PENINGKATAN PRODUKTIFITAS DAN PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA DENGAN PENDEKATAN PELATIHAN EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (EFT) DAN HOME CARE DI RSUD. BANYUMAS INCREASED PRODUCTIVITY AND PREVENTION OF RELAPSE DISORDERS MENTAL APPROACH TO TRAINING EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (EFT) AND HOME CARE IN HOSPITALS. BANYUMAS Suryanto1), Siti Harwanti2), Wahyu Ekowati3) 1-2) Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed Purwokerto 3) Jurusan Keperawatan FKIK Unsoed Purwokerto ABSTRACT Productivity is influenced by the physical and mental health status. Mental disorders in individuals of reproductive age who are either light or heavy will impact on the decline in labor productivity (patients) who suffer. One of the psychological therapies that can reduce stress in patients with psychiatric disorders is the Emotional Freedom Technique (EFT). The purpose of research is to apply EFT training to improve the condition of our emotions, thoughts and behaviors so as to prevent the recurrence of mental illness.The study was conducted with the survey and participant observation. The data source is the patient, family, hospital health care team. Banyumas. Conducted a prospective approach with instruments such as questionnaires and observation sheets. Sampling technique using purposive sampling with the number 20. Respondents were given a training intervention EFT and home care later in the evaluation of pre-posttest. After discharge from the hospital respondents made observations in the home. The analysis was done descriptively. Results of the 20 respondents, primary and secondary education respectively 8 people (40%) and high school graduates there are 4 people (20%). Sex female respondents, there were 12 people (60%) and men there are 8 people (40%). preand posttest used before and after training EFT rise of scores by an average of 20%, on the training of how to socialize with other people increases the pre and posttest scores from an average of 35% and the increase in training on personal hygiene of the pre and posttest scores an average of 45 %. Conclusion are need socialize EFT training, home care and personnel hygiene can be a provision for mental patients before discharge and to prevent recurrence. Respondents can be more confident in life and want to work as usual. Keywords :Productivity,training, observation Kesmasindo. Volume 5( 2) Juli 2012, hlm. 180- 190 180 181 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190 PENDAHULUAN setiap harinya berkisar antara 45-60 Produktivitas pada seseorang orang. Petugas di poliklinik jiwa yaitu dipengaruhi oleh status kesehatan fisik 2 orang dokter spesialis jiwa dan 1 dan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa orang perawat. Sedangkan pelayanan dapat terjadi meliputi pada gangguan setiap orang rawat inap di Ruang Sakura terbagi 3 jiwa ringan shift (pagi, sore dan malam). maupun berat. Gangguan jiwa pada Pelayanan perawatan kepada pasien individu baik yang bersifat ringan dilakukan oleh 15 perawat. Pelayanan mapun berat tentu akan berimbas pada perawatan telah dilakukan dengan baik penurunan produktifitas kerja pada oleh perawat walaupun masih belum orang menderita maksimal. Hal ini disebabkan oleh (Bastaman,2010). Salah satu terapi beban kerja yang banyak dan jumlah psikologis digunakan pasien yang banyak yaitu 95-120 untuk mengurangi stress pada pasien orang pasien setiap harinya. Tujuan gangguan Emotional penelitian adalah untuk menerapkan Freedom Technique (EFT). Terapi pelatihan EFT, cara bersosialisasi dan EFT cara (pasien) yang yang dapat jiwa dalam adalah bidang klinis dapat personal higiene untuk digunakan untuk memperbaiki kondisi memperbaiki kondisi emosi, pikiran emosi, pikiran dan perilaku. Terapi dan perilaku sehingga dapat mencegah EFT dalam jangka panjang dapat kekambuhan penyakit jiwa. meningkatkan menurunkan sikap fungsi kecemasan, bermusuhan, psikologis, depresi, sensitivitas berlebihan, paranoid dan psikotik. RSUD. melayani Banyumas pasien yang METODE PENELITIAN Penelitian survei dan dilakukan observasi dengan partisipatif. bertugas