Templat tugas akhir S1

advertisement
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PROBIOTIK Bacillus NP5 SEGAR
DAN MIKROENKAPSULASI MELALUI PAKAN PADA
IKAN MAS Cyprinus carpio YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophilla
ALIT BRILLIANT
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Pemberian
Probiotik Bacillus NP5 Segar dan Mikroenkapsulasi Melalui Pakan pada Ikan
Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophilla” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Alit Brilliant
C14100031
ABSTRAK
ALIT BRILLIANT. Efektivitas Pemberian Probiotik Bacillus NP5 Segar dan
Mikroenkapsulasi melalui Pakan pada Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi
Aeromonas hydrophilla. Dibimbing oleh WIDANARNI dan SUKENDA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian probiotik
Bacillus NP5 segar dan mikroenkapsulasi melalui pakan terhadap kelangsungan
hidup, kinerja pertumbuhan dan respon imun ikan mas yang diinfeksi Aerominas
hydrophilla. Sebanyak 15 ekor ikan mas dengan bobot rata-rata 5.09±0.01 g
dipelihara di dalam akuarium dengan volume air 96 L selama 30 hari. Pemberian
probiotik pada pakan sebanyak 1%. Perlakuan terdiri dari kontrol positif dan
kontrol negatif (K+ dan K-; tanpa pemberian probiotik), probiotik segar (A), dan
probiotik mikroenkapsulasi (B). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pada
hari ke-31, perlakuan K+, A, dan B diinjeksi dengan A. hydrophilla sebanyak 0.1
ml (107 cfu/mL), sedangkan K- diinjeksi dengan larutan fisiologis. Pengamatan
pasca infeksi dilakukan selama 14 hari. Parameter yang diamati meliputi
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan, populasi bakteri di
usus dan respon imun. Ikan mas perlakuan B menunjukkan kelangsungan hidup
96%, laju pertumbuhan harian 2.66%, rasio konversi pakan 1.65, total bakteri di
usus yang lebih tinggi dan respon imun yang lebih baik dibanding kontrol.
Kata kunci: Probiotik, Bacillus NP5, mikroenkapsulasi, ikan mas, respon imun
ABSTRACT
ALIT BRILLIANT. Effectivity of Fresh and Microencapsulated Probiotic
Bacillus Np5 in Fish Feed of Common Carp Cyprinus carpio Against Aeromonas
hydrophilla Infection. Supervised by WIDANARNI and SUKENDA
This study aimed to evaluate the effectivity of probiotic Bacillus NP5
towards survival, growth performance and immune response of common carp
infected by Aeromonas hydrophilla. 15 common carps in the average body weight
of 5.09±0.01 g cultured in aquaria each containing of 96 L of freshwater for 30
days. The probiotic supplementation in feed was 1%. The treatments were
comprised by positive and negative control (K+ and K-; without probiotic
addition), fresh probiotic addition (A), and microencapsulated probiotic addition
(B). Each treatments were repeated in 3 replications. At day 31, treatments K+, A,
and B were injected by A. hydrophilla 0.1 ml (107 cfu/mL) while K- was injected
with physiological salt solution. Post infection observation was carried out 14
days. The observe parameters namely survival, specific growth rate, feed
conversion, total bacteria in the intestine and immune response. Fish treated by B
treatment showed, which can be observed of the following parameters: 96.% of
survival, 2.66% of specific growth rate, 1.65 of feed conversion ratio, total
bacteria in the intestine and immune response which better than control.
Keywords: probiotic, NP5, microencapsulated, common carp, immune response
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PROBIOTIK Bacillus NP5 SEGAR
DAN MIKROENKAPSULASI MELALUI PAKAN PADA
IKAN MAS Cyprinus carpio YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila
ALIT BRILLIANT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :0Efektivitas Pemberian Probiotik Bacillus NP5 Segar dan
Mikroenkapsulasi Melalui Pakan pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)
yang Diinfeksi Aeromonas hydrophilla
Nama
: Alit Brilliant
NIM
: C14100031
Disetujui oleh
Dr Ir Widanarni, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Sukenda, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Efektivitas Pemberian
Probiotik Bacillus NP5 Segar dan Mikroenkapsulasi Melalui Pakan pada Ikan
Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophilla” berhasil
diselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Widanarni, MSi
dan Bapak Dr Ir Sukenda, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi
saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda tercinta Syaiful
Azwar, ibunda tercinta Roni Herika, kakak tersayang Angelina Eka Sari dan
suami Fitriadi serta anak Ibrahim Alfari Ramadhan. Semoga jadi keponakan yang
semakin pintar, disayangi banyak orang, dan sukses. Kepada abang-abang terbaik
Rangga Syaiputra dan Randi Patti Wijaya semoga nanti kita bisa tetap bersama
semua untuk tetap bisa berbagi kebahagiaan sedari dahulu. Terima kasih atas
segala doa dan kasih sayang selama ini.
Hendaknya tersampaikan pula meski tak sempat diucap. Terima kasih
teman-teman GM_Bell IPMM 47, Aa, Nizaf, Yoga, Yogi, Ayu, Ayuk, Dilla,
Resti, Tia, Wilda dan Yudha. Semakin peduli dan sukses. Terima kasih kepada
teman-teman terdekat Ditha, Nita, Shella, Abang Astrid dan Bowie. Tetap ingat
semasa kuliah. Teman-teman MAD Echa, Denny, Dicky, Frans, Hae, Nelson, Pre,
Somad, Betrix, Elva, Limau, Mirant, Putri, Ria, Susi, dan Usi jangan sampai
terlupakan dan tidak akan terlupakan saat kita bersama latihan dan semacamnya.
Keluarga FKMPS, Da Hen, Kak Michel, Mikhen, dan lainnya. Sanggar Sarumpun
IPMM, IPMM 48, 49, dan 50. Adik-adikku Widya Zikrillah dan Yugo Askobar.
