BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pemasaran
Pemasaran mempunyai peranan yang sangat menentukan karena pemasaran mempunyai
kedudukan antara produsen dan konsumen. Pemasaran merupakan suatu urutan-urutan kegiatan
yang saling berkaitan erat dan bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia
melalui proses pertukaran. Dengan demikian perusahaan dalam menjalankan usahanya perlu
memperhatikan dan mengembangkan sistem pemasarannya. Masalah pemasaran merupakan
salah satu aspek yang sangat penting bagi perusahaan untuk menjalankan roda perusahannya,
karena tidak jarang perusahaan gagal mencapai tujuannya disebabkan sistem pemasaran yang
kurang tepat.
Menurut Kotler (1994) pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses individuindividu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara
menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain. Menurut
The American Marketing Association, Pemasaran didefinisikan sebagai proses perencanaan dan
eksekusi konsep, penentuan harga, promosi, dan pendistribusian ide, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan. (Kotler, 2003,
p.9).
11
2.1.1 Sistem Pemasaran
Menurut Kotler (2003) pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang nyata dan
berpotensi dalam terjadinya transaksi jual dan beli barang atau jasa. Didalamnya terlibat kegiatan
pertukaran dan menjalin hubungan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan antara penjual
dan pembeli.
Manajemen pemasaran merupakan suatu proses merencanakan dan melaksanakan
konsep, harga, promosi, dan distribusi barang, jasa dan ide untuk menciptakan pertukaran dengan
kelompok tertentu yang memberikan kepuasan kepada pelanggan dan pencapaian tujuan
organisasi.
Kotler (2006, p.6) melihat bahwa manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu dalam
memilih target pasar dan mendapatkan, mempertahankan, serta memperbanyak dengan cara
menciptakan, menyampaikan dan mengkomunikasikan nilai lebih dari para pelanggan
Menurut Swasta (2000) manajemen pemasaran telah mengalami beberapa tahap
perkembangan, yaitu tahap orientasi produksi, tahap orientasi penjualan, tahap orientasi
pemasaran, orientasi manusia dan tanggung jawab sosial.
1. Tahap Orientasi Produksi
Pada tahap ini perusahaan mempunyai masalah utama bagaimana caranya untuk
meningkatkan produksi, faktor layanan yang baik dengan harga yang layak agar dapat
diperoleh laba yang besar. Konsep yang di anut oleh perusahaan yang berada pada tahap
ini adalah konsep produk, yang menyatakan bahwa produk yang dijual dengan harga
yang layak, dan diperlukan sedikit usaha pemasaran agar tercapai penjualan yang
memuaskan.
12
2. Tahap Orientasi Penjualan
Setelah masalah produksi teratasi jumlah produk menjadi berlimpah. Oleh karena pangsa
pasarnya terbatas. Maka timbul permasalahan bagaimana agar dapat menjual produkproduk yang telah di hasilkan. Perusahaan yang berada pada tahap ini menganut sebuah
konsep yaitu konsep penjualan, yang menyatakan bahwa pelanggan tidak akan bersedia
membeli suatu produk dalam jumlah yang banyak tanpa di dorong dengan usaha-usaha
promosi yang kuat. Perusahaan yang mengaplikasi konsep ini lebih mementingkan kuota
penjualan dari pada kepuasan pelanggan. Cara seperti ini pada hakekatnya justru
merugikan perusahaan sendiri sebab pelanggan akan merasa tertipu dan kecewa sehingga
tidak akan melakukan pembelian lagi.
3. Tahap Orientasi Pemasaran
Dengan adanya berbagai perubahan masyarakat yang cepat, kemajuan teknologi yang
semakin maju dan rasa jenuh pelanggan, maka orientasi penjualan tidak dapat lagi
memberikan pemecahan atau jawaban secara keseluruhan terhadap usaha-usaha untuk
mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan harus lebih dulu
mementingkan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Perusahaan yang demikian ini
menganut orientasi pemasaran yang menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
perusahaan terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan pemberian
kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari yang di lakukan oleh
kompetitor. Jadi konsep pemasaran adalah suatu orientasi pada pelanggan yang di dukung
oleh pemasaran yang terpadu dan ditujukan untuk mencapai kepuasan yang semakin
meningkat sebagai kunci tercapainya tujuan perusahaan.
13
4. Orientasi Manusia dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan yang berupaya memberikan kepuasan kepada pelanggan dan kemakmuran
masyarakat dalam jangka panjang menganut konsep pemasaran kemasyarakatan. Konsep
ini menyatakan bahwa perusahaan harus menghasilkan kepuasan pelanggan dan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang sebagai kunci untuk mencapai tujuan
perusahaan yang banyak berhubungan dengan masalah penciptaan dan pencapaian faktor
hidup yang lebih baik, maka konsep ini dipandang sebagai konsep pemasaran yang baru.
Saat ini perusahaan dituntut untuk dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan
masyarakat. Pelanggan tidak terfokus kepada pelanggan saja tetapi juga harus
diorientasikan kepada masyarakat. Dengan konsep pemasaran sosial, perusahaan
berusaha memberikan kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat untuk jangka
panjang.
Communication
Goods/Services
Industry
(a collection of sellers)
Market
(a collection of buyers)
Money
Information
GAMBAR 2.1 Sistem pemasaran sederhana
Sumber Kotler (2006, p.11)
14
2.1.2 Konsep Pemasaran
ULTIMATE PHILOSOPHY of MARKETING
VISI
Pemasaran harus menjadi suatu konsep bisnis strategis yang bisa memberikan kepuasan
berkelanjutan-bukan kepuasan sesaat-untuk tiga stakeholder utama disetiap perusahaan
yaitu pelanggan, karyawan, dan pemilik perusahaan
MISI
Pemasaran akan menjadi jiwa-bukan sekadar “salah satu anggota tubuh”- suatu
perusahaan karena itu setiap orang didalam perusahaan akan menjadi pemasar
NILAI
- Merek akan lebih berharga daripada nilai
- Apapun bisnis yang dijalankan, pemilik perusahaan harus menganggapnya
sebagai bisnis jasa
- Setiap orang didalam perusahaan harus merasa terlibat dalam proses
pemuasan pelanggan baik secara langsung maupun tidak dan bukan hanya
sebagai pelaksana dan fungsi tertentu.
Gambar 2.2 Ultimate Philosophy of Marketing
Sumber : Kartajaya (p.17)
Menurut Gambar 2.2 diatas menyatakan bahwa pemasaran menjadi suatu konsep yang
adaptif dimasa depan akan berlandaskan pada filosofi-filosofi sebagai berikut :
•
Pemasaran harus menjadi konsep bisnis strategis yang bisa memberikan kepuasan
yang berkelanjutan-bukan kepuasan sesaat-untuk ketiga stakeholder utama disetiap
perusahaan yaitu pelanggan, karyawan, dan pemilik perusahaan.
•
Pemasaran akan menjadi jiwa-bukan sekedar “salah satu anggota tubuh”- suatu
perusahaan, karena itu setiap orang diperusahaan akan menjadi seorang pemasar.