Sumber data adalah pasien, keluarga, mengalami tim kesehatan RSUD. Banyumas. gangguan fisik dan gangguan jiwa. Pendekatan Pelayanan kesehatan pasien gangguan prospektif dengan instrumen berupa jiwa dilakukan melalui rawat jalan kuesioner maupun rawat inap. Jumlah pasien Teknik yang berobat di poliklinik rawat jalan purposive sampling dengan jumlah 20 dilakukan dan lembar sampling secara observasi. menggunakan Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa 182 orang. Pemilihan responden dilakukan terhadap kondisi pasien. Kegiatan oleh peneliti bersama petugas ruang bimbingan home care yang dilakukan rawat inap. Responden dipilih yang antara lain kebiasaan personal higiene, sudah dalam taraf pemulihan, usia cara berhubungan dengan orang lain, produktif (20-55 tahun), sudah mau rutinitas minum obat dan kontrol dan pengobatan yang teratur. mampu berkomunikasi dan bekerjasama serta ditemani oleh pihak keluarga. Responden diberi intervensi HASIL DAN PEMBAHASAN pelatihan EFT dan home care yaitu 1. Hasil cara bersosialisasi dengan orang lain dan personal dilakukan higiene. pelatihan Sebelum responden dilakukan pretest. Setelah dilakukan 3 kali sesi pelatihan di evaluasi postest. Setelah responden (pasien) diizinkan pulang oleh dokter dari rumah sakit dilakukan observasi di rumah pasien. Observasi dilakukan untuk melihat perubahan emosi, sikap dan perilaku pasien di rumah. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Kegiatan pelatihan kepada responden (pasien dan keluarga) dilakukan dengan kerjasama tenaga kesehatan rumah sakit khususnya perawat ruang sakura. Pelatihan EFT dilakukan pada keluarga pasien yang menunggui di RS dan pasien yang sudah dalam tahap pemulihan. Pelatihan ini bertujuan agar keluarga pasien dan pasien lebih tenang, tidak cemas yang berlebihan atau khawatir yang berlebihan a. Gambaran Proses Penelitian Upaya untuk kekambuhan dapat mencegah gangguan diterapkan jiwa metode pelatihan Emotional Freedom Technique (EFT) dan advokasi home care pada pasien dan keluarga. Emotional Freedom Technique merupakan salah satu psikoterapi yang dapat diintegrasikan dengan terapi medis untuk membantu pasien mengatasi dan mengelola stress. Responden diberi intervensi pelatihan EFT dan home care berupa pelatihan bersosialisasi higiene cara dan personal sewaktu masih melakukan rawat inap di rumah sakit kemudian di evaluasi prepostest. Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Setelah pasien diizinkan Banjarnegara 184 dan Kabupaten Setelah dilakukan pulang oleh dokter ke rumah Cilacap. kemudian dilakukan observasi kemudian dilakukan observasi kepada keluarga di kegiatan pasien rumah da pasien. Kegiatan observasi dilakukan kepada pasien dan keluarga yang sudah pulang di rumah masingmasing Tabel 1. yaitu di evaluasi yang telah dilakukan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. b. Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur berdasarkan jenis kelamin Umur Responden Frekuens Persentase (tahun) i (orang) (%) 11-20 1 5,00 21-30 5 25,00 31-40 11 55,00 41-50 2 10,00 51-60 1 5,00 Jumlah total 20 100,00 1. Persentase (orang) (%) Laki-laki 8 40,00 Perempuan 12 60,00 20 100,00 bahwa menunjukkan (55%) dan responden yang paling sedikit adalah usia 11-20 tahun dan masing-masing Frekuensi Tabel berusia 31-40 tahun yaitu 11 orang tahun Jenis kelamin Jumlah total bahwa mayoritas responden adalah 51-60 intervensi Kabupaten Distribusi frekuensi responden Tabel terhadap menunjukkan responden perempuan sebanyak 12 orang (60%) dan responden laki-laki- sebanyak 8 responden (40%). d. Distribusi tingkat pendidikan Karakteristik khalayak responden 1 orang (5%). 