Pengaruh Pemberian Mikoriza Glomus fasciculatum terhadap Pertumbuhan Tanaman Dahlia pinnata yang ditumbuhkan pada Media Mengandung Logam Timbal (Pb) Ratna Juwita Arisusanti (1509100032) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian Glomus fasciculatum terhadap pertumbuhan Dahlia pinnata serta mengetahui pengaruhnya terhadap akumulasi Pb dan efisiensi serapannya pada tanaman Dahlia pinnata. Penelitian ini menggunakan variasi dosis mikoriza yaitu 0 gram mikoriza dan tanpa Pb (kontrol negatif), 0 gram mikoriza dengan Pb (kontrol positif), 5 gram mikoriza, 10 gram mikoriza, 15 gram mikoriza, 20 gram mikoriza, dan 25 gram mikoriza. Masing-masing tanaman yang diberi penambahan dosis mikoriza juga di beri penambahan Pb(NO3)2 dalam media sebanyak 200 mg/mg. Logam Pb yang digunakan berupa Pb(NO3)2. Jumlah perlakuan dalam penelitian ini adalah 7 perlakuan dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan dosis 25 gram mikoriza Glomus fasciculatum merupakan dosis yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan Dahlia pinnata pada parameter tinggi tanaman, berat kering tanaman (akar,batang, dan daun), dan berpengaruh signifikan terhadap pembentukan bunga. Dosis 25 gram mikoriza Glomus fasciculatum juga meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman dahlia serta meningkatkan akumulasi logam Pb pada akar tanaman dahlia dan menghambat akumulasi Pb pada batang dan daun. Kata Kunci: Dahlia pinnata, Glomus fasciculatum, Timbal Abstract The purposes of this research were to determine the effect of doses Glomus fasciculatum on the growth of Dahlia pinnata and to determine the effect on the accumulation of Pb and absorption efficiency in Dahlia pinnata plants. This research used variations of the mycorrhizal doses, i.e. 0 gram of mycorrhizae without Pb (negative control), 0 grams of mycorrhizae with Pb (positive control), 5 grams of mycorrhizae, 10 grams of mycorrhizae, 15 grams of mycorrhizae, 20 grams of mycorrhizae, and 25 grams of mycorrhizae. Every plant which has been given a dose of mycorrhizae also given Pb (NO3)2 in the medium as much as 200 mg / mg. Metal Pb used in these research was Pb (NO3)2. The amount of treatments in this research were 7 treatments with 4 replications. The results showed that 25 gram dose of mycorrhizal Glomus fasciculatum was the most effect on the growth of Dahlia pinnata plant with parameters of plant’s height, plant’s dry weight (roots, stems, and leaves), and a significant effect on the formation of flowers. 25 Grams dose of mycorrhizal Glomus fasciculatum also increased the efficiency of Pb absorption in dahlia plants, increased the accumulation of Pb in the roots, and inhibited the accumulation of Pb in stems and leaves. Key Words: Dahlia pinnata, Glomus fasciculatum, lead metal PENDAHULUAN Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas lingkungan hidup. Sebagai contoh turunnya kualitas tanah akibat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh manusia, baik limbah rumah tangga, industri, maupun pertanian. Salah satu faktor pencemaran tanah yang paling penting adalah limbah yang mengandung logam berat. Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi dan merupakan pencemaran lingkungan yang utama. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan oleh adanya sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk hidup. Pencemaran logam berat berlangsung sangat cepat sejak dimulainya revolusi industri. Umumnya, logam berat yang menyebabkan pencemaran adalah Cd, Cr, Cu, Hg, Pb dan Zn (Palar, 1994). Salah satu logam berat yang mencemari tanah adalah Pb atau timbal. Logam berat. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan organisme lainnya. Kegiatan rumah tangga merupakan salah satu sumber pencemar logam berat yang dapat berasal dari kegiatan mencuci (sabun dan detergen). Pupuk dikategorikan sebagai sumber pencemar karena adanya kandungan unsur serta senyawa tertentu yang masuk kedalam suatu sistem dimana unsur maupun senyawa tersebut tidak diperlukan dalam jumlah banyak atau dapat membahayakan komponen dalam lingkungan tersebut. Sebagai contoh pupuk fosfat mengandung Pb antara 7 – 225 ppm (Darmono, 1995). Sampah yang mengandung logam berat merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran perairan maupun tanah. Dari berbagai sumber pencemaran Pb tersebut, maka di dataran tinggi pun yang jauh dari industri-industri dapat juga mengalami pencemaran logam berat Pb. Logam Pb merupakan logam yang sangat rendah daya larutnya bersifat pasif, dan mempunyai daya translokasi yang rendah mulai dari akar sampai organ tumbuhan lainnya. Jumlah logam Pb dalam tanah dapat menggambarkan kondisi tanah telah terjadi kontaminasi atau tidak terkontaminasi (Santi, 2001). Tindakan pemulihan atau remediasi perlu dilakukan agar lahan yang tercemar dapat digunakan kembali untuk berbagai kegiatan secara aman. Penurunan kadar logam berat seperti logam Pb hingga saat ini masih menggunakan cara fisika-kimia yang membutuhkan peralatan dan sistem monitoring yang mahal. Sehingga perlu dicari alternatif pengolahan yang mudah, murah, dan efektif dalam pengaplikasiannya. Salah satu caranya adalah dengan fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan salah satu metode yang menggunakan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar baik berupa senyawa organik maupun anorganik. Perlakuan dengan menggunakan organisme hidup semakin mendapat perhatian karena merupakan alternatif yang efektif, murah dan aman secara ekologis. Dasar dari fitoremediasi adalah adanya kemampuan tumbuhan mengakumulasi logam atau senyawa organik (fitoakumulasi) sesuai dengan karakteristik tumbuhan yang digunakan (Hardiani, 2009). Tanaman bunga dahlia (Dahlia pinnata) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi dapat dijadikan tanaman pengakumulasi logam Pb (Hardiani, 2009). Tanaman bunga dahlia (Dahlia pinnata) ini dapat digunakan dalam penelitian ini karena karakteristiknya termasuk spesies ruderal (spesies yang mampu berkembang dalam lingkungan tercemar serta mempunyai siklus hidup yang relatif cepat), dapat mengakumulasi pencemar dalam jumlah yang besar tanpa menampakkan gejala kerusakan eksternal (Sagita, 2002). Tanaman ini umumnya tumbuh di dataran tinggi, sehingga dapat di manfaatkan untuk mengurangi kandungan logam berat di dalam tanah pada daerah dataran tinggi yang dapat bersumber dari pencemaran limbah rumah tangga, pupuk, pestisida maupun dari polusi udara. Tanaman tersebut merupakan tanaman hias yang memiliki nilai estetika tersendiri sehingga dapat memberikan dua fungsi yaitu sebagai agen fitoremediasi dan dapat memberikan nilai keindahan. Usaha fitoremidiasi tanah tercemar logam berat dapat dipercepat dengan tanaman bermikoriza, karena jamur mikoriza dapat melindungi tanaman inang dari serapan unsur beracun tersebut melalui efek filtrasi, kompleksasi dan akumulasi. Jamur mikoriza dapat berperan sebagai biokontrol penyerapan logam berat, dan dapat membantu tanaman terhindar dari keracunan logam berat (Tisdall, 1991). Simbiosis mikoriza mendatangkan manfaat pada banyak pihak, ketika menginfeksi dan mengkolonisasi akar tanaman inang, jamur mikoriza arbuskular (CMA) mengembangkan miselium eksternal yang menghubungkan akar dengan lingkungan di sekelilingnya. Mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Mikoriza yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif, sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air (Hidayat, 1995). Fosfor merupakan unsur hara utama yang diserap tanaman bermikoriza (Gani, 1996). Unsur hara fosfor pada tanaman berfungsi untuk memacu pertumbuhan akar, perkembangan jaringan meristem, mempercepat pembungaan dan pembuahan, serta sebagai bahan penyusun inti sel, lemak dan protein (Sarief, 1993). Hifa cendawan mikoriza dapat mengeluarkan enzim phospatase yang mampu melepaskan fosfor dari ikatan-ikatan spesifik, sehingga tersedia bagi tamanan (Tisdall, 1991). Respon pertumbuhan tanaman yang bermikoriza tergantung kepada kecepatan infeksi dan kolonisasi mikoriza. Gani (1996), membuktikan dengan