Yang artinya pemasaran tidak hanya dimonopoli oleh departemen pemasaran, tapi
menjadi landasan setiap karyawan dalam mengambil keputusan.
•
Ada tiga nilai utama yang dianut perusahaan seperti diatas, yaitu :
1. Merek lebih berharga daripada produk bagi pelanggan karena pada hakikatnya
pelanggan membeli sebuah merek bukan sebuah produk.
2. Semua
jenis
bisnis
yang
menganggapnya bisnis jasa.
dijalankan,
pemilik
perusahaan
harus
15
3. Setiap orang didalam perusahaan harus merasa terlibat dalam proses
pemuasan pelanggan, baik secara langsung maupun tidak, dan bukan hanya
sebagai pelaksana dari suatu fungsi tertentu.
Menurut Swasta (2000) ada tiga faktor yang mendasari konsep pemasaran, yaitu :
1. Seluruh perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi kepada pelanggan
2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan
3. Seluruh kegiatan perusahaan dalam pemasaran harus di koordinasikan dan diintegrasikan
secara organisasi.
Kotler (2006, p.10-12) menyatakan bahwa pemasaran akan lebih mudah dipahami dengan
mendifinisikan beberapa konsep utamanya, yaitu :
1. Target pasar dan segmentasi
Seorang pemasar jarang ada yang dapat memuaskan semua pelangganya oleh sebab itu
pasar mulai dibagi-bagi. Segmen pasar dapat diidentifikasikan dengan menguji
demografik, psikologis, dan perilaku pelanggan. Dari hal tersebut diatas kemudian
seorang pemasar memutuskan segmen mana yang peluangnya paling besar atau target
pasar. Dan untuk tiap pilihan target pasar perusahaan kemudian membangun market
offering.
2. Marketplace, Marketspace, dan Metamarket
Marketplace adalah tempat secara fisik, marketspace merupakan dunia maya, dan
metamarket merupakan pengelompokan pelengkap produk dan jasa
16
3. Pemasar dan Prospek
Pemasar adalah orang yang mencari respon dari orang yang lainnya atau dalam hal ini
prospek
4. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan
Kebutuhan manusia adalah keadaan dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan
dasar. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada
didalam hayati kondisi manusia. Keinginan manusia dibentuk oleh kekuatan dan
perusahaan sosial, sedangkan permintaan adalah keinginan akan sesuatu yang didukung
dengan kemampuan serta kesediaan membelinya.
5. Produk, Penawaran, Merek
Perusahaan menyesuaikan kebutuhan dengan menempatkan nilai dan sejumlah manfaat
produk yang ditawarkan pada pelanggannya untuk memuaskan keinginan mereka.
Sejumlah nilai dan manfaat disampaikan perusahaan melalui penawaran, yang
menggabungkan antara produk, jasa, informasi, dan pengalaman. Sedangkan merek
ditawarkan melalui sumber yang dikenal, merek sendiri mewakili berbagai asosiasi dalam
benak pelangganya
6. Nilai Manfaat dan Kepuasan
Nilai manfaat merupakan gabungan antara kualitas, jasa, dan harga. Secara khusus nilai
manfaat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang pelanggan dapat berbanding
dengan apa yang mereka keluarkan. Manfaat yang diperoleh dapat merupakan manfaat
fungsional atau emosional
17
Benefits
Value =
Functional Benefits+Emotional Benefits
=
Cost
Monetary Cost + Time Cost + Energy Cost + Physics Cost
Gambar 2.3 Value
Sumber : Kotler (2003)
Hermawan Kartajaya mengungkapkan bahwa dari waktu ke waktu, pemasaran
mengalami redefinisi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan suatu variabel yang sangat
menentukan yaitu situasi persaingan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa:
•
Pada saat belum ada persaingan atau situasi persaingan tidak keras, maka pemasaran
tidak atau belum terlalu dibutuhkan suatu perusahaan.
•
Pada saat situasi persaingan semakin keras, maka pemasaran menjadi suatu hal yang
makin penting bagi perusahaan.
•
Pada saat situasi persaingan sudah sangat keras, tidak dapat diduga, dan kacau,
pemasaran harus menjadi “hati dan jiwa” setiap orang diperusahaan.
2.2
Strategi Pemasaran
Menurut Piercy (2006, p.29-30) marketing strategy consist of the analysis, strategy
development, and implementation activities in developing a vision about the market(s)of interest
to the organization, selecting target market strategies, setting objectives, and developing,
implementing, and managing the marketing program positioning strategies designed to meet the
value requirements of the customers in each market target.
Definisi strategi marketing menurut Craven (et all, p.31) adalah market driven process
dari strategi pengembangan yang punya bagian dalam melakukan perubahan kondisi lingkungan
18
bisnis dan mempunyai kepentingan untuk memberikan nilai yang terbaik bagi pelanggannya.
Fokus utama dari strategi marketing lebih ditekankan pada performa perusahaan dibanding
peningkatan jumlah penjualan. Strategi marketing dibuat untuk memberikan nilai yang terbaik
bagi pelanggannya dengan menggabungkan berbagai strategi mempengaruhi pelanggan.
Strategic
Situation
Analysis
Implementing
And Marketing
Strategy
Designing
Marketing
Strategy
Marketing
Program
Development
Gambar 2.4 Marketing Strategy Process
Sumber : Cravens (et all, p.32)
Seperti terlihat pada gambar 2.4 diatas, proses strategi pemasaran terdiri dari empat
tahapan, yaitu :
1. Strategic situation analysis yang memperhatikan analisa pasar dan analisa kompetitor,
segmentasi pasar, dan pembelajaran secara terus menerus terhadap perkembangan pasar.
2. Designing marketing strategy menguji target pelanggan dan strategi posisi, relationship
strategy dan strategi perencanaan produk baru.
3. Marketing development program yang mencakup produk, distribusi, harga dan strategi
promosi.
19
4. Implementing and Marketing Sstrategy yang memperhatikan desain organisasi dan
implementasi strategi marketing dan pengawasan
2.3
Segmentation, Targeting, Positioning
2.3.1 Segmentation
Kegiatan pasar terdiri dari banyak sekali pembeli yang berbeda dalam beberapa hal,
seperti keinginan, kemampuan secara keuangan, lokasi, sikap pembelian dan praktek
pembeliannya. Dari perbedaan ini dapat dilakukan segmentasi pasar. Segmentasi pasar
merupakan pemilahan suatu pasar yang heterogen menjadi beberapa kelompok pembeli yang
homogen dengan membedakan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku dimana masing-masing
membutuhkan produk yang berbeda sesuai kebutuhannya.
2.3.1.1 Variabel Segmentation
Menurut Kotler (2006, p.24) variabel-variabel segmentasi yang utama adalah geografis,
demografis, psikografis, dan perilaku
1. Segmentasi Geografis
Segmentasi secara geografis adalah membagi pasar ke dalam komponen-komponen geografis
seperti negara, daerah, kawasan, kota dan komunitas. Perusahaan tersebut dapat beroperasi
disuatu daerah saja atau disemua daerah-daerah tetapi harus memperhatikan corak dan sifat dari
setiap daerah tersebut.