Adik-adik Irma, Ghina, Tiara, Tika, Fajar, Rafki, Rizqo, dan Widi. Teman-teman
BDP 47 semoga kita semua sukses dan tetap saling berbagi. Selain itu, teruntuk
teman-teman di Laboratorium Kesehatan Ikan 47 dan program magister Nadia,
Evy, Dede, Akbar, Netty, Dian, Kak Yanti, Novi, Bu Osa, Mba Diah, Kak dendy,
dan Pak Ranta yang membantu dengan sabar selam penelitian. Terima kasih untuk
canda tawa dan berbagi suka duka selama kuliah di IPB serta pihak lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Alit Brilliant
C14100031
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Materi Uji
Persiapan Bakteri Probiotik Bacillus Np5
Mikroenkapsulasi Probiotik
Viabilitas Probiotik setelah Proses Mikroenkapsulasi
Viabilitas Probiotik selama Penyimpanan
Persiapan Wadah
Persiapan Hewan Uji
Persiapan Pakan Uji
Pemeliharaan Hewan Uji
Kualitas Air
Analisis Data
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
Rancangan Percobaan
4
Parameter Uji
Kelangsungan Hidup
Laju Pertumbuhan Harian
Konversi Pakan
Total Eritrosit
Total Leukosit
Total Bakteri dan Bacillus NP5 di Usus
4
4
5
5
5
5
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Hasil
Kelangsungan Hidup
Laju Pertumbuhan Harian
Konversi Pakan
Total Eritrosit
Total Leukosit
Total Bakteri dan Bacillus NP5 di Usus
6
6
7
7
8
9
9
Pembahasan
9
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL
1 Kualitas air media pemeliharaan
2 Rancangan percobaan pemberian probiotik melalui pakan pada ikan
mas
3 Total bakteri dan Bacillus NP5 di usus
4
4
9
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Kelangsungan hidup ikan mas setelah pemeliharaan dan uji tantang
Laju pertumbuhan harian ikan mas setelah pemeliharaan
Konversi pakan ikan mas setelah pemeliharaan
Total eritrosit ikan mas setelah pemeliharaan dan uji tantang
Total leukosit ikan mas setelah pemeliharaan dan uji tantang
7
7
8
8
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
ANOVA dan hasil uji Duncan kelangsungan hidup ikan mas
ANOVA dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian ikan mas
ANOVA dan hasil uji Duncan konversi pakan ikan mas
ANOVA dan hasil uji Duncan total eritrosit ikan mas
ANOVA dan hasil uji Duncan total leukosit ikan mas
14
14
15
15
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan mas Cyprinus carpio merupakan salah satu komoditas unggulan
sektor perikanan budidaya di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kelautan
dan Perikanan (2013), capaian produksi ikan mas meningkat dari 375.200 ton
pada tahun 2012 menjadi 399.078 ton pada tahun 2013. Namun, sejalan dengan
peningkatan produksi tersebut terdapat kendala dalam budidaya ikan mas seperti
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, jamur dan virus. Salah satu
penyakit yang sering menyerang ikan mas adalah Motile Aeromonad Septicemia
(MAS) yang disebabkan infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla. Ikan yang
terserang A. hydrophilla biasanya mengalami tukak di tubuhnya yang bersifat akut
dan dapat menyebabkan kematian 80-90% (Cipriano 2001).
Upaya yang biasa dilakukan untuk pengobatan ikan yang terserang penyakit
adalah dengan penggunaan antibiotik. Namun penggunaan antibiotik dapat
menimbulkan dampak negatif seperti bakteri yang menjadi resisten terhadap
antibiotik yang diberikan dan transmisi bakteri resisten dari lingkungan
akuakultur apabila terkonsumsi manusia (Lewis 2001). Sehingga perlu suatu
upaya alternatif yang dapat dilakukan dan aman untuk menanggulangi penyakit
tersebut. Salah satunya adalah dengan penggunaan probiotik.
Probiotik merupakan makanan suplemen berupa mikroba hidup yang
memberikan keuntungan kepada inang khususnya dalam keseimbangan
mikroflora usus (Fuller 1989). Probiotik ketika diberikan dalam jumlah yang
cukup dapat memberikan pengaruh menguntungkan bagi kesehatan inang (Nayak
2010). Probiotik juga aman digunakan karena tidak menyebabkan resistensi
patogen seperti antibiotik (Guo 2009). Bakteri probiotik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Bacillus NP5. Bakteri tersebut berasal dari saluran
pencernaan ikan nila yang telah diuji mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan
(Putra 2010) dan respon imun ikan nila terhadap infeksi Streptococcus agalactiae
(Tanbiyaskur 2011). Namun aplikasi probiotik masih memiliki beberapa
kelemahan seperti proses penyiapan probiotik yang rumit dan batas waktu
penyimpanan serta penggunaan yang relatif singkat. Selain itu, aplikasi probiotik
segar memungkinkan adanya kerusakan oleh enzim dalam saluran pencernaan.
Dengan adanya beberapa kekurangan tersebut penggunaan teknik
mikroenkapsulasi probiotik diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Mikroenkapsulasi probiotik merupakan proses penjeratan zat-zat sensitif
atau bahan inti (bakteri probiotik) oleh polimer pelindung sebagai agen
pengkapsulasi dengan hasil berbentuk serbuk. Probiotik disalut lapisan tipis atau
bahan penyalut (kriogenik) dengan metode tertentu yang diharapkan mampu
meningkatkan masa simpan dan mengubahnya menjadi bentuk yang lebih mudah
dalam penggunaan, penanganan, dan pengemasan. Salah satu teknik yang
digunakan adalah teknik spray drying (semprot kering) yang cukup luas
digunakan dalam menyalut bakteri probiotik. Mikroenkapsulasi bermanfaat untuk
mempertahankan viabilitas dan melindungi bakteri probiotik dari kerusakan akibat
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti suhu dan pH (Kailasapathy
2002). Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian ini.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian probiotik
Bacillus NP5 bentuk segar dan mikroenkapsulasi terhadap kelangsungan hidup,
kinerja pertumbuhan dan respon imun ikan mas yang diinfeksi A. hydrophilla.