2. sasaran berdasarkan tingkat pendidikannya seperti tampak pada c. Karakteristik responden dasarkan jenis kelamin ber- tabel 3. Tabel 3. Distribusi frekuensi responden pelatihan tentang home care yang berdasar-kan tingkat pendidikan berkiatan dengan personal higiene, Frekuensi Persentase (orang) (%) SD 8 40,00 SMP 8 40,00 SMA 4 20,00 Setelah 20 100,00 dilakukan Pendidikan Jumlah total cara berhubungan dengan orang lain, minum obat yang rutin dan kontrol pengobatan yang teratur. Tabel 3. menunjukkan bahwa pasien dan keluarga pelatihan kemudian dilakukan evaluasi postest kemudian nilai postest tingkat pendidikan SD dan SMP dibandingkan dengan nilai pretest. masing-masing 8 orang (40%) dan Keluarga dan pasien juga diberikan yang pendidikan SMA ada 4 orang pelatihan EFT. Hasil selengkapnya (20%). skor nilai pre dan postest pada pasien e. Gambaran Hasil Pelatihan EFT, dan keluarga tentang kegiatan pelatihan EFT, pelatihan Cara Bersosialisasi dan Personal tentang Hygiene dengan orang lain dan pelatihan cara-cara bersosialisasi tentang personal hygiene seperti Keluarga penunggu pasien tampak pada tabel 4. dan pasien diberi penyuluhan dan Tabel 4. Gambaran Hasil Pelatihan EFT, Cara Bersosialisasi dan Personal hygienne No. Responden EFT Sosialisasi Personal hygiene Pre Post Pre Post Pre Post 1. 35 60 30 60 30 70 2. 40 60 35 65 30 60 3. 50 60 35 65 35 65 4. 30 50 30 70 40 70 5. 40 50 40 65 35 65 6. 35 50 40 70 40 65 185 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190 No. EFT Responden Sosialisasi Personal hygiene Pre Post Pre Post Pre Post 7. 35 55 35 70 35 65 8. 35 50 30 70 30 70 9. 40 50 35 65 40 65 10. 40 60 30 70 35 65 11. 50 70 70 100 85 100 12. 50 65 75 100 75 100 13. 50 70 70 100 80 100 14. 50 70 70 100 80 100 15. 40 70 70 100 85 100 16. 40 65 75 100 80 100 17. 40 70 80 100 80 100 18. 30 75 75 100 75 100 19. 40 75 70 100 80 100 20. 35 60 75 100 80 100 Tabel 4. menunjukkan 2. Pembahasan seluruh responden setelah dilakukan intervensi EFT, personal sosialisasi higiene peningkatan. Pada dan mengalami kegiatan EFT mengalami kenaikan skor pre dan postest rata-rata 20%. Pada kegiatan penyuluhan tentang cara bersosialisasi dengan orang lain mengalami kenaikan skor pre dan postest rata-rata 35% dan pada kegiatan penyuluhan tentang personal higiene mengalami kenaikan skor dari pre dan postest sebesar rata-rata 45% Hasil penelitian ini menunjuk-kan gangguan kesehatan psikis (mental) sangat mempengaruhi sikap dan perilaku individu serta produktivitas kerja. Sedangkan individu untuk dapat bersikap dengan baik dan sesuai dengan value di masyarakat harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang sesuatu obyek tertentu seperti bekerja, berteman, mandi, makan, meminum obat secara teratur, dll. Pengetahuan tentang cara bekerja, cara bersosialisasi, meminum obat secara teratur dan Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa personal higiene merupakan 186 terbuka. Dengan pelatihan EFT pengetahuan dasar dan sederhana seseorang namun harus dikuasai pada setiap menghadapi masalah tidak dengan orang. Bagi seseorang yang sehat emosional, marah, mengamuk dan pengetahuan tersebut merupakan lain-lain. Namun masalah yang hal yang biasa namun bagi seorang sedang dihadapi harus dihadapi yang mengalami gangguan jiwa dengan sikap positif, tidak merusak harus diajarkan dengan pelan, sabar dan optimis masalah akan dapat dan bertahap. diselesiakan (Emy, 2009). Pelatihan EFT dapat juga dilatih agar Hal ini sesuai dengan yang dilakukan pada orang yang sehat dikemukakan maupun sedang orang sakit. Pada (2005) orang seseorang dipengaruhi oleh umur, yang sehat kekhawatiran, kecemasan, ketakutan sering tingkat oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan pendidikan, pekerjaan, terjadi pada suatu obyek. Begitu tingkat ekonomi, paparan media juga pada orang yang sedang sakit, massa orang mengalami Pengetahuan kecemasan, merupakan dasar bagi seseorang kekhawatiran dan ketakutan. Pada untuk melakukan suatu tindakan orang yang mengalami penyakit sehari-hari. cenderung peningkatan dan pengalaman. pada seseorang kronis ini sering dijumpai seperti Perilaku merupakan faktor pasien diabetes melitus, kecemasan terbesar kedua setelah lingkungan kronis, yang dan lain-lain. Dengan mempengaruhi kesehatan pelatihan EFT seseorang (pasien) individu. Oleh sebab itu perilaku akan dilatih untuk yang tidak sehat perlu di intervensi mempunyai kesadaran untuk mau dan mampu agar menerima keadaan dengan iklas melakukan perilaku yang sehat dan dan cara merespon masalah yang dapat bekerja sesuai kebiasaan sedang dihadapi secara konstruktif sehari-hari. Berdasarkan beberapa seperti riset kepada