2. Segmentasi Demografis
Segmentasi secara demografis adalah membagi pasar berdasarkan komponen-komponen seperti
usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, agama, ras, generasi, kebangsaan dan kelas sosial.
20
3. Segmentasi Psikografis
Segmentasi secara psikografis adalah suatu ilmu yang menggabungkan psikologi dan demografi
untuk lebih mengerti mengenai konsumen, yang termasuk dalam komponen-komponen
segmentasi secara psikografis adalah pembeli dibagi berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau
kepribadiannya. Orang-orang yang berasal dari kelompok demografi yang sama bisa mempunyai
profil psikografis yang berbeda-beda.
4. Segmentasi Perilaku
Segmentasi perilaku adalah membagi pasar menjadi komponen-komponen perilaku seperti
kesempatan, manfaat yang dicari, status pengguna, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap
kesiapan pembeli, dan yang terakhir adalah sikap
Agar segmentasi pasar berguna secara maksimal, ada beberapa karakteristik yang perlu di
perhatikan, yaitu :
•
Besarnya pasar dan daya beli di suatu segmen dapat diukur walaupun ada beberapa
komponen variabel yang sulit untuk di ukur
• Segmen yang akan dipilih dapat dicapai dan dilayani secara efektif, walaupun ada
kelompok yang sulit untuk di jangkau.
2.3.2 Targeting
Setelah segmen pasar diketahui perusahaan perlu mengevaluasi dan memutuskan berapa
segmen pasar yang akan di cakup, lalu memilih segmen mana yang akan dilayani. Menurut Umar
(1997, p.228) evaluasi dilakukan dengan menelaah tiga faktor, yaitu :
21
•
Ukuran dan pertumbuhan segmen
Perusahaan harus mengumpulkan dan menganalisa data tentang penjualan terakhir, proyeksi laju
pertumbuhan penjualan, dan margin laba yang di harapkan untuk berbagi segmen, kemudian
memilih segmen yang diharapkan paling sesuai
•
Menarik atau Tidaknya Struktur Segmen
Suatu segmen mungkin mempunyai ukuran dan pertumbuhan yang sesuai dengan yang
diharapkan, akan tetapi belum tentu menarik dari sisi profibilitasnya. Karena itu, perusahaan
tetap harus mempelajari faktor-faktor struktural yang utama yang mempengaruhi daya tarik
segmen dalam jangka panjang.
•
Sasaran dan Sumber Daya
Perusahaan harus mempertimbangkan sasaran dan sumber dayanya dalam kaitannya dengan
segmen pasar. Walaupun ada segmen yang bagus akan tetapi ditolak karena prospek jangka
panjangnya tidak menguntungkan, perusahaan tetap harus mempertimbangkan kemampuannya
dalam menyediakan sumber dayanya.
2.3.3 Positioning
Setelah memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki, tugas berikutnya adalah
menentukan positioning dimana perusahaan memposisikan kedudukan perusahaan itu bukan
hanya di pasar namun juga dibenak para pelanggannya. Dengan kata lain posisi pasar adalah
alasan utama perusahaan atau produk tersebut tetap eksis.
Kartajaya (2004, p.14) mengatakan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam
membangun suatu positioning yang tepat, yaitu :
22
•
Positioning perusahaan harus dipersepsi secara positif oleh para pelanggan dan menjadi
alasan buat mereka untuk membeli atau menggunakan produk perusahaan.
•
Positioning seharusnya mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif perusahaan
•
Positioning harus bersifat unik sehingga dapat dengan mudah membedakan diri dari yang
lain.
•
Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan dalam
lingkungan bisnis, apakah itu perubahan persaingan, perilaku pelanggan, perubahan
sosial budaya dan yang lainnya.
Menurut Umar (1997, p.229) ada tiga langkah untuk menentukan posisi pasar, yaitu :
1. Mengidentifikasi keunggulan kompetitif
Apabila perusahaan dapat menentukan positioning sebagai perusahaan yang memberikan
nilai yang lebih tinggi kepada target yang dipilihnya, maka perusahaan tersebut memiliki
keunggulan komparatif. Langkah ini dapat diawali dengan perusahaan memberikan
pembedaan tawaran dengan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan tawaran dari
pesaingnya, seperi pembedaan produk, layanan, personel, dan image.
2. Memilih keunggulan kompetitif
Jika perusahaan telah menemukan beberapa keunggulan kompetitif yang potensial, maka
perusahaan selanjutnya harus memilih satu keunggulan kompetitif sebagai dasar bagi
kebijaksanaan penentuan positioning
3. Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi
Setelah penentuan positioning, perusahaan harus mengambil langkah untuk mewujudkan dan
mengkomunikasikan posisi yang diinginkan itu kepada sasaran. Jika perusahaan memutuskan
untuk membangun posisi atas dasar mutu dan layanan yang lebih baik, perusahaan tersebut
23
harus mewujudkan posisi tersebut, karena posisi tersebut dapat terus berkembang secara
berangsur-angsur disesuaikan dengan lingkungan pemasaran yang selalu berubah.
2.4
Marketing Mix
Salah satu konsep modern yang berkembang saat ini adalah marketing mix atau bauran
pemasaran. Konsep marketing mix ini diciptakan oleh Jerome McCarthy.. marketing mix terdiri
dari produk (Product) dan harga (price) yang merupakan suatu penawaran suatu perusahaan,
kemudian tempat (place) dan promosi (promotion) yang merupakan akses (access) terhadap
produk dari perusahaan tersebut. Kartajaya (2006, p.19).
Banyak orang menyamakan marketing mix dengan kegiatan pemasaran. Sebenarnya
marketing mix adalah suatu bagian dari kegiatan pemasaran. Definisi Marketing Mix menurut
Kotler (2003) sebagai suatu cara dalam pemasaran yang dapat dikendalikan dan digunakan
perusahaan dalam merespon keinginan target pasar. Terdapat empat komponen utama dalam
marketing mix yang di sebut sebagai 4 p’s yaitu : Product, Price, Promotion, dan Place.
Definisi marketing mix yang lainnya adalah sebagai upaya meintegrasikan tawaran dari
perusahaan yang terdiri dari produk dan harga disertai akses yang baik dan komunikasi yang
dapat menyampaikan informasi mengenai produk, merek dan perusahaan sehingga tercipta
kekuatan pasar.
24
Marketing Mix
Product
Product Variety
Quality
Design
Features
Brand Name
Packaging
Sizes
Services
Warranties
Returns
Target Market
Price
List Price
Discounts
Allowances
Payment Period
Credit items
Promotion
Sales promotion
Advertising
Sales Force
Public Relations
Direct Marketing
Place
Channels
Coverage
Locations
Inventory
Transport
Gambar 2.5 Empat Komponen Dasar Marketing Mix
Sumber : Kotler (2006, p.16)
2.4.1 Produk (Product)
Definisi produk menurut Umar (1997, p.209) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau di konsumsi yang dapat memenuhi
sesuatu keinginan atau kebutuhan. Produk dapat berupa barang nyata dan berupa jasa. Produk
bisa diklasifikasikan menjadi barang konsumsi (barang yang dapat di beli konsumen akhir untuk
konsumsi pribadi) dan barang industri (barang yang di beli untuk di olah kembali).
Ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan
produk pesaing, sedangkan desain dapat menginformasikan kegunaan atau manfaat produk.
Tidak hanya penampilan yang diperhatikan tetapi kemudahan, keamanan, sederhana, dan
ekonomis dalam produksi dan distribusi.
2.4.2 Promosi (Promotion)
Pemasaran penting untuk mengkomunikasikan produknya kepada masyarakat agar
produk itu dikenal dan pada akhirnya dibeli. Menurut Umar (1997, p.221-222) untuk
mengkomunikasikan produk ini perusahaan perlu menyusun suatu strategi yang sering disebut
25
sebagai promotion mix yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu Periklanan (advertising),
Promosi Penjualan (Sales Promotion), Hubungan Masyarakat (Public relation), dan Penjualan
Perorangan (Personal Selling).
2.4.2.1 Periklanan
Periklanan adalah segala bentuk promosi, mengenai gagasan, barang atau jasa yang
dimiliki oleh sponsor yang teridentifikasi. Dalam pengembangan program periklanan manajemen
pemasaran perlu mengambil lima keputusan penting yaitu :
1. Menetapkan Sasaran
Sasaran iklan ini dapat diklafikasikan ; untuk menginformasikan, meyakinkan, atau
mengingatkan masyarakat akan suatu produk.
2. Menetapkan Anggaran Periklanan
Ada empat metode yang sering dipakai dalam menetapkan anggaran ini, yaitu berdasarkan
kemampuan perusahaan, persentase dari hasil penjualan, serta persaingan berimbang ,
sasaran dan tugas.
3. Menciptakan Pesan periklanan
Ini merupakan hasil kreativitas yang menghasilkankan produk iklan yang bermakna bagi
konsumen.
Untuk
mengembangkannya,
langkah-langkahnya
adalah
melakukan
pembangkitan pesan, pemilihan pesan, dan penyampaian pesan yang nantinya akan terkesan
dalam iklan tersebut
26
4. Memilih Media Periklanan
Langkah-langkah utama dalam memilih media ini adalah jangkauan, frekuensi, dan dampak
memilih media utama, memilih sarana media khusus dan memutuskan tentang jadwal waktu
media.
5. Mengevaluasi Program Periklanan
Salah satu cara mengevaluasi adalah penjualan yang di sebabkan oleh pengaruh iklan adalah
dengan membandingkan penjualan dari waktu ke waktu dengan biaya periklanan selama
kurun waktu yang sama.
2.4.2.2 Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian atau
penjualan suatu produk atau jasa dimana pembelian diharapkan dilakukan saat yang sama.
Dalam mengembangkan suatu program promosi penjualan, langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah :
•
Pemasar harus menentukan besarnya insentif yang akan di berikan.
•
Pemasar harus menetapkan syarat-syarat keikutsertaan para peserta.
•
Pemasar harus memutuskan bagaimana cara mempromosikan dan menyebarluaskan
program promosi itu sendiri
•
Pemasar harus menetapkan lamanya waktu berpromosi
•
pemasar harus menetapkan anggaran promosi penjualannya.
Untuk mengevaluasi program ini metode yang paling umum digunakan adalah
membandingkan penjualan dengan penjualan sebelum, selama dan sesudah promosi dilakukan.
Kegiatan promosi penjualan, pemasar harus dapat menetapkan sasaran promosi penjualan,
27
memilih sarana yang terbaik, mendesain program promosi penjualan, melakukan uji coba
pendahuluan, melaksanakan promosi penjualan dan mengevaluasi hasil-hasilnya.
2.4.2.3 Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat (humas) bertujuan membangun hubungan yang baik dengan
perusahaan dengan menghasilkan publisitas yang menyenangkan, menumbuhkembangkan citra
perusahaan yang baik dan menangani atau melenyapkan desas-desus, cerita dan peristiwa yang
tidak menyenangkan. Humas merupakan sebuah konsep yang menggunakan banyak sarana
seperti siaran pers, publisitas produk, komunikasi perusahaan, lobbying, dan penyuluhan.
2.4.2.4 Penjualan Perorangan
Manajemen
armada
penjual,
adalah
analisis,
perencanaan,
implementasi
dan
pengendalian atas kegiatan para wiraniaga. Didalamnya termasuk menetapkan sasaran dan
strategi, merekrut, menyeleksi, melatih, mengawasi serta mengevaluasi armada penjual
perusahaan.
2.4.3 Harga (Price)
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen yang mengambil manfaat dari
memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual
melalui proses tawar menawar, atau di tetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama
terhadap semua pembeli. Penetapan harga dan persaingan harga telah dinilai sebagai masalah
utama yang di hadapi oleh perusahaan
28
Menurut Umar (1997, p.214) keputusan-keputusan mengenai harga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor-faktor Internal
•
Keputusan harga disesuaikan dengan sasaran pemasaran
•
Keputusan harga disesuaikan dengan marketing mix nya dimana manajemen harus
mempertimbangkan marketing mix sebagai satu keseluruhan
•
Keputusan harga berdasarkan pada pertimbangan organisasi
2. Faktor-faktor External
•
Pasar dan permintaan konsumen merupakan plafon harga (harga tertinggi). Konsumen
akan membandingkan harga suatu produk atau jasa dengan manfaat yang dimilikinya.
Sebelum menetapkan harga, hubungan antara harga dan permintaan terhadap produk atau
jasa tersebut, baik untuk jenis pasar yang berbeda maupun persepsi konsumennya harus
dipahami terlebih dahulu, lalu dianalisis dengan metode yang sesuai.
•
Harga dan tawaran pesaing perlu diketahui untuk menentukan harga reaksi mereka
setelah keputusan harga diberlakukan
•
Kondisi ekonomi seperti tingkat inflasi, biaya bunga, resesi, dan keputusan-keputusan
pemerintah dapat mempengaruhi efektivitas strategi penetapan harga.
2.4.4 Tempat (Place)
Tempat merupakan faktor yang penting dalam menambah daya tarik calon pelanggan.
Tempat strategis (dapat di jangkau oleh pelanggan dengan mudah) fasilitas-fasilitas yang
diberikan untuk pelanggan, perlengkapan, dan kenyamanan sangat berpengaruh kepada image
yang akan dibangun.
29
Dalam sejumlah penyesuaian, ada empat elemen marketing mix penting dalam
pemasaran, akan tetapi ada elemen-elemen lain yang dapat dikontrol dan dikoordinasikan untuk
keperluan komunikasi, elemen-elemen tersebut adalah orang (people), dan proses (process).
Kartajaya, (2006, p.28)
2.4.5 Orang/Karyawan (People)
Staff atau karyawan merupakan elemen yang paling penting didalam berbagai bidang
usaha. Seperti ada pepatah bahwa “people buy from people they like” yang diartikan sebagai
kehadiran staff atau karyawan yang mempunyai kelakuan yang baik, mempunyai kapabilitas
atau keterampilan yang baik, akan menjadi faktor dimana pelanggan akan setia dengan produk
atau perusahaan yang mereka konsumsi selain dari keunggulan produk itu sendiri.