METODE
Materi Uji
Persiapan Bakteri Probiotik Bacillus NP5
Bakteri probiotik yang digunakan adalah Bacillus NP5 dengan penanda
molekuler resisten antibiotik rifampisin (Bacillus NP5 RfR). Bakteri diremajakan
sebagai kultur murni dengan digores dan diperbanyak pada media agar miring
TSA (Tripticase Soy Agar). Kultur stok dalam media TSA disimpan pada
refrigrator (suhu 4oC) dan diremajakan 2 minggu sekali untuk menjaga kualitas
bakteri. Probiotik yang telah ditumbuhkan pada media agar miring TSA dikultur
pada 50 mL media cair TSB (Tripticase Soy Broth) selama 24 jam dengan shaker
berkecepatan 140 rpm pada suhu 29oC yang selanjutnya digunakan sebagai kultur
antara. Dari kultur antara kemudian ditumbuhkan pada 500 mL TSB selama 18
jam (Putra 2010), dimana perbandingan volume yang digunakan adalah 1:10.
Kultur probiotik tersebut digunakan untuk produksi biomassa. Selanjutnya kultur
probiotik dipanen dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 6000 rpm selama 30
menit.
Mikroenkapsulasi Probiotik
Biomassa probiotik yang diperoleh diresuspensikan ke dalam larutan
maltodekstrin 10% steril. Jumlah larutan yang diresuspensikan setelah
diperolehnya biomassa probiotik adalah 1:1 dari volume medium yang digunakan
pada produksi biomassa probiotik. Campuran dihomogenisasi, kemudian
dikeringkan dengan alat BUCHI mini spray dryer pada suhu inlet 120-130o C dan
suhu outlet 60 oC untuk perlakuan mikroenkapsulasi dengan spray drying.
Viabilitas Probiotik setelah Proses Mikroenkapsulasi
Uji ketahanan mikrokapsul probiotik selama spray drying dilakukan untuk
mengetahui pengaruh proses spray drying dan bahan enkapsulasi terhadap sel
probiotik yang dapat bertahan hidup. Ketahanan probiotik ditentukan dengan
membandingkan jumlah sel setelah spray drying dan sebelum spray drying.
Penghitungan kuantitatif sel probiotik mengacu pada metode Lian et al. (2002)
yaitu dengan metode Total Plate Count (TPC). Sebanyak 0.1 mg mikrokapsul
probiotik dihomogenisasi dalam 0.9 mL PBS steril (pengenceran10-1). Deretan
pengenceran disiapkan sampai 7 tabung (pengencern 10-7) untuk dilakukan
pengenceran berseri. Suspensi probiotik dari setiap tabung dipipet sebanyak 0.05
mL lalu disebar merata pada media TSA rifampisin. Kemudian diinkubasi selama
24 jam pada suhu 29oC di dalam inkubator. Jumlah koloni yang tumbuh (30-300)
dihitung dan dikalikan dengan faktor pengencernya. Jumlah sel probiotik sebelum
3
dan sesudah proses mikroenkapsulasi masing-masing adalah 5.77x1012 cfu.g-1 dan
5.08x1011 cfu.g-1. Kelimpahan bakteri dihitung menggunakan rumus yang
dikemukanan Madigan et al. (2003), yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
Jumlah koloni = Jumlah koloni bakteri probiotik
Fp
= Faktor pengencer (10-n)
S
= Sampel (mL)
Viabilitas Probiotik selama Penyimpanan
Mikrokapsul probiotik dimasukkan ke dalam botol steril dan disimpan pada
suhu rendah (4oC). Penghitungan kuantitatif viabilitas probiotik dilakukan pada
hari ke-1, ke-3, ke-9, dan ke-15 dengan metode TPC. Viabilitas probiotik dihitung
berdasarkan metode Lian et al. (2002) yaitu rasio log jumlah bakteri per gram
sesudah dan sebelum penyimpanan. Jumlah sel probiotik setelah penyimpanan
selama 15 hari berkisar antara 7.44 x1010-5.11x1011 cfu.g-1.
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan adalah akuarium kaca berdimensi 60 cm x 40 cm x
40 cm sebanyak 12 unit. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dengan air bersih
dan dikeringkan. Kemudian akuarium diisi air tawar dan didesinfeksi dengan
larutan klorin 30 ppm selama 24 jam. Akuarium kemudian dibilas dengan air
tawar dan dikeringkan. Lalu akuarium diisi dengan air sebanyak 96 L dan diaerasi.
Dinding akuarium dilapisi plastik hitam untuk mencegah ikan agar tidak stres.
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah ikan mas yang berasal dari petani ikan
di daerah Cihideung, Bogor. Sebelum pemeliharaan ikan mas diadaptasikan
dengan pakan komersil selama 14 hari dalam wadah yang telah disiapkan. Selama
adaptasi, ikan mas diberi pakan sebanyak 3 sampai 4 kali sehari, yaitu pukul 07.00,
11.00, 15.00, dan 19.00 WIB. Setelah 14 hari, ikan mas dipindahkan ke akuarium
uji sebanyak 15 ekor per akuarium dengan bobot rata-rata 5.09±0.01 g.
Persiapan Pakan Uji
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan komersil dalam
bentuk pellet dengan kadar protein 30%. Pencampuran probiotik dengan pakan
dilakukan setiap hari. Sebanyak 1mL/100g pakan (1%) kultur segar probiotik dan
1g/100g pakan (1%) mikroenkapsulasi probiotik masing-masing ditambah
2mL/100g pakan (2%) putih telur sebagai binder kemudian dicampurkan ke pakan.
