Jannah
11. Model pembelajaran (2003) penerbit Nurul Jannah
12. Sosiologi pendidikan paradigma ganda (2003) penerbit Nurul Jannah
13. Landasan pendidikan (2005) penerbit Nurul Jannah
14. Landasan keilmuan pembelajaran (2005) penerbit Biaya Dikti
15. Filsafat ilmu (2006) penerbit Nurul Jannah
16. Orientasi baru dalam psikologi (2006) penerbit Bumi Aksara Jakarta
17. Profesi kependidikan (2007) penerbit Bumi Aksara Jakarta
18. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran (2007) penerbit Bumi
Aksara Jakarta
19. Pengantar pendidikan (2008) penerbit Nurul Jannah
20. Teknologi komunikasi dan informasi pendidikan penerbit Bumi
Aksara Jakarta
21. Strategi pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM penerbit Bumi
Aksara Jakarta3
3
Ibid., hlm. 148
59
B. Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno M.Pd.
1. Hakikat Profesi Guru
Guru merupkan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarangan orang diluar bidang pendidikan.
Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan
beberapa prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, yaitu sebagai berikut :
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi
pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media
dan sumber belajar yang bervariasi
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif
dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian
pelajaran dan penyesuainnya dengan usia dan tahapan tugas
perkembangan peserta didik
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, agar peserta didik
menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya
5. Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan
guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga
tanggapan peserta didik menjadi jelas
60
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan
antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan seharihari
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik
dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara
langsung,
mengamati,
dan
menyimpulkan
pengetahuan
yang
didapatnya
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina
hubungan sosial, baik dalam kelas maupun diluar kelas
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik
secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan
tersebut. 4
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan
hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta melakukan
perbaikan dan pengembangan. Seiring dengan kemajuan teknologi
informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak
sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai
fasilitator, motivator, pemimbing yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri
informasi yang telah diperoleh.
4
Ibid., hlm. 15
61
2. Guru Sebagai Contoh (Suri Tauladan)
Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta
didik. Untuk itu, maka seorang guru harus dapat menjadi contoh (suri
tauladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah
representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau
masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu
dan ditiru. Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang
dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya.
Perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru diharapkan akan
berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya sebagai berikut :
1. Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi
kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi
bantuan bagi peserta didik yang mendapat kesulitan belajar, dan
pencipta kondisi yang merangsang dan menantang peserta didik untuk
berpikir dan bekerja (melakukan).
2. Mengubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi
metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil
kebiasaan cara belajar peserta didik yang baru dan puas kalau banyak
mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi guru), atau baru
belajar kalau ada guru
3. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar,
sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok,
percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat
62
orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah informasi
sendiri.5
3. kompetensi dan Tugas Guru
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya
belajar. Pada umumnya disekolah-sekolah yang memiliki guru dengan
kompetenasi
profesional
akan
menerapkan
“pembelajaran
dengan
melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya
berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan. Dalam suasana seperti
itu, peserta didik secara aktif dilibatkan dalam memecahkan masalah,
mencari sumber informasi, data evaluasi
serta menyajikan dan
mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat
dan lainnya.6
Berikut akan diuaraikan tentang kompetensi profesional yang harus
menjadi andalan guru dalam melaksanakan tugasnya :
a. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan
yang harus dimilki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimilki
seorang guru, terdiri dari tiga, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
5
6
Ibid., hlm.17
Ibid., hal.18
63
1. Kompetensi pribadi
Seorang guru harus memilki pengetahuan penunjang kondisi
fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari para peserta didik yang
dihadapinya. Beberapa kompetensi pribadi yang mestinya ada pada
seorang guru, yaitu memilki pengetahuan yang dalam tentang materi
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan juga mempunyai
pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan
untuk memperlakukan mereka secara individual.
2. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yang dimilki oleh seorang guru adalah
menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan
lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga dan sesama teman).