2.4.6 Proses (Process)
Pemasaran memiliki beberapa bagian proses yang apabila digabungkan akan
menciptakan keseluruhan dari proses pemasaran. Definisi proses ini bisa diartikan sebagai semua
prosedure actual, mekanisme, dan aliran aktifitas dimana jasa disampaikan yang merupakan
system penyajian.
2.5
Pelanggan
2.5.1 Harapan Pelanggan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membentuk harapan pelanggannya, yaitu :
•
Promosi yang tidak mengecewakan konsumennya
•
Terjadi komunikasi yang terkendali antara perusahaan dengan konsumennya
30
•
Sikap yang baik dari para petugas penjualan
•
Kinerja penjualan yang lebih professional
2.5.2 Kepuasan Pelanggan
Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik) dan
“facio”(artinya melakukan atau berbuat). Secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai
upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Berikut ini adalah definisi-definisi
kepuasan pelanggan menurut para ahli :
•
Mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah situasi kognitif pembeli berkenaan
dengan kesepadanan dan ketidak sepadanan antara hasil yang di dapatkan dibandingkan
dengan pengorbanan yang dilakukan. Howard&Sheth (1969)
•
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi terhadap kejutan yang inheren atau melekat
pada pemerolehan produk dan pengalaman konsumsi. Oliver (1981)
•
Kepuasan pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut
apakah kinerja produk relatif bagus atau buruk atau apakah produk bersangkutan cocok
atau tidak cocok dengan tujuan pemakaiannya. Swan et al (1980)
•
Kepuasan pelanggan merupakan respons emosional terhadap pengalaman-pengalaman
berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola
perilaku, serta pasar secara keseluruhan. Westbrook & Reilly (1983)
•
Kepuasan pelanggan sebagai penilaian evaluatif purna-beli menyangkut pilihan
pembelian spesifik. Day (1984)
•
Kepuasan pelanggan sebagai tanggapan emosional pada evaluasi pada tahap pengalaman
konsumsi suatu produk atau jasa. Wilkie (1990)
31
•
Kepuasan pelanggan sebagai respons pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian yang
dipersepsikan antara harapan awal sebelum pembelian dan kinerja actual produk yang
dipersepsikan setelah pemakaian atau konsumsi produk bersangkutan. Tse & Wilson
(1988)
•
Kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan kedalam lima kategori pokok, yakni
perspektif deficit normative, ekuitas, standar normatif, keadilan procedural, dan
atributional. Hunt (1991)
Tabel 2.1 alternatif definisi kepuasan pelanggan
Sumber : Hunt (1991, p.109-110)
Perspektif
Definisi Kepuasan Pelanggan
Normative deficit
definition
Perbandingan antara hasil (outcome) actual dengan hasil
yang secara cultural dapat diterima
Equity definition
Perbandingan perolehan atau keuntungan yang didapatkan
dari pertukaran sosial. Bila perolehan itu tidak sama maka
pihak yang dirugikan akan tidak puas
Normative standart
definition
Perbandingan antara hasil actual dengan ekspektasi standar
pelanggan
Prodecural fairness
definition
Kepuasan merupakan fungsi dari keyakinan atau persepsi
konsumen bahwa mereka telah diperlakukan adil
Attributional definition
Kepuasan tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya
diskonfirmasi harapan, namun juga oleh sumber penyebab
diskonfirmasi
Umar (1997, p.239) menyatakan bahwa kepuasan terdiri dari dua macam, yaitu kepuasan
fungsional yang merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang
dimanfaatkan, dan kepuasan biologis merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang
bersifat tidak berwujud dari suatu produk.
Keuntungan-keuntungan perusahaan yang di peroleh dari pelanggan yang sangat puas
dari suatu produk yaitu :
32
•
Kesetiaan terhadap produk
•
Membeli produk baru yang di tawarkan oleh perusahaan
•
Tidak terlalu bermasalah dengan harga dari produk baru yang ditawarkan oleh
perusahaan
•
Selalu upgrade produk yang lama dengan produk yang baru
•
Word of mouth yang positif terhadap citra perusahaan
•
Tidak mempedulikan produk yang di tawarkan dari perusahaan pesaing
•
Selalu memberikan ide atau masukan yang membangun untuk perusahaan
2.5.2.1 Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggan adalah mutu produk dan pelayanannya,
kegiatan penjualan, pelayanan after service, dan nilai-nilai perusahaan. Kegiatan penjualan
terdiri dari variabel-variabel pesan (sebagai penghasil serangkaian sikap tertentu mengenai
perusahaan, produk, dan tingkat kepuasan yang dapat diharapkan oleh pelanggan), sikap (sebagai
penilaian pelanggan atas pelayanan perusahaan), dan perantara (sebagai penilaian pelanggan atas
perantara perusahaan seperti dealer, dan grosir). Pelayanan after service terdiri dari variabelvariabel pelayanan pendukung tertentu, seperti garansi serta yang berkaitan dengan umpan balik,
seperti pelayanan penanganan keluhan dan pengembalian uang.
Menurut Rangkuti (2002, p.30) salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi
jasa. Kepuasan pelanggan, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa juga ditentukan oleh
kualitas produk, harga dan faktor-faktor yang bersifat pribadi dan yang bersifat situasi sesaat.
33
2.5.2.2 Strategi Kepuasan Pelanggan
Menurut Rangkuti (2002, p.53-57) penyusunan strategi untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan harus mempertimbangkan dua strategi pemasaran, yaitu defensive marketing dan
offensive marketing.
Defensive marketing adalah cara untuk Mempertahankan pelanggan yang sudah ada karena lebih
sulit dibandingkan mencari pelanggan baru, karena mempertahankan pelanggan yang sudah ada
akan meningkatkan retensi pelanggan, misalnya dengan cara :
•
Melakukan efisiensi biaya
•
Meningkatkan volume pembelian kembali
•
Menerapkan strategi harga premium
•
Melakukan strategi promosi yang tepat
Offensive marketing adalah cara untuk mencari pelanggan baru, misalnya dengan cara:
•
Meningkatkan pangsa pasar
•
Meningkatkan reputasi atau citra merek produk melalui strategi merek
•
Penerapan strategi price premium
Strategi defensive marketing akan menghasilkan keuntungan yang tinggi, sedangkan
offensive marketing akan menghasilkan margin keuntungan relative kecil tetapi perusahaan akan
menikmati peningkatan penjualan yang cukup besar. Gabungan dari dua strategi ini akan
menghasilkan profit yang cukup besar.
Tujuan dari strategi kepuasan pelanggan adalah agar membuat pelanggan tidak pindah ke
pesaing. Strategi-strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan
pelanggan adalah :
34
•
Strategi Relationship Marketing
Dalam strategi ini perusahaan menjalin suatu kemitraan dengan pelanggan secara terus menerus
yang pada akhirnya akan menimbulkan kesetiaan pelanggan sehingga terjadi bisnis ulang. Agar
relationship marketing dapat di implementasikan perlu dibentuk database pelanggan, yaitu daftar
nama pelanggan yang di anggap perlu oleh perusahaan untuk terus membina hubungan yang baik
dalam jangka panjang.