dengan orang berkeluh kesah lain dan menceritakan dengan jujur dan individu dapat terdahulu bahwa berubah untuk merubah perilaku pada seseorang yang berperilaku tidak sehat 187 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190 menjadi berperilaku sehat di dan keterampilan khusus. keluarga dan masyarakat dapat Pembentukan sikap pada seseorang dilakukan dengan pendidikan terjadi karena adanya interaksi kesehatan atau penyuluhan sosial yang dialami oleh orang kesehatan (Maulana, 2009). tersebut. Dalam interaksi sosial Pada penelitian ini kegiatan tersebut seseorang akan observasi pada saat home care membentuk pola sikap tertentu dilakukan yang terhadap berbagai objek psikologis sudah diizinkan pulang ke rumah yang dihadapinya. Berbagai faktor oleh dokter penanggung jawabnya. yang mempengaruhi sikap antara Kegiatan lain kepada pasien observasi secara pengalaman partisipatif dengan cara advokasi kebudayaan, dengan tujuan untuk memberikan dianggap pendampingan kepada pasien dan berpengaruh, media massa serta keluarga di rumah. Hal ini sangat faktor emosi dalam diri individu penting sebab sepulang dari unit (Azwar, 2011). perawatan di rumah sakit biasanya orang pribadi, lain penting Seseorang yang yang atau sudah pasien akan menghadapi banyak hal mempunyai pengetahuan dan sikap terkait dengan adaptasi dengan yang baik perlu diberi pelatihan lingkungan sosialisasi agar dapat berkembang. Menurut dengan orang lain di rumah atau Yoder (1965) agar pelatihan dapat masyarakat berhasil dengan baik maka perlu rumah, dan kemungkinan masalah stigma. Oleh karena itu, diperhatikan kegiatan pendampingan (advokasi) berikut: menjadi satu hal yang diharapkan relations dapat membantu pasien gangguan motivation, active participation, jiwa mengatasi masalahnya 8 faktor individual to job sebagai differences, analysis, selection of trainers, selection of Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekamb sepulang dari rumah sakit. trainees, trainers training and Individu untuk bisa bekerja dan mempunyai produktivitas kerja training methods (As’ad, 2004). Berdasarkan usia, di segala bidang usaha harus karakteristik responden mayoritas mempunyai responden baik pasien maupun pengetahuan, sikap keluarga termasuk dalam tidak bekerja karena waktu banyak kelompok usia produktif, dimana tercurah untuk merawat pasien seharusnya mereka dapat bekerja sehingga berdampak penghasilan dan atau income keluarga menghasilkan penghasilan sendiri tanpa menggantungkan diri menjadi menurun. pada orang lain. Namun hal ini Data dari Riset Kesehatan ternyata tidak terjadi sebab pada Dasar (Riskesdas) tahun 2007 kenyataanya jika dilihat dari jenis menyebutkan pekerjaan maka sebagian besar penduduk Indonesia mengalami responden pekerjaan gangguan jiwa dari ringan sampai menjamin berat. yang memiliki kurang dapat kesejahteraannya, bahkan 50% bahwa Hasil berkaitan 14,1% penelitian dengan yang karakteristik merupakan pengangguran. Pasien jenis kelamin diketahui bahwa menjadi tidak produktif karena sebagian besar responden berjenis mengalami gangguan jiwa dan di kelamin sisi lain pihak keluarga menjadi 60%. Hal ini didasari bahwa individu yang terkena dampak perempuan sangat rentan terkena secara gangguan jiwa. langsung karena harus perempuan sebanyak Bahkan untuk menjaga selama pasien dirawat di gangguan ringan, perempuan dua rumah sakit bahkan saat pasien kali lebih berisiko dibanding laki- kembali ke rumah, pengasuhan dan laki. Gangguan seperti depresi, penjagaan tersebut tetap menjadi kecemasan, dan keluhan somatik tugas keluarga. Hal ini berdampak didominasi pada tidak produktif waktu yang angka sekitar 1 dari 3 orang dan dimiliki keluarga pasien karena merupakan harus selalu mengawasi pasien, serius. Hal ini dipengaruhi oleh menjaga membantu hormon estrogen dan endorphin pribadi yang dimiliki oleh wanita. Hormon belajar tersebut sangat berinteraksi kembali dengan orang terhadap daya lain wanita terhadap rasa sakit. pasien, memenuhi pasien, dan kebutuhan kebersihan, mengingatkan minum obat. waktu Keluarga menjadi perempuan masalah dengan kesehatan berpengaruh tahan seorang 189 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190 