penelitian bahwa tanaman yang diinokulasi CMA 50g/tanaman, lebih tinggi persentase infeksi akarnya dibandingkan tanaman yang tidak diinokulasi. Inokulasi mikoriza mempengaruhi parameter pertumbuhan, yaitu panjang akar dan berat kering akar (Rossiana, 2003). Simbiosis CMA juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim, membantu akumulasi zat-zat unsur-unsur yang beracun bagi tanaman seperti As, Cr, dan Pb (Aisyah dan Hardiani, 2009). Menurut Adholeya & Gaur, (2004) mikoriza genus Glomus yang berasosiasi dengan tanaman terbukti efektif dalam menyerap logam berat, yaitu Cd, Zn, dan Pb. Dalam penelitian ini digunakan mikoriza Glomus fasciculatum yang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi serta mampu berkembang biak dalam waktu yang singkat. Hal-hal tersebut diatas menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza sangat penting dalam proses pertumbuhan tanaman dan penyerapan logam berat pada tanah tercemar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian Glomus fasciculatum terhadap pertumbuhan dahlia (tinggi tanaman; berat kering akar,batang, dan daun, serta pembentukan bunga) yang ditumbukan pada media yang mengandung Pb. Selain itu, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap akumulasi Pb pada akar, batang, dan daun serta efisiensi serapannya pada tanaman dahlia. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai dengan April 2013 di laboratorium Botani Jurusan Biologi ITS dan Green House milik Dinas Pertanian Kebun Hortikultura Sidomulyo-Batu. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu polybag, pipet, gelas obyek, kaca penutup, cawan petri, bak tanam, sprayer, termometer, soil tester, oven, neraca analitik, mikroskop, dan ICP (Inductively Couple Plasma). Bahan-bahan yang digunakan yaitu umbi tanaman dahlia (Dahlia pinnata) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Hias Cianjur (BALITHI), mikoriza Glomus fasciculatum dalam bentuk campuran yang diperoleh dari Jurusan Hama Penyakit Tanaman Universitas Brawijaya Malang, tanah taman, pasir, pupuk NPK, air, KOH 2,5%, H2O2, HCl 2%, trypan blue 0,25% dan logam berat Pb(NO3)2. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilakukan di Jurusan Tanah Universitas Brawijaya Malang. Sampel tanah yang dianalisa merupakan campuran dari tanah taman dan pasir dengan perbandingan 2 : 1. Sampel tanah tersebut dianalisa sebanyak 3 kali ulangan, masing–masing ulangan sebanyak ± 250 gram (Nurhayati, 2010). Sifat fisik yang diukur adalah tekstur tanah, pH tanah, dan suhu tanah. Sedangkan sifat kimia tanah yang diukur adalah kandungan bahan organik (C-organik), kandungan NPK, dan kadar air (Sastrahidayat, 2011). Uji Viabilitas Mikoriza Uji viabilitas mikoriza dilakukan pada tanaman jagung yang diperoleh dari Trubus Surabaya dan tanaman Dahlia pinnata yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Hias Cianjur (BALITHI). Inokulum mikoriza yang digunakan berupa inokulum campuran dengan spesies Glomus fasciculatum yang diperoleh dari Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Inokulum mikoriza tersebut digunakan untuk perlakukan dosis mikoriza sebanyak 2 gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram dan 10 gram. Masing– masing perlakuan dosis mikoriza tersebut diberikan pada benih jagung dan tanaman dahlia yang ditanam secara bersamaan pada media tanam sebanyak 3 kg di dalam polybag. Masing– masing polybag diberi label sesuai dengan dosis mikoriza yang diberikan (Imas et al, 1989). Inokulasi mikoriza dilakukan dengan menggunakan sistem lapisan. Media tanam diambil dengan ketebalan 1 cm, kemudian diletakkan mikoriza dengan dosis sesuai perlakuan kemudian dilapisi lagi dengan media tanam (Tauchid, 2011). Masing-masing perlakuan tersebut diulang sebanyak 2 kali. Selanjutnya, dibiarkan selama 1 bulan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati presentase infeksi mikoriza pada akar tanaman. Penyiapan Media Tanam Media yang digunakan adalah tanah dan pasir dengan perbandingan (2 : 1). Sterilisasi tanah dengan fumigasi dengan formalin 5%. Adapun sterilisasi tanah dilakukan dengan cara menuangkan 75 ml formalin 5% dalam masingmasing polybag yang berisi 3 kg tanah, diaduk merata, kemudian tanah dibungkus dengan plastik selama 7 hari dan setelah itu bungkus plastik dibuka, selanjutnya polybag dihawakan selama 7 hari (Astiko, 2009). Penyiapan Tanaman Tanah yang sudah disterilkan ditambahkan pupuk NPK sebanyak 3 gram setiap polybag. Umbi dahlia dimasukkan dalam polybag yang berisi 3 kg media tanaman. Setiap polybag berisi 1 umbi dahlia. Kemudian dilakukan penyiraman setiap 1 kali sehari tergantung keadaan cuaca untuk menjaga kelembaban media. Tanaman Dahlia (Dahlia pinnata) diaklimatisasi di lingkungan yang baru selama 1 minggu. Pembuatan Bioreaktor Media tanam yaitu tanah : pasir (2 : 1) dengan berat 3 kg dimasukkan ke dalam polybag dan diaduk sampai rata sambil ditambahkan logam berat Pb(NO3)2 dengan dosis 200 mg/kg. Untuk perlakuan dengan penambahan mikoriza, tanaman dahlia yang telah diaklimatisasi, diinfeksi dengan spora G. fasciculatum. Dosis mikoriza yang diinokulasikan sesuai dengan perlakuan (tabel 1). Inokulasi mikoriza dilakukan dengan menggunakan sistem lapisan. Media tanam diambil dengan ketebalan 1 cm, kemudian di atasnya dilapisi inokulum mikoriza dengan konsentrasi sesuai perlakuan kemudian dilapisi lagi dengan media tanam. Tanaman dahlia (Dahlia pinnata) kemudian dimasukkan ke dalam media. Tanaman diberi pupuk NPK sebanyak 3 gram dan kemudian ditumbuhkan pada green house selama 3 bulan (Hardiani, 2009). Pengairan dan Pemupukan Seluruh bioreaktor disirami dengan air secukupnya setiap pengairan. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari sekali. Pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK dilakukan hanya sekali ketika penanaman pertama sebanyak 3 gram. Pengukuran Suhu Tanah Pengukuran suhu pada bioreaktor dilakukan dengan alat termometer. Pengukuran suhu dengan termometer ini dilakukan langsung pada bioreaktor tanaman Dahlia pinnata yang ada di dalam green house. Termometer ditancapkan pada bioreaktor dan ditunggu + 5 menit kemudian dilakukan pembacaan skala suhu yang tertera pada termometer (Tauchid, 2011). Perhitungan Berat kering Tanaman Pengukuran berat kering tanaman dilakukan setelah 3 bulan masa penanaman. Akar, batang dan daun dipisahkan dan ditimbang berat masing-masing sebagai berat basah. Akar, batang, dan daun dikeringkan dalam oven pada suhu 600 C sekitar 3 hari dan ditimbang beratnya keringnya. Pengukuran Tinggi Tanaman Pengukuran pertumbuhan tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi batang tanaman Dahlia pinnata. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan. Tinggi diukur dari permukaan media sampai pangkal pertumbuhan daun yang paling muda dengan mengukur batang yang paling tinggi (Alkareji, 2008). Pengamatan Morfologi dan Jumlah Bunga Pengamatan morfologi dan jumlah bunga dilakukan setelah 3 bulan masa penanaman. Pengamatan morfologi bunga dilakukan dengan cara melihat warna bunga yang terbentuk dan ukuran bunga secara deskriptif dan menghitung jumlah bunga yang terbentuk dalam satu tanamana secara kualitatif. Perhitungan Infeksi Akar In Vitro Perhitungan infeksi akar in vitro dilakukan setelah 3 bulan masa penanaman. Akar tanaman dibersihkan dan di potong sepanjang 1 cm menggunakan scalpel. Kemudian akar dicuci dengan air dan dimasukkan ke dalam tabung film lalu ditambahkan KOH 10% kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 95 ˚C selama 60 menit. Setelah itu KOH dibuang dan ditambahkan H2O2 yang selanjutnya dibuang dan dibilas dengan air. Kemudian diberi HCl 5% selama 5 menit. Setelah itu HCl dibuang dan ditambahkan lactophenol tryphan blue (LTB) dan dipanaskan dalam oven 85 ˚C selama 30 menit. Setelah pemanasan tersebut, LTB dibuang dan akar dibilas dengan air. Kemudian ditambah lactogliserol hanya dibilas (Sastrahidayat, 2011). Potongan akar disusun pada kaca preparat kemudian ditetesi larutan lactogliserol dan ditutup dengan kaca penutup. Pemilihan potongan akar dilakukan secara acak sebanyak 10 potongan. Preparat ini kemudian diamati menggunakan mikroskop. Persen infeksi mikoriza dihitung dari jumlah akar yang terinfeksi dari 10 potongan akar yang diamati. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop. Akar yang terinfeksi mikoriza ditandai dengan adanya vesikel atau arbuskula dalam korteks akar tanaman. Mikoriza dikatakan viable jika mempunyai persentase infeksi sebesar 50%. Persen infeksi mikoriza dihitung berdasarkan rumus Alkareji (2008) yaitu: % Infeksi = ∑ akar yang terinfeksi x 100% ∑ akar yang diamati Analisis Hasil Uji Potensi tanaman sebagai remidiator dilakukan dengan menghitung akumulasi dalam akar, batang, dan daun dengan menggunakan ICP (Inductively Couple Plasma) serta menghitung kandungan logam berat Pb dalam tanah, baik tanah sebelum perlakuan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Akumulasi Pb berat logam pada (akar/batang/ daun) = 𝑚𝑚𝑚𝑚/𝑘𝑘𝑘𝑘 berat tanaman (akar/batang/ daun) menggunakan ANOVA one-way pada taraf signifikan (α) 0.05 untuk mengetahui sidik ragamnya. Jika hasil berbeda nyata maka analisis statistik akan dilanjutkan menggunakan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Greenhouse dan Analisa Kimia Media Tanam Greenhouse yang digunakan untuk penelitian ini merupakan greenhouse milik dinas Pertanian Kebun Hortikultura yang berlokasi di Jl. Bukit Berbunga No 37, Sidomulyo-Batu (Lampiran 2). Green house ini terletak pada ketinggian 800 dpl, dimana menurut Vinayananda (2008), tanaman dahlia dapat tumbuh baik pada ketinggian 700 dpl- 1000 dpl. Kondisi fisik yang diukur adalah suhu dan tekstur tanah. Suhu pada saat pagi dan malam sekitar 22˚C sedangkan untuk siang hingga sore sekitar 24̊C hingga 27˚C. Tanaman Dahlia pinnata ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada suhu yang sejuk yaitu di dataran tinggi. Di dataran tinggi tanaman Dahlia pinnata mampu tumbuh cepat dan subur. Dahlia pinnata tumbuh dengan lambat bahkan tidak bisa tumbuh jika ditanam pada daerah dengan suhu yang tinggi. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tekstur lempung berpasir dimana tanah jenis ini merupakan media tanam yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perakaran tanaman. Sedangkan untuk media tanam sebelum ditanami diuji sifat kimia tanah. Berikut merupakan tabel hasil analisa media tanam : Tabel 1. Hasil analisa media tanam. Efisiensi Penyerapan Pb berat total logam (akar + batang + daun) = x 100% berat logam dalam tanah Parameter N Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan adalah dengan memberikan dosis mikoriza yang berbeda-beda pada tanaman Dahlia pinnata yaitu 0 gram, 5 gram, 10 gram, 15 gram, 20 gram, 25 gram dan kontrol yang dilakukan tanpa penambahan mikoriza dan logam Pb. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Analisis statistika Kadar Pb (Hardiani, 2009). P K pH Kelembaban Nilai sifat kimia tanah 0,01 % - 0,02 % 8,65 mg kg-1 - 9,29 mg kg-1 0,19 me/100g - 0,27 me/100g 1,81 mg/kg - 1,974 mg/kg 6,2 - 6,3 20,41% - 22,35% Menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah, hasil analisa sifat kimia tanah yang diperoleh bahwa kandungan N, P, K pada tanah media sangat rendah (Lampiran 11). Kandungan N pada media tanam hanya 0,01% - 0,02 %. Kandungan unsur P hanya berkisar 8,65 mg kg-1 – 9,29 mg kg-1 dan kandungan unsur K hanya berkisar 0,19 me/100g – 0,27 me/100g. Media tanam tersebut kurang memenuhi syarat untuk menjadi media tanam karena kandungan unsur hara yang rendah. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan penambahan pupuk dasar NPK sebanyak 3 gram. Namun dengan pemberian mikoriza pada penelitian ini akan dapat memperbaiki kondisi tanah yang memiliki kandungan hara sedikit tersebut. Keadaan ini menurut Sastrahidayat (2011), sangat menguntungkan bagi mikoriza, karena peran mikoriza dalam mengeksplorasi fosfor dalam tanah melalui hifa eksternanya lebih efektif pada kandungan fosfor tanah yang rendah. Demikian pula pernyataan Fitter & Hay (1991), yang mengatakan bahwa pada tanah yang defisiensi unsur hara fosfor, tanaman bermikoriza biasanya tumbuh baik dibandingkan dengan tanaman tanpa inokulasi mikoriza. Tetapi akan terjadi sebaliknya pada tanah yang disuplai fosfat dengan baik, yaitu tanaman bisa memperlihatkan tingka tinfeksi yang rendah. Manfaat fungi mikoriza ini secara nyata terlihat jika kondisi tanahnya miskin hara atau kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah yang subur peran fungi ini tidak begitu nyata. Adanya fungi mikoriza sangat penting bagi ketersediaan unsur hara seperti N, P, Mg, K, Fe, dan Mn untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada permukaan akar yang berfungsi sebagai perpanjangan akar terutama di daerah yang kondisinya miskin unsur hara, pH rendah, dan kurang air. Akar tanaman bermikoriza ternyata meningkatkan penyerapan N, P, dan K dari dalam tanah lebih cepat daripada tanaman yang tidak bermikoriza (Lakitan, 2000). pH tanah ini dilakukan pengukuran 2 kali yaitu sebelum penelitian dan setelah pemanenan. pH tanah sebelum perlakuan berkisar 6,2-6,3. Namun pada media dengan penambahan mikoriza dan Pb, pH tanah semakin turun yaitu berkisar 4,0-4,9 (Lampiran 8). pH pada media tanam dengan perlakuan tanpa mikoriza tidak memiliki hasil yang tidak jauh berbeda baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar penambahan dosis mikoriza yang ditambahkan menunjukkan hasil semakin besar pula pH yang dihasilkan (Lampiran 8). Penambahan dosis mikoriza di duga mampu membuat kondisi tanah menjadi lebih asam. pH yang semakin asam ini disebabkan oleh adanya mikoriza. Menurut Lakitan (2000), fungi dalam hidupnya mengeluarkan berbagai senyawa dan menyebabkan kondisi media tanam menjadi asam seperti asam organik sebagai hasil dari metabolismenya. Pada reaksi tanah yang masam, unsur-unsur mikro akan menjadi mudah larut, sehingga dapat ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro merupakan unsure hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga menjadi racun kalau terdapat dalam jumlah yang terlalu besar. Contoh unsur mikro adalah Mn, Fe, Zn, dan Cu. Keadaan tanah dengan pH masam menyebabkan logamlogam berat yang terkandung dalam medium tersebut menjadi larut dan aktif diserap oleh tanaman (Rossiana, 2003). Peran mikoriza yang dapat mengeluarkan senyawa asam organik yang dapat membuat kondisi tanah menjadi lebih asam ini di duga dapat membantu tanaman dalam penyerapan logam berat. Pengaruh Pemberian Mikoriza Glomus fasciculatum dan Pb Pada Pertumbuhan Tanaman Dahlia pinnata Uji viabilitas mikoriza G. fasciculatum telah dilakukan sebelum penelitian ini dimulai. Uji viabilitas mikoriza G. fasciculatum dilakukan pada tanaman jagung dan tanaman dahlia (Lampiran 7). Presentase infeksi mikoriza G. fasciculatum pada tanaman jagung adalah 70%-90% sedangkan pada tanaman dahlia sebesar 60%-70%. Uji viabilitas dilakukan pada jagung untuk mengetahui hidup atau tidaknya mikoriza tersebut. Selain itu jagung memiliki perakaran serabut yang lunak sehingga mikoriza dapat mudah menginfeksi akar. Dari hasil uji viabilias mikoriza tersebut dapat diketahui bahwa mikoriza G. fasciculatum dapat beradaptasi pada tanaman sehingga dapat menginfeksi tanaman Dahlia pinnata. Menurut Sastrahidayat (2011), mikoriza dikatakan viable apabila presentase infeksinya diatas 50%. Berdasarkan uji ANOVA didapatkan bahwa persentase infeksi mikoriza dari Glomus fasciculatum pada akar tanaman Dahlia pinnata berpengaruh sehingga dilakukan uji lanjutan Duncan yang menunjukkan bahwa penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh signifikan terhadap presentasi infeksi mikoriza pada akar tanaman dahlia (Lampiran 6). Pengamatan infeksi akar baik infeksi mikoriza dilakukan setelah panen dan dilakukan pewarnaan akar. Berikut merupakan hasil pengamatan infeksi akar dahlia yang telah diuji menggunakan uji Duncan : Tabel 2. Rata – rata persentase infeksi G.fasciculatum setelah 12 minggu masa penanaman. Infeksi Perlakuan G.fasciculatum Perlakuan 1 0% a 0 gram mikoriza dan 0 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 2 0% a 