•
Strategi unconditional service guarantee
Strategi memberikan garansi atau jaminan istimewa secara mutlak yang dirancang untuk
meringankan resiko atau kerugian dipihak pelanggan. Garansi tersebut menjanjikan kualitas
prima dan kepuasan pelanggan yang optional sehingga dapat menciptakan loyalitas pelanggan
yang tinggi. Caranya adalah dengan memberikan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan yang pada gilirannya akan sumber penyempurnaan mutu produk atau jasa dan akan
meningkatkan motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik dari
sebelumnya.
•
Strategi superior customer value
Strategi menawarkan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh
pesaing. Dana yang besar, sumber daya manusia yang andal, dan usaha yang gigih diperlukan
agar perusahaan dapat menciptakan pelayanan yang superior. Pada umumnya yang sering terjadi
adalah perusahaan menawarkan customer service yang lebih baik tetapi memberi harga yang
lebih tinggi pada produk-produknya. Tetapi biasanya mereka memperoleh manfaat yang lebih
besar dari pelayanan yang lebih baik tersebut, yaitu tingkat pertumbuhannya yang lebih cepat
dan laba yang lebih besar.
35
•
Strategi penanganan keluhan yang efektif
Strategi menangani keluhan pelanggan dengan cepat dan tepat, dimana perusahaan harus
menunjukkan perhatian, keprihatinan, dan penyesalannya atas kekecewaan pelanggan agar
pelanggan tersebut dapat kembali menjadi pelanggan yang puas dan kembali menggunakan
produk atau jasa perusahaan tersebut. Proses penanganan keluhan pelanggan yang efektif dimulai
dari identifikasi dan penentuan sumber masalah yang menyebabkan pelanggan tidak puas dan
mengeluh
•
Strategi peningkatan kinerja perusahaan
Perusahaan dapat menerapkan strategi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara
berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan komunikasi, salesmanship, dan public
relation kepada pihak manajemen dan karyawan, memasukan unsur kemampuan memuaskan
pelanggan kedalam sistem penilaian prestasi karyawan.
2.5.3 Loyalitas Pelanggan
Persaingan yang semakin hebat antara perusahaan belakngan ini bukan hanya disebabkan
globalisasi, tetapi lebih disebabkan karena pelanggan semakin cerdas, sadar harga, banyak
menuntut, kurang memaafkan, dan didekati oleh banyak produk. Kemajuan teknologi
komunikasi juga ikut berperan meningkatkan intensitas persaingan, karena memberi pelanggan
akses informasi yang lebih banyak tentang berbagai macam produk yang ditawarkan, artinya
pelanggan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam menggunakan uang yang dimilikinya.
Kotler (2002) menyebutkan bahwa ada enam alasan mengapa suatu perusahaan perlu
mendapatkan loyalitas pelanggan, yaitu :
36
1. Pelanggan yang lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi
keuntungan besar kepada perusahaan.
2. Biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar berbanding menjaga dan
mempertahankan pelanggan yang ada.
3. Pelanggan yang sudah percaya pada perusahaan dalam suatu urusan akan percaya
juga dalam urusan lainnya.
4. Biaya operasi perusahaan akan menjadi efisien jika memiliki banyak pelanggan
loyal.
5. Perusahaan dapat mengurangkan biaya psikologis dan social dikarenakan
pelanggan lama telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan perusahaan.
6. Pelanggan loyal akan selalu membela perusahaan bahkan berusaha pula untuk
menarik dan memberik saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.
2.5.3.1 Definisi Loyalitas Pelanggan
Loyalitas secara harfiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang terhadap suatu
objek. Definisi loyalitas menurut Mowen dan Minor (1998) adalah kondisi dimana pelanggan
mempunyai sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan
bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa datang. Menurut Dharmmesta (1999) loyalitas
menunjukkan kecenderungan pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan
tingkat konsistensi yang tinggi.
Definisi loyalitas dari beberapa pakar yang disebutkan diatas berdasarkan pada dua
pendekatan, yaitu sikap dan perilaku. Dalam pendekatan perilaku, perlu dibedakan antara
loyalitas dan perilaku beli ulang. Perilaku beli ulang dapat diartikan sebagai perilaku pelanggan
37
yang hanya membeli suatu produk secara berulang-ulang, tanpa menyertakan aspek perasaan dan
pemilikan didalamnya. Sebaliknya loyalitas mengandung aspek kesukaan pelanggan pada suatu
produk, Ini berarti bahwa aspek sikap tercakup didalamnya.
Loyalitas berkembang mengikuti tiga tahap yaitu tahap kognitif, tahap afektif, dan tahap
konatif. Biasanya pelanggan menjadi setia terlebih dahulu pada aspek kognitifnya, kemudian
pada aspek afektif, dan akhirnya pada aspek konatif. Ketiga aspek tersebut biasanya sejalan,,
meskipun tidak semua kasus mengalami hal yang sama.
1. Loyalitas Kognitif
Pelanggan yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan informasi
keunggulan suatu produk atas produk lainnya. Loyalitas kognitif lebih didasarkan pada
karakteristik fungsional, terutama biaya, manfaat dan kualitas. Jika ketiga faktor tersebut tidak
baik, pelanggan akan pindah ke produk lain. Pelanggan yang hanya mengaktifkan tahap
kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai pelanggan yang paling rentan terhadap perpindahan
karena adanya rangsangan pemasaran.
2. Loyalitas Afektif
Sikap merupakan fungsi dari kognisi pada periode awal pembelian (masa sebelum
konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah dengan kepuasan di periode
berikutnya (masa setelah konsumsi). Munculnya loyalitas afektif ini didorong oleh faktor
kepuasan yang menimbulkan kesukaan dan menjadikan objek sebagai preferensi. Kepuasan
pelangan berkorelasi tinggi dengan niat pembelian ulang diwaktu mendatang. Pada loyalitas
afektif, kerentanan pelanggan lebih banyak terfokus pada tiga faktor yaitu ketidakpuasan dengan
merek yang ada, persuasi dari pemasar maupun pelanggan merek lain, dan upaya mencoba
produk lain.
38
3. Loyalitas Konatif
Konatif menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu. Niat
merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa sebelum konsumsi) dan sikap pada masa
setelah konsumsi. Maka loyalitas konatif merupakan suatu loyalitas yang mencakup komitmen
mendalam untuk melakukan pembelian.
Hasil penelitian Crosby dan taylor (1983) yang menggunakan model runtutan sikap :
keyakinan – sikap – niat. Memperlihatkan komitmen untuk melakukan (niat) menyebabkan
preferensi pemilih tetap stabil selama 3 tahun. Jenis komitmen ini sudah melampaui afek. Afek
hanya menunjukkan kecenderungan motivasional, sedangkan komtimen untuk melakukan
menunjukkan suatu keinginan untuk melaksanakan tindakan. Keinginan untuk membeli ulang
atau menjadi loyal itu hanya merupakan tindakan yang terantisipasi tetapi belum terlaksana.