Peran dan fungsi keluarga Pelatihan Emotional Freedom yang baik sangat membantu proses Technique (EFT), cara-cara penyembuhan gangguan bersosialisasi dan personal hygiene mencegah yang dilakukan kepada pasien dan jiwa dan pasien dapat kekambuhan penyakitnya. Fungsi orangtua atau keluarga yang berjalan dengan pasien gangguan baik meningkatkan pengetahuan pasien dan juga dapat memberikan dorongan kepada pasien agar lebih orangtua cepat produktif pekerjaannya, keluarga atau penunggu jiwa dapat keluarga dalam sesuai dengan mengatasi stress. Kegiatan advokasi sehingga pasien (pendampingan) kepada pasien dan dapat menghasilkan pendapatan keluarga untuk diterima dengan baik oleh pasien dan keluarganya. keluarga yang baik Fungsi akan keluarga. di rumah Pasien pasien dan dapat keluarga memberikan kesempatan kepada berharap agar kunjungan ke rumah pasien untuk beraktualisasi sesuai bisa dilanjutkan pada waktu dan kemampuannya (Keliat, 2006). kesempatan yang lain. Pada kegiatan advokasi dapat diketahui pasien secara bertahap SIMPULAN DAN SARAN Keadaan keluarga pasien yang sudah mulai bersosialisasi, sudah mampu mampu menunggu pasien di rumah sakit melakukan kegiatan personal hygiene mempunyai perasaan campur aduk dan sudah mulai mampu berproduktif antara cemas, khawatir, dan lain-lain. (bekerja) kembali. DAFTAR PUSTAKA Effendi, N. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan As’ad, M. 2004. Psikologi Industri, edisi keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta Azwar,S.2011. Sikap Manusia Toeri dan Pengukurannya, Penerbit Pustaka Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC Endiyono. 2005. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Pelajar, Kecemasan pada Pasien dengan Terapi Yogyakarta Hiperbarik Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Penerbit Depkes RI di RSAL. Mintoharjo Jakarta. Medisains, Jurnal Ilmiah Ilmuilmu Kesehatan. Volume III Nomor 3. Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa 190 Desember 2005. halaman 71-79. Univ. Kembali ke Keluarga dan Masyarakat Muhammadiyah Purwokerto. 2005 di RSUD. Banyumas, Dinamika, Helwiah.2004.Home Care Sebagai Bentuk Jurnal Pengkajian dan Penerapan Praktik Mandiri Perawat Di Rumah Teknologi, dalam November2008 Lembaga Pengabdian Juornal Keperawatan, Universitas Kepada Padjadjaran Bandung Vol 5 No. IX Tahun 2004. PSIK FK Vol.6, No.2 Masyarakat Unsoed Purwokerto, 2008 Unpad Syahfitriani, Emy. 2009. Pelatihan Emotional Bandung. Freedom Technique (EFT) untuk Keliat, B.A. 2004. Peran Serta Keluarga Menurunkan Tingkat Stress pada dalam Perawatan Pasien Gangguan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2, Jiwa. Tesis. Magister Profesi Psikologi Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC __________.2006. Fakultas Modul Model Praktek keperawatan profesional, EGC, Jakarta Notoatmodjo. 2005. Bidang Metode Kesehatan. Penelitian Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta Psikologi Gadjah Mada, tidak dipublikasikan Tun Kurniasih Bastaman. dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. 2010, Perkembangan Kesehatan Jiwa Masa Kini di Indonesia, disampaikan __________. 2010. Promosi Kesehatan, Teori Universitas pada Makalah Konferensi Nasional Psikoterapi di Jakarta tahun 2010 Upoyo,AS., Suryanto, 2008, Efforts to Control Maulana, 2009. Promosi Kesehatan. Penerbit Hallucination by Group Activity Buku Kedokteran EGC, Jakarta Therapy of Perceptions Stimulation Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas, in Sakura Ward Banyumas Hospital, 2009, Company Profile RSU. Banyumas, Tidak diperjualbelikan. Saseno, Suyanta, Ernawati. 2002. Pedoman Jurnal Keperawatan Soedirman, The Soedirman Journal of Nursing (SJN), Vol.3, No.3 Nov. 2008, Universitas Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Jenderal dan Asuhan Keperawatan Mental- 2008 Psikiatri. Penerbit Akademi Keperawatan Depkes Magelang Stuart dan Sunden. 1998. Principle Practice Psychiatric Nursing. Philadelphia. Mosby Year Box Inc Suryanto, Harwanti, Penerapan Upoyo,AS.,2008, Terapi Aktifitas Kelompok pada Pasien Gangguan Jiwa sebagai Persiapan Pasien Soedirman Purwokerto,