0 gram mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 3 40% b 5 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 4 50% bc 10 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 5 57,5% c 15 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 6 65% c 20 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 7 75% d 25 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada kolom dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%. presentase infeksi mikoriza 80% 60% 40% 20% 0% 1 2 3 4 Perlakuan 5 6 7 persentase infeksi mikoriza Gambar 1. Persentase infeksi mikoriza Glomus fasciculatum. Kerapatan spora yang digunakan adalah 5 spora per gram. Dari tabel diatas (Tabel 3) persentase infeksi mikoriza G. fasciculatum yang tertinggi adalah pada akar dengan perlakuan mikoriza 25 gram yaitu sebesar 75% sedangkan persentase terendah yaitu pada perlakuan tanpa mikoriza yaitu 0%. Hal itu dikarenakan media tanam yang digunakan telah dilakukan sterilisasi terlebih dahulu sehingga besar kemungkinan tidak mikroorganisme lain didalamnya. Dari grafik di atas (Gambar 6) diduga semakin banyak mikoriza yang ditambahkan maka makin tinggi persentasenya. Pengamatan mikroskopis akar dahlia diamati dengan perbesaran 400X. Pada gambar di atas (gambar 7), spora mikoriza terlihat berbentuk bulat lonjong dan berwarna kuning kecoklatan. Spora merupakan propagul yang bertahan hidup dibandingkan dengan hifa yang ada di dalam akar tanah. Spora terdapat pada ujung hifa eksternal dan dapat hidup selama berbulanbulan, bahakan bertahun-tahun. Hifa mikoriza terlihat berwarna biru dan menjulur panjang. Hifa mikoriza ini terlihat berbeda jika dibandingkan dengan jaringan lain pada jaringan akar tanaman. Hifa tersebut muncul dari spora kemudian memanjang dan berpenetrasi secara lateral hingga menembus korteks dan empulur. Arbuskula adalah struktur hifa yang bercabangcabang seperti pohon-pohon kecil berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur (Sastrahidayat, 2011). Mikoriza dalam rizosfer dapat meningkatkan aktivitas dehidrogenase, fosfatase, dan nitrogenase. Aktivitas enzimenzim ini menyebabkan peningkatan ketersediaan nutrisi dalam tanah. Mikoriza tidak hanya menyediakan tanaman dengan air dan senyawa mineral serta memperbaiki struktur tanah saja tetapi juga mampu sebagai filter, menghalangi senyawa toksik dengan miselium yang berdampak pada berkurangnya efek toksik bagi tanaman. Selain itu, mikoriza mempengaruhi fisiologis tanaman inang dengan membuat tanaman tersebut lebih tahan terhadap patogen, polusi, salinitas, kekeringan, dan faktor cekaman lingkungan lainnya (Tauchid, 2011). Persentase infeksi mikoriza yang tinggi biasanya berkorelasi dengan kemampuan dari mikoriza dalam menyerap unsur hara di dalam tanah terutama fosfor. Mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Mikoriza yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap air dan unsur hara. Dengan demikian sel tumbuhan akan cepat tumbuh dan berkembang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan berat tanaman (Rossiana, 2003). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh terhadap tinggi batang tanaman bunga Dahlia pinnata sehingga dilakukan uji lanjutan Duncan yang menunjukkan bahwa penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi Tabel 3. Pengaruh mikoriza terhadap tinggi tanaman Dahlia pinnata (cm). Perlakuan 2 Minggu ke8 12 Perlakuan 1 0 gram mikoriza 12,25a 35 b 45,62bc dan 0 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 2 0 gram mikoriza + 11a 26,a 33,5a 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 3 5 gram Mikoriza + 11,37a 28,25b 40,5b 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 4 10 gram Mikoriza 11,62a 34,75b 43,75bc + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 5 15 gram Mikoriza 12a 34,75b 45,75bc + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 6 20 gram Mikoriza 12,12a 35,37b 47,12bc + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 7 25 gram Mikoriza 12,25a 37,75b 48,375c + 200 ppm Pb(NO3)2 Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada kolom dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%. 60 tinggi tanaman (cm) batang tanaman bunga Dahlia pinnata (Lampiran 6). Kerapatan spora mikoriza Glomus fasciculatum adalah 5 spora per gram (Lampiran 4). Tinggi tanaman diamati 2 minggu sekali selama 12 minggu. Pada minggu ke–2 belum terlihat perbedaan yang signifikan terhadap tinggi batang pada masing – masing tanaman yang diberi perlakuan dosis mikoriza yang berbeda. Hal ini disebabkan pada minggu ke–2, G. fasciculatum belum menginfeksi akar dari tanaman dahlia. Hasil tersebut sesuai dengan (Smith, 2008) yang menyatakan bahwa mikoriza memerlukan waktu 2 – 3 minggu untuk menginfeksi akar tanaman. Berikut merupakan hasil pengamatan tinggi batang tanaman dahlia yang telah diuji menggunakan uji Duncan : 50 Perlakuan 1 40 Perlakuan 2 30 Perlakuan 3 20 Perlakuan 4 10 Perlakuan 5 0 Perlakuan 6 minggu ke- minggu ke- minggu ke2 8 12 Perlakuan 7 Gambar 2. Laju tinggi tanaman Dahlia pinnata. Dari tabel 4 perlakuan untuk kontrol positif (tanaman tanpa pemberian mikoriza tetapi diberi logam Pb) dan kontrol negatif (tanaman yang tidak diberi mikoriza dan logam Pb) mulai terjadi perbedaan nyata pada minggu ke – 4. Hal itu terjadi karena tinggi batang tersebut dipengaruhi oleh adanya logam Pb sehingga terlihat perbedaan tinggi batangnya. Tinggi batang kontrol negatif lebih pendek daripada tinggi batang kontrol positif. Pada minggu ke-4 sampai minggu ke-12 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada perlakuan antar dosis mikoriza yang diberikan. Namun jika dibandingkan antara perlakuan kontrol positif dengan semua perlakuan, hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Nilai tertinggi pada pengukuran tinggi tanaman terdapat pada perlakuan pemberian mikoriza dengan dosis 25 gram pada minggu ke-12. Sedangkan nilai terendah pada pengukuran tinggi tanaman terdapat pada perlakuan kontrol positif. Hal ini diduga pengaruh pemberian logam Pb dapat menghambat pertumbuhan tanaman Dahlia pinnata dan pemberian mikoriza diduga dapat membantu pertumbuhan tanaman yang tercekam logam berat seperti Pb. Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi tanaman Dahlia pinnata setiap minggunya tetap mengalami peningkatan. Namun pada perlakuan kontrol positif mengalami pertumbuhan tinggi yang lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kadar Pb yang berlebihan dalam media tanam dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang tidak bermikoriza. Menurut Hardiani (2009), hal ini dikarenakan mikoriza G. fasciculatum memiliki fungsi untuk membantu proses penyerapan unsur hara tanah khususnya nitrogen, fosfor, dan kalium oleh tanaman. Pemberian mikoriza tersebut pada prinsipnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dikarenakan kemampuan mikoriza dalam memperluas sistem perakaran melalui pembentukan hifa – hifa eksternal dan menembus lapisan tanah (Hardiani, 2009). Oleh karena itu, dari hasil penelitian diatas (tabel 3) mikoriza terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau penimbunan unsur tersebut dalam hifa jamur (Haryati, 2012). Dari tabel di atas (tabel 4) juga dapat dilihat bahwa semakin besar dosis mikoriza yang ditambahkan yaitu dosis 5 gram, 10 gram, 15 gram, 20 gram dan 25 gram maka pertambahan tinggi tanaman juga semakin tinggi. Hal tersebut diduga semakin banyaknya dosis mikoriza yang ditambahkan maka semakin banyak fosfor yang diserap tanaman. Fosfor merupakan salah satu unsur hara esensial yang diperlukan dalam jumlah relatif banyak dan berperan untuk pertumbuhan tinggi batang, tetapi ketersediaannya terutama pada tanah jumlahnya terbatas. Unsur hara organik yang ada ditanah harus diubah menjadi unsur anorganik agar dapat diserap tanaman. Unsur hara organik tersebut dihidrolisis terlebih dahulu oleh mikoriza secara enzimatik menggunakan enzim fosfatase atau hidrolase menjadi bentuk anorganik. Selanjutnya unsur hara anorganik ini diserap oleh hifa – hifa eksternal mikoriza dan dipindahkan ke dalam