Untuk melengkapi runtutan loyalitas, satu tahap lagi ditambahkan pada model kognitif-afektifkonatif, yaitu loyalitas tindakan.
4. Loyalitas Tindakan
Aspek konatif atau niat untuk melakukan berkembang menjadi perilaku dan tindakan.
Niat yang diikuti oleh motivasi, merupakan kondisi yang mengarah pada kesiapan bertindak dan
keinginan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan tindakan tersebut. Jadi loyalitas itu dapat
menjadi kenyataan melalui beberapa tahapan, yaitu pertama sebagai loyalitas kognitif, kemudian
loyalitas afektif, dan loyalitas konatif, dan akhirnya sebagai loyalitas tindakan.
Pelanggan yang terintegrasi penuh pada tahap loyalitas tindakan dapat dihipotesiskan
sebagai pelanggan yang rendah tingkat kerentanannya untuk berpindah ke produk lain. Loyalitas
tindakan ini hanya sedikit bahkan sama sekali tidak memberi peluang pada pelanggan untuk
39
berpindah keproduk lain. Pada loyalitas konasi dan tindakan, kerentanan pelanggan lebih
terfokus pada faktor persuasi dan keinginan untuk mencoba produk lain.
2.5.3.2 Mengukur Loyalitas
Loyalitas dapat diukur dengan cara-cara dibawah ini :
1. Urutan pilihan
Metode urutan pilihan atau disebut juga pola pembelian ulang ini banyak dipakai dalam
penelitian dengan menggunakan panel-panel agenda harian pelanggan atau dengan menggunakan
data scanner supermarket. Urutan itu dapat berupa :
o Loyalitas yang tidak terpisahkan dapat ditunjukkan dengan runtutan AAAAAA. Artinya
pelanggan hanya membeli suatu produk tertentu saja. Contoh : pelanggan selalu membeli
lux untuk produk sabun.
o Loyalitas yang terbagi dapat ditunjukkan dengan runtutan ABABAB. Artinya pelanggan
membeli dua merek secara bergantian. Contoh : suatu ketika membeli sabun lux dan
pembelian berikutnya membeli sabun dettol.
o Loyalitas yang tidak stabil dapat ditunjukkan dengan runtutan AAABBB. Artinya
pelanggan memilih suatu merek untuk beberapa kali pembelian kemudian berpindah ke
merek lain untuk periode berikutnya. Contoh : Selama satu tahun pelanggan memilih
sabun Lux dan tahun berikutnya menggunakan sabun Dettol.
o Tanpa loyalitas ditunjukkan dengan runtutan ABCDEF. Artinya pelanggan tidak membeli
suatu merek tertentu
40
2. Proporsi Pembelian
Berbeda dengan runtutan pilihan, cara ini menguji proporsi pembelian total dalam sebuah
kelompok produk tertentu. Data yang dianalisis berasal dari panel pelanggan.
3. Preferensi
Cara ini mengukur loyalitas dengan menggunakan komitmen prikologis atau pernyataan
preferensi. Dalam hal ini, loyalitas dianggap sebagai sikap yang positif terhadap suatu produk
tertentu, sering digambarkan dalam istilah niat untuk membeli.
4.Komitmen
Komitmen lebih terfokus pada komponen emosional atau perasaan. Komitmen terjadi dari
keterkaitan pembelian yang merupakan akibat dari keterlibatan ego dengan kategori merek.
Keterlibatan ego tersebut terjadi ketika sebuah produk sangat berkaitan dengan nilai-nilai
penting, keperluan, dan konsep diri pelanggan.
Cara pertama dan kedua diatas merupakan pendekatan perilaku. Cara ketiga dan keempat
termasuk dalam pendekatan attitudinal.
2.5.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
1. Kepuasan Pelanggan
Praktisi ataupun akademisi memahami bahwa loyalitas pelanggan dan kepuasannya
adalah berkaitan, walaupun keterkaitannya adalah tidak selalu beriringan. Kepuasan adalah
langkah yang penting dalam pembentukan loyalitas tetapi menjadi kurang signifikan ketika
loyalitas mulai timbul melalui mekanisme-mekanisme lainnya. Mekanisme lainnya itu dapat
berbentuk kebulatan tekad dan ikatan sosial. Loyalitas memiliki dimensi yang berbeda dengan
kepuasan.
41
Kepuasan menunjukkan bagaimana suatu produk memenuhi tujuan pelanggan. Kepuasan
pelanggan senantiasa merupakan penyebab utama timbulnya loyalitas. Loyalitas terjadi karena
adanya pengaruh kepuasan atau ketidakpuasan dengan produk tersebut yang berakumulasi secara
terus menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk (Boulding, staelin, dan
Zeithaml, 1993).
Reicheld (1996) mengemukakan bukti bahwa dari para pelanggan yang puas atau sangat
puas, antara 65% sampai 85% akan berpindah ke produk lain. Dalam industri otomotif pula
Reicheld menemukan 85% sampai 95% pelanggan yang puas, hanya 30% - 40% yang kembali
kepada merek atau model sebelumnya.
2. Kualitas Jasa
Salah satu faktor penting yang dapat membuat pelanggan puas adalah kualitas jasa.
Kualitas jasa ini mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Pemasar dapat
meningkatkan kualitas jasa untuk mengembangkan loyalitas pelanggannya. Produk yang
berkualitas rendah akan menanggung resiko pelanggan tidak setia. Jika kualitas diperhatikan,
bahkan diperkuat dengan periklanan yang intensif, loyalitas pelanggan akan lebih mudah
diperoleh.
Kualitas dan promosi menjadi faktor kunci untuk menciptakan loyalitas pelanggan jangka
panjang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelanggan akan menjadi loyal pada produkproduk berkualitas tinggi jika produk-produk tersebut ditawarkan dengan harga yang bersaing
(Dharmmesta, 1999). Bloomer, Ruyter dan Peeters (1998) mendapatkan kualitas jasa memiliki
pengaruh langsung terhadap loyalitas dan mempengaruhi loyalitas melalui kepuasan.
42
3.Citra
Para pakar pemasaran memberikan berbagai definisi serta pendapat tentang citra dan
dengan penekanan yang beragam pula. Definisi citra oleh Kotlerr (2000, p.553) sebagai
seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek.. Kotler
mengatakan sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra
objek tersebut. Ini memberi arti bahwa kepercayaan, ide serta impresi seseorang sangat besar
pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku serta respon yang mungkin akan dilakukannya.
Suatu perusahaan akan dilihat melalui citranya baik citra itu negatif atau positif. Citra
yang positif akan memberikan arti yang baik terhadap produk perusahaan tersebut dan seterusnya
dapat meningkatkan penjualan. Sebaliknya penjualan produk suatu perusahaan akan jatuh atau
mengalami kerugian jika citranya dipandang negatif oleh masyarakat.