3. Kompetensi profesional mengajar
Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran,
harus memiliki kemampuan :
a. Merencanakan sistem pembelajaran
-
Merumuskan tujuan
-
Memilih prioritas materi yang akan diajarkan
-
Memilih dan menggunakan metode
-
Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada
-
Memilih dan menggunakan media pembelajaran
b. Melaksanakan sistem pembelajaran
-
Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat
64
-
Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat
c. Mengevaluasi sistem pembelajaran
-
Memilih dan menyusun jenis evaluasi
-
Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses
d. Mengembangkan sistem pembelajaran
-
Mengoptimalisasi potensi peserta didik
-
Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri
-
Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.7
b. Seperangkat Tugas Guru
Menurut Uzer yang dikutip oleh Hamzah B. Uno dalam buku
Profesi Kependidikan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam
bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik
dalam meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Tugas guru dalam
bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru disekolah harus dapat
menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas
perkembangannya mulai dari sebagai mahluk bermain (homoludens)
sebagai mahluk remaja atau berkarya (homopither) dan sebagai mahluk
berpikir atau dewasa (homosapiens). Masyarakat menempatkan guru
pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang
guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. 8
7
8
Ibid., hal.19
Ibid., hal.20
65
Sedangkan secara khusus tugas guru dalam proses pembelajaran
tatap muka sebagai berikut :
1. Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran
a). Tugas Manajerial
Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal
maupun eksternal. Yang berhubungan dengan peserta didik, alat
perlengkapan kelas (material), tindakan-tindakan profesional.
b). tugas Edukasional
Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:motivasional, pendisiplinan,
dan sanski sosial (tindakan hukuman)
c). tugas Instruksional
Menyangkut
fungsi
mengajar,
bersifat:penyampaian
materi,
pemberian tugas-tugas pada peserta didik, mengawasi dan
memeriksa tugas.
2. Tugas pengajar sebagai pelaksana (Executive Teacher)
Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi
bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang
baik.
Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang
bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk mau belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Sedangkan secara khusus tugas guru sebagai pengelola proses
pembelajaran sebagai berikut :
66
a. Menilai kemajuan program pembelajaran
b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik
belajar sambil bekerja (learning by doing)
c. Mampu
mengembangkan
kemampuan
peserta
didik
dalam
menggunakan alat-alat belajar
d. Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas
e. Bertindak sebagai manusia sumber
f. Mengarahkan peserta didik agar mandiri
g. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk
mencapai hasil ynag optimal. 9
4. peranan Guru dalam Pembelajaran Tatap Muka
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka
yang dikemukakan oleh Moon, yaitu sebagai berikut :
1. Guru sebagai perancang pembelajaran
a. Membuat dan merumuskan TIK
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,
sistematis, dan fungsional efektif
c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa
d. Menyediakan sumber belajar
9
Ibid., hlm. 21
67
e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan
memerhatikan materi, efektif dan efisien, kesesuaian dengan metode,
serta pertimbangan praktis. 10
2. Guru sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction)
Guru berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari peserta
didik kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah
satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi
siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada
guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan
pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan
hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik
mengendalikan pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.11
3. Guru sebagai pengarah pembelajaran
Seorang guru hendaknya senantiasa berusaha menumbuhkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.
Pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam hal ini adalah
pendekatan pribadi, dimana guru dapat mengenal dan memahami siswa
secara lebih mendalam hingga dapat membantu dalam keseluruhan
PBM.
4. Guru sebagai evaluator (Evaluator of student learning)
10
11
Ibid., hal. 22
Ibid., hal. 23
68
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan
efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Dalam fungsinya
sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi akan menjadi umpan balik
terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak
untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya.
Dengan demikian, proses pembelajaran akan terus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal. 12
5. Guru sebagai konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan
dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi didalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipesriapkan agar:
-
Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang
timbul antara peserta didik dengan orang tuanya
-
Dapat memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang
manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan
bekerja sama dengan bermacam-macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya
sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya.13
6. Guru sebagai pelaksana kurikulum
12
13
Ibid., hal. 24
Ibid.,
69
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan
didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan.
Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung
pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru
adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala
sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi.14
Peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum
secara aktif dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Dalam perencanaan kurikulum
Kurikulum ditingkat nasional dirancang dan dirumuskan oleh pakar
dari berbagai bidang disiplin ilmu yang terkait, sedangkan guru-guru
yang sudah berpengalaman biasanya terlibat untuk memberikan
masukan berupa saran, ide, atau tanggapan terhadap kemungkinan
pelaksanaannya disekolah.
b. Dalam pelaksanaan dilapangan
Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan
kurikulum, baik secara keseluruhan maupun tugas sebagai
penyampaian mata pelajaran sesuai dengan GBPP yang telah
dirancang dalam suatu kurikulum
c. Dalam proses penilaian
Selama pelaksanaan kurikulum akan dinilai seberapa jauh tingkat
ketercapaiannya.
14
Ibid., hal.26
Biasanya guru diminta saran maupun menilai
70
kurikulum yang sedang berjalan guna melihat kebaikan dan
kelemahan yang ada. Dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek
filosofis, sosiologis, dan metodologis
d. Pengadministrasian
Guru harus menguasai tujuan kurikulum, isi program (pokok
bahasan, subpokok bahasan) yang harus diberikan kepada peserta
didik
e. Perubahan kurikulum
Guru sebagai pelaku kurikulum mau tidak mau tentu akan selalu
terlibat dalam pembaharuan yang sedang dilakukan sebagai suatu
usaha untuk mencari format kurikulum yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
15
Seorang guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai
program pembelajarn yang harus diberikan kepada peserta didik bukan
sebagai barang mati, sehingga apa yang terdapat dalam kurikulum dapat
dijabarkan oleh guru menjadi suatu materi yang menarik untuk
disajikan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
7. Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis
lingkungan.
Posisi dan peranan guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan
berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, dimana guru harus
menempatkan diri sebagai :
15
Ibid.,
71
a. Pemimpin belajar
b. Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemudahan kepada
peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya
dalam berbagai bentuk
c. Moderator belajar, guru sebagai moderator tidak hanya mengatur
arus kegiatan belajar, tetapi juga bersama peserta didik harus
menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar
peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan
diajukan peserta didik
d. Motivator belajar
e. Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang obyektif dan
komprehensif. 16
8. Tugas dan tanggung jawab guru
Ada beberapa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat
menumbuhkan minat dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
a. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi
seperti analisis, sintesis dan evaluasi
b. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan
gaya belajar yang dimilki oleh peserta didik secara individual
c. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesuai
denagan kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta
penggunaannya dalam proses pembelajaran
16
Ibid., hal. 27
72
d. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode
pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh
hasil belajar yang optimal.
e. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik dengan
mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi peserta
didik, suasana belajar, dan faktor yang berkenaan dengan diri guru
f. Memahami sifat dan karakteristik peserta didik
g. Terampil dalm menggunakan sumber-sumber belajar
h. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam
belajar
sehingga
suasana
belajar
menjadi
menarik
dan
menyenagkan.17
9. Syarat guru yang baik dan berhasil
Syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain berijazah dan
syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah mempunyai
sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan
pembelajaran. Syarat-syarat untuk menjadi guru yang baik dan berhasil
adalah :
a. Guru harus berijazah
Yang dimaksud berijazah adalah ijazah yang dapat memberi
wewenang untuk menjalankan tugas sebagai seorang guru disuatu
sekolah tertentu
b. Guru harus sehat jasmani dan rohani
17
Ibid., hal.28
73
c. Guru harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berkelakuan baik
d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab
e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional
Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan tugas utama
seorang guru, karena itulah guru harus terlebih dahulu berjiwa
nasional.18
Keberhasilan seorang guru dalam melakukan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang pengajar sangat tergantung pada diri pribadi
masing-masing guru dalam lingkungan tempat ia bertugas.
18
Ibid., hlm.29
BAB IV
ANALISIS PROFESIONALISME GURU DALAM PELAKSANAAN
BELAJAR MENGAJAR MENURUT Prof. Dr. H. HAMZAH B. UNO, M.Pd.
A. Profesionalisme Guru Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.
Didalam pendidikan guru adalah seorang pendididk, pembimbing,
pelatih, pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana
yang kondusif bagi para peserta didiknya, yaitu lingkungan yang bersifat
menantang, dan merangsang peserta didik untuk mau belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Menurut Hamzah B. Uno guru merupakan suatu profesi yang
berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan
tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang di luar bidang pendidikan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru
tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus
mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih
banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan
mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus
dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar.1
Menurut para ahli pendidikan, bahwa kegiatan atau pekerjaan itu
dilakukan dikatakan profesi bila ia dilakukan untuk mencari nafkah dan
sekaligus dilakukan dengan tingkat keahlian yang cukup tinggi. Agar suatu
1
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan problema solusi, dan reformasi pendidikan di
Indonesia , (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hal.15
74
75
profesi dapat menghasilkan mutu produk yang baik, maka ia perlu dibarengi
dengan etos kerja yang mantap pula.