Selanjutnya pakan diaduk hingga merata dan dikeringanginkan selama 15 menit.
Pemeliharaan Hewan Uji
Ikan mas dipelihara pada wadah yang sudah disiapkan. Pemeliharaan
dilakukan selama 30 hari dengan diberi pakan perlakuan, sedangkan 14 hari
pengamatan setelah diuji tantang dengan A. hydrophilla diberi pakan kontrol.
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari dengan metode ad satiation atau
sekenyangnya pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Kualitas air dijaga
4
dengan dilakukan penyiponan media pemeliharaan setiap hari dan penggantian air
setiap dua hari sebanyak 50-60% dari total volume akuarium.
Kualitas Air
Kualitas air diukur pada awal dan akhir pemeliharaan. Kualitas air selama
pemeliharaan ikan mas dalam kondisi optimal sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) 2013. Hasil pengamatan kualitas air disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kualitas air media pemeliharaan
Parameter kualitas air
Kualitas air selama pemeliharaan
Suhu (oC)
pH
DO (mg/L)
NH3 (mg/L)
27.00–30.00
7.73–7.57
6.73–6.92
0.0002–0.004
Kualitas air optimal untuk air
tawar (SNI)
26 – 30
6.5 – 8.5
> 5.0
<0.02
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dianalisis
dengan Microsoft Excel 2007, software SPSS versi 17.0 serta uji Duncan untuk
beda nyata.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dengan masing-masing tiga kali
ulangan (Tabel 2). Probiotik segar dan mikroenkapsulasi diberikan selama 30 hari
dan dilakukan sampling setiap 10 hari. Setelah diberi perlakuan probiotik selama
30 hari, ikan diinfeksi dengan A. hydrophilla sebanyak 0.1 mL/ekor dengan dosis
107 cfu/mL yang diinjeksikan secara intramuskular. Pengamatan setelah infeksi
dilakukan selama 14 hari.
Tabel 2 Rancangan percobaan pemberian probiotik melalui pakan pada ikan mas
Perlakuan
KK+
A
B
Keterangan
: Pemberian pakan tanpa penambahan probiotik dan diinjeksi dengan
PBS (Posphate Buffer Saline)
: Pemberian pakan tanpa penambahan probiotik dan diinjeksi dengan A.
hydrophilla
: Pemberian pakan dengan penambahan probiotik Bacillus NP5 RfR
segar sebanyak 1% dan diinjeksi A. hydrophilla
: Pemberian pakan dengan penambahan probiotik Bacillus NP5 RfR
mikroenkapsulasi sebanyak 1% dan diinjeksi A. hydrophilla
Paramaeter Uji
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup diketahui dari perbandingan jumlah ikan pada akhir
penelitian dengan jumlah ikan pada awal penelitian dan dinyatakan dalam satuan
persen. Kelangsungan hidup dihitung dengan rumus sebagai berikut:
5
Keterangan:
SR
= Kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No
= Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Huissman (1987), yaitu sebagai berikut:
[√
]
Keterangan:
= Laju pertumbuhan bobot harian (%)
Wt
= Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo
= Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g)
t
= Periode pemeliharaan
Konversi pakan
Konversi pakan selama pemeliharaan dihitung menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Goddard (1996), yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
FCR = Konversi pakan
F
= Jumlah pakan (g)
Bt
= Biomassa ikan pada saat akhir pemeliharaan (g)
Bm
= Biomassa ikan yang mati saat pemeliharaan (g)
Bo
= Biomassa ikan pada saat awal pemeliharaan (g)
Total Eritrosit
Total eritrosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973). Darah
d
gg s
.5
d
d
d g
H y ’s s
skala 101. Lalu campuran tersebut dihomogenkan dengan cara diayun membentuk
angka delapan selama 3-5 menit dan dibuang 2 tetes pertama. Setelah itu, darah
diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 40 kali dan dihitung
menggunakan counter count. Hasil penghitungan dimasukkan pada rumus:
d
s
x 25
g
Total Leukosit
Total leukosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973). Darah
d
gg s
.5
d
d
d g
’s s
skala 11. Lalu campuran tersebut dihomogenkan dengan cara diayun membentuk
angka delapan selama 3-5 menit dan dibuang 2 tetes pertama. Setelah itu, sel
6
darah diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 40 kali dan
dihitung menggunakan counter count. Hasil penghitungan dimasukkan pada
rumus:
d
s
x 25
g
Total Bakteri dan Bacillus NP5 di Usus
Total bakteri dan Bacillus NP5 di usus ikan dihitung pada sebelum dan
sesudah perlakuan dengan menggunakan metode TPC pada media TSA untuk
total bakteri dan TSA+rifampisin untuk Bacillus NP5. Sebanyak 0,1 g usus ikan
digerus dan dimasukkan pada 0.9 mL PBS lalu di homogenisasi dengan vortex.
Setelah itu, sebanyak 0.1 mL campuran dipipet dan dilakukan pengenceran berseri.
Kemudian 0.05 mL campuran dipipet dan disebar merata pada media TSA dan
TSA+rifampisin. Perhitungan bakteri dilakukan dengan metode TPC (Madigan et
al. 2003).
Keterangan:
K
= Jumlah koloni
A
= Pengenceran yang dihitung
B
= Volume inokulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelangsungan Hidup
Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan mas setelah pemeliharaan dan
uji tantang dengan A. hydrophilla disajikan pada Gambar 1 dan Lampiran 1.
Kelangsungan hidup ikan mas setelah pemeliharaan berkisar antara 98-100% dan
tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Setelah uji tantang, kelangsungan
hidup perlakuan A dan B adalah 92% dan 96% yang berbeda nyata terhadap K+
sebesar 42%.