jaringan tanaman (Sieverding, 1991). Jamur Mikoriza Arbuskular (CMA) mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanaman. CMA yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif, sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap air dan unsur hara. Ukuran hifa yang halus akan memungkinkan hifa bisa menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro), sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air yang sangat rendah. Dengan adanya peran mikoriza dalam membantu penyerapan air dan unsur hara, maka sel tumbuhan akan cepat tumbuh dan berkembang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman (Rossiana, 2003). Pengangkutan hasil fotosintesis ke akar menentukan kemampuan akar untuk menyerap dan memperoleh hara (Fitter & Hay, 1991). Menurut Donelly (1994), sel akar yang terinfeksi mikoriza ukurannya akan semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena hifa ekstraseluler memperluas permukaan penyerapan unsur hara. Suplai unsur hara yang lebih akan meningkatkan aktivitas protoplasma sel sehingga menunjang pertumbuhan sel. Dengan adanya pertumbuhan sel dan jaringan yang baik pada akar, maka akan meningkatkan biomassa akar tanaman dahlia. Sehingga akan meningkatkan berat kering akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (1994), yang menyatakan bahwa pertumbuhan organ-organ tanaman seperti akar, batang, dan daun akan menentukan bobot kering tanaman. Hasil uji ANOVA pada pengamatan berat kering tanaman (Akar, batang, dan daun) dahlia menunjukkan bahwa perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh terhadap berat kering tanaman bunga Dahlia pinnata sehingga dilakukan uji lanjutan Duncan yang menunjukkan bahwa penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi batang tanaman bunga Dahlia pinnata (Lampiran 6). Kerapatan spora mikoriza Glomus fasciculatum adalah 5 spora per gram. Berat kering ditimbang setelah masa penanaman 12 minggu. Berikut merupakan hasil pengamatan berat kering tanaman dahlia yang telah diuji menggunakan uji Duncan : Tabel 4. Pengaruh mikoriza terhadap berat kering tanaman Dahlia pinnata umur 12 minggu. Berat Kering (gram) Perlakuan Akar Batang Daun Perlakuan 1 1,85 2,84 0 gram mikoriza dan 0 ppm 2,5 ab ab ab Pb(NO3)2 Perlakuan 2 0 gram mikoriza + 200 ppm 1,2 a 2,02 a 2,3 a Pb(NO3)2 Perlakuan 3 1,98 2,51 3,49 5 gram Mikoriza + 200 ppm abc ab abc Pb(NO3)2 Perlakuan 4 2,62 3,33 3,89 10 gram Mikoriza + 200 ppm bc abc bc Pb(NO3)2 Perlakuan 5 2,78 3,45 3,96 15 gram Mikoriza + 200 ppm bc abc bc Pb(NO3)2 Perlakuan 6 3,12 3,67 4,38 20 gram Mikoriza + 200 ppm bc bc c Pb(NO3)2 Perlakuan 7 4,78 25 gram Mikoriza + 200 ppm 3,3 c 4,42 c c Pb(NO3)2 Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada kolom dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%. Berat Kering (gram) 6 5 4 3 2 1 0 Berat Kering akar (gram) Berat Kering batang (gram) 1 2 3 4 5 6 7 Berat Kering daun (gram) Perlakuan Gambar 3. Berat kering tanaman Dahlia pinnata. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata – rata pada berat kering akar, batang, maupun daun. Pada tanaman yang diberi perlakuan penambahan mikoriza menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan tanaman yang tidak diberi penambahan mikoriza. Dari hasil tersebut hasil berat kering bagian tanaman berbanding lurus dengan dosis mikoriza yang diberikan. Berat kering akar, batang, dan daun pada tanaman kontrol positif dan negatif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini diduga terjadi karena kandungan unsur hara yang rendah pada media tanam sehingga saat data berat kering akar, batang, dan daun dibandingkan oleh uji statistik pertumbuhannya tidak begitu berbeda. Pada berat kering akar, perlakuan kontrol positif berbeda signifikan dengan tanaman yang diberi mikoriza 10 gram hingga 25 gram. Namun kontrol positif dengan tanaman yang diberi mikoriza 5 gram tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berat kering akar menunjukkan peningkatan yang signifikan pada tanaman yang diberikan dosis mikoriza 25 gram. Pada berat kering akar (gambar 9 dan tabel 5), hasil berat kering yang paling besar terjadi pada tanaman yang diberi perlakuan mikoriza dengan dosis 25 gram yaitu sebesar 3,3 gram. Sedangkan pada tanaman yang diberi perlakuan kontrol positif dan negatif mempunyai berat kering akar yang paling kecil yaitu sebesar 1,2 gram dan 1,85 gram. Dosis mikoriza yang lebih berpengaruh signifikan untuk mengurangi dampak negatif dari logam timbale (Pb) pada parameter jumlah berat kering akar adalah dosis mikoriza 25 gram. Hal tersebut juga terjadi pada berat kering batang dimana tanaman yang diberikan dosis mikoriza 25 gram menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap semua perlakuan yang lain. Perlakuan kontrol positif pada berat kering batang memiliki hasil yang berbeda signifikan dengan tanaman yang diberi mikoriza 20 gram dan 25 gram. Pada berat kering batang (gambar 9 dan tabel 5), hasil berat kering yang paling besar terjadi pada tanaman yang diberi perlakuan mikoriza dengan dosis 25 gram yaitu sebesar 4,42 gram. Sedangkan pada tanaman yang diberi perlakuan kontrol positif dan negatif mempunyai berat kering batang yang paling kecil yaitu sebesar 2,02 gram dan 2,5 gram. Pada berat kering daun, tanaman yang diberikan dosis mikoriza 20 gram dan 25 gram menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap semua perlakuan yang lain. Perlakuan kontrol positif pada berat kering batang memiliki hasil yang berbeda signifikan dengan tanaman yang diberi mikoriza 10 gram hingga 25 gram. Pada berat kering daun (gambar 9 dan tabel 5), hasil berat kering yang paling besar terjadi pada tanaman yang diberi perlakuan mikoriza dengan dosis 25 gram yaitu sebesar 4,78 gram. Sedangkan pada tanaman yang diberi perlakuan kontrol positif dan negatif mempunyai berat kering daun yang paling kecil yaitu sebesar 2,3 gram dan 2,84 gram. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, semakin tinggi dosis mikoriza yang diberikan, maka semakin tinggi pula berat kering akar yang dihasilkan. Akar yang terinfeksi mikoriza mempunyai berat kering yang lebih besar. Media tanam yang ditambah dengan mikoriza dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan tanpa mikoriza. Hal tersebut diduga karena adanya infeksi mikoriza dan logam Pb pada akar sehingga pada tanaman yang diberi penambahan dosis mikoriza mempunyai berat kering akar yang lebih besar daripada akar pada tanaman tanpa pemberian dosis mikoriza. Tanaman yang terinfeksi jamur mikoriza akan memyebabkan volume dan panjang akar semakin luas, sehingga unsur hara yang diserap oleh akar akan berpengaruh terhadap tinggi. Pemberian mikoriza tersebut diperkirakan dapat memperbaiki kondisi media yang selanjutnya mendukung penyerapan hara. Kelangsungan simbiosis antara tanaman dan mikoriza akan berpengaruh terhadap proses – proses metabolisme tanaman dapat mempengaruhi pembentukan akar – akar baru dan meningkatkan permiabilitas membran akar. Banyaknya akar – akar yang baru dengan permiabilitas membran yang tinggi akan menguntungkan bagi proses kolonisasi akar oleh mikoriza. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa akar yang bermikoriza mempunyai kandungan auksin yang lebih tinggi yang memungkinkan peningkatan pertumbuhan akar (Sastrahidayat, 2011). Tanaman yang diberi penambahan mikoriza, penyerapan unsur hara dalam tanah dapat lebih efektif walaupun terdapat logam Pb yang dapat menghambat penyaluran unsur hara ke seluruh jaringan tanaman. Unsur hara yang telah diserap mikoriza dapat di transpor ke seluruh organ tanaman dan dapat membantu ketersediaan bahan baku dari proses fotosintesis. Dugaan tersebut sesuai dengan Sastrahidayat (2011) yang menunjukkan bahwa mikoriza dapat menstimulasi pembentukan hormon. Zat pengatur tumbuh seperti vitamin juga pernah dilaporkan sebagai hasil metabolisme mikoriza. Mikoriza dapat menstimulus pembentukkan hormon seperti auksin, sitokinin, dan giberalin, yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, dengan adanya stimulasi produksi hormon pertumbuhan tersebut oleh mikoriza sehingga berpengaruh pada berat kering batang dan daun tanaman (Donely, 1994). Mikoriza memiliki jaringan hifa ekternal yang akan memperluas bidang serapan air dan hara. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh aliran masa seperti N, K dan P sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat. Disamping serapan hara, serapan P yang tinggi juga disebabkan karena hifa jamur juga mengeluarkan enzim phosphatase yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik, sehingga tersedia bagi tanaman dimana unsur P ini sangat dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan vegetatif tanaman salah satunya adalah batang dan daun. Unsur P juga sangat dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan generatif yaitu proses pembentukan bunga dan buah (Hardiani, 2009). Proses pembentukan bunga pada tanaman di pengaruhi oleh adanya unsur P. Peran mikoriza dalam membantu penyerapan air dan unsur hara, maka sel tumbuhan akan cepat tumbuh dan berkembang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Unsur P membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Mikoriza mampu menyerap unsur P yang tinggi disebabkan karena hifa jamur juga mengeluarkan enzim phosphatase yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik (Sastrahidayat, 2011). Hasil pembentukan bunga Dahlia pinnata pada penelitian ini hanya terjadi kontrol negatif, perlakuan dosis mikoriza 20 gram dan perlakuan dosis mikoriza 25 gram (Tabel 6). Bunga yang terbentuk pada tanaman Dahlia pinnata berupa kuncup dan mekar (Lampiran 10). Pada perlakuan kontrol negatif, bunga terbentuk pada setiap ulangan. Bunga mulai muncul pada minggu ke delapan. Pada minggu ke delapan ini terbentuk 6 kuncup bunga. Pada perlakuan tanpa mikoriza dan tanpa Pb ini terbentuk total 7 kuntum yang telah mekar sempurna, dan 8 kuncup. Pada perlakuan mikoriza dosis 25 gram, bunga hanya terbentuk pada 2 ulangan dan 2 ulangan yang lain tidak menunjukkan adanya bunga. Bunga terbentuk pada minggu kedelapan. Pada minggu ke delapan ini yang terbentuk hanya 2 kuncup. Pada perlakuan ini total bunga yang terbentuk adalah 4 kuntum bunga mekar dan 5 kuncup. Pada perlakuan mikoriza dosis 20 gram, bunga terbentuk hanya pada 1 ulangan sedangkan 3 ulangan yang lain tidak tumbuh bunga. Bunga mulai terlihat pada minggu ke sepuluh. Pada minggu ke sepuluh ini yang terbentuk hanya 1 kuncup. Total bunga yang terbentuk pada perlakuan ini adalah 1 kuntum bunga mekar dan 2 kuncup. Tabel 5. Pengaruh mikoriza terhadap jumlah bunga Dahlia pinnata umur 12 minggu. Perlakuan Kuncup Mekar Perlakuan 1 0 gram mikoriza dan 0 ppm 8 7 Pb(NO3)2 Perlakuan 2 0 gram mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 3 5 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 4 10 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 5 15 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 6 2 1 20 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 7 25 gram Mikoriza + 200 ppm 5 4 Pb(NO3)2 Perlakuan tanpa mikoriza dan tanpa Pb memiliki hasil yang paling baik dalam pembentukan bunga dibandingkan dengan perlakuan mikoriza dosis 20 gram dan 25 gram. Menurut Hardiani (2009), tanaman dapat mengakumulasi logam dalam jumlah yang besar tetapi pertumbuhannya sangat lambat atau biomassa tanaman rendah. Kondisi ini sejalan dengan data pembentukan bunga yang rendah dibandingkan dengan pada media tanah tidak terkontaminasi, sehingga diperkirakan terjadi pemekatan konsentrasi dalam akar tanaman. Pembentukan bunga pada tanaman bermikoriza dosis 25 gram lebih baik daripada pada dosis mikoriza 20 gram. Hal ini dikarenakan lebih banyaknya mikoriza yang ada dapat menyerap nutrisi yang dibutuhkan tanaman lebih banyak. Mikoriza diduga mampu menyerap unsur P yang tinggi disebabkan karena hifa jamur juga mengeluarkan enzim phosphatase yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik. Pada perlakuan mikoriza dengan dosis 0 gram, 5 gram, 10 gram, dan 15 gram tidak terbentuk bunga, hal ini diduga sedikitnya mikoriza kurang dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan akan unsur P untuk pembentukan bunga yang selain itu juga dihambat oleh adanya logam Pb. Pada proses pembungaan, tanaman membutuhkan hormonhormon untuk proses pembentukan bunga. Mikoriza G. fasciculatum mempengaruhi keseimbangan hormon tanaman dalam pembentukan bunga (Sastrahidayat, 2011). Logam Pb masuk dalam sel dan berikatan dengan enzim sebagai katalisator, sehingga reaksi kimia di sel tanaman akan terganggu. Hal tersebut akan mempengaruhi produksi hormon pada tumbuhan. Hormon tumbuhan tersebut sangat penting dalam proses pembungaan terutama hormon giberelin. Oleh sebab itu, tanaman yang menyerap Pb, memiliki produksi hormon yang lebih sedikit sehingga proses pembungaan menjadi terganggu (Haryati, 2012). Albooghobaish and Zarinkamar (2011) menyatakan bahwa kontaminasi Pb pada tanaman diketahui dapat berakibat pada penurunan perkecambahan biji, klorosis pada daun, menghambat pertumbuhan akar dan tunas, mengganggu proses fotosintesis, menghambat aktivitas enzim dan hormon pertumbuhan. Masing-masing hormon dan enzim memiliki peran dan fungsi penting dalam membantu pertumbuhan tanaman. Hormon auksin, etilen, dan ABA (asam absisat) mempengaruhi proses pembentukan bunga dan hormon giberelin dapat merangsang pembentukan bunga lebih awal. Dengan adanya kandungan Pb dalam media tanah yang diberikan dapat menghambat kerja hormon dan enzim pada tanaman, sehingga proses pembungaan terhambat. Logam berat dapat mengganggu kerja enzim, sehingga mengganggu proses metabolisme pada tanaman, dan berpengaruh terhadap pembentukan sel-sel dan jaringan tanaman, khususnya pada jaringan meristem. Akibat adanya gangguan kerja pada jaringan meristem, maka akan menghambat pembentukan dan perpanjangan organ tanaman, menghambat proses respirasi dan fotosintesis pada tanaman. Hal ini akan mengurangi pembentukan klorofil daun dan menyebabkan pembentukan luas daun terhambat sehingga proses fotosintesis tanaman juga akan terganggu. Gangguan pembentukan klorofil ini diakibatkan oleh tergantikannya peran Mg2+ sebagai penyusun klorofil oleh logam berat non esensial seperti Pb. Terganggunya proses metabolisme dan fotosintesis diduga dapat mempengaruhi proses pembungaan yang terjadi pada penelitian ini (Rossiana, 2003). Pengaruh Pemberian Glomus fasciculatum Pada Dahlia pinnata Terhadap Akumulasi dan Efisiensi Pb Akumulasi timbal (Pb) diukur dengan menggunakan ICP. Bagian tanaman yang diukur akumulasi timbal adalah akar, batang dan daun. Hasil uji ANOVA pada uji akumulasi Pb di akar, batang, dan daun menunjukkan bahwa perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh sehingga dilakukan uji lanjutan Duncan yang menunjukkan bahwa penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh nyata terhadap akumulasi Pb di akar, batang, dan daun (Lampiran 6). Akumulasi logam Pb oleh akar tanaman Dahlia pinnata terbesar pada perlakuan dengan penambahan mikoriza dosis 25 gram dan akumulasi logam paling sedikit pada akar tanaman dengan perlakuan tanpa mikoriza dengan Pb. Berikut hasil uji Duncan akumulasi Pb pada akar, batang, dan daun : Tabel 6. Pengaruh mikoriza terhadap akumulasi logam Pb pada Dahlia pinnata (mg/kg) umur 12 minggu. Perlakuan Perlakuan 1 0 gram mikoriza dan 0 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 2 0 gram mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 3 5 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 4 10 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 5 15 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 6 20 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 7 25 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Akar Batang Daun 0,22 a 0,20 a 0,21 a 2,44 b 2,27 c 2,73 c 3,02 bc 1,12 b 1,74 bc 3,50 cd 0,96 b 1,73 b 3,75 cd 0,97 b 1,50 b 4,20 d 0,81 b 1,42 b 5,97e 0,64 ab 1,31 b Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada kolom dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%. Akumulasi Logam Pb 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 akar 