Ada tiga ciri dasar yang selalu dapat dilihat pada setiap profesional
yang baik mengenai etos kerja, yaitu:
a) Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan;
b) Menjaga harga diri dalam melaksanaan pekerjaan;
c) Keinginan untuk memberi layanan kepada masyarakat melalui karya
profesionalnya.2
ketiga ciri dasar diatas merupakan etos kerja yang seharusnya melekat
pada setiap pekerjaan profesional.
Menurut suyanto dan Asep jihad pada prinsipnya, profesionalisme
guru dapat diartikan sebagai guru yang dapat menjalankan tugasnya secara
profesional. Untuk dapat menentukan apakah seorang guru dikatakan
profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari
tingkat pendidikan, minimal dari latar belakang pendidikan untuk menjadi
guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses
pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lainlain. 3
Menurut Hamzah B. Uno Profesionalisme seorang guru merupakan
suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah yang berbasis pengetahuan,
yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan
manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya sekolah-sekolah yang
2
hal.222
3
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,),
Suyanto dan Asep jihad, Menjadi Guru Profesional , (Jakarta:Erlangga,2013), hal.25
76
memiliki
guru
dengan
kompetensi
profesional
akan
menerapkan
“pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar
dimana guru hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan
materi kepada peserta didik, dan peserta didik hanya mendengarkan
penjelasan dari guru.4
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi dan profesi bagi
seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui
interaksi edukatif, secara terpola, formal, dan sistematis.
Guru yang profesional yaitu guru yang memiliki kemapuan
profesional, personal, dan sosial. Sebutan guru profesional dapat mengacu
kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.5
Hal ini sejalan dengan pemikiran Hamzah B. Uno bahwa, seorang
guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi yaitu, kompetensi
pribadi atau personal, kompetensi sosial, kompetensi profesional mengajar.
Kompetensi pribadi atau personal, pada dasarnya adalah perubahan
perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh
latar belakang pendidikan, dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru,
sehingga seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat
ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu, guru harus dapat menjadi
contoh atau suri teladan bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah
4
5
Hamzah B. Uno, Opcit., hal.18
Muhammad surya, Opcit., hal.77
77
representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat
yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.
Menurut Oemar Hamalik kepribadian guru mempunyai pengaruh
langsung dan komulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para
siswa. Yang dimaksud dengan kepribadian disini meliputi pengetahuan,
keterampilan, ideal, dan sikap, dan juga persepsi yang dimilikinya tentang
orang lain. Sejumlah percobaan dan hasil-hasil observasi menguatkan
kenyataan bahwa banyak sekali yang dipelajari oleh siswa dari gurunya. Para
siswa menyerap sikap-sikap gurunya, merefleksikan perasaan-perasaannnya,
menyerap keyakinan-keyakinannya, meniru tingkah lakunya dan mengutip
pernyataan-pernyataannya. Pengalaman menunjukkan bahwa masalahmasalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan hasrat
belajar yang terus menerus itu semuanya bersumber dari kepribadian guru.6
Menurut Athiyah Al-Abrosy, yang dikutip oleh Agus Wibowo dan
Hamrin seorang guru sebelum mengajarkan pendidikan hendaknya memilki
sifat-sifat mulia, antara lain:
a. Menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar
b. Hubungan guru dengan anak didik harus baik
c. Guru harus selalu memperhatikan anak didik serta pelajaran mereka
d. Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar anak didik
e. Guru wajib menjadi contoh atau teladan didalam keadilan dan keindahan,
serta kemuliaan bagi anak didiknya
6
Oemar Hamalik,
Algensindo,2012) hal. 34
Psikologi
Belajar
dan
Mengajar,
(Bandung:Sinar
Baru
78
f. Guru wajib ikhlas didalam pekerjaannya
g. Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan
kehidupan
h. Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan atau
penelitian
i. Guru harus mampu mengajar, bagus penyiapannya, dan bijaksana dalam
menjalankan tugasnya
j. Guru harus sarat dengan ide sekolah yang modern
k. Guru harus mempunyai niat yang tetap
l. Guru harus sehat jasmaninya
m. Guru harus mempunyai pribadi yang mantap7
Menurut Muhammad AR guru itu bukan orang sembarangan. Ia
adalah manusia yang memiliki kualitas dalam hal ilmu pengetahuan, moral,
cinta, serta ketaatan kepada agama.