7
a
Kelangsungan Hidup (%)
120,00
100,00
80,00
KK+
60,00
A
40,00
20,00
B
a
a
a
a
b
a
b
b
0,00
Pemeliharaan
Uji Tantang
* Huruf superscript yang berbeda pada grafik yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)
** K+ (kontrol positif). K- (kontrol negatif). A (probiotik segar dosis 1%). B (probiotik mikroenkapsulasi dosis 1%).
Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan mas setelah pemeliharaan dan uji tantang
Laju Pertumbuhan Harian
Hasil penghitungan laju pertumbuhan harian (LPH) ikan mas setelah
pemeliharaan disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 2. LPH selama
pemeliharaan berkisar antara 1.91-2.66%. LPH tertinggi diperoleh pada perlakuan
B yaitu 2.66 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A sebesar 2.20%.
Namun, berbeda nyata terhadap kontrol dengan LPH berkisar antara 1.91-2.07%.
Laju Pertumbuhan Harian (%)
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
a
a
ab
b
K+
A
B
0,00
K-
* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)
** K+ (kontrol positif). K- (kontrol negatif). A (probiotik segar dosis 1%). B (probiotik mikroenkapsulasi dosis 1%).
Gambar 2 Laju pertumbuhan harian ikan mas setelah pemeliharaan
Konversi Pakan
Hasil penghitungan konversi pakan ikan mas setelah pemeliharaan
disajikan pada Gambar 3 dan Lampiran 3. Konversi pakan terkecil diperoleh pada
perlakuan B yaitu 1.65 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A sebesar
8
1.84%. Namun, berbeda nyata terhadap kontrol dengan konversi pakan berkisar
antara 1.93-1.97%.
2,50
Konversi Pakan
2,00
1,50
1,00
0,50
b
b
ab
a
K-
K+
A
B
0,00
* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)
** K+ (kontrol positif). K- (kontrol negatif). A (probiotik segar dosis 1%). B (probiotik mikroenkapsulasi dosis 1%).
Gambar 3 Konversi pakan ikan mas setelah pemeliharaan
Total Eritrosit
Hasil penghitungan total eritrosit ikan mas setelah pemeliharaan dan uji
tantang dengan A. hydrophilla disajikan pada Gambar 4 dan Lampiran 4. Total
eritrosit ikan mas setelah pemeliharaan berkisar antara 1.42 x106-1.56 x106 sel
mm-3 yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Setelah uji tantang, total
eritrosit pada K+ turun menjadi 1.16 x106 sel mm-3 yang berbeda nyata terhadap
setiap perlakuan.
1,80
Total Eritrosit (106 sel mm-3)
1,60
1,40
1,20
K1,00
K+
0,80
A
0,60
B
0,40
0,20
a
a
a
a
b
a
b
b
0,00
Pemeliharaan
Uji Tantang
* Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dan data
disajikan dalam bentuk rataan±standar deviasi.
** K+ (kontrol positif). K- (kontrol negatif). A (probiotik segar dosis 1%). B (probiotik mikroenkapsulasi dosis 1%).
Gambar 4 Total eritrosit ikan mas setelah pemeliharaan dan uji tantang
9
Total Leukosit
Hasil penghitungan total leukosit ikan mas setelah pemeliharaan dan uji
tantang dengan A. hydrophilla disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 5. Total
leukosit pemeliharaan berkisar pada 3.07-3.87 x105 sel mm-3 dan tidak berbeda
nyata untuk setiap perlakuan. Setelah uji tantang, total leukosit meningkat
terutama pada perlakuan A dan B menjadi 7.93x105 sel mm-3 dan 8.07x105 sel
mm-3 yang berbeda nyata terhadap K+.
9,00
Leukosit (105 sel mm-3)
8,00
7,00
6,00
K-
5,00
K+
4,00
A
3,00
B
2,00
1,00
a
a
a
a
a
b
c
c
0,00
Pemeliharaan
Uji Tantang
* Huruf superscript yang berbeda pada grafik yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dan data
disajikan dalam bentuk rataan±standar deviasi.
** K+ (kontrol positif). K- (kontrol negatif). A (probiotik segar dosis 1%). B (probiotik mikroenkapsulasi dosis 1%).
Gambar 5 Total leukosit ikan mas setelah pemeliharaan dan uji tantang
Total Bakteri dan Bacillus NP5 di Usus
Total bakteri dan total probiotik Bacillus NP5 di usus sebelum dan setelah
pemeliharaan disajikan pada Tabel 3. Total bakteri pada perlakuan A dan B yaitu
3.00x1012 cfu.g-1 dan 2.86x1012 cfu.g-1. Sementara total bakteri kontrol pada
kisaran 5.02x107-2.42x108 cfu.g-1.
Tabel 3 Total bakteri dan Bacillus NP5 di usus
Perlakuan
KK+
A
B
Total Bakteri di Usus
sebelum Perlakuan (cfu.g-1)
3.13 x 107
3.13 x 107
3.13 x 107
3.13 x 107
Total Bakteri di Usus
setelah Perlakuan (cfu.g-1)
2.42x108
5.02x107
3.00x1012
2.86x1012
Total Bacillus NP5 di
Usus (cfu.g-1)
0
0
1.40 x 1010
1.34 x 1012
* Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dan data
disajikan dalam bentuk rataan±standar deviasi.