Citra produk mempunyai dampak langsung yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan
dan ada pula yang menyatakan dampaknya tidak langsung, tetapi melalui variabel lain
(Andreassen, 1999). Kesimpulan yang dibuat oleh Bloemer, Ruyter dan Peeters (1998)
menyimpulkan bahwa citra tidak memberi dampak langsung kepada loyalitas, namun menjadi
variabel moderator antara kualitas dan loyalitas.
4. Rintangan untuk Berpindah
Faktor lain yang mempengaruhi loyalitas yaitu besar kecilnya rintangan berpindah.
Rintangan berpindah terdiri dari : Biaya keuangan, biaya urus niaga, diskon bagi pelanggan
loyal, biaya sosial, dan biaya emosional (Fornell, 1992). Semakin besar rintangan untuk
berpindah akan membuat pelanggan menjadi loyal, tetapi loyalitas mereka mengandung unsur
keterpaksaan.
43
2.5.4 Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan
Dalam pasar yang tingkat persaingannya cukup tinggi, perusahaan mulai bersaing untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggannya agar pelanggan mempunyai kesetiaan yang tinggi
terhadap produk atau jasa yang ditawarkan tersebut. Menurut Jones dan Sasser (1994, p.745)
menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu variabel endogen yang disebabkan oleh
kombinasi dari kepuasan sehingga loyalitas pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan. Jika
hubungan antara kepuasan dengan loyalitas pelanggan adalah positif maka kepuasan yang tinggi
akan meningkatkan loyalitas pelanggan.
Dalam pasar yang tingkat persaingannya cukup tinggi, kepuasan pelanggan dan loyalitas
pelanggan saling berhubungan. Hal ini dapat disebabkan karena dalam kondisi ini banyak badan
usaha yang menawarkan produk dan jasa sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan produk
pengganti dan switching cost yang rendah, dengan demikian produk atau jasa menjadi tidak
begitu berarti bagi konsumen. Hubungan antara kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan
tersebut diatas digambarkan garis lurus dan searah, yang artinya adalah bila badan usaha
meningkatkan kepuasan kepada pelanggan maka loyalitas pelanggan juga akan meningkat,
begitu pula sebaliknya bila badan usaha menurunkan kepuasan pelanggan maka secara otomatis
loyalitas pelanggan juga akan menurun. Jadi dalam hal ini kepuasan pelanggan sangat
mempengaruhi loyalitas pelanggan.
44
2.6
Perilaku Konsumen
Rangkuti (2002, p.59) menyatakan ada tiga definisi mengenai perilaku konsumen, yaitu ;
1. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang konsumen,
kelompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang
waktu.
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk mengembangkan
strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami yang dipikirkan (kognisi),
dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku) oleh konsumen. Kita juga harus
memahami apa dan dimana peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta
dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen.
3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen tetapi
konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan dengan
pertukaran.
Definisi perilaku konsumen menurut Engel (1994) adalah perilaku konsumen merupakan
suatu tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan
jasa, terumasuk proses keputusan terdahulu. Perilaku konsumen terdiri dari dua bagian, yaitu :
•
Perilaku yang tampak
Variabel-variabel yang masuk dalam perilaku ini adalah, jumlah pembelian, waktu, karena
siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan pembelian
•
Perilaku yang tidak tampak
Variabel-variabel ini antara lain adalah persepsi, ingatan terhadap informasi, dan perasaan
kepemilikan konsumen.
45
2.6.1 Model Perilaku Konsumen
Menurut rangkuti (2002, p.59) model perilaku konsumen sebagian bersumber dari model
rangsangan tanggapan. Gambar di bawah ini menunjukkan rangsangan pemasaran dan lainnya
yang masuk ke dalam “kotak hitam” pembeli dan menghasilkan tanggapan pembeli. Bagian kiri
rangsangan pemasaran terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi. Rangsangan lainnya
terdiri dari kekuatan dan peristiwa besar dalam lingkungan pembeli, ekonomi, teknologi, politik,
dan sosial budaya. Semua rangsangan ini masuk melalui “kotak hitam” pembeli dan
menghasilkan serangkaian tanggapan pembeli yang dapat diamati seperti yang terlihat pada
sebelah kanan gambar.
Antecedent
Performance
Outcome
Black Box
Satisfaction or
Disatisfaction
Gambar 2.6 Model “kotak hitam” Pembeli
Source : Rangkuti (2002, p.60)
2.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Rangkuti (2002, p. 60-63) menyatakan bahwa para konsumen membuat keputusan tidak
dalam sebuah tempat yang terisolasi dari lingkungan sekitar. Perilaku pembelian mereka sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis.
46
1. Faktor Kebudayaan
Faktor budaya yang memiliki pengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku budaya ini terdiri
dari beberapa komponen, yaitu :
•
Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Jika mahluk yang
lebih rendah sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian muncul dari
pembelajaran.
•
Sub-budaya adalah setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan
lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari
bangsa, agama, kelompok, ras dan daerah geografis. Banyak sub-budaya membentuk segmen
pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
•
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif lebih homogen dan bertahan lama dalam
sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan hirearki. Para anggota dalam setiap
jenjang tersebut memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama.
2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan,
keluarga, serta peran dan status.
•
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh
langsung (melalui tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang
tersebut.
•
Keluarga adalah organisasi yang paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga
merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
47
•
Peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh seseorang.
Setiap peran memiliki status.
3. Faktor Pribadi
Faktor pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi :
•
Usia dan tahap siklus hidup
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi ini juga
dibentuk oleh siklus hidup keluarga
•
Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsinya. Sebuah perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan produknya untuk kelompok pekerjaan tertentu.
•
Keadaan ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang
•
Gaya hidup seseorang
Pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opininya.
•
Kepribadian dan konsep diri
Setiap
orang
memiliki
kepribadian
yang
berbeda
yang
mempengaruhi
perilaku
pembeliannya.
4. Faktor Psikologis
Pilihan seseorang untuk membeli dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu :
•
Motivasi
Alasan yang mendasari seseorang untuk melakukan tindakan
48
•
Persepsi
Proses bagaimana individu memilih, mengorganisasikan, dan mengintepretasikan masukan
serta informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti
•
Pengetahuan
Pada saat seseorang bertindak, mereka belajar. Balajar menggambarkan perubahan perilaku
seseorang individu atau perubahan yang bersumber dari pengalaman.
•
Keyakinan dan sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif tentang suatu hal yang dianut oleh seseorang. Dan
sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan atas beberapa objek
atau gagasan.
2.7
Hipotesis Awal
Hipotesis yang dirumuskan untuk penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
•
Apakah faktor harga (Price)mempengaruhi loyalitas pelanggan?
•
Apakah faktor produk (Product)mempengaruhi loyalitas pelanggan?
•
Apakah faktor promosi (Promotion) mempengaruhi loyalitas pelanggan?
•
Apakah faktor tempat (Place) mempengaruhi loyalitas pelanggan?
•
Apakah faktor staff/karyawan (people) mempengaruhi loyalitas pelanggan?
•
Apakah faktor proses (process) mempengaruhi loyalitas pelanggan?
•
Apakah ada pengaruh dari faktor-faktor diatas secara bersamaan terhadap
loyalitas pelanggan?
Download