Sedangkan kompetensi sosial berdasarkan kodrat manusia sebagai
makhluk sosial dan makhluk etis, ia harus dapat memperlakukan peserta
didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai optimalisai, potensi, pada
diri masing-masing peserta didik. Ia harus memahami dan menerapkan
prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut.
Kompetensi sosial yang dimilki seorang guru adalah menyangkut
7
Agus Wibowo dan Hamrin, Opcit., hal.62
79
kemampuan berkomunikasi, dengan peserta didik dan lingkungan mereka
(seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimilki guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali siswa, dan masyarakat
sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial
sebagai berikut :
1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, dengan
melakukan hal tersebut guru bisa memahami keinginan dan harapan
siswa
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan, misalnya bisa berdiskusi tentang
masalah-masalah yang dihadapi siswa serta solusinya
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau
wali siswa dan masyarakat sekitar. Contohnya, guru bisa emberikan
informasi tentang bakat, minat, dan kemampuan siswa kepada orang tua
siswa8
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
mengajarnya dengan berhasil.
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan
8
Suyanto dan Asep Jihad, Opcit., hal.43
80
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuan. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai
berikut :
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini
berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi dan koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep
antarmata-pelajaran yang terkait, dan menerapakan konsep-konsep
keilmuan dalam proses belajar mengajar
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memilki implikasi bahwa guru
harus
menguasai
langkah-langkah
penelitian
dan
kajian
untuk
memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.9
Seorang guru yang profesional selain harus memiliki beberapa
kompetensi, juga memiliki beberapa tugas menurut Hamzah B. Uno tugas
seorang guru antara lain tugas edukasional yang menyangkut fungsi
mendidik, bersifat motivasional, pendisiplinan, sanksi sosial (tindakan
hukuman). Tugas manajerial menyangkut fungsi administrasi (memimpin
kelas), baik internal maupun eksternal, yang berhubungan dengan peserta
didik, alat perlengkapan kelas dan tindakan-tindakan profesional.
Menurut Suyanto dan Asep Jihad tugas guru sebagai menejer belajar,
guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan. Dia membimbing siswanya
9
Ibid.,
81
belajar, mengambil prakarsa, mengeluarkan ide terbaik yang dimilikinya. Dia
bertindak sebagai bagian dari siswa dengan ikut belajar bersama mereka
selain itu, guru juga harus belajar dari teman seprofesinya. Sosok guru itu
diibaratkan segalanya bisa.10
Sedangkan tugas guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan
dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
Guru akan menjadi sahabat siswa, teladan dalam pribadi, yang
mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa, menciptakan suasana
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil di bawah bimbingan guru.11
Secara umum tugas dan tanggung jawab guru menurut Hamzah B.
Uno adalah mampu menjabarkan bahan pembelajaran kedalam berbagai cara
penyampaian, mampu merumuskan tujuan pembelajaran sehingga kegiatan
belajar peserta didik dapat berjalan lebih aktif, menguasai berbagai gaya
belajar yang efektif bagi peserta didik. Memahami sifat dan karakter peserta
didik terutama kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat
terhadap pelajaran, motivasi belajar dan hasil belajar. Terampil dalam
mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar sehingga suasana
belajar menjadi menarik dan menyenangkan.