** K+ (kontrol positif). K- (kontrol negatif). A (probiotik segar dosis 1%). B (probiotik mikroenkapsulasi dosis 1%).
3.2 Pembahasan
Kelangsungan hidup ikan mas selama 30 hari pemeliharaan berkisar antara
98-100% yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan
10
bahwa pakan yang diberikan dan kondisi kualitas air selama pemeliharaan optimal
untuk kehidupan ikan mas. Setelah diuji tantang dengan A. hydrophilla,
kelangsungan hidup ikan mas yang diberi probiotik menunjukkan hasil yang lebih
baik dibanding kontrol. Kelangsungan hidup pada perlakuan A dan B masingmasing adalah 92% dan 96%, menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap
kontrol positif. Penambahan bakteri probiotik Bacillus NP5 baik dalam bentuk
segar dan mikroenkapsulasi yang diberikan melalui pakan mampu menekan
infeksi bakteri A. hydrophilla pada ikan mas. Hal ini diduga karena adanya
peningkatan kesehatan dan respon imun ikan sehingga dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tanbiyaskur
(2011) yang menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila yang diberi
probiotik Bacillus NP5 dan diinfeksi Sterptococcus agalactiae mencapai 80.56%
sedangkan pada kontrol positif hanya 13.89%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
respon imun terhadap probiotik diantaranya adalah komposisi mikroflora
intestinum inang, dosis yang digunakan, umur, spesies, kualitas probiotik, dan
cara preparasi probiotik seperti teknik mikroenkapsulasi (Fuller 1992).
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran panjang, bobot, maupun
volume dalam satuan waktu tertentu. LPH ikan mas selama 30 hari pemeliharaan
berkisar antara 1.91-2.66%. LPH tertinggi diperoleh pada perlakuan B sebesar
2.66 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A sebesar 2.20%. Namun,
berbeda nyata terhadap kontrol dengan LPH berkisar antara 1.91-2.07%.
Tingginya LPH pada perlakuan B diduga karena tingginya populasi probiotik
Bacillus NP5 dalam usus ikan mas yang dapat meningkatkan enzim amilase dan
protease. Peningkatan enzim amilase dan protease dapat meningkatkan kecernaan
pakan yang diberikan. Bakteri probiotik Bacillus NP5 yang digunakan merupakan
bakteri probiotik yang diisolasi dari usus ikan nila yang mampu mensekresikan
enzim amilase dan protease (Putra 2010). Enzim tersebut berperan sebagai enzim
exogenous yang membantu kinerja enzim endogenous ikan mas dalam
menghidrolisis makromolekul pakan (karbohidrat dan protein) menjadi lebih
sederhana (monosakarida dan asam amino). Molekul sederhana ini selanjutnya
dibawa ke sitoplasma agar dapat digunakan sebagai sumber energi atau senyawa
dalam proses sintesis komponen sel. Enzim amilase dari bakteri probiotik Bacillus
NP5 diduga meningkatkan aktivitas katabolisme polisakarida dari pakan menjadi
gula sederhana yang digunakan sebagai sumber energi, sehingga protein pada
pakan dapat lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan (Putra 2010).
Konversi pakan ikan mas setelah 30 hari pemeliharaan berkisar antara
1.65-1.97. Konversi pakan terkecil diperoleh pada perlakuan B sebesar 1.65 %
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A sebesar 1.84%. Namun, berbeda
nyata terhadap kontrol dengan konversi pakan berkisar antara 1.93-1.97%. Hal ini
diduga karena pengaruh pemberian probiotik dalam pakan dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan pakan. Nutrisi dalam pakan yang diberikan lebih banyak
dimanfaatkan oleh ikan mas untuk peningkatan pertumbuhan sehingga konversi
pakan semakin menurun. Hal serupa disampaikan Putra (2010) bahwa pemberian
probiotik Bacillus NP5 mampu meningkatkan aktivitas enzim amilase dan
protease dalam saluran pencernaan ikan nila sehingga efisiensi pakan meningkat.
Selain berperan sebagai penghasil enzim, mikroflora saluran pencernaan juga
berfungsi sebagai sumber protein. Hal ini terjadi apabila mikroflora mengalami
11
fase lethal dan mengalami lisis kemudian diabsorbsi oleh tubuh ikan (Sanjayasari
et al. 2010).
Selain dilihat dari tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan,
efektivitas pemberian probiotik melalui pakan pada respon imun ikan mas dapat
dijelaskan dengan gambaran sistem imun pada ikan mas. Eritrosit merupakan
salah satu penyusun sel darah. Eritrosit memiliki ciri-ciri adanya inti sel yang
terletak di sentral sitoplasma dan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan
Giemsa, serta umumnya berbentuk bulat atau bujur telur (Chinabut et al. 1991).
Total eritrosit ikan mas setelah 30 hari pemeliharaan berkisar antara 1.42 x1061.56 x106 sel mm-3 dan tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Setelah uji
tantang, total eritrosit mengalami penurunan terutama pada perlakuan K+ menjadi
1.16 x106 sel mm-3 dan berbeda nyata tehadap setiap perlakuan. Penurunan total
eritrosit pada ikan yang diinfeksi A. hydrophilla mengindikasikan bahwa ikan
dalam keadaan stres atau sakit. Hal ini diduga sebagai respon dari kerusakan
organ penghasil sel darah yaitu ginjal dan hati. Rusaknya ginjal menyebabkan
kemampuan ikan dalam memproduksi eritrosit menjadi turun (Nabib dan Pasaribu
1989).
Leukosit merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh nonspesifik.
Total leukosit ikan mas setelah 30 hari pemeliharaan berkisar antara 3.07-3.87
x105 sel mm-3 yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Setelah uji tantang,
total leukosit meningkat terutama pada perlakuan A dan B menjadi 7.93x105 sel
mm-3 dan 8.07x105 sel mm-3 yang berbeda nyata terhadap K+. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penambahan probiotik dalam pakan dapat meningkatkan
total leukosit dibandingkan kontrol. Sakai et al. (1995) menyatakan bahwa
peningkatan total leukosit dapat terjadi sebagai akibat meningkatnya aktivitas
pembelahan sel karena terjadinya infeksi bakteri patogen. Infeksi bakteri A.
hydrophilla menyebabkan ikan mengirimkan leukosit dalam jumlah yang lebih
banyak ke area infeksi sebagai upaya pertahanan tubuh terhadap serangan patogen.