2.00 batang 1.00 daun 0.00 1 2 3 4 5 6 7 perlakuan Gambar 4. Akumulasi logam Pb pada tanaman Dahlia pinnata. Dari grafik diatas (gambar 10) dapat dilihat bahwa akumulasi logam Pb pada akar tanaman Dahlia pinnata yang bermikoriza lebih tinggi dari akar yang tidak bermikoriza. Akumulasi Pb pada akar tanaman paling sedikit pada perlakuan kontrol negatif. Hal ini dikarenakan tidak ada penambahan Pb pada media tanam. Akumulasi Pb tertinggi di akar yaitu pada perlakuan dosis mikoriza 25 gram sebesar 5,97 yang merupakan perlakuan yang paling berpengaruh signifikan dari perlakuan yang lain (Tabel 7). Akar yang bermikoriza ini dapat mengakumulasi logam Pb lebih banyak. Mekanisme perlindungan oleh mikoriza terhadap logam berat yaitu melalui penimbunan unsur tersebut dalam akar yang telah bersimbiosis dengan mikoriza, sehingga menyebabkan akar dapat menyerap logam Pb lebih banyak (Hardiani, 2009). Akumulasi logam Pb pada batang dan daun tanaman Dahlia pinnata memiliki hasil yang berbeda dengan akar (Tabel 7). Akumulasi logam Pb pada batang tanaman yang tidak bermikoriza lebih besar dari akumulasi logam Pb pada tanaman yang bermikoriza. Akumulasi Pb pada batang dan daun tanaman paling sedikit pada perlakuan kontrol negatif. Hal ini dikarenakan tidak ada penambahan Pb pada media tanam. Akumulasi Pb tertinggi di batang dan daun yaitu pada perlakuan kontrol positif yang merupakan perlakuan yang paling berpengaruh signifikan dari perlakuan yang lain. Menurut Hardiani (2009), hal ini disebabkan karena mekanisme perlindungan oleh mikoriza terhadap logam berat yaitu melalui penimbunan unsur tersebut dalam akar yang telah bersimbiosis dengan mikoriza, sehingga menyebabkan akar dapat menyerap logam Pb lebih banyak dibandingkan batang dan daun. Penyimpanan Pb di akar melibatkan pengikatan dengan dinding sel dan pengendapan ekstraseluler terutama dalam bentuk timbal karbonat, yang disimpan di dalam dinding sel. Pada konsentrasi rendah, timbal dapat berpindah melalui jaringan akar, terutama melalui apoplas dan secara radial melalui korteks, kemudian timbal diakumulasi di dekat endoderm. Endoderm ini berfungsi sebagai partial barrier terhadap pemindahan Pb dari akar ke tunas (Siswanto, 2009). Hal ini diduga sebagai salah satu alasan adanya akumulasi Pb di akar lebih besar daripada di tunas. Akumulasi logam Pb pada daun lebih besar dibandingkan pada batang, hal ini dikarenakan logam Pb telah di lokalisasi pada bagian sel tertentu biasanya pada bagian vakuola daun untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tanaman tersebut (Priyanto, 2006). Akumulasi logam berat Pb pada akar tanaman melalui bantuan transport liquid dalam membran akar, akan membentuk transpor logam kompleks yang akan menembus xilem dan menuju ke sel daun tanaman. Setelah sampai di daun akan melewati plasmalema, sitoplasma, dan vakuola, dimana logam Pb akan terakumulasi dalam vakuola yang tidak akan berhubungan dengan proses fisiologi sel tumbuhan. Menurut Donelly (1994)), mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau penimbunan unsur tersebut dalam hifa jamur. Logam Pb yang diakumulasi oleh tanaman Dahlia pinnata ini cenderung sangat sedikit jika dibandingkan dengan penambahan logam Pb(NO3)2 sebanyak 200 mg/kg yang berarti sebanyak 125 mg/kg logam Pb yang ditambahkan. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat daun terjadi proses transpiransi, proses ini adalah akumulasi logam Pb dan logam Pb tersebut diuapkan ke udara melewati stomata daun. Proses transpirasi ini menggunakan matahari sebagai sistem yang membantu transpirasi. Pada saat transpirasi terjadi akar tanaman menghisap zat cair. Selain itu dapat disebabkan karena ion Pb dapat berpindah dari media tanam melalui proses penguapan, ion Pb tersebut berikatan dengan oksigen membentuk ion Pb(O3)2. Oksigen ikut bereaksi dengan air pada media tanam dan berikatan dengan ion Pb. Timbal (Pb) tidak seluruhnya masuk ke dalam tanaman disebabkan karena pengendapan Timbal (Pb) yang berupa molekul garam dalam air (Haryati, 2012). Logam berat diserap oleh akar tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut dalam air seperti unsur hara yang ikut masuk bersama aliran air. Lingkungan yang banyak mengandung logam berat Timbal (Pb), membuat protein regulator dalam tumbuhan tersebut membentuk senyawa pengikat yang disebut fitokhelatin. Fitokhelatin merupakan peptida yang mengandung 2-8 asam amino sistein di pusat molekul serta suatu asam glutamat dan sebuah glisin pada ujung yang berlawanan. Fitokhelatin dibentuk di dalam nukleus yang kemudian melewati retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi, vasikula sekretori untuk sampai ke permukaan sel. Bila bertemu dengan Timbal (Pb) serta logam berat lainnya fitokhelatin akan membentuk ikatan sulfida di ujung belerang pada sistein dan membentuk senyawa kompleks sehingga Timbal (Pb) dan logam berat lainnya akan terbawa menuju jaringan tumbuhan. Semakin tinggi kadar Pb dalam media tanam, maka penurunan laju pertumbuhan tanaman semakin meningkat. Penurunan laju pertumbuhan tanaman terjadi karena logam Pb masuk dalam sel dan berikatan dengan enzim sebagai katalisator, sehingga reaksi kimia di sel tanaman akan terganggu. Gangguan dapat terjadi pada jaringan epidermis, sponsa dan palisade. Kerusakan tersebut dapat ditandai dengan nekrosis dan klorosis pada tanaman (Haryati, 2012). Kemampuan dalam beradaptasi pada lingkungan tercemar logam berat dan kemampuan dalam mengakumulasi logam berat tidak dimiliki oleh semua tumbuhan. Beberapa tumbuhan yang mampu mengakumulasi logam berat juga memiliki kemampuan yang berbedabeda. Dahlia pinnata merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk spesies ruderal (spesies yang mampu berkembang dalam lingkungan tercemar serta mempunyai siklus hidup yang relatif cepat), dapat mengakumulasi pencemar dalam jumlah yang besar tanpa menampakkan gejala kerusakan eksternal (Sagita, 2002). Besarnya kemampuan suatu tumbuhan dalam menyerap logam berat tersebut dapat diketahui dengan mengukur efisiensi serapan logam. Efisiensi serapan logam Pb dihitung berdasarkan jumlah rasio kandungan logam pb dalam tanaman (akar, batang, dan daun) terhadap jumlah logam dalam media. Hasil uji ANOVA pada uji efisiensi serapan logam Pb menunjukkan bahwa perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh sehingga dilakukan uji lanjutan Duncan yang menunjukkan bahwa penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh signifikan terhadap efisiensi serapan logam Pb (Lampiran 6). Berikut hasil uji Duncan efisiensi serapan logam Pb oleh tanaman Dahlia pinnata : Tabel 7. Pengaruh mikoriza terhadap efisiensi serapan logam Pb pada Dahlia pinnata umur 12 minggu. Perlakuan Efisiensi Serapan Pb Perlakuan 1 0 gram mikoriza dan 0 ppm Pb(NO3)2 0,94% a Perlakuan 2 0 gram mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 3 5 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 4 10 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 5 15 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 6 20 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 Perlakuan 7 25 gram Mikoriza + 200 ppm Pb(NO3)2 8,07% b 9,06% b 11,78% c 12,18% c 13,98% c 18,34% d Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada kolom dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%. Persentase serapan logam 20.00% 15.00% Efisiensi Serapan Logam Pb 10.00% 5.00% 0.00% 1 2 3 4 5 6 7 Perlakuan Gambar 5. Efisiensi serapan logam Pb pada tanaman Dahlia pinnata. Perlakuan kontrol negatif memiliki hasil yang paling kecil yaitu hanya sebesar 0,94% (Tabel 8). Hal tersebut dikarenakan tidak ada penambahan Pb dalam media tanam. Pada perlakuan control positif, efisiensi penyerapan Pb sebesar 8,07%. Efisiensi penyerapan pada perlakuan tersebut merupakan nilai yang paling kecil dibandingkan dengan perlakuan dosis mikoriza dengan penambahan Pb. Hal tersebut dikarenakan pada dasarnya tanaman Dahlia pinnata ini merupakan tanaman hiperakumulator. Menurut Hardiani (2009), tanaman Dahlia pinnata dapat mengakumulasi pencemar dalam jumlah yang besar tanpa menampakkan gejala kerusakan eksternal. Efisiensi serapan logam Pb meningkat seiring dengan penambahan dosis mikoriza yang ditambahkan (Gambar 11). Hasil efisiensi serapan Pb yang berpengaruh signifikan jika dibandingkan dengan kontrol adalah pada perlakuan dosis 10 gram mikoriza hingga dosis mikoriza 25 gram. Namun pada setiap perlakuan yang memiliki hasil paling berpengaruh nyata adalah pada dosis mikoriza 25 gram. Hal tersebut diduga bahwa semakin besar dosis mikoriza yang ditambahkan maka semakin besar pula efisiensi serapan logam Pb (gambar 11). Selain itu diduga mikoriza dapat membantu membuat tanah menjadi bersifat lebih asam yang diakibatkan adanya sekresi metabolit sekunder yang dihasilkan mikoriza seperti asam organik. Menurut Sarwono (1994), bahwa pada reaksi tanah yang masam, unsur-unsur mikro akan menjadi mudah larut. Keadaan tanah dengan pH masam menyebabkan logam-logam berat yang terkandung dalam medium tersebut menjadi larut dan aktif diserap oleh tanaman. Mikoriza memegang peranan penting dalam melindungi akar tanaman dari unsur toksik, diantaranya yaitu logam berat. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur toksik oleh mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi, atau akumulasi unsur tersebut dalam hifa jamur. Penyerapan unsur-unsur mikro oleh tanaman bermikoriza bergantung kepada beberapa faktor, yaitu kondisi fisik-kimia tanah, tingkat kesuburan tanah, pH, jenis tanaman, serta konsentrasi unsur-unsur mikro di dalam tanah (Hardiani, 2009). Hal ini menurut Rossiana (2003), terjadi karena mikoriza diketahui dapat mengikat logam tersebut pada gugus karboksil dan senyawa pektak (hemiseslulosa) pada matriks antar permukaan kontak mikoriza dan tanaman inang, pada selubung polisakarida dan dinding sel hifa. Mekanisme perlindungan mikoriza terhadap logam berat juga telah dilaporkan oleh Lasat (2002), yang menyatakan bahwa Mikoriza dapat mengikat ion-ion logam dalam dinding sel hifanya dan dapat melindungi tanaman dari ion-ion logam tersebut. Logam berat disimpan dalam crystaloid di dalam miselium jamur dan pada sel-sel korteks akar tanaman bermikoriza. Tumbuhan pada saat menyerap logam berat, akan membentuk suatu enzim reduktase di membran akarnya. Reduktase ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui mekanisme khusus di dalam membran akar. Pada saat terjadi translokasi di dalam tubuh tanaman, logam yang masuk ke dalam sel akar, selanjutnya diangkut ke bagian tumbuhan yang lain melalui jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan logam diikat oleh molekul kelat. Pada konsentrasi rendah logam berat tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman tetapi pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan kerusakan baik pada tanah, air maupun tanaman (Dwidjoseputro, 1994). Jamur mikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap logam beracun dengan melalui akumulasi logam-logam dalam hifa ekternal sehingga mengurangi serapannya ke dalam tanaman inang. Pemanfaatan jamur mikoriza dalam bioremidiasi tanah tercemar, disamping dengan akumulasi bahan tersebut dalam hifa, juga dapat melalui mekanisme pengkomplekan logam tersebut oleh sekresi hifa ekternal. Hal ini menunjukkan bahwa ada mekanisme filtrasi, sehingga bahan beracun tersebut tidak sampai diserap oleh tanaman (Donelly, 1994). KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Dosis 25 gram mikoriza Glomus fasciculatum merupakan dosis yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan Dahlia pinnata pada parameter tinggi tanaman, berat kering tanaman (akar,batang, dan daun) serta paling berpengaruh signifikan dalam pembentukan bunga. 2. Dosis 25 gram mikoriza Glomus fasciculatum dapat meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman dahlia serta meningkatkan akumulasi logam Pb pada akar tanaman dahlia dan menghambat akumulasi Pb pada batang dan daun. DAFTAR PUSTAKA Adholeya dan Gaur, A. 2004. Prospect of Arbuscular Mycorrizal fungiin Phytoremediation of Heavy Metal Contaminated Soils. Centre for Mychorrhizal Research, The Energy and Resources Institute, Darbari Seth Block, Habitat Place, Lodhi road, New Delhi. Aisyah, L dan Hardiani, H. 2009. Fitoremediasi Tanah Terkontaminasi Logam Cu Limbah Padat Proses Deinking Industri Kertas Oleh Tanaman Bunga Matahari L.) Dengan annuus (Helianthus Penambahan Mikoriza. BS, Vol. 44, No.1. Bandung. Albooghobaish, N. and F. Zarinkamar. 2011. Effect of Lead Toxicity on Pollen Grains in Matricaria chamomilla. International conference on Bioscience, Biochemistry and Bioinformatics IPCBEE Vol 5. IACSIT Press. Singapore. Alkareji. 2008. Pemanfaatan Mycorrhizal Helper Bacteria (Mhbs) dan Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Sengon (Paraserianthes Falcataria (L.) Nielsen) di Persemaian. Tugas Akhir Institut Pertanian Bogor. Departemen Silvikultur: Bogor. Astiko, W. 2009. Pengaruh Paket Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai Di Lahan Kering. Universitas Mataram. Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta. Donelly, PK. 1994. Potential Use of Mycorrhizal Fungi as Bioremediation Agents. American Chemical Society. USA. 94-97. Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fitter, A.H & Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan oleh Sri Andani dan E.D. Purbayanti. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Hardiani, H. 2009. Potensi Tanaman Dalam Mengakumulasi Logam Cu Pada Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri Kertas.BS,Vol.44,No.1. Bandung. Haryati, M., Purnomo, T., dan Kuntjoro, S. 2012. Kemampuan Tanaman Genjer (Limnocharis Flava (L.) Buch.) Menyerap Logam Berat Timbal (Pb) Limbah Cair Kertas pada Biomassa dan Waktu Pemaparan Yang Berbeda. Lateral Bio Vol. 1 No. 3. Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung. Imas, T., R. S. Hadioetomo dan Gunawan, Y. Setiadi. 1989. Mikrobiologi Tanah II. Dirjen Dikti. PAU Bioteknologi IPB. Lakitan, B. 2001. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nurhayati. 2010. Pengaruh Waktu Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular Pertumbuhan Tomat. J. Agrivigor Vol.9 No.3. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit PT Rieneka Cipta. Jakarta. Priyanto, B dan Prayitno 2007. Fitoremediasi Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan Pencemaran, Khususnya Logam Berat. Jurnal Informasi Fitoremediasi. Rossiana, N. 2003. Penurunan Kandungan logam Berat dan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria L (Nielsen)) Bermikoriza Dalam Medium limbah Lumpur Minyak Hasil Ekstraksi. Universitas Padjajaran: Bandung. Sagita, W.A. 2002. Uji Kemampuan Akumulasi Logam Kadmium dari Media oleh Rumput Gagajahan (Panicum maximum Jacq). Skripsi S1 Biologi ITB. Santi, D.N. 2001. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya. Universitas Sumatera Utara. Sarief, Saefudin. 1993. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung Sarwono, Hardjowigeno. 1995. Ilmu Tanah. Penerbit Akademia Pressindo. Jakarta Sastrahidayat, I. R. 2011. Rekayasa pupuk Hayati Mikoriza Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian. Universitas Brawijaya Press. Malang. Sieverding, E. 1991. Vesicular Arbuscular Mychorrizhal Management in Tropical Agrosystems (GTZ). Federal Republic of Germany : Germany. Siswanto, D. 2009. Respon Pertumbuhan Kayu stratiotes L.) Jagung Apu (Pistia (Zea mays L.) dan Kacang Tolo (Vigna sinensis L.) terhadap Pencemar Timbal (Pb). Universitas Brawijaya: Malang. Smith, J. 1981. Air Pollution and Forest Ecosystems. Springer Verlag. New York. Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat Dengan Menggunakan Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan. Dalam Seminar on-Air Bioteknologi untuk Indonesia abad 21. Tauchid, I. 2011. Pengaruh Glomus aggregatum Yang Diinokulasikan Pada Vetiver (Chrysopogon zizanioides) Dalam Menurunkan Total Petroleum Hydrocarbon. Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Program Studi Biologi: Surabaya. Tisdall, J.M. 1991. Fungal hyphae and structural stability of soil. J. Soil. Res. 29:729-743. Australia