Hal ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Peters
yang dikutip oleh Nana Sudjana antara lain:
a. Guru sebagai pengajar
10
11
Ibid., hlm.31
Ibid.,
82
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru
dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis
mengajar
b. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing memberi tekanan pada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya
c. Guru sebagai administrator kelas
Pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang
pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.12
Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik pada
diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kearah
perwujudan profesional. Kualitas profesionalisme didukung oleh lima
kompetensi berikut:
a. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar
ideal
b. Meningkatkan dan memelihara citra profesi
c. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan
profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas
pengetahuan dan keterampilannya
d. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi
e. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya13
12
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Menagajar, (Bandung:Sinar Baru
Algensindo, 2011), hal.14
83
B. Kesesuaian Profesionalisme Guru Terhadap Pelaksanaan Belajar
Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik),
sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru
sebagai pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan
manakala terjadi interaksi guru-siswa, siswa-siswa pada saat pelajaran itu
berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses.
Keterpaduan proses belajar siswa dengan proses mengajar guru
sehingga terjadi interaksi belajar mengajar (terjadinya proses pengajaran) tidak
datang begitu saja dan tidak dapat tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan
yang seksama. Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan
komponen dan variabel yang harus ada dalam proses pengajaran. Perencanaan
dimaksudkan merumuskan dan menetapkan interelasi sejumlah komponen dan
variabel sehingga memungkinkan terselenggaranya pengajaran yang efektif.14
kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu :
a. Aspek tujuan instruksional
b. Aspek materi pelajaran
c. Aspek metode atau strategi belajar mengajar
d. Aspek media instruksional
13
14
Muhammad surya, Opcit., hal.78
Nana Sudjana, Opcit., hal.28
84
e. Aspek penilaian
f. Aspek penunjang, fasilitas,waktu, tempat, perlengkapan
g. Aspek ketenagaan15
Selain aspek belajar mengajar faktor penentu keberhasilan dalam proses
belajar mengajar seperti yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno adalah
peran guru sebagai pelaksana kurikulum. Keberhasilan dari suatu kurikulum
yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki
oleh seorang guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam
upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum
resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu
kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada
akhirnya terletak ditangan pribadi guru. 16
Guru memegang peranan yang penting dalam kurikulum, karena guru
merupakan unsur yang penting yang menentukan berhasil atau gagalnya
pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan (sekolah). Guru
terlibat langsung secara aktif dalam pelaksanaan kurikulum bersama para
siswa. Guru yang menentukan topik pengajaran, bahan-bahan yang akan
diajarkan, metode yang digunakan, alat yang dipilih dan dipergunakan, serta
mengevaluasi hasil pelaksanaan kurikulum.
Dalam sistem pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
15
16
Oemar Hamalik, Opcit., hal.62
Hamzah B. Uno, Opcit., hal.25
85
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. 17
Guru sebagai pembelajaran mengetahui kondisi, situasi, dan
bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru juga
bertanggung jawab atas keberlakuan dalam pembangunan kurikulum. Oleh
karena itu, sewajarnya guru berperan optimal dalam pengembangan
kurikulum. Peran guru dalam pengembangan kurikulum terwujud dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Perumusan tujuan khusus pengajaran
b. Perencanaan kegiatan pembelajaran yang efektif
c. Pelaksanaan program pembelajaran dalam pembelajaran sesungguhnya
d. Mengevaluasi proses belajar dan hasil belajar siswa
e. Mengevaluasi interaksi antara komponen-kompenem kurikulum yang
diimplementasikan. 18
Kelima kegiatan tersebut
merupakan tuntutan bagi guru yang
profesional. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang dikemukakan oleh
Hamzah B. Uno bahwa berhasil atau gagalnya kurikulum terletak ditangan
pribadi seorang guru. Terdapat beberapa alasan dalam pendapat tersebut,
yaitu :
a. Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum disuatu kelas
b. Gurulah yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat
pembelajaran, karena ia melakukan :
17
18
289
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2001), hal.64
Dimiyati dan Mujiyono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 2009), hlm.
86
1). Menganalisis tujuan berdasarkan apa yang tertuang dalam
kurikulum resmi
2). Mengembangkan alat evaluasi berdasarkan tujuan
3). Merumuskan bahan yang sesuai dengan isi kurikulum
4). Merumuskan bentuk kegiatan belajar yang dapat memberikan
pengalaman belajar bagi peserta didik dalam melaksanakan apa
yang telah diprogramkan
c. Gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan yang muncul
sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum di kelas
d. Tugas gurulah yang mencarikan upaya memecahkan segala permasalahan
yang dihadapi dan melaksanakan upaya itu.19
Guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam pendidikan,
adapun kurikulum yang berlaku dan apapun sarana dan prasarana pendidikan
yang ada, akhirnya gurulah yang menetapkan badan mengggunkannya
disekolah. Kurikulum yang tidak baik, hasilnya tidak akan maksimal. Sarana
atau prasarana yang lengkap ditangan guru yang tidak cakap, juga tidak akan
bermanfaat dengan baik. Sebaliknya kurikulum dan sarana yang sederhana,
tetapi ditangani guru yang profesional sering kali hasilnya lebih baik.
Kompetensi profesional guru harus senantiasa dikembangkan dan
ditingkatkan guna menambah pengetahuan dan keterampilan, terutama untuk
19
Hamzah B. Uno, Opcit., hal.25
87
menjadi guru profesional. Untuk itu perlu adanya suatu upaya atau usaha
dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, khususnya profesional guru .
Suyanto (2001) mengemukakan empat persyaratan agar seorang guru
dapat dikatakan profesional :
a. Kemampuan guru mengolah atau menyiasati kurikulum
b. Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan
c. Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri
d. Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai bidang studi atau
mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh20
Salah satu faktor agar seorang guru dikatakan profesional adalah
kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan. Hal
tersebut sesuai dengan pemikiran Hamzah B. Uno, yang mengatakan bahwa
guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan
perananya tidak kalah aktifnya dengan peserta didik. Posisi dan peran guru
yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses
pembelajaran, dimana guru harus menempatkan diri sebagai :
a. Pemimpin
belajar,
dalam
arti
guru
harus
sebagai
perencana,
pengorganisasi, pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik
b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai
bentuk
20
Suyanto dan Asep Jihad, Opcit., hal.28
88
c. Moderator belajar, guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta
didik
d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar
e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif.
Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses
pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. 21
Selain kurikulum yang menjadi penentu keberhasilan kegiatan belajar
mengajar, kompetensi profesionalisme guru juga menjadi salah satu
keberhasilan proses belajar menagajar, karena keberhasilan kurikulum terjadi
apabila seorang guru memiliki kecakapan dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa.
Sependapat dengan pemikiran Hamzah B. uno adalah keberhasilan
guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh kompetensi yang
telah dikuasai guru dengan pengaplikasiannya pada kegiatan belajar
mengajar.
Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat
modern, sifatnya yang selalu menantang mengharuskan adanya pendidikan
yang profesional. Hal ini berarti dimasyarakat diperlukan pemimpin yang
baik, di rumah diperlukan orang tua yang baik, dan disekolah dibutuhkan
guru yang profesional. Akan tetapi, dengan tidak adanya pegangan
persyaratan pendidikan profesional. Maka hal tersebut menyebabkan
21
Hamzah B. Uno, Opcit., hal.27
89
timbulnya bermacam-macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik atau
profesional.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah semua yang penulis paparkan dan telah menganalisis, maka
dapat penulis simpulkan :
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, guru memiliki peranan
yang sangat penting. karena guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan nasional,
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih maju.
1. Profesionalisme Guru menurut Prof. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.
profesionalisme guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan
suatu
sekolah
berbasis
pengetahuan,
yaitu
pemahaman
tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya
belajar. Dengan demikian, keahlian guru harus terus dikembangkan. Pada
umumnya sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi
profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk
menggantikan cara mengajar dimana guru hanya menggunakan metode
ceramah untuk menyampaikan materi kepada peserta didik, dan peserta
didik hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
2. Kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan seseorang yang dinyatakan
kompeten dibidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan
kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang
90
91
bersangkutan. Untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki
kompetensi,
maka
diharuskan
memiliki
kemampuan
untuk
mengembangkan empat aspek kompetensi yang ada pada dirinya, yaitu
kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional,
dan kompetensi sosial.
3. Kesesuaian Profesionalisme seorang guru menurut Prof. Dr. H. Hamzah B.
Uno, M.Pd. dalam pelaksanaan belajar mengajar diharuskan memiliki
pengetahuan meliputi pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan
perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Begitu juga menurut
suyanto dan
Asep jihad pada prinsipnya, profesionalisme guru dapat
diartikan sebagai guru yang dapat menjalankan tugasnya secara
profesional. Untuk dapat menentukan apakah seorang guru dikatakan
profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat
dari tingkat pendidikan, minimal dari latar belakang pendidikan untuk
menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar,
mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas
bimbingan. Dari kedua teori tersebut memiliki persamaan pada metode
pembelajaran dan materi bahan ajar, dan telah memiliki kesesuaian dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
B. SARAN-SARAN
Dari paparan diatas, penulis memberikan saran-saran :
92
1. Sebagai pendidik harus selalu mengembangkan kemampuannya untuk
terus menerus meningkatkan keahliannya, dengan terus belajar dan
melakukan penelitian meningkatkan mutu pendidikan
2. Kiranya perlu memahami tentang kompetensi yang harus dimilki oleh
seorang guru, karena guru yang piawai adalah guru yang menguasai
tentang kompetensi. Jika guru dianggap kompeten dia dianggap
mengetahui apa yang dia bicarakan.
B. PENUTUP
Demikianlah tulisan ini diakhiri dengan mengucapkan syukur
Alhamdulillah, mudah-mudahan tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi siapapun yang dapat memetik ilmu, hikmah, dan
pengetahuan tulisan ini.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penelitian ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan yang
telah diberikan mendapat balasan dan dapat diterima sebagai amal yang baik
dihadapan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Moh Athiyah. 1979. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta:Bulan Bintang
Anwar, Syaiful. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Belajar Offset
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta:PT Rineka
Assegaf, Abdul Rahman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Rajawali Pers
Aziz, Ertawi. 2003. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo:Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
B.Uno, Hamzah. 2011. Profesi Kependidikan Problema Solusi Dan Reformasi
Kependidikan Di Indonesia. Jakarta:PT Bumi Aksara
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatifn, Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada
Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru dari Pra-Jabatan Induksi
kearah Profesional Madani. Jakarta:Kencana Pranada Media Group
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka
Dimiyanti dan Mujiyono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:rineka Cipta
Fathurrohman, Pupuh dan Sutekno Sobri. 2007. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung:PT Refika Aditama
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Ghufron, Moh Nur dan Risnawati Rini. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung:Sinar Baru
Algensindo
Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara
Herdananto, Bagus. 2009. Menjadi
Yogyakarta:Kreasi Wacana
Guru
Bermoral
Profesional.
Kusnandar. 2011. Guru Profesional. Jakarta:PT Raja Grafindo
Lexy J moeleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosda Karya.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
Nata Abudin. 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid.
Jakarta:Raja Grafindo Persada
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia
Poerwodarminto, wojowasito. 1989. Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia
Inggris. Bandung:Hasta
Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Bandung:Nusa Media
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesionalisme Guru dan Tenaga
Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta:Kencana Pranada Media Group
Soemanto, Wasti. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta:PT Asdi Mahasatya
Soetjipto dan Kosasi Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta:PT Rineka Cipta
Sudirman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru
Algensindo
Supriyadi. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:Cakrawala Ilmu
Surya, Muhammad. 2010. Landasan Pendidikan. Bogor:Ghalia Indonesia
Suyanto dan Jihad Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta:Erlangga
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung:Rosda Karya
Tafsir, Ahmad.2012. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung:PT Remaja Rosda
Karya
Undang-undang Guru dan Dosen. 2009. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Usman, Moh Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung:PT Remaja Rosda
Karya
Wibowo, Agus dan Hamrin.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
2012.
Menjadi
Guru
Berkarakter.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fathurin Taufana
Tempat/Tanggal Lahir
: Jepara, 25 Juli 1992
NIM
: 131310000272
Alamat
: Srikandang, Sumur Balai Romo RT.01 RW.06,
Kec. Bangsri Kab. Jepara
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Jenjang Pendidikan Formal
1. TK TA 03 Tarbuyatul Athfal Srikandang Jepara (1997-1998)
2. MI Miftahul Ulum Srikandang Jepara (1998-2004)
3. MTs. Darul Ulum Srikandang Jepara (2004-2007)
4. MA. Hasyim Asy’ari Bangsri Jepara (2007-2010)
5. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara tahun 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Jepara, 14 September 2015
Peneliti
Fathurin Taufana
Download