Sel leukosit bekerja sebagai sel fagosit yang memfagosit bakteri agar tidak
berkembang serta menyebarkan faktor virulensinya di dalam tubuh inang. Hal
inilah yang menyebabkan sering ditemukan jumlah total leukosit meningkat pasca
infeksi. Sementara rendahnya nilai leukosit pada K- mengindikasikan kondisi ikan
yang sehat. Menurut Angka et al. (1985) ikan yang sehat memiliki jumlah sel
darah putih yang lebih rendah dibandingkan dengan ikan sakit.
Kinerja probiotik dalam meningkatkan populasi bakteri saluran
pencernaan ikan mas digambarkan pada hasil pengamatan total bakteri di usus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total bakteri setelah 30 hari pemeliharaan
meningkat cukup signifikan. Total bakteri pada perlakuan A dan B yaitu
3.00x1012 cfu.g-1 dan 2.86x1012 cfu.g-1, sementara total bakteri pada kontrol
berkisar antara 5.02x107-2.42x108 cfu.g-1. Peningkatan jumlah total bakteri usus
diduga karena adanya penambahan bakteri probiotik dalam usus ikan yang dalam
keadaan normal hanya memiliki total bakteri sebesar 1.81-2.14x108 cfu.g-1
(Sanjayasari et al. 2010). Total Bacillus NP5 di usus pada perlakuan A dan B
sebesar 1.40 x1010 cfu.g-1 dan 1.34x1012 cfu.g-1. Tingginya total Bacillus NP5
pada perlakuan B dibanding perlakuan A diduga karena viabilitas bakteri pada
perlakuan probiotik mikroenkapsulasi lebih tinggi dibanding probiotik segar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Frazier dan Westhoff (1998) yang menyatakan bahwa
12
enkapsulasi merupakan teknik penyalutan suatu bahan sehingga bahan yang
disalut dapat dilindungi dari kerusakan oleh pengaruh lingkungan.
Enkapsulasi dilakukan dengan metode spray drying yang tidak hanya
terbatas pada bahan makanan saja tetapi juga pada makhluk hidup bersel tunggal
seperti bakteri probiotik (Victor dan Heldman 2001). Bahan penyalut disebut
enkapsulan sedangkan yang disalut disebut core. Pada skala industri, metode
mikroenkapsulasi banyak digunakan karena tingkat produksi yang tinggi dan
biaya produksi yang relatif murah. Sedangkan bahan penyalut yang digunakan
adalah maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan hasil hidrolisis parsial dari pati
yang dilakukan secara enzimatis dengan menggunakan enzim alfa amilase.
Maltodekstrin terdiri dari glukosa, oligosakarida, dan dekstrin. Maltodekstrin
memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dalam proses pembuatannya, dapat
digunakan sebagai komponen probiotik, dan sebagai bahan penyalut. Hal ini dapat
dilihat pada bakteri (probiotik) yang terlindungi dari pengaruh lingkungan seperti
suhu, pH, atau bahan kimia waktu pengaplikasian. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Kailasapathy (2002) yang menyatakan bahwa probiotik
mikroenkapsulasi memiliki viabilitas sel lebih baik selama penyimpanan dan
transmisi pada inang terutama bila diberikan dengan prebiotik pada saluran
pencernaan. Namun, tingkat ketahanan hidup kultur bakteri sebelum dan setelah
spray drying tergantung pada beberapa faktor seperti spesies, strain kultur, kondisi
pengeringan, inokulum, medium serta bahan penyalut yang digunakan
KESIMPULAN
Penambahan bakteri probiotik Bacillus NP5 memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap kelangsungan hidup dan respon imun ikan mas yang diifeksi A.
hydrophilla dibanding kontrol. Pemberian probiotik Bacillus NP5 dalam bentuk
mikroenkapsulasi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 96%, laju
pertumbuhan harian 2.66%, rasio konversi pakan 1.65 dan respon imun yang lebih
baik dibanding kontrol. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam skala lapang
untuk menguji pengaruh penambahan mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 pada
ikan mas.
DAFTAR PUSTAKA
Angka SL, Priyosoeryanto BP, Lay BW, Haris E. 2004. Penyakit motile
aeromonad septicemia pada ikan lele dumbo. Forum Pascasarjana. 27:339350.
Blaxhall PC, Daisley KW. 1973. Routine haematological methods for use with
fish blood. J. Fish Biology 5:577-581
Chinabut S, Limsuwan C, Sawat PK. 1991. Histology of the walking catfish
Clarias batrachus. Thailand (TH): Departement of Fisheries.
13
Cipriano RG. 2001. Aeromonas hydrophilla and miotile aeromonad septicemia of
Fish. Fish Disease leaflet of the US fish and wildlife sevice. US: Departemen
of the Interion. 68:1-24
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Depok (ID): Penebar Swadaya
Frazier WC, and Westhoff DC.1998. Food Microbiology. 4th ed. New York: Mc
Graw Hill Inc.
Fuller R. 1989. Probiotic in man and animals. J. App. Bacteriol. 66: 365-378
Fuller R. 1992. History and Deveopment of Probiotics. In: Fuller R (ed).
Probiotics: The scientific basic. New York (US). Chapman and Hall.
Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US):
Chapman and Hall.
Guo JJ. 2009. Selection of probiotic bacteria for use in shrimp larviculture. J
Aquaculture Research. Blackwell Publishing. 40: 609-618.
Huissman EA. 1987. Principle of fish production. Department of Fish Culture and
Fisheries Aquaculture, Wageningen Agriculture University, The Netherland
Kailasapathy K. 2002. Mikroencapsulation of probiotic bacteria: Technology and
potential applications. Issues intest. Microbiol. 3:39 -48
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik menakar target ikan
air tawar tahun 2013. Jakarta (ID): Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Lewis K. 2001. Riddle of biofolm resistance. Antimicrob Agents Chemother.
45:999-1007.
Lian W, Hsiao H, Chou C. 2001. Survival of bifidobacteria after spray drying.
International Journal of Food Microbiology 74: 79-86
Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2003. Brock Biology of Microorganisms
Tenth Edition. Prentice-Hall Inc. USA.
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Bogor (ID): IPB Press.
Nayak SK. 2010. Probiotics and Imunity: A Fish Perspective. Fish and Shellfish
Immunology. 29:2-14.
Putra AN. 2010. Kajian probiotik prebiotik dan sinbiotik untuk pertumbuhan ikan
nila Oreochromis niloticus. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sakai M, Atsuta, S, Kobayashi M. 1995. The activation of leucocytes in Rainbow
Trout (Onchorhynchus mykis) by oral administration of Clostidium butyricum
bacterin. Di dalam: Sharif M, Arthur JR and Subangsihe RP, editor. Disease
in Asian Aquaculture II. Proceding of second symposium on disease in Asian
th
aquaculture. 25-29
Sanjayasari D, Astuti DA, Affandi R. 2010. Efektivitas berbagai growth promoter
terhadap kelangsungan hidup mikroflora saluran pencernaan ikan mas
(Cyprinus carpio). Prosiding Seminar Nasional Ikan VI. 8-9 Juni. Cibinong:
Masyarakat Ikhtiologi Indonesia.
SNI [Standar nasional Indonesia]. 2013. Produksi ikan mas (Cyprinus carpio),
kelas benih sebar. Badan standarisasi nasional. 6494.1-2000.
Tanbiyaskur. 2011. Efektivitas pemberian probiotik. prebiotik. dan sinbiotik
melalui pakan untuk pengendalian infeksi Sterptococcus agalactiae pada ikan
nila Oreochromis niloticus [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Victor RP, and Heldman DR. 2001. Introduction to Food Engineering. 3rd ed.
London. Academicss Press
14
Lampiran 1 ANOVA dan hasil uji Duncan kelangsungan hidup ikan mas
jumlah
rataan
df
F
kuadrat
kuadrat
KH Pemeliharaan
antar kelompok
12.250
3
4.083
dalam kelompok
32.667
8
4.083
total
KH Uji Tantang
Perlakuan
N
K+
A
B
KSig.
3
3
3
3
1.000
.441
3 2219.000 61.639
.000
44.917 11
antar kelompok
6657.000
dalam kelompok
288.000
total
8
36.000
6945.000 11
untuk alpa = 0.05
1
2
42.0000
92.0000
96.0000
100.0000
1.000
.156
Lampiran 2 ANOVA dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian ikan mas
jumlah
rataan
df
F
Sig.
kuadrat
kuadrat
KH Pemeliharaan
Perlakuan
N
K+
KA
B
Sig.
3
3
3
3
Sig.
antar kelompok
.936
3
.312 5.085 .029
dalam kelompok
.491
8
.061
total
1.427
11
untuk alpa = 0.05
1
2
1.9100
2.0700
2.2033
2.2033
2.6600
.202
.054
15
Lampiran 3 ANOVA dan hasil uji Duncan konversi pakan ikan mas
jumlah
rataan
df
F
kuadrat
kuadrat
KH Pemeliharaan
antar kelompok
.188
3
.063 4.384
dalam kelompok
.115
8
.014
total
Perlakuan
N
B
A
K+
KSig.
3
3
3
3
KH Uji Tantang
Perlakuan
N
K+
A
B
KSig.
3
3
3
3
.042
.303 11
untuk alpa = 0.05
1
2
1.6467
1.8400
1.8400
1.9333
1.9700
.083
.238
Lampiran 4 ANOVA dan hasil uji Duncan total eritrosit ikan mas
jumlah
rataan
df
kuadrat
kuadrat
KH Pemeliharaan
Sig.
antar kelompok
.104
3
.035
dalam kelompok
.472
8
.059
total
.576
11
antar kelompok
.004
3
.001
dalam kelompok
.059
8
.007
total
.064
11
untuk alpa = 0.05
1
2
1.1633
1.2700
1.2733
1.3000
1.000
.496
F
Sig.
.589
.639
.187
.902
16
Lampiran 5 ANOVA dan hasil uji Duncan total leukosit ikan mas
jumlah
rataan
df
kuadrat
kuadrat
KH Pemeliharaan
KH Uji Tantang
Perlakuan
1.00
2.00
3.00
4.00
Sig.
N
3
3
3
3
antar kelompok
1.429
3
.476
dalam kelompok
3.500
8
.438
total
4.929
11
antar kelompok
22.649
3
7.550
dalam kelompok
.600
8
.075
total
23.249
11
Untuk alpa = 0.05
1
2
3
5.0000
5.5667
7.9333
8.0667
1.000
1.000
.567
F
Sig.
1.089
.408
100.663 .000
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Salido pada tanggal 21 Agustus 1991 dari Bapak Syaiful
Azwar dan Ibu Roni Herika. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SMAN 1 Painan dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada program studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi yaitu
Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai pengurus tahun 2011/2012.
Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor sebagai pengurus tahun
2011/2012 dan 2012/2013. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik (2013), Penyakit Organisme Akuatik (2014), dan
Manajemen Kesehatan Organisme Akuatik (2014). Penulis juga pernah praktikum
lapang (PL) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung (2013).
Tugas akhir dalam penyelesaian pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor
untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul Efektivitas Pemberian
Probiotik Bacillus NP5 Segar dan Mikroenkapsulasi melalui Pakan pada
Ikan Mas Cyprinus carpio yang Diinfeksi Aeromonas